Anda di halaman 1dari 266

PERAN TOKOH AGAMA ISLAM

DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM


DAN SIKAP SOSIAL
DI DESA GETAS, KECAMATAN KALORAN,
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Gandi Cahyoto
NIM. 23010150265

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019
PERAN TOKOH AGAMA ISLAM
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
DAN SIKAP SOSIAL
DI DESA GETAS, KECAMATAN KALORAN,
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2019

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Gandi Cahyoto
NIM. 23010150265

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

i
ii
PERAN TOKOH AGAMA ISLAM
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM
DAN SIKAP SOSIAL
DI DESA GETAS, KECAMATAN KALORAN,
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:
Gandi Cahyoto
NIM. 23010150265

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2019

iii
iv
v
vi
MOTTO

َ‫ر لَ ُكمۡ إِن ُكنتُمۡ ت َ ۡعلَ ُمون‬ٞ ‫ٱّللِ َٰذَ ِل ُكمۡ َخ ۡي‬ ِ ُ‫ٱن ِف ُرواْ ِخفَ ٗافا َوثِقَ ٗاٗل َو َٰ َج ِهدُواْ بِأ َ ۡم َٰ َو ِل ُكمۡ َوأَنف‬
َ ‫س ُكمۡ فِي‬
ِۚ َ ‫سبِي ِل‬

١٤

“Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan

berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu

adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S At-Taubah: 41)

vii
PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Sunardi dan Mutilah yang selalu

membimbingku, memberikan do’a, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam

kehidupanku.

2. Saudara kandungku kakak Very Rofiatun, atas motivasi yang tak ada

hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa

tercapai.

3. Dosen pembimbing skripsi bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil. yang telah

membimbing, member kritik dan sarannya hingga selesai skripsi ini.

4. Ibu ketua Jurusan PAI, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.

5. Kepada bapak Sholihin, bapak Giyatno S.Pd dan bapak Nasrudin yang telah

membantu memberikan informasinya sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Sahabat dan teman dekatku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dan

membantu menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluarga besar dan santri Pondok Pesantren Nurul Asna.

8. Keluarga besar Forum Mahasiswa Temanggung di Salatiga, terimakasih atas

do’a dan motivasinya.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2015 khususnya jurusan PAI.

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah

Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah-Nya kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul peran

tokoh agama Islam dalam pengembangan pendidikan Islam dan sikap sosial di

Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung tahun 2019.

Tidak lupa shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi

agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang

selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya

umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari zaman kegelapan

menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.

Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rektor IAIN Salatiga, Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag.

2. Bapak Dekan Fakultas Trbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Prof. Dr.

Mansur, M.Ag.

3. Ibu Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.S.i

4. Ibu Khulatul Lutfiah, M.Pd.I. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan selama perkuliahan.

ix
x
ABSTRAK

Cahyoto, Gandi. 2019. Peran tokoh agama Islam dalam pengembangan


pendidikan Islam dan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,
Kabupaten Temanggung. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
Salatiga.

Kata Kunci: Peran Tokoh Agama Islam dalam Pengembangan Pendidikan


Islam dan Sikap Sosial

Masyarakat yang berbeda-beda agama tapi memiliki sikap sosial yang


bagus dan harmonis. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana peran tokoh agama Islam dalam mengembangkan
sikap sosial, bagaimana sikap sosial yang terjadi dalam masyarakat serta faktor-
faktor yang pendorong dan penghambat peran tokoh agama Islam dalam
mengembangkan sikap sosial dan dampak pengembangan sikap sosial terhadap
pendidikan Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
meliputi sumber primer yakni hasil wawancara tokoh agama Islam dan sumber
sekunder yang dapat berupa foto-foto kegiatan dan tokoh agama, serta data profil
Desa. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, peran tokoh agama adalah
membuat majelis taklim, membentuk yasinan dan karang taruna, kemudian
tausiah, mengajak-ajak warga untuk bersikap sosial, menjadi contoh yang baik
dalam bersikap, memberikan pengarahan, memberikan semangat atau memberi
motivasi, memperkenalkan berbagai budaya yang ada, serta mengajarkannya
bagaimana harus bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam, tidak terlalu fanatik
terhadap golongan, membiasakan sikap sosial, dan menjadi moderator. Kedua,
faktor pendorong: adanya kesempatan, kesadaran, keluarga, warga masyarakat,
daerah terpencil, usia, bapak kyai, pemerintah setempat, budaya, ajaran agama
bersifat lentur, kemajemukan atau keberagaman, situasi dan kondisi, turun-
temurun, kewajiban, inisiatif dan motivasi. Faktor penghambat: waktu, sarana
prasarana, perbedaan keyakinan, ekonomi, emosi, masyarakat susah dikendalikan,
kondisi wilayah, perantauan, orang asing, kesadaran warga masyarakat, materi
dan perbedaan agama. Ketiga, dampak Islam akan semakin diketahui non muslim,
non muslim jadi tahu muslim itu berakhlaq baik, Islam semakin diakui,
pendidikan Islam semakin maju, sarana prasarana mulai dibangun seperti TPQ,
masjid, tumbuh rasa saling mengerti, lebih mudah menerima pengajaran Islam,
materi pendidikan bertambah, minat belajar agama Islam bertambah,
menumbuhkan rasa solidaritas, kesetiakawanan, kepedulian sosial, keimanan
meningkat, akhlak menjadi lebih baik, kegiatan muslimatan dan selapanan,
toleransi, saling menghargai, masyarakat menjadi lebih harmonis.

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

HALAMAN BERLOGO.........................................................................................ii

HALAMAN JUDUL..............................................................................................iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................iv

PENGESAHAN KELULUSAN..............................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN..............................................................vi

MOTTO ................................................................................................................vii

PERSEMBAHAN.................................................................................................viii

KATA PENGANTAR............................................................................................ix

ASTRAK.................................................................................................................xi

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...1

B. Fokus Masalah……………………………………….…………………..4

C. Tujuan Penelitian…………………………………….…………………..5

D. Kegunaan Penelitian……………………………………………………..5

E. Kajian Penelitian Terdahulu……………………………………………..6

F. Sistematika Penelitian……………………………………………………7

xii
BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam……………………………………………..9

B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam………………………………………13

C. Asas-asas Pendidikan Islam…………………………………………….15

D. Kondisi Keberagaman Indonesia………………………………………19

E. Keberadaan Guru di Tengah Masyarakat……………………………..20

F. Peran Tokoh Agama Islam……………………………………………...21

1. Pengertian Peran…………………………………………………...21

2. Pengertian Tokoh Agama………………………………………….24

3. Pengertian Islam…………………………………………………....26

4. Sifat Tokoh Agama Islam………………………………………….28

5. Peran Tokoh Agama dan Tanggung Jawab…………..……………31

a. Peran Tokoh Agama…………………………………………...32

b. Tanggung Jawab Tokoh Agama……………….………………35

G. Sikap Sosial …………………………………………………………….38

1. Pengertian Sikap Sosial…………………………………………….38

2. Nilai-nilai Sikap yang Harus Diajarkan……………………………43

3. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial………….……………..47

4. Ciri-ciri Sikap………………………………………………………51

5. Fungsi Sikap………………………………………….……………53

6. Pengukuran Sikap………………………………………….………56

7. Hubungan Sikap dengan Tingkah Laku……………………………57

xiii
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan…………………….……….…………60

B. Lokasi Penelitian………………………………………………………..61

C. Sumber Data……………………………………….....…………………61

1. Sumber Data Primer…………………………….…….…………… 61

2. Sumber Data Skunder………………………………………………61

D. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………...62

1. Observasi……………………………………………………………62

2. Wawancara………………………………………………………….62

3. Dokumentasi………………………………………………………..62

E. Analisis Data……………………………………………………………63

1. Reduksi Data………………………………………………………..63

2. Penyajian Data……………………………………………………...64

3. Penarikan Kesimpulan……………………………………………...64

F. Pengecekan Keabsahan Data…………...………………………………64

G. Tahap-tahap Penelitian…………………...……………………………..65

1. Tahap pra-Lapangan………………………………………………..65

2. Tahap pekerjaan lapangan…………………………………………..66

3. Tahap analisis data………………………………………………….66

BAB IV PERAN TOKOH AGAMA ISLAM

A. Gambaran Umum Desa Getas…………………………………………..67

1. Kondisi Geografi Desa Getas……………………………………….67

2. Kondisi Demografi Desa Getas……………………………………..71

xiv
3. Sektor Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat Desa

Getas……………………………………………………………..…73

4. Sector Pendidikan Desa Getas………………………………….…..78

5. Kehidupan Sosial Keagamaan Desa Getas…………………………82

6. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Getas………………...86

B. Sejarah Desa Getas………………………………..…………………….96

C. Sejarah Perkembangan Islam di Desa Getas..........................................101

D. Peran Tokoh Agama Islam dalam Menggmbangkan Sikap Sosial........106

E. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Tokoh Agama Islam dalam

Mengembangkan Sikap Sosial...............................................................151

F. Dampak Pengembangan Sikap Sosial Terhadap Pendidikan Islam.......158

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………164

B. Saran…………………………………………………………………..165

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1: Batas Wilayah Desa Getas ................................................................. 54

Tabel 4.2: Luas Wilayah Desa Getas .................................................................. 55

Tabel 4.3: Jumlah Penduduk Desa Getas Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 57

Tabel 4.4: Jumlah Penduduk Desa Getas Berdasarkan Agama .......................... 58

Tabel 4.5: Sektor Mata Pencaharian Berdasarkan Pertanian .............................. 60

Tabel 4.6: Sektor Mata Pencaharian Berdasarkan Jenis Pekerjaan..................... 62

Tabel 4.7: Sektor Pendidikan Desa Getas Berdasarkan Lembaga Pendidikan

Formal ................................................................................................................. 67

Tabel 4.8: Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Agama ..................................... 69

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator Wawancara

Lampiran 2 Paparan Hasil Wawancara

Lampiran 3 Gambar Kegiatan

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Wawancara dengan Bapak GY

Gambar 2 Wawancara dengan Bapak NS

Gambar 3 Wawancara dengan Bapak SH

Gambar 4 Kesenian Kuda Lumping

Gambar 5 Sosialisasi Ukuwah Islam

Gambar 6 Gotong Royong

Gambar 7 Kepedulian Sosial

Gambar 8 Kesenian Tayub

Gambar 9 Kesenian Reog

Gambar 10 Seni Topeng Ireng

Gambar 11 Merti Dusun

Gambar 12 Nyadran

Gambar 13 Sikap Toleransi

Gambar 14 Tolong Menolong

Gambar 15 Kerukunan Tokoh Agama

Gambar 16 Dakwah Toleran

Gambar 17 Sosialisasi Kerukunan

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat adalah suatu kelompok yang telah memiliki suatu

kelompok kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati

dalam lingkungannya. Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki

itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam hidup mereka, sehingga

dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan

yang khas. (Noor, 1997, hal. 85)

Pluralisme adalah keberadaan atau toleransi keagamaan etnik atau

kelompok-kelompok kultural dalam suatu masyarakat atau negara, serta

keragaman kepercayaan atau sikap dalam suatu badan, kelembagan dan

sebagainya. (Ma'arif, 2005, hal. 12) Masyarakat pluralisme merupakan suatu

paham atau pandangan hidup yang mengakui dan menerima adanya

kemajemukan atau keanekaragaman. Kemajemukan yang dimaksud bisa

dilihat dari segi agama, suku, ras, adat istiadat dll. (Arifinsyah, 2002, hal. 55)

Menerima kemajemukan berarti menerima adanya perbedaan. Menerima

perbedaan bukan berarti menyamaratakan tetepi justru mengakui ada hal dan

ada hal-hal yang tidak sama. Oleh karena itu, di dalam pluralisme atau

kemajemukan, ada kekhasan yang membedakan antara agama yang satu

dengan yang lain tetap ada dan tetep dipertahankan. (Muslim, 1998, hal. 4)

1
Setiap masyarakat pasti akan mengalami perubahan, baik masyarakat

tradisional maupun masyarakat moderen. Pada dasarnya masyarakat bersifat

dinamis, seperti bidang sosial, pendidikan, ekonomi, politik, ilmu

pengetahuan, teknologi dan lain sebagainya. Perubahan itu terjadi dan

memberi efek pada masyarakat secara menyeluruh, perubahan di suatu bidang

akan di ikuti perubahan di bidang lainnya. Efek yang di timbulkan dari

perubahan masyarakat ada yang berbentuk positif dan ada yang berbentuk

negatif. Dalam hal ini perlu adanya benteng berupa nilai dan norma yang

dapat mengarahkan manusia dalam mengikuti perubahan masyarakat yang

terjadi dengan semakain pesat.

Dalam proses hubungan sosial, masyarakat mengikuti dan menjalankan

norma-norma tertentu termasuk norma agama. Pergaulan sosial atau interaksi

sosial berjalan lancar yang terjadi antara individu dengan individu lainnya,

juga kelompok sosial dengan menaati pedoman yang sesuai dengan nilai dan

norma. Selain norma agama juga terdapat norma sosial. Secara sosiologis,

salah satu tugas individu dalam masyarakat adalah bagaimana dia menaati

norma dan bagaimana dia menyesuaikan diri dengan lingkungan

masyarakatnya. Namun kenyataannya tidak semua dapat menaati norma

sosial masyarakat, bagi mereka yang tidak bisa menaati norma tersebut

disebut dengan pelanggar norma atau orang yang menyimpang. (Amran,

2015, hal. 24)

Agama dalam konteks ini menjadi sangat penting didalam kehidupan

sosial masyarakat dengan berbagai ragam fenomena dan fakta-fakta sosial

2
didalamnya. Agama merupakan sistem keyakinan atau kepercayaan manusia

terhadap suatu zat yang dianggap Tuhan. Keyakinan suatu zat yang dianggap

Tuhan itu didapatkan manusia berdasarkan yang bersumber dari penegtahuan

diri. Pengetahuan seseorang juga dapat didapatkan dari input yang datang dari

luar, mungkin informasi dari orang tua, guru atau tokoh, yang mempunyai

otoritas ilmu pengetahuan. (Amran, 2015, hal. 24)

Di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung

merupakan suatu desa yang memiliki masyarakat pluralisme. Penduduk Desa

Getas menganut beberapa agama yaitu agama Islam, Hindu, Budha, Kristen.

Agama mayoritas yang dianut penduduk adalah Agama Hindu. Oleh karena

itu, penduduk desa Getas mempunyai berbagai adat istiadat dan norma yang

dibawa oleh masing-masing agama.

Berdasarkan observasi awal di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung terlihat dari segi sosial, toleransi, serta kebersamaan

yang ada di desa tersebut terbina secara harmonis. Realitas yang ada dan

nampak terjadi di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung

adalah : pertama, Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung

merupakan masyarakat yang plural. Kedua, Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung adalah keberadaan masyarakat minoritas muslim

yang unik ditengah masyarakat, dimana masyarakatnya hidup rukun dan

berdampingan dalam berbagai macam perbedaan. Ketiga, Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung tokoh agama dijadikan panutan

dalam segala aspek kehidupan.

3
Berdasarkan realita yang terjadi di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung yang masyarakatnya Pluralisme, terdiri dari berbagai

macam agama, bahkan dalam satu rumah memiliki agama yang beragam.

Penulis tertarik melakukan penelitian untuk mencari tahu secara lebih

mendalam tentang Bagaimana peran tokoh agama Islam dalam

pengembangan pendidikan Islam dan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung. Penelitian ini di laporkan dengan judul

“PERAN TOKOH AGAMA ISLAM DALAM PENGEMBANGAN

PENDIDIKAN ISLAM DAN SIKAP SOSIAL DI DESA GETAS,

KECAMATAN KALORAN, KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

2019”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran tokoh agama Islam dalam pengembangan pendidikan

Islam dan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat peran tokoh agama Islam

dalam pengembangan pendidikan Islam dan sikap sosial di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana dampak pengembangan sikap sosial terhadap pendidikan

Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

4
C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran tokoh agama Islam dalam pengembangan

pendidikan Islam dan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat peran tokoh agama

Islam dalam pengembangan pendidikan Islam dan sikap sosial di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

3. Untuk mengetahui dampak pengembangan sikap sosial terhadap

pendidikan Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

D. Kegunaan Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai peran tokoh

agama Islam dalam pengembangan pendidikan Islam dan sikap

sosial.

b. Sumber informasi pengetahuan secara ilmiah terkait dengan

pengembangan pendidikan Islam dan sikap sosial bagi penelitian

sejenis pada masa yang akan datang.

c. Dapat digunakan untuk pertimbangan lembaga pendidikan,

khuususnya dalam mengembangakan sikap sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi masukan atau saran yang berharga, sehingga menjadi acuan

dalam rangka mengembangkan sikap sosial di masyarakat.

5
b. Menjadi acuan yang baik dalam pengembangan pendidikan Islam

dan sikap sosial, sehingga bisa diterapkan pada masyarakat yang

lain.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

Untuk menunjukan keaslian penelitian ini penulis mencantumkan

beberapa karya yang telah ada, yaitu:

1. Skripsi Siti Rochmatul Fauziyah dalam penelitian yang berjudul “Peran

Tokoh Agama dalam Masyarakat Modern Menurut Anthony Giddens”

tahun 2014. Hasil penelitian ini yakni; teori strukturasi Anthony Giddens

terikat oleh tindakan manusia, konseptualisasi interaksi dan relasi dengan

institusi, dan pemahaman konotasi praktis analisis sosial ini yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat modern.

2. Skripsi Ipung Subagiyo dalam penelitian yang berjudul “Peran Tokoh

Islam dalam Mendidik Perilaku Beragama” tahun 2016. Hasil penelitian

ini yakni, upaya peran tokoh agama Islam dalam mendidik perilaku

beragama masyarakat di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten

Ponorogo sangat baik, hal ini dapat dilihat dari para tokoh agama Islam

yang terlibat langsung dalam mendidik mayarakat untuk berperilaku

secara beragama dengan cara tausyiah secara bergantian keliling

lingkungan dalam bidang keimanan dan ibadah.

3. Tulisan Muh. Idris dalam jurnal yang berjudul “Peran Tokoh Agama

Dalam Memperkuat Harmoni Bangsa” tahun 2015. Jurnal ini

6
menjelaskan tentang sejauh mana peran tokoh agama di Kota Manado

dan faktor-faktor dalam memperkuat harmoni bangsa.

Dari beberapa penelitian terdahulu penulis memaparkan adanya

perbedaan dengan penelitian ini yaitu: dalam penelitian terdahulu berisi

tentang peran tokoh agama dalam mendidik masyarakat untuk berperilaku

keagamaan, sedang dalam penelitian ini lebih mengarah pada pengembangan

pendidikan Islam dan sikap sosial masyarakat.

F. Sistematika Penulisan

Urutan logis sistematika penelitian ini terbagi menjadi lima bab yang

terdiri dari:

BAB I, pendahuluan, berisi tentang gambaran umum dari permasalahan

yang akan dibahas. Dalam pendahuluan ini terdiri dari enam sub bab, yaitu

latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, kajian penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

BAB II, landasan teori, berisi penjelasan tentang pengembangan

pendidikan Islam dan sikap sosial.

BAB III, metode penelitian, berisi tentang Pendekatan dan Jenis

Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data,

Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-tahap Penelitian.

BAB IV, paparan data dan analisis data, berisi tentang sejarah, letak

geografis Desa Getas. Peran tokoh agama dalam pengembangan pendidikan

Islam dan sikap sosial, faktor pendorong dan penghambat pengembangan

pendidikan Islam dan sikap sosial. Dampak pegembangan sikap sosial

7
terhadap pendidikan Islam di desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung.

Bab V, penutup, berisi tentang kesimpulan dan saran.

8
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu pada

term al-tarbiyah, al-ta’dib dan ta’lim. Namun dari ketiga term tersebut yang

sangat popular digunakan dalam praktek pendidikan Islam ialah term al-

tarbiyah. Sedangkan term al-ta’dib dan al-tak’lim jarang sekali digunakan.

Padahal kedua term tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan

pendidikan Islam.

Istilah al-tarbiyah adalah istilah yang dipakai oleh para intelektual

muslim, juga penulis menggunakan istilah tarbiyah dalam disertai ini, agar

secara konsisten.

Syahidin menjelaskan, paling tidak ada tiga kata dasar yang harus

dilacak untuk mendpatkan makna etmologi dari kata tersebut. Pertama, kata

tarbiyah berasal dari kata raba, yarbuu, tarbiyyatan, yang artinya bertambah

dan berkembang. Kedua, tarbiyah berasal dari kata rabiya, yarbaa, yang

artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga, tarbiyah berasal dari kata rabba,

yarubbu yang artinya memelihara, menumbuhkan sesuatu sedikit demi sedikit

sehingga mencapai batas kesempurnaan.

Kata tarbiyah berarti pendidikan, kata yang bersumber dari akar kata ini

memiliki arti yang berbeda, tetapi pada akhirnya istilah itu mengacu pada

pengembangan, peningkatan, ketinggian, kelebihan dan perbaikan. Al-

9
Nahlawi sebagaimana dikutip Muhaimin, Allah sebagai Khalik, juga disebut

al-Rabb, rabb al-‘amin, Rabb kulli syai’. Arti dasar kata rabb adalah

memperbaiki, mengurus, mengatur dan juga mendidik. Zakiah Darajat

mengatakan bahwa pendidikan berasal dari kata tarbiyah, mengutip firman

Allah swt., dalam Q.S. al-Israa/17: 24. Jadi pendidikan Islam dalam bahasa

Arabnya adalah tarbiyah Islamiyah. Penulis sependapat dengan istilah di atas,

meskipun kemudan dijumpai perbedaan pendapat para ahli mengenai

pemakaian kata tersebut, dalam kaitannya dengan pendidikan. (Sukring,

2013, pp. 15-17)

Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk memperkuat iman dan

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Islam,

bersifat inklusif, rasional dan filosofis dalam rangka menghormati orang lain

dalam hubungan kerukunan dan kerjasama antar umat beragama dalam

masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional. (Aminuddin, 2006, p. 1)

Kemas Badaruddin mengatakan hakikat dari pendidikan menurut Islam

itu tersimpul kedalam 5 hal, yaitu:

1. Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai dengan

adanya antara keseimbangan kedaulatan subyek didik dengan

kewibawaan pendidik.

2. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subyek didik menghadapi

lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.

3. Pendidikan menigkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.

4. Pendidikan berlangsung se-umur hidup.

10
5. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu

pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.

Jadi pendidikan Islam adalah segala usaha sadar, dan terencana yang

dilakukan melalui proses panjang, memiliki tujuan, usaha mempersiapkan

kualitas peserta didik baik jasmani maupun ruhani menuju kesempurnaan.

(Sukring, 2013, pp. 19-20)

Pendidikan menurut Hasan Langgulung dapat ditinjau dari segi yaitu:

1. Dari Sudut Pandangan Masyarakat

Segi pandangan masyarakat, pendidikan berarti pewarisan

kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda, agar hidup

masyarakat tetap berkelanjutan. Atau dengan kata lain, menurut Hasan

Langgulung, masyarakat mempunyai nilai-nilai budaya yang ingin

disalurkan dari generasi ke generasi agar identitas masyarakat tersebut

tetap terpelihara niali-nilai yang ingin disalurkan itu bermacam-macam,

ada yang bersifat intelektual, seni, politik, dan lain-lain.

2. Dari Segi Pandangan Individu

Pendidikan menurut Hasan Langgulung berarti pembangunan

potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi. Dalam hal ini Hasan

Langgulung mengibaratkan individu laksana lautan yang dalam penuh

mutiara dan bermacam-macam ikan, tetapi tidak tampak. Ia masih berada

di dasar laut, ia perlu dipancing dan digali supaya dapat menjadi

makanan dan perhiasan bagi manusia. Potensi, bakat ataupun

kemampuan individu lah yang dituntun untuk menggali mutiara tersebut

11
dan mengubahnya menjadi emas dan intan sehingga menjadi kekayaan

yang berlimpah untuk kemakmuran masyarakat. Dalam istilah lain

berkenaan dengan pemahaman Hasan Langgulung tentang pendidikan.

Dilihat dari individu, pendidikan adalah proses menampakkan

(manifestasi) aspek-aspek yang tersembunyi (latent) pada anak didik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kemakmuran suatu masyarakat

bergantung kepada kesanggupan masyarakat tersebut menggarap

kekayaan yang terpendam pada setiap individunya. Dengan kata lain,

kemakmuran masyarakat tergantung kepada keberhasilan pendidikannya

dalam menggarap kekayaan yang terpendam pada setiap individu.

3. Dari Segi Proses Antara Individu dan Masyarakat

Dilihat dari segi proses (transaksi), maka pendidikan itu menurut

Hasan Langgulung adalah proses memberi dan mengambil, antara

manusia dan lingkungannya dalam rangka mengembangkan dan

menciptakan ketrampilan-ketrampilan yang diperlukan untuk merubah

dan memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.

Dalam istilah lain Hasan Langgulung, katakan sebagai interaksi antara

potensi dan budaya, dimana kedua proses ini berjalan sama-sama, isi

mengisi antara satu dengan yang lain. (Kurniawan, 2011:275)

Dari beberapa pendapat di atas, pendidikan Islam merupakan usaha

sadar untuk memperkuat iman dan ketakwaan kepada Allah swt sesuai ajaran

agama Islam dalam menghormati orang lain, dalam hubungan kerukunan dan

12
kerjasama antar umat beragama dalam masyarakat secara terencana yang

dilakukan melalui proses panjang dan memiliki tujuan.

B. Ruang Lingkup Pendidikan Islam

Ruang lingkup dan kajian pendidikan islam sangat luas sekali karena

didalamny banyak segi atau pihak yang ikut terlibat, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah:

1. Perbuatan Mendidik

Perbuatan mendidik ialah semua kegiatan, tindakan dan sikap

pendidik sewaktu menghadapi peserta didiknya.

2. Peserta Didik

Peserta didik adalah merupakan pihak yang paling penting, karena

semua upaya yang dilakukan adalah demi untuk mengiringi peserta didik

kearah yang lebih sempurna.

3. Dasar dan Tujuan pendidikan

Landasan kegiatan pendidikan adalah untuk membentuk pribadi

muslim seutuhnya dengan pribadi yang ideal menurut Islam yang

meliputi aspek-aspek individual, sosial, intelektual.

4. Pendidik

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan

Islam, karena berhasil atau tidaknya proses pendidikan adalah lebih

banyak ditentukan oleh mereka.

13
5. Materi Pendidikan Islam

Dalam pendidikan Islam tujuan dan materinya merupakan dua hal

yang tidak boleh dipisahkan dan al-Quran harus dijadikan rujukan dalam

membangun materi atau teori pendidikan.

6. Metode Pendidikan

Peranan metode pendidikan berasal dari kenyataan yang

menunjukkan bahwa materi kurikulum pendidikan Islam tidak mungkin

akan dapat diajarkan secara keseluruhan, melainkan diberikan dengan

cara khusus.

7. Alat Pendidikan

Alat pendidikan adalah suatu benda yang dapat diindrai, khususnya

pengelihatan dan pendengaran baik yang terdapat didalam maupun diluar

lingkungan, yang digunakan sebagai alat bantu dalam proses interaksi

belajar mengajar untuk meningkatkan efektifitas hasil belajar siswa.

8. Evaluasi Pendidikan

Seluruh hasil belajar pada dasarnya harus dievaluasi, untuk melihat

sejauh mana tingkat kecerdasan peserta didik dan kekurangannya.

9. Lingkungan Pendidikan

Lingkungan yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta

didik adalah:

a. Lingkungan Keluarga

b. Lingkungan Sekolah

c. Lingkungan Masyarakat. (Mappasiara, 2018, pp. 153-155)

14
Jadi ruang lingkup pendidikan menurut penulis terdapat beberapa aspek

diantaranya: perbuatan mendidik, peserta didik, dasar dan tujuan pendidikan,

pendidik, materi pendidikan Islam, metode pendidikan, alat pendidikan,

evaluasi pendidikan, lingkungan pendidikan.

C. Asas-Asas Pendidikan Islam

Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian

muslim, maka pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijanjikan

landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan

pendidikan yang telah diprogramkan. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi

acuan pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan

kekuatan yang dapat menghantarkan peserta didik ke arah pencapaian

pendidikan. oleh karena itu, dasar pokok yang terpenting dari pendidikan

Islam menurut Hasan Langgulung adalah Al-Qur’an dan hadits. Berkenaan

asas-asas yang digunakan oleh Hasan Langgulung, Pendidikan menurutnya

memiliki enam asas yang sangat berhubungan erat dan saling melengkapi

diantaranya asas-asas tersebut:

1) Asas-asas historis (sejarah), yang mempersiapkan guru dengan sebuah

hasil pengalaman masa lalu, dengan melalui undang-undang dan

peraturan-peraturan, batas-batas, dan kekurangan-kekurangan.

2) Asas-asas sosial yang memberinya kerangka budaya darimana

pendidikan itu bertolak dan bergerak; memindahkan budaya, memilih,

dan mengembangkan.

15
3) Asas ekonomi yang memberinya perspektif tentang potensi-potensi

manusia dan keuangan, materi, persiapan yang mengatur sumber-

sumbernya, dan bertanggung jawab terhadap anggaran belanja.

4) Asas-asas politik dan administrasi yang memberinya bingkai ideology

(aqidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan

dan rencana yang telah dibuat.

5) Asas-asas psikologis yang memberinya informasi tentang watak pelajar-

pelajar, guru-guru, cara-cara terbaik dalam praktek, pencapaian, dan

penilaian, pengukuran dan bimbingan.

6) Asas-asas filsafat yang mampu memberinya kemampuan memilih yang

lebih baik, memberi arah suatu sistem, mengontrolnya, dan memberi arah

kepada semua asas-asas yang lain. (Langgulung, 1992:6-7)

Hasan Langgulung memandang bahwa dewasa ini pendidikan berada

dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Untuk itu, ia menawarkan bahwa

tindakan yang perlu diambil ialah dengan memformat kurikulum pendidikan

Islam dengan format yang lebih integralistik dan bersifat universal. Hasan

Langgulung menjabarkan menjadi beberapa aspek yang termasuk dalam

dasar-dasar pokok pendidikan Islam yaitu:

1) Keutuhan (Syumuliyah)

Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, artinya memperhatikan

segala aspek manusia: badan, jiwa, akal, dan rohnya. Pendidikan dalam

rangka pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), di temukan Al-

Qur’an, menghadapi peserta didiknya dengan seluruh totalitas unsur-

16
unsurnya. Al-Qur’an tidak memisahkan unsur jasmani dan rohani tetapi

merangkaikan pembinaan jiwa dan pembinaan akal, sekaligus tidak

mengabaikan jasmaninya. Diharapkan dengan melaksanakan prinsip ini,

bukan hanya kesucian jiwa yang diperoleh, tetapi juga pengetahuan yang

merangsang kepada daya cipta, karena daya ini dapat lahir dari penyajian

materi secara rasional, serta rangsangan pertanyaan-pertanyaan melalui

diskusi timbal balik

Pendidikan Islam perlu mendidik semua individu di masyarakat

(democratization) dan dari segi pelaksanaannya, sistem pendidikan Islam

haruslah meliputi segala aktivitas pendidikan normal, non-formal, dan

informal seperti pendidikan di rumah, masjid, pekerjaan, lembaga-

lembaga sosial dan budaya.

2) Keaslian

Pendidikan Islam haruslah orisinil berdasarkan ajaran Islam seperti

yang disimpulkan berikut ini:

a) Pendidikan Islam harus mengambil komponen-komponen, tujuan-

tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari peninggalan

Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsur-unsur

dari peradaban lain.

b) Haruslah memberi prioritas kepada pendidikan kerohanian yang

diajarkan oleh Islam. Pendidikan kerohanian Islam sejati

menghendaki agar kita menguasai bahasa Arab, yaitu bahasa Al-

Qur’an dan Sunnah.

17
Keaslian ini menghendaki juga pengajaran sains dan seni modern

dalam suasana perkembangan dimana yang menjadi pedoman adalah

aqidah Islam.

3) Bersifat Praktikal

Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya bisa bicara secara teoritis

saja, namun ia harus bisa dipraktekkan. Karena ilmu tidak akan berhasil

jika tidak dipraktekkan atau realita. Pendidikan Islam hendaknya

memperhitungkan bahwa kerja itu adalah komponen terpenting dalam

kehidupan sehari-hari. Jadi pendidikan Islam itu membentuk manusia

yang beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan mebelanya, dan

agar ia membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu

yang aktif di masyarakat.

4) Kesetiakawanan

Di antara ajaran terpenting dalam Islam adalah kerja sama,

persaudaraan dan kesatuan di kalangan umat Muslimin. Jadi pendidikan

Islam harus dapat menumbuhkan dan mengukuhkan setia kawan di

kalangan individu dan kelompok.

5) Keterbukaan

Pedidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan

Penciptanya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsa-

bangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal

fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada

18
rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan

iman. (Langgulung, 1988:142-145)

D. Kondisi Keberagaman Indonesia

1. Hasrat manusia terhadap Tuhan bersifat kodrati.

2. Agama meningkatkan derajat manusia dibanding makhluk lain.

3. Keunggulan manusia adalah memiliki akal, etika dan naluri membuat

manusia beradab dan beragama.

4. Manusia menganal agama wahyu.

5. Bangsa Indonesia mengakui lima agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu

dan Budha. Juga ada yang menganut kepercayaan: dinamisme dan

animisme.

6. Terjadi kesenjangan antar idealism Islam dengan perilaku umat, akibat

pendidikan agama berorientasi kepada ilmu, bukan kepada amaliahnya.

7. Pluralitas agama di Indonesia

a. Keberagamaan beragama bukan hanya kepada agama yang dianut

masyarakat, tetapi juga pada paham keagamaan dalam tubuh umat

beragama.

b. Keunikan pluralistik di Indonesia dalam semua agama berkembang pesat

secara bersama-sama, bahkan terjadi akulturasi dalam kehidupan

beragama.

c. Studi agama menjadi penting karena keunikan tersebut. Studi paling tepat

bersifat komprehensif, multi disipliner dan interdisipliner dengan metode

historis doktriner normative. (Aminuddin, 2006, p. 3)

19
E. Keberadaan Guru di Tengah Masyarakat

Tiada seorangpun yang bisa membantah bahwa peran guru dalam

keberadaan suatu bangsa maupun masyarakat tertentu, sangatlah penting.

Guru merupakan salah satu faktor utama bagi terciptanya generasi penerus

bangsa yang berkualitas tidak hanya dari segi intelektualitas dan

ketrampilannya saja, tetapi juga dari segi perilaku dan moralnya. Bila ingin

melihat bagaimana keadaan suatu bangsa 20-50 tahun mendatang, lihatlah

bagaimana kualitas para gurunya di masa sekarang.

Allah SWT mengingatkan dalam QS. An-Nisa’: 9

ٗٗ ‫ٱَّللَ َو ۡليَقُولُواْ ََ ۡو‬


َّ ْ‫علَ ۡي ِه ۡم فَ ۡليَتَّقُوا‬ ِ ‫ش ٱلَّذِينَ لَ ۡو ت ََر ُكواْ ِم ۡن خ َۡل ِف ِه ۡم ذُ ِري َّٗة‬
َ ْ‫ض َٰ َعفًا خَافُوا‬ َ ‫َو ۡليَ ۡخ‬

٩. ‫سدِيدًا‬
َ

Artinya: “hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang
benar.” (QS. An-Nisa’: 9)
Disinilah arti penting barisan para guru. Guru merupakan wasilah untuk

menyiapkan generasi penerus bangsa agar memiliki 6 kekuatan, yaitu:

1. Quwwatul Aqidah, yaitu kekuatan keyakinan/keimanan atau ideology

power yang lurus dan kokoh.

2. Qowwatul Khuluqi, yaitu kekuatan moral atau akhlak yang terpuji.

3. Qowwatul Ilmi, yaitu kekuatan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi).

4. Qowwatul Iqtishadi, yaitu kekuatan ekonomi.

5. Qowwatul Ijtima’I, yaitu kekuatan persatuan dan kesatuan.

6. Qowwatul Jismi, yaitu kekuatan badan yang sehat.

20
Nasikh Ulwan (1985: 265) mengutip pendapat Ibnu Mas’ud r.a yang

menyarakan bahwa ada 3 golongan yang harus ada ditengah-tengah manusia,

yaitu:

1. Harus ada pemerintah menegakkan hukum diantara mereka. Kalau tidak,

maka sebagian manusia akan memakan manusia yang lain.

2. Harus ada penjual buku. Kalau tidak, niscaya ilmu allah akan musnah.

3. Harus ada guru yang mengajar anak-anak mereka dan meneima gaji dari

pengajarnya itu. Kalau tidak, niscaya meraka akan buta huruf.

(Budiyanto, 2016, pp. 5-6)

Jadi keberadaan guru di tengah masyarakat sangatlah penting karena

terciptanya generasi penerus yang berkualitas tidak hanya dari intelektual dan

ketrampilannya tetapi dari moral dan perilakunya.

F. Peran Tokoh Agama Islam

1. Pengertian Peran

Istilah “peran” kerap diucapkan banyak orang. Kita sering

mendengar, kata “peran” dikaitkan dengan posisi atau kedudukan

seseorang. Kata “peran” dikaitkan dengan “apa yang dimainkan” oleh

seorang aktor dalam suatu drama. Kamus Bahasa Indonesia menyebutkan

pengertian peran adalah:

a. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia

adalah pemain sandiwara atau pemain utama;

21
b. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam

sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran

yang diberikan;

c. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.

Peran (role) merupakan aspek dinamis dari suatu kedudukan

(status). Apabila seseorang melakukan suatu hak dan kewajiban yang

sesuai dengan kedudukannya, maka itu berarti dia menjalankan suatu

peran. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu akan

tergantung dengan yang lain dan sebaliknya. Setiap orang mempunyai

macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.

Hal itu berarti peranan menentukan apa yang diperbuatnya untuk

masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan masyarakat

kepadanya. (Soerjono, 2013, hal. 212-213)

Setiap orang yang menyandang ststus dalam masyarakat memiliki

hak dan kewajiban masing-masing. Kewajiban-kewajiban yang

bersangkutan dengan status sosial disebut peran sosial. Peran sosial dapat

diartikan sebagai tingkah laku yang diharapkan dari individu sesuai status

sosial yang disandangnya. Seseorang yang bestatus guru memiliki peran

berbeda dengan pedagang.

Status dan peran tidak dapat dipisahkan. Tidak ada peran jika tidak

ada status dan tidak ada status tanpa peran. Selain itu, seseorang tidak

dapat mengelak dari kewajiban menjalankan peran sesuai status sosialnya

dalam masyarakat. Secara lebih rinci, peran seseorang dalam masyarakat

22
mencakup tiga permasalahan pokok. Pertama, peran diatur oleh norma-

norma. Ketika individu berperan sesuai status sosialnya, ia juga harus

menaati norma dalam starus tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang

menjabat sebagai tokoh masyarakat, ia harus menjaga tingkah laku sesuai

norma-norma dan peaturan yang berlaku.

