Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUBUNGAN STATUS GIZI TINGKAT KECUKUPAN


ENERRGI DAN ZAT GIZI DENGAN KECEPATAN PDA
ATLET HOCKEY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah …..

Dosen Pengampu

Dr……

Disusun oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dalam
penyusunan makalah “HUBUNGAN STATUS GIZI TINGKAT KECUKUPAN
ENERRGI DAN ZAT GIZI DENGAN KECEPATAN PDA ATLET HOCKEY”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama
Islam yang dibimbing oleh Bapak Dr. Winarto. Kami ucapkan terimakasih kepada pihak
yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini

Saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
karenaketerbatasan pengetahuan saya, untuk itu kritik dan saran sangat saya harapkan
demi kesempurnaan saya dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.

Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas


makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca maupun penulis, Aamiin.

Malang, Desember 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A. Kebutuhan Zat Gizi Bagi Atlet............................................................. 3


B. Hubungan Status Gizi dengan Kecepatan............................................. 7
C. Hubungan Rata-Rata Tingkat Kecukupan Asupan dengan
Kecepatan Atlet Hockey....................................................................... 6
D. Pengaruh Gizi terhadap Prestasi Atlet Hockey..................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 11

A. Kesimpulan........................................................................................... 11
B. Saran..................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sagat berperan dalam


peningkatan prestasi bagi olahragawan. Makanan merupakan sumber energi
yang utama bagi manusia. Sumber energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan
dalam melakukan aktivitas khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses
pembentukan energi dalam tubuh sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang
atlit.

Makanan sangat penting bagi makluk hidup, termasuk bagi manusia.


Makanan merupakan bidang interaksi antara manusia dan lingkungannya, dari
lingkunganlah makanan diperoleh. Lingkungan mempengaruhi gizi, ciri-ciri
ragawi dan kesehatan. Gangguan dalam gizi mencerminkan gangguan
keseimbangan dengan lingkungan. Gizi memang merupakan masalah biokultural
pada manusia. Manusia memang polifag, mempunyai spektrum makanan yang
luas, dan pemakan segala (omnivor), tetapi tidak segala-galanya dimakan
manusia. Makanan yang kita makan sehari-hari dipecah menjadi partikel-
partikel kecil di dalam saluran pencernaan untuk