Delaa Bab 1 Prosal
Delaa Bab 1 Prosal
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu asset Negara yang sangat mendasar, karena Negara
dan Bangsa hidup dan berkembang di atas tanah. Tanah tidak akan terlepas dari segala
tindak tanduk kehidupan manusia untuk menjalani kehidupannya. Tanah juga meliputi
memposisikan tanah pada kedudukan yang sangat penting, karena merupakan faktor
utama dalam peningkatan produktivitas agraria. Oleh karena itu tanah menjadi suatu hal
yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat, sehingga menyebabkan sering terjadinya konflik
diantara sesamanya.
Tanah di Indonesia diatur dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria yang di dalamnya menyerap hukum adat, yaitu diakuinya hak
ulayat sebagaimana yang tertuang dalam pasal 5 UUyang menyatakan “Hukum agraria
yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan
dalam Undang-Undang ini dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala sesuatu
“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat dan
hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang menurut
kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan
nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh
Berdasarkan kajian sejarah, ternyata eksistensi hak adat (hak ulayat) sudah lebih
Sumardjono pengakuan hak ulayat adalah wajar, karena hak ulayat beserta masyarakat
hukum adat telah ada sebelum terbentuk Negara Republik Indonesia tanggal 17 agustus
Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, pasal 2 ayat 2 menyatakan :
Terdapat sekelompok orang yang masih merasa terikat oleh tatanan hukum
adatnya sebagai warga bersama suatu persekutuan hukum tertentu, yang mengakui dan
Terdapat tanah ulayat tertentu yang menjadi lingkungan hidup para warga
tanah ulayat yang berlaku dan ditaati oleh para warga persekutuan hukum.
Tanah ulayat yang melekat pada mayarakat hukum adat, dikelolah dengan
berbagai macam cara tergantung dari musyawarah masyarakat adat setempat. Karena tak
jarang keberadaan dan pengolahan tanah ulayat menjadi konflik dalam masyarakat.
Ketentuan hukum adat menyatakan bahwa hak ulayat tidak dapat dilepaskan, dipindah
tangankan atau diasingkan secara tetap (selamanya). Secara khusus, obyek hak
menguasai Negara yang dalam kenyataannya sering mengalami permasalahan adalah
pelaksanaan hak menguasai Negara pada tanah-tanah hak ulayat, ketidak jelasan
kedudukan dan eksistensi masyarakat hukum adat menjadi titik 3 pangkal permasalahan,
sehingga keberadaan tanah ulayat tak jarang memicu terjadinya konflik dalam
Manggarai Timur adalah salah satu masyarakat adat yang memiliki konflik tanah ulayat.
Di dalam masyarakat adat, masyarakat Adat Wira Desa Balus permai memiliki hak tanah
ulayat dan hak-hak serupa sepanjang hak tersebut menurut kenyataannya masih ada,
tanah ulayat tersebut berfungsi dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan melalu Fungsi dari tanah ulayat masyarakat hukum adat
dijelaskan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Nomor 12 Tahun 1999 tentang
Hak Tanah Ulayat pasal 1ayat 2 yang berbunyi “Fungsi Hak Tanah Ulayat adalah untuk
dan ekonomis”.