Kedua, peran mencakup hal-hal yang harus dilakukan dan dituntut

oleh masyarakat. Individu yang memiliki status soial tentu harus

berperan seperti harapan masyarakat. Sebagai contoh, pasangan nikah

yang memiliki anak, secara otomatis akan memilki status sebagai orang

tua. Pasangan tersebut secara otomatis juga menjalankan peran sebagai

orang tua, yaitu mendidik dan mengajarkan ilmu yang berguna kepada

buah hati. Begitu pun ketika anak masuk dunia sekolah secara otomatis ia

sudah mendapat status sebagai siswa serta wajib manjalankan perannya,

yaitu: belajar.

Ketiga, peran merupakan bagian penting dalam struktur sosial.

Sebagai contoh, seseorang yang memiliki jabatan dalam struktur

organisasi desa seperti kepala desa bertugas menyelenggarakan urusan

pemerintahan. Pertanyaan ini menujukan bahwa status tersebut

merupakan dari status sosial dan dibuktikan dengan perannya. (Joan

Hesti Gita Purwasih, 2014, pp. 24-25)

Dari beberapa definisi di atas penulis mengemukakan bahwa peran

merupakan rangakaian perilaku yang dimainkan oleh seseorang atau

organisasi terhadap lingkungannya untuk dijadikan tuntutan yang

23
diberikan secara struktural sesuai dengan kedudukannya supaya

masyarakat dapat melihat dan menentukan perbuatan yang dilakukannya.

2. Pengertian Tokoh Agama

Tokoh adalah wakil pelaku budaya dalam realitas. Tokoh adalah

gambaran manusia. Gejolak manusia dilukiskan melalui tokoh-tokoh dan

peristiwa. Tokoh menjadi landasan awal dalam membentuk serta

mengurai sebuah gagasan. (Endraswara, 2016, p. 70)

Tokoh agama didefinisikan sebagai seseorang yang berilmu

terutamanya berkaitan dengan Islam, ia dijadikan sebagai role-model dan

tempat rujukan ilmu bagi orang lain. Mengacu pada definisi tersebut

dapat diartikan bahwa tokoh agama adalah orang yang terkemuka, ia

dijadikan sebagai sauri tauladan dan sebagai pemberi nasehat bagi

masyarakat sekitar yang berkaitan dengan agama Islam. Tokoh agama

merupakan ilmuan agama di dalamnya termasuk nama-nama kyai, ulama,

ataupun cendikiawan muslim yang dalam kesehariannya memiliki

pengaruh karena ada kepemimpinan yang melekat pada dirinya. Status

tokoh agama mencakupempatkompenen, yaitu: pengetahuan, kekuatan

spiritual, keturunan (baik spiritual maupun biologis), dan moralitas.

(Ronald, 2004, hal. 23)

Ketokohan seseorang paling tidak dapat dilihat dari tiga indikator.

Pertama, integritas tokoh tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kedalaman

ilmunya, kepemimpinannya, keberhasilanya dalam bidang yang

digelutinya hingga memiliki kekhasan dan kelebihan disbanding orang-

24
orang segenerasinya. Integritas tokoh juga dapat dilihat dari sudut

integritas nilainya.

Kedua, karya-karya monumental. Karya-karya ini dapat berupa

karya tulis, karya nyata dalam bentuk fisik maupun nonfisik yang

bermanfaat bagi masyarakat atau pemberdayaan manusia, baik

sezamannya maupun masa sesudahnya.

Ketiga, kontribusi (jasa) atau pengaruhnya terlihat atau dirasakan

secara nyata oleh masyarakat, baik dalam bentuk pikiran, karena pikiran-

seperti disebut Kabir Helminski adalah bentuk aksi. Kontribusi tokoh

juga dapat dilihat dari kepemimpinan dan keteladannaya, hingga

ketokohannya diakui, diidolakan, ditelateni dan dianggap memberikan

inspirasi bagi generasi sesudahnya. (Harahap, 2014, p. 8)

Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa tokoh agama adalah orang yang mempunyai kelebihan dan

keunggulan dalam bidang keagamaan. Dikatakan kelebihan dan

keunggulan dalam bidang agama karena ia memiliki ilmu pengetahuan

tentang agama yang lebih banyak daripada manusia pada umumnya.

Tokoh agama merupakan orang yang diteladani dan orang yang

dihormati karena takaran ketaqwa’an dan wawasan agamanya yang luas

serta mendalam sehingga dapat menberikan pengaruh signifikan terhadap

masyarakat.

Adapun tokoh agama dalam penelitian ini adalah orang yang

memiliki keunggulan dalam ilmu keagamaan, menjadi panutan dalam

25
suatu masyarakat untuk memberikan pengarahan hidup yang baik sesuai

dengan perintah Allah agar masyarakat tersebut mencapai kebahagiaan

dunia akhirat. Tokoh agama yang dimaksud sesuai penegertian ini ialah

seseorang yang mempunyai banyak pengetahuan agama Islam, tidak

memimpin atau mempunyai pesantren akan tetapi berperan besar dalam

melakukan transformasi atau perubahan sosial terhadap masyarakat.

3. Pengertian Islam

Islam secara etimologi adalah tunduk, patuh, atau berserah diri.

Menurut syari’at apabila dimutlakkan berada pada dua pengertian:

pertama, apabila disebutkan sendiri tanpa diiringi kata iman maka

pengertian Islam mencakup seluruh agama baik ushul (pokok) maupun

furu’ (cabang), juga seluruh masalah aqidah, ibadah, keyakinan,

perkataan dan perbuatan. Jadi, pengertian ini menunjukkan bahwa Islam

adalah mengakui dengan lisan meyakini dengan hati berserah diri kepada

Allah atas semua yang telah ditentukan dan ditakdirkan. Kedua, apabila

kata Islam disebutkan bersamaan dengan kata iman, maka yang

dimaksud Islam adalah perkataan dan amal-amal lahiriyah yang

dengannya terjaga diri dan hartanya, baik dia meyakini Islam atau tidak.

(Nashir, 2007, hal. 87-88)

Islam adalah damai atau perdamaian dan keamanan. Dalam hal ini,

Islam adalah agama yang mengajarkan kepada pemeluknya, orang Islam,

untuk menyebarkan benih kedamaian, keamanan dan keselamatan untuk

26
diri sendiri, sesama manusia (muslim dan non muslim) dan kepada

lingkungan sekitarnya (rahmatan lil ‘alamin). (Mahfud, 2011, hal. 3-5)

Islam adalah agama universal yang tidak dikhususkan untuk suatu

bangsa dan tidak terbatas pada suatu wilayah atau negara, tetapi ia untuk

seluruh manusia pada semua negara-negara. Islam adalah agama manusia

yang terakhir, manusia tidak akan pernah lagi mendapat atau menerima

risalah selainnya dari langit. Islam adalah agama yang mencakup seluruh

kebutuhan manusia, baik fisik maupun rohani, baik sebagai individu

maupun sebagai anggota masyarakat atau anggota keluarga. Islam

menciptakan manusia yang mampu berjuangdalam mempertahankan

kehidupan dan sebagai seorang abid (ahli ibadah), pencipta perdamaian

dan sekaligus pejuang. Jadi, Islam agama yang mengatur seluruh aspek

kehidupan. (Shadr, 2003, pp. 69-70)

Islam adalah suatu mabda’ (idiologi yang memiliki sistem Aqidah

dan Syariah) universal yang mencakup seluruh aspek kehidupan;

mengatur gharizah (naluri/instink) manusia, diciptakan menyatu dalam

tubuh dan diatur dengan cara mendetail yang memberikan pemenuh

gharizah tersebut dengan cara pemenuhan yang benar, serta memecahkan

segala problema kehidupan, juga mengatur berbagai urusannya. Selain

itu, Islam memberikan kebebasan kepada akal manusia untuk berkarya

menciptakan dan menemukan berbagai sarana dan teknik-teknik (dalam

mengatasi masalah) dan untuk menjalankan thariqah-thariqah (hukum-

hukum) yang sesuai dengan tujuannya. (Badari, 2001, pp. 11-12)

27
Jadi, Islam adalah ajaran yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW, untuk diajarkan kepada seluruh umat manusia tentang

pokok-pokok dan peraturan-peraturan sebagai benih kedamaian,

keamanan dan keselamatan untuk diri sendiri, sesama manusia dan

kepada lingkungannya (rahmatan lil ‘alamin).

4. Sifat Tokoh Agama Islam

a. Sifattokoh agama

Sifat merupakan suatu keadaan yang ada pada sesuatu benda,

orang dan sebagainya. Para tokoh agama harus memiliki sifat yang

baik agar bisa menjadi teladan bagi masyarakat. Berikut beberapa

sifat yang harus dimiliki oleh tokoh agama:

1) Rabbani

Tokoh agama harus melakukan tugas-tugas dan upaya-

upaya untuk mewujudkan masyarakat yang rabbani, yaitu

masyarakat yang sikap dan oerilakunya disesuaikan dengan

nilai-nilai keagamaan.

2) Ikhlas

Keikhlasan merupakan modal yang sangat penting.

Sebanyak dan sebesar apapun amal seseorang bila tanpa

keikhlasan maka tidak akan ada nilainya di sisi Allah SWT.

Sebagai tokoh agama maka harus memiliki sifat ikhlas ini,

karena dengan ikhlas tugas-tugas yang berat akan terasa ringan

28
dan mudah. Ikhlas merupakan memberikan sesuatu dengan

ketulusan hati tanpa mengharapkan imbalan.

3) Sabar

Kesabaran merupakan wujud menahan diri dari sikap dan

perilaku emosional. Sikap sabar merupakan suatu yang sangat

diperlukan oleh seorang tokoh agama. Sabar merupakan suatu

bentuk pemberian ketenangan jiwa dalam menghadapi segala

permasalahan yang muncul di lingkungan hidup.

4) Adil dan bijaksana

Banyak tempat ibadah yang menjadi lahan rebutan bagi

kelompok-kelompok tertentu dakam masyarakat untuk dikuasai

guna mengembangkan pendapat dan pahamnya masing-masing.

Oleh karena itu tokoh agama harus bertindak adil dan bijaksana

dalam menyikapi perbedaan kelompok dan berbagai

kepentingan sehingga bisa mengarahkan tempat ibadah pada

fungsi yang sebenarnya salah stunya sebagi pusat untuk

memperkokoh Ukuwah Islamiyah, dari situ diharapkan terwujud

sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.

5) Jujur

Kejujuran merupakan suatu hal yang paling penting untuk

ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat. Kejuran harus

didasari sebagai suatu yang tidak terwujud dengan sendirinya,

diperlukan proses yang sungguh-sungguh, oleh karena itu tokoh

29
agama sangat dituntut untuk memiliki sifat jujur. Apabila

seorang tokoh telah memilikinya, maka apa yang menjadi pesan

atau programnya diwujudkan juga dalam kehidupan sehari-hari.

6) Berilmu

Tokoh agama dalam memimpin dan membimbing

masyarakat harus mempunyai ilmu dan wawasan yang luas.

Ilmu keIslaman adalah suatau ilmu yang mutlak untuk dipahami

dan dikuasai dengan baik, sehingga seorang tokoh tidak

bungung dalam menyikapi, menanggapi dan menjawab masalah-

masalah yang berkaitan dengan keagamaan dan keislaman.

Wawasan kontemporer atau masalah yang sekarang sedang

berkembang juga sangat perlu dipahami oleh seorang tokoh

agama. Sehingga masalah-masalah itu bisa di sikapi tanpa

melanggar nilai-nilai Islam, bahkan dapat memberikan arahan-

arahan yang positif. Keharusan dalam memiliki ilmu dan

wawasan yang luas adalah karena seorang tokoh agama tidak

boleh sembarangan bertindak.

7) Sejuk dan Berwibawa

Dalam kehidupan masyarakat kita sangat membutuhkan

adanya pemimpin yang bisa mengayomi masyarakat dengan

kelembutan hati dan memiliki karismatik dalam mengajak

masyarakat, sehingga ada kedekatan trsendiri tanpa

mengabaikan kewibawaanya. Seperti tokoh agama dalam

30
masyarakat yang terjun langsung dalam mengayomi masyarakat

tapi masyarakat masih menghormatinya. (Sakdan, 2017, hal. 18-

20)

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa sifat yang harus dimilliki oleh seorang tokoh agama, yaitu

ikhlas, sabar, adil, bijaksana, jujur, berilmu, rabbani, sejuk dan

berwibawa. Sifat-sifat itu menggambarkan tingkah laku yang ada

pada tokoh agama. Keadaan tingkah laku yang yang dimunculkan

akan menjadi contoh bagi masyarakat.

5. Peran Tokoh Agama dan Tanggung Jawab

Peran dan tanggung jawab tokoh agama yaitu berbagai kegiatan

keagamaan. Peran dan tanggung jawab tokoh agama dalam pengertian

sempit merupakan orang yang mengurusi kegiatan ibadah sehari – hari

seperti penyuluhan agama, memimpin acara ritual keagamaan (menjadi

imam masjid, khotib, pembaca do’a, menikahkan, mengurusi peringatan

hari besar Islam, mengajar ngaji dan kegiatan lainnya). Seperti firman

Allah dalam surat Faathir ayat 28 sebagai berikut:

‫ٱَّللَ ِم ۡن ِع َبا ِد ِه ۡٱلعُلَ َٰ َٓمؤُ َۗاْ ِإ َّن‬


َّ ‫ف أ َ ۡل َٰ َونُ ۥهُ َك َٰذَل َِۗكَ ِإنَّ َما َي ۡخشَى‬
ٌ ‫ب َو ۡٱۡل َ ۡن َٰعَ ِم ُم ۡخت َ ِل‬
ِ ٓ‫اس َوٱلد ََّوا‬
ِ َّ‫َو ِمنَ ٱلن‬

ٌ ُ ‫غف‬
٨٢ ‫ور‬ ٌ ‫ع ِز‬
َ ‫يز‬ َّ
َ َ‫ٱَّلل‬

Artinya: “dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-


binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-
macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Faathir 28)

31
Selanjutnya Allah menjelaskan sesungguhnya orang-orang yang

takut kepada-Nya dengan sebenar-benarnya adalah para Ulama yang

mengenal-Nya. Karena, setiap kali bertambah sempurna pengetahuan

orang tentang Allah yang maha agung lagi maha mengetahui serta

memiliki sifat-sifat yang sempurna dengan nama-nama-Nya yang husna

semakin sempurna serta lebih lengkap, maka setiap kali itu pula rasa

takut itu semakin besar dan semakin banyak.

Orang yang alim tentang Allah dan perintah-Nya adalah orang

yang takut kepada Allah serta mengetahui hukum-hukum Allah dan

kewajiban-kewajiban-Nya. Orang yang alim kepada Allah, dan tidak

alim tentang perintah-Nya adalah orang yang takut kepada Allah, akan

tetapi tidak mengetahui hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban-Nya.

Sedangkan orang yang alim tentang perintah Allah dan tidak alim tentang

Allah adalah orang-orang yang mengetahui hukum-hukum dan

kewajiban-kewajiban, tapi tidak takut kepada Allah. (Katsir, 2010, hal.

186-188)

a. Peran Tokoh Agama

Secara umum peran dari tokoh agama adalah sebagai penuntun

dan pengarah dalam segi keilmuan agama kepada masyarakat atau

umat, oleh karena itu peran dalam masyarakat sangat aktif, yaitu:

1) Pemimpin Agama sebagai Motivator

Ketrampilan dan keahlian yang dimilikinya, para

pemimpin agama telah berperan aktif dalam medorong

32
suksesnya kegiatan-kegiatan pembangunan. Keterlibatan para

pemimpin agama bagi perubahan sosial terutama didorong oleh

kesadaran yang sangat kompleks dihadapi umat. Para pemimpin

agama dapat memberikan semangat kepada masyarakat untuk

selalu giat berusaha.

Watak optimis dalam mengurangi kehidupan hendaklah

ditebarkan para pemimpin agama kepada masyarakat dengan

memberikan harapan-harapan masa depan, sehingga lambat laun

harapan-harapan itu dapat mendorong mereka untuk lebih

banyak bertindak. Para pemimin agama dapat memberikan

semangat kepada masyarakat untuk selalu giat berusaha. Jangan

sekali-kali mengajari masyarakat bahwa takdir dapat diyakini

sebagai alasan untuk bersifat fatalis. Dengan demikian para

pemimpin agama telah mampu membuktikan kemampuannya

untuk bicara secara rasional dan tetap membangkitkan semangat

aksi masyarakat dalam meraih sesuatu yang dicita-citakanya.

2) Pemimpin Agama sebagai Pembimbing Moral

Peran kedua yang dimainkan para pemimpin agama di

masyarakat, kaitannya dengan perubahan masyarakat adalah

peran berkaitan dengan upaya-upaya menanamkan prinsip-

prinsip etika dan moral masyarakat. Dalam kenyataannya, para

pemimpin agama dalam meletakkan landasan moral, etis dan

spiritual serta peningkatan pengalaman agama, baik dalam

33
kehidupan pribadi maupun sosial. Disinalah kemudian nilai-nilai

religious yang ditanamkan para pemimpi agama memainkan

peran penting dalam perubahan sosial. Berangkat dari landasan

etis moral inilah perubahan sosial diarahkan pada upaya

pemulihan harkat dan martabat manusia, harga diri dan

kehormatan individu serta pengakuan atas kedaulatan seseorang

atau kelompok untuk mengembangkan diri sesuai dengan

keyakinan dan jati diri serta bisikan nuraninya.

3) Pemimpin Agama sebagai Mediator

Peran lain para pemimpin agama adalan sebagai wakil dari

masyarakat dan sebagai pengatar dalam menjalin kerjasama

yang harmonis diantara banyak pihak dalam rangka melindungi

kepentingan-kepentingan di masyarakat dan lembaga-lembaga

keagamaan yang dipimpinnya.

Untuk membela kepentingan-kepentingan ini, para tokoh

agama biasanya memposisikan diri sebagai mediator diantara

beberapa pihak di masyarakat, seperti antara masyarakat dengan

elit pengusaha dan antara masyarakat miskin dengan orang-

orang kaya. Melalui para pemimpin agama, para elite

perusahaan pengusaha dapat mensosialisasikan program-

programnya kepada masyarakat lusa melalui bantuan para

pemimpin agama, sehingga keduanya terjadi saling pengertian.

34
Disini para pemimpin agama berusaha menjembatani dua

pihak yang status ekonominya sangat berbeda, sehingga gejolak

sosial yang terjadi akibat munculnya kecemburuan dari

golongan miskin dapat terhindar. Peran tokoh agama seperti ini

sudah sangat mengakar dimasyarakat, serta brtlangsung terus

menerus. Peran seperti ini pasti akan selalu dibutuhkan oleh

masyarakat.

Dalam kaitan inilah pentingnya kehadiran para pemimpin

agama sebagai mediator pemberdayaan masyarakat lemah

melalui kerjasama dengan elite perusahaan dengan golongan

orang kaya. Sehingga pada gilirannya, kesenjangan sosial dapat

ditekan sedemikian rupa, tidak menimbulkan gejolak sosial yang

mengancam keharmonisan hubungan masyarakat horizontal.

(Mubasyaroh, 2010, hal. 105-109)

Jadi peran tokoh agama dalam masyarakat pada penelitian ini

adalah perilaku atau aktivitas orang yang mengurusi kegiatan ibadah

sehari-hari seperti penyuluhan agama, memimpin acara ritual

keagamaan, sebagai motivator, sebagai pembimbing moral dan

mediator. Oleh karena itu, masyarakat setempat bisa hidup

berdampingan secara harmonis.

b. Tanggung Jawab Tokoh Agama

1) Menegakkan Dakwah secara Komprehensif

35
Pergerakan dakwah secara komprehensif merupakan

tanggung jawab umat Islam khususnya para tokoh agama.

Dimana dakwah Islam yang lengkap berarti memberikan suatu

kefahaman tentang tasawwur (gambaran atau tangkapan akal

pikiran seseorang terhadap suatu perkara) Islam yang khakiki.

Tokoh agama semestinya dituntut memberikan kejelasan pada

manusia bahwa konsep hidup Islam itu bersifat kaffah yaitu

merangkumi semua aspeknya aqidah, ibadah, akhlak, syariah,

politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Dan yang perlu

ditrasparasikan bahwa ajaran Islam tidak bersifat parsial

(sebagian dari suatu keseluruhan) dan Islam tidak mengenal apa

yang disebut dikhotomisme (sikap yang menempatkan dua hal

yang berbeda dan sangat sulit untuk disatukan).

Maka pergerakan dakwah secara komprehensif bertujuan

menghilangkan sikap dikhotomisme serta kembali

mempopulerkan argument dan sikap, bahwa segala aspek yang

diatur dalam Islam untuk manusia tidak dapat dipisahkan dan

saling terkait antara satu dengan yang lain.

2) Mendidik dan Membina Generasi Islam

Peran ulama disini yaitu membangkitkan kesadaran

manusia untuk mempunyai iltizam (komitmen) terhadap

tuntunan Islam. Melakukan pembinaan generasi muda Islam

yang unggul serta memiliki semangat jihad, dan ini semua dapat

36
ditempuh melalui tarbiyah Islamiyah sebagaimana yang

dilakukan Rasulullah SAW, dimana Rasulullah mendidik para

sahabatnya melalui tarbiyah (pendidikan) dan pembinaan

syakhsiyyah (keluarga) muslim luhur. Jiwa mereka diasuh

supaya bebas dari segala pengabdian kecuali kepada Allah. Dari

situlah peran ulama dituntut untuk memiliki Iltizam Qiadi

(komitmen kepemimpinan).

3) Membentuk Masyarakat yang Mau Menjunjung Tinggi Syariat

Islam

Eksistensi umat Islam dan para ulama yaitu mewujudkan

serta menegakkan masyarakat madani yaitu suatu tatanan

masyarakat yang bersedia melaksanakan hukum Allah dalam

semua bidang permasalahan. Untuk terwujud kearah

rekonstruksi (pengembalian) hukum yang selama ini

diselewengkan, hal yang sangat mendasar yang harus dilakukan

yaitu menenamkan kesadaran aqidah dan penghayatan nilai-nilai

ajaran Islam yang istiqomah, umat Islam tidak bimbang dalam

menghadapi perubahan sistem hidup, dengan demikian

supremasi (menegakkan) hukum dapat terealisasi dalam hidup

kehiduan manusia.

4) Membina masyarakat untuk tetap kokoh menghadapi cobaan

Dalam kehidupan manusia, cobaan, rahmat dan nikmat

Allah tidak pernah absen mengiringi langkah para hamba-

37
hamba-Nya. semua itu diberikan oleh Allah dalam berbagai

bentuk ada yang sifatnya tersembunyi. Misalnya, cobaan

kekufuran yang berakar dari sekularisme (paham atau

pandangan yang berpendirian bahwa moralitas tidak perlu

didasarkan pada ajaran agama) yang senantiasa melanda

kehidupan masyarakat Islam. Dalam usaha ini ulama dan umat

Islam semuanya bertanggung jawab memberikan kemafhuman

(kebaikan), menjelaskan dengan nyata setiap pertentangan

antara yang haq dan yang bathil atau antara Islam dan jahiliyah.

(Sakdan, 2017, hal. 26-28)

Dari uraian di atas tokoh agama merupakan seorang yang

memberikan pencerahan bagi umat Islam. Usaha yang dilakukan

merupakan pergerakan dakwah secara komprehensif. Peningkatan

pemahaman agama bisa memberikan pencerahan baru terhadap

agama dimasa yang akan datang.

G. SIKAP SOSIAL

1. Pengertian Sikap Sosial

Sikap menurut GW Allport (dalam Sears, dkk., 1985:137) adalah

keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman

yang memberikan pengaruh dinamika atau terarah terhadap respons

individu pada semua objek dan stuasi yang berkaitan dengannya. Sikap

terutama digambarkan sebagai kesiapan untuk menanggapi dengan cara

38
tertentu dan menekankan implikasi perilakunya. (Widyastuti, 2014, p.

57)

Sikap adalah penilaian terhadap suatu objek yang dengan

kepercayaan/keyakinan dan suatu langkah sebelum tindakan. (Indrawati,

2017, p. 68) Beberapa pendapat tentang sikap antara lain:

a. Sikap merupakan suatu tingkatan afek, baik itu bersifat positif

maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis.

b. Sikap merupakan suatu prediposisi mental untuk melakukan suatu

tindakan.

c. Sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara

konsisten dalam cara tertentu berkenaan dengan objek tertentu.

d. Sikap menentukan keajegan dan kekhasan perilaku seseorang dalam

hubungannya dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian

tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan

timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku. (Widyastuti, 2014, pp.

57-58)

Abu Ahmadi mengatakan bahwa pendapat diatas melibatkan tiga

aspek atau komponen yang salimg berhubungan yaitu:

a. Aspek Kognitif yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal

pikiran, berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang

didasarkan pada informasi yang berhubungan dengan objek.

b. Aspek Afektif (perasaan) yaitu menunjuk pada dimensi emosional

dari sikap, emosi yang berhubungan dengan objek berwujud proses

39
yang menyangkut perasaan-perasaan tertentu seperti senang, tidak

senang, ketakutan, kedengkian, simpati dan sebagainya.

c. Aspek Konatif yaitu melibatkan salah satu kecenderungan untuk

bertindak terhadap suatu objek. (Ahmadi, 2007, hal. 149)

Sikap mengandung tiga bagian (domain), yaitu kongnitif, afektif

dan konatif. Karena ketiga domain itu saling terkait erat timbul teori

bahwa jika kita mengetahui kongisi dan perasaan seseorang terhadap

suatu objek tertentu, kita akan tahu pula kecenderungan perilaku. Dengan

demikian, kita dapat meramalkan perilaku dari sikapyang dampaknya

besar sekali dalam penerapan psikologi, karena dapat dimanfaatkan baik

dalam hubungan antar pribadi, dalam konseling maupun kelompok.

Namun dalam kenyataan tidak selalu suatu sikap tertentu berakhir dengan

perilaku yang sesuai dengan sikap tersebut.

Adanya ketidak sesuaian antara sikap dan perilaku sudah diketahui

oleh para pakar sejak lama. Karena banyak penelitian membuktikan

bahwa sikap tidak meramalkan perilaku, maka ada pendapat bahwa

dalam psikologi tidak perlu digunakan konsep sikap (sebagai faktor

internal/laten), tetapi langsung saja diteliti perilaku. Pendapat ini

biasanya dianut oleh kaum behavioris dan juga berlaku untuk sifat.

Menurut mereka sifat kepribadian juga tidak dapat memperkirakan

sesuatu. Yang paling benar adalah melihat reaksi-reaksi individu

langsung di lapangan (dalam kehidupan sehari-hari) dan memperkirakan

perilaku yang akan timbul berdasarkan pengamatan langsung tersebut.

40
Jadi, sikap tidak selalu sejalan dengan tigkah laku, tergantung intensitas

(kuat lemahnya) sikap, serta ekstrimitas dan pengalaman pribadi.

Menurut Fishbein dan Ajzen, sikap tidak dapat dilihat dari satu

perilaku atau peristiwa saja, melainkan harus melihatnya dari rata-rata

timbulnya perilaku tersebut pada peristiwa-peristiwa sejenis dalam satu

kurun waktu tertentu. Selain itu, juga mengatakan bahwa sulit untuk

mengukur sikap yang umum, padahal perilakunya khusus. Sebaliknya,

sulit untuk memperkirakan perilaku yang khusus dari sikap yang umum.

Di pihak lain, sikap terhadap suatu hal yang khusus dapat

meramalkan/memperkirakan perilaku dalam hal yang khusus itu pula.

Misalnya: sikap terhadap kontrasepsi dapat meramalkan terhadap

pemakaian kontrasepsi. Tetapi dimunculkan dalam kesadaran seseorang.

Dalam kebanyakan peristiwa, memanag individu tidak terlalu peduli pada

sikapnya sendiri. Misalnya: ketika di restoran dan sedang asik mengobrol

dengan teman, tiba-tiba datang pelayanan dan menanyakan tentang rasa

makanan itu. Individu itu akan segera menjawab enak, agara dapat segera

melanjutkan obrolan dengan temannya (waupun mungkin sebenarnya

kurang menyukai makanannya). Perilaku seperti itu sering diperbuat

karena dapat menghemat energi dan efisien. Namun kalu sikap itu sempat

dimunculkan dalam kesadaran, perilaku orang akan berbeda. Lebih jelas

lagi, hubungan antara sikap dan perilaku akan dipengaruhi oleh

bagaimana sikap itu masuk ke dalam kesadaran.

41
Penyimpulan sikap tidak dapat dibuat hanya berdasarkan satu

tindakan pada satu saat saja dan peramalan perilaku yang khusus pada

suatu waktu dan situasi tertentu tidak dapat ditetapkan berdasarkan sikap

yang lebih umum. Yang lebih tepat adalah dengan menggunakan kreteria

observasi berulang (apakah perilaku tertentu berulang pada waktu-waktu

yang berbeda) atau dengan menggunakan kreteria tindakan berganda

(berbagai perilaku berbeda yang timbul pada situasi yang berulang-

ulang). Korelasi sikap dengan perilaku akan tinggi jika diukur dengan

jangka waktu yang cukup panjang. Untuk dapat meramalkan perilaku

degan lebih akurat harus dibedakan antara objek sikap (target) dengan

perilaku pada objek sikap. Misalnya: sikap beragama; targetnya agama,

tokoh agama, kepercayaan, dll. Perilakunya bersembahyang, bersedekah,

dll. berbeda dengan target yang tidak terkait tempat dan waktu, perilaku

sering terjadi dalam kaitan tempat dan situasi serta waktu tertentu.

Pengukuran sikap yang terbaik agar dapat memperkirakan perilaku

adalah dengan memasukkan sekaligus keempat faktor tersebut, yaitu:

target, perilaku, situasi dan waktu.

Dalam hubungannya ini, yang dapat mencakup keempat unsur

tersebut adalah perilaku itu jika berulang dalam situasi yang sama pada

waktu yang berbeda akan menunjukan sikap terhadap target. Mengukur

sikap terhadap niat sama dengan mengukur perilaku itu sendiri, karena

hubungan niat dengan perilaku adalah paling dekat. Setiap perilaku

42
adalah bebas, yang ditentukan oleh kemauan sendiri dan selalu didahului

dengan niat. (Indrawati, 2017, pp. 87-71)

Bayaknya pedapat tentang sikap sosial yang dilakukan para ahli,

maka dapat disimpulkan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir namun

memerlukan proses belajar baik secara sengaja maupun tidak disengaja.

Sikap sosial adalah kecerdasan individu yang menentukan perbuatan

nyata untuk bertingkah laku sesuai untuk bertingkah laku dengan cara

tertentu terhadap orang lain dan mementingkan tujuan-tujuan sosial dari

pada tujuan-tujuan pribadi dalam kehidupan bermasyarakat. Indikator

yang digunakan dilakukan penelitian ini adalah menunjukan sikap

terbuka terghadap orang lain, melakukan sesuatu dengan kerjasama atau

gotong royong, menujunkukan sikap peduli terhadap orang lain, (empati)

merasakan apa yang dirasakan orang lain, membangun suasana yang

komunikatif (mudah dipahami), melaksanakan tanggung jawab,

mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai orang lain

(toleransi) dan menunjukan sikap suka menolong.

2. Nilai-nilai Sikap yang Harus Diajarkan

Sejauh manakah kita peduli tentang bersikap jujur, adil, dan pantas

terhadap orang lain sudah jelas mempengaruhi, apakah pengetahuan

moral kita mengarah pada perilaku moral. Berikut merupakan nilai-nilai

moral yang sebaiknya diajarkan dalam masyarakat:

43
a. Kejujuran

Kejujuran adalah salah satu bentuk nilai. Dalam hubungannya

dengan manusia, berarti adanya perilaku tidak menipu, berbohong,

berbuat curang, atau mencuri. Ini merupakan salah satu cara untuk

menghormati orang lain.

b. Toleransi

Toleransi merupakan bentuk refleksi dari sikap hormat, sebuah

sikap yang memiliki kesetaraan dan tujuan bagi mereka yang

memiliki pemikiran, ras, dan keyainan yang berbeda-beda. Toleransi

adalah sesuatu yang membuat dunia setara dari berbagai perbedaan.

c. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan adalah nilai yang dapat menjadikan seseorang

menghormati diri sendiri. Contohnya, ketika kita menjauhkan diri

dari hal-hak yang dapat membahayakan diri baik secara fisik

maupun moral.

d. Disiplin Diri

Disiplin diri membentuk seseorang untuk tidak mengikuti

keinginan hati yang mengarah pada perendahan nilai diri atau

perusakan diri. Tapi untuk mengejar apa-apa yang baik bagi diri kita

dan untuk mengejar keinginan positif dalam kadar yang sesuai.

Disiplin diri dapat membentuk seseorang untuk tidak mudah puas

terhadap sesuatu yang telah diraih dengan cara mengembangkan

44
kemampuan, bekerja dengan manajemen waktu yag bertujuan, dan

menghasilkan sesuatu yang berarti bagi kehidupan.

e. Tolong Menolong

Sikap tolong menolong dapat memberikan bimbingan untuk

berbuat kebaikan dengan hati. Ini dapat membantu seseorang dalam

menyelesaikan tanggung jawab terhadap etika yang berlaku secara

luas.

f. Sikap Peduli Sesama

Sikap peduli sesama bisa berarti “berkorban untuk”. Sikap ini

dapat membantu untuk tidak hanya mengetahui apa yang menjadi

tanggung jawab kita, tetapi juga ikut merasakannya.

g. Sikap Saling Berkerja Sama

Sikap saling berkerja sama, mengenal bahwa “tidak ada yang

mampu hidup sendiri di sebuah pulau (tempat kehidupan)” dan dunia

yang sering membutuhkan, kita harus bekerja secara bersama-sama

dalam meraih tujuan yang pada dasarnya sama dengan upaya

mempertahankan diri.

h. Keberanian

Sikap berani akan membantu seseorang untuk menghormati

diri sendiri agar dapat bertahan dalam berbagai tekanan. Sikap ini

juga membentuk manusia untuk menghormati hak-hak orang lain

ketika kita mengalami sebuah tekanan.

i. Demokrasi

45
Demokrasi pada gilirannya merupakan cara yang diketahui

terbaik dalam menjamin keagamaan dan hak asasi masing-masing

individu (untuk memiliki rasa hormat) dan mengangkat makna dari

kesejahteraan umum (bersikap baik dan bertanggung jawab kepada

semua orang). (Lestari, 2015, hal. 13-16)

Dari kesembilan nilai tersebut, dapat dikerucutkan menjadi dua

nilai pokok yaitu rasa hormat dan bertanggung jawab. Kedua nilai

tersebut menjadi dasar moralitas utama yang berlaku secara universal.

Kemudian, rasa hormat berarti menunjukkan penghargaan kita terhadap

harga diri orang lain ataupun hal lain selain diri kita. Terdapat tiga hal

yang menjadi pokok, yaitu penghormatan terhadap diri sendiri,

penghormatan terhadap orang lain dan penghormatan terhadap semua

bentuk kehidupan serta lingkungan yang saling menjaga satu sma lain.

Bertanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban, sebagaimana yang seharusnya ia

lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan

Yang Maha Esa. (Lestari, 2015, hal. 16)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai-

nilai yang dianjurkan dalam masyarakat berasal dari rasa hormat dan

tanggung jawab. Nilai-nilai tersebut mengacu pada sikap sosial karena

semuanya berkaitan dengan adanya objek sikap dan membutuhkan

penilaian dari banyak orang.

46
3. Pembentukan dan Perubahan Sikap Sosial

Pada dasarnya sikap bukan merupakan suatu pembawaan,

melainkan hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga

sifat bersifat dinamis. Pembentukan sikap sebagian besar dipengaruhi

oleh pengalaman. Sikap dapat pula sinyatakan sebagai hasil belajar,

karena sikap dapat mengalami perubahan. Sikap dapat berubah karena

kondidi atau pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil belajar sikap

tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap

senantiasa akan berlagsung dalam interaksi manusia dengan objek

tertentu. (Widyastuti, 2014, p. 68)

Terbentuknya suatu sikap banyak dipengaruhi perangsang oleh

lingkungan sosial dan kebudayaan seperti keluarga, sekolah, norma,

golongan agama dan adat istiadat. Sikap tumbuh dan berkembang dalam

basis sosial tertentu, seperti ekonomi, politik, agama dan sebagainya.

Sikap dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan,

norma-norma atau kelompok. Hal itu mengakibatkan perbedaan sikap

antara individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan pengaruh

atau lingkungan yang diterima. Sikap tidak akan terbentuk karena

interaksi manusia terhadap suatu objek tertentu.

Sama halnya dengan Baron dan Byrne yang menyatakan salah satu

sumber penting yang dapat membentuk sikap yaitu dengan mengadopsi

sikap orang lain melalui proses pembelajaran sosial. Pandangan ini

terbentuk ketika beriteraksi dengan orang lain atau mengobservasi

47
tingkah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi melalui beberapa proses,

yaitu:

a. Classical conditioning yaitu pembelajaran berdasarkan asosiasi,

ketika sebuah stimulus muncul berulang-ulang diikuti stimulus yang

lain. Stimulus yang pertama akan dianggap sebagai tanda munculnya

stimulus yang mengikutinya.

b. Instrumental conditioning yaitu belajar untuk mempertahankan

pandangan yang benar.

c. Observaton conditioning yaitu pembelajaran melalui observasi atau

belajar dari contoh, proses ini terjadi ketika individu mempelajari

bentuk tingkah laku atau pemikiran baru dengan mengobservasi

tingkah laku orang lain.

d. Perbandingan sosial yaitu proses membandingkan diri dengan orang

lain untuk menemukan pandangan kita terhadap kenyataan sosial

benar atau salah.

