Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“ Optimalisasi Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi “
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Disusun Oleh Kelompok 1 :


Akbar Zulfikar
Adinda Adila
Amanda
Amelia Putri
Arsih Juliyarti
Dilla Nilmalasari

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS SAMAWA

2021

1
DAFTAR ISI

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang.............................................................................................3

B. Rumusan Masalah........................................................................................4

C. Tujuan..........................................................................................................4

Bab 2

Peran Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi...............................5

Bab 3

Perhatian Pemerintah Terhadap Masyarakat Dalam Upaya Pemberantasan Korupsi

A. Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan-

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi......................................................7

B. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Dan Pelapor.....................................8

Bab 4

Penutup

A. Kesimpulan..................................................................................................11

B. Saran.............................................................................................................11

Daftar Pustaka...................................................................................................12

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi sebagai masalah sosial, sebagai salah satu bentuk kriminalitas


yang oleh suatu masyarakat dianggap sebagai perilaku menyimpang
(deviance), yang berhadapan dengan reaksi sosial. .1 Perilaku menyimpang
adalah tanggapan atau reaksi yang normal terhadap keadaan yang abnormal,
yaitu suatu ketidakwajaran setiap perilaku yang merupakan penyimpangan
terhadap tertib sosial. Nampaknya korupsi merupakan salah satu contoh dari
deviasi perilaku yang senantiasa mendapat reaksi sosial untuk
menghentikannya.2

Tindak pidana korupsi merupakan masalah yang sangat serius, karena


tindak pidana korupsi dapat membahayakan stabilitas dan keamanan Negara
dan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial, politik dan ekonomi
masyarakat, bahkan dapat pula merusak Nilai-nilai Demokrasi serta moralitas
bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak pidana korupsi
tersebut. Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana korupsi yang
tidak terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya sebatas kerugian
Negara dan perekonomian Nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa
dan bernegara. Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan hak hak ekonomi masyarakat, sehingga tindak
pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary
crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary crimes).

Dampak masif korupsi terhadap ekonomi, yaitu :3

1) Penurunan produktivitas,
2) Lesunya pertumbuhan ekonomin dan investasi,
3) Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik,
4) Menurunnya pendapatan dari sentok pajak,
1
Soedjono Dirjosisworo, “ Fungsi Perundang-Undangan Pidana dalam Penanggulangan
Korupsi di Indonesia”, CV Sinar Baru, Bandung, tahun 1984, hal. 77, (dikutip dari I Ketut
Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik Pinatih, dalam Optimaliasi Peran Serta Masyarakat
Dalam Pemberantasan Korupsi, hal. 2).
2
ibid., hal. 78, ( dikutip dari dikutip dari I Ketut Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik
Pinatih, dalam Optimaliasi Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi, hal. 2),

3
https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-
terhadap-ekonomi ( diakses pada tanggal 14 mei 2021 ),

3
5) Meningkatnya hutang negara.

Transparasi Internasional Indonesia (TII) mencatat jika unag rakyat dalam


praktik Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menguap oleh
perilaku korupsi. Sekitar 30 sampai 40 persen dana menguap karena korupsi,
dan korupsi terjadi 70 persennya pada pengadaan barang dan jasa oleh
pemerintah. Hak ini memberikan dampak buruk yang memsif terhadap
masyarakat indonesia diberbagai lini kehidupan. Mulai dari dampak terhadap
ekonomi, sosial, bipkrasi pemeintah, politik dan demokrasi, penegakkan
hukum, pertahanan dan keamanan dan juga terhadap lingkunagan hidup.
Pelaku korupsi dapat melakukan korupsi karena adanya kesempatan. Hal
tersebut terkadang dapat dengan mudah kita jumpai dimana masyarakat yang
menyuap suatu pihak agar tidak dirinya tidak terkait dalam hukum
sebagaimana ia melanggar hukum. Karena itu selain dalam Perundang-
undangan Masyarakat harus turut dalam pemberantasan korupsi yang
menimbulkan banyaknya kerugian terhadap negara yang dapat dirasakan oleh
seluruh warga negara terutama dari golongan menengah sampai bawah.

B. Rumusan Masalah

1) Apa saja peran masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi?


2) Apa saja perhatian pemerintah terhadap masyarakat dalam upaya
pemberantasan korupsi?

