Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
A. KONSEP MEDIS FEBRIS
a) Definisi Febris
Menurut ( Tamsuri. 2006 ) Febris (panas) dapat didefenisikan keadaan ketika
individual mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh terus
menurus lebih dari 37,8 °C peroral atau 37,9°C perrectal karena faktor
eksternal. Sedangkan menurut ( Ann M Arivin. 2000 ) Suhu tubuh dapat
dikatakan normal apabila suhu 36,5 °C - 37,5 °C, febris 37 °C - 40 °C dan
febris > 40 °C. Demam terjadi bila berbagai proses infeksi dan non infeksi
dan berinteraksi dengan mekanisme hospes. Pada perkembangan anak
demam disebbkan oleh agen mikrobiologi yang dapat dikenali dan demam
menghilang sesudah masa yang pendek.
Menurut pendapat lain ( Sodikin. 2012 ) Demam merupakan suatu keaadan
suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Sebagian besar demam pada anak merupakan akibat dari
perubahan pada pusat panas (termogulasi) di hipotalamus penyakit - penyakit
yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang system tubuh. Selain
itu demam mungkin berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas
spesifik dan non spesifik dalam membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi.
b) Etiologi
Febris (Panas) atau demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab
demam selain infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat
regulasi suhu sentral (misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk
mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain:
ketelitian pengambilan riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan
fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium,
serta penunjang lain secara tepat dan holistic (Nurarif, 2015). Demam terjadi
bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat berhubungan
dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan dalam otak sendiri
atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit
bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thabarani, 2015).
Demam sering disebabkan karena; infeksi saluran pernafasan atas,
otitis media, sinusitis, bronchiolitis,pneumonia, pharyngitis, abses gigi, gingi
vostomatitis, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, pyelonephritis,
meningitis, bakterimia, reaksi imun, neoplasma, osteomyelitis (Suriadi,
2006). Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal
dalam Thobaroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya Suhu lingkungan,
Adanya infeksi, Pneumonia, Malaria, Otitis media, Imunisasi.
c) Klasifikasi Demam (Febris)
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) klasifikasi demam adalah sebagai berikut:
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.

4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

d) Patofisiologi/WOC

Agen infeksius mediator inflamasi


Dehidrasi

Monosit/makrifag Tubuh kehilangan cairan

Sitokin pirogen Penurunan cairan intrasel

Mempengaruhi
hipotalamus anterior DEMAM

Peningkatan Meningkatnya Gangguan rasa PH berkurang Peningkatan suhu


evaporasi metabolik tubuh nyaman tubuh

Resiko Kelemahan Tidak bisa tidur Hipertermia


Anoreksia
hipovolemi

Intoleransi Intake makanan


aktivitas Gelisah berkurang

Gangguan Resiko defisit


istirahat tidur nutrisi

e) Tanda dan Gejala


Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5⁰C - 39⁰C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernapasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
f) Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasidari demam adalah:
1. Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
g) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik pada anak demam secara kasar dibagi atas status generalis
secara detil yang menfokuskan pada sumber infeksi. Pemerksaan status
generalis tidak dapat diabaikan karena menentukan apakah pasientertolong
tokis atau tidak toksis. Skala penilaian terdiri dari evaluasi secara menagis,
reaksi terhadap orang tua, variasi keadaan, respon social, warna kulit, dan
status hidrasi. Pemeriksaan awal : Pemeriksaan atas indikasi, kultur darah,
urin atau feses, pengembalian cairan, Serebrospinal, foto toraks, Darah urin
dan feses rutin, morfolografi darah tepi, hitung jenis leokosit.
h) Penatalaksanaan Terapi
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam dapat
dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non farmakologis maupun
kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk
menangani demam pada anak :
1. Tindakan farmakologis Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan
yaitu memberikan antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol atau acetaminophen merupakan obat pilihan pertama
untuk menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10-15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit dengan
puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat muncul kembali
dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat diberikan kembali dengan
jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya. Paracetamol tidak dianjurkan
diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan kenyamanan. Bayi baru
lahir umumnya belum memiliki fungsi hati yang sempurna, sementara
efek samping paracetamol adalah hepatotoksik atau gangguan hati.
Selain itu, peningkatan suhu pada bayi baru lahir yang bugar (sehat)
tanpa resiko infeksi umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan
atau kurang cairan.
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek
antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang
dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk penurun
panas dapat dicapai dengan dosis 5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja
maksimal dalam waktu 1jam dan berlangsung 3-4 jam. Efek penurun
demam lebih cepat dari parasetamol. Ibuprofen memiliki efek
samping yaitu mual, muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran
cerna, rewel, sakit kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih
dapat menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
2. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1) Memberikan minuman yang banyak
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris adalah
sebagai berikut :
1. Pengkajian
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a) Pengkajian
Menurut Nurarif (2015) proses keperawatan pada anak demam/febris adalah
sebagai berikut :
1. Pengkajian
- Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
- Riwayat kesehatan
- Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
- Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
- Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
- Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
- Genogram : Petunjuk anggota keluarga klien.
- Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal,
serta data pemebrian imunisasi pada anak.
- Riwayat sosial : Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien i.
- Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minuman : Biasa klien dengan febris mengalami
nafsu makan, dan susuh untuk makan sehingga kekurang asupan
nutrisi.
2) Pola tidur : Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur
karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi : Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air
besar dan juga bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi
cair.
Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran: Biasanya kesadran klien dengan febris baik
2) Berat badan serta tinggi badan
3) Tanda - tanda vital
Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5 °C, nadi > 80 x menit
4) Head to toe
a. Kepala dan leher : Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau
tidak
b. Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan
/ kelainan.
c. Mata : Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.
d. Telingga, hidung, tenggorokan dan mulut : Bentuk, kebersihan,
fungsi indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien
dengan febris mukosa bibir klien akan kering dan pucat.
e. Thorak dan abdomen : Biasa pernafasan cepat dan dalam,
abdomen biasanya nyeri dan ada peningkatan bising usus bising
usus normal pada bayi 3 - 5 x menit
f. Sistem respirasi : Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan
dalam.
g. Sistem kardiovaskuler : Pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat
h. Sistem muskuloskeletal : Terjadi gangguan apa tidak.
i. Sistem pernafasan : Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal / gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah,
apatis atau koma
3. Pemeriksaan tingkat perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul Aktivitas sosial klien
2) Motorik halus Gerakan yang menggunakan otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk
belajar dan berlatih. Misalnya : memindahkan benda dari tangn satu
ke yang lain, mencoret - coret, menggunting
3) Motorik kasar Gerakan tubuh yang menggunakan otot - otot besar
atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi
oleh kematangan fisik anak contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik turun tangga ( Lerner & Hultsch. 1983)
4) Kognitif dan bahasa Kemampuan klien untuk berbicara dan berhitung.
4. Data penunjang
Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan biasanya
leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun.
5. Data pengobatan
Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,
seperti ibuprofen, paracetamol.
b) Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia b.d agen infeksius mediator inflamasi yang di tandai dengan
peningkata suhu tubuh (D.0130)
2. Resiko hipovelimia b.d penurunan cairan intrasel yang ditandai dengan
dehidrasi, mulut kering turgor kulit menurun (D.0034)
3. Resiko defisit nutrisi b.d anoreksia yang di tandai dengan nafsu makan
menurun (D.0032)
4. Intoleransi Aktivitas b.d meningkatnya metabolik tubuh yang di tandai
dengan kelemahan (D.0056)
5. Gangguan pola tidur b.d suhu tubuh meningkat yang di tandai dengan
rasa tidak nyaman, sulit tidur, rewel (D.0055)
c) Intervensi Keperawatan
NO
DIAGNOSA TUJUAN & KH INTERVENSI

1. Hipertermia Tujuan : Setelah Manajemen Hipertermia


b.d agen dilakukan proses (I.15506)
infeksius keperawatan selama Observasi
mediator 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi akibat
inflamasi yang hipertermia dapat hipertermia (mis.
1. Hipertermia teratasi Dehidrasi, terpapat udara
berhubungan
panas)
dengan agen
infeksius Kriteria Hasil : 2. Monitor suhu tubuh
mediator
Termoregulasi 3. Monitor haluan urine
inflamasi yang
di tandai (L.14134) 4. Monitor komplikasi akibat
dengan - Mengigil menurun hipertermia
peningkata - Kulit merah Terapeutik
suhu tubuh menurun 1. Sediakan lingkungan yang
(D.0130) - Pucat menurun dingin
- Suhu tubuh 2. Longgarkan atau lepaskan
membaik pakaian
- Suhu kulit 3. Berikan cairan oral
membaik 4. Ganti baju tidur setiap hari
jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebihan)
5. Lakukan pengompresan
(misalnya kompres
hangat)
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian obat
farmakologi (antipiretik),
jika perlu
2. Resiko Tujuan : Setelah Manajemen hipovolemia
hipovelimia dilakukan proses (I.03116)
b.d penurunan keperawatan selama Observasi
cairan intrasel 3x24 jam diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
yang ditandai resiko hipovolemia hopovolemia (mis.
dengan tidak sampai terjadi Frekuensi nadi meningkat,
dehidrasi, dan dapat diatasi nadi terabah lemah,
mulut kering Kriteria Hasil : tekanan darah menurun,
turgor kulit Status Cairan turgor kulit menurun,
menurun (L.03028) membran mukosa kering,
(D.0034) - Kekuatan nadi volume urine menurun)
meningkat 2. Monitor intake dan output
- Turgor kulit cairan
meningkat output Terapeutik
urin meningkat 1. Hitung kebutuhan cairan
- Membran mukosa 2. Berikan posisi modified
membaik trendelenburg
- Suhu tubuh 3. Berikan asupan cairan oral
membaik Edukasi
- Intake cairan 1. Anjurkan memperbanyak
membaik asupan cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
Glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mid.
Albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
3. Resiko defisit Tujuan : Setelah Manajemen nutrisi (I.03119)
nutrisi b.d dilakukan proses Observasi
anoreksia yang keperawatan selama 1. Identifikasi alergi dan
di tandai 3x24 jam diharapkan intoleransi makanan
dengan nafsu resiko defisit nutrisi 2. Identifikasi makanan yang
makan tidak sampai terjadi disukai
menurun dan dapat diatasi 3. Monitor berat badan
(D.0032) Kriteria Hasil : Terapeutik
Status Nutrisi 1. Lakukan oral hygiene
(L.03030) sebelum makan
- Porsi makan yang 2. Sajikan makanan secara
dihabiskan menasik dan suhu yang
meningkat sesuai
- Berat badan 3. Berikan makanan tinggi
membaik serat untuk mencegah
- Frekuensi makan konstipasi
membaik 4. Berikan makanan tinggi
- Nafsu makan kalori dan tinggi protein
membaik 5. Berikan suplemen makan,
jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika
makan
2. Ajak anak untuk makan
bersama
3. Ajarkan anak untuk makan
sendiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan

Anda mungkin juga menyukai