Sama halnya dengan Sears dkk yang menyatakan “suatu model

tentang situasi perubahan sikap yang mengklasifikasikan berbagai

kemungkinan pengaruh terhadap seseorang dipandang dari sudut

komunikasi dan situasi”. Terjadinya perubahan sikap akan semakin besar

apabila sumberdaya dipercaya dan secara umum disukai oleh orang

tersebut. Pengulangan pesan merupakan suatu yang penting apabila

perubahan sikap dipertahankan. Pengulangan yang terlalu banyak akan

48
menimbulkan kebosanan dan mengurangi dukungan terhadap perubahan

sikap. (Soekrisno, 2009, hal. 198-203)

Wina Sanjaya membagi membagi pembentukan sikap menjadi pola

pembiasaan dan modelling.

a. Pola pembiasaan

Dalam proses pembelajan di sekolah, guru dapat menanamkan

sikap terbuka terhadap siswa melalui proses pembiasaan. Secara

disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu

selama proses pembelajaran. Siswa yang setiap kali menerima

perlakuan yang tidak mengenakkan dari guru maka lama-kelamaan

akan timbul rasa benci dari anak tersebut. Perlahan-lahan anak akan

mengalihkan sikap negatif itu bukan hanya kepada guru akan tetapi

kepada mata pelajaran yang diasuhnya. Kemudian untuk

mengembalikannya pada sikap positif bukanlah pekerjaan mudah.

b. Modelling

Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang

adalah keinginannya untuk melakukan peniruan. Modelling adalah

proses peniruan anak terhadap orang lain yang menjadi idolanya

atau orang yang dihormatinya. Pemodelan biasanya dimulai dari

perasaan kagum yang perlahan perasaan tersebut akan

mempengaruhi emosinya dan akan meniru perilaku sama seperti

apa yang dilakukan oleh idolanya. Proses penanaman sikap

terhadap suatu objek melalui proses modelling pada mulanya

49
dilakukan secara mencontoh, tetapi anak perlu diberi pemahaman

mengapa hal itu dilakukan. (Lestari, 2015, hal. 17-19)

Dengan begitu maka terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

perubahan sikap sosial, diantaranya:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia itu

sendiri. Faktor ini berupa selectivity atau daya pilih orang untuk

menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh dari luar, biasanya

disesuaikan dengan motif dan sikap didalam diri manusia, terutama

yang menjadi minat perhatian.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia.

Faktor ini berupa interaksi sosial didalam maupun di luar kelompok.

(Ahmadi, 2007, hal. 157-158)

Faktor lain yang dapat mengubah sikap menurut Mednick, Higgins

dan Kirscheanbaum adalah:

a. Pengaruh sosial seperti norma dan kebudayaan.

b. Karakteristik kepribadian individu.

c. Informasi yang selama ini diterima individu. (Widyastuti, 2014, p.

68)

Pembentukan dan perubahan sikap sosial tidak terjadi dengan

sendirinya. Sikap terbentuk karena hubungan dengan suatu objek, orang,

kelompok, lembaga, nilai, melalui hubungan antar individu, hubungan

didalam kelompok, komunikasi surat kabar, buku, poster, radio, televisi

dan sebagainya. Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari

50
banyak menjadi peranan seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah

dan lainnya. Dalam penelitian ini pengembangan sikap sosial dengan

menggunakan suatu hal yang membuat masyarakat melakukan beberapa

kegiatan kelompok, itu akan terjalin suatu interaksi dan komunikasi

antara siswa yang satu dengan yang lainnya.

4. Ciri-ciri Sikap

Sikap sosial memiliki beberapa ciri-ciri. Berikut merupakan ciri-

ciri sikap menurut Abu Ahmadi, yaitu:

a. Sikap itu Dipelajari

Sikap merupakan hasi belajar yang dapat dibedakan dari motif-

motif psikologis lainnya. Beberapa sikap dipelajari tidak dengan

sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu, kemungkinan

terjadi mempelajari sikap dengan sengaja apabila individu mengerti

bahwa hal itu akan membawa dampak yang lebih baik untuk dirinya

sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh suatu nilai

yang sifatnya perseorangan.

b. Memiliki Kestabilan

Sikap bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat,

tetap dan stabil melalui pengalaman.

c. Personal-Sociental Significance.

Sikap melibatkan hubungan seseorang dengan orang lain dan

juga antara orang dengan situasi, jika merasa seseorang bahwa orang

51
lain menyenangkan, terbuka serta hangat, maka akan sangat berarti

bagi dirinya dan orang itu merasa bebas.

d. Berisi Cognisi.

Kompenen ini dari pada sikap adalah berisi informasi yang

nyata, misalnya: objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak

menyenangkan.

e. Approach-Avoidance Directionality.

Bila seseorang memiliki sikap yang favorable (baik) terhadap

suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya. Sebaliknya

bila seseorang memiliki sikap yang imfavorable (tidak baik) mereka

akan menghindarinya.

Sedangkan ciri-ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut:

a. Pemikiran dan Perasaan (thoughts and feeling)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, lebih tepatnya

diartkan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau

stimulus dan merupakan modal untuk bertindak dengan

pertimbangan untung-rugi, manfaat serta sumber daya yang tersedia.

b. Adanya Orang Lain yang Menjadi Acuan (personal references)

Merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan

tapi tetap mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

c. Sumber Daya (resources)

52
Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk

bersikap positif atau negatif terhadap objek tertentu dengan

pertimbangan kebutuhan daripada individu tersebut.

d. Sosial Budaya (culture)

Sosial budaya berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir

seseorang untuk bersikap terhadap objek/stimulus tertentu. (Ahmadi,

2007, hal. 164-165)

Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri sikap dari penjelasan di atas adalah

sikap itu dipelajari, sikap memiliki kesetabilan, sikap melibatkan

hubugan antara seseorang dengan orang lain dan antara orang dengan

situasi tertentu, sikap berisi informasi yang nyata dan sikap berasal dari

pemikiran serta perasaan seseorang.

5. Fungsi Sikap

Sikap mempunyai beberapa fungsi, berikut beberapa fungsi sikap

yang di kemukakan oleh Baron dan Byrne:

a. Sikap beroprasi menginterpretasi dan memproses berbagai jenis

informasi, sikap juga mempengaruhi presepsi dan pemikiran tehadap

isu, objek, atau kelompok dengan kuat.

b. Sikap sebagai fungsi pengetahuan yaitu kegunaan sikap dalam

mengorganisasi dan menginterpretasi informasi sosial.

c. Sikap sebagai ekspresi diri dan identitas diri yaitu memungkinkan

untuk mengekspresikan nilai-nilai utama atau keyakinan seseorang.

53
d. Sikap memiliki fugsi self-esteem yaitu membantu untuk

mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri.

e. Sikap berfungsi untuk mempertahankan ego, membantu orang untuk

melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang dirinya.

f. Sikap berfungsi sebagai motivasi. (Djuwita, 2009, hal. 128)

Sedangkan Abu Ahmadi membagi fungsi kikap menjadi 4

golongan, yaitu:

a. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah

sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah

menjalar, sehingga mudah menjadi milik bersama. Sikap bisa

menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau

dengan anggota kelompok yang lain.

b. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku. Antara perangsang dan

reaksi terdapat sesuatu yang disisipkan yaitu suatu yang berwujud

pertimbangan-pertimbangan terhadap perangsang itu, sebenarnya

bukan hal yang berdiri sendiri tap merupakan sesuatu yang erat

hubungannya denagn cita-cita, tujuan hidup, peraturan-peraturan

kesusilaan yang ada dalam masyarakat, keiginan-keinginan pada

orang lain dan sebagainya.

c. Sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman.

Dalam hal ini dikemukakan bahwa manusia didalam menerima

pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif, tapi

diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari

54
dunia luar itu tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi

penilaian lalu dipilih mana yang cocok untuk diterapkan dalam

masyarakat tersebut.

d. Sikap sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan

kepribadian seseorang. Sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang

mendukungnya. Melihat sikap pada objek-objek tertentu, orang

dapat melihat kepribadian orang lain. Jadi sikap adalah sebagai

pernyataan pribadi, untuk dapat memahami sikap sosial biasanya

tidak mudah, maka terdapat metode-metode sebagai berikut, yaitu:

1) Metode langsung ialah metode dimana orang itu secara langsung

diminta pendapatnya mengenai objek tertentu. Metode ini lebih

mudah pelaksanaannya tapi hasilnya kurang dipercaya.

2) Metode tidak langsung ialah metode dimana orang diminta

supaya menyatakan dirinya mengetahui objek sikap yang

diselidiki, tetapi secara tidak langsung.

3) Tes tersusun ialah tes yang menggunakan skala sikap yang

dikonstruksikan terlebih dahulu menurut prinsip-prinsip tertentu.

4) Tes tidak tersusun ialah misalnya wawancara, daftar pertanyaan

dan biografi. (Djuwita, 2009, hal. 128)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi

sikap sosial adalah sebagai alat untuk menyesuaikan diri, alat pengatur

tingkah laku, alat pengatur pengalaman-pengalaman dan pernyataan

kepribadian seseorang.

55
6. Pengukuran Sikap

Abu Ahmadi megungkapkan para ahli psikologi sosial telah

berusaha untuk mengukur sikap dengan berbagai cara. Berbagai bentuk

pengukuran sudah dimulai dan dikembangkan sejak diadakannya

penelitian sikap yang pertama yaitu pada tahun 1920. Subjek diminta

untuk merespon objek sikap dalam berbagai cara. Pengukuran sikap ini

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pengukuran Sikap Secara Langsung

Umumnya dilakukan tes psikologi yang berupa sejumlah item

yang telah disusun secara hati-hati, seksama, selektif, dengan kritera

tertentu. Tes psikologi ini kemudaian dikembangkan menjadi skala

sikap. Skala sikap ini diharapkan mampu mendapatkan jawaban atas

pertanyaan dengan berbagai cara oleh responden terhadap suatu

objek psikologi.

b. Pengukuran Sikap Secara tidak Langsung

Teknis pengukuran sikap secara langsung yang telah dibahas

tertuju pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk

dikomunikasikan secara lisan. Dengan teknik demikian, subjek juga

tau bahwa sikapnya sedang diukur, dan pengetahuan ini akan

mempengaruhi jawabannya. Salah satu masalah yang dihadapi dalam

pengukuran sikap secara lagsung adalah seperti itu, sebab

kemungkinan untuk menjawab tidak jujur dalam arti tidak seperti

apa adanya. Apabila kita ditanya tentang sikap kita terhadap

56
tetangga, kemungkinan besar akan menjawab yag positif meskipun

tidak demikian halnya. Sebenarnya masalah ini telah dikurangi

dengan kontruksi item yang secermat-cermatnya. Namun itu tidak

berarti bahwa masalah tersebut sudah teratasi sepenuhnya.

Berdasarkan masalah tersebut para ahli berusaha

mengembangkan suatu cara mengukur sikap dengan langsung. Di

dalam teknik tidak langsung, subjek tidak tahu bahwa tingkah laku

dan sikapnya sedang diteliti. Teknik tidak langsung khususnya

berguna bila responden kelihatan tidak mau mengutarakan sikapnya

secara jujur. (Ahmadi, 2007, hal. 168-176)

Pengukuran sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah

melakukan pengukuran sikap secara langsung karena penelitian ini

menggunakan teknik wawancara berupa pertanyaan dengan skala sikap

yang dijawab oleh responden.

7. Hubungan Sikap dengan Tingkah Laku

Pada umumnya bahwa sikap seseorang akan menentukan tingkah

lakunya. Schuman dan Johnson menyatakan sebagian besar penelitian

sikap tingkah laku memberikan hasil yang positif, hubungan yang terjadi

untuk menunjukkan sesuatu yang penting supaya dilibatkan, apapun

prosesnya yang mendasari seseorang tersebut. (Soekrisno, 2009, hal.

150)

Sama halnya dengan pedapat Allport yang menyatakan bahwa

sikap dengan tingkah laku sebagai sebuah kecenderungan untuk

57
bertingkahlaku dengan cara tertentu dalam situasi sosial. (Djuwita, 2009,

hal. 130) Hal itu sama dengan pendapat Abu Ahmadi yang mengatakan “

adanya hubungan yang erat antara sikap dan tingkah laku didukung oleh

pengertian sikap yang mengatakan bahwa sikap merupakan

kecenderungan untuk bertindak. (Ahmadi, 2007, hal. 159)

Baron dan Byrne juga mengemukakakn sikap determinan peting

dalam tingkah laku. Beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan

hubungan antara sikap dan tinglah laku, yaitu:

a. Aspek situasi yaitu keadaan sikap diaktifkan. Hambatan situasi dapat

mencegah untuk mengekspresikan sikap secara terbuka, manusia

cenderung menyukai situasi yang mengizinkan untuk

mengekspresikan sikap.

b. Aspek dari sikap itu sendiri yaitu sifat dari asal usul sikap itu sendiri

yang mencakup bagaimana sikap terbentuk, kekuatan sikap

(kemudahan sikap untuk diakses, pengetahuan, dan kepentingan

pribadi), serta kekhususan sikap.

Sikap mempengaruhi tingkah laku melalui mekanisme yang

berbeda, ketika manusia dapat memberikan pemikiran yang mendalam

terhadap sikap, intensi yang berasal adalah dari sikap dapat memprediksi

dengan kuat tingkah laku seseorang. Dalam situasi ketika manusia tidak

dapat melakukan pertimbangan tersebut, sikap mempengaruhi tingkah

laku dengan membentuk presepsi situasi tersebut. (Djuwita, 2009, hal.

129-132)

58
Dalam penelitian ini para tokoh agama mengembangkan sikap

dengan kegiatan yang dilakukan berkelompok dapat membentuk sikap

masyarakat yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkah laku

masyarakat. Apabila masyarakat sadar dan mengetahui akan tanggung

jawab terhadap kegiatan yang dilakukan maka akan terbentuk masyarakat

yang harmonis dan melakukan hubungan sosial dengan baik, saling

toleransi antar warga yang dilakukan secara sungguh-sungguh dan

semaksimal mungkin.

59
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, penelitian ini termasuk jenis

penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung. Penelitian lapangan adalah suatu

penelitian yang dilakukan di lapangan atau di lokasi penelitian, suatu tempat

yang dipilih sebagai lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di

lokasi tersebut (Fathoni, 2011: 96).

Pendekatan yang dipakai adalah kualitatif. Penelitian kualitatif dapat

membantu peneliti untuk memperoleh jawaban atas suatu gejala, fakta, dan

realita yang dihadapi, sekaligus memberikan pemahaman dan pengertian baru

atas masalah tersebut sesudah menganalisis data yang ada (Khasanah, 2015:

33).

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif

adalah suatu metode yang ditunjukkan untuk menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat yang lampau

(Sukmadinata, 2006: 5)

Penelitian kualitatif deskriptif ini adalah salah satu metode penelitian

yang bertujuan untuk menggambarkan kejadian-kejadian yang ada yang

sedang berlangsung ataupun yang telah terjadi.

60
B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung. Alasan penulis memilih lokasi ini karena Penduduk Desa Getas

menganut beberapa agama yaitu agama Islam, Hindu, Budha, Kristen. Dahulu

agama yang dianut penduduk adalah Agama Hindu. Oleh karena itu,

penduduk desa Getas mempunyai berbagai adat istiadat dan norma yang

dibawa oleh masing-masing agama dan dari segi sosial, toleransi, serta

kebersamaan yang ada di desa tersebut terbina secara harmonis.

C. Sumber Data

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari responden

penelitian. Responden penelitian dalam penelitian ini adalah tokoh agama

Islam yang menjadi acuan dalam keharmonisan di desa tersebut.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data-data tambahan yang didapat dari

sumber tertulis dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari

dokumen-dokumen dari instansi. Peneliti mengunakan data sekunder ini

untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah

dikumpulkan melalui wawancara dan pengamatan.

Berkaitan dengan sumber data sekunder, penulis akan mencari

dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan judul penelitian

seperti sejarah Desa Getas, sejarah masuknya Islam di Desa Getas.

61
D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui data-data di lapangan, maka digunakanlah beberapa

teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi:

1. Observasi

Peneliti menggunakan metode ini untuk mengamati secara

langsung atau melakukan observasi non partisipan di lapangan. Pada

metode observasi penulis mencari data dan mencatat hal-hal yang penting

dan yang diperlukan. Seperti kondisi fisik, letak geografis, sarana

prasarana di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupatan Temanggung.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang dari

pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang di

wawancara. Orang yang mengajukan pertanyaan dalam wawancara

disebut pewawancara (interview) dan yang diwawancara disebut

narasumber (Fathoni, 2005: 105).

Dalam hal ini, peneliti akan mewawancarai tokoh-tokoh agama

Islam. Dalam wawancara ini berkaitan tentang sejarah masuknya agama

Islam, faktor pendorong dan pendukung, kegiatan-kegiatan pendidikan

agama Islam, kegiatan sosial, peran tokoh agama.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bukti-bukti (gambar, suara, tulisan)

terhadap obyek atau kegiatan yang sedang terjadi. Metode ini akan di

62
gunakan peneliti sebagai pedoman untuk mecari data mengenai beberapa

hal yang berupa catatan dan gambaran umum Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupatan Temanggung. Metode ini digunakan sebagai salah

satu pelengkap dalam memperoleh data. Dalam hal ini data yang

diperoleh penulis dengan metode dokumentasi dapat di kelompokkan

sebagai berikut:

a. Arsip-arsip Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupatan

Temanggung.

b. Foto-foto kegiatan keagamaan dan tradisi yang ada.

c. Data-data lain yang menunjang dalam penelitian ini.

E. Analisis Data

Peneliti akan menggunakan analisis data model Miles dan Huberman

yang dikutip oleh Khasanah (2018: 37). Dalam analisis data ini meliputi tiga

aktivitas, yaitu:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum data, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan

membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi

akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti

dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

63
2. Penyajian data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplay data. Penyajian data yaitu mendisplay data. Melalui

penyajian tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola

hubungan, sehingga semakin mudah dipahami. Dalam penelitian ini

penulis menggunakan penyajian data dalam bentuk tabel dan naratif.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Kesimpulan awal masih bersifat sementara

akan berubah jika tidak ditemukan pada tahap awal, didukung oleh bukti-

bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka menjadi kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah temuan

baru yang belum pernah ada sebelumnya.

F. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik

triangulasi. Teknik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah

ada. Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan menggunakan

perspektif berlainan. Misal menggabungkan catatan lapangan hasil

pengamatan dan naskah hasil wawancara.

Dalam penelitian ini teknik triangulasi akan digunakan pada sumber-

sumber yang diasumsikan banyak informasi yang akan didapat. Triangulasi

yang akan digunakan adalah triangulasi teknik. Triangulasi teknik dilakukan

64
dengan memakai beberapa metode penelitian dalam menggali data sejenis,

misalnya wawancara, observasi, dan angket (Khasanah, 2015: 37-38).

Pengujian data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu triangulasi

teknik dan triangulasi sumber.

1. Triangulasi teknik adalah cara yang digunakan untuk mengecek

kebenaran data yang dilakukan dengan cara wawancara, kemudian hasil

wawancara bisa dijawab dengan bukti data-data ataupun observasi.

Wawancara tersebut antara lain, bagaimana peran tokoh agama Islam

mengembangkan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupatan Temanggung?

2. Triangulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan sumber

yang berbeda. Sumber yang dimaksud adalah tokoh-tokoh agama Islam

di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupatan Temanggung dengan

pertanyaan yang sama yaitu bagaimanakah dampak terhadap pendidikan

agama Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupatan

Temanggung?

G. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra-Lapangan

Dalam tahap ini yang dilakukan peneliti adalah menyusun

rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan,

menjajaki keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, serta

menyiapkan perlengkapan penelitian.

65
2. Tahap PekerjaanLapangan

Pada tahap ini peneliti harus mempersiapkan diri dengan menjaga

kesehatan fisik, berpenampilan rapi dan sopan saat melakukan penelitian.

Ketika memasuki lapangan, peneliti hendaknya berbaur menjadi satu dan

menjaga keakraban dengan subjek. Selain itu peneliti harus berbahasa

yang baik dan jelas. Sambil berperanserta, peneliti juga mencatat data

yang diperlukan.

3. Tahap Analisis Data

Analisis data menurut Patton dalam Moloeng (2011:103), adalah

proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar. Dalam hal ini peneliti mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan

mengkategorikannya.

66
BAB IV

PERAN TOKOH AGAMA ISLAM

A. Paparan Data

1. Gambaran Umum Desa Getas

a. Kondisi Geografis Desa Getas

Kabupaten Temanggung merupakan salah satu Kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan Kabupaten Kendal di

sebelah Utara, Kabupaten Semarang di sebelah Timur, Kabupaten

Magelang di sebelah Selatan dan Kabupaten Wonosobo di sebelah

Barat. Kabupaten Temanggung berjumlah penduduk sekitar 759.128

jiwa per tahun 2017. Kabupaten ini terdiri dari 21 kecamatan, salah

satunya adalah Kecamatan Kaloran.

Kecamatan Kaloran terletak pada jalur alternatif yang

menghubungkan antara Kabupaten Temanggung dan Kabupaten

Semarang. Kecamatan Kaloran memiliki beberapa Desa dalam

cakupan wilayahnya, salah satunya adalah Desa Getas. Desa Getas

secara geografis termasuk dalam wilayah perbukitan yang memiliki

luas wilayah seluas 815 Ha, dimana luas wilayah lahan pesawahan

dengan irigasi ½ teknis seluas 40 Ha, tadah hujan 39 Ha, serta

lainnya merupakan lahan pertanian kering dan pemukiman.

Mayoritas pemukiman masyarakat Desa Getas menggunakan sumber

67
air tuk (mata air) yang disalurkan dari pegunungan ke rumah warga

masyarakat untuk keberlangsungan hidup sehari-hari.

Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Getas

No Batas Desa/Kelurahan Kecamatan

1. Sebelah Utara Kalimanggis Temanggung

2. Sebelah Selatan Tleter Temanggung

3. Sebelah Timur Tlogowungu Sumowono

4. Sebelah Barat Kebunagung Temanggung

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Tabel 4.1 menjelaskan bahwa Desa Getas berbatasan dengan

Desa Kalimanggis di sebelah Utara, Desa Tleter di sebelah Selatan,

Desa Tlogowungu di sebelah Timur, Desa Kebunagug di sebelah

Barat. Keempat desa tersebut masih dalam cakupan wilayah

kecamatan Temanggung dan Sumowono.

Desa Getas memliki orbitasi jarak tempuh yang cukup jauh

untuk menuju ke Kabupaten Temanggung maupun ke Kecamatan

Kaloran. Jarak tempuh Desa Getas ke Kecamatan Kaloran kurang

lebih 4 km dengan waktu 10 menit. Sedangkan jarak tempuh Desa

Getas ke Kabupaten Temanggung kurang lebih 24 km dengan waktu

kurang lebih 1 jam. Desa yang memiliki luas tanah pertanian sawah

79 Ha, ladang/tegalan 534.52 Ha, perkantoran 0.682 Ha, sekolah 1.

73 Ha, jalan 6.08 Ha, lapangan sepak bola 1.567 Ha, dan pemukiman

seluas 60.52 Ha. Berikut merupakan tabel luas wilayah Desa Getas:

68
Tabel 4.2 Luas Wilayah Desa Getas

No. Wilayah Jumlah

1. Pemukiman 60.52 Ha

2. Pertanian Sawah 79 Ha

3. Ladang/Tegalan 534.52 Ha

4. Perkantoran 0.682 Ha

5. Sekolahan 1.73 Ha

6. Jalan 6.08 Ha

7. Lapangan Sepakbola 1.567 Ha

Jumlah Total 684.099 Ha

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Desa Getas mempunyai sembilan Desa yaitu Desa Getas, Desa

Nglaranga, Desa Pringapus, Desa Kemiri, Desa Gletuk, Desa Porot,

Desa Krecek, Desa Banyuurip, Desa Cendono. Desa Getas

merupakan tengah-tengah dari beberapa Desa yang lainnya. Desa

Cendono dan Desa Porot berada di sebelah Utara dari Desa Getas.

Desa Bnyuurip, Desa Gletuk dan Uusun Krecek berada di sebelah

Selatan Desa Getas. Desa Nglarangan dan Desa Kemiri berada di

sebelah Barat Desa Getas. Desa Kemiri merupakan jalur yang

menghubungkan beberapa Desa tersebut, jadi Desa ini merupakan

pintu keluar masuk Desa Getas.

Desa Getas merupakan Desa yang berada di perbukitan, untuk

masuk ke Desa Getas harus melewati sawah yang cukup luas dan

69
jalannya kurang terawat. Fasilitas umum di Desa Getas kurang

memadai, dikarenakan pasar dan puskesmas berada di dekat

Kecamatan Kaloran.

Sebelum masuk ke Desa Getas, Desa Kemiri dari arah Barat

harus melewati sawah kemudian ada pertigaan, yang ke kanan ke

Desa Kebunagung yang ke kiri ke Desa Kemiri setelah itu akan ada

jembatan dan gapura itu sudah sampai di Desa Kemiri. Desa Kemiri

ini merupakan akses Desa yang paling mudah ke Balai Desa, setelah

masuk ke Desa Kemiri ada pertigaan arah ke kanan menuju ke Desa

Nglarangan nanti akan melewati sebuah Vihara dan setelah itu nanti

akan menjumpai sebuah sekolahan/SD di Desa Nglarangan,

kemudian ke arah kiri dan di pertigaan ada Pos Ronda/Jaga menuju

ke arah kiri nanti sudah sampai di Balai Desa Getas. Sebelum sampai

Balai Desa Getas, ada beberapa warung yang menyediakan/menjual

berbagai kebutuhan masyarakat, hal itu memudahkan masyarakat

sekitar dalam mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.

Desa Getas ini banyak masyarakat yang membuka usaha

sendiri, seperti mini market yang menjual berbagai kebutuhan

masyarakat, serta toko-toko biasa banyak dijumpai di Desa ini.

Selain itu, ada juga yang membuka bengkel untuk tambal ban dan

service motor serta mobil.

70
b. Kondisi Demografi Desa Getas

Desa Getas merupakan Desa berada wilayah yang memiliki

kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia yang banyak.

Hal itu menjadi salah satu Desa yang cukup padat penduduknya.

Desa Getas dengan jumlah penduduk yang banyak terbagi menjadi

sembilan Desa yaitu: Desa Getas, Desa Nglaranga, Desa Pringapus,

Desa Kemiri, Desa Gletuk, Desa Porot, Desa Krecek, Desa

Banyuurip, Desa Cendono. Jumlah RT di Desa Getas sebanyak 50

dan jumlah RW sebanyak 13 terdiri dari Desa Getas dengan jumlah 3

RT, Desa Nglaranga dengan jumlah 2 RT, Desa Pringapus dengan

jumlah 5 RT, Desa Kemiri dengan jumlah 8 RT, Desa Gletuk dengan

jumlah 5 RT, Desa Porot dengan jumlah 14 RT, Desa Krecek dengan

jumlah 3 RT, Desa Banyuurip dengan jumlah 5 RT, Desa Cendono

dengan jumlah 5 RT. Adapun daftar jumlah penduduk Desa Getas

berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Getas Berdasarkan Jenis

Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 2.213

2. Perempuan 2.135

Jumlah Total 4.348

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

71
Berdasarkan data di atas dapat dikatakan bahwa penduduk

laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan.

Desa dengan jumlah Kepala Keluarga yang bermukim

sebanyak 1.338 dari jumlah total penduduknya adalah 4.348 jiwa.

Desa dengan jumlah penduduk yang padat, dalam satu rumah tidak

jarang dihuni lebih dari satu orang Kepala Keluarga. Desa Getas

masyarakatnya kebanyakan adalah penduduk pribumi artinya mereka

terlahir asli dari Desa Getas dan ada beberapa yang pendatang tetapi

sedikit. Desa ini termasuk plural, karena desa ini terbagi menjadi

beberapa golongan agama diantaranya ada agama Islam, agama

Kristen, agama Katolik dan agama Budha. Berikut ini merupakan

jumlah penduduk menurut agama:

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Getas Berdasarkan Agama

No Agama Jenis Kelamin Jumlah

L P

1. Islam 1.070 1.013 2.083

2. Kristen 419 403 822

3. Katholik 4 7 11

4. Budha 720 712 1.432

JUMLAH TOTAL 4.348

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Berdasarkan tabel 4.4, Desa Getas memiliki jumlah penduduk

agama Islam laki-laki sebanyak 1.070 jiwa dan perempuan 1.013

72
jiwa sehingga keseluruhan masyarakat yang memeluk agama Islam

adalah 2.083 jiwa. Agama Kristen laki-laki sebanyak 419 jiwa dan

perempuan sebanyak 403 jiwa, jumlah masyarakat yang memeluk

agama Kristen adalah 822 jiwa. Agama Katholik laki-lakinya

berjumlah 4 jiwa dan perempuan 7 jiwa, sehingga jumlah

masyarakat yang memeluk agama Katholik berjumlah 11 jiwa.

Kemudian agama Budha laki-lakinya sebanyak 720 jiwa dan

perempuan 712 jiwa, jumlah keseluruhan masyarakat Desa Getas

yang memeluk agama Budha ada 1.432 jiwa. Jadi jumlah

keseluruhan warga Desa Getas terdapat 4.348 jiwa.

c. Sektor Mata Pencaharian dan Perekonomian Masyarakat Desa Getas

Desa Getas merupakan dengan ladang dan sawah yang luas.

Jadi masyarakat Desa Getas dalam pembentukan perekonomian

adalah dari pertanian. Hal tersebut menjadi sektor utama

perekonomian Desa Getas dengan jenis tanaman yang ditanam

adalah tanaman padi dengan luas lahan 79 Ha, tanaman jagung

dengan luas lahan 300 Ha, tanaman palawija dengan luas lahan 5 Ha,

tanaman kakao/coklat dengan luas lahan 1 Ha, tanaman kopi dengan

luas lahan 91 Ha dan tanaman singkong dengan luas lahan 4 Ha.

Jadi, masyarakat Desa Getas mayoritas bermata pencaharian sebagai

petani. Berikut merupakan tabel keadaan ekonomi berdasarkan

pertanian.

73
Tabel 4.5 Sektor Mata Pencaharian Berdasarkan Pertanian

No Jenis Tanaman Jumlah

1. Padi sawah 79 Ha

2. Jagung 300 Ha

3. Palawija 5 Ha

4. Kakao/coklat 1 Ha

5. Kopi 91 Ha

6. Singkong 4 Ha

Jumlah Total 480 Ha

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Berdasarkan tabel 4.5 luas lahan pertanian sebagai sektor

utama dalam perekonomian masyarakat Desa Getas adalah seluas

480 Ha. Petani di Desa Getas terbagi menjadi dua kategori yaitu

petani dan buruh tani. Mayoritas masyarakat Desa Getas mempunyai

lahan pertanian, namun ada sebagian kecil masyarakat yang menjadi

buruh tani. Buruh tani di Desa Getas yaitu masyarakat yang tidak

mempunyai lahan pertanian. Sehingga masyarakat yang menjadi

buruh itu beralih menggarap lahan pertanian milik orang lain. Waktu

panen biasanya setiap 4 bulan sekali. Jenis tanaman yang di tanam,

biasanya di sesuaikan dengan musim.

Apa bila terjadi musim kemarau masyarakat Desa Getas

menanam tanaman palawija, singkong dan jagung karena

memerlukan perairan yang sedikit. Sedangkan, saat musim hujan

74
masyarakat menanam tanaman padi karena membutuhkan lebih

banyak air. Kemudian tanaman tahunan seperti kakao/coklat dan

kopi. Kakao/coklat dan kopi merupakan tanaman yang berbuah

dalam satu tahun sekali. Desa ini menjadi tumpuan masyarakat yang

mampu memasok keuntungan yang besar karena pertanian kopi dan

padi merupakan sumber pokok bagi masyarakat dalam pemenuh

kebutuhan. Untuk mengatasi beberapa kesulitan ekonomi di Desa ini

maka masyarakat Desa Getas memiliki tanaman selain kopi dan padi

yaitu palawija, singkong jagung dan coklat.

Selain sebagai petani, masyarakat Desa Getas mempunyai

pekerjaan lain yaitu peternakan. Peternakan merupakan pekerjaan

masyarakat yang membudidayakan hewan, sehingga masyarakat

mendapat keuntungan. Hewan yang dibudidayakan oleh masyarakat

Desa Getas adalah kambing, sapi, ayam, itik dan burung. Hewan

yang sering di temukan oleh peneliti adalah ayam di pekarangan

rumah, anjing di pekarangan rumah, hewan sapi, kambing dan itik

biasanya dibudidayakan di belakang rumah, sedangkan burung

biasanya terdapat pada depan rumah dan di dalam rumah.

Masyarakat Desa Getas memang bermata pencaharian petani, namun

mereka mempunyai pekerjaan sampingan untuk mengisi waktu luang

saat menunggu waktu untuk panen padi dan kopi serta tanaman

lainnya sehingga mereka gunakan untuk berternak.

75
Mata pencaharian warga masyarakat Desa Getas sangat

beragam, sehingga tidak bertumpu pada bidang pertanian saja. Selain

bermata pencaharian petani dan peternak ada juga yang membuka

usaha misalnya minimarket, toko kecil berisi kebutuhan rumah

tangga (pedagang). Profesi masyarakat Desa Getas selain sektor

pertanian, peternakan, pedagang, ada juga yang tergolong dalam

sektor jasa yaitu guru. Selain di atas masih banyak lagi lainnya

seperti PNS, Tukang, Bidan/Perawat, TNI/Polri, Sopir, Buruh, Jasa

persewaan dan Swasta.

Tabel 4.6 Struktur Mata Pencaharian Berdasarkan Jenis

Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Petani 1. 917

2. Pedagang 17

3. PNS 51

4. Tukang 36

5. Guru 16

6. Bidan/Perawat 4

7. TNI/Polri 1

8. Pensiun 9

9. Sopir 20

10. Buruh 59

11. Jasa persewaan 4

76
12. Swasta 630

Jumlah Total 2. 764

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Dari table 4.6 peneliti menggaris bawahi bahwa sumber

ekonomi Desa Getas sangat bervariasi yaitu pertanian, pedagang,

jasa dan peternakan hanya sebagai sampingan saja. Sumber

pencaharian tersebut dapat menunjang perekonomian masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan bertahan hidup. Dilihat

dari segi pertanian, Desa Getas tersebut termasuk Desa agraris yaitu

Desa dengan lahan pertanian yang luas. Lahan pertanian tersebut

dimanfaatkan oleh masyarakat dengan menanami kopi, padi,

palawija, jagung, kakao/coklat dan singkong.

Mayoritas warga masyarakat Desa Getas memanfaatkan lahan

yang dimilikinya untuk bercocok tanam sehingga menjadi sumber

perekonomian Desa tersebut. Dari segi peternakan, masyarakat juga

mempunyai keahlian untuk membudidaykan hewan karena untuk

memanfaatkan waktu luang saat menunggu panen tiba.

Selanjutnya yaitu dari segi perdagangan/usaha kecil,

masyarakat Desa Getas membentuk usaha yang bersifat mandiri

artinya usaha tersebut didirikan secara individu. Beberapa warga

masyarakat Desa Getas ada yang mendirikan usaha secara individu

tersebut yaitu seperti minimarket dan toko-toko kecil untuk

77
memenuhi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Dengan begitu akan

menunjang perekonomian masyarakat Desa Getas.

Dari segi jasa, masyarakat Desa Getas yang mempunyai

pengetahuan dan pendidikan yang lebih tinggi mereka lebih memilih

untuk mengabdikan dirinya kepada lembaga pendidikan. Sumber

perekonomian masyarakat Desa dari segi jasa adalah pensiun, PNS,

Guru, Swasta, TNI/Polri dan Bidan/Perawat. Sedangakan dari segi

jasa yang lain, masyarakat Desa Getas mengandalkan skil (keahlian)

diantaraya sebagai tukang. Tukang merupakan orang yang mepunyai

kapandaian dalam suatu pekerjaan tertentu. Masih dalam kategori

jasa selanjutnya adalah sopir. Sopir merupakan orang yang mampu

mengemudikan kendaraan bermotor. Sehingga dengan adanya sopir

angkutan perekonomian masyarakat Desa Getas akan lebih

berwarna. Ada juga dalam segi jasa yang mengandalkan mata

pencaharian sebagai jasa persewaan, dengan begitu hasilnya dapat

menjadi sumber perekonomian desa tersebut.

d. Sektor Pendidikan Desa Getas

Pendidikan merupakan pembelajaran yang dilakukan dalam

suatu lembaga untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Masyarakat

dikatakan lebih maju/sejahtera apabila kemampuan sumber daya

manusianya mampu mengolah sumber daya alam yang ada secara

efektif dan efisien. Untuk memperoleh kemampuan sumber daya

manusia yang berkualitas adalah dengan pendidikan, sehingga

78
pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia

yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan bangsa serta

pembentukan sikap/perilaku (moral) individu. Salah satunya adalah

moral pemuda, karena pemuda merupakan generasi bangsa. Apabila

moral mendidikan pemuda baik, maka bangsa juga memiliki attitude

yang baik pula. Begitu pula sebaliknya, moral (perilaku) pemuda

bisa dikatakan kurang baik karena memilki pendidikan yang rendah.

Jadi, dengan pendidikan dapat menentukan perilaku manusia ke arah

yang lebih baik. Dengan pendidikan mereka akan mengetahui antara

yang baik dan yang buruk, sesuatu yang harus dilakukan dan

dikerjakan, dan mengetahui sesuatu yang belum kita ketahui.

Masyarakat Desa Getas lebih mengutamakan pendidikan untuk

anak-anaknya, walaupun mereka bermata pencaharian sebagai

petani. Para orang tua di Desa ini tidak menginginkan anak-anaknya

berprofesi seperti orang tuanya. Masyarakat Desa Getas mempunyai

keinginan yang sangat kuat untuk menyekolahkan anaknya,

walaupun tidak sampai perguruan tinggi, namun jika orang tuanya

mampu dan anaknya minat untuk masuk perguruan tinggi maka

orang tuanya sangat mendukung. Mayoritas masyarakat mampu

menyekolahkan anaknya sampai pada sekolah menengah atas

(SMA). Masyarakat yang menduduki kelas menengah ke atas lebih

memilih pendidikan anaknya di luar Desa. Namun masyarakat yang

menduduki kelas menengah kebawah lebih memilih pendidikan

79
untuk anaknya di Desa Getas karena tidak jauh dari rumah dan

mudah untuk dijangkau.

Pendidikan di Desa Getas tidak ada lembaga pendidikan

sampai perguruan tinggi. Namun upaya pemerintah untuk

memajukan pendidikan di Desa Getas terlihat sampai sekolah

menengah atas (SMA). Lembaga pendidikan tinggkat Piaud/TK

terdapat dua lembaga, yaitu berlokasi di Desa Porot dan Desa

Nglarangan. Lembaga pendidikan tinkat MI/SD terdapat tiga

lembaga, yaitu berlokasi di Desa Porot dan Desa Nglarangan.

Lembaga pendidikan di tingkat SLTA/SMP/MTs terdapat satu

lembaga yang berlokasi di Desa Porot. Sedangkan lembaga

pendidikan di tingkat menengah keatas (SMA/MA) terdapat satu

buah lembaga juga berlokasi di Desa Porot.

Kualitas pendidikan sangat berdampak pada pola pikir dan

keterampilan masyarakat. Oleh karena itu, Desa Getas sangat

mendukung pendidikan dengan tujuan untuk mengembangkan

sumber daya manusia (SDM). Adapun upaya pemerintah Desa Getas

dalam melakukan pengembangan sumber daya manusia melalui

pendidikan adalah mendirikan lembaga pendidikan formal.

