Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Email Gigi


2.1.1 Struktur dan Komposisi Email
Email adalah jaringan gigi yang termineralisasi dengan baik sehingga
memiliki struktur paling keras dan membentuk kulit terluar mahkota gigi. 14 Email
dibentuk oleh ameloblas dari dentino email junction (DEJ) sampai kepermukaan
gigi.15 Jaringan ini bertanggung jawab sebagai pembentuk warna, estetika, tekstur
dan translusensi gigi.14 Sifat mekaniknya menggabungkan kekerasan dan
kekakuan dengan ketahanan yang memungkinkannya menahan ratusan siklus
pengunyahan dengan kekuatan menggigit ketika gigi rahang atas dan rahang
bawah berkontak sebesar 770 N. 16 Pada gambar 2.1 menunjukkan struktur
kuncup gigi pada janin manusia berusia 5 bulan. 17

Gambar 2.1 Struktur kuncup gigi pada janin manusia berusia 5 bulan. (A) Gambaran struktur
email pada perbesaran 85X ditandai dengan lapisan gelap di puncak mahkota. (B)
Pembesaran yang lebih tinggi (400X) menunjukkan detail dan organisasi dentin
dan email, dengan batas antara keduanya ditunjukkan oleh panah. Odontoblas
(OD) terlihat dengan proses memanjang yang meluas ke tubulus gigi. Ameloblast
(AM) melapisi permukaan luar kuncup gigi dan aktif membentuk email.17

Email terdiri dari 96% material anorganik yang sebagian besar tersusun
dalam bentuk kristal hidroksiapatit berkarbonasi. Komponen lain dari email
adalah sisa-sisa matriks organik dan molekul air. Email memiliki struktur aselular
dan avaskular tanpa kemampuan regenerasi atau perbaikan diri.16,18
Pembentukan email gigi (amelogenesis) terjadi selama tiga fase utama
yaitu diferensiasi sitok, sekresi matriks, dan pematangan. Hasil fase pematangan
amelogenesis adalah jaringan yang sangat keras, sangat termineralisasi dan terdiri
dari kristal hidroksiapatit dengan rasio sangat tinggi, sejumlah kecil komponen
organik dan air. Kristalit email pada dasarnya terdiri dari kalsium dan fosfor
sebagai hidroksiapatit (HAp), Ca 10(PO4)6(OH)2, natrium, magnesium, klorin,
kalium, karbonat dan fluorida. Matriks organik email dewasa tersusun atas 12%
dari total email dan berfungsi sebagai perekat untuk kristalit apatit email.18
Secara struktur email gigi, kristal hidroksiapatit tersusun dalam tiga
tingkat kelompok yang menunjukkan beberapa aspek kekuatan mekanik email.
Pada tingkat kelompok struktur terbesar, sebuah bundel menggabungkan beberapa
batang email membentuk pita Hunter-Schreger. 16 Pita-pita ini mempunyai lebar
sekitar 50 μm dan dapat terlihat karena adanya pita rod email yang berdekatan
memantulkan atau mentransmisikan cahaya. Pada kelompok berikutnya rod dan
interrods email terlihat. rod email ini berdiameter 5-8 μm, berbentuk silinder
seperti struktur yang berjalan terus menerus melalui lebar email dari
persimpangan dentino-email Junction (DEJ) ke permukaan luar email. Rod email
membentuk lekukan yang mengikuti pergerakan ameloblas selama pertumbuhan
sel awal dan deposisi email. 16 Gambar 2.2 menunjukkan struktur email pada
bagian longitudinal. Masing-masing rod email hampir berbentuk silinder dan
terbentuk dari kristalit apatit yang padat dengan sumbu panjangnya kira-kira
sejajar dengan sumbu longitudinal rod email.18