tanah ulayat masyarakat, oleh karena itu masyarakat menuntut tanaman perkebunan
untuk mengembalikan lahan masyarakat Neros yang berada di area lokasi perkebunan
masyarakat Wira konsesi perkebunan tersebut, namun masyarakat Wira tidak bisa
memenuhi permintaan masyarakat dengan alasan lahan yang mereka kelola telah diberi
izin oleh ketua adat dan Menteri Kehutanan, namun masyarakat tidak bisa menerima
alasan dari masyarakat Wira desa Balus sehingga masalah ini menyebabkan terjadinya
berada dalam kawasan tanah ulayat masyarakat Wira DesaBalus permai, dan masyarakat
meminta lahan perkebunan untuk mengembalikan lahan tersebut, Masyarakat Wira tidak
dapat memenuhi permintaan masyarakat Neros Desa Paan Leleng untuk mengembalikan
lahan dengan alasan Masyarakat Wira tidak memiliki hak dan kewenangan untuk
melepaskan lahan, karena lahan konsesi yang dikelola oleh masyarakat Wira merupakan
tanah milik masyarakat Wira sesuai dengan izin atas dasar keputusan dari tua adat bahwa
Tidak adanya tanggapan dan penyelesaian secara serius yang dilakukan oleh
masyarakat Wira. Oleh karena itu, masyarakat menanam pohon pisang,dan tanaman ubi
kayu lahan bekas Hutan yang telah di bakar, penanaman ini barulah mendapat respon dari
Masyarakat Neros Desa Paan Leleng dan berujung pada bentrok fisik.
Salah seorang masyarakat Desa Wira melihat masyarakat Neros menebang dan
Telah ditanam masyarakat dan diganti dengan pohon akasia, melihat kejadian itu
melaporkan kepada warga lainnya. Siangnya, sekitar 150 orang warga masyarakat Wira
Desa Balus mendatangi lokasi. Mereka menjumpai warga meminta untuk menghentikan
penebangan semua tanaman yang ada di lokasi dan penanaman akasia, namun masyarakat
Neros tidak menanggapi permintaan masyarakat adat Wira sehingga belum ada
penyelesaian yang berarti bagi kedua belah pihak danwarga memutuskan untuk kembali
kemasyarakat adat Wira. Malamnya warga menggelar rapat yang hasilnya akan
melakukan aksi
Esoknya sekitar 800 orang masyarakat Neros mendatangi lokasi, disana
masyarakat telah ditunggu masyarakat adat kampung Wira untuk melakukan aksi dan
adat kampung Neros, namun ketika dialog dari perwakilan kedua belah pihak sedang
kekerumunan dan menyebabkan kedua belah pihak saling tepancing emosi sehingga
Akibat peristiwa ini 1 orang korban tewas meninggal di tempat dari masyarakat
mengalami luka memar yang diakibatkan pukulan dan lemparan batu, selain itu
masyarakat juga mengalami kerugian material berupa kerusakan rumah yang telah
mereka bakarsebanyak74buah. Dan korban dari pihak masyarakat adat kampung Neros
Setelah insiden terjadi, dilakukan kembali pertemuan antara kedua belah pihak
Neros dan dihadiri juga oleh Kapolsek Borong, Kapolres manggarai dan kepala Desa.
Pada pertemuan ini disepakati bahwa pihak Masyarakat adat Neros mengganti kerugian
yang dialami masyarakat akibat bentrok, seperti pembiayaan terhadap korban yang
mengalami luka dan mengganti kerusakan rumah masyarakat yang rusak dan tanah
tersebut akan di bagi kepada kedua belah pihak. Namun belum ada kepastian terhadap
B. Identifikasi Masalah
Timur.
C. Rumusan Masalah
masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana perang tanding perebutan tanah ulayat
pada masyarakat Wira Desa Balus kecamatan Borong kabupaten manggarai Timur.
D. Tujuan Penelitian
masyarakat adat Wira di Desa Balus Kecamatan Borong Kabupaten Manggarai Timur.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manggarai Timur.