Pendidikan di Desa Getas tidak hanya brsifat formal tapi ada

juga pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal ini bertujuan

untuk memberi pengetahuan pada anak mengenai akhlak yang sesuai

dengan nilai dan norma agama. Salah satunya adalah agama Islam.

80
Oleh karena itu, masyarakat Desa Getas tidak menginginkan anak-

anaknya mempunyai akhlak yang rendah dan buta terhadap baca

tulis Al-Qur’an. Berikut merupakan lembaga formal di Desa Getas

diantaranya:

Tabel 4.7 Sektor Pendidikann Desa Getas Berdasarkan

Lembaga Pendidikan Formal

No. Nama Desa Jenis Lembaga Pendidikan

TK SD/MI SLTP/MTs SLTA/MA

1. Porot 1 2 1 1

2. Nglarangan 1 1 - -

Jumlah 2 3 1 1

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

Adapun pendidikan non-formal ada, ini berlokasi di rumah

warga dan masjid. Pendidikan ini biasanya berlangsung setelah

pulang sekolah pendidikan formal. Aktivitas anak-anak mengenyam

pendidikan formal baik sekolah SD/MI, SLTP/MTs maupun

SLTA/MA biasanya dilakukan pagi hari mulai jam 07.00 sampai

16.00. Sedangkan pendidikan non formal biasanya dilakukan setelah

bakda sholat magrib dikarenakan jika siang sampai sore kebanyakan

yang mengajar adalah warga Desa atau tokoh agama Islam yang juga

berprofesi sebagai petani, ada yang guru dan perangkat Desa.

Pendidikan non-formal ini biasanya dilakukan di masjid ada juga

yang di rumah warga dan ada yang di TPQ.

81
e. Kehidupan Sosial Keagamaan Desa Getas

Agama merupakan sebuah kepercayaan. Masyarakat Desa

Getas termasuk masyarakat plural, karena di Desa ini terdapat

berbagai jenis agama. Bahkan dalam sebuah rumah, ada yang

memiliki kepercayaan berbeda. Adapun jenis-jenis agama yang

dianut oleh masyarakat adalah agama Islam, agama Katolik, agama

Kristen, dan agama Budha. Desa Getas dahulunya didominasi oleh

agama Budha, tapi seiring berjalannya waktu agama Islam

berkembang semakin banyak. Kemudian muncul agama Kristen,

agama Katolik, dan sebagian masyarakat masih bertahan pada agama

Budha. Hal tersebut berlangsung dalam proses kehidupan

masyarakat Desa Getas melalui perkawinan, selain itu karena

kebebasan hati nurani seseorang untuk memilih agama.

Dalam konteks ini masyarakat Desa Getas hidup dengan sikap

keberagaman yang toleran pada semua penganut agama karena

kekerabatan dalam masyarakat masih kokoh dipertahankan melalui

perilaku sosial, solidaritas, dan adat istiadat Desa tersebut.

Sementara agama Islam dan Agama Budha memiliki persaingan

yang seimbang dalam mengembangkan agamanya. Sedangkan

agama Kristen dan agama Katolik belum begitu kuat membudaya

dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Getas karena para

penganut agama tersebut masih sedikit.

82
Desa Getas merupakan Desa yang plural, dalam bidang sosial

keagamaan Desa ini mempunyai beberapa tempat ibadah. Seperti

halnya Islam, disana sudah mempunyai Masjid/Mushola yang cukup

banyak. Dengan adanya tokoh agama Islam perkembangan Islam di

Desa Getas sudah mulai maju. Tempat ibadah untuk agama Hindu

disebut dengan Vihara. Di Desa Getasagama Hindu memiliki jumlah

Vihara yang banyak, hal itu dikarenakan jumlah pemeluk agama

Hindu juga banyak dan dahulu merupakan pemeluk agama yang

mayoritas. Tempat ibadah agama Kristen adalah Gereja. Pemeluk

agama Kristen lebih sedikit dibanding agama Islam dan Hindu,

begitu juga dengan tempat ibadahnya juga lebih sedikit. Satu lagi

adalah agama Katolik, di Desa Getas agama Katolik merupakan

agama yang minoritas pemeluknya dan tempat ibadahnya juga belum

ada. Pemeluk agama Katolik jika ingin beribadah jaraknya cukup

jauh, harus ke Kecamatan Ambarawa. Berikut merupakan tabel

jumlah tempat ibadah di Desa Getas:

Tabel 4.8 Jumlah Tempat Ibadah Berdasarkan Agama

No. Nama Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid/Musholla 14

2. Gereja 8

3. Vihara 11

Jumlah total 33

Sumber: data Desa Getas Kecamatan Kaloran Tahun 2017/2018

83
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa Desa Getas

memiliki beberapa tempat ibadah yaitu Masjid/musholla berjumlah

14 buah, Gereja sebanyak 8 buah dan Vihara sebanyak 11 buah. Dari

data tersebut dapat simpulkan bahwa Desa Getas adalah masyarakat

yang plural yang terdiri dari beberapa agama, walaupun terdiri dari

beberapa agama, Desa Getas termasuk Desa yang aman dan

harmonis.

Desa Getas dalam sosial keagamaan masyarakat sudah sangat

toleran antara agama yang satu dengan agama yang lain. Masyarakat

Desa Getas memiliki kesadaran akan perbedaan yang ada, tetapi

mereka tidak mempermasalahkannya. Hal tersebut malah menjadi

sebuah keunikan sendiri. Dalam bidang sosial, masyarakat tidak

pernah mengaitkan agama di dalamnya. Misalnya dalam

membangun Masjid, tenaganya bergotong royong antara semua

masyarakat. Bersih Desa, mereka tidak pernah menjadikan

perbedaan menjadi sebuah hambatan.

Desa Getas terbagi menjadi beberapa agama, setiap agama

memiliki kegiatan keagamaan masing-masing. Berikut merupakan

kegiatan keagamaan berdasarkan agama:

1) Agama Islam

Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak SH bahwa

kegiatan umat Islam di Desa Kemiri adalah:

84
a) Setiap hari pukul 03.30-05.30 WIB diadakan TPQ bagi

anak-anak.

b) Setiap hari sehabis sholat maghrib pengajian (ngaji Al-

Qur’an) bagi orang tua.

c) Setiap jum’at kegiatan majlis fatayat bagi bapak-bapak di

masjid miftakhul jannah.

d) Setiap malam jum’at kliwon diadakan selapanan.

e) Dan setiap malam jum’at yasinan bergilir dari satu rumah

ke rumah yang lain.

2) Agama Budha

Kegiatan keagamaan agama Budha di masyarakat kemiri

adalah sebgai berikut:

a) Sembahyang pagi dan sore (harus di Vihara).

b) Kegiatan mingguan yaitu anak-anak sekolah pada hari

minggu.

c) Kegiatan bulanan yaitu pertemuan umat Budha setiap satu

bulan sekali.

d) Kegiatan minggu sore yaitu arisan ibu-ibu.

e) Sembahyang anjangsana yang dilakukan secara bergilir

setiap satu minggu sekali yaitu pada hari sabtu malam

minggu.

85
3) Agama Kristen

Kegiatan keagamaan rutinan yang ada, yaitu sebagai

berikut:

a) PPA yaitu program pengembangan anak, sama halnya

dengan Madrasah Diniyah dalam agama Islam.

b) Sembahyang mingguan.

c) Malam minggu muda mudi Kristen latihan menyanyi.

f. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Desa Getas

Dengan latar belakang masyarakat yang berbeda-beda tentunya

hal ini membuat Desa Getas memiliki banyak kebudayaan yang

sampai saat in masih terus dilestarikan oleh masyarakatnya. Diantara

beberapa kebudayaan yang saat ini masih dilestarikan menurut

penuturan Bapak Waliyoto (44) adalah:

1) Sadranan Atau Nyadran

Nyadran digelar masyarakat Desa Getas setiap hari Jumat

Pon bulan Ruwah sehari sebelum acara nyadran dimulai warga

Desa biasanya kerja bakti bersih-bersih rumput di makam lalu

dilanjutkan nyekar atau menabur bunga di pusara leluhur.

Pagi harinya warga ke makam lagi membawa tenong

berisi makanan nasi tumpeng, jajan pasar, ingkung ayam

kemudian berdoa yang setiap tahunnya digilir setiap agama yang

ada diakhiri makan bersama.

86
2) Ritual 1 Suro

Tradisi 1 Suro digelar masyarakat Desa Getas setiap jelang

bulan Suro yang dikuti semua warga masyarakat baik pemeluk

Budha, Islam, Kristen dan Katholik. Ritual Suro diawali arak-

arakan gunungan hasil bumi ke Kuil Watu Payung yang berada

di puncak bukit gumuk. Sesampai di kuil Watu Payung warga

dan sesepuh Desa berkumpul di bawah batu besar berongga

kemudian para sesepuh Desa berdo’a sambil membakar dupa

dan kemenyan.

Acara berikutnya do’a bersama yang dipimpin oleh

pemuka agama Budha dengan berbahasa jawa agar diberi

keberkahan rezeki. Usai do’a oleh pemuka agama Budha

kemudian do’a menurut keyakinan masing-masing. Usai do’a

berakhir, dilanjutkan dengan ritual berbagi air suci yang telah

didoakan bersama- sama tersebut menjadi rebutan warga. Konon

air suci ini dipercaya mampu meningkatkan awet muda, murah

rezeki terhindar dari marabahaya. Selain air makanan sesaji juga

menjadi rebutan warga. Mereka percaya makanan yang telah

diberkahi tersebut mengandung berkah.

Ritual ini telah lama dilakukan sejak ratusan tahun lalu

tetapi sempat vakum kembali aktif sekitar tahun 2000 lalu. Usai

do’a ritual lainnya yaitu memandikan rupang Sang Budha yang

87
berada di kuil Watu Payung setiap tanggal 1 Suro secara

bersama-sama.

3) Merti Desa

Merti Desa digelar masyarakat Desa Getas, Kaloran secara

meriah sehari semalam. Ritual Merti Desa diawali Mentokan

serta menata sesaji berupa nasi tumpeng, ingkung ayam, jajan

pasar, buah, bunga yang dilengkapi satu tandang pisang. Sesaji

ini diletakkan dibeberapa tempat salah satunya soko papat yang

ada di rumah Kadus. Usai acara Mentokan adalah sambutan-

sambutan yang diakhiri do’a oleh seorang Mangalia atau tokoh

agama Budha serta makan bersama.

Usai acara Mentokan warga berbondong-bondong menuju

sumber air Tuk Sikendeng dengan berjalan kaki menelusuri

jalan setapak sejauh 1 KM diiringi suara gamelan dan tarian dari

para pemain tayub, Warok kuda lumping. Sesampai di Tuk

Sikendeng acara pembacaan mantra oleh beberapa tetua Desa

dengan menggengam menyan kemudian menyan dibakar lalu

diteteskan ke sumber air. Usai ritual merti Desa bunga, uang

receh serta beras ditebar ke tengah warga dan warga segera

berebut sesaji kemudian warga mengambil air di sumber Tuk

Sikendeng untuk dibawa pulang. Acara selanjutnya pentas

kesenian Tayub di depan rumah Kadus hingga menjelang subuh.

88
Selain dari budaya kemasyarakatan di Desa Kemiri juga

terdapat budaya keagamaan, antara lain:

1) Idul fitri

Idul fitri merupakan hari raya umat Islam. Setiap umat

Islam yang berada di seluruh penjuru dunia bersama-sama

merayakan hari raya idul fitri. Seluruh umat Islam bersuka ria

menyambut kemenangan setelah berpuasa selama satu bulan

penuh. Ketika umat Islam merayakan hari raya idul fitri itu

merupakan suatu hal yang lumrah, namun yang terjadi di Desa

Kemiri ini sangatlah unik dimana umat Islam merayakan hari

raya idul fitri diikuti oleh agama-agama lain seperti agama

Budha, agama Kristen, agama Katolik dan agama Hindu.

Sebelumnya umat Islam tidak bisa merayakan hari raya

idul fitri di Desa Kemiri ini karena umat Islam pada waktu itu

hanya sekitar 6 KK. Namun setelah bertahun-tahun berkat

perjuangan seorang santri yang mau memperjuangkan agama

Islam di Desa itu akhirnya umat Islam bisa merayakan hari raya

idul fitri tanpa mendapat hambatan dari agama-agama yang lain

di Desa tersebut. Akhirnya sampai sekarang umat Islam di Desa

Getas dapat merayakan idul fitri dengan tenang yang bahkan

diikuti dan mendapat dukungan (toleransi) dari umat agama

yang lain. Tradisi idul fitri ini dilakukan setiap tanggal satu

Syawal, dimulai dengan shalat ied berjamaah di masjid

89
kemudian baik orang Islam maupun non-Islam bersama-sama

membawa makanan ke depan masjid untuk dimakan bersama-

sama (ariyoyo), setelah makan bersama selesai di lanjutkan

dengan acara sungkeman atau maaf-maafan dengan mendatangi

setiap rumah warga (yang lebih tua yang di datangi).

2) Maulid Nabi

Di Desa Kemiri acara maulid Nabi digelar dengan cukup

meriah, acaranya biasanya pengajian dengan mengundang Gus

Yahya yaitu seorang ulama dari luar Desa Getas. Dalam

persiapan sebelum pengajian bukan hanya orang Islam saja yang

bergotong royong untuk mendirikan panggung dan lain-lain,

akan tetapi orang-orang non muslim juga bersama-sama

membantu dalam persiapannya. Maulid Nabi biasanya diadakan

pada malam ke-13 bulan maulid (rabi’ul awal)/ 13 bodo mulud

(jawa).

3) Idul Adha

Kegiatan idul Adha di Desa Getas juga sama di daerah-

daerah lainnya. Setelah sholat ied diadakan ariyoyo atau makan

bersama satu kampung di serambi masjid. Uniknya di Desa

Getas bukan hanya masyarakat Islam saja yang mengikuti

ariyoyo tetapi semua umat agama ikut makan bersama-sama.

Setelah kegiatan tersebut, adalah penyembelihan hewan kurban,

yang mendapatkan bagian daging adalah orang muslim, tetapi

90
nanti jika sudah di masak tetangga yang non muslim ikut diberi

makanan tersebut.

4) Waisak

Perayaan waisak di Desa Getas terbilang meriah dari pada

perayaan hari raya agama lain. Sepanduk ucapan selamat

dibentang di muka Desa. Umbul-umbul dan bendera warna-

warni berbaris di tepi jalan dan gang. Umat Buddha menggelar

perayaan sehari semalam. Biasanya digelar setelah atau sebelum

mereka mengikuti acara Waisak di Borobudur. Acara sehari

semalam itu adalah pentas kebudayaan seperti Kuda Lumping,

Soreng, Tayup, Ketoprak, dan Wayang yang digelar setelah

kebaktian di Vihara. Kebaktian dilaksanakan dengan

mengikutsertakan tokoh-tokoh Muslim dan Kristiani. Selain

pentas seni, Waisak juga menjadi ajang silaturahim layaknya

Idul Fitri. Rumah-rumah penduduk baik umat Buddha maupun

non-Buddha selalu dipenuhi aneka makanan di meja ruang tamu.

Para penonton pentas budaya jika lapar atau dahaga, bisa

mampir di rumah-rumah kerabat atau teman yang dikenalnya.

5) Natal

Dalam perayaan natal di Desa Getas hampir sama dengan

waisak, yaitu mengundang seluruh umat agama atau seluruh

warga masyarakat Desa Getas baik yang beragama Islam

maupun Budha untuk mengikuti acara natal secara bersama-

91
sama. Itu merupakan sebagai wujud toleransi antar umat

beragama.

Adapun kesenian yang ada di Desa Getas disebut dengan

Cahyo Manunggal yang didalamnya terdapat berbagai kesenian,

diantaranya:

1) Seni Lapang Kuda Lumping

Kuda lumping merupakan sebuah pertunjukan kesenian

tradisional yang menggunakan kekuatan magic dengan waditra

utamanya berupa kuda-kudaan yang terbuat dari anyaman

bambu dalam bahasa Jawa disebut kepangan bambu, yang diberi

motif atau hiasan dan direka seperti kuda. Kuda-kudaan itu yang

tidak lebih berupa guntingan dari sebuah gambar kuda yang

diberi tali melingkar dari kepala hingga ekornya seolah-olah

ditunggangi para penari dengan cara mengikatkan talinya di

bahu mereka. Puncak kesenian kuda lumping adalah ketika para

penari itu mabuk, mau makan apa saja termasuk yang berbahaya

dan tidak biasa dimakan manusia (misalnya beling/pecahan kaca

dan rumput) dan berperilak seperti binatang (misalnya ular dan

monyet).

Di Desa Getas ini seni lapang kuda lumping sudah

menjadi kesenian tradisional yang masih di lestarikan sampai

sekarang. Di Desa Getas ini terdapat komunitas penari yang

memainkan kuda lumping. Penari terdiri dari anak-anak, orang

92
dewasa, remaja baik laki-laki atau perempuan baik yang

beragama Kristen, Katholik, Budha ataupun Islam. Seperti

halnya dengan komunitas-komunitas yang lain, komunitas

penari kuda lumping juga memiliki struktur organisasinya yaitu

dari ketua, sekretaris dan bendahara.

2) Seni Reog

Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari

Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai

kota asal Reog yang sebenarnya. Reog biasanya ditampilkan

ketika ada kegiatan Desa seperti saat ritual malam 1 suro.

3) Seni Topeng Ireng

Topeng ireng adalah salah satu kesenian tradisional yang

berkembang di daerah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini

adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil

metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.

Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto

Lempeng Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti

lurus, irama berarti nada, dan kenceng berarti keras. Oleh karena

itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para penarinya berbaris

lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.

Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang

memadukan syiar agama Islam dan ilmu beladiri atau

93
pencaksilat. Tak heran, Topeng Ireng selalu diiringi dengan

musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.

4) Seni Tayub

Para sesepuh mengibaratkan Tayub sebagai ditato ben

guyub (diatur agar tercipta kerukunan), sebuah filosofi yang

ditanamkan pada tayub sebagai kesenian untuk pergaulan. Nilai

dasarnya adalah kesamaan kepentingan untuk mengapresiasikan

kemampuan jiwa dan bakat seni, baik kemampuan sebagai

penabuh gamelan (pengrawit) ataupun penarinya. Kesamaan

kepentingan ini akan melahirkan keselaras/keserasian Tayub

sebagai suatu bentuk tarian, hentakan kaki yang sesuai dengan

bunyi kendang lambaian tangan seirama gambang atau lenggok

kepala pada tiap pukulan gongnya.

Dalam upacara bersih Desa Tayub memberikan spirit

kesuburan, dalam istilah jawa dimaknai bersatunya bapak

angkasa (bapak langit/laki-laki) dan Ibu Bumi (ibu pertiwi).

Persatuan diantara keduanya menimbulkan hujan yang

mendatangkan kesuburan.

5) Seni Ketoprak

Ketoprak merupakan drama tradisional yang diperagakan

oleh sebuah grup kesenian dan digelarkan di sebuah panggung

dengan mengambil cerita dari sejarah, cerita panji, dongeng dan

lainnya dengan diselingi lawak. Ketoprak muncul pada tahun ±

94
1922 pada masa Mangkunegaran. Kesenian ini diiringi musik

dari gamelan yang berupa lesung, alu, kendang dan seruling.

Karena cerita atau pantun-pantunnya merupakan sindiran

kepada Pemerintah atau Kerajaan maka kesenian ketoprak ini

dilarang. Namun kesenian rakyat ini akhirnya tetap berkembang

di pe-Desaan/pesisiran. Setelah sampai di Yogyakarta ketoprak

disempurnakan dengan iringan gamelan Jawa lengkap dengan

tema ceritanya mengambil babad sejarah, cerita rakyat atau

kerajaan sendiri. Ketoprak ini dilakukan oleh beberapa orang

sesuai dengan keperluan ceritanya.

Adapun ciri khas dari Ketoprak ini dilakukan dengan

dialog bahasa Jawa. Tema cerita dalam sebuah pertunjukan

ketoprak bermacam-macam. Biasanya diambil dari cerita

legenda atau sejarah Jawa. Banyak pula diambil cerita dari luar

negeri. Tetapi tema cerita tidak pernah diambil dari reporter

cerita epos (wiracarita) seperti Ramayana dan Mahabharata.

Sebab nanti pertunjukkan bukan ketoprak lagi melainkan

menjadi pertunjukan wayang orang.

6) Seni wayang kulit

Wayang kulit merupakan seni tradisional Indonesia yang

terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata ‘Ma

Hyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa atau

tuhan yang maha esa. Wayang kulit dimainkan oleh seorang

95
dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang,

dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan

sekelompok nayaga dan tempat yang di nyanyikan oleh para

pesinden.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah

Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan

pakem atau standar, Ki dalang juga bisa memainkan lakon

carangan (gubahan).

2. Sejarah Desa Getas

a. Sejarah Desa Getas secara Umum

Menurut perkiraan Desa Getas pada waktu nenek moyang saat

itu masih pedalaman yang belum mempunyai nama, tokoh yang

membuka Desa Getas dikenal dengan nama Raden Sukmo Endro,

Raden Sambang dan beserta pengikutnya. Mereka merupakan

seorang Pangeran yang berasal daerah Istimewa Yogyakarta, mereka

datang di wilayah yang sekarang di Desa Getas. Sejak saat itu pada

jaman nenek moyang kita bertemu seseorang, selanjutnya orang

tersebut ditanya oleh Raden Sukmo Endro “arah yang menuju ke

utara kemana?” orang tersebut menjawab “dengan suara yang keras

atau Getas” maka Raden Sukmo Endro dengan membawa teken atau

tongkat kayu jati langsung di tancapkan ke tanah dengan maksud

sebagai tanda bahwa besuk apabila menjadi Desa atau Desa di beri

nama Getas. Tongkat atau teken tersebut sampai sekarang masih

96
berwujud hidup yaitu pohon Jati (JATI PUNDEN) di Desa Getas.

Setelah itu orang tersebut melarang apabila Raden Sukmo Endro

beserta pengikutnya akan menuju ke arah Utara karena di tempat

tersebut ada wanita yang cantik, bernama Suminah, sehingga Raden

Sukmo Endro juga memberi nama tempat yang di larang tersebut

dengan nama Nglarangan. Oleh karena itu jika menjadi Desa di beri

nama Nglarangan. Kemudian, Raden Sukmo Endro beserta

pengikutnya berkeliling dan memberikan nama-nama wilayah sesuai

dengan kejadian pada tempat tersebut saat itu. Sehinnga sampai

sekarang menjadi nama-nama Desa se-wilayah Desa Getas, sejumlah

9 Desa. Berikut merupakan kejadian/sejarah nama-namaDesa di

Desa Getas secara singkat:

1) Desa Getas

Tongkat kayu Jati yang di tancapkan sehingga hidup

sampai sekarang merupakan kayu yang keras atau Getas.

Sehingga nama Getas tersebut diambil dari tongkat kayu yang

keras itu menjadi Getas. Tanaman tersebut dahulu berada di

tempat beberapa penduduk yang diasuh oleh seorang Kyai

Bernama Kyai Tosono.

2) Desa Nglarangan

Pada waktu itu pendatang tidak boleh atau dilarang masuk

ke wilayah tersebut. Sehingga Desa Nglarangan tersebut diambil

dari laranagan seseorang untuk melewati daerah tersebut. Hal

97
itu, di karenakan tempat tersebut sudah ada yang menghuni

yaitu seorang perempuan yang cantik bernama Nyai Suminah.

3) Desa Pringapus

Pada waktu Raden Sukmo Endro bertemu pertama di

wilayah Getas. Di bawah pohon bambu dalam bahasa jawa

adalah wit Pring. Raden Sukmo Endro dibohongi atau diapusi

dilarang untuk melewati Desa yang sekarang menjadi Desa

Nglarangan tersebut. Sehingga Desa tersebut diberi nama

Pringapus. Nama Pringapus itu diambil dari gabungan pertama

kali Raden Sukmo Endro singgah di bawah pohon bambu (wit

pring) dan karena dibohongi (diapusi, bahasa Jawa) tidak boleh

melewati sebelah timur Desa Pringapus. Dikarenakan tempat

tersebut banyak sekali batu-batunya. Kata batu dalam bahas

bahasa Jawa adalah selo sehingga tempat tersebut di beri nama

Selorejo, tidak lama kemudian juga bertemu dengan seorang

kyai bernama Kyai Salanggati. Sekarang Desa tersebut di kenal

dengan nama Selorejo Pringapus dua Desa yang dijadikan satu

karena wilayahnya berdekatan dan jumlah warganya sedikit.

4) Desa Kemiri

Pada waktu itu para pendatang dari Daerah Istimewa

Yogyakarta dalam perjalanan beristirahat di daerah lereng

perbukitan dan tempat tersebut sampai sakarang diberinama

Kemireng dengan namakan buah nangka yang biji buah nangka

98
tersebut sampai sekarang hidup menjadi pohon nangka yang

besar disebut Nangka Punde. Pada waktu itu salah satu pengikut

atau penderek yang bernama Soreng Rono di suruh tinggal di

wilayah tersebut untuk beristirahat dalam bahasa Jawa disebut

leren. Sehingga, tempat tersebut menjadi Desa yang diberinama

Kemirenmen jadi Desa Kemiri dan ada juga menyebutnya

dengan nama Nderekan karena ada penderek dari Raden Sukmo

Endro yang tinggal di Desa tersebut.

5) Desa Gletuk

Setelah Raden Sukmo Endro beserta pengikut berjala

nmenuju ke suatu tempat yang ada banyak pohon beringinnya

serta bebatuan yang besar. Karena batu yang besar tersebut di

bawahnya terdapat tempat untuk bertapa. Jika bertapa di bawah

batu itu tidak kehujanan dan tidak terkena sinar matahari,

dikarenakan bentuk batu tersebut seperti payung sehingga

tempat tersebut diberi nama Watu Payung. Ada juga yang

memberi nama Gunung Payung. Kemudian, Setelah selesai

bertapa lalu berjalan terus menuju ke arah Selatan, kebetulan

disana bertemu dengan seorang bernama Kyai Kejug dan disitu

membuat Pusaka dengan suara gletak gletuk sehingga diberi

nama Gletuk.

99
6) Desa Porot

Pada waktu membuat pusakaitu terpancarlah api kearah

Timur Laut, dalam bahasa jawa terpancar ialah sumorot ke arah

Timur laut sehingga tempat yang terkena pancaran api tersebut

diberi nama Porot. Kemudian tempat yang terkena pancaran api

tersebut dijajaki, disana bertemu dengan seorang sesepuh yang

bernama Simbar Muko.

7) Desa Krecek

Pada waktu beliau membuat pusaka atau keris di Gletuk

terdengar suara kemricik atau kemrecek air dari suatu Curug,

sehingga tempat itu terdapat bunyi kemrecek dari curug tersebut

yang diberi nama Krecek.

8) Desa Banyuurip

Pada saat itu untuk menjamas pusaka yang barusan dibuat

oleh beliau, para Empu mencari sumber yang airnya jernih dari

suatu sumber kehidupan atau sumber panguripan. Disuatu

tempat para Empu menemukan sumber mata air yang jernih,

sehingga tempat tersebut diberi nama Banyuurip. Hal tersebut

karena airnya jernih dan dapat dijadikan sebagai sumber

kehidupan. Disana para Empu bertemu dengan seseorang yang

ada diwilayah tersebut yang bernama Nyai Srinah.

100
9) Desa Cendono

Setelah menjamas pusaka tersebut, lalu dibawa menuju ke

pertapan Gunung Payung tetapi pada perjalanan di suatu tempat

bertemu dengan seseorang yang bernama Kyai Nyatnyono.

Disana pusaka tersebut berbau harum seperti harumnya kayu

Cendono, sehingga tempat tersebut diberi nama Cendono.

Jadi sejarah Desa Getas tersebut diberi nama oleh seorang

yang bernama Raden Sukmo Endro yang datang dari daerah

istimewa Yogyakarta. Sebelum datangnya Raden Sukmo Endro

sudah ada orang-orang yang menempati daerah tersebut. Desa di

Desa Getas diberi nama sesuai dengan kejadian yang terjadi pada

waktu itu.

3. Sejarah Perkembangan Islam di Desa Getas

Menurut bapak SH sejarah masuknya saya sampai di Desa Getas

ini, kebanyakan itu beragama Budha. Islam di Desa ini hanya terdapat 6

KK, salah satunya keluarga dari istri saya. Istri saya ini dahulu sangat

berminat untuk mengaji tapi masih kebingungan, akhirnya ikut pengajian

di Kaloran. Selanjutnya, alhamdulillah, gusti Allah merestui bapak SH

untuk ikut teman menjual sabuk dari Jawa Timur. Selanjutnya saya di

dudukkan di rumah ini. Disinilah bapak SH melihat istri bapak SH, dan

alhamdulillah dijodohkan oleh Allah SWT, tapi niat saya melihat kondisi

masyarakat Desa Getas ini, yang masih sedikit Islamnya, katah Budhane,

kadang-kadang saya berfikir “kalau saja cewek itu dinikahi oleh orang

101
Budha, pasti dia akan kembali lagi ke agama Budha. Dari situ saya

menanggulagi supaya istri saya itu tidak kembali lagi ke Budha makanya

saya nikahi. Setelah berjalan beberapa tahun Islam di Desa Getas ini

masih sembunyi-sembunyi dikarenakan bapak kadusnya dahulu bilang

tidak boleh ada agama lain selain Budha. Tapi saya masih diam saja,

dalam suatu kejadian ada seorang pemuda yang mau menikah tapi

menikahnya dengan cara Islam dengan anak orang Budha, tapi ayahnya

cewek tersebut dilarang untuk menjadi wali karena tidak ada surat resmi

pernikahan/buku nikah karena itu agama Budha. Dari situ baru banyak

orang yang tau, dan akhirnya banyak yang meminta untuk masuk Islam.

Jadi orang-orang yang mau masuk Islam itu banyak, dan terjadi nikah

masal bagi yang dahulu nikah menggunakan cara Budha dan ini masuk

Islam. Sehingga banyak yang masuk Islam walaupun baru sebagian.

Seperti itulah perkembangan agama Islam di Desa ini.

Menurut bapak GYsebelum tahun 1965 masyarakat Desa Getas itu

beragama Islam. Tetapi Islam pada waktu itu hanya mendapatkan ajaran

mengaji Al-Qur’an saja belum mengaji soal aqidah dan ibadah. Hal itu

menjadikan keimanan warga masyarakat itu kurang. Kemudia ada

kendala juga kalau musim kemarau di Desa Getas ini tidak ada air. Jadi

jika diajari soal ibadah orang yang mengajar ngaji waktu dulu itu belum

bisa menguatkan aqidah keimanannya. Kemudia pada tahun 65 itu terjadi

gerakan yang namanya Gerakan 30 September (G30S), setelah

munculnya gerakan itu ternyata ada oknum-oknum yang menyelinap

102
masuk ke Desa Getas. Oknum-oknum tersebut masuk membawa ajaran

agama Budha. Orang zaman dahulu di Desa ini masih takut dan masih

belum mengenal dunia luar dikarenakan termasuk Desa yang terpencil di

pegunungan. Oknum-oknum tersebut kemudian mengajarkan ajaran

agamanya itu kepada warga masuyarakat. Dengan kondisi warga

masyarakat yang seperti itu agama Budha itu berkembang dengan pesat

di Desa ini dan serentak menjadi agama Budha. Tapi ada juga yang diam-

diam masih memeluk agama Islam tetapi warga masyarakat lain tidak

tau. Orang yang mempertahankan Islam itu juga sering melakukan sholat

dan mengaji tapi secara sembunyi-sembunyi di dalam rumahnya. Orang

itu adalah kakek bapak SH sendiri, beliau tidak mau mengikuti ajaran

agama Budha. Kondisi Desa seperti itu berlangsung selama beberapa

tahun hingga ada lagi perkembangan/kebangkitan Islam.

Kebangkitan agama Islam itu terjadi sekitar tahun 2002. Tapi bapak

SH masuk Islam terlebih dahulu karena ingin masuk SMA N tidak lolos,

kemudian bapak SH daftar di SMA Muhammadiyah dengan begitu

otomatis bapak SH harus masuk Islam. Tadinya saya ragu, tapi karena

sudara bapak SH yang tinggal di luar daerah juga Islam, bapak SH

mendapat dukungan dari saudaranya. Tidak hanya sampai situ saja, kos-

kosan yang bapak SH tempati dahulu kebetulan adalah seseorang yang

sering mengajar ngaji. Bapak SH sekaligus belajar disana. Karena di kos

bapak SH seminggu sekali pulang dan ternyata Islam juga sudah mulai

berkembang kemudian bapak SH sering mengikuti kegiatan keIslaman

103
tersebut. Di Desa waktu itu menggunakan pecis aja malu, dikarenakan

dulu bapak SH termasuk tokoh agama Budha tapi untuk mengajari yang

masih SD. Setelah lulus SMA bapak SH pulang, dan ternyata kakak

bapak SH juga mendukungnya untuk masuk Islam. Dimulai dari sini,

bapak SH dan kakaknya silaturahmi ke warga masyarakat yang menikah

dengan orang Desa Getas kemudian ngobrol-ngobrol. Ternyata

kebanyakan yang asli adalah beragama Islam tetapi karena warga

masyarakat semuanya Budha orang tersebut takut untuk secara terang-

terangan mengaku sebagai Islam. Kemudian bapak SH mengajak-ajak

“nek tenan Islam ayo mbok di dirike”. Orang-orang yang tadi Islam tapi

terbawa dengan situasi dan kondisi Desa menjadi Budha itu setuju untuk

mendirikan keIslamannya. Di situ terdiri dimulai Islam berkembang,

yaitu berjumlah 7 kepala keluarga (KK). Mendirikan keIslamannya itu

tidak langsung dilihatkan tetapi melalui izin kepada sesepuh Desa/orang

yang dituakan di Desa, beserta pemerintah Desa. Sesepuh Desa dan

pemerintah Desa ternyata juga setuju akan hal tersebut, tapi masih

bingung katanya “kalau Islamnya Desa kita itu kegiatanya

bagiamana?”. Selanjutnya bapak SH dan kakaknya meminta bantuan

kepada tokoh agama Islam dari luar untuk membimbing di Desa Getas

ini. Bapak SH memperoleh tokoh agama Islam yang mau membimbing,

tapi jika ingin mengadakan kegiatan harus izin terlebih dahulu. Kegiatan-

kegiatan yang berlangsung waktu itu dilakukan di dalam rumah, soalnya

belum ada Masjid atau Mushola. Lama kelamaan banyak warga yang

104
melihat karena dulunya Islam kemudian balik lagi ke Islam tapi ada juga

yang masih mempertahankan agama Budha. Berdirinya masjid itu tahun

2002. Sampai sekarang perkembangan Islam masih tetap berjalan dan

orang yang masuk Islam semakin bertambah. Orang yang masuk Islam

itu terdapat berbagai metode, diantaranya yaitu pernikahan, pendidikan,

dan juga karena kegiatan Islam yang terjadi di Desa Getas ini.

Pendidikan Islam dari waktu kebangkitan Islam, bertambah bukan hanya

ngaji Al-Qur’an saja tetapi diajarkan aqidah akhlaq, ibadah, sosial dll

sampai sekarang.

Jadi dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa sejarah

perkembangan Islam di Desa Getas, Kecamatan Kloran, Kabupaten

Temanggung dahulu sebelum tahun 1965 warga masyarakat Desa Getas

adalah beragama Islam tapi ajarannya hanya sekedar membaca Al-Quran

saja. Warga masyarakat Desa Getas mengalami perindahan agama Islam

ke agama Budha karena ada gerakan G30S yang beberapa oknum

bersembunyi di Desa Getas lalu menyebarkan ajaran agama Budha. Dari

situ warga masyarakat serentak masuk agama Budha, tapi ada beberapa

orang yang masih mempertahankan agama Islam secara sembunyi-

sembunyi. Kebangkitannya kembali agama Islam karena adanya tokoh

masyarakat yang pindah dari agama Budha ke agama Islam lalu

mengajak-ngajak warga pendatang yang tadinya muslim menjadi agama

Budha karena keadaan Desa Getas waktu itu hampir semuanya beragama

Budha untuk kembali membangkitkan lagi agama Islam. Selain itu

105
karena ada tokoh agama Islam pendatang yang ingin menyebarkan agama

Islam. Di tambah lagi dengan adanaya masalah tentang pernikahan

agama Budha yang tidak memiliki surat keterangan menikah, saat ingin

menjadi wali tidak bisa dan kemudian tokoh pendatang itu mengajak-

ngajak siapa yang ini melakukan nikah masal masuk Islam, supaya

nikahnya jelas dan bisa menjadi wali nikah untuk anak-anaknya nanti.

Dari situlah agama Islam berkembang sampai sekarang yang ajarannya

tidak hanya sebatas Al-Qur’an tetapi lebih luas lagi yaitu tentang ibadah,

akhlaq, sosial dll.

B. ANALISIS DATA

1. Peran Tokoh Agama Islam dalam Menggmbangkan Sikap Sosial.

Setelah peneliti mendeskripsikan objek penelitian dengan tujuan

untuk melengkapi data yang sesuai dengan lokasi penelitian, selanjutnya

peneliti akan memaparkan hasil dari penelitian selama peneliti di

lapangan. Penelitian ini dilakukan di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung. Pola kekuasaan ketokohan di Desa Kemiri pada

kalangan umat Islam tidak terkait dengan struktur formal tetapi lebih

menitik beratkan pada pengakuan masyarakat setempat, berikut ini

merupakan hasil penelitin selama di lapangan:

a. Peran Bapak SH

Bapak SH merupakan warga pendatang yang dianggap warga

masyarakat Desa Getas sebagai tokoh agama Islam. Warga

masyarakat Desa Getas menganggap Bapak SH sebagai tokoh agama

106
Islam karena beliau adalah orang yang berasal dari lulusan pondok

pesantren dan beliaulah yang termasuk menjadi motor

perkembangan Islam di Desa Getas. Tidak hanya itu beliau juga

mengajarkan masyarakat dalam mengembangkan sikap-sikap sosial

yang terjadi di Desa Getas.

1) Peran dalam Sikap Terbuka

Sikap terbuka merupakan perilaku seseorang dalam

kesediaannya untuk menerima hal-hal yang berbeda dengan

kondisi orang tersebut. Sikap terbuka diperlukan dalam

kehiduapan bermasyarakat supaya tidak ada konflik. Apa lagi

jika masyarakatnya majemuk maka akan sangat sensitif jika

tidak ada sikap terbuka. Seperti halnya di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupeten Temanggung warga

masyarakatnya sudah saling terbuka sehingga tidak ada konflik

di Desa tersebut walupun masyarakatnya majemuk. Keterbukaan

itu tetunya tidak terjalin secara otomatis, walaupun sikap

tersebut sudah ada tetap saja harus di kembangakan supaya tidak

hilang dan terjadi konflik.