C. Tujuan

1) untuk mengetahui peran masyarakat dalam upaya pembarantasan korupsi


2) untuk mengetahui peran masyarakat serta perhatian pemerintah terhadap
masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi.

BAB 2

4
PERAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBARANTASAN KORUPSI

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaiamana telah dirubah


dengan UU No.20 Tahun 2001 ( selanjutnya disebut sebagai UU No.20 Tahun
2001 ) tentang perubahan atas UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) dengan jelas
dan tegas telah mengatur dengan rinci yang menegaskan bahwa tata cara
pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian penghargaan dalam
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi perlu diatur dengan
Peraturan Pemerintah. Peran serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk
mewujudkan hak dan tanggungjawab masyarakat dalam penyelenggaraan negara
yang bersih dari tindak pidana korupsi.4

Dalam usaha pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi,


masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam arti masyarakat berperan
serta dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.5 Peran
serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan diwujudkan dalam
bentuk yaitu: mencari, memperoleh, memberikan data, atau informasi tentang
tindak pidana korupsi dan hak menyampaikan saran dan pendapat serta
bertangung jawab terhadap pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan tindak pidana korupsi


merupakan perwujudan dari prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang
memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,
jujur, dan tidak diskriminatif. Sebaliknya masyarakat berhak menyampaikan
keluhan, saran, atau kritik tentang upaya pencegahan dan pemberantasan tindak
pidana korupsi yang diangap tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku. Tetapi pengalaman dalam sehari-hari menunjukan bahwa keluhan,
saran, atau kritik dari masyarakat tersebut sering tidak ditanggapi dengan baik dan
benar oleh pejabat yang berwenang.

Masyarakat juga berperan dalam pengawasan terhadap korupsi.


Masyarakat dapat berperan menyuburkan atau menghilangkan korupsi.6
Pemberantasan korupsi harus melibatkan semua pilar masyarakat. Pilar
masyarakat adalah manusia (individu), budaya (yaitu berupa persepsi baik
4
https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/920-pp-71-tahun-2000-peran-serta-masyarakat-
dalam-pemberantasan-korupsi, (diakses pada tanggal 14 Mei 2021),
5
Nyoman Serikat Putra Jaya, “Tindak Pidana Korupsi, Kolusi, Dan Nepotisme Di Indonesia”, Cet.
II, Badan Penerbit Undip, Semarang, tahun 2005, hal. 61, ( dikutip dar I Ketut Setiawan, SriLuh
Putu Dawisni Manik Pinatih ddk., dalam Optimalisasi Peran Serta Masyarakat Dalam
Pemberantasan Ekonomi, hal 3 ),
6
Gomgom Daniel Pardomuan, Heddy Juanda, Hein Primada Endarvin, “ Permasalahan Penangan
Korupsi Dan Solusinya” , Institut Ilmu Sosial Dan Manajemen STIAMI Jakarta, tahun 2019, hal.
14,

5
pemikiran maupun perasaan kolektif), dan sistem aturan yang berlaku. Karena itu,
korupsi akan lebih efektif diberantas bila pada tiga pilar tersebut dilakukan
langkah-langkah yang terpadu.

Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta masyarakat


dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi, pejabat yang
berwenang atau Komisi Pemberantasan Korupsi diwajibkan untuk memberikan
jawaban atau keterangan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.
Kewajiban tersebut diimbangi pula dengan kesempatan pejabat yang berwenang
atau komisi pemberantasan korupsi menggunakan hak jawab berupa bantahan
terhadap informasi yang tidak benar dari masyarakat.

BAB 3

6
PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT DALAM
UPAYA PEMBERANTAS KORUPSI

A. Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi

Untuk memberi motivasi yang tinggi kepada masyarakat, maka perlu


diadakan berupa pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa
terhadap upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi berupa
piagam atau premi.

