Anda di halaman 1dari 11

PERAWATAN LUKA PERINEUM

PADA IBU NIFAS

OLEH :

MEVIANI PUTRI

NPM : 2019201031

DOSEN PENGAMPU : RICKY MANIK, M.HM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MITRA HUSADA MEDAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN

TA 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Akhirnya makalah dengan judul
“Perawatan luka PERINEUM pada ibu nifas“ dapat Saya selesaikan. Makalah ini untuk melengkapi
tugas saya. Melalui makalah Ini yang diharapkan dapat menunjang nilai penulis selama menjalani
Pembelajaran Kuliah. Selain itu, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan informasi &
pengetahuan baru bagi pembaca.

Medan, 24 November 2021

Penulis
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan pembelajaran
4. Manfaat penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. MASA NIFAS
1.Definisi Nifas
2. Perubahan semasa nifas
3. Peran dan tanggung jawab bidan

B. Perawatan luka PERINEUM


1.Definisi luka PERINEUM
2. Perawatan luka Perineum
3. Tujuan dan manfaat perawatan luka PERINEUM
4. Penyebab Luka Perineum

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B.Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Luka Perineum adalah luka yang di akibatkan oleh episiotomy. Episiotomy adalah insisi
dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis.
Tujuan episiotomi adalah untuk mencegah robekan berlebihan pada perineum, membuat
tepi luka rata agar mudah dilakukan heacting, mencegah penyakit atau tahanan pada kepala
dan infeksi, tetapi itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup. Episiotomy tidak
diperbolehkan karena ada indikasi tertentu untuk tetap dilakukan tindakan episiotomy
(Sulistyawati & Nugraheny, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh William, Hicks, dan Herron-Marx (2007) menemukan
bahwa wanita yang menderita trauma perineum, akan mengalami nyeri dan oedem. Trauma
perineum masalah yang paling penting dalam beberapa hari pertama setelah kelahiran, yang
akan mempunyai gejala awal yaitu penurunan mobilitas dan penurunan kemampuan untuk
melakukan aktifitas sehari-hari, kesulitan duduk akibat dari nyeri perineum dapat
menghambat inisiasi menyusui yang akan mempengaruhi ikatan ibu dan bayi. Trauma
perineum akan memperbesar adanya urinary, inkontinansia alvi, dan disfungsi seksual.
Wanita dengan trauma perineum 60% mengalami nyeri selama hubungan seksual tiga bulan
setelah kelahiran dan 30% mengalami nyeri selama enam Bulan.
Royal College of Obstricians and Gynaecologists (RCOG) (2004, dalam Chapman
2013) mengatakan bahwa kelahiran di Inggris Raya 80% terjadi trauma perineum. Robekan
perineum sebagian besar tergolong derajat dua, yang bervariasi dari robekan kecil dan
berbatas tegas sampe robekan yang panjang atau rumit. Tiga bulan pertamaPost partum
hampir 23% ibu mengeluhkan dispareunia, 19% mengeluhkan inkontinensia urine dan 3-10%
mengeluhkan inkontinensia alvi. Ibu post partum mengalami robekan derajat tiga atau
empat sebanyak 0,5-2,5%, dengan resiko kekambuhan 4,5% pada kelahiran per vagina
berikutnya. Teori tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohamed dan El-
Nagger (2012) menemukan bahwa periode post partum adalah periode selama wanita
menyusui, sedangkan secara fisik dan psikologis yaitu post partum. Episiotomi adalah
sayatan melalui jaringan perineal yang dirancang untuk memperbesar saluran vulva selama
persalinan. Sekitar 33% dari wanita dengan persalinan pervaginam memiliki luka episiotomi,
dan sekitar 70% dari wanita yang memiliki kelahiran vagina akan mengalami beberapa
tingkat kerusakan perineum, karena episiotomi memerlukan penjahitan. Kerusakan
perineum dapat menyebabkan nyeri perineum selama dua minggu setelah kelahiran, dan
beberapa wanita mengalami ketidaknyamanan selama hubungan seksual karena adanya
nyeri. Studi menunjukkan bahwa episiotomi dilakukan 97,3% dari 510 wanita primipara yang
memiliki persalinan pervaginam di Tehran.

Penelitian yang dilakukan oleh Priddis et al (2014) menemukan bahwa trauma perineum
derajat tiga dan empat tergolong derajat berat yang mengenai anus dan vagina. Derajat
empat mengalami cedera perineum melibatkan eksternal, internal dan epital dari sfingter
anal. Ibu post partum yang mengalami trauma perineum secara internasional berkisar antara
5-10%. Wanita yang mengalami trauma perineum mempunyai gejala dyspareunia, stres,
inkontinansia urine, inkontinansia alvi, dan resiko menggembangkan penyakit penyerta
termsuk pelvice organ prolapse dan vasicovaginal fistulas.