Dalam mengembangkan hal tersebut, tokoh agama Islam

yaitu bapak SH termasuk salah satu orang yang

mengembangkan keterbukaan tersebut. Bapak SH dalam

mengembangkan sikap terbuka dimulai dari diri sendiri, kalau

sudah lalu mengajarkan ke keluarga dengan cara dinasehati,

107
diberi masukan, baru ke orang lain. Mengembangkan sikap

terbuka dengan cara memberikan sosialisasi atau tausiah,

menjadi moderator, menjadi penasihat warga khususnya yang

beragama Islam, menjadi panutan dari agama Islam. Kalau

keluarga bapak SH membimbingnya secara langsung, jika warga

masyarakat melalui tausiyah dan juga memberikan contoh.

Bedasarkan cara tersebut bentuk sikap terbukadapat dilihat

saat ada acara/forum, bapak SH suruh orang-orang untuk

memberikan usulannya dan tanggapannya, apa bila ada yang

kurang setuju ya ditegur. Karena bisa dilihat dari forum

kerukunan umat beragama, bentuk sikap sosial antara pemuka

agama sangat baik. Dalam forum tersebut dilarang untuk saling

menutupi jika ada kesalahan dari warga masyarakat. Pada saat

kegiatan kemasyarakatan mislanya ada pembangunan masjid,

karena dengan adanya keterbukaan maka agama lain juga ikut

membantu entah itu tenaganya/pikirannya.

Sikap terbuka di Desa Getas ini sudah sangat bagus berkat

kontribusi dari tokoh agama yang mengembangkan sikap

tersebut. Supaya sikap tersebut tidak hilang di telan zaman

bapak SH terus menjaganya dengan menjaga keterbukaan,

bertoleransi, rendah hati. Dengan kerendahan hati, bertoletansi

akan menjaga keterbukaan diantara warga masyarakat.

108
2) Peran dalam Sikap Gotong Royong

Sikap gotong royong merupakan perilaku yang

mencerminkan melakukan suatu kegiatan secara bersama-sama.

Di Desa Getas ini sikap gotong royong masih kental. Hal tersbut

dikarenakan sikap gotong royong terus dikembangkan di Desa

tersebut. Yang mengembangkan sikap gotong royong tersebut

adalah tokoh agama, karena di Desatersebut masyarakatnya

majemuk. Jadi, kalu tiada tokoh agama akan terjadi terkotak-

kotak sesuai dengan golongan masing-masing.

Bapak SH dalam mengembangkan sikap gotong royong

dengan cara memberikan arahan, pengertian, mengajak-ngajak

masyarakat untuk membantu yang lain dan menjadi contoh yang

baik. Sebagai tokoh agama Islam dalam melakukan kegiatan

selalu ikut serta dalam kegiatan tersebut. Gotong royong di Desa

Getas tanpa memihak orang itu beragama yang berbeda dengan

beliau. Misalnya dalam kerja bakti saya menyontohkan dengan

ikut serta dalam kegiatan tersebut, sehingga umat Islam sendiri

juga mengikuti apa yang bapak SH lakukan. Bersih jalan

bersama masyrakat Desa setempat, dll. Bapak SH terjun

langsung dan menjadi tombak untuk mengikuti kegiatan

tersebut. Mengenai sikap tokoh agama yang lain dengan adanya

pengembangan itu juga mendukung, karena untuk kemaslahatan

bersama.

109
Sikap gotong royong itu terus dikembangkn supaya tidak

hilang, karena dengan adanya gotong royong pekerjaan akan

cepet terselesaikan dan tanpa membutuhkan biaya yang mahal.

Untuk itu cara menjaganya agar tetap ada bapak SH

membiasakan gotong royong kepada remaja, menjaga solidaritas

antar warga masyarakat.

3) Peran dalam Sikap Peduli Terhadap Orang Lain

Sikap peduli merupakan perilaku baik seseorang kepada

orang lain atau keberpihakan seseorang untuk melibatkan diri

dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar

kita. Di Desa Getas ini sikap peduli terhadap sesama sangatlah

bagus. Hal tersebut terbentuk sejak dari dahulu tapi itu masih

terkotak-kotak antara yang kaya dengan kaya, antara yang

miskin dengan yang miskin dan terus dikembangkan oleh tokoh

agama. Termasuk juga tokoh agama Islam, dikarenakan di Desa

Getas ini terdapat beberapa keyakinan di dalamnya.

Bapak SH mengembangkan sikap ini dengan memberikan

pengarahan kepada warga tentang peduli sesama manusia untuk

tidak pilih-pilih antara yang kaya dan yang miskin. Kemudian,

dengan meminta bantuan dari pihak luar untuk memberi tausiah.

Misalnya dalam hal zakat, korban dll, tokoh agama meminta

bantuan kepada pihak luar, dikarenakan kesadaran dalam hal

zakat dan korban masih sangat minim, walaupun sudah di

110
ajarkan hal-hal tersebut oleh tokoh agama, kemudian misalnya

jika yang miskin mengalami kesusahan orang yang kaya juga di

suruh untuk tetep peduli, karena dengan peduli tidak akan

membuat orang kaya tersebut menjadi miskin, tapi dengan

bersilaturahmi dan bersedekah akan ditambah rizqinya.

Sikap peduli sekarang sudah tidak terkotak-kotak lagihal

itu karena kontribusi/peran dari tokoh agama Islam, untuk tetap

mempertahankan sikap tersebut tokoh agama Islam meminta

kepada warga dengan membuang yang namanya keegoisan

dalam dirisesdiri, menumbuhkan sikap positif di dalam diri

masing-masing dan menjadikan hal tersebut sebagai pengabdian

pada sesama.

4) Peran dalam Sikap Empati

Empati merupakan kemampuan untuk menyadari diri

sendiri atas perasaan seseorang, lalu bertindak untuk

membantunya. Sikap empati di Desa Getas ini sangat baik, sikap

ini tidak bisa tumbuh begitu saja di masyarakat yang majemuk.

Tentunya sikap itu telah ada dalam diri seseorang, tetapi perlu

orang lain untuk menumbuhkannya. Apa lagi hidup di

masyarakat, sikap empati sangatlah berguna, karena dengan

adanya empati antar warga maka akan terjalin masyarakat yang

harmonis.

111
Bapak SH sebagai tokoh agama Islam, mengembankan

sikap empati ini dengan menyontohkan, mengajak-ngajak untuk

kegiatan, membangkitkan semangat bermasyarakat dengan

bertausiah. Untuk mengembangkan sikap empati ini adalah

dengan menjaga tutur kata sebaik mungkin, rela berkorban harta

walaupun sedikit kepada orang yang kesusahan atau sedang

tertimpa bencana baik itu muslim maupun non muslim, berusaha

untuk tidak membebani orang laindanyang penting jangan

sampai menyinggung perasaan orang lain, apa lagi beda

keyakinan, pergaulan harus dijaga, ramah tamah dengan warga

masyarakat. Untuk mengembangkan sikap empati ini harus

mengambil hati warga terlebih dahulu, nati baru bisa diberi

masukan lebih dalam, karena warga masyarakat terutama yang

tua-tua itu susah dikasih tau dikarenakan masih

mempertahankan tradisi yang dahulu. Untuk itu harus diambil

hatinya terlebih dahulu. Jadi yang dikembangan soal empati ini

adalah dimulai dari membangun akhlak, sopan santun terlebih

dahulu. Misalnya, jika ada orang sakit bapak SH bersilaturahmi,

membantu walaupun sedikit, menanyakan gimana keadaannya,

nanti warga masyarakat yang lain pasti akan ikut hal

tersebut,dengan begitu warga masyarakat yang lain akan

mengikuti.

112
Dengan adanya pengembangan tersebut, sikap empati di

Desa Getas ini bagus, bisa dilihat dari contoh di atas. Oleh

karena itu untuk menjaga sikap empati tersebut tokoh agama

Islam menganjurkan untuk saling silaturahmi, tidak menutup

diri dari orang lain, dengan begitu sikap ini tidak akan hilang

begitu saja.

5) Peran dalam Sikap Toleransi

Sikap toleransi merupakan sikap saling menghormati dan

menghargai antar kelompok atau antar individu di dalam

masyarakat atau yang lainnya. Toleransi di masyarakat Desa

Getas sangat baik, mereka bisa menghargai antar golongan dan

individu. Toleransi di Desa Getas sudah ada sejak dahulu setelah

Islam masuk. Sikap tersebut terus dikembangkan oleh tokoh

agama Islam sehingga sampai sekarang masyarakatnya

harmonis walaupun berbeda agama.

Mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga

membentuk masyarakat yang harmonis dengan cara

memperkenalkan berbagai budaya yang ada dalam Islam,

memperlakukan warga dengan hormat dan memberikan contoh

yang baik. Dengan cara membangun organsasi sesama muslim,

misalnya seperti majelis taklim. Pada saat kegiatan ingin

mengadakan pengajian itu dibuat kepengurusan sendiri.

Kemudian meminta bantuan kepada pihak Pemerintah Desa,

113
Kecamatan, Departemen Keagamaan (DEPAK) dan bahkan

sampai ke Kepolisian. Mereka diminta untuk mengisi materi

ketika ada acara-acara Desa. Dengan begitu warga masyarakat

akan lebih bisa menghargai sesama.

Dengan kondisi toleransi yang baik ini bapak SH tidak

mau kalau sampai sikap ini hilang. Untuk itu bapak SH terus

mengembangkannya dan terus megarahkan masyarakat untuk

tidak usah fanatik dengan keyakinan masing-masing, terus

memunculkan tradisi untuk saling menghargai.

6) Peran dalam Sikap Tolong Menolong

Sikap tolong menolong perilaku saling membantu untuk

meringankan beban orang lain dengan melakukan sesuatu. Sikap

tolong menolong di Desa Getas ini juga bagus. Sikap itu sudah

ada sejak dahulu, jika tidak dikembangkan terus sikap tersebut

pasti sudah hilang karena kemajuan zaman dan juga karena

kemajemukan. Untuk itu tokoh agama Islam tetap

mengembangkannya.

Mengembangkan sikap tolong menolong bapak SH

menggunakan cara menyontohkan kegiatan tolong menolong,

membiasakan tolong menolong dan memberikan tausiah tetang

tolong menolong. Seperti yang beliau katakana “Saya juga

memberikan contoh kepada masyarakat, jika ada seseorang

entah itu muslim atau itu non muslim yang sedang kesusahan,

114
saya mengajarkan untuk menolong entah itu dengan tenaga,

pikiran, sampai ke materi. Dengan begitu masyarakat akan tahu

bahwa membantu sesama muslim dan orang lain itu sangat

dianjurkan dalam Islam”. Kemudian, seperti halnya saat hari

besar Islam, forum kemasyarakatan, yasinan dll, bapak SH

disuruh untuk berbicara atau memberikan tausiah. Dari situ

bapak SH tidak hanya memberi tausiah tentang keagamaan saja

tetapi meluas ke masyarakat umum, salah satunya yaitu tolong

menolong.

Bentuk sikap tolong menolong di Desa Getas ini misalnya

ada pembangunan tempat ibadah, rumah bagi yang kurang

mampu, dll. saya mengajak-ngajak warga masyarakat khususnya

yang Islam untuk membantu, kemudian orang yang

membutuhkan entah itu muslim atau non muslim.

Tolong menolong yang baik ini haruslah tetap ada di

masyarakat untuk itu bapak SH terus menjaganya dengan

caratidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang

lainnya, membantu dengan cara yang baik, menolong dengan

ikhlas karena hidup di msyarakat itu pasti membutuhkan orang

lain.

Peran bapak SH dalam mengembangkan sikap sosial di Desa

Getas dimulai sejak beliau masuk menjadi warga masyarakat Desa

Getas. Dalam mengembangkan sikap sosial beliau membangun

115
beberapa organisasi keIslaman diantaranya Majelis Taklim, yasinan

setiap malam hari jum’at, pengajian selapan hari sekali dan

organisasi kepemudaan. Tidak hanya itu beliau juga mengajarkan

ngaji di TPQ untuk anak-anak yang beragama Islam.

Dalam msayarakat majemuk yang banyak tradisinya dan yang

menganut beberapa golongan agama sikap sosial sangatlah penting,

jika orang tidak memiliki sikap sosial yang baik dalam suatu

masyarakat pasti orang tersebut akan terkucilkan, sosialnya kurang,

temannya jarang dan pasti tidak akan tahu jika ada suatu hal yang

baru. Bapak SH menginginkan dalam masyarakat yang majemuk ini

warganya bisa duduk berdampingan dengan harmonis tanpa

membeda-bedakan golongan. Dengan merasa senasib, seperjuangan

dan satu daerah serta merasa sudah menjadi keluarga sendiri bapak

SH sadar bahwa manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang akan

selalu membutuhkan orang lain. Selain itu sikap merupakan

landasan/dasar dalam berinteraksi, berkomunikasi bergaul di

masyarakat. Dengan seperti itu umat muslim akan di hormati, akan

terjaga perkembangannya, keimanannya serta ingin membantu

kemaslahatan umat terutama masyarakat muslim, ingin

menumbuhkan rasa kebersamaan dan juga mendidik generasi muda

untuk tetap bersikap yang baik khususnya kepada yang lebih tua,

kepada sesama teman sebaya, dan memberikan contoh yang baik

116
kepada adik-adiknya supaya dalam bermasyarakat tidak ada yang

namanya kesenjangan sosial.

Mengembangkan sikap sosial tersebut itu harus dimulai dari

diri sendiri terlebih dahulu, nanti baru ke keluarga kemudian kepada

warga masyarakat. Dalam mengembangkan sikap sosial bapak SH

melakukannya dengan lembut yaitu dengan mengajak-ngajak warga

untuk bersikap sesuai dengan kondisi dan situasi saat itu, menjadi

contoh yang baik dalam bersikap, memberikan pengarahan,

memberikan semangat atau memberi motivasi, memperkenalkan

berbagai budaya yang ada, serta mengajarkannya bagaimana harus

bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam. Dikarenakan Desa yang

begitu luas tidaklah mungkin mengajarkan sikap-sikap sosial di atas

dengan cara satu per-satu orang. Untuk mengajarkan sikap-sikap

tersebut harus dengan menggunakan metode yang mudah untuk di

terima oleh warga masyarakat. Metode yang digunakan bapak SH

dalam mengajarkan sikap tersebut adalah di saat acara kumpulan

warga muslim seperti majelis taklim, yasinan, pengajian selapanan

dan dalam organisasi kepemudaan. Di dalam kegiatan tersebut akan

lebih mudah dalam mengajak, memotivasi, pengarahan dll. Karena

dalam setiap kegiatan tersebut sebagai tokoh agama Islam disuruh

untuk mengisi tausiah. Dalam tausiah itu tidak hanya melulu tentang

agama, tatapi juga membimbing sikap-sikap sosial di atas tadi.

117
Menggunakan metode tersebut maka tokoh agama akal lebih

menghemat waktu, tenaga dan pikiran.

Dengan begitu masyarakat khususnya muslim akan terbentuk

dan mempunyai gambaran langsung seperti apa bentuk sikap sosial

yang harus dilakukan. Bentuk-bentuk sikap sosial yang terjalin

dalam masyarakat tersebut orang akan lebih terbuka dalam

menyampaikan aspirsinya dalam musyawarah mufakat, bekerja

bakti, membantu jika ada orang yang sedang kesulitan, akhlaq yang

baik, berbicara yang santun, saling menghargai sesama warga

masyarakat, membangun tempat ibadah antara muslim dan non

muslim saling bergotong royong. Contohnya adalah ketika ada acara

di muslim atau non muslim, warga masyarakat berbaur dalam acara

tersebut, tapi antara yang muslim dan non muslim terpisah,

maksudnya adalah jika acara non muslim, yang muslim itu mendapat

undangan untuk menghadiri acara tersebut tetapi sudah diberi tempat

tersendiri, kemudian yang non muslim beribadah, begitu juga

sebaliknya jika muslim yang mempunyai acara, non muslim

diundang tapi sekedar hanya untuk bersosial dan ditempatkan di

tempat yang telah disediakan. Begitulah sikap sosial yang terbentuk

di Desa Getas ini, tidak pernah membicarakan tentang keyakinan,

ibadah dari setiap agama, karena mereka telah didik oleh tokoh

agama untuk bersikap sosial di atas sehingga terbentuklah

118
masyarakat yang harmonis walaupun berbeda golongan dan

banyaknya tradisi.

Mengembangkan sikap sosial tersebut tidaklah mudah, apalagi

dengan banyaknya warga masyarakat, perbedaan keyakinan,

banyaknya tradisi, pasti tokoh agama dalam mengembangkan sikap-

sikap menemui kendala-kendala. Kendala-kendala tersebut harus

diterima dengan hati yang sabar, ikhlas, jika tidak pasti akan terjadi

yang namanya kesenjangan sosial. Berbicara mengenai kendala-

kendala tersebut bapak SH memiliki kendala diantaranya: timbul

dari diri sendiri seperti malas, kadang-kadang putus asa, mendapat

hujatan dari golongan lain/orang lain, pemikiran yang tidak sejalan,

ada yang tidak suka dengan apa yang bapak SH lakukan, dikira

sedang cari muka. Begitulal lika-liku bapak SH dalam

mengembangkan sikap tersebut. Tapi kendala tersebuat adalah

kendala yang bisa terselesaikan dengan mudah.

b. Peran Bapak GY

Bapak GY adalah orang asli penduduk Desa Getas. Bapak GY

merupakan seorang yang mualaf. Waktu masih kecil samapai SMP

beliau memeluk agama Budha. Dikarenakan waktu mendaftar SMA

beliau tidak diterima di SMA Negeri maka belau mendaftarkan

dirinya di SMA yang berbasis Islam, yaitu SMA Muhammadiyah di

Temanggung. Sejak saat itu beliau masuk ke agama Islam. Beliau

masuk agama Islam karena mendapat dorongan dari keluraganya

119
yang sudah beragama Islam dan berada di luar daerah. Beliau belajar

agama Islam saat di kos, entah kebetulan atau hidayah dari Allah

pemilik kos tersebut adalah seseorang yang sering mengajarkan

ngaji. Saat beliau pulang, sering mengikuti kegiatan berbasis

keIslaman di Desa lain.

Setelah lulus dari SMA, beliau melanjutkan studi ke perguruan

tinggi yaitu STAINU Temanggung. Beliau mengambil jurusan

Tarbiyah dan sekarang sudah mengajar di SD. Bapak GY dijadikan

tokoh agama Islam oleh masyarakat karena beliau merupakan

seorang guru PAI dan yang sudah mendirikan perkumpulan orang-

orang agama Islam. Tidak hanya itu beliau juga orang yang menjadi

tujuan utama bagi orang-orang yang ingin bercerita ataupun bertanya

tentang apapun yang di bingungkan warga masyarakat.

Kehidupan sosial di masyarakat Desa Getas dari beliau masih

kecil sampai sekarang sangat baik, semua dilakkukan secara sosial

dan saling bekerjasama antar warga walaupun berbeda keyakinan.

Warga masyarakat Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung sudah bisa menghargai perbedaan khususnya dalam

agama.

Mengembangkan sikap sosial yang dilakukan bapak GY hanya

tiggal melanjutkan saja, hal tersebut dikarenakan sikap sosial yang

baik sudah ditunjukan warga masyarakat sejak beliau masih kecil.

Tapi pada waktu itu warga masyarakat masih beragama Budha

120
semua. Semenjak muslim didirikan, warga yang beragama Islam

tetap bersikap sosial biasa, tetapi tidak mengikuti kegiatan ibadah

yang dilakukan agama lain. Sikap yang dilakukan warga muslim

tersebut karena mendapat arahan dari bapak GY untuk tetap bersikap

seperti biasanya. Dari situ bapak GY mulai mengembangkan sikap

sosial di atas.

1) Peran dalam Sikap Terbuka

Sikap terbuka merupakan perwujudan dari sikap jujur,

rendah hati, serta mau menerima pendapat/masukan dari orang

lain. Berbicara tentang sikap terbuka, di Desa Getas

masyarakatnya sudah saling terbuka satu sama lain terutama

yang muslim dan non muslim. Keterbukaan itu tidak luput dari

peran tokoh agama Islam di dalamnya. Keterbukaan itu sudah

ada sejak dahulu, tokoh agama Islam tinggal melanjutkan saja.

Dalam mengembangkan sikap terbuka sebagai tokoh

agama Islam adalah dengan membuat forum seperti majelis

taklim, jamaah yasinan dan karang taruna. Di dalam forum

seperti itu bapak GY lebih mudah untuk mengarahkan warga

khususnya muslim bahwa Desa Getas ini bukanlah satu jenis

keyakinan, melainkan beberapa keyakinan. Dari situ bapak GY

menganjurkan kepada warga masyarakat khususnya muslim

jangan sampai menutup diri dari lingkungan, serta menyaring

informasi yang masuk dengan seksama, sehingga tidak ada skat

121
antara warga masyarakat yang lain. Caranya yaitu memberikan

tausiah kepada warga masyarakat saat yasinan atau dalam

kegiatan majelis taklim. Dalam mengembangkan sikap terbuka

ini bapak GY juga sering membawa narasumber dari luar untuk

mengisi dalam foum-forum tersebut. Dengan menggunakan

narasumber akan lebih mengena di masyarakat dan supaya

warga masyarakat lebih terbuka terhadap perkembangan yang

ada, dan pandangannya semakin luas.

Sikap terbuka di masyarakat Desa Getas juga baik dan

sering ditunjukan oleh waga masyarakat, warga masyarakat

tidak menutup diri dari perbedaan keyakinan yang ada. Bentuk

keterbukaan antar warga masyarakat Desa Getas ini terjadi pada

saat kegiatan tradisi, seperti selamatan Desa. Slamatan Desa ini

di ikuti oleh semua warga masyarakat, tidak membedakan

perbrdaan keyakinan. Misalnya yang Kristen ada acara, atau

Budha ada acara dan Islam ada acara, betuk keterbukaan itu

muncul karena acara-acara tersebut diikuti semua kalangan dari

beberapa agama. Bapak GY dalam mengembangkan sikap

terbuka terhadap orang lain adalah dengan cara saat lebaran

waktu dahulu itu silaturahim kepada yang non muslim. Padahal

waktu dulu saling mengunjungi saat lebaran itu belum ada.

Akhirnya dengan apa yang dilakukan bapak GY ini membuat

masyarakat membuka mata, membuka pintu hatinya untuk

122
melakukan silaturahim kepada warga masyarakat Desa Getas.

Waktu dahulu saat lebaran yang non muslim itu pada tutup

pintu. Kemudian bapak GY mengumpulkan pemuda untuk

bersama-sama silaurahim kepada yang non muslim dengan niat

supaya tidak terjadi kesenjangan sosial. Sikap tokoh agama

muslim dengan non muslim terjalin dengan baik. Itu bisa dilihat

dari forum kerukunan umat beragama di Desa Getas.

Bapak GY juga membentuk yang namanya karang taruna,

didalamnya terdapat pemuda-pemuda seluruh Desa Getas yang

berbeda keyakinan. Dengan ini supaya anak-anak adan generasi

muda tidak kehilangan sikap sosial terbuaka antar warga. Dalam

mempertahankan sikap terbuka di masyarakat ini tokoh agama

menghimbau kepada warga masyarakat untuk saling menghargai

(tolerasi), menerima keterbukaan, meminta kepada masyarakat

untuk tidak membeda-bedakan antara umat beragama.

2) Peran dalam Sikap Gotong Royong

Gotong royong berasal dari bahasa Jawa. Gotong yang

artinya pikul atau angkat, sedangkan royong berarti bersama-

sama. Sehingga dapat diartikan mengerjakan sesuatau secara

bersama-sama. Dalam masyarakat yang majemuk tentunya sikap

tersebut harus dikembangkan apalagi terdapat beberapa

keyakinan di dalamnya supaya tidak ada kesenjangan sosial.

123
Tokoh agama Islam hanya tinggal mengembangkan dan

melanjutkan saja supaya tidak hilang sikap gotong royong

tersebut. Hal itu dikarenakan sikap gotong royong sudah ada

sejak dahulu. Bapak GY menganjurkan agar tetap bergotong

royong jangan sampai ada yang namanya gaji (denda). Apalagi

jika ada warga yang kurang mampu tentunya akan sangat

keberatan jika adanya gaji atau denda tersebut. Karena dengan

di gaji sikap gotong royong lama kelamaan akan hilang karena

orang-orang akan berfikiran itu digaji, besok kalau pas giliran di

warga yang kurang mampu, harus menggaji mereka kan kasihan

bagi yang kurang mampu tersebut. Jadi tokoh agama

mengarahkan untuk tetap dengan sambatan saja supaya sikap

gotong royong itu tidak hilang. Kenapa dengan sambatan saja?

Ini dikarenakan jika sudah disambati tapi tidak berangkat pasti

akan malu, lalu besok pada giliran di orang yang tidak berangkat

itu nanti orang-orang yang lain tidak berangkat. Peran tokoh

agama dalam mengembangkan sikap gotong royng ini adalah

dengan cara menyontohkan saat ada kegiatan seperti tanam padi,

membangun jalan, dll. Dalam gotong royong ini warga

masyarakat baik, mereka bergotong royong tanpa memandang

golongan.

Bentuk sikap gotong royong ini sampai pada mencangkul,

tandur, bangun jalan dll. Dalam bergtong royong tokoh agama

124
juga ikut terjun langsung dan menjadi panutan bagi warga

masyarakat. Alhamdulillah, dalam gotong royong ini sikap

tokoh agama yang lain juga baik, tidak ada skat antara tokoh

satu dengan yang lain. Sikap gotong royong itu sudah baik di

Desa Getas, agar sikap tersebut tidak hilang saya terus berusaha

untuk mengembangkannya dengan diadakannya pertemuan,

setelah itu mengadakan kegiatan secara bersama-sama,

kemudian membiasakan hal tersebut. Dengan begitu gotong

royong akan tetap berjalan sesuai dengan yang telah disepakati

dalam pertemuan itu.

3) Peran dalam Sikap Peduli Terhadap Orang Lain

Sikap peduli terhadap orang lain ini sudah aja sejak

dahulu. Sikap peduli terhadap orang lain ini merupakan

memperhatikan dan memahami orang lain. Sikap tersebut harus

dilestarikan karena hidup di masyarakat itu kita membutuhkan

orang lain. Berdasarkan observasi, sikap peduli di Desa Getas

ini masih kental, apalagi yang sesama beragama Islam yang

berbeda agama saja juga tetap peduli dengan yang lain. Hal

tersebut merupakan kontribusi dari para tokoh agama, begitu

juga tokoh agama Islam.

Sikap peduli terhadap orang lain yang dilakukan tokoh

agama Islam seperti mengajarkan kepada anak-anak dengan cara

mengajarkan ilmu agama, lalu ilmu pengetahuan umum. Itu

125
sama halnya mengajarkan orang lain untuk menyontohkan

peduli terhadap orang lain, karena apa dalam mengajar anak-

anak itu tidak dengan upah/gaji. Selanjutnya yaitu kalau ada

oang yang sambat, memberikan bantuan sebisa mungkin, kalu

bapak GY tetap dibantu. Kalu bapak GY itu mencarikan

beasiswa, bapak GY sebagai penghubung untuk mendapatkan

beasiswa. Biasanya bapak GY mengajarkan peduli kepada orag

lain itu jika ada orang yang datang, karena bapak GY di sini itu

sebagai orang yang sering dituju jika ada masalah. Dari situ

bapak GY peduli terhadap mereka, maka sikap itu akan timbul

dengan sendiriya jika orang yang datang itu kedatangan orang

yang sedang membutuhkan bantuan. Atau bisa juga lewat

perkumpulan kelompok tani karena mayoritas pekerjaan di Desa

ini adalah petani. Misalnya jika ada orang yang sedang ada

kebaktian maka bapak GY menyuruhnya untuk kebaktian,

begitu juga jika orang muslim menyuruhnya untuk sholat, dan

bapak GY menyontohkan juga melakukan sholat. Pada saat

kegiatan, kemasyarakatan warga masyarakat tidak pernah terjadi

kesenjangan sosial, malah sebaliknya yaitu harmonis.

Setelah diadakannya pengembangan tersebut bentuk dan

wujudnya sikap peduli ini adalah seperti jika ada orang yang

kesusahan warga masyarakat saling membantu satu sama lain

tanpa membedakan keyakinan. Membantu sebisa mungkin,

126
bantuannya bisa berupa materi, tenaga dan fikiran. Dengan

begitu warga masyarakat menjadi akrab, dari yang dulunya

acuh. Sekarang menjadi akrab begitu juga antar pembuka agama

tidak terjadi perselisihan justru mereka bertambah akrab. Untuk

menjaga hal tersebut tetap berjalan di Desa Getas maka bapak

GY selaku tokoh agama melakukan komunikasi antar pemuka

agama, tidak hanya itu tapi terhadap warga yang berbeda

berkeyakinan. Kemudian bapak GY juga menghimbau kepada

warganya untuk membuang yang namanya individual atau yang

sering dikatakan egois. Lebih tepatnya mementingkan

kepentingan pribadi dari pada kepentingan bersama.

4) Peran dalam Sikap Empati

Sikap empati atau merasakan apa yang dirasakan orang

lain merupakan kemampuan untuk melihat situasi dari perspektif

orang lain. Dalam masyarakat sikap tersebut harus dimiliki

setiap orang, dikarenakan sikap tersebut akan menghubungkan

perasaan seseorang ke seseorang yang lain. Jika dalam

bermasyarakat tidak memiliki sikap ini maka dalam memahami

tetangga tidak akan pernah bisa. Sikap ini di Desa Getas sudah

ada sejak dahulu, untuk itu tokoh agama tinggal

mengembangkannya.

Dalam mengembangkan sikap tersebut tokoh agama

mengajarkannya kepada masyarakat dengan cara ceramah pada

127
saat di TPQ dan setiap malam jum’at sebelum yasinan. Dan juga

setiap satu bulan sekali mendatangkan penyuluh dari kemenak.

Cara mengembangkan sikap tersebut adalah dengan

memberikan contoh dan menjadi orang yang berada didepan

(pemimpin).

Bentuk atau wujud sikap sosial yang terjalin di masyarakat

yang berbeda agama ini misalanya jika saat mau yasinan, orang

mempunyai makanan, tetangga dekat dikasih makanan tersebut

agar mereka juga dapat merasakan apa yang mereka rasakan.

Jika ada orang meninggal, walaupun beda agama mereka tetap

datang untuk bershodakoh, dengan uang atau barang lain

walaupun nilainya tidak banyak. Kalau ada orang yang

kesusahan bapak GY menganjurkan untuk membantu,

menghadiri langsung tanpa membedakan golongan supaya

mereka tertarik untuk mengikuti hal tersebut. Biasanya sikap

empati muncul dari masing-masing orang. Secara turun-temurun

sudah diajarkan oleh nenek moyang kita mengenai sikap empati

tersebut.

Untuk menjaga sikap tersebut tetap ada, bapak GY

melakukan silaturahim, berbagi cerita, karena jika orang tidak

saling berhubungan tidak akan pernah mempunyai rasa empati.

Seperti halnya orang kota sama tetangga saja jarang untuk

bersilaturahmi.

128
5) Peran dalam Sikap Toleransi

Toleransi merupakan sikap menghormati akan hak-hak

masing-masing orang. Tertama dalam bidang

kepercayaan/keykinan. Di Desa Getas toleransi sudah sangat

baik. Toleransi di Desa Getas sudah ada sejak dahulu dan sudah

membudaya. Warga sudah bisa saling menghargai, saling

menghormati, bahkan sampai pada toleransi beragama. Hal

tersebut tentunya tidak tumbuh begitu saja, akan tetapi adanya

bimbingan dari tokoh agama, termasuk di dalamnya tokoh

agama Islam.

Dalam mengembangkan sikap toleransi yang dilakukan

bapak GY adalah dengan memberikan pengarahan kepada

warga, dengan cara bersilaturahmi. Metodenya yaitu dengan

ceramah, kemudian menyontohkan untuk bersilaturahmi serta

tidak memaksakan paham-paham tertentu, tetap menghomati

hak-hak mereka. Bentuk dan wujud toleransi itu dapat dilihat

ketika ada acara-acara keagamaan, yang Islam di undang untuk

menghadiri acara dari agama yang lain, dan sebaliknya. Akan

tetapi dalam acara tersebut warga muslim dan non muslim di

beri tempat sendiri tidak menjadi satu. Karena yang mempunyai

acara pasti sibuk dengan acaranya beda dengan yang di undang.

Dalam menghadiri acara-acara itu, saya menegaskan kepada

warga masyarakat untuk menghadiri acara tersebut tapi hanya

129
sebatas menghadiri, nglegani undangan, dan sebagai bentuk

sosial dan kebersamaan di masyarakat. Dengan adanya

pengembangan yang bapak GY lakukan, sikap sosial antar

pemuka agama yang muslim dan non muslim sangat baik. Untuk

menjaga agar sikap toleransi ini tetap ada bapak GY

memberikan pengarahan untyuk tidak fanatik terhadap golongan

masing-masing terutama yang muslim, membina anak-anak

sejak dini tentang toleransi, menjaga silaturahmi antara warga

dan tokoh agama yang lain, saling berkomunikasi tanpa

membedakan golongan.

6) Peran dalam Sikap Tolong Menolong

Sikap tolong menolong adalah perilaku seseorang untuk

membantu orang lain dalam segala hal. Di Desa Getas tolong

menolong ini sudah ada sejak dahulu. Siap tolong menolong ini

jika tidak dikembangkan maka akan hilang oleh majunya zaman.

Untuk itu bapak GY selaku tokoh agama Islam mengembangkan

sikap tersebut.

Bapak GY dalam mengembangkan sikap tolong menolong

ini caranya dengan melatih, membiasakan. Biasanya kalu seperti

itu lewat keluarganya terlebih dahulu, baru nanti

disosialisasikan, dan menyontohkannya. Yaitu lewat kegiatan

kemasyarakatan, tetangga yang membutuhka bantuan ya

langsung saja membantu tanpa harus disuruh terlebih dahulu.

130
Misalnya jika ada tetangga yang sedang membutuhkan

pertolongan seperti kematian, bencana, bapak GY menyuruh

orang tua-orang tua untuk membawa anaknya supaya pada tahu.

Bentuk yang lain yaitu seperti memberi nasehat dan solusi.

Bahkan sampai dipembangunan masjid itu tidak memandang itu

agama apa tapi mereka juga ikut membantu, begitu juga

sebaliknya jika ada pembangunan tempat ibadah agama yang

lain yang muslim juga ikut membantu. Sebelum berlangsunya

hal tersebut bapak GY memberikan arahan kepada warga

khususnya yang muslim, jangan sampai membuat keonaran atau

sampai menyinggung tentang keagaman. Ini hanya sebagai

wujud sosial saja.

Telah berjalannya sikap tolong menolong tersebut

tentunya harus di pertahankan supaya sikap tersebut di

masyarakat tidak hilang. Bapak GY selaku tokoh agama Islam

telah menegaskan kepada warga upaya sikap ini tetap ada karena

dengan adanya sikap ini beban warga akan terasa lebih ringan

jika ada siakap tolong menolong. Supaya sikap ini tetap ada

maka dengan cara meluangkan waktu walaupun sebentar untuk

menolong yang butuh pertolongan, membiasakan untuk

menolong seseorang karena setiap hari pasti ada yang butuh

pertolongan.

131
Jadi bapak GY dalam mengembangkan sikap sosial tersebut

hanya tinggal melanjutkan saja tapi ini lebih fokus kepada yang

beragama Islam. Mengembangan sikap sosial tersebut tidaklah

mudah dikarenakan waktu dahulu warga yang masuk Islam masih

belum tahu apa-apa soal Islam tetapi hanya sebatas mengaji dan

sholat saja. Beliau mengembangkan sikap tersebut dengan diawali

membuat majelis taklim, membentuk yasinan dan karang taruna.

Dengan adanya organisasi di atas akan lebih mudah dalam

mengembangkan sikap sosial sekaligus memberi pengajian saat

mengadakan acara atau disaat kumpulan membahas suatu hal.

Dengan adanya majelis itu bapak GY mengembangkan dengan

cara memberikan tausiah tentang keagamaan dan juga sikap sosial.

Tapi sebelum ke majelis-majelis tersebut bapak GY mengajarkannya

terlebih dahulu kepada keluarga, kemudian merealisasikannya

supaya dicontoh warga masyarakat yang lain. Tidak hanya tausiah,

beliau juga memberikan contoh langsung tentang sikap sosial yang

diajarkan disaat ada kegiatan Desa, tidak terlalu fanatik terhadap

golongan, membiasakan sikap sosial tersebut. Beliau juga

mendirikan TPQ untuk mengajar ngaji anak-anak kecil yang

beragama Islam, sekaligus membeikan pengetrian tentang sikap-

sikap sosial di atas sehingga anak-anak tahu bagaimana harus

bersikap terhadap orang yang lebih tua, teman sebaya yang beda cara

beribadahnya sehingga tidak terjadi olok-olokan soal masalah agama

132
tersebut. Dalam TPQ tidak hanya diajarkan agama dan sikap sosial

tetapi diajarkan juga ilmu pengetahuan umum. Selain itu bapak GY

juga sering bersilaturahmi kepada warga yang berbeda agama

sehingga tidak terjadi kesenjangan sosial, serta tidak fanatik terhadap

agama masing-masing. Sekaligus memperkenalkan Islam, bahwa

Islam itu tidak keras, karena setau warga Desa Getas ini bahwa Islam

itu keras.

Setelah mengembangkan dengan cara-cara di atas, sikap sosial

di Desa Getas khususnya warga yang beragama agama Islam

menjadi baik dan tidak canggung, berjalan seperti dahulu sampai

sekarang. Bentuk-bentuk sikap sosial yang terjalin di masyarakat

Desa Getas dapat dilihat dari kehidupan kesehariannya. Bentuk-

bentuk itu seperti jika ada orang yang membutuhkan pertolongan,

warga masyarakat yang tua maupun yang muda dan berbeda

keyakinan mereka siap membantu. Masyarakat Desa Getas tidak

menutup diri dari perbedaan keyakinan yang ada. Bentuk

keterbukaan antar warga masyarakat Desa Getas ini terjadi pada saat

kegiatan tradisi, seperti slamatan Desa. Slamatan Desa ini di ikuti

oleh semua warga masyarakat, tidak membedakan perbrdaan

keyakinan. Ketika ada acara-acara keagamaan, yang Islam diundang

untuk menghadiri acara dari agama yang lain, dan sebaliknya. Akan

tetapi dalam acara tersebut orang yang muslim dan non muslim di

beri tempat sendiri tidak jadi satu. Misalanya jika saat mau yasinan,

133
orang mempunyi makanan, tetangga dekat dikasih makanan tersebut

agar mereka juga dapat merasakan apa yang mereka rasakan. Jika

ada orang meninggal, walaupun beda agama mereka tetap datang

untuk bershodakoh, dengan uang atau barang lain walaupun nilainya

tidak banyak dan bentuk sikap sosial di Desa Getas sampai pada

mencangkul, tandur, bangun jalan.

