UNIVERSITAS SAMAWA
2021
1
DAFTAR ISI
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan..........................................................................................................4
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................11
Daftar Pustaka...................................................................................................12
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1) Penurunan produktivitas,
2) Lesunya pertumbuhan ekonomin dan investasi,
3) Rendahnya kualitas barang dan jasa untuk publik,
4) Menurunnya pendapatan dari sentok pajak,
1
Soedjono Dirjosisworo, “ Fungsi Perundang-Undangan Pidana dalam Penanggulangan
Korupsi di Indonesia”, CV Sinar Baru, Bandung, tahun 1984, hal. 77, (dikutip dari I Ketut
Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik Pinatih, dalam Optimaliasi Peran Serta Masyarakat
Dalam Pemberantasan Korupsi, hal. 2).
2
ibid., hal. 78, ( dikutip dari dikutip dari I Ketut Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik
Pinatih, dalam Optimaliasi Peran Serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Korupsi, hal. 2),
3
https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-korupsi/infografis/dampak-korupsi-
terhadap-ekonomi ( diakses pada tanggal 14 mei 2021 ),
3
5) Meningkatnya hutang negara.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB 2
4
PERAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBARANTASAN KORUPSI
5
pemikiran maupun perasaan kolektif), dan sistem aturan yang berlaku. Karena itu,
korupsi akan lebih efektif diberantas bila pada tiga pilar tersebut dilakukan
langkah-langkah yang terpadu.
BAB 3
6
PERHATIAN PEMERINTAH TERHADAP MASYARAKAT DALAM
UPAYA PEMBERANTAS KORUPSI
7
tetap. Ayat (2): penyerahan premi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan oleh Jaksa Agung atau pejabat yang ditunjuk.
8
Selain memuat pengertian juga muncul beberapa substansi pengaturan
yang secara khusus memberikan perlindungan terhadap pelapor tindak pidana dan
saksi korban dengan tercantumnya pengertian pelapor dan beberapa substansi
pasal yang menjamin hak pelapor dan saksi pelaku yang beritikad baik. Substansi
perlindungan tersebut dengan penambahan Pasa 15 ayat (3) sebagai berikut:
“ Selain kepada Saksi dan/atau Korban, hak yang diberikan dalam kasus
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diberikan kepada Saksi
Pelaku, Pelapor, dan ahli, termasuk pula orang yang dapat memberikan
keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara pidana meskipun tidak
ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia alami sendiri, sepanjang
keterangan orang itu berhubungan dengan tindak pidana “
Hak sebagaimana yang dimaksud pada pasal 5 ayat (2) adalah sebagai
bentuk perlindungan hukum. Hak tersebut adalah
Substansi pasal diatas yang memberikan hak terhadap pelapor dan saksi
pelaku berdasar pertimbangan yang dimuat dalam penjelasan umum Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 2014, sebagai berikut:
9
“Selain Saksi dan Korban, ada pihak lain yang juga memiliki kontribusi
besar untuk mengungkap tindak pidana tertentu, yaitu Saksi Pelaku (justice
collaborator), Pelapor (whistle-blower), dan ahli, termasuk pula orang yang
dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan suatu perkara
pidana meskipun tidak ia dengar sendiri, tidak ia lihat sendiri, dan tidak ia
alami sendiri, sepanjang keterangan orang itu berhubungan dengan tindak
pidana, sehingga terhadap mereka perlu diberikan Perlindungan. Tindak
pidana tertentu tersebut di atas yakni tindak pidana pelanggaran hak asasi
manusia yang berat, tindak pidana korupsi, tindak pidana pencucian uang,
tindak pidana terorisme, tindak pidana perdagangan orang, tindak pidana
narkotika, tindak pidana psikotropika, tindak pidana seksual terhadap anak,
dan tindak pidana lain yang mengakibatkan posisi Saksi dan/atau Korban
dihadapkan pada situasi yang sangat membahayakan jiwanya.”7
7
Bambang Arjuno dkk, “Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Pelapor Tindak Pidana Korupsi
(Whistleblower) Dan Saksi Pelaku Yang Bekerjasama (Justice Collaborator) Di Indonesia”
Volume 4 Nomor 2, Jurnal Selat, Tahun 2017, hal. 148 – 149,
10
BAB 4
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
11
Jurnal/Karya ilmiah
I Ketut Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik Pinatih, “Optimaliasi Peran Serta
Masyarakat dalam Upaya Pemberantasan Korupsi”
Peraturan perundang-undangan
Internet
12