Gambar 2.2 Struktur Email (A) Struktur Rod dan Intterod Email. (B) Protein Email
(panah merah) Kristal Hidroksiapatit (titik kuning)18
Pada potongan melintang rod email memiliki pola seperti ikan atau lubang
kunci. Bentuk lubang kunci terdiri dari bagian kepala dan ekor. Bagian kepala
tersusun atas selubung batang protein tipis setebal 0,5 μm. Pada tingkat kelompok
struktur terakhir yaitu tingkat skala nano setiap rod email terdiri dari kristal
hidroksiapatit berkarbonasi sangat panjang yang merupakan struktur seperti pita
tebal dengan lebar sekitar 60-70 nm dan tebal ~ 20 nm. Dibagian tengah batang,
kristalit apatit disusun oleh sumbu panjang (sumbu-c) sejajar dengan sumbu
longitudinal batang sedangkan pada bagian ekor mereka menyimpang dari sumbu
longitudinal batang hingga 65º. Setiap unit sel kalsium fosfat dalam email yang
matang akan tampak berbentuk heksagonal. Namun dalam email yang matang,
garis kristal ini terlihat lebih tidak teratur karena interaksi dengan pertumbuhan
kristal lainnya selama fase terakhir pertumbuhan kristal. Bebarapa bentuk dari rod
email yang ditemukan yaitu seperti busur (arcade shape), ekor ikan (fish-tail) dan
anyaman tikar (mat-like) dapat dilihat pada gambar 2.3.18,19

Gambar 2.3 Bentuk rod email. a) Arcade b) Fish Tail c) Mat-Like19

2.2 Diskolorasi
Diskolorasi merupakan perubahan warna gigi yang memiliki variasi pada
etiologi, lokasi, penampilan dan keparahan terhadap struktur gigi. Diskolorasi
dapat diklasifikasikan menjadi intrinsik dan ekstrinsik. Diskolorasi intrinsik
terjadi setelah adanya perubahan pada komposisi struktur atau ketebalan jaringan
keras gigi. Warna normal gigi ditentukan oleh warna pink, biru dan hijau dari
email dan diperkuat oleh warna kuning dan coklat pada lapisan dentin di
bawahnya.20,21
Pada umumnya, diskolorasi secara intrinsik diakibatkan oleh penyatuan
bahan-bahan kromatogenik yang masuk kedalam dentin dan email setelah erupsi
atau selama peristiwa odontogenesis. Pemberian tetrasiklin, paparan fluoride
tingkat tinggi, trauma pada gigi yang sedang berkembang dan gangguan
perkembangan turunan seperti hiperbilirubinemia kongenital, amelogenesis
imperfecta, email hipoplasia dan dentinogenesis imperfecta dapat menyebabkan
diskolorasi gigi sebelum erupsi. Diskolorasi setelah erupsi gigi dapat disebabkan
karena penuaan, nekrosis pulpa, dan iatrogenesis.
Kopi, teh, anggur merah, wortel, jeruk, dan tembakau akan menimbulkan
noda ekstrinsik. Watts mengklasifikasikan noda ekstrinsik menjadi noda logam
dan non logam. Noda logam dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
seperti penggunaan suplemen zat besi, kalium permanganat dalam obat kumur,
diskolorasi abu-abu karena garam perak nitrat dan diskolorasi coklat keemasan
karena stannous fluoride. Noda non-logam dapat disebabkan karena merokok,
obat kumur yang mengandung senyawa ammonium kuaterner atau penggunaan
obat kumur chlorhexidine, polifenol anionik yang ditemukan dalam makanan atau
minuman berpigmen tinggi seperti teh hitam dan anggur merah, kekuatan fisik
dan kimia (mis. Gaya elektrostatik van der waals, interaksi hidrofobik, dan
kekuatan hidrogen) yang memungkinkan kromogen menempel pada permukaan
gigi, biofilm, debris makanan dan plak. 2,22
Keausan pada struktur gigi, deposisi dentin sekunder akibat penuaan atau
pulpa yang nekrosis dan dari peradangan pulpa serta sklerosis dentin
mempengaruhi sifat translusensi gigi dan secara bertahap menghasilkan
penggelapan gigi. Penghilangan noda ekstrinsik dapat diatasi dengan scaling dan
polishing gigi. Diskolorasi ekstrinsik dan intrinsik yang lebih keras umumnya
diberikan perawatan dental bleaching yang dapat dilakukan dengan night guard
bleaching vital untuk gigi vital atau intrakoronal pada gigi yang telah diberi
perawatan saluran akar (non-vital).23