Dari bentuk-bentuk sikap sosial di atas bapak GY tidak hanya

memberikan tausiah, arahan-arahan tapi terjun langsung dalam

kegiatan-kegiatan tersebut. Bapak GYsebagai tokoh agama Islam

juga menjadi ujung tombak dalam menjalani kegiatan-kegiatan yang

berlangsung, sehingga masyarakat mencontoh apa yang

dilakukannya. Seperti halnya saat lebaran waktu dahulu itu

silaturahim kepada yang non muslim. Padahal waktu dulu saling

mengunjungi saat lebaran itu belum ada. Akhirnya dengan apa yang

dilakukan bapak GY ini membuat masyarakat membuka mata,

membuka pintu hatinya untuk melakukan silaturahim kepada warga

masyarakat Desa Getas. Waktu dahulu saat lebaran yang non muslim

itu pada tutup pintu. Kemudian bapak GY mengumpulkan pemuda

untuk bersama-sama silaurahim kepada yang non muslim dengan

niat supaya tidak terjadi kesenjangan sosial. Kalau ada orang yang

kesusahan bapak GY menganjurkan untuk membantu, menghadiri

langsung tanpa membedakan golongan dan dengan memberikan

pengarahan kepada warga khususnya yang Islam, jangan sampai

134
membuat keonaran atau sampai menyinggung tentang keagaman. ,

sekaligus bersilaturahmi.

Mengembangkan sikap terbuka menurut bapak GY tidaklah

mudah. Dalam mengembangkan sikap sosial pasti mengalami

kendala-kendala apalagi di masyarakat plural seperti ini. Kendala

yang di alami bapak GY dalam mengembangkan siakap sosial di

Desa Getas yaitu terkadang bertetangan dengan teman sendiri.

Misalnya ada salah satu teman yang tidak sepemahaman dengan apa

yang diutarakanya serta kadang ada yang kolot yang mengklaim

kalau itu tidak boleh. Kendala yang lain yaitu orang-orang yang

lebih tua, karena lebih mempertahankan tradisi yang dahulu.

Banyakwarga masyarakat yang merantau membuat ketidak tahuan

warga tersebut saat pulang dari merantau. Kadang bapak GY belum

memiliki kopetensi yang memadai, merasa belum bisa menjadi

teladan yang baik, merasa kadang ewoh/rikuhdan di kira menggurui,

pamerserta hal-hal yang kurang dipaham oleh warga masyarakat.

Kendala selanjutnya yaitu sering dianggap sombong, sering di bilang

berlebihan, cari muka, oleh warga yang kurang suka, hal itu

menjadikan pikiran dan hati berbenturan. Begitulah kendala yang

dialami bapak GY. Tapi dengan kesadaran, kesabaran, keikhlasan

bapak GY kendala-kendala tersebut dapat di atasi walaupun kadang

harus korban perasaan.

135
Setelah mengalami kendala-kendala di atas bapak GY malah

berfikir jika sikap-sikap tersebut tidak dikembangkan maka sesuatu

yang baik itu akan hilang karena sikap-sikap sosial tersebut akan

menumbuhkan sikap yang baik di masyarakat. Bapak GY tetap

berusaha menjaga agar sikap sosial tersebut tidak hilang. Adpun cara

yang digunakan untuk menjaga hal tersebut adalah dengan cara

meluangkan waktu walaupun sebentar, membiasakan untuk

menolong seseorang karena setiap hari pasti ada yang butuh

pertolongan. Memberikan pengarahan, membina anak-anak sejak

dini tentang toleransi. Saling silaturahim, berbagi cerita, karena jika

orang tidak saling berhubungan tidak akan pernah mempunyai rasa

empati. Seperti halnya orang kota sama tetangga saja jarang untuk

bersilaturahmi. Bapak GY juga membentuk yang namanya karang

taruna, didalamnya terdapat pemuda-pemuda seluruh Desa Getas

yang berbeda keyakinan. Dengan ini supaya anak-anak dan generasi

muda tidak kehilangan sikap sosial terbuaka antar warga. Dalam

mempertahankan sikap terbuka di masyarakat ini tokoh agama

menghimbau kepada warga masyarakat untuk saling menghargai

(tolerasi), menerima keterbukaan, meminta kepada masyarakat untuk

tidak membeda-bedakan antara umat beragama.

c. Peran Bapak NS

Bapak NS merupakan penduduk asli warga masyarakat Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Beliau

136
beragama Islam, tingkat pendidikan bapak NS adalah SLTA. Bapak

NS dijadikan sebagi tokoh agama Islam karena beliau lulusan

pondok pesantren dan aktif di pemerintahan Desa. Beliau sangat

aktif di kegiatan keIslaman di Desa Getas. Dalam perkembangan

Islam beliau merupakan salah satu tokoh yang berada didalamnya.

Beliau sering mengisi ceramah dari Desa ke Desa di Desa Getas

waktu Islam mulai berkembang. Tidak hanya itu, beliau juga aktif

dalam kegiatan sosial dan sering dijadikan panutan warga khususnya

Islam di masyaarakat.

Peran bapak NS dalam mengembangkan sikap sosial di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Menurut beliau

kehidupan sosial di Desa Getas sangat luar biasa baik. Warga

masyarakat Desa Getas tidak pernah memandang apapun dan tetap

berjalan bersama-sama. Masyarakat di sini sangat menghargai yang

namanya perbedaan antar beragama. Hal ini dapat dilihat dari

kegiatan orang-orang muslim maupun orang non muslim tidak ada

larangan apapun, karena hal itu sudah menjadi hak masing-masing

umat beragama. Yang terpenting dalam hal ini adalah dapat

memegang teguh keyakinan masing-masing. Tujuan dari sikap sosial

adalah untuk menghargai perbedaan yang ada. Contoh menghargai

disini ketika mendapat undangan dari orang yang berbeda keyakinan

dari kita, kita datang hanya untuk menghormati undangan tersebut.

Bukan untuk ikut melakukan hal-hal yang ada didalam agama

137
mereka. Untuk ibadah sendiri sudah menjadi kegiatan masing-

masing.

1) Peran dalam Sikap Terbuka

Sikap sosial terbuka di Desa Getas itu bagus. Sikap

tersebut bagus dikarenakan adanya pengembangan secara terus

menerus oleh tokoh agama. Pengembangan sikap sosial terbuka

yang dilakukan bapak NS adalah dimasing-masing agama dalam

kehidupan sosial harus dipahami. Kita tidak boleh membedakan

antara satu dengan yang lainnya. Walaupun tidak diajarkan

secara langsung, tetapi sikap terbuka dapat diajarkan atau

dilakukan melalui bimbingan keagamaan masing-masing, saling

berbagi (sharing), dan melalui pertemuan maupun perkumpulan.

Dengan ceramah, dalam ceramah itu tidak hanya soal agama

yang dibicarakan tetapi diselingi dengan pembentukan sikap

sosial. Dalam mengembangkan sikap terbuka yang terpenting

adalah dengan membangun rasa kebersamaan. Rasa

kebersamaan merupakan kunci utama dalam hal

kemasyarakatan. Dalam masyarakat kita tidak perlu membahas

tentang keagamaan, karena masing-masing agama berbeda. Kita

hanya perlu bersama-sama dalam membangun kerukunan dan

kegotong royongan, maka rasa keterbukaan tersebut akan

muncul dengan sendirinya.

138
Bentuk sikap tebuka di sini, tergantung tujuannya. Tujuan

di sini bukan tentang agama, tetapi untuk kepentingan bersama.

Kepentingan bersama selalu diadakan musyawarah terlebih

dahulu untuk mengetahui bagaimana sikap antar orang yang satu

dengan yang lainnya. Dari sini dapat terlihat apakah ada

kekompakan ataupun tidak. Contoh salah satu bentuk sikap

terbuka adalah kas Desa yang digunakan untuk kepentingan

Desa bukan untuk kepentingan masing-masing agama.

Kemudian kita musyawarahkan bersama-sama. Masih banyak

lagi contoh mengenai kepentingan bersama untuk Desa.

Sedangkan untuk kepentingan agama, maka dikembalikan lagi

kepada agama masing-masing. Karena antara agama yang satu

dengan yang lain pasti memiliki kepentingan yang berbeda-

beda, sehingga agama lain tidak akan mencampuri kepentingan

agama tersebut. Untuk mewujudkan sikap terbuka, bapak SH

berperan sebagai moderatornya. Dalam suatu rapat saya

berperan untuk membuka acara dan menyampaikan tujuan

diadakannya kepentingan ini. Misalnya pada bulan lalu, baru

diadakan rapat dan bapak SH mengundang para tokoh

masyarakan dan lembaga Desa yang ada. Dari sini lah tidak

adanya hal-hal yang disembunyikan, sehingga sikap terbuka

tersebut muncul. Contoh sikap sosial yang terjalin sangat baik

adalah ketika dalam rapat. Tokoh agama mendaftar berapa orang

139
yang dari Kristen, berapa orang yang dari Budha dan yang dari

Islam. Jika tidak ada perwakilan dari tokoh agama yang terkait,

maka akan dibahas bersama-sama bagaimana baiknya. Kalau

dari tokoh-tokoh yang hadir sudah menyetujui, maka akan

dibuat sebuah keputusan. Namun, keputusan tersebut belum

menjadi sebuah kesimpulan. Kesimpulan baru akan diambil

selang beberapa bulan dengan diadakan rapat kembali bersama

tokoh-tokoh dari keagamaan yang lebih lengkap. Kemudian

hasil rapat sebelumnya diungkapkan kembali dalam forum yang

lebih luas. Jika dari masing-masing tokoh keagamaan

menyetujui, baru kemudian dibuat sebuah kesimpulan.

Pengambilan keputusan tersebut didasarkan atas asas

kebersamaan. Contoh lainnya yaitu genduren yang diadakan

bersama 300 siswa dengan tujuan ingin makan bersama dengan

300 siswa dan masyarakat. Keputusan untuk diadakan kenduren

itu pun juga didasarkan atas kesepakatan bersama.

Sikap warga yang berbeda keyakinan adalah tetap bersatu,

karena hal tersebut sudah melalui kesepakatan bersama diantara

tokoh-tokoh dalam agama tersebut. Jadi, sikap warga dalam

mengadakan kegiatan itu sangat baik, mereka menyambut

dengan baik dan bersatu untuk kemajuan Desa. Bapak SH

sebagai orang muslim, memiliki dasar bahwa sebagai seorang

muslim tidak boleh membedakan antara satu dengan yang

140
lainnya. Kita harus berjalan bersama-sama dengan tetap

memegang akidah. Untuk dasarnya, kembali kepada masing-

masing diri individu dan tetap menjaga sikap saling meghormati

antar umat beragama.

2) Peran dalam Sikap Gotong Royong

Sikap gotong royong di Desa Getas ini juga baik, karena

tokoh agama selalu mengembangkan sikap tersebut, sehingga

gotong royong tidak terkotak-kotak oleh perbedaan keyakinan.

Warga masyarakatnya berbaur dengan baik di dalam bergotong

royong.

Sikap gotong royong di sini memang sudah ada sejak

dahulu. Jadi sikap itu sudah melekat pada diri warga, sehingga

tanpa diajarkan pun masyarakat sudah mengetahui apa yang

harus dilakukan. Selain itu, adanya kesadaran bahwa kita hidup

di dunia ini tidak akan terlepas dari bantuan orang lain. Kita

akan selalu membutuhkan bantuan dari orang lain, baik itu dari

segi pikiran, tenaga, dan lain-lainnya. Jadi, kita hanya perlu

membangun dengan cara ketika rapat diadakan musyawarah

bagaimana kegiatan gotong royongnya nanti dan ternyata juga

dapat berjalan dengan baik. Susah senangnya ketika gotong

royong dapat berjalan sebagaimana yang diharapkan. Contohnya

jika terjadi ada tetangga yang meninggal, dari berbagai agama

pun juga ikut mendatangi rumah yang terkena musibah dan

141
menghormati sebagai tetangga. Mereka tidak memandang dari

kelompok apa mereka berasal, karena mereka menganggap

bahwa adanya orang meninggal di Desa merupakan musibah

bagi Desa itu sendiri. Cara mengembangkan sikap gotong

royong adalah dengan sedikit demi sedikit dan kita kembalikan

pada kesepakatan bersama. Oleh karena itu dalam

pelaksanaannya kita kembalikan pada kegiatan masing-masing

keagamaan. Contoh sikap sosial kegotong royongan dalam rt,

yaitu kerja bakti. Sikap warga masyarakat khususnya dari

penganut agama lain adalah sangat antusias. Tidak ada

kecemburuan diantara orang-orang yang berbeda agama.

Mereka tetap bersama-sama melaksanakan gotong royong

tersebut yang terpenting bagi bapak, apapun kegiatanya marilah

bersama-sama mengembangkan kegiatan yang ada pada Desa.

Sepanjang hal tersebut tidak keluar atau menyimpang dari ajaran

agama. Dengan gotong royong akan menimbulkan rasa

kebersaman, kekompakan.

Tokoh agama harus menyadari hambatan pasti akan terjadi

dan tidak menjadikan hambatan tersebut sebagai suatu kendala.

Anggap saja hambatan tersebut merupakan hal yang biasa

terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.

142
3) Peran dalam Sikap Peduli Terhadap Orang Lain

Sikap peduli terhadap orang lain di Desa Getas ini sudah

ada sejak dahulu. Tokoh agama sekarang hanya tinggal

mengembangkannya supaya lebih baik lagi dari yang

sebelumnya. Kepedulian terhadap orang lain merupakan

kepedulian terhadap sesama manusia. Bapak NS dalam

mengembangkan sikap peduli ini tokoh agama tidak

memandang dari mana orang tersebut berasal. Contohnya ketika

si A mengetahui kepentingan si B yang memerlukan bantuan,

kemudian kita wajib bantu baik tenaga maupun fikiran. Hal

tersebut merupakan contoh kepedulian terhadap orang lain.

Dalam sikap peduli terhadap orang lain tidak hanya antar

sesama muslim saja, tetapi antar sesama manusia. Sikap sosial di

Desa sini sangat banyak, termasuk dalam kelembagaan. Dalam 1

tahun, kelembagaan di sini mengadakan pertemuan sebanyak 3

kali. Artinya, dalam 4 bulan sekali kita sebagai warga

masyarakat mengadakan pertemuan. Belum pertemuan yang

diadakan ibu-ibu setiap 35 hari sekali. Selain itu, bapak-bapak

setiap malam mengadakan pertemuan di daerahnya masing-

masing. Dalam setiap Desa pasti memiliki seorang kader. Kader

di sini bertugas menyampaikan kepada masing-masing anggota

dalam Desa tersebut. Sikap kepedulian dan gotong royong di

sini sudah menjadi konsep kita. Tanpa sikap tersebut, seluruh

143
kegiatan tidak akan berjalan. Menyikapi hal tersebut yang

terpenting adalah kita sudah melaksanakan. Mungkin saja dilihat

dan dirasakan baik, secara otomatis yang lain juga akan

melakukan hal seperti itu.

Pernah terjadi kebakaran di Desa ini. Kemudian diadakan

konsultasi terhadap masing-masing golongan. Kemudian dari

seluruh tokoh berkumpul dengan membahas baiknya bagaimana.

Kemudian dari seluruh tokoh sepakat untuk membantu. Dari sini

sudah terlihat sikap kepedulian ini ada pada setiap golongan,

tanpa mereka membedakan dari mana orang tersebut berasal.

Sebagai tokoh agama saya menyampaikan gagasan awal kepada

tokoh lain. Kemudian kita adakan pertemuan antar tokoh dan

bersama-sama menyampaikan pendapat. Sikap sosial yang

terjalin antara pemuka agama Islam dengan agama yang lain

pada awalnya merasa kaget ketika bapak NS mengundang untuk

menghadiri rapat yang saya adakan di rumah. Ketika berkumpul

bersama, bapak NS menyampaikan gagasan dalam fikirannya.

Kemudian mereka sangat mendukung dan membantu kegiatan-

kegiatan yang akan diadakan di Desa.

Hal yang perlu dilakukan demi menjaga kerukunan adalah

dengan memegang kerukunan tersebut. Kita tidak boleh

melepaskannya, karena setiap hari kita tidak terlepas dari orang

lain. Kita hidup pasti membutuhkan bantuan orang lain. Hal-hal

144
apapun kita harus saling mengingatkan demi menjaga kerukunan

antar masyarakat.

4) Petan dalam Sikap Empati

Sikap empati merupaka perilaku atau perasaan dimana

seseorang bisa merasakan pa yang dirasakan orang lain dan

berusaha untuk membantunya. Sikap ini di Desa Getas sudah

terjalin sangat baik, warga masyarakatnya saling berempati

antara non muslim dan muslim. Hal tersebut merupakan buah

hasil dari pengembangan sikap empati yang dilakukan tokoh

agama, terutama agama Islam yang berkembang belakangan di

banding agama yang lain.

Empati menurut bapak NS adalah agar kita disegani dan

orang lain merasa segan. Keseganan orang lain ini di

kembalikan kepada diri pribadi masing-masing orang. Yang

terpenting tokoh agama sudah melaksanakan yang menjadi

kewajibannya supaya memberikan contoh kepada orang lain,

ceramah, silaturahmi. Hal tersebut sudah menarik empati orang

lain. Tujuan dari empati bukan untuk “di gumuni” orang lain.

Sikap empati menjadi hak pribadi orang lain. Bapak NS

mengganggap hidup ini memiliki kewajiban, dan kewajiban

seorang muslim adalah melaksanakan perintah dan menjauhi

larangan-Nya. Empati orang lain sudah sangat luar biasa

terhadap orang lain. Masyarakat sudah memiliki kesadaran

145
untuk merasakan empati. Warga juga harus sadar bahwa dengan

menjalin kebersamaan semua kegiatan akan berjalan dengan

baik. Sikap kebersamaan menjadi dasar dalam melaksanakan

seluruh kegitan. Misalnya ada orang yang sakit, entah itu

muslim maupun non muslim warga masyarakat menjenguknya,

ada orang melahirkan kita juga “ngendong” (mengabarkan

dengan bersilaturahmi).

Jika sudah dikembangkan sikap tersebut tetunya juga

harus dijaga agar tidak hilang sikap yang baik itu. menjaga sikap

empati bisa dilakukan dengan cara sering untuk saling bertatap

muka, menjaga silaturahmi, selalu terbuka.

5) Peran dalam Sikap Toleransi

Sikap toleransi di Desa Getas ini sangat luar biasa baik.

Bentuk sikap toleransi di Desa Getas dapat dilihat dari sikap

warga yang membolehkan setiap orang memilih keyakinannya

sendiri. Bahkan dalam serumah bisa ada beberapa agama. Misal

orangtuanya Budha anaknya Islam. Saya sebagai tokoh agama

tidak terlepas dari tokoh-tokoh agama yang lain. Kita tetap

bertemu dan saling berbagi informasi, walaupun tidak sering

dilakukan. Kita sebagai generasi penerus harus menjaga sikap

toleransi tersebut, karena menjaga merupakan hal yang sulit.

Bentuk sikap sosial yang terjalin antara pemuka agama Islam

146
dengan agama yang lain terjalin sangat baik. Tokoh agama yang

lain juga ikut mendukung sikap toleransi ini.

Adanya sikap toleransi terjalin dengan baik ini karena

adanya pengembangan dari tokoh agama. Tokoh agama Islam

dalam mengembangkan sikap ini dengan bimbingan keagamaan,

kemudian dengan cara membiasakan kegiatan yng bersifat

umum. Dalam mengajarkan sikap toleransi, yang terpenting

adalah kita harus saling mengerti diantara kepentingan yang satu

dengan yang lain. Misalnya ketika ingin mengadakan suatu

acara yang menyangkut seluruh masyarakat Desa. Tokoh agama

beserta warga harus membahas mengenai waktu yang baik

untuk mengadakan acara tersebut. Waktu tersebut tidak boleh

bebarengan atau mengganggu waktu beribadah masing-masing

agama. Cara menjaga sikap toleransi adalah dengan cara setelah

diadakan rapat, warga harus melaksanakan kegiatan yang sudah

disepakati. Semuanya dikembalikan seperti kesepakatan awal

dan bapak NS sebagai seorang muslim, tokoh agama, dan kepala

Desa bertugas menyampaikan dan menjaga sikap toleransi

tersebut tetap ada dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam

mengembangkan sikap toleransi harus sering konsultasi. Sikap

toleransi tersebut ada karena seringnya konsultasi, tanpa hal

tersebut tidak akan ada sikap toleransi.

147
6) Peran dalam Sikap Tolong Menolong

Sikap tolong menolong merupakan perilaku yang baik

dikembangkan di masyarakat. Karena dengan tolong menolong

warga masyarakat akan merasa dipedulikan oleh orang lain.

Sikap tersebut dikembangkan oleh tokoh agama Islam. Dalam

kehidupan bermasyarakat sudah dilakukan, sehingga tidak perlu

mengajarkan kembali kepada masyarakat. Masyarakat sudah

memiliki kesadaran tersendiri dalam sikap sosial tolong

menolong. Dalam sikap tolong menolong, tidak ada pembatas

antar agama yang satu dengan yang lainnya. Dalam tolong

menolong yaitu dengan memberi tausiah, kemudian

menyontohkan, serta membiasakan untuk saling tolong

menolong.

Bentuk tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat

sudah ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat

terjadi longsor, seluruh warga masyarakat bersama-sama saling

membantu. Bapak NS sebagai tokoh agama Islam bersama-sama

dengan kepala RT maupun RW setiap kegiatan yang

menyangkut keagamaan di serahkan kepada masing-masing

agama. Bentuk sikap sosial yang terjalin antara pemuka agama

Islam dengan agama yang lain berjalan dengan baik. Mereka

bersama-sama bekerja untuk mengembangkan Desa melalui

kegitan tolong menolog.

148
Hal yang perlu dilakukan agar sikap tolong menolong ini

tetap ada dalam hati nurani adalah dengan cara tidak memutus

hubungan silaturami antar sesama golongan maupun berbeda

golongan. Program-program yang sudah tercatat dalam Desa

tidak boleh hilang, sehingga ketika rapat kita ungkapkan

kembali dalam forum-forum pertemuan.

Bapak NS dalam mengembangkan sikap sosial ini bukan untuk

kepentinagan pribadi, melinkan untuk kepentingan Desa. Supaya

Desa bisa menjadi satu arah dengan maksud dan tujuan agar bersatu

untuk mengembangkan kepentingan dalam Desa secara bersama-

sama. Lain hal jika itu berkaitan dengan keagamaan. Sikap sosial ini

akan menimbulkan rasa kebersamaan dan kekompakan di

masyarakat. Mengembangkan sikap peduli terhadap orang lain

adalah berasal dari dalam hati nurani. Saling mengasihi dan

menyayangi merupakan hal yang wajib dilakukan, tetapi sebagai

manusia jika kita bisa memegang dan memiliki rasa kasih sayang

semuanya akan tetap berjalan sesuai gagasan awal yang telah

disampaikan. Bapak NS memiliki prinsip sesuai dengan kewajiban

manusia hidup, baik itu secara keagamaan maupun secara umum dan

pemerintahan. Agar suasana tetap tentram dan damai serta tidak

terjadi apa-apa, karena kita hidup ini merupakan anugerah dari Allah

SWT. Bisa menjauhi hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan.

149
Mengembangkan sikap sosial bisa dilakukan dengan banyak

cara. Seperti yang bapak NS lakukan untuk mengembangkan sikap

sosial, sehingga mudah untuk diterima oleh masyarakat. Berikut

merupakan cara yang digunakan untuk mengembangkan sikap sosial,

yaitu: untuk mengembangkan sikap sosial harus “telaten” dan

memiliki tujuan, memiliki “greget” dan dengan sedikit demi sedikit

kemudian di kembalikan pada kesepakatan bersama. . Tujuannya

ialah kita hidup ini saling berdampingan. Tanpa hal tersebut sikap

tersebut tidak akan bisa berjalan. Menyikapi hal tersebut yang

terpenting sudah melaksanakan. Mungkin saja dilihat dan dirasakan

itu baik, secara otomatis yang lain juga akan melakukan hal seperti

itu.

Dalam mengembangkan sikap sosial dengan cara-cara di atas

tentunya ada metode yang digunkan untuk lebih mudah dalam

penyampaiannya. Menenurut bapak NS dia sering memberikan

ceramah saat ada kumpulan, ceramah itu tidak berisi keagamaan saja

melainkan arahan-arahan kepada masyarakat. Kemudian beliau

menjadi moderator dalam perkumpulan umat beragama, sehingga

dalam bersikap sosial ada penengah untuk hasil yang terbaik.

Kemudian dengan menyontohkan sikap yang baik, selanjutnya yaitu

dengan cara membiasakannya. Karena dengan pembiasaan akan

terbentuk sikap sosial yang baik.

150
2. Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Tokoh Agama Islam

dalam Mengembangkan Sikap Sosial

a. Faktor Pendorong

Dalam mengembangkan sikap sosial yang dilakukan oleh

tokoh agama Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung tentunya mempunyai faktor yang mendorong mereka

untuk mengembangkan sikap-sikap tersebut. Berikut merupakan

faktor pendorong dari masing-masing tokoh agama Islam:

1) Bapak SH

Faktor yang mendorong bapak SH dalam mengembangkan

sikap sosial di Desa Getas adalah:

a) Adanya kesempatan, dengan adanya kesempatan ini supaya

masyarakat tahu bahwa sikap sosial adalah hal yang

mendasar dalam bermasyarakat, agar antar warga

masyarakat saling memahami dan mengerti antara yang

benar dan yang salah.

b) Kesadaran, karena saya sadar manusia itu sebagai makhluk

sosial butuh orang lain dalam keadaan susah maupun

senang.

c) Keluarga, dengan dorongan dari keluarga sejenuh apapun

secapek apapun akan terasa ringan karena di belakang ada

yang menyemangati.

151
d) Warga masyarakat, warga masyarakat khususnya yang

muslim mendorong bapak SH untuk terus

mengembangkannya karena beliau sering memberikan

menjadi orang pertama yang dituju jika ada yangi ingin

ditanyakan.

e) Usia karena semakin bertambahnya usia maka semkin peka

seseorang terhadap orang lain, sekaligus supaya mendidik

anak-anak untuk memperkenalkan sikap hal tersebut.

f) Bapak kyai, selain untuk mengajarkan sikap sosial tentunya

juga berdakwah untuk agama Islam.

g) Pemerintah setempat, karena dengan bantuan dari

pemerintah setempat orang-orang yang tadinya ingin

membelot menjadi takut karena dibelakangnya ada

kepemerintahan.

2) Bapak GY

Berikut merupakan faktor pendorong dari bapak GY

dalam mengembangkan sikap sosial yaitu:

a) Daerah terpencil, jika masyarakatnya tidak saling terbuka

maka tidak akan mengetahui informasi-informasi terbaru,

membantu memecahkan masalah seseorang yang datang

dengan membawa masalah.

152
b) Kesadaran, kesadaran bapak GY untuk membantu dan

mengutamakan kepentingan bersama, adanya keikhlasan

berpartisipasi untuk persatuan dan kebersamaan.

c) Keluarga, karena menurut bapak GY jika diurutkan,

masyarakat di Desa Getas ini orangnya berasal dari satu

garis keturunan.

d) Budaya, karena sudah ada sejak dahulu dan menjadi budaya

dan harus dipertahankan.

e) Ajaran harus bersifat lentur, karena dengan ajaran yang

lentur masyarakat tidak akan khawatir melakukan sesuatu,

tidak menjadikan hal tersebut saklek (harus seperti itu).

f) Kemajemukan atau keberagaman, dengan adanya

keberagaman sikap sosial harus di kembangkan supaya

tidak ada kesenjangan diantara warga masyarakat yang

berbeda agama.

3) Bapak NS

Bapak NS mempunyai faktor-faktor pendukung dalam

mengembangkan sikap sosial, faktor tersebut sebagai berikut:

a) Situasi dan kondisi, karena dalam masyarakat majemuk

situasi dan kondisi itu akan selalu terbawa setiap hari.

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pastinya akan

selalu mengikuti. Contohnya bagaimana baiknya Desa

untuk esok hari, pastinya warga harus ikut memikirkan. Jika

153
gagasan itu sudah ada, maka kita membahas bersama dan

diambil sebuah kesepakatan dari masing-masing tokoh.

b) Faktor turun-temurun. Sikap sosial ini sudah ada sejak

dahulu, sehingga kita hanya perlu mengembangkannya.

c) Kewajiban, sebagai orang muslim, bapak NS tahu

membantu orang lain adalah kewajiban.

d) Inisiatif dan Niat, karena dengan inisiatif dan niat tersebut

kita tahu apa yang baik untuk kemajuan Desa.

e) Keanekaragaman, dengan adanya keanekaragaman jika

tidak ada yang mengembangkan sikap tersebut maka tidak

akan terjadi keberagaman, yang terjadi adalah kesenjangan

sosial.

f) Motivasi, karena motivasi ini akan mendorong bapak NS

mengembangkan sikap tersebut. Motivasi itu didapat dari

diri sendiri dan orang lain yang meminta bantuan.

b. Faktor Penghambat

Tokoh agama Islam dalam mengembangkan sikap sosial

tentunya mempunyai hambatan-hambatan didalamnya. Adapun

faktor penghambat tokoh agama Islam dalam mengembangkan sikap

sosial menurut asing-masing tokoh,yaitu:

1) Bapak SH

Dalam mengembangkan sikap sosial bapah SH memiliki

faktor penghambat, berikut faktor-faktor penghambat bapak SH:

154
a) Waktu, karena waktu sering bertabrakan dengan kegiatan-

kegiatan lain, terkadang waktunya habis untuk bekerja

untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

b) Sarana prasarana, dengan keterbatasan sarana prasarana

seperti tempat dan alat-alat yang mendukung untuk

mengembangkan sikap tersebut masih kurang.

c) Perbedaan keyakinan, dengan adanya perbedaan keyakinan

ini dalam mengembangkan sikap sosial menjadikan harus

lebih ekstra lagi ditakutkan menyinggung yang beda

keyakinan dan menjadi kesenjangan sosial.

d) Ekonomi, Ekonomi merupakan suatu kebutuhan setiap

manusia. Berbicara mengenai ekonomi sangatlah sensitif,

karena ekonomi seseorang tidaklah sama dengan yang

lainnya. Sehingga, menimbulkan terkotak-kotaknya

masyarakat menjadi berbagai golongan menurut

ekonominya.

e) Emosi, emosi ini sangat tergantung kepada diri seseorang,

karena sibik dengan pekerjaan sendiri menjadi lelah.

Emosinya mennjadi naik turun.

f) Daerah, karena dengan daerah yang terpencil,

mengembangkan sikap sosial jika membutuhkan bantuan

dari pemerintah setempat menjadi sulit.

155
g) Masyarakat susah dikendalikan, dengan masalah

masyarakat yang kadang berbenturan dengan pemikiran

bapak SH menjadi susah untuk dikendalikan.

2) Bapak GY

Mengembangkan sikap sosial tidaklah mudah, setiap

tokoh agama Islam pasti mempunyai penghambat didalamnya.

Adapun faktor penghambat bapak GY mengembangkan sikap

sosial di atas adalah:

a) Kondisi wilayah, kondis wilayah yang jauh dari peradaban

kota, warga masyarakat menjadi kurang mengerti dengan

berbagai informasi, apakah informasi itu benar apa hanya

isu-isu belaka.

b) Waktu, sebagain guru waktu yang digunakan lebih banyak

di sekolahan dari pada di Desa. Sekaligus setelah pulang

dari sekolahan masih ada rapat-rapat sana sini.

c) Ekonomi, sebagai guru honorer kebutuhan ekonomi yang

begitu melonjak, menjadikan penghasilan menjadi guru

kurang, sehingga mencari sampingan lain seperti bertani.

Dengan begitu jika ingin membantu warga dalam hal

ekonomi masih kurang mampu.

d) Perantauan, banyaknya warga masyarakat yang mencari

pekrerjaan diluar daerah menjadikan sikap sosial kurang

156
berjalan, dikarenakan yang tinggal banyak oarang yang

sudah tua dan anak-anak yang masih sekolah.

e) Orang asing, adanya orang luar yang masuk ke dalam Desa

dengan membawa ajaran yang lain. Karena menurut warga

hal baru tersebut merupakan hal yang menyalahi tradisi

yang ada.

f) Kesadaran warga masyarakat, kesadaran masyarakat yang

masih kurang dan karena masyarakat lebih sering

mementingkan kepentingan sendiri untuk mencari nafkah

keluarga dibandingkan kepentingan bersama.

g) Keterbatasan kemampuan, terkadang bapak GY merasa

bahwa dirinya kurang mampu dalam mengembangkan sikap

tersebut, untuk itu bapak GY sering meminta bantuan

kepada teman atau pemateri untuk mengisi tausiah atau

masukan-masukan yang sekiranya saya belum mampu

menanganinya.

3) Bapak NS

Bapak NS dalam mengembangkan sikap sosial

mempunyai beberapa faktor penghambat, diantaranya:

1) Materi, bicara mengenai materi, warga masyarakat masih

kurang dalam segi materi, hal tersebut menjadikan

penghambat, karena sikap sosial untuk membantu warga

yang lain pasti terkadang butuh dana.

157
2) Ekonomi, bicara ekonomi ini akan menjadikan warga

terkotak-kotak antara ekonomi yang lemah dan ekonomi

yang kuat. Kadang jika orang yang lebih kaya membantu

dengan jumlah cukup banyak, orang yang biasa merasa

keberatan untuk mengembalikan bantuan jika orang itu

membutuhkan bantuan.

3) Waktu, mengenai waktu ini akan berbenturan dengan

kegiatan pribadi, terkadang kegiatannya bareng-bareng

antara kegiatan di luar daerah dengan kegiatan di Desa.

4) Perbedaan agama, perbrdaan sangatlah rawan jika salah

sedikit saja menjadi panjang urusannya. Untuk itu sikap-

sikap tersebut harus tetap dikembangkan karena untuk

kelangsungan hidup bermasyarakat. Kalau masalah ibadah

biarlah itu urusan masing-masing orangnya.

3. Dampak Pengembangan Sikap Sosial Terhadap Pendidikan Islam

Kepemimpinan para tokoh agama Islamdi Desa Getas dapat

menampilkan sikap sosial yang baik, sesuai dengan apa yang terjadi di

masyarakat. Para tokoh agama mengembangkan sikap sosial tersebut

dengan tujuan agar masyarakat Desa Getas dapat hidup harmonis dalam

keberagaman budaya dan agama. Dengan adanya pengembangan yang

dilakukan oleh tokoh agama Islam, maka tidak hanya masyarakatnya

yang terkena imbasnya akan tetapi pendidikan Islamnya juga. Berikut

158
merupakan dampak pengembangan sikap sosial terhadap pendidikan

Islam, yaitu:

a. Dampak pendidikan sosial terhadap pendidikan Islam menurut bapak

SH

Menurut bapak SH dampak pengembangan sikap sosial

terhadap pendidikan Islam di Desa Getas adalah:

1) Islam akan semakin diketahui oleh warga masyarakat yang non

muslim. Karena sikap terbuka ini mengajarkan untuk saling

terbuka antara agama yang satu dengan agama yang lain,

sehingga yang non muslim saat berbincang-bincang dengan

muslim otomatis yang muslim juga akan menceritakan agama

Islam itu seperti apa.

2) Dengan adanya gotong royong ini, tentunya berdampak baik

bagi masyarakat, khususnya dalam pendidikan Islam.

Masyarakat yang non muslim jadi tahu bahwa agama muslim itu

berakhlaq baik. Jadi pendidikan dengan gotong royong ini

sangat bermanfaat bagi pendidikan Islam. Islam semakin diakui

oleh masyarakat sekitar jadi tidak perlu malu-malu lagi dalam

memeluk agama Islam.

3) Pendidikan Islam semakin maju, dan juga sarana prasarana

untuk anak-anak mengaji sudah mulai dibangun, seperti TPQ

dan masjid.

159
4) Umat Islam menjadi tahu bahwa rasa saling mengerti terhadap

warga masyarakat khususnya agama Islam itu sangat dibutuhkan

dalam bermasyarakat. Khususnya generasi yang akan datang

untuk pendidikan menjadi lebih efisien. Misalnya pendidikan

Islam menjadi mudah dalam menerima pengajaran.

5) Masyarakat non muslim menjadi tahu kalau muslim itu baik,

bukan suatu hal yang keras. Dengan begitu menimbulkan

pendidikan Islam yang bertambah bagus. Hal tersebut menjadi

pendidikan Islam secara tidak langung tetapi berakibat baik.

6) Pendidikan Islam di Desa Getas semakin baik, materinya

bertambah tidak hanya sebatas itu-itu saja tetapi bisa meluas

sampai ketolong menolong dan juga sikap-sikap yang lainnya.

b. Dampak pendidikan sosial terhadap pendidikan Islam menurut bapak

GY

Menurut bapak GY dampak pengembangan sikap sosial

terhadap pendidikan Islam di Desa Getas adalah:

1) Dengan begitu pendidikan Islam di Desa Getas tidak hanya itu-

itu saja pendidikannya, karena mendapatkan informasi dari luar

pendidikannya bertambah luas.

2) Dampak gotong royong bagi pendidikan Islam adalah semakin

meningkat warga dalam belajar agama Islam, adanya bantuan

untuk pembangunan masjid dan tpq. Tpq di Desa Getas tidak

diajarkan soal agama saja, tetapi pendidikan umum juga

160
diajarkan. Itu karena tokoh agama saling bergotong royong di

bagi-bagi pengajarannya

3) Pendidikkan Islam di Desa Getas lebih maju lagi. Karena selain

belajar agama Islam juga belajar ilmu pengetahuan yang lain.

Dan pengajarannya di TPQ.

4) Menumbuhkan rasa solidaritas antar warga khususnya golongan

muslim, kesetiakawanan, kepedulian sosial.

5) Pendidikan Islam di masyarakat semakin maju, sikap toleransi

ini berdampak pada keimanan warga masyarakat yang

meningkat, itu bisa dilihat dari perayaan hari raya dan kematian

juga meningkatkan keimanan warga masyarakat.

6) Pendidikan Islam di Desa Getas menjadi lebih maju, bervariasi.

Terutama akhlak dari anak-anak menjadi lebih baik lagi antar

sesama teman dan kepada orang yang lebih tua.

c. Dampak pendidikan sosial terhadap pendidikan Islam menurut bapak

NS

Menurut bapak NS dampak pengembangan sikap sosial

terhadap pendidikan Islam di Desa Getas adalah:

1) Dampak positif yang terjadi akibat sikap terbuka adalah seluruh

kegiatan ini tetap berjalan. Misalnya kegiatan muslimatan dan

selapanan tetap berjalan. Kecuali hal ibadah yang wajib, hal

tersebut sudah menjadi kewajiban individu. Untuk kegiatan

yang lain tetap berjalan dengan baik.