2. Manfaat praktis
tanah ulayat.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Perang Tanding
Perang Tanding adalah sebuah aksi fisik dan non fisik antara dua kelompok atau
lebih untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di
maknai sebagai pertikaian bersenjata, di era modern, perang lebih mengarah pada
superioritas teknologi dan industri, hal ini tercermin dari doktrin angkatan perangnya seperti
"Barang siapa menguasai ketinggian maka menguasai dunia", hal ini menunjukkan bahwa
Namun kata Perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser
pada kata sifat, yang mempopulerkan hal ini adalah para jurnalis, sehingga lambat laun
dasar manusia yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai
Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang
lain, baik secara kelompok atau bukan. perang dapat mengakibatkan kesedihan dan
hialngnya nyawa orang di kampung Wira Desa Balus Kecamatan Borong Kabupaten
Manggarai Timur dan tentu saja hal ini mengakibatkan kesedihan mendalam dalam diri
2. Perebutan
paksa dan tidak secara sah oleh para penguasa yang punya kekuasaan nya akan di rebut
oleh pihak lain secara ilegal,bisa di sadari oleh semua orang awam sekalipun bahwa
penguasa seperti ini akan dengan segala cara untuk tidak terjadi pada wilayah kekuasaan
nya,cara nya macam- macam,di negri ini banyak komentar komentar resmi yang keluar
dari pihak pemerintah yang mengatakan semua ini tidak lah benar hanya isu saja,tetapi
membuat keraguan pada rakyatnya karena mengeluarkan stetmen yang ngambang terjadi.
terhadap negara adalah sebuah tindakan pembalikan kekuasaan terhadap seseorang yang
berwenang dengan cara ilegal dan sering kali bersifat brutal, inkonstitusional berupa
bermaksud untuk Jadi hentikan besifat cengeng,peguasa negeri ini punya legitimasi lebih
dari 60 %,beranikan diri,kuatkan tekad dan sedikit lebih tegas lah. jika sikap penguasa
yang anda tawarkan pada rakyat adalah mengedepan kan kepentingan Rakyat.
Perebutan Pengertian secara bahasa atau etimologis Pengertian secara istilah atau
terminologis Karl Marx interese untuk Filsafat Jaman Fajar Budi, dan dari tetangganya
Baron von Westphalen interese untuk kasustraan. menerima asumsi dasar Sosialisme
bahwa sumber segala masalah sosial terletak pada lembaga hak milik pribadi.
3. Tanah Ulayat
Tanah Ulayat adalah tanah bersama para warga masyarakat hukum adat yang
bersangkutan. Hak penguasaan atas tanah masyarakat hukum adat dikenal dengan Hak
Ulayat. Hak ulayat merupakan serangkaian wewenang dan kewajiban suatu masyarakat
hukum adat, yang berhubungan dengan tanah yang terletak dalam lingkungan
wilayahnya. UU No. 5 Tahun 1960 atau UU Pokok Agraria (UUPA) mengakui adanya
Hak Ulayat. Pengakuan itu disertai dengan 2 (dua) syarat yaitu mengenai eksistensinya
Dengan demikian, tanah ulayat tidak dapat dialihkan menjadi tanah hak milik
apabila tanah ulayat tesebut menurut kenyataan masih ada, misalnya dibuktikan dengan
maka,Sebaliknya, tanah ulayat dapat dialihkan menjadi tanah hak milik apabila tanah
ulayat tersebut menurut kenyataannya tidak ada atau statusnya sudah berubah menjadi
“bekas tanah ulayat”. Status tanah ulayat dapat dijadikan sebagai hak milik perorangan
apabila status tanah ulayat tersebut sudah menjadi “tanah negara”. Tanah bekas ulayat
merupakan tanah yang tidak dihaki lagi oleh masyarakat hukum adat, untuk itu
berdasarkan UUPA tanah tersebut secara otomatis dikuasai langsung oleh negara.
Dalam praktik administrasi digunakan sebutan tanah negara. Tanah negara itulah yang
Tanah Ulayat dapat diubah statusnya menjadi hak milik perseorangan apabila
tanah tersebut sudah menjadi tanah negara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tata
cara peralihan hak atas tanah negara menjadi hak milik diatur dalam Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 9 Tahun 1999
No. 9/1999, Permohonan Hak Milik atas tanah negara diajukan secara tertulis kepada
Menteri melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah
No. 9 Tahun 1999): Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
pertanahan kepada Pemerintah kabupaten dan kota. Dan salah satunya Pemerintah
Daerah diberi wewenang untuk menetapkan dan menyelesaikan masalah tanah ulayat
(tanah adat).