Persalinan merupakan peristiwa keluarnya bayi, plasenta, dan selaput amnion.


Kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, 50% kematian masa nifas, dan
hampir dari 90% pada proses persalinan banyak yang mengalami robekan

Perineum, baik dengan atau tanpa episiotomy (Ernawati, 2010). Menurut BKKBN (2013
dalam Saidah 2011) angka kematian ibu masih tinggi sebesar 228/100.000 kelahiran hidup,
sedangkan target Nasional yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah 102/100.000
kelahiran hidup. Infeksi nifas masih berperan sebagai penyebab utama kematian ibu
terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Faktor penyebab terjadinya infeksi
nifas diantaranya, daya tahan tubuh yang kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang
gizi, anemia, hygiene yang kurang baik, serta kelelahan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan data dari latar belakang diatas dapat dibuat suatu rumusan Masalah berikut
“Perawatan luka PERINEUM”

3. Tujuan pembelajaran
a. Tujuan Umum
Peneliti secara umum bertujuan untuk melihat Hubungan antara Tingkat
Pendidikan dan Persepsi Ibu tentang Pantangan Makanan dengan Lama
Penyembuhan Luka Perineum pada Ibu Post Partum di Pustu Bendo.
b. Tujuan khusus
1) pendidikan ibu post partum
2) Mengetahui persepsi ibu tentang pantangan makanan pada ibu post
partum
3) Mengetahui lama penyembuhan luka perineum pada ibu
4) Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan lama penyembuhan
luka Perineum pada ibu
5) Menganalisa hubungan persepsi ibu tentang pantangan makanan
dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu

4.Manfaat penelitian

a. Manfaat Umum

1. Bagi tempat penelitian

Dapat memberikan masukan dan pertimbangan maupun informasi guna penyempurnaan


sistem kerja terutama dibidang perawatan luka perineum pada ibu post partum.

b.Manfaat bagi pasien

Mendapatkan mutu pelayanan yang maksimal dengan informasi yang diberikan oleh pihak
kesehatan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh dan merasa nyaman.

c.Bagi perawat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perpustakaan guna menggembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan sehingga pendidikan nantinya akan menghasilkan tenaga
keperawatan yang trampil dan profesional.

d.Bagi institusi pendidikan

Dengan adanya Penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan kepada
mahasiswa keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang khususnya, dan mahasiswa jurusan
lain pada umumnya mengenali lingkup tingkat pendidikan dan persepsi ibu tentang pantangan
makanan berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum post partum. Selain itu juga
penelitian ini diharapkan mampu menjadi tambahan referensi atau acuan bagi peneliti yang ingin
melakukan penelitian sejenis.

e.bagi peneliti

Sebagai bahan menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang keperawatan
terutama perawatan luka perineum, khususnya mengenai hubungan tingkat pendidikan dan persepsi
ibu tentang pantangan makanan dengan lama penyembuhan luka perineum pada ibu post partum.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

B.Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari Bahasa latin yaitu dari
kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti Melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari
rahim karena sebab melahirkan Atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).

Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika Alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas Berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium
(nifas) berlangsung selama 6 minggu Atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan Pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat-Alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-kira 6Minggu.

C.Perubahan Semasa Nifas

Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan Kondisi post partum.
Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan setelah Melahirkan antara lain (Anggraeni, 2010)
:

Perubahan Sistem Reproduksi


1.1 Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum Hamil.
Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi Untuk meraba
dimana Tinggi Fundus Uterinya (TFU).
1.2 Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea berbau amis atau anyir
dengan volume yang berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena
adanya proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu
keluarnya :
a). Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa post partum. Cairan yang
keluar berwarna merah karena terisi darah segar, jaringan sisa-sisa plasenta, dinding
rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b). Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta berlangsung Dari hari ke-4
sampai hari ke-7 post partum.
c). Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung serum, Leukosit, dan
robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14
d). alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama
Lokhea yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan Adanya tanda-
tanda perdarahan sekunder yang mungkin disebabkan oleh Tertinggalnya sisa atau
selaput plasenta. Lokhea alba atau serosa yang berlanjut Dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada Abdomen dan demam. Bila
terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau busuk Yang disebut dengan “lokhea
purulenta”. Pengeluaran lokhea yang tidak lancar Disebut “lokhea statis”.
1.3 Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua
organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih Menonjol.
1.4 Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh
tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post partum hari ke-5, perinium sudah
mendapatkan kembali sebagian tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada
keadaan sebelum hamil.
1.5 Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada
waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya
asupan makan, hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
1.6 Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil
dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih setelah mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut
“diuresis”.
1.7 Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga akan menghentikan
perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu
persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Stabilisasi secara
sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.
1.8 Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah bertambah, sehingga akan
menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi
dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume
darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai
kelima postpartum.
1.9 Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas, tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1). Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit (37,50 -38◦ C) akibat
dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya pada Hari ketiga suhu badan
naik lagi karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila Suhu tidak turun, kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium.
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Denyut nadi Sehabis
melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100x/Menit, harus
waspada kemungkinan dehidrasi, infeksi atau perdarahan post Partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan lebih rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post
partum menandakan terjadinya preeklampsi post partum.
4) Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila
suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada

3.Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

1) Sebagai teman terdekat sekaligus pendamping untuk memberikan Dukungan


yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan Sesuai dengan kebutuhan
ibu agar mengurangi ketegangan fisik Dan psikologis selama persalinan dan
nifas.
2) Sebagai pendidik dalam asuhan pemberian pendidikan kesehatanTerhadap ibu
dan keluarga.
3) Sebagai pelaksana asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawatan,
pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi Dini komplikasi masa
nifas.

B.Perwatan Luka Perineum


1. Definisi Luka Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala kepala
janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboccipito bbregmatika.

2.Penyebab Luka Perineum

Hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Umumnya
terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran
yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboccipito bbregmatika.

2. Cara Mengatasi luka perineum

Menurut Anggraeni (2010), Bahiyatun (2013), Reeder, Martin & Koniak-griffin (2012) cara
merawat luka perineum adalah sebagai berikut :

a) Cuci tangan dengan air mengalir. Berguna untuk mengurangi risiko infeksi dengan menghilangkan
mikroorganisme.

b) Lepas pembalut yang digunakan dari depan ke belakang. Pembalut hendaknya diganti setiap 4-6
jam setiap sehari atau setiap berkemih, defekasi dan mandi.

c) Cebok dari arah depan ke belakang.

d) Mencuci daerah genital dengan air bersih atau matang dan sabun setiap kali habis BAK atau BAB.

e) Waslap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan waslap yang sudah ada busa sabun
tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak dibersihkan dengan
benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahitan dan menjadi tempat kuman berkembang
biak.

3. Tujuan dan manfaat Perawatan Luka Perineum

Adapun tujuan dari perawatan luka perineum menurut Kumalasari (2015) Yaitu sebagai berikut:

a.Menjaga kebersihan daerah kemaluan

b.Mengurangi nyeri dan meningkatkan rasa nyaman pada ibu

c.Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan Membrane mukosa

d.Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan

e.Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan

F.Membersihkan luka dari benda asing atau debris

g.Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

Manfaatnya:

a.Mengurangi rasa ketidaknyamanan

b.Mengurangi risiko terjadinya infeksi, dan


c. Meningkatkan penyembuhan luka jahitan

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Perawatan luka perineum adalah suatu usaha dalam menjaga/memelihara Daerah perineum
yang mengalami luka setelah proses melahirkan. Untuk Mencegah terjadinya infeksi perlu
diperhatikan perawatan perineum yang benar. Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan ibu nifas Tentang perawatan luka perineum Hal ini Dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan. Sedangkan, sikap ibu nifas dalam perawatan luka
perineum berada dalam kategori Positif sebesar 58%. Dalam penentuan sikap yang utuh,
pengetahuan, pikiran,Keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap yang ditimbulkan
oleh Ibu nifas dalam penelitian ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu Pengalaman pribadi
dan pendidika

B.Saran

1. Bagi Masyarakat

Perawatan perineum yang benar setelah melahirkan terutama Bagi ibu nifas yang mengalami
luka perineum, karena sangat bermanfaat Untuk kesehatan ibu setelah persalinan. Selain itu dapat
meningkatkan pengetahuan dan informasi tentang perawatan luka perineum dengan Membaca
buku, artikel atau informasi lainnya.

2.Bagi Tenaga Kesehatan

Bagi tenaga kesehatan disarankan untuk selalu melaksanakan penyuluhan Pada saat masa nifas
(PNC) tentang perawatan luka perineum sebagai Salah satu pencegahan terhadap infeksi perineum.

3.Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya hendaknya dapat meneliti variabel lain yang Mencakup lebih luas dengan
menggunakan metode penelitian yang Berbeda sehingga dapat mengetahui faktor-faktor penyebab
lainnya yang Dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap ibu nifas dalam perawatan Luka
perineum .

Anda mungkin juga menyukai