161
2) Dampak dari sikap gotong-royong ini sudah terlihat sejak

dahulu. Dari dahulu belum ada warga yang tercatat untuk

menerima bantuan dari pemerintah untuk pembangunan, seperti

fakir miskin. Di sini ada dua rumah yang perlu mendapat

bantuan, sehingga kita adakan gotong royong untuk membantu

pembangunan dan kita berbagi tugas untuk melaksanakannya.

Hal tersebut merupakan dasar dari pendidikan Islam yang

semakin maju. Sebagai seorang pemuda yang nantinya menjadi

penerus untuk mengembangkan Desa, harus mencontoh dari

leluhur dan menjadikannya sebagai bahan dari pendidikan.

Harus menanamkan sikap kegotong royongan dalam dirinya

terhadap sesama.

3) Dampak bagi pendidikan Islam sangat baik. Hal tersebut sudah

menjadi kebiasaan bagi generasi penerus untuk menjaga

kerukunan. Dalam kegiatan kelembagaan, hal tersebut sudah

mencakup mengenai kerukunan. Contohnya kegiatan

muslimatan akan tetap berjalan karena kita saling berkumpul

demi menjaga kerukunan.

4) Dampak bagi pendidikan Islam sangatlah baik. Sebagai seorang

muslim akan mengetahui dengan sendirinya, kemudian akan

melaksanakan dengan cara bebagi informasi. Sikap empati ini

mengajarkan kepada generasi penerus untuk ikut merasakan

162
penderitaan orang lain, sehingga generasi penerus akan ikut

membantu orang lain.

5) Dampak bagi pendidikan Islam sangatlah bagus. Hal tersebut

mengajarkan kepada generasi muda untuk menghargai agama

lain.

6) Dampak sikap tolong menolong dalam pendidikan Islam sangat

bagus dan positif. Karena tidak ada yang menolak mengenai

sikap tolong menolong itu sendiri. Sikap tolong menolong sudah

diajarkan sejak kecil dan menjadi sebuah prinsip dalam diri

sesorang.

163
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal

mengenai peran tokoh agama, faktor pendukung, faktor penghambat dan

dampak terhadap pendidikan Islam. Peran tokoh agama dalam

mengembangkan sikap sosial berdasarkan tokoh agama.

1. Peran tokoh agama Islam di Desa Getas dalam mengembangkan sikap

sosial adalah dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, nanti baru ke

keluarga kemudian kepada warga masyarakat dengan diawali membuat

majelis taklim, membentuk yasinan dan karang taruna, kemudian tausiah,

mengajak-ngajak warga untuk bersikap sosial sesuai dengan kebiasaan di

Desa Getas, menjadi contoh yang baik dalam bersikap, memberikan

pengarahan, memberikan semangat atau memberi motivasi,

memperkenalkan berbagai budaya yang ada, serta mengajarkannya

bagaimana harus bersikap sesuai dengan ajaran agama Islam, tidak

terlalu fanatik terhadap golongan, membiasakan sikap sosial, dan

menjadi moderator.

2. Adapun faktor pendorongtokoh agama Islam di Desa Getas dalam

mengembangkan sikap sosial yaitu: adanya kesempatan, kesadaran,

keluarga, warga masyarakat, daerah terpencil, usia, bapak kyai,

pemerintah setempat, budaya, ajaran agama bersifat lentur, kemajemukan

164
atau keberagaman, situasi dan kondisi, turun-temurun, kewajiban,

inisiatif dan motivasi. Sedangkan faktor penghambat tokoh agama Islam

dalam mengembangkan sikap sosial di Desa Getas yaitu: waktu, sarana

prasarana, perbedaan keyakinan, ekonomi, emosi, masyarakat susah

dikendalikan, kondisi wilayah, perantauan, orang asing, kesadaran warga

masyarakat, materi dan perbedaan agama.

3. Dampak peran tokoh agama Islam dalam mengembangkan sikap sosial di

Desa Getas pada pendidikan Islam yaitu: Islam akan semakin diketahui

oleh warga masyarakat yang non muslim. Masyarakat yang non muslim

jadi tahu bahwa agama muslim itu berakhlaq baik. Islam semakin diakui

oleh masyarakat sekitar jadi tidak perlu malu-malu lagi dalam memeluk

agama Islam. Pendidikan Islam semakin maju, sarana prasarana untuk

anak-anak mengaji sudah mulai dibangun seperti TPQ, sarana untuk

beribadah seperti masjid. Umat Islam menjadi tahu bahwa rasa saling

mengerti terhadap warga masyarakat khususnya sesama muslim itu

sangat dibutuhkan dalam bermasyarakat. Warga masyarakat menjadi

lebih mudah dalam menerima pengajaran Islam. Islam bukan suatu hal

yang keras, materi yang diajarkan bertambah tidak hanya sebatas itu-itu

saja tetapi bisa meluas sampai ke tolong menolong dan juga sikap-sikap

yang lainnya. Semakin meingkatnya warga dalam belajar agama Islam.

Menumbuhkan rasa solidaritas antar warga khususnya golongan muslim

seperti kesetiakawanan, kepedulian sosial, keimanan warga masyarakat

yang meningkat, akhlak dari anak-anak menjadi lebih baik lagi antar

165
sesama teman dan kepada orang yang lebih tua. Berjalannya kegiatan

muslimatan dan selapanan, bertoleransi, mengajarkan kepada generasi

muda untuk menghargai agama lain, masyarakat menjadi lebih harmonis.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan

berupa saran-saran sebagai berikut:

1. Sebagai penggerak atau panutan suatu agama maka seorang pemuka

agama harus memberikan teladan-teladan dalam bertingkah laku,

berbicara, dan dalam berbagai hal lainnya. Memberikan arahan atau

saran-saran jika warga masyarakatnya ada permasalahan, arahan tentang

menjadi warga masyarakat yang bertoleransi, bersosial, dan tetap

menjunjung nilai-nilai agama serta pengetahuan tentang agama yang

lebih supaya masyarakat tidak hanya memaknai agama sebagai hiasan

tapi sebuah keyakinan.

2. Sebagai tokoh agama, harus bisa mengatasi faktor-faktor penghambat

yang ada, baik itu internal dan exsternal. Karena dengan pemuka agama

yang bisa mengontrol itu semua maka warga masyarakat itu akan tetap

berjalan sesuai dengan apa yang telah terjadi, serta menciptakan inovasi

baru supaya masyarakat lebih berkembang lagi.

166
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. (2007). Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta.

Aminuddin, A. W. (2006). Membangun Karakter dan Kepribagian melalui


Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Amran, A. (2015). Peran Agama dalam Perubahan Sosial Masyarakat. Hikmah


II.
Arifinsyah. (2002). Hubungan Antar Umat Beragama, Wacana Pluralisme
eksklusivisme dan inklusivisme. IAIN PRESS.
Badari, A. A. (2001). Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam. Jakarta: Gema
Insani Press.
Budiyanto, M. (2016). Serial Ilmu Pendidikan Islam GURU IDEAL Prespektif
Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN)
Sunan Kali Jaga.

Djuwita, R. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Endraswara, S. (2016). ntropologi Sastra Jawa. Yogyakarta: Morfalingua.

Fathoni, Abdurrahman. 2005. MetodologiPenelitiandanTeknikPenyusunan


Skripsi. Jakarta: PT. RinekaCipta.

Fauziah, S. R. (2014). Peran Tokoh Agama dalam Masyarakat Modern Menurut


Anthony Giddens. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.
Harahap, S. (2014). Metodologi Studi Tokoh dan Penulisan Biografi. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Idris, M. (2015). Pendidikan Untuk Semua. Manado: IAIN Manado.

Indrawati, E. S. (2017). Buku Ajar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Psikosain.

Joan Hesti Gita Purwasih, d. (2014). Ensiklopedia Sosiologi Struktur Sosial.


Klaten: Cempaka Putih.
Katsir, I. (2010). Tafsir Ibnu Katsir. Bogor: Pustaka Imam Syafi'i.

167
Khasanah, Muhimmatun. 2015. Skripsi,
“PembentukanKarakterReligiusSiswadalamPembelajaran PAI dan Budi
Pekertipadakelas VII G SMPN 1 imogiriBantul Yogyakarta”. Yogyakarta:
UIN Sunan Kalijaga.

Kurniawan, S. d. (2011). Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam: Ibnu Sina, al-
Ghazali, Ibnu Khaldun, Muhammad Abduh, Muhammad Iqbal, Hasan al-
Banna, Syed Muhammad Naquid al-Attas, K.H. Ahmad Dahlan, K.H.
Hasyim Asy'ari, Hamka, Basiuni Imran, Hasan Langgulung, Azyumardi
Azra. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Langgulung, H. (1988). Pendidikan Islam dalam Abad Ke-21. Jakarta: Pustaka
Al-Husna.
Langgulung, H. (1992). Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Lestari, N. D. (2015). Identifikasi Sikap Sosial Siawa Kelas V SD. Skripsi.

Ma'arif, S. (2005). Pendidikan Pluralisme di Indonesia. Yogyakarta: Logung


Pustaka.
Mahfud, R. (2011). Al-Islam Pendidikan Agama Islam. Penerbit: Erlangga.

Mappasiara. (2018). Pendidikan Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan


UIN Alauddin Makasar , 153-155.

Moloeng, Lexi J. 2011. MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: RosdaKarya.

Mubasyaroh. (2010). Dakwah pada Masyarakat Marginal di Kampung Pecinan


Argopuro Kudus. Jurnal Penelitian Islam Empirik , 105-109.

Muslim, A. S. (1998). Pluralisme Agama dalam Perspektif Negara dan Islam.


Jakarta: Madania.
Nashir, H. (2007). Gerakan Islam Syari'at, Reproduksi Salafiyah Idiologi di
Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban (PSAP)
Muhammadiyah.

Noor, M. A. (1997). Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV PUSTAKA SETIA.

Ronald. (2004). Tokoh Agama dalam Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Sakdan, I. (2017). Optimalisasi Peran Tokoh Agama dalam Meningkatkan


Kesadaran Beragama Masyarakat di Kecamatan Kuala Kabupatan Nagan
Raya. Skripsi , 26-28.
Shadr, S. M. (2003). Syahadat Ke Dua. Jakarta: Pustaka Zahra.

2
Soejono, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Soekrisno, M. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Subagiyo, I. (2016). Peran Tokoh Islam dalam Mendidik Perilaku Beragama studi
kasus di Desa Ngrogung Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo.
Ponorogo: Universitas Muhammadiyah.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Rosdakarya.

Sukring. (2013). Pendidikan dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam.


Yogyakarta: GRAHA ILMU.

Widyastuti, Y. (2014). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

3
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator Wawancara

A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Tokoh Agama dalam mengembangkan sikap sosial di

Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

2. Apa saja faktor pendorong dan penghambat Peran Tokoh Agama Islam

dalam mengembangkan sikap sosial di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

3. Bagaimana dampak pengembangan sikap sosial terhadap pendidikan

islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

B. Indikator Wawancara

Indikator yang digunakan dilakukan penelitian ini adalah menunjukan

sikap terbuka terghadap orang lain, melakukan sesuatu dengan kerjasama atau

gotong royong, menujunkukan sikap peduli terhadap orang lain, (empati)

merasakan apa yang dirasakan orang lain, mendengarkan pendapat orang lain

atau menghargai orang lain (toleransi) dan menunjukan sikap suka menolong.

C. PERTANYAAN

1. Sikap Terbuka

a. Sudah berapa lama bapak tinggal di Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung?

b. Bagaimana kehidupan sosial (kerjasama) masyarakat di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini?


c. Menurut bapak apakah warga masyarakat Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung sudah bisa menghargai perbedaan

khususnya dalam agama?

d. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap terbuka terhadap orang lain?

e. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

f. Menanggapi tentang hal tersebut, bagaimana sejarah masuknya

Islam di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

g. Mengenai sikap sosial terbuka tadi pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial tersebut, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

h. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

i. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

j. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

k. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
l. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?

2. Sikap Gotong Royong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap kerjasama atau

sikap gotong royong?

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?

3. Peduli Terhadap Orang Lain

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

peduli terhadap orang lain?

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?

4. Empati

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

(empati) atau merasakan apa yang dirasakan orang lain?

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?

5. Toleransi

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai

orang lain (toleransi)?

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

agar sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?

6. Tolong Menolong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan sikap saling tolong menolong?

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa

Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau

belum ada sikap tersebut?

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk

masyarakat yang harmonis seperti saat ini?

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial

yang terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial

tersebut?

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap

sosial tersebut?

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

agar sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam

masyarakat yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan

bapak tadi?
Lampiran 2 Paparan Hasil Wawancara

Identitas diri

Nama : GY

Usia : 34 tahun

Pendidikan : Perguruan Tinggi

Agama : Islam

1. Sikap Terbuka

a. Sudah berapa lama bapak tinggal di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: dari sejak kecil sampai sekarang. Kira-kira sudah 34 tahun.

b. Bagaimana kehidupan sosial (kerjasama) masyarakat di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini?

Jawab: kehidupan sosial di masyarakat Desa Getas dari saya masih kecil

sampai sekarang sangat baik, semua dilakkukan secara sosial dan saling

bekerjasama antar warga walaupun berbeda keyakinan.

c. Menurut bapak apakah warga masyarakat Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung sudah bisa menghargai perbedaan

khususnya dalam agama?

Jawab: Warga masyarakat juga sudah bisa menghargai perbedaan

keyakinan.

d. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap terbuka terhadap orang lain?


Jawab: iya saya tahu.

e. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: sikap itu dimulai sejak Islam berkembang di Desa ini mas.

f. Menanggapi tentang hal tersebut, bagaimana sejarah masuknya Islam di

Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

Jawab: sejarah singkat berkembangnya Islam di Desa Getas ini adalah

dulunya itu merupakan Islam semua, tapi hanya sebatas mengaji Al-

Qur’an saja. Kemudian adanaya pemberontakan, lalu ada yang

bersembunyi di Desa ini. Setelah pemberontakan meredam, orang-orang

tersebut mulai menyebarkan keyakinan yang berbeda yaitu Budha.

Karena Islam pada waktu itu masih minim akan pengetahuan dan hanya

mengaji Al-Qur’an saja maka otomatis imannya masih lemah. Dari situ

banyaklah yang mengikuti ajaran tersebut, tapi masih ada beberapa orang

yang sembunyi-sembunyi mempertahankan keIslamannya. Kemudian

Islam mulai berkembang lagi sejak beberapa anak dari yang masih

mempertahankan Islam itu kembali dari pondok pesantren dan mulai

menyebarkan agama Islam lagi. Alhamdulillahnya sekarang sudah

banyak yang masuk Islam lagi, dikarenakan dahulu dasar pertama kali

adalah Islam.
g. Mengenai sikap sosial terbuka tadi pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial tersebut, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: Dalam mengembangkan sikap terbuka sebagai tokoh agama Islam

adalah dengan membuat forum seperti majelis taklim, jamaah yasinan

dan karang taruna. Di dalam forum seperti itu saya lebih mudah untuk

mengarahkan warga khususnya muslim bahwa Desa Getas ini bukanlah

satu jenis keyakinan, melainkan beberapa keyakinan. Dari situ saya

menganjurkan kepada warga masyarakat khususnya muslim jangan

sampai menutup diri dari lingkungan, serta menyaring informasi yang

masuk dengan seksama, sehingga tidak ada skat antara warga masyarakat

yang lain. Caranya yaitu memberikan tausiah kepada warga masyarakat

saat yasinan atau dalam kegiatan majelis taklim. Dalam mengembangkan

sikap terbuka ini saya juga sering membawa narasumber dari luar untuk

mengisi dalam foum-forum tersebut. Dengan menggunakan narasumber

akan lebih mengena di masyarakat dan supaya warga masyarakat lebih

terbuka terhadap perkembangan yang ada, dan pandangannya semakin

luas.

h. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Sikap terbuka di masyarakat Desa Getas juga baik dan sering

ditunjukan oleh waga masyarakat, warga masyarakat tidak menutup diri

dari perbedaan keyakinan yang ada. Bentuk keterbukaan antar warga


masyarakat Desa Getas ini terjadi pada saat kegiatan tradisi, seperti

selamatan dusun. Selamatan dusun ini diikuti oleh semua warga

masyarakat, tidak membedakan perbrdaan keyakinan. Misalnya yang

Kristen ada acara, atau Budha ada acara dan Islam ada acara, betuk

keterbukaan itu muncul karena acara-acara tersebut diikuti semua

kalangan dari beberapa agama. Saya dalam mengembangkan sikap

terbuka terhadap orang lain adalah dengan cara saat lebaran waktu

dahulu itu silaturahim kepada yang non muslim. Padahal waktu dulu

saling mengunjungi saat lebaran itu belum ada. Akhirnya dengan apa

yang dilakukan saya ini membuat masyarakat membuka mata, membuka

pintu hatinya untuk melakukan silaturahim kepada warga masyarakat

Desa Getas. Waktu dahulu saat lebaran yang non muslim itu pada tutup

pintu. Kemudian saya mengumpulkan pemuda untuk bersama-sama

silaurahim kepada yang non muslim dengan niat supaya tidak terjadi

kesenjangan sosial. Sikap tokoh agama muslim dengan non muslim

terjalin dengan baik. Itu bisa dilihat dari forum kerukunan umat

beragama di Desa Getas.

i. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Tokoh agama yang menjadi panutan bagi warga masyarakat. Dari

situ timbulah rasa untuk terus mengembangkan sikap terbuka karena

dengan sikap tersebut warga masyarakat akan mendapatkan

informasi/manfaat yang lebih banyak. Termasuk juga hal-hal yang baru

kita menjadi tahu, dan tidak ada kesenjangan sosial terutama dalam hal
agama. Dahulu itu masyarakat pernah dalam keadaan bahwa kalau tidak

seperti itu tidak boleh, tapi dengan adanya sikap terbuka ini hal yang

seperti itu sudah mulai tergantung pilihannya orang itu sendiri.

Diataranaya faktor tersebut adalah daerah yang terpencil jika

masyarakatnya tidak saling terbuka maka tidak akan mengetahui

informasi-informasi terbaru, membantu memecahkan masalah seseorang

yang datang dengan membawa masalah.

j. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Mengembangkan sikap sosial ini kadang-kadang bertetangan

dengan teman sendiri. Misalnya ada salah satu teman yang tidak

sepemahaman dengan apa yang di utarakanya srta kadang ada yang kolot

yang meng klaim kalau itu tidak boleh. Kendala yang lain yaitu orang-

orang yang lebih tua, karena lebih mempertahankan tradisi yang dahulu.

Dalam mengembangkan sikap terbuka ini terdapat beberapa faktor

penghambat yang membuat lambatnya perkembagan yaitu, jauh dari

peradaban kota atau bisa di bilang tempatnya terpencil.

k. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: Saya juga mambentuk yang namanya karang taruna, didalamnya

terdapat pemuda-pemuda seluruh Desa Getas yang berbeda keyakinan.

Dengan ini supaya anak-anak adan generasi muda tidak kehilangan sikap
sosial terbuaka antar warga. Dalam mempertahankan sikap terbuka di

masyarakat ini tokoh agama menghimbau kepada warga masyarakat

untuk saling menghargai (tolerasi), menerima keterbukaan, meminta

kepada masyarakat untuk tidak membeda-bedakan antara umat

beragama.

l. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dengan begitu pendidikan Islam di Desa Getas tidak hanya itu-itu

saja tetapi pendidikannya, karena mendapatkan informasi dari luar

pendidikannya bertambah luas.

2. Sikap Gotong Royong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap kerjasama atau sikap

gotong royong?

Jawab: iya saya tahu mas.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: sudah ada sejak dahuli sampai sekarang.

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: Tokoh agama Islam hanya tinggal mengembangkan dan

melanjutkan saja supaya tidak hilang sikap gotong royong tersebut. Saya
menganjurkan agar tetap bergotong royong jangan sampai ada yang

namanya gaji. Karena dengan di gaji sikap gotong royong lama kelamaan

akan hilang karena orang-orang akan berfikiran itu di gaji, bsok kalau

punya saya pas tandur harus menggaji mereka kan kasihan bagi yang

kurang mampu. Jadi tokoh agama mengarahkan untuk tetap dengan

sambatan saja supaya sikap gotong royong itu tidak hilang. Kenapa

dengan sambatan saja? Ini di karenakan jika sudah disambati tapi tidak

berangkat pasti akan malu, lalu besok pada giliran di orang yang tidak

berangkat itu nanti orang-orang yang lain tidak berangkat. Peran tokoh

agama dalam mengembangkan sikap gotong royng ini adalah dengan

cara menyontohkan saat ada kegiatan seperti tanam padi,membangun

jalan, dll. Dalam gotong royong ini warga masyarakat baik, mereka

bergotong royong tanpa memandang golongan.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: bentuknya sikap gotong royong ini sampai pada mencangkul,

tandur, bangun jalan dll. Dalam bergtong royong tokoh agama juga ikut

terjun langsung dan menjadi panutan bagi warga masyarakat.

Alhamdulillah, dalam gotong royong ini sikap tokoh agama yang lain

juga baik, tidak ada skat antara tokoh satu dengan yang lain.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: sikap gotong royong ini harus tetap ada, supaya sikap tersebut

tidak hilang karena untuk meringankan beban orang lain, pekerjaa akan
cepat terselesaikan, dari situ akan timbul rasa saling menghargai antar

warga masyarakat, adanya kesadaran untuk membantu dan

mengutamakan kepentingan bersama, adanya keikhlasan berpartisipasi

untuk persatuan dan kebersamaan.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Faktor tersebut diantaranya yaitu waktu, kebutuhan ekonomi,

banyaknya orang yang bekerja di luar daerah dan ada yang bekerja

punyanya sendiri.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: dengan diadakannya pertemuan, setelah itu mengadakan kegiatan

secara bersama-sama, kemudian membiasakan hal tersebut.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak gotong royong bagi pendidikan Islam adalah semakin

meingkat warga dalam belajar agama Islam, adanya bantuan untuk

pembangunan masjid dan tpq. Tpq di Desa Getas tidak diajarkan soal

agama saja, tetapi pendidikan umum juga diajarkan. Itu karena tokoh

agama saling bergotong royong dibagi-bagi pengajarannya


3. Peduli Terhadap Orang Lain

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

peduli terhadap orang lain?

Jawab: iya, saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: sudah ada sejak dahulu.

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: sikap peduli terhadap orang lain itu seperti mengajarkan kepada

anak-anak dengan cara mengajarkan ilmu agama, lalu ilmu pengetahuan

umum. Itu sama halnya mengajarkan orang lain untuk menyontohkan

peduli terhadap orang lain, karena apa dalam mengajar anak-anak itu

tidak dengan upah/gaji. Selanjutnya yaitu kalau ada oang yang sambat,

memberikan bantuan sebisa mungkin, kalu saya tetap tak bantu. Kalu

saya itu mencarikan beasiswa, saya sebagai penghubung untuk

mendapatkan beasiswa. Biasanya saya mengajarkan peduli kepada orag

lain itu jika ada orang yang datang, karena saya di sini itu sebagai orang

yang sering dituju jika ada masalah. Dari situ saya peduli terhadap

mereka, maka sikap itu akan timbul dengan sendiriya jika orang yang

datang itu kedatangan orang yang sedang membutuhkan bantuan. Atau


bisa juga lewat perkumpulan kelompok tani karena mayoritas pekerjaan

di desa ini adalah petani. Misalnya jika ada orang yang sedang ada

kebaktian maka saya menyuruhnya untuk kebaktian, begitu juga jika

orang muslim menyuruhnya untuk sholat, dan saya menyontohkan juga

melakukan sholat. Pada saat kegiatan, kemasyarakatan warga masyarakat

tidak pernah terjadi kesenjangan sosial, tapi terlihat baik.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Kalau bentuk dan wujudnya adalah seperti jika ada orang yang

kesusahan warga masyarakat saling membantu satu sama lain tanpa

membedakan golongan. Membantu sebisa mungkin dapat berupa materi,

tenaga dan fikiran. Warga masyarakat menjadi lebih akrab, dari yang

dulunya acuh. Antar pembuka agama tidak terjadi perselisihan justru

mereka akrab.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: untuk menjaga agar masyarakat merasa di perhatikan dan

menjaga masyarakat agar bersifat harmonis. keluarga, karena jika

diurutkan, di desa Gets ini orangnya berasal dari satu garis keturunan.

Budaya, karena sudah adasejak dahulu dan menjadi budaya dan harus di

pertahankan.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?
Jawab: Tokoh agama, merasa belum memiliki kopetensi yang memadai.

Merasa bahwa saya belum bisa menjadi teladan yang baik. faktor

lingkungan masyarakat, waktu, materi.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: saling bekomunikasi, membuang yang namanya individual atau

egois.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: pendidikkan Islam di Desa Getas lebih maju lagi. Karena selain

belajar agama Islam juga belajar ilmu pengetahuan yang lain. Dan

pengajarannya di TPQ.

4. Empati

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

(empati) atau merasakan apa yang dirasakan orang lain?

Jawab: Iya saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: sudah ada sejak dahulu mas.


c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: Iya, saya mengajarkannya kepada masyarakat. Dengan ceramah

pada saat di tpq dan setiap malam jum’at sebelum yasinan. Dan juga

setiap satu bulan sekali mendatangkan penyuluh dari kemenak. Cara

mengembangkan sikap tersebut adalah dengan memberikan contoh dan

menjadi orang yang berada di depan(pemimpin).

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Misalanya jika saat mau yasinan, orang mempunyi makanan,

tetangga dekat di kasih makanan tersebut agar mereka juga dapat

merasakan apa yang mereka rasakan. Jika ada orang meninggal,

walaupun beda agama mereka tetap datang untuk bershodakoh, dengan

uang atau barang lain walaupun nilainya tidak banyak. Kalau ada orang

yang kesusahan saya menganjurkan untuk membantu, menghadiri

langsung tanpa membedakan golongan supaya mereka tertarik untuk

mengikuti hal tersebut. Biasanya sikap empati muncul dari masing-

masing orang. Secara turun-temurun sudah diajarkan oleh nenek moyang

kita mengenai sikap empati tersebut.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?


Jawab: Merasa senasib, seperjuangan dan satu daerah serta merasa sudah

menjadi saudara, tidak menjadikan sebagai hal yang saklek, harus

bersikap lentur.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Sering dianggap sombong, sering di bilang berlebihan, cari muka.

Dari hati mereka sendiri, jika masih tertutup ya itu menjadi hambatan

bagi saya.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: saling silaturahim, berbagi cerita, karena jika orang tidak saling

berhubungan tidak akan pernah mempunyai rasa empati. Seperti halnya

orang kota sama tetangga saja jarang untuk bersilaturahmi.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: menumbuhkan rasa solidaritas antar warga khususnya golongan

muslim, kesetiakawanan, kepedulian sosial.

5. Toleransi

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai orang lain

(toleransi)?

Jawab: iya, saya tahu. Toleransi di sini juga bagus.


b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: toleransi ini sejak dahulu sudah ada. Tapi tinggal toleransinya itu

dalam hal apa, kalau dalam sosial di Desa Getas ini sudah membudaya,

saling menghargai, saling menghormati. Bahkan sampai pada toleransi

beragama.

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: dengan memberikan pengarahan kepada warga, dengan cara

bersilaturahmi. Metodenya yaitu dengan ceramah, kemudian

menyontohkan untuk bersilaturahmi serta tidak memaksakan paham-

paham tertentu, tetap menghomati hak-hak mereka.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: bentuk dan wujud toleransi itu dapat dilihat ketika ada acara-

acara keagamaan, yang Islam di undang untuk menghadiri acara dari

agama yang lain, dan sebaliknya. Akan tetapi dalam acara tersebut orang

yang muslim dan non muslim diberi tempat sendiri tidak jadi satu.

Karena yang mempunyai acara pasti sibuk dengan acaranya beda dengan

yang diundang. Dalam menghadiri acara-acara itu, saya menegaskan

kepada warga masyarakat untuk menghadiri acara tersebut tapi hanya


sebatas menghadiri, nglegani undangan, dan sebagai bentuk sosial dan

kebersamaan di masyarakat. Dengan adanya pengembangan yang saya

lakukan, sikap sosial antar pemuka agama yang muslim dan non muslim

sangat baik.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Agar tidak ada konflik, agar bermasyarakat itu terasa nyaman.

kemajemukan atau keberagaman dalam berbagai jenis dimensi,

kebudayaan, keinginan untuk menciptakan persatuan dan kesatuan.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Kadang ewoh/rikuh, berbenturan dengan hati, adanya pengaruh

dari orang lain, pikiran masyarakat yang terlalu sempit.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: Memberikan pengarahan, membina anak-anak sejak dini tentang

toleransi, menjaga silaturahmi, saling berkomunikasi.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangkan bapak tadi?

Jawab: pendidikan Islam akan lebih maju.

6. Tolong Menolong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap saling tolong menolong?


Jawab: Kalu itu sudah jelas tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sudah ada dari dahulu.

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: Caranya dengan melatih, membiasakan. Biasanya kalu seperti itu

lewat keluarganya terlebih dahulu, baru nanti disosialisasikan, dan

menyontohkannya. Yaitu lewat kegiatan kemasyarakatan, tetangga yang

membutuhka bantuan ya langsung saja membantu tanpa harus disuruh

terlebih dahulu.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Misalnya jika ada tetangga yang sedang membutuhkan

pertolongan seperti kematian, bencana, saya menyuruh orang tua-orang

tua untuk membawa anaknya biar pada tahu. Yang lain yaitu seperti

memberi nasehat dan solusi. Bahkan sampai dipembangunan masjid itu

tidak memandang itu agama apa tapi mereka juga ikut membantu, begitu

juga sebaliknya. Saya memberikan arahan kepada warga khususnya yang

Islam, jangan sampai membuat keonaran atau sampai menyinggung

tentang keagaman. Ini hanya sebagai wujud sosial saja.


e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: suasana hati, emosi, tempat tinggal, karena itu sangat penting

menurut saya dan karena kita itu makhluk sosial, pasti akan

membutuhkan orang lain terus.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Keterbatasan kemampuan, waktu, materi, kemudian nanti dikira

menggurui, pamer dan hal-hal yang kurang dipahami oleh warg

masyarakat.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: dengan cara meluangkan waktu walaupun sebentar, membiasakan

untuk menolong seseorang karena stiap hari pasti ada yang butuh

pertolongan.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: pendidikan Islam di Desa Getas menjadi lebih maju, bervariasi.

Terutama akhlak dari anak-anak menjadi lebih baik lagi antar sesama

teman dan kepada orang yang lebih tua.


Identitas diri

Nama : SH

Usia : 27 tahun

Pendidikan : SD

Agama : Islam

1. Terbuka Terhadap Orang Lain

a. Sudah berapa lama bapak tinggal di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: 27 tahun

b. Bagaimana kehidupan sosial (kerjasama) masyarakat di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini?

Jawab: Kehidupan masyarakat di desa Getas sangat baik. Walaupun

berbeda agama tetapi mereka dapat menghargai, menghormati perbedaan.

c. Menurut bapak apakah warga masyarakat Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Ka bupaten Temanggung sudah bisa menghargai perbedaan

khususnya dalam agama?

Jawab: sudah.

d. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap terbuka terhadap orang lain?

Jawab: iya saya tahu.


i. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sikap terbuka tersebut telah ada sejak dahulu yaitu sejak awal

masuknya Islam.

j. Menanggapi tentang hal tersebut, bagaimana sejarah masuknya Islam di

Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung?

Jawab: saya sampai di Desa Getas ini, kebanyakan itu beragama Budha.

Islam di Desa ini hanya terdapat 6 KK, salah satunya keluarga dari istri

saya. Istri saya ini dahulu sangat berminat untuk mengaji tapi masih

kebingungan, akhirnya ikut pengajian di Kaloran. Selanjutnya,

alhamdulillah, gusti Allah merestui saya untuk ikut teman menjual sabuk

dari Jawa Timur. Selanjutnya saya didudukkan di rumah ini. Disinilah

saya melihat istri saya, dan alhamdulillah dijodohkan oleh Allah SWT.

tapi niat saya melihat kondisi masyarakat Desa Getas ini, yang masih

sedikit Islamnya, katah Budhane, kadang-kadang saya berfikir “kalau

saja cewek itu dinikahi oleh orang Budha, pasti dia akan kembali lagi ke

agama Budha. Dari situ saya menanggulagi supaya istri saya itu tidak

kembali lagi ke Budha makanya saya nikahi. Setelah berjalan beberapa

tahun Islam di desa Getas ini masih sembunyi-sembunyi dikarenakan

bapak kausnya dahulu bilang tidak boleh ada agama lain selain Budha.

Tapi saya masih diam saja, dalam suatu kejadian ada seorang pemuda

yang mau menikah tapi menikahnya dengan cara Islam dengan anak
orang Budha, tapi ayahnya cewek tersebut dilarang untuk menjadi wali

nikah karena tidak ada surat resmi pernikahan/buku nikah karena itu

agama Budha. Dari situ baru banyak orang yang tau, dan akhirnya

banyak yang meminta untuk masuk Islam. Jadi orang-orang yang mau

masuk Islam itu banyak, dan terjadi nikah masal bagi yang dahulu nikah

menggunakan cara Budha dan inin masuk Islam. Seperti itulah

perkembangan agama Islam di Desa ini.

k. Mengenai sikap sosial terbuka tadi pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial tersebut, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: sikap terbuka di mulai dari diri sendiri, kalau sudah lalu

mengajarkan ke keluarga dengan cara dinasehati, diberi masukan, baru ke

orang lain. Mengembangkan sikap terbuka dengan cara memberikan

sosialisasi atau tausiah, menjadi moderator, menjadi penasihat warga

khususnya yang beragama Islam, menjadi panutan dari agama Islam.

Kalau keluarga saya bilangin secara langsung, jika warga masyarakat

melalui tausiyah dan juga memberikan contoh.

l. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: bentuknya yaitu saat ada acara/forum, saya suruh orang-orang

untuk memberikan usulannya dan tanggapannya, apa bila ada yang

kurang setuju ya ditegur. Karena bisa dilihat dari forum kerukunan umat

beragama, bentuk sikap sosial antara pemuka agama sangat baik. Dalam
forum tersebut dilarang untuk saling menutupi jika ada kesalahan dari

warga masyarakat. Pada saat kegiatan kemasyarakatan mislanya ada

pembangunan masjid, karena dengan adanya keterbukaan maka agama

lain juga ikut membantu entah itu tenaganya/pikirannya.

m. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: adanya kesempatan, agar masyarakat tahu bahwa sikap terbuka

ini merupakan landasan/dasar dalam melakukan interaksi, komunikasi

dan bergaul dalam bermasyarakat, agar antar warga masyarakat saling

memahami dan mengerti antara yang benar dan yang salah.

n. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: keterbatasan waktu dan sarana prasarana kemudian dari agama

yang lain yang kurang sepemahaman atau kurang paham dengan apa

yang telah dibicarakan diforum dan orang-orang yang tidak mau tahu

menahu tentang sikap terbuka tersebut.

o. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: menjaga keterbukaan, bertoleransi, rendah hati,

p. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Islam akan semakin di ketahui oleh warga masyarakat yang non

muslim. Karena sikap terbuka ini mengajarkan untuk salig terbuka antara
agama yang satu dengan agama yg lain, sehingga yang non muslim saat

berbincang-bincang dengan muslim otomatis yang muslim juga akan

menceritakan agama Islam itu seperti apa.

2. Gotong Royong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap kerjasama atau sikap

gotong royong?

Jawab: iya saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sikap gotong royong ini sudah ada sejak sebelum Islam masuk.

c. Mengenai sikap sosial tersebut pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: dengan cara memberikan arahan, pengertian, mengajak-ngajak

masyarakat untuk membantu yang lain, menjadi contoh yang baik.

Sebagai tokoh agama Islam dalam melakukan kegiatan selalu ikut setra

gotong royong tanpa memihak orang itu beragama yang berbeda dengan

beliau. Misalnya dalam kerja bakti saya menyontohkan dengan ikut serta

dalam kegiatan tersebut, sehingga umat Islam sendiri juga mengikuti apa

yang saya lakukan.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?


Jawab: kerja bakti, bersih jalan bersama masyrakat dusun setempat, dll.

Saya terjun langsung dan menjadi tombak untuk mengikuti kegiatan

tersebut. Untuk sikap tokoh agama yang lain dengan adanya

pengembangan itu juga mendukung, karena untuk kemaslahatan bersama.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: karena saya sadar manusia itu sebagai makhluk sosial butuh

orang lain dalam keadaan susah maupun senang. Supaya tidak ada

kesenjngan sosial, meringankan beban orang lain, pekerjaan akan cepat

terselesaikan dan bisa melakukan pekerjaan yang lain.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: waktu, masyarakat yang berbeda keyakinan, fasilitas yang kurang

memadai kemudian dari orang lain yang hanya melihat sebelah mata,

misalnya dalam hal gotong royong ini yaitu ketika seseorang ingin

melakukan hal yang baik bergotong royong ada beberapa orang yang

mengejeknya dengan berbicara “paling sekedar cari muka”.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: dengan cara membiasakan gotong royong kepada remaja,

menjaga solidaritas antar warga masyarakat.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?


Jawab: Dengan adanya gotong royong ini, tentunya berdampak baik bagi

masyarakat, khususnya dalam pendidikan Islam. Masyarakat yang non

muslim jadi tahu bahwa agama muslim itu berakhlaq baik. Jadi

pendidikan dengan gotong royong ini sangat bermanfaat bagi pendidikan

Islam. Islam semakin di akui oleh masyarakat sekitar jadi tidak perlu

malu-malu lagi dalam memeluk agama Islam.

3. Sikap Peduli

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

peduli terhadap orang lain?

Jawab: iya saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: kalau sikap warga saling peduli itu masih pilih-pilih, misal antara

yang kaa dengan yang kaya miskin dengan yang miskin.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: saya memberikan pengarahan kepada warga tentang peduli

sesama manusia untuk tidak pilih-pilih antara yang kaya dan yang

miskin. Dengan meminta bantuan dari pihak luar untuk memberi tausiah.