2.3 Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses larutnya mineral berupa hidroksipatit
pada jaringan keras gigi. Dalam kondisi fisiologis, hidroksipatit seimbang dengan
lingkungan saliva yang mengandung ion fospat dan ion kalsium. Jika pH saliva
menurun dibawah pH kritis hidroksipatit ≤ 5,5 selama 3060 menit, email akan
terdemineralisasi. Hal ini terjadi ketika ion hidrogen berikatan dengan gugus
fosfat atau terjadi konversi dari PO 43- menjadi HPO42-. HPO42- yang telah
terbentuk tidak dapat bertahan dalam lingkungan normal hidroksiapatit yang
didominasi oleh PO43- sehingga kristal hidroksiapatit tersebut akan larut. 19,25
Faktor yang mempengaruhi kecepatan larutnya email yaitu derajat keasaman
(pH), konsentrasi asam, kehadiran ion sejenis kalsium, dan waktu melarut.
Ketika pH dalam media sekitarnya menurun, kelarutan apatit mineral gigi
meningkat secara signifikan yang membuat mineral rentan terhadap lingkungan
asam. Paparan asam dapat menyebabkan dua jenis lesi, lesi karies dan erosi. 26
Demineralisasi gigi yang berkelanjutan akan membentuk porositas dan
menyebabkan penurunan kekerasan permukaan email gigi. kekerasan email yang
menurun akan mempengaruhi kerentanan dan kerapuhan email terhadap keausan
dan karies gigi.9

2.4 Kekerasan Email Gigi


Kekerasan adalah ketahanan permukaan suatu benda terhadap penetrasi
atau penekanan.27 Kekerasan material dalam bidang kedokteran gigi dapat diukur
ketahanan permukaannya terhadap suatu indentasi. 25 Email merupakan jaringan
gigi yang paling keras karena memiliki kandungan mineral yang tinggi. 19 matriks
anorganik utama dalam email adalah hidroksiapatit (HA) yang mengandung ion
kalsium didalamnya. Selain matriks anorganik, email juga mengandung sebagian
matriks organik dengan sejumlah kecil air yang ada di ruang antar kristal. 14
Kekerasan email gigi pada beberapa titik permukaannya bervariasi. Kekerasannya
berkurang saat semakin dekat dengan dentin enamel junction (DEJ).7

2.4.1 Uji Kekerasan


Uji kekerasan dalam pengukurannya menggunakan ujung indenter kecil
yang diberi beban tertentu dan akan menyentuh permukaan benda yang akan
diukur. Hasil yang akan keluar diukur dengan mikroskop. Indenter yang terdapat
pada uji kekerasan dental material ini dibagi menjadi tiga jenis yaitu Brinell,
Knoop, dan Vickers. Uji Knoop bertujuan untuk mengukur nilai kekerasan
material yang tipis dan kecil. Sedangkan uji Brinell digunakan untuk pengukuran
kekerasan material logam. Uji kekerasan Vickers menurut America Dental
Association (ADA) digunakan mengukur kekerasan logam emas tuang (dental
casting gold) atau bahan-bahan yang mempunyai sifat mudah pecah (brittle)
sehingga dapat digunakan untuk mengukur kekerasan permukaan email gigi. Uji
kekerasan Vickers juga dapat mengukur email gigi dikarenakan bentuk indentor
persegi yang memudahkan pengukuran dan hasil yang lebih akurat. (gambar
2.4).25