Tugas yang diemban oleh Pemerintah Daerah dapat dilimpahkan kepada institusi
lain dalam bentuk desentralisasi atau pelimpahan sebagian kewenangan yang dimiliki
asas desentralisasi, maka dibentuklah daerah tingkat provinsi dan kabupaten yang
4. Masyarakat
mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat
petambayan.Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi antara anggota- anggota
5. Adat
Adat adalah aturan, kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan terbentuk dari suatu
masyarakat atau daerah yang dianggap memiliki nilai dan dijunjung serta dipatuhi
tersebut menjadi aturan-aturan hukum yang mengikat yang disebut hukum adat.
Adat telah melembaga dalam dalam kehidupan masyarakat baik berupa tradisi,
adat upacara dan lain-lain yang mampu mengendalikan perilau warga masyarakat
dengan perasaan senang atau bangga, dan peranan tokoh adat yang menjadi tokoh
Adat merupakan norma yang tidak tertulis, namun sangat kuat mengikat sehingga
sanksi keras yang kadang-kadang secara tidak langsung dikenakan. Misalnya pada
masyarakat yang melarang terjadinya perceraian apabila terjadi suatu perceraian maka
tidak hanya yang bersangkutan yang mendapatkan sanksi atau menjadi tercemar, tetapi
Selain dari beberapa kajian teori dari para ahli,untuk memperkuat kajian dalam
penelitian yang ada sebelumnya.Adapun hasil penelitian yang relevan dengan topik
Ende 2016.
Manggarai Timur.Hasil penelitian ini secara garis besar dikatakan bahwa bagaimana
dan parah masyarakat setempat. Kepala satuan polisi pamong praja (Kasat Pol PP)
kabupaten Matim, Fransiskus Petrus Sinta mengatakan, nyaris terjadi perang tanding di
Sinta mengatakan, awalnya terjadi baku pukul antara kedua warga dari kedua
suku itu dan juga saling melakukan aksi kejar mengejar, namun berhasil diredamkan oleh
aparat keamanan dari Polsek Wae Lengga, TNI dan anggota Pol PP.
dengan menumpangi dua unit mobil kepolisian dibantu juga aparat TNI dari Kodim
Manggarai.
"Saat ini kondisi sudah aman, dan kejadian tadi juga tidak sampai ada yang luka
hanya saling baku kejar dan baku pukul saja tidak menggunakan senjata tajam,"kata
Sinta.Sementara itu, Kapolres Manggarai, AKBP M. Ischaq Said, melalui Kasat Reskrim
Polres Manggarai Kasat Reskrim Polres Manggarai Iptu Lukius Okto Selly, yang
dikonfirmasi Pos Kupang Via telepon, Minggu (21/2/2016) malam, membenarkan bahwa
sempat terjadi suasana tegang antara kedua suku yakni suku Motu dan Suku Suka, namun
dari kedua suku itu. Namun, berhasil diredamkan oleh aparat kepolisian dari Polsek Kota
Iptu Selly juga mengatakan, Polres Manggarai juga mengirim puluhan anggota
polisi dengan menumpangi dua unit mobil Dalmas dan Shabara untuk turun ke TKP dan
dibantu oleh aparat TNI dari Kodim Manggarai untuk membantu mengamankan.
"Terjadi perang tanding. Mereka hanya saling kejar saja, dan tidak ada yang
korban dalam kejadian itu. Saat sekarang kondisi sudah kembali kondusif",kata Iptu
Selly.