Misalnya dalam hal zakat, korban dll, tokoh agama meminta bantuan

kepada pihak luar, dikarenakan kesadaran dalam hal zakat dan korban
masih sangat minim, walaupun sudah diajarkan hal-hal tersebut oleh

tokoh agama, seperti itu.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: tidak saling mengjujat antar warga, membantu jika ada yang

kesulitan, membela kebenaran jika muslim yang salah ya salah, bgitu

sebaliknya. Kemudian mualaf yang membutuhkan Al-Qur’an, Juz

Amma, kerudung, saya meminta bantuan ke pihak luar. Apa lagi masalah

jalan, pembangunan masjid saya meminta bantuan kepada Camat. Di

masyarakat sikap peduli ditunjukan warga dalam membangun masjid

mereka yang non muslim pun juga ikut membantu.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: ingin membantu kemaslahatan umat, khususnya umat agama

Islam itu dari diri sendiri, keluarga, dan warga masyarakat.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: seseorang yang tidak suka dengan saya, dikira cari perhatian,

masalah materi misal uang atau barang.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: untuk menjaga agar sikap peduli itu tidak hilang adalah dengan

membuang yan namanya keegoisan didalam diri, menumbuhkan sikap


positif didalam diri saya, menjadikan hal tersebut sebagai pengabdian

pada sesama.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: pendidikan Islam semakin maju, dan juga sarana prasarana untuk

anak-anak mengaji sudah mulai dibangun, sperti TPQ, masyarakat

4. Empati

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

(empati) atau merasakan apa yang dirasakan orang lain?

Jawab: iya saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sikap empati ini sudah ada sejak daulu.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: menyontohkan, mengajak-ngajak, membangkitkan semangat

bermasyrakat dengan bertausiah. Untuk mengembangkan sikap empati

ini adalah dengan menjaga tutur kata sebaik mungkin, rela berkorban

harta walaupun sedikit kepada orang yang kesusahan atau sedang

tertimpa bencana baik itu muslim maupun non muslim, berusaha untuk

tidak membebani orang laindan yang penting jangan sampai


menyinggung orang lain, apa lagi beda keyakinan, pergaulan harus

dijaga, ramah tamah dengan warga masyarakat.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: dilakukan secara pribadi dulu, soalnya kalau soal materi di Desa

Getas ini masih di bilang menengah kebawah. Jadi yang di kembangan

soal empati ini adalah dimulai dari membangun akhlak, sopan santun

terlebih dahulu. Jika ada orang sakit saya membantu walaupun sedikit,

menanyakan gimana keadaannya, nanti warga masyarakat yang lain pasti

akan ikut hal tersebut.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: dari hati nuraninya sendiri yang di dasarkan pada agama,

komunikasi, karena dengan adanya komunikasi seseorang dapat

mengungapkan atau menerima empati melalui komunukasi, Usia karena

semakin bertambahnya usia maka semkin peka seseorang terhadap orang

lain, sekaligus supaya mendidik anak-anak untuk merasakan empati

tersebut. Merasa senasib, seperjuangan dan satu daerah serta merasa

sudah menjadi keluarga sendiri.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: seperti apa yang dirasakan orang lain dalam menerima masukan

tidak sejalan dengan pemikiran saya. Faktor tersebut dapat adalah

sebagai berikut: kemalasan, karena mood seseorang itu kadanag-kadang


turun dan butuh motivasi lagi, pola pengasuhan anak yang kurang dari

orang tua, karena sibuk dengan pekerjaannya sendiri, situasi dan tempat

karena kadang situasi dan tempat yang kurang mendukung juga menjadi

faktor penghambat.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: dengan saling silaturahmi, tidak menutup diri dari orang lain,

dengan begitu empati akan tumbuh pada seseorang tersebut.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: dampaknya bagi pendidikan Islam adalah umat Islam menjadi

tahu bahwa rasa saling mengerti terhadap warga masyarakat khususnya

agama Islam itu sangat dibutuhkan dalam bermasyarakat. Khususnya

generasi yang akan datang untuk pendidikan menjadi lebih efisien.

Misalnya pendidikan Islam menjadi mudah dalam menerima pengajaran.

5. Toleransi

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai orang lain

(toleransi)?

Jawab: iya, saya tahu. Toleransi di sini juga bagus.


b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: toleransi itu muncul ketika Islam mulai berkembang di desa ini.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: memperkenalkan berbagai budaya yang ada di Islam,

memperilakukan warga dengan hormat dan memberikan contoh yang

baik. Dengan cara membangun organsasi sesama muslim, misalnya

seperti majelis taklim, saat kegiatan mau mengadakan pengajian itu di

buat kepengurusan sendiri. Kemudian meminta bantuan kepada pihak

Pemerintah Desa, Kecamatan, Departemen Keagamaan (DEPAK)dan

bahkan sampai ke Kepolisian. Mereka di minta untuk mengisi materi

ketika ada acara –acara desa.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: jika dari orang muslim ingin mengadakan pengajian, yang non

muslim juga ikut membantu entah itu tenaga ataupun materi. Dalam non

muslim mengadakan acara, muslim juga ikut membantu. Tidak hanya

disitu saja tapi dalam urusan ibadah jika sudah waktu sholat yang non

muslim mengingatkan kepada yang muslim untuk sholat terlebih dahulu.

Juga sebaliknya, yang non muslim juga mengingatkan jika non muslim
waktunya beribadah, memberikan contoh dengan keterbukaan, menerima

saran dari orang lain, mengajak-ngajak warga dan tokoh non muslim

yang lain mendukung dengan apa yang saya lakukan, sekarang mereka

menyontoh kegiatan Islam yang saya lakukan.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Dengan berharap agar muslim tetap terjaga, muslim tetap

dihormati dikalangan non muslim. Dalam mengembangkan sikap ini

terdorong juga karena masih adanya kesempatan yang diberikan oleh

Allah untuk mengembangkan agama Islam menjadi lebih berkembang

lagi, seseorang hidup di masyarakat pasti akan membutuhkan bantuan

dari orang lain, karena manusia itu merupakan makhluk sosial,

kepercayaan masyarakat yang berbeda keyakinan, serta menarik non

muslim untuk masuk menjadi muslim.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: mengembangkan toleransi tersebut mendapat hujatan atau cacian

dari golongan yang lain, saklek dengan tradisi dahulu, perbedaan

keyakina itu sendiri, sarana prasarana, dan kondisi keadaan desa yang

susah dijangkau.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?
Jawab: tidak usah fanatik dengan keyakinan masing-masing, terus

memunculkan tradisi untuk saling menghargai.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: begitu masyarakat non muslim menjadi tahu kalau muslim itu

baik, bukan suatu hal yang keras. Dengan begitu menimbulkan

pendidikan Islam yang bertambah bagus. Hal tersebut menjadi

pendidikan Islam secara tidak langung tetapi berakibat baik.

6. Tolong Menolong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap saling tolong menolong?

Jawab: iya saya tahu.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: sudah ada, Tapi sebelum Islam masuk tolong menolong di Desa

Getas masih tergantung strata kehidupan, maksudnya yang kaya

menolong yang kaya, begitu sebaliknya yang miskin menolong yang

miskin.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?


Jawab: Menyontohkan, membiasakan, dan memberikan tausiah. Saya

juga memberikan contoh kepada masyarakat, jika ada seseorang entah itu

muslim atau itu non muslim yang sedang kesusahan, saya mengajarkan

untuk menolong entah itu dengan tenaga, pikiran, sampai ke materi.

Dengan begitu masyarakat akan tahu bahwa membantu sesama muslim

dan orang lain itu sangat dianjurkan dalam Islam. Seperti halnya saat hari

besar Islam, forum kemasyrakatan, yasinan dll, saya disuruh untuk

berbicara atau memberikan tausiah. Lha disitu saya tidak hanya memberi

tausiah tentang keagamaan saja tetapi meluas ke masyarakat umum, salah

satunya yaitu tolong menolong.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: misalnya ada pembangunan tempat ibadah, rumah bagi yang

kurang mampu, dll. saya mengajak-ngajak warga masyarakat khususnya

yang Islam untuk membantu, kemudian orang yng membutuhkan entah

itu muslim atau non muslim.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, mendidik generasi muda

agar tidak hilang. Faktor tersebut diantaranya yaitu mendapat dorongan

dari keluarga, dari bapak kyai bliau mondok, serta supaya masyarakat tau

bahwa agama Islam merupakan agama yang kalem, lentur, shingga

masyarakat tertarik untuk mempelajarinya, tidak hanya itu saja tpi

dengan harapan yang non muslim mau masuk ke muslim.


f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Faktor penghambat dalam mngembangkan sikap tolong menolong

ini adalah waktu, situai dan kondisi, serta masyarakat yang susah

dikendalikan, malas dari diri sendiri, kadang merasa ingin putus asa,

karena warga masyarakat jikalau diajak untuk melakukan perbuatan yang

baik, mereka kurang baik dalam menerimannya.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya,

membantu dengan cara yang baik.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: pendidikan Islam di Desa Getas semakin baik, materinya

bertambah tidak hanya sebatas itu-itu saja tetapi bisa meluas sampai

ketolong menolong dan juga sikap-sikap yang lainnya.


Identitas diri

Nama : NS

Usia : 55 tahun

Pendidikan : SLTA

Agama : Islam

1. Sikap Terbuka

a. Sudah berapa lama bapak tinggal di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: Saya tinggal di Desa sejak lahir atau 55 tahun.

b. Bagaimana kehidupan sosial (kerjasama) masyarakat di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini?

Jawab: Secara umum, sikap sosial di Desa sini sangat luar biasa. Mereka

tidak pernah memandang apapun dan tetap berjalan bersama-sama.

c. Menurut bapak apakah warga masyarakat Desa Getas, Kecamatan

Kaloran, Kabupaten Temanggung sudah bisa menghargai perbedaan

khususnya dalam agama?

Jawab: Masyarakat di sini sangat menghargai yang namanya perbedaan

antar beragama. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan orang-orang muslim

maupun orang non muslim tidak ada larangan apapun, karena hal itu

sudah menjadi hak masing-masing umat beragama. Yang terpenting

dalam hal ini adalah dapat memegang teguh keyakinan masing-masing.

Tujuan dari sikap toleransi di sini adalah untuk menghargai perbedaan


yang ada. Contoh menghargai di sini ketika mendapat undangan dari

orang yang berbeda keyakinan dari kita, kita datang hanya untuk

menghormati undangan tersebut. Bukan untuk ikut melakukan hal-hal

yang ada di dalam agama mereka. Untuk ibadah sendiri sudah menjadi

kegiatan masing-masing.

d. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap terbuka terhadap orang lain?

Jawab: Iya, saya mengetahui tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan sikap terbuka terhadap orang lain.

e. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sikap terbuka dalam kehidupan sehari-hari sudah ada sejak

dahulu. Tetapi tidak semua hal terbuka terhadap orang lain, misalnya saja

tentang hal keagamaan. Tidak mungkin tentang keagamaan kita selalu

terbuka terhadap orang lain. Untuk sikap sosial, masyarakat biasa terbuka

terhadap satu sama lain.

b. Mengenai sikap sosial terbuka tadi pak, bagaimana cara bapak

mengembangkan sikap sosial tersebut, sehingga membentuk masyarakat

yang harmonis seperti saat ini?

Jawab: Mengenai sikap terbuka, masing-masing agama dalam kehidupan

sosial harus dipahami. Kita tidak boleh membedakan antara satu dengan

yang lainnya. Walaupun tidak diajarkan secara langsung, tetapi sikap


terbuka dapat diajarkan atau dilakukan melalui bimbingan keagamaan

masing-masing, saling berbagi (sharing), dan melalui pertemuan maupun

perkumpulan. Dengan ceramah, dalam ceramah itu tidak hanya soal

agama yang dibicarakan tetapi diselingi dengan pembentukan sikap

sosial. Dalam mengembangkan sikap terbuka yang terpenting adalah

dengan membangun rasa kebersamaan. Rasa kebersamaan merupakan

kunci utama dalam hal kemasyarakatan. Dalam masyarakat kita tidak

perlu membahas tentang keagamaan, karena masing-masing agama

berbeda. Kita hanya perlu bersama-sama dalam membangun kerukunan

dan kegotong royongan, maka rasa keterbukaan tersebut akan muncul

dengan sendirinya.

f. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Bentuk sikap tebuka di sini, tergantung tujuannya. Tujuan di sini

bukan tentang agama, tetapi untuk kepentingan bersama. Kepentingan

bersama selalu diadakan musyawarah terlebih dahulu untuk mengetahui

bagaimana sikap antar orang yang satu dengan yang lainnya. Dari sini

dapat terlihat apakah ada kekompakan ataupun tidak. Contoh salah satu

bentuk sikap terbuka adalah kas desa yang digunakan untuk kepentingan

dusun bukan untuk kepentingan masing-masing agama. Kemudian kita

musyawarahkan bersama-sama. Masih banyak lagi contoh mengenai

kepentingan bersama untuk dusun. Sedangkan untuk kepentingan agama,

maka dikembalikan lagi kepada agama masing-masing. Karena antara


agama yang satu dengan yang lain pasti memiliki kepentingan yang

berbeda-beda, sehingga agama lain tidak akan mencampuri kepentingan

agama tersebut. Untuk mewujudkan sikap terbuka, saya berperan sebagai

moderatornya. Dalam suatu rapat saya berperan untuk membuka acara

dan menyampaikan tujuan diadakannya kepentingan ini. Misalnya pada

bulan lalu, baru diadakan rapat dan saya mengundang para tokoh

masyarakan dan lembaga dusun yang ada. Dari sini lah tidak adanya hal-

hal yang disembunyikan, sehingga sikap terbuka tersebut muncul.

Contoh sikap sosial yang terjalin sangat baik adalah ketika dalam rapat.

Kita mendaftar berapa orang yang dari Kristen, berapa orang yang dari

Budha dan yang dari Islam. Jika tidak ada perwakilan dari tokoh agama

yang terkait, maka akan dibahas bersama-sama bagaimana baiknya.

Kalau dari tokoh-tokoh yang hadir sudah menyetujui, maka akan dibuat

sebuah keputusan. Namun, keputusan tersebut belum menjadi sebuah

kesimpulan. Kesimpulan baru akan diambil selang beberapa bulan

dengan diadakan rapat kembali bersama tokoh-tokoh dari keagamaan

yang lebih lengkap. Kemudian hasil rapat sebelumnya diungkapkan

kembali dalam forum yang lebih luas. Jika dari masing-masing tokoh

keagamaan menyetujui, baru kemudian dibuat sebuah kesimpulan.

Pengambilan keputusan tersebut didasarkan atas asas kebersamaan.

Contoh lainnya yaitu genduren yang diadakan bersama 300 siswa dengan

tujuan ingin makan bersama dengan 300 siswa dan masyarakat.


Keputusan untuk diadakan kenduren itu pun juga didasarkan atas

kesepakatan bersama.

g. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Saya mau mengembangkan sikap terbuka karena untuk

kepentingan dusun. Supaya dusun bisa menjadi satu arah dengan maksud

dan tujuan agar bersatu untuk mengembangkan kepentingan dalam dusun

secara bersama-sama. Lain hal jika itu berkaitan dengan keagamaan.

Faktor pendorong dari sikap terbuka adalah situasi dan kondisi, karena

dalam masyarakat majemuk situasi dan kondisi itu akan selalu terbawa

setiap hari. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pastinya akan selalu

mengikuti. Contohnya bagaimana baiknya Dusun untuk esok hari,

pastinya warga harus ikut memikirkan. Jika gagasan itu sudah ada, maka

kita membahas bersama dan diambil sebuah kesepakatan dari masing-

masing tokoh.

h. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Mereka satu sama lain tidak ada kecocokan yang menyebabkan

menjadi penghambat untuk mengembangkan dusun. Terkadang banyak

yang hanya ikut-ikutan dengan yang lain dalam hal mengambil keputusan

dalam rapat. Tujuan diadakannya rapat adalah untuk mengeluarkan

pendapat, tetapi pada kenyataannya hal tersebutlah yang terjadi. Untuk

keagamaan, kita serahkan kepada agama itu masing-masing. Faktor

penghambat dalam mengembangkan sikap sosial belum terbentuknya


yang berkaitan dengan pendanaan. Walaupun dana itu untuk Dusun, tetap

saja hal tersebut harus melalui kesepakatan bersama. Untuk pendanaan

tidak langsung mengeluarkan dana besar, tetapi kita tumbuhkan terlebih

dahulu minat pada diri masing-masing warga. Jika minat tersebut sudah

ada, maka untuk hal pendanaan masyarakat pastinya akan mendukung.

Kalau suatu acara tersebut kita paksaan malah akan timbuk kerepotan,

karena kurangnya persetujuan pada diri wagra. Misalnya ingin

mengadakan suatu acara wayang, kita musyawarahkan bersama supaya

nantinya tidak ada kecemburuan pada diri antar satu dengan yang

lainnya. Pada tahun berikutnya kita ganti acara tersebut dengan acara

yang lain, selain untuk menghindari kebosenan juga untuk menuruti

keinginan masing-masing kelompok. Jadi, dalam hal ini masyarakat

menyikapi situasi dan kondisi, karena dalam kehidupan bermasyarakat

kita harus pandai membaca situasi.

i. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

kerukunan antar umat beragama di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: Sikap warga yang berbeda keyakinan adalah tetap bersatu, karena

hal tersebut sudah melalui kesepakatan bersama diantara tokoh-tokoh

dalam agama tersebut. Jadi, sikap warga dalam mengadakan kegiatan itu

sangat baik, mereka menyambut dengan baik dan bersatu untuk

kemajuan Desa. Bagi saya yang orang muslim, saya memiliki dasar

bahwa sebagai seorang muslim tidak boleh membedakan antara satu


dengan yang lainnya. Kita harus berjalan bersama-sama dengan tetap

memegang aqidah. Untuk dasarnya, kembali kepada masing-masing diri

individu dan tetap menjaga sikap saling meghormati antar umat

beragama.

j. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak positif yang terjadi akibat sikap terbuka adalah seluruh

kegiatan ini tetap berjalan. Misalnya kegiatan muslimatan dan selapanan

tetap berjalan. Kecuali hal ibadah yang wajib, hal tersebut sudah menjadi

kewajiban individu. Untuk kegiatan yang lain tetap berjalan dengan baik.

2. Gotong Royong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap kerjasama atau sikap

gotong royong?

Jawab: iya, saya mengetahui tentang sikap sosial atau sikap kerjasama

atau sikap gotong royong.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: Sikap gotong royong yang ada di Desa ini sudah ada sejak

dahulu. Kita hanya perlu mengembangkan sikap gotong royong tersebut.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?


Jawab: Sikap gotong royong di sini memang sudah ada sejak dahulu. Jadi

sikap itu sudah melekat pada diri warga, sehingga tanpa diajarkan pun

masyarakat sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. Selain itu,

adanya kesadaran bahwa kita hidup di dunia ini tidak akan terlepas dari

bantuan orang lain. Kita akan selalu membutuhkan bantuan dari orang

lain, baik itu dari segi pikiran, tenaga, dan lain-lainnya. Jadi, kita hanya

perlu membangun dengan cara ketika rapat diadakan musyawarah

bagaimana kegiatan gotong royongnya nanti dan ternyata juga dapat

berjalan dengan baik. Susah senangnya ketika gotong royong dapat

berjalan sebagaimana yang diharapkan. Contohnya jika terjadi ada

tetangga yang meninggal, dari berbagai agama pun juga ikut mendatangi

rumah yang terkena musibah dan menghormati sebagai tetangga. Mereka

tidak memandang dari kelompok apa mereka berasal, karena mereka

menganggap bahwa adanya orang meninggal di desa merupakan musibah

bagi desa itu sendiri. Cara mengembangkan sikap gotong royong adalah

dengan sedikit demi sedikit dan kita kembalikan pada kesepakatan

bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya kita kembalikan pada

kegiatan masing-masing keagamaan. Contoh sikap sosial kegotong

royongan dalam rt, yaitu kerja bakti. Sikap warga masyarakat khususnya

dari penganut agama lain adalah sangat antusias. Tidak ada kecemburuan

diantara orang-orang yang berbeda agama. Mereka tetap bersama-sama

melaksanakan gotong royong tersebut.


d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Contohnya jika ada tetangga yang meninggal, dari berbagai

agama pun juga ikut mendatangi rumah yang terkena musibah dan

menghormati sebagai tetangga. Mereka tidak memandang dari kelompok

apa mereka berasal, karena mereka menganggap bahwa adanya orang

meninggal di dusun merupakan musibah bagi desa itu sendiri. Saya

sebagai seorang muslim, tetap memegang akidah dalam mengembangkan

sikap gotong royong. Yang terpenting bagi saya, apapun kegiatanya

marilah bersama-sama mengembangkan kegiatan yang ada pada Desa.

Sepanjang hal tersebut tidak keluar atau menyimpang dari ajaran agama.

Dengan gotong royong akan menimbulkan rasa kebersaman,

kekompakan.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Pertama, dari faktor turun-temurun. Sikap gotong royong ini

sudah ada sejak dahulu, sehingga kita hanya perlu mengembangkannya.

Kedua, karena kita ingin membantu orang lain dan menganggapnya

sebagai sebuah kewajiban.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

kegotong royongan adalah waktu dan alasan yang tepat. Misalnya kita

tidak bisa pada hari apa, tetapi yang lain ingin hari itu. Dari sini sudah
terlihat bahwa untuk melaksanakan kegotong royongan mengalami

kendala waktu. Tetapi kita juga usahakan untuk bisa menghadiri

walaupun ada kendala, karena hal tersebut sudah menjadi kesepakatan

bersama-sama.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

kerukunan antar umat beragama di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: Kita harus menyadari hambatan yang terjadi dan tidak

menjadikan hambatan tersebut sebagai suatu kendala. Anggap saja

hambatan tersebut merupakan hal yang biasa terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak dari sikap gotong-royong ini sudah terlihat sejak dahulu.

Dari dahulu belum ada warga yang tercatat untuk menerima bantuan dari

pemerintah untuk pembangunan, seperti fakir miskin. Di sini ada dua

rumah yang perlu mendapat bantuan, sehingga kita adakan gotong

royong untuk membantu pembangunan dan kita berbagi tugas untuk

melaksanakannya. Hal tersebut merupakan dasar dari pendidikan Islam

yang semakin maju. Sebagai seorang pemuda yang nantinya menjadi

penerus untuk mengembangkan Dusun, harus mencontoh dari leluhur dan

menjadikannya sebagai bahan dari pendidikan. Harus menanamkan sikap

kegotong royongan dalam dirinya terhadap sesama.


3. Sikap Peduli

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

peduli terhadap orang lain?

Jawab: iya, saya mengetahui tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan peduli terhadap orang lain.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: iya, sikap sosial atau sikap yang menunjukan peduli terhadap

orang lain sudah ada sejak dahulu.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: Kepedulian terhadap orang lain merupakan kepedulian terhadap

sesama manusia. Dalam peduli sesama, kita tidak memandang dari mana

orang tersebut berasal. Contohnya ketika si A mengetahui kepentingan si

B yang memerlukan bantuan, kemudian kita wajib bantu baik tenaga

maupun fikiran. Hal tersebut merupakan contoh kepedulian terhadap

orang lain. Dalam sikap peduli terhadap orang lain tidak hanya antar

sesama muslim saja, tetapi antar sesama manusia. Sikap sosial di desa

sini sangat banyak, termasuk dalam kelembagaan. Dalam 1 tahun,

kelembagaan di sini mengadakan pertemuan sebanyak 3 kali. Artinya,

dalam 4 bulan sekali kita sebagai warga masyarakat mengadakan


pertemuan. Belum pertemuan yang diadakan ibu-ibu setiap 35 hari sekali.

Selain itu, bapak-bapak setiap malam mengadakan pertemuan di

daerahnya masing-masing. Dalam setiap Desa pasti memiliki seorang

kader. Kader di sini bertugas menyampaikan kepada masing-masing

anggota dalam Desa tersebut. Sikap kepedulian dan gotong royong di sini

sudah menjadi konsep kita. Tanpa sikap tersebut, seluruh kegiatan tidak

akan berjalan. Menyikapi hal tersebut yang terpenting adalah kita sudah

melaksanakan. Mungkin saja dilihat dan dirasakan baik, secara otomatis

yang lain juga akan melakukan hal seperti itu.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Pernah terjadi kebakaran di Dusun ini. Kemudian diadakan

konsultasi terhadap masing-masing golongan. Kemudian dari seluruh

tokoh berkumpul dengan membahas baiknya bagaimana. Kemudian dari

seluruh tokoh sepakat untuk membantu. Dari sini sudah terlihat sikap

kepedulian ini ada pada setiap golongan, tanpa mereka membedakan dari

mana orang tersebut berasal. Sebagai tokoh agama saya menyampaikan

gagasan awal kepada tokoh lain. Kemudian kita adakan pertemuan antar

tokoh dan bersama-sama menyampaikan pendapat. Sikap sosial yang

terjalin antara pemuka agama Islam dengan agama yang lain pada

awalnya merasa kaget ketika saya mengundang untuk menghadiri rapat

yang saya adakan di rumah. Ketika berkumpul bersama, saya sampaikan


gagasan dalam fikiran saya. Kemudian mereka sangat mendukung dan

membantu kegiatan-kegiatan yang akan diadakan di Desa.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Yang membuat saya tertarik untuk mengembangkan sikap peduli

terhadap orang lain adalah berasal dari dalam hati nurani. Saling

mengasihi dan menyayangi merupakan hal yang wajib dilakukan, tetapi

sebagai manusia jika kita bisa memegang dan memiliki rasa kasih sayang

semuanya akan tetap berjalan sesuai gagasan awal yang telah

disampaikan. Faktor pendorong yang terpenting adalah gagasan tidak

berasal dari orang banyak. Kita harus memiliki inisiatif dan niat sendiri

apa yang seharusnya dilakukan.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: penghambat itu berasal dari orang yang belum mengetahui

maksud dan tujuan. Selain itu, penghambat yang muncul adalah adanya

fikiran lain atau persepsi lain. Tetapi kita kembalikan lagi kepada

kesadaran orang lain.Yang menjadi penghambat terbesar adalah waktu

sebelum disimpulkannya gagasan. Kita tidak bisa menghindari

hambatan-hambatan yang terjadi, tetapi kita bisa mengurangi hambatan

yang terjadi. Kita harus menghadapi hambatan dengan lemah lembut.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

kerukunan antar umat beragama di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?
Jawab: Hal yang perlu dilakukan demi menjaga kerukunan adalah dengan

memegang kerukunan tersebut. Kita tidak boleh melepaskannya, karena

setiap hari kita tidak terlepas dari orang lain. Kita hidup pasti

membutuhkan bantuan orang lain. Hal-hal apapun kita harus saling

mengingatkan demi menjaga kerukunan antar masyarakat.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak bagi pendidikan Islam sangat baik. Hal tersebut sudah

menjadi kebiasaan bagi generasi penerus untuk menjaga kerukunan.

Dalam kegiatan kelembagaan, hal tersebut sudah mencakup mengenai

kerukunan. Contohnya kegiatan muslimatan akan tetap berjalan karena

kita saling berkumpul demi menjaga kerukunan.

4. Empati

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

(empati) atau merasakan apa yang dirasakan orang lain?

Jawab: iya, saya tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

(empati) atau merasakan apa yang dirasakan orang lain

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: iya, sikap sosial atau sikap yang menunjukan (empati) atau

merasakan apa yang dirasakan orang lain sudah ada sejak dahulu.
c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: Empati menurut saya adalah agar kita disegani dan orang lain

merasa segan. Keseganan orang lain ini kita kembalikan kepada diri

pribadi masing-masing orang. Yang terpenting saya melaksanakan yang

menjadi kewajiban kita supanya memberikan contoh kepada orang lain,

ceramah, silaturahmi. Hal tersebut sudah menarik empati orang lain.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Tujuan dari empati bukan untuk “di gumuni” orang lain. Sikap

empati menjadi hak pribadi orang lain. Kita mengganggap hidup ini

memiliki kewajiban, dan kewajiban seorang muslim adalah

melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Empati orang lain

sudah sangat luar biasa terhadap orang lain. Masyarakat sudah memiliki

kesadaran untuk merasakan empati. Kita juga harus sadar bahwa dengan

menjalin kebersamaan semua kegiatan akan berjalan dengan baik. Sikap

kebersamaan menjadi dasar dalam melaksanakan seluruh kegitan.

Misalnya ada orang yang sakit, entah itu muslim maupun non muslim

warga masyarakat menjenguknya, ada orang melahirkan kita juga

“ngendong” (mengabarkan dengan bersilaturahmi).

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?


Jawab: Saya memiliki prinsip sesuai dengan kewajiban kita hidup, baik

itu secara keagamaan maupun secara umum dan pemerintahan. Bisa

menjauhi hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan. Faktor yang

mendorong dari saya pribadi adalah kita hidup saling berdampingan dan

beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Yang menjadi prinsip

adalah jika hal tersebut menyangkut Desa mari kita jalankan bersama-

sama dan jika itu menyangkut agama kita jalankan masing-masing.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Dalam menghadapi hal-hal seperti itu wajar jika memiliki

kendala. Yang paling penting adalah kita harus sabar. Kesabaran menjadi

kunci utama, apakah kebaikan kita akan dibalas atau pun tidak. Faktor

penghambat adalah hal-hal yang kurang membuat beda agama bersatu.

Namun, hal-hal tersebut dapat di atasi dengan mudah.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga agar

sikap tersebut tetap ada di Desa Getas, Kecamatan Kaloran, Kabupaten

Temanggung?

Jawab: dengan cara sering untuk saling bertatap muka, menjaga

silaturahmi, selalu terbuka.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak bagi pendidikan Islam sangatlah baik. Sebagai seorang

muslim akan mengetahui dengan sendirinya, kemudian akan


melaksanakan dengan cara bebagi informasi. Sikap empati ini

mengajarkan kepada generasi penerus untuk ikut merasakan penderitaan

orang lain, sehingga generasi penerus akan ikut membantu orang lain.

5. Toleransi

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai orang lain

(toleransi)?

Jawab: iya, saya mengetahui tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan mendengarkan pendapat orang lain atau menghargai orang

lain (toleransi).

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: iya, sikap sosial atau sikap yang menunjukan mendengarkan

pendapat orang lain atau menghargai orang lain (toleransi) sudah ada

sebelum saya di sini.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: Seperti halnya yang tadi, bimbingan keagamaan, kemudian

dengan cara membiasakan kegiatan yng bersifat umum. Dalam

mengajarkan sikap toleransi, yang terpenting adalah kita harus saling

mengerti diantara kepentingan yang satu dengan yang lain. Misalnya


ketika ingin mengadakan suatu acara yang menyangkut seluruh

masyarakat desa. Kita harus membahas mengenai waktu yang baik untuk

mengadakan acara tersebut. Waktu tersebut tidak boleh bebarengan atau

mengganggu waktu beribadah masing-masing agama. Cara menjaga

sikap toleransi adalah dengan cara setelah diadakan rapat, kita harus

melaksanakan kegiatan yang sudah disepakati. Kita kembalikan seperti

kesepakatan awal dan saya sebagai seorang muslim, tokoh agama, dan

kepala dusun bertugas menyampaikan dan menjaga sikap toleransi

tersebut tetap ada dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam

mengembangkan sikap toleransi harus sering konsultasi. Sikap toleransi

tersebut ada karena seringnya konsultasi, tanpa hal tersebut tidak akan

ada sikap toleransi.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?

Jawab: Wujud sikap toleransi ini dapat dilihat dari sikap warga yang

membolehkan setiap orang memilih keyakinannya sendiri. Bahkan dalam

serumah bisa ada beberapa agama. Misal orangtuanya Budha anaknya

Islam. Saya sebagai tokoh agama tidak terlepas dari tokoh-tokoh agama

yang lain. Kita tetap bertemu dan saling berbagi informasi, walaupun

tidak sering dilakukan. Kita sebagai generasi penerus harus menjaga

sikap toleransi tersebut, karena menjaga merupakan hal yang sulit.

Bentuk sikap sosial yang terjalin antara pemuka agama Islam dengan
agama yang lain terjalin sangat baik. Tokoh agama yang lain juga ikut

mendukung sikap toleransi ini.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Harus bisa membaca situasi dan memahami keberanekaragaman

yang ada si Desa ini. Kita harus mengembangkan sikap toleransi, karena

kita hidup bermasyarakat ini akan saling terhubung. Hal-hal yang belum

sesuai kita bicarakan bersama untuk kebaikan bersama.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Kendala yang terjadi hanya sedikit dan hal itu bisa di atasi serta

menjadi hal yang wajar. Namun, saya menganggap kendala yang tidak

begitu fatal bukanlah sebuah kendala. Dalam sikap toleransi tidak ada

faktor yang menjadi penghambat, karena sikap ini sudah berjalan sejak

dahulu.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

kerukunan antar umat beragama di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: Untuk menjaga sikap toleransi adalah dengan berkumpul besama-

sama. Dengan adanya kumpul bersama pasti membahas sampai di situ.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak bagi pendidikan Islam sangatlah bagus. Hal tersebut

mengajarkan kepada generasi muda untuk menghargai agama lain.


6. Tolong menolong

a. Apakah bapak tahu tentang sikap sosial atau sikap yang menunjukan

sikap saling tolong menolong?

Jawab: iya, saya mengetahui tentang sikap sosial atau sikap yang

menunjukan sikap saling tolong menolong.

b. Apakah sikap tersebut sudah ada sebelum bapak tinggal di Desa Getas,

Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung ini? Atau belum ada sikap

tersebut?

Jawab: iya, sikap tolong menolong sudah ada sebelum saya tinggal di

sini.

c. Mengenai sikap sosial tersebut, bagaimana cara bapak mengembangkan

sikap sosial di atas, sehingga membentuk masyarakat yang harmonis

seperti saat ini?

Jawab: Mengajarkan dalam agama sudah terjadi dan menjadi hal yang

wajar. Dalam kehidupan bermasyarakat sudah dilakukan, sehingga tidak

perlu mengajarkan kembali kepada masyarakat. Masyarakat sudah

memiliki kesadaran tersendiri dalam sikap sosial tolong menolong.

Dalam sikap tolong menolong, tidak ada pembatas antar agama yang satu

dengan yang lainnya. Dalam tolong menolong yaitu dengan memberi

tausiah, kemudian menyontohkan, serta membiasakan untuk saling

tolong menolong.

d. Dari cara-cara tersebut, seperti apa bentuk atau wujud sikap sosial yang

terjalin di masyarakat yang berbeda agama ini?


Jawab: Bentuk tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat sudah

ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saat terjadi longsor,

seluruh warga masyarakat bersama-sama saling membantu. Peran tokoh

agama di sini saya serahkan kepada tokoh agama masing-masing. Saya

sebagai tokoh agama Islambersama-sama dengan kepala RT maupun RW

setiap kegiatan yang menyangkut keagamaan, saya serahkan kepada

masing-masing agama. Bentuk sikap sosial yang terjalin antara pemuka

agama Islam dengan agama yang lain berjalan dengan baik. Mereka

bersama-sama bekerja untuk mengembangkan Dusun melalui kegitan

gotong royong.

e. Apakah faktor pendorong bapak mengembangkan sikap sosial tersebut?

Jawab: Harus bisa membaca situasi dan memiliki motivasi, karena

situasilah yang menjadi pendorong untuk mengembangkan sikap

tersebut. Tanpa situasi dan motivasi, tidak akan terbentuk hal tersebut.

Untuk tertarik mengembangkan sikap gotong royong, sebenarnya tetap

kembali kepada diri kita masing-masing. Sesuai dengan hati nurani,

karena dengan hati nurani menjadi pendorong untuk mengembangkan

sikap gotong royong tersebut. Hal tersebut berasal dari dalam diri

masing-masing supaya Dusun menjadi tentram dan damai.

f. Apakah faktor penghambat bapak dalam mengembangkan sikap sosial

tersebut?

Jawab: Sebenarnya tidak ada kendala yang fatal dalam mengembangkan

sikap gotong royong, tetapi dalam melaksanakan gotong royong yang


menjadi kendala hanyalah dalam hal transportasi. Hal tersebut

merupakan hal wajar mengingat jalan yang masih bisa dibilang jelek dan

rusak serta jauh. Tetapi jaman sekarang sudah lumayan, dibandingkan

dengan dahulu seperti waktu, kemudian finansial (materi). Sebenarnya

tidak ada kendala yang fatal dalam mengembangkan sikap gotong

royong, tetapi dalam melaksanakan gotong royong yang menjadi kendala

hanyalah dalam hal transportasi. Hal tersebut merupakan hal wajar

mengingat jalan yang masih bisa dibilang jelek dan rusak serta jauh.

Tetapi jaman sekarang sudah lumayan, dibandingkan dengan dahulu.

g. Menurut bapak hal apa saja yang perlu dilakukan demi menjaga

kerukunan antar umat beragama di Desa Getas, Kecamatan Kaloran,

Kabupaten Temanggung?

Jawab: Hal yang perlu dilakukan agar sikap tolong menolong ini tetap

ada dalam hati nurani adalah dengan cara tidak memutus hubungan

silaturami antar sesama golongan maupun berbeda golongan. Program-

program yang sudah tercatat dalam Dusun tidak boleh hilang, sehingga

ketika rapat kita ungkapkan kembali dalam forum-forum pertemuan.

h. Menurut bapak apa dampak bagi pendidikan Islam dalam masyarakat

yang ditimbulkan dari sikap sosial yang dikembangan bapak tadi?

Jawab: Dampak sikap tolong menolong dalam pendidikan Islam sangat

bagus dan positif. Karena tidak ada yang menolak mengenai sikap tolong

menolong itu sendiri. Sikap tolong menolong sudah diajarkan sejak kecil

dan menjadi sebuah prinsip dalam diri sesorang.


Lampiran 3 Gambar Kegiatan

Gambar 1 Wawancara dengan Bapak GY

Gambar 2 Wawancara dengan Bapak NS


Gambar 3 Wawancara dengan Bapak SH

Gambar 4 Kesenian Kuda Lumping

Gambar 5 Sosialisasi Ukuwah Islam

Gambar 6 Gotong Royong

Gambar 7 Kepedulian Sosial


Gambar 8 Kesenian Tayub

Gambar 9 Kesenian Reog

Gambar 10 Seni Topeng Ireng


Gambar 11 Merti Dusun

Gambar 12 Nyadran

Gambar 13 Sikap Toleransi

Gambar 14 Tolong Menolong


Gambar 15 Kerukunan Tokoh Agama

Gambar 16 Dakwah Toleran

Gambar 17 Sosialisasi Kerukunan


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Gandi Cahyoto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Warga Negara : Indonesia

Tempat, Tanggal Lahir : Temanggung, 31 Mei 1995

Alamat : Tajem, RT 02/RW 01, Karangtejo, Jumo,

Temanggung, Jawa Tengah.

Nomer HP : 085290611048

Email : gandicahyoto595@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN

SD/MI : SD N Karangtejo, 2002-2008

SMP/MTs : SMP Islam Ngadirejo, 2008-2011

SMA/SMK/MAN : SMA N 1 Candiroto, 2011-2014

PerguruanTinggi : IAIN Salatiga, 2015-2019

PENGALAMAN ORGANISASI

2015-2019 : Anggota PMII Salatiga.

2015-2019 : Anggota FORMATAS.

2016-2019 : Anggota PERMATA.

Anda mungkin juga menyukai