Peran serta masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan


tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan Negara yang bebas dan
bersih dari tindak pidana korupsi. Disamping itu, dengan peran serta tersebut
masyarakat akan lebih bergairah untuk melaksanakn control sosial terhadap tindak
pidana korupsi.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000


Tentang Tatacara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
diatur dan disebutkan dalam Bab III peraturan tersebut, yang secara rinci dapat
dijabarkan, sebagai berikut:

a. Pasal 7 ayat (1): setiap orang, organisasi masyarakat atau lembaga


swadaya masyarakat yang telah berjasa dalam usaha membantu upaya
pencegahan atau pemberantasan tindak pidana korupsi berhak mendapat
penghargaan. Ayat (2) menyebutkan: penghargaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dapat berupa piagam atau premi.
b. Pasal 8: ketentuan mengenai tata cara pemberian penghargaan serta bentuk
dan jenis piagam sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) ditetapkan
dengan keputusan Menteri hukum dan Perundang-undangan.
c. Pasal 9: besar premi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2)
ditetapkan paling banyak sebesar 2^ (dua permil) dari nilai kerugian
keuangan Negara yang dikembalikan.
d. Pasal 10 ayat (1): piagam diberikan kepada pelapor setelah perkara
dilimpahkan ke Pengadilan Negeri. Ayat (2): penyerahan piagam
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh penegak hukum atau
Komisi.
e. Pasal 11 ayat (1): premi diberikan kepada pelapor setelah putusan
pengadilan yang memidanakan terdakwa memperoleh kekuatan hukum

7
tetap. Ayat (2): penyerahan premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk.

B. Perlindungan Hukum Terhadap Saksi Dan Pelapor

Dalam peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi


perhatian pemerintah tidak hanya terdapat pada pemberian penghargaan tetapi
pemerintah juga turut mengatur perlindungan hukum terhadap saksi dan pelapor (
Whistle Blower ). Perlindungan hukum merupakan suatu bentuk pelayanan yang
wajib diberikan oleh pemerintah untuk memberikan rasa aman terhadap warga
negaranya.

Perlindungan terhadap saksi dan korban merupakan jaminan hak yang


diberikan oleh Negara sehingga memiliki implikasi kewajiban pemerintah dalam
melindungi hak saksi dan korban, baik dalam pengaturan substansi hukum juga
yang paling penting adalah dalam penerapan norma yang telah ditetapkan.
Jaminan hak melalui norma hukum melahirkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang merupakn lex specialis
perlindungan saksi dan korban di Indonesia.

Perlindungan Saksi dan Korban dalam proses peradilan pidana di


Indonesia diatur secara khusus melalui lahirnya Undang-undang Nomor 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dan Perubahannya melalui Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi Dan Korban. Pasal 1 ayat 8 tercantum
ketentuan sebagai berikut:

“ Perlindungan adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian


bantuan untuk memberikan rasa aman kepada Saksi dan/atau Korban yang
wajib dilaksanakan oleh LPSK (Lembaga Perlindungan Saksi Dan Korban)
atau lembaga lainnya sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini “.

Dalam Perubahan melalui Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 pasal 1


ayat 2 dan 4 mencantumkan pengertian saksi pelaku (justice collaboratir) dan
pelapor (wistleblower). Saksi Pelaku adalah tersangka, terdakwa, atau terpidana
yang bekerja sama dengan penegak hukum untuk mengungkap suatu tindak
pidana dalam kasus yang sama dan pelapor adalah orang yang memberikan
laporan, informasi, atau keterangan kepada penegak hukum mengenai tindak
pidana yang akan, sedang, atau telah terjadi.

8
Selain memuat pengertian juga muncul beberapa substansi pengaturan
yang secara khusus memberikan perlindungan terhadap pelapor tindak pidana dan
saksi korban dengan tercantumnya pengertian pelapor dan beberapa substansi
pasal yang menjamin hak pelapor dan saksi pelaku yang beritikad baik. Substansi
perlindungan tersebut dengan penambahan Pasa 15 ayat (3) sebagai berikut:

“ Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan kepada Saksi
Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang dapat memberikan
keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun tidak
ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia alami sendiri, sepanjang
keterangan orang itu berhubungan dengan tindak pidana “

Hak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5 ayat (2) adalah sebagai
bentuk perlindungan hukum. Hak tersebut adalah

a) Memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, Keluarga, dan harta


bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian
yang akan, sedang, atau telah diberikannya
b) Ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan
c) Memberikan keterangan tanpa tekanan
d) Mendapat penerjemah
e) Bebas dari pertanyaan yang menjerat
f) Mendapat informasi mengenai perkembangan kasus
g) Mendapat informasi mengenai putusan pengadilan
h) Mendapat informasi dalam hal terpidana dibebaskan
i) Dirahasiakan identitasnya
j) Mendapat identitas baru
k) Mendapat tempat kediaman sementara
l) Mendapat tempat kediaman baru
m) Memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan
n) Mendapat nasihat hokum
o) Memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu
Perlindungan berakhir
p) Mendapat pendampingan.