Iptu Selly juga mengatakan, bahwa kedua warga suku itu saling mempertahankan
tanah ulayat di Tanjung Bandera. "Warga dari Suku Motu ada melakukan kegiatan
Oleh karena subjek penelitian yang berbeda namun memiliki kesamaan obyek
penelitian hasil penelitian tersebut sangat relevan dengan penelitian yang di lakukan oleh
merupakan kajian yang baru yang menurut penulis selama ini belum perna dilakukan oleh
orang lain.Perang Tanding Perebutan Tanah Ulayat Masyarakat Adat Wira Desa Balus
Tanjung Bandera Kecamatan Kota Komba Kabupaten Manggarai Timur hasil penelitian
A. Jenis penelitian
Penelitian tentang Perang Tanding Perebutan Tanah Ulayat masyarakat Adat Wira
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain (Moleong
dalam Kuntjojo, 2009:14). Menurut Soerjono Soekanto, defenisi penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan kontruktif yang dilakukan secara
metodologi, sistematis dan konsisten. Metodologi berarti sesuai dengan metode atau cara-
cara tertentu. Sistematis artinya berdasarkan suatu sistem, sedangkan konsisten berarti
tidak adanya hal-hal yang bertentangan dengan suatu kerangka tertentu (Soerjono
Soekanto, 2001:13).
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
masyarakat, daerah dan lain-lain), pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
Metode penelitian ini tentunya bisa menggambarkan perjalanan suatu gagasan atau
suatu pemikiran yang terkait dalam masalah-masalah yang dibatasi dalam penelitian ini.
Masalah yang ditimbulkan dalam penelitian ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah dan
1. Seting Penelitian
Timur. Peneliti tertarik untuk meneliti di daerah ini karena terjadi konflik tanah ulayat
masyarakat adat yang menyebabkan aksi anarkis, sehingga dengan memilih lokasi yang
2. Waktu Penelitian
No Program Bulan
April Mei
1. Penyusunan Proposal dan Konsultasi
2. Perizinan Penelitiian dan Observasi
3. Pelaksaan Penelitian
C. Subjek Penelitian
Untuk melengkapi data hasil wawancara,maka hal pertama yang dilakukan penulis
adalah tokoh adat dan tokoh masyarakat.Prinsip dalam pemilihan informan adalah the
adalah data deskriptif berupa catatan dari hasil wawancara.Data penelitian ini juga
dilengkapi dengan foto-foto dan dokumentasi mengenai Perang Tanding Perebutan Tanah
Ulayat.
1. Observasi
Manggarai Timur.
2. Wawancara
mengumpulkan data secara langsung dari Informan dilapangan melalui Tanya jawab.
para informan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Wawancara
dilakukan secara mendalam yakni dilaksanakan secara intens antara penulis dengan
informan.
3. Dokumentasi
studi dokumentasi untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara. Dengan
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi adalah teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-
beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2013: 83).
ini adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek informasi yang
Perang Tanding Perebutan Tanah Ulayat . Data yang diperoleh melalui wawancara
diupayakan berasal dari banyak responden, kemudian dipadukan, sehingga data yang
dengan mewawancarai para orang tua, tokoh adat, masyarkat dan orang-orang yang
berkompeten. Adapun model triangulasi yang digunakan dapat dilihat pada gambar
berikut:
Observasi
Wawancara Dokumentasi
Teknik analisis data dalam penelitian kualitataif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
setelah di analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan
lagi, sampai tahap tertentu sehingga data diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
Tujuan utama dari analisis data adalah menemukan teori atau penjelasan mengenai
pola hubungan. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian kualitatif yang berusaha
mendeskripsikan dan menyampaikan antara gejala atau peristiwa yang diteliti. Empat
komponen ini saling berinteraksi dan membentuk suatu siklus analisis data penelitian data
sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Reduksi data adalah pemilihan informasi data kasar yang muncul dari
catatan lapangan. Reduksi data diperlukan karena banyaknya data dari masing-
masing informan yang dianggap tidak relevan dengan fokus penelitian sehingga
perlu dikurangi. Reduksi data dilakukan dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai
uraian kalimat yang didukung dengan adanya dokumentasi berupa foto untuk
3) Penarikan Kesimpulan
berlangsung. Bahwa setiap perolehan data analisis dan disimpulkan agar fokus