Gambar 2.4 Vickers Hardness Testers28

Uji kekerasan Vickers ini juga memiliki kelebihan lainnya yaitu dapat
digunakan pada material keras yang dapat mencapai nilai 1500 sampai kekerasan
yang lunak dengan nilai 5, tidak merusak benda yang diuji dan dapat digunakan
kembali karena hasil indentasi sangat kecil, penskalaan kekerasan yang
berkelanjutan untuk daerah lebih luas dan dapat bekerja pada benda-benda dengan
ketebalan 0,006 inci. Uji kekerasan Vickers ini juga memiliki kekurangan yaitu
kondisi yang diperlukan untuk menentukan nilai kekerasan cukup rumit seperti
material uji harus ditempatkan sejajar, tidak miring, bersih dan mengkilap. 25
Vickers Hardness Tester memakai indentor berbentuk bujur sangkar yaitu
piramida intan yang untuk membuat jejak pada material dengan beban tertentu.
Permukaan piramida yang berhadapan memiliki besar sudut 136o. Waktu yang
diperlukan selama penjejakan adalah 15 detik dan dapat menghasilkan ketelitian
antara 24 m. Pengukuran kekerasan material yaitu dengan menghitung hasil
pembagian antara beban yang diterima dengan luas proyeksi lengkungan. Luas
proyeksi lengkungan diperoleh dari mengambil rata-rata panjang diagonal
d1(horizontal) dan d2(vertikal). Rumus Vickers untuk menentukan nilai kekerasan
28,29
adalah sebagai berikut:

VHN = 1,854 x P
d2

Keterangan:
VHN : kekerasan sampel (kg/mm2)
P : berat beban (kgf)
d : panjang diagonal (mm)

Beban indentor yang digunakan dalam pengujian suatu material bervariasi


sesuai material apa yang hendak diuji. Operator biasanya akan menentukan beban
indentor antara (50, 100, 200, 300, 400, 500). Kesalahan dalam pemilihan beban
akan berdampak pada ketidakakuratan data dan dapat menimbulkan kesalahan
tafsiran terhadap sifat material benda uji tersebut. 29

2.5 Home Bleaching


Manajemen untuk mengembalikan warna gigi akibat diskolorasi dapat
dilakukan dengan sikat gigi dua kali sehari, menjaga pola makan yang sehat,
pembersihan secara profesional dengan pembersihan ultrasonik, veneer,
pemasangan mahkota gigi, resin komposit, pemolesan dengan pasta profilaksis
abrasif, scaling ultrasonik dan sonik, pemolesan selektif serta dental bleaching
menggunakan material hidrogen peroksida dan karbamid peroksida. 3,20 Dental
bleaching adalah prosedur pencerahan gigi melalui penggunaan material kimia
untuk menghilangkan noda pada gigi. Dental bleaching bertujuan untuk
mengembalikan warna normal gigi dengan cara mendekolorisasi noda dengan zat
pengoksidasi kuat yang juga dikenal sebagai zat pemutih. 14 Teknik dental
bleaching sendiri dapat dilakukan secara in-office bleaching (perawatan bleaching
yang langsung dilakukan oleh dokter gigi) dan home bleaching (perawatan
dilakukan oleh pasien dirumah dengan pengawasan dokter gigi). 9
Home bleaching atau nightguard vital bleaching diperkenalkan oleh
Haywood dan Heymann pada tahun 1989. Teknik Home bleaching diaplikasikan
menggunakan sendok cetak khusus atau tray. Home bleching lebih diminati
karena prosedur yang relatif mudah, hasil optimal, waktu kunjungan singkat dan
lebih aman karena menggunakan material bleaching dengan konsentrasi
rendah.9,30

2.5.1 Mekanisme Home Bleaching


Karbamid peroksida merupakan material kompleks yang stabil dan dapat
terurai melepaskan hidrogen peroksida ketika berkontak dengan air. Bahan kimia
utama yang terkandung didalamnya adalah hidrogen peroksida. Noda yang
dihasilkan oleh diskolorasi gigi memiliki rantai konjugasi ikatan rangkap
mencakup cincin karbonil, banyak atom dan fenil yang disebut dengan kromofor.
Mekanisme dental bleaching memiliki tiga fase berbeda yang dapat dijelaskan
pada beberapa literatur. Fase pertama adalah berdifusinya hidrogen peroksida
melalui ruang interrod dalam email dan tubulus dentin yang sangat permeabel.
Material ini dapat berdifusi selama 2 minggu dalam penerapannya. 31
Fase kedua yaitu terjadinya teori kromofor dimana difusi dari hidrogen
peroksida menghasilkan radikal oksigen bebas yang meliputi radikal hidroperoksi,
hidroksil, anion dan kation radikal superoksida yang aktivitasnya dipengaruhi oleh
suhu, cahaya dan pH. Gigi akan tampak putih jika radikal oksigen bebas memecah
atau mengoksidasi satu atau lebih ikatan rangkap kromofor. Produk yang
dihasilkan bersifat ringan, polar dan mudah dikeluarkan dari gigi pada lingkungan
berair.23,31,32
Fase ketiga adalah berubahnya warna gigi akibat dari perubahan struktur
atau kekasaran permukaan gigi yang akan memantulkan cahaya yang berbeda-
beda. Tiga Fase mekanisme dental bleaching ini digambarkan pada gambar 2.5.31
Gambar 2.5 Tiga Fase Mekanisme Dental Bleaching 31