Substansi pasal diatas yang memberikan hak terhadap pelapor dan saksi
pelaku berdasar pertimbangan yang dimuat dalam penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2014, sebagai berikut:

9
“Selain Saksi dan Korban, ada pihak lain yang juga memiliki kontribusi
besar untuk mengungkap tindak pidana tertentu, yaitu Saksi Pelaku (justice
collaborator), Pelapor (whistle-blower), dan ahli, termasuk pula orang yang
dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara
pidana meskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia
alami sendiri, sepanjang keterangan orang itu berhubungan dengan tindak
pidana, sehingga terhadap mereka perlu diberikan Perlindungan. Tindak
pidana tertentu tersebut di atas yakni tindak pidana pelanggaran hak asasi
manusia yang berat, tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang,
tindak pidana terorisme, tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana
narkotika, tindak pidana psikotropika, tindak pidana seksual terhadap anak,
dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi Saksi dan/atau Korban
dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya.”7

7
Bambang Arjuno dkk, “Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pelapor Tindak Pidana Korupsi
(Whistleblower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) Di Indonesia”
Volume 4 Nomor 2, Jurnal Selat, Tahun 2017, hal. 148 – 149,

10
BAB 4

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari pejelasan diatas adalah begitu


pentingnya peran masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi sehingga
kita harus memenfaatkannya dengan cara lebih mengoptimalkan peran
masyarakat dalam upaya pemberantasan korupsi.

Diyakini jika masyarakat ikut berpartisifasi oenuh dalam memberantas dan


mengawasi korupsi akan membawa dampak baik bagi negara yaitu tidak ada
lagi oknum-oknum tindak korupsi, keuangan dan perekonomian negara
membaik, pembangunan nasional dapat berjalan dengan lancar dan
sejahteranya kehidupan masyarakat.

B. Saran

Masyarkat kini perlu membantu emerintah dalam upaya pemberantasan


korupsi, karena tidak hanya akan menghapus korupsi di Indonesia tetapi banyak
keuntungan-keuntung didapat dalam memberantas korupsi. Hal ini diharapkan
agar masyarakat lebih bergairah dalam memberantas korupsi.

Selain itu pemerintah perlu lebih terbuka terhadap penanganan korupsi


dan dapat merespon dengan cepat keluhan, saran serta kritik dalam penanganan
dan upaya pemberantasan korupsi yang diajukan oleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

11
Jurnal/Karya ilmiah

I Ketut Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik Pinatih, “Optimaliasi Peran Serta
Masyarakat dalam Upaya Pemberantasan Korupsi”

Gomgom Daniel Pardomuan, Heddy Juanda, Hein Primada Endarvin, “ Permasalahan


Penangan Korupsi Dan Solusinya”, tahun 2019.

Arjuno Bambang, Ruba’i Masruchin, Djatmika Prija, “Bentuk Perlindungan Hukum


Terhadap Pelapor Tindak Pidana Korupsi (Whistleblower) Dan Saksi Pelaku Yang
Bekerjasama (Justice Collaborator) Di Indonesia” Volume 4 nomor 2, Jurnal Selat,
Tahun 2017

Peraturan perundang-undangan

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah dirubah dengan UU No


20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Undang-undang Nomor 71 Tahun 2000 tentang tatacara pelaksanaan peran serta


masyarakat dan pemberian penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana korupsi.

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban


dan Perubahannya melalui Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi Dan Korban.

Internet

Pusat Edukasi Anti Korupsi, “ Dampak Ekonomi Terhadap Korupsi “,


https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-
korupsi-terhadap-ekonomi, diakses pada Jum’at, tanggal 14 mei 2021, pukul
06.45
Pusat Edukasi Anti Korupsi, “ Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan
Korupsi” https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/920-pp-71-tahun-2000-
peran-serta-masyarakat-dalam-pemberantasan-korupsi, diakses pada jum’at,
tanggal 14 Mei 2021, pukul 07.14

12

Anda mungkin juga menyukai