1. Masyarakat tentunya berstigma negatif mengenai penderita ODHA seperti mejaga
jarak karena takut tertular, dijauhi bahkan dikucilkan, tidak mau menggunakan peralatan yang sama dengan penderita ODHA, penolakan kerja atau bergabung pada aktifitas umum. Masyarakat cenderung berbuat diskriminasi karena rasa takut tertular, bahkan beberapa ada yang berasumsi bahwa penyakit tersebut merupakan penyakit kutukan karena mayoritas yang terkena adalah penjaja seks, dll. 2. Tenaga kesehatan tidak mendapat stigma dan diskriminasi, malah terkadang beberapa tenaga kesehatan juga ikut mendiskriminasi pasien ODHA, mereka kurang suka merawat pasien ODHA, menggunakan APD berlebihan, menolak bersalaman, bahkan menolak melakukan pemeriksaan fisik pada pasien ODHA. Sehingga sangat perlu adanya pengetahuan perawat mengenai HI/AIDS agar tenaga kesehatan bisa adil dan proesional terutama pada pasien ODHA. 3. Efek negatif dari aspek psikososial bagi pederita ODHA yakni mereka akan sangat tertekan atas adanya stigma masyarakat dan lingkungan sekitar karena sikap dan perlakuan yang tidak sewajarnya, seperti dikucilkan, tidak mendapat pekerjaan, sehingga mereka merasa malu, ketakutan, depresi bahkan berpikiran untuk bunuh diri. 4. Efek-efek negatif psikososial bagi penderita ODHA yakni depresi, cemas, penurunan harga diri, kekhawatiran dengan sikap publik, masalah citra diri yag negatif, dan isolasi sosial. 5. Diagnosa psikososial penderita ODHA yakni ; Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan Biofisik, Harga Diri Rendah Situasional berhubungan dengan Gangguan Citra Tubuh, dan Isolasi Sosial berhubungan dengan Stigma,gangguan harga diri. 6. Peran agama dan spiritual bagi pederita ODHA yakni pasien cenderung mempunyai keyakinan atas agamanya sehingga kesehatan mentalya tidak begitu terguncang karena ia meyakini bahwa adanya pertolongan dari Tuhan dan hikmah atas apa yang terjadi padanya, bisa menghadapi masalah secara positif, dan ikhlas menerima kenyataan. Semakin tinggi religiusitas maka semakin tinggi penerimaan diri.