2.5.2 Material Home Bleaching


Material dental bleaching yang digunakan pada tekhnik home bleaching
adalah karbamid peroksida. Karbamid Peroksida (CH 6N2O3) merupakan ikatan
sekunder dari urea dan hidrogen peroksida atau kristal putih padatan yang
melepaskan oksigen saat bersentuhan dengan air. Nama lain karbamid peroksida
adalah urea peroksida, karbamid urea, perhydelure dan perhydrol urea.
Konsistensi material ini berupa cairan dan gel dengan konsentrasi yang digunakan
untuk pemutihan berkisar dari 10% hingga 35%.
Larutan 10% karbamid peroksida terurai menjadi 3,35% hidrogen
peroksida dan 6,65% urea. Urea selanjutnya terurai menjadi amonia dan air yang
dapat memberikan beberapa efek samping yang menguntungkan karena
cenderung meningkatkan pH larutan. 21 Urea memiliki sifat proteolitik yang dapat
mempengaruhi efisiensi pemutihan gigi. Karbamid peroksida diaplikasikan pada
tray dan dipakai sepanjang malam selama 68 jam. Gigi yang lebih putih dapat
terlihat setelah 23 minggu dan setelah 5-6 minggu hasil akhir akan terlihat.30
Produk karbamid peroksida biasanya mengandung karbopol atau basa gliserin.
Basis karbopol memperlambat pelepasan hidrogen peroksida dan karenanya
efektif untuk periode waktu yang lebih lama. 23
Penggunaan material bleaching memiliki titik jenuh dimana material tidak
efektif lagi untuk memutihkan gigi. Perawatan yang terus dilakukan dapat
menyebabkan pecahnya struktur email gigi yang ditandai dengan hilangnya ion
kalsium, fosfat dan fluoride email. Kehilangan mineral pada gigi menyebabkan
penurunan kekerasan gigi yang berakibat gigi menjadi rapuh sehingga rentan aus
dan karies. Selain itu pemakaian konsentrasi tinggi dengan pH rendah dapat
mempercepat penurunan kekerasan gigi. 33

2.5.3 Teknik Home Bleaching


Bleaching vital dapat dilakukan melalui dua teknik yaitu teknik home
bleaching atau night guard vital bleaching dan In-office bleaching. Teknik in-
office bleaching biasanya menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi
yang lebih tinggi yaitu 15%  35%. Mata dan jaringan lunak rongga mulut harus
dilindungi dan gigi harus diisolasi menggunakan rubber dam. Biasanya dokter
gigi juga menggunakan cahaya atau panas untuk mempercepat proses pemutihan
gigi. Hidrogen peroksida diaplikasikan pada permukaan gigi menggunakan
syringe.21 Kemudian disinari dengan cahaya lampu. Teknik ini diindikasikan pada
pasien yang tidak dapat menggunakan tray pada malam hari atau pasien yang
menginginkan giginya putih dengan cepat dengan kontrol langsung oleh dokter
gigi.30 Pada tahun 1989, Haywood dan Heymann memperkenalkan teknik home
bleaching atau night guard vital bleaching. Teknik ini dilakukan dirumah oleh
pasien tetap dalam pengawasan dokter gigi. Pengaplikasian material
menggunakan tray atau protesa yang telah diisi gel hidrogen peroksida 2%  10%
atau karbamid peroksida 10%  15% yang setara dengan 3,35% hidrogen
peroksida.21 Hasil dental bleaching tergantung pada kekuatan zat pemutih dan
lama perawatan. Material bleaching diaplikasikan pada tray dan dipakai
sepanjang malam selama 68 jam. Diskolorasi dapat terlihat setelah 23
minggu.21,30,34

2.5.4 Pemanfaatan Kulit Pisang sebagai Material Bleaching


Kulit pisang kepok memiliki manfaat dalam berbagai bidang contohnya
dapat digunakan sebagai material bleaching alami pada gigi. Penelitian yang
dilakukan oleh Astrid dan Widi (2019), Lady dan Firda (2019) menunjukkan
bahwa pengaplikasian ekstrak kulit pisang raja 100% berpotensi memutihkan gigi
yang mengalami diskolorasi oleh kopi. 35 Penelitian lain mengenai efek bleaching
pada kulit pisang juga dikemukakan oleh Maesaroh dan Nurhayati. Penelitian ini
menggunakan kulit pisang kepok sebagai bahan utama dengan konsentrasi 10%
dan 15%. Ekstrak kulit pisang kepok kemudian diubah konsistensinya menjadi
pasta gigi. Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan warna menjadi lebih
putih setelah diaplikasikan pasta ekstrak kulit pisang kepok 15%. 13

2.6 Tanaman Pisang Kepok (Musa paradisiaca L.)


2.6.1 Definisi Pisang Kepok
Pisang kepok (Musa paradisiaca L.) merupakan sebuah tanaman buah
yang tumbuh banyak pada wilayah Asia tenggara, termasuk Indonesia. Pisang
kepok berasal dari Asia Tenggara, seperti India, Taiwan, Filipina dan Indonesia.
Tanaman pisang telah diketahui sejak zaman primitif. Kultivar ini telah banyak
diperkenalkan pada abad ke-16 dipulau Santo, Domingo dan Kuba serta pada abad
ke-19 didirikan perkebunan di Jamaika, Meksiko dan Amerika. 36
Pisang merupakan buah yang dapat bertahan dan berkembang pada iklim
tropis dan subtropis (sekitar 120-130 negara) dan merupakan salah satu tanaman
pokok utama. Pertahunnya didunia, pohon pisang kepok dapat memproduksi
sekitar 104 juta ton. Produksi ini paling banyak dihasilkan oleh negara-negara
sebagai produsen utama pisang kepok yaitu Cina, India, Brazil dan Filipina. 36
Di Indonesia sendiri pisang kepok dibudidaya dan tumbuh sangat subur.
Pohon pisang yang terdapat di Indonesia juga bukan hanya satu varietas tetapi
dengan multivarietas. Masyarakat Indonesia banyak menyukai pisang kepok dan
menjadikannya sebagai makanan pokok yang dapat disantap kapan dan dimana
saja. Keunggulannya bukan hanya rasa dan harganya yang murah tetapi pisang
kepok juga mengandung sumber karbohidrat, vitamin dan mineral yang dapat
memperlancar proses metabolisme didalam tubuh. 37

2.6.2 Taksonomi dan Morfologi Pisang Kepok


Pisang kepok dapat diklasifikasikan menjadi sebagai berikut:37
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa
Species : Musa paradisiaca L.
Pada umumnya, tanaman pisang kepok (Musa paradisiaca L.) terdiri dari
dan biji (semen), batang (caulix), akar (radix), buah (frunctus), dan bunga (flos).37

Tabel 2.1 Karakteristik dan Morfologi Tanaman Pisang Kepok 38


No Parameter Karakter
1 Warna batang Hijau
2 Bentuk tandan Spiral
3 Bentuk buah Runcing
4 Bentuk pangkal braktea Berbahu kecil
5 Posisi buah Lurus terhadap tangkai
6 Aspek batang Normal
7 Tinggi batang ≥3 m
8 Posisi tandan 45
9 Panjang tangkai tandan 31-60 cm
10 Warna punggung tulang Hijau kekuningan
11 Ujung buah ≥15 cm
12 Jumlah sisir per tandan 4-7
13 Ketegakan daun Sedang
14 Panjang buah Lurus
15 Warna kulit buah masak Kuning
16 Kenampakan permukaan daun Mengkilat
Menggantung bersudut
17 Bentuk jantung Bulat
18 Warna kulit buah belum masak Hijau
19 Bentuk ujung braktea Membulat dan pecah
20 Kenampakan tandan Longgar
21 Bentuk pangkal daun Kedua sisinya membulat
22 Warna daging buah masak Putih
23 Jumlah buah per sisir 13-16
24 Warna luar braktea Merah keunguan
25 Permukaan tangkai buah Berbulu

2.6.3 Kandungan Kulit Pisang Kepok


Limbah pisang banyak dihasilkan oleh berbagai industri pengolahan
makanan berbahan pisang. Setiap tahunnya limbah yang dihasilkan dari produksi
buah pisang sebesar 2.063.017 ton/tahun. Limbah kulit pisang ini dapat menjadi
sumber pencemaran lingkungan. Limbah kulit pisang sebenarnya dapat
dimanfaatkan untuk dapat menghasilkan produk dan digunakan kembali.
Beberapa pemanfaatan limbah kulit pisang kepok seperti pada penelitian yang
dilakukukan oleh Awal Ramadan dkk, limbah kulit pisang dapat dijadikan
material dasar pembuatan plastik biobag. Beberapa penelitian lainnya
menunjukkan bahwa kulit pisang dapat menjadi tepung organik, material
antimikroba dalam proses penyembuhan luka dan pemakaian gigi tiruan, sampai
sebagai material pemutih gigi. 39
Kulit pisang mengandung zat-zat organik maupun anorganik meliputi air,
mineral, karbohidrat, vitamin, fosfor, lemak dan kalsium. 40 Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Munadjim tahun 1998, pada umumnya kulit pisang
mengandung lemak 2,11%, air 69,8%, kalsium 715 mg/100g, karbohidrat 18,5%,
besi 1,6 mg/100g, vitamin C 17,5 mg/100g, vitamin B 0,12 mg/100g, protein
0,32% dan fosfor 117 mg/100g. 41
Kulit pisang juga mengandung komponen fitokimia dan mineral.
Komponen mineral yang terdapat dalam kulit pisang kepok antara lain kalsium,
natrium, potasium, besi dan mangan. komponen fitokimia yang terkandung dalam
kulit pisang terdiri dari tanin, alkaloid, saponin, fenol dan flavonoid. Saponin
adalah glikosida berbentuk busa yang berfungsi sebagai pembersih. Saponin
mengandung polycylic aglycones dan terikat ke satu atau lebih rantai gula
sehingga saponin dapat berfungsi sebagai material pembersih dan pemutih gigi.
Begitu juga dengan material kalium dan mangan yang memiliki fungsi yang
sama.40,42 Saponin merupakan material bioaktif dengan bentuk buih yang dapat
mengikat pewarna. Kemampuan mengikat warna ini dapat digunakan untuk
memutihkan gigi. Kulit pisang kepok juga mengandung vitamin C yang dapat
membantu mempercepat pemutihan gigi. 43

2.6.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang Kepok


Kulit pisang berwarna kuning dan telah matang dicuci dan dibersihkan
kemudian diiris kecil dengan ketebalan ±2 mm. Kulit pisang dikeringkan dengan
suhu ruang. Kulit pisang yang telah kering dihaluskan menggunakan blender
menjadi serbuk simplisia. Serbuk kering kulit pisang kepok kemudian diekstraksi
dengan metode maserasi. Maserasi adalah proses penarikan senyawa aktif dengan
cara tidak dipanaskan. Keuntungan metode maserasi adalah lebih praktis, tidak
memerlukan pemanasan dan pelarut yang digunakan lebih sedikit. Kulit pisang
dimasukkan dalam wadah tertutup dan direndam dengan menggunakan pelarut
etanol 96% selama 72 jam. 48 Maserasi dilakukan pada temperatur kamar dan
terlindung dari cahaya matahari. Penggunaan etanol 96% sebagai pelarut dinilai
mampu mengabsorbsi kandungan antioksidan dalam kulit buah pisang lebih
maksimal dibandingkan pelarut air, metanol dan aseton. Hasil maserasi kemudian
disaring dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 80C sehingga
didapatkan ekstrak kental dari kulit pisang kepok.43,44

Anda mungkin juga menyukai