Anda di halaman 1dari 3

Nama : Abdillah Satari Rahim

NIM : 120200102001

Mata Kuliah : ASYMETRIC WARFARE POLICY AND STRATEGY

Nama Dosen : BRIGJEN TNI Dr. Pujo Widodo, SE, SH, MA, M.Si, MDMS,

M.Si(Han)

RESUME

Perang asimetris adalah suatu model peperangan yang dikembangkan dari cara
berpikir yang tidak lazim, dan di luar aturan peperangan yang berlaku, dengan
spektrum perang yang sangat luas dan mencakup aspek-aspek astagatra dimana
merupakan paduan antara trigatra (geografi, demografi, dan sumber daya
alam/SDA) dan pancagatra (ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Bahwa
perang asimetri selalu melibatkan antara dua aktor atau lebih, dengan ciri menonjol
dari kekuatan yang tidak seimbang.
Peperangan Asimetris merupakan peperangan gaya baru yang bersifat nir-
militer (Non Militer) dimana dalam pelaksanaannya tidak sama seperti perang
konvensional pada umumnya yag menggunakan kekerasan serta kekuatan dan
persenjataan fisik. Meskipun begitu dampak yang ditimbulkan dari perang asimetris
ini tidaklah kalah dari perang konvensiona pada umumnya bahkan bisa
menimbulkan kerugian yang jauh lebih besar.
Perang asimetris memiliki ruang tempur yang luas sehingga berdampak ke
semua aspek kehidupan astagatra (demografi, geografi, SDA dan IPOLEK
SOSBUD HANKAM). Ruang tempur perang asimetris memiliki ciri sebagai
berikut:
a. Bergerak melalui berbagai macam aspek
b. Simultan
c. Intensitas berbeda
Strategi adalah sebuah langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan
utama dimasa depan dengan menggunakan taktik atau cara tertentu. Strategi
disiapkan sebelum dilaksanakannya suatu operasi atau pertempuran, sedangkan
taktik merupakan kegiatan atau aksi spesifik yang digunakan dalam pencapaian
strategi tersebut. Menurut Tsun-Zu semua perang adalah tipu daya, dengan
demikian dapat dikatakan bahwa segala cara dan upaya pengelabuan musuh
dilaksanakan dalam peperangan untuk menperoleh kemenangan.
Dalam strategi menyerang, jenderal yang baik akan mengikat pasukannya.
Ikatlah mereka dengan perbuatan, jangan memerintah dengan perkataan. Ikatlah
mereka dengan bahaya, jangan memerintah mereka demi keuntungan. Ikutlah
dana setiap perjuangan dan kesulitan mereka untuk mendapat rasa
kepercayaanya. Ketika pemimpin mendapat rasa percaya dan loyal dari pasukan,
maka pasukan itu akan menjadi kuat.
Perubahan perang terjadi seiring berkembangnya waktu dan teknologi.
Begitupun para pemimpin perang yang mengalami perubahan dari masa ke masa.
Dalam memilih pemimpin, selalu ditunjuk seseorang yang dirasa paling kuat,
mampu, atau paling cerdas. Alasannya tentu saja karena Kecerdasan dan
kepintaran merupakan modal bagi pemimpin untuk dapat menghadapi ancaman
dan menyiapkan strategi guna mencapai kemenangan.
Tsun-Zu menjelaskan dalam sebuah strategi haruslah tau siapa musuhmu,
tau lingkungan dan wilayahmu, dan tau mengenai dirimu sendiri. Oleh sebab itu
pengetahuan mengenai kemampuan serta kelemahan musuh sangat dibutuhkan
untuk dapat menciptakan strategi yang terbaik.
Menurut Tsun-Zu ada 6 teori perencanaan kemenangan yaitu:
1. Mengenal geografi
2. Mengukur jarak
3. Mempermudah perhitungan ongkos
4. Menyusun kekuatan
5. Mencari peluang/kesempatan
6. Memastikan kemenangan
Sedangkan menurut Clausewitz strategi terbaik adalah dengan selalu
menjadi yang terkuat. Sehingga pemenang itu ditentukan oleh seberapa hebatnya
strategi dan pelaksanaan perang, yang kuat akan selalu menjadi pemenang, dan
yang lemah akan selalu menerima kekalahan.
Diera modern saat ini peran intelegen adalah strategi perang yang paling
banyak digunakan. Intelegen berperan dalam mendapatkan informasi tentang
ancaman dan kekuatan musuh yang berpotensi menyebabkan ancaman. Sehingga
pemimpin dapat mengambil suatu keputusan ataupun Tindakan yang tepat dalam
merespon setiap ancaman yang ada.
Dalam perkembangan teknologi saat ini yang dikenal dengan istilah
revolusi 4.0 sangat berdampak bagi seluruh aspek kehidupan diantaranya ialah:
aspek produksi, pertumbuhan ekonomi, energi, makanan dan pertanian,
pendidikan, lingkungan alam, mobilitas, sistem keuangan moneter, informasi dan
hiburan, layanan kesehatan, perdagangan, konsumsi.
Hal ini tidak hanya membawa keuntungan dari segi mobilitas dan efisiensi
dalam meningkatkan kemajuan suatu bangsa namun dibalik itu terdapat
ancaman-ancaman yang sulit ditebak. Karena dapat dijadikan sebagai aspek ruang
gerak bagi negara lain sebai ruang tempur dalam melancarkan perang asimetris
terhadap negara lain.

Anda mungkin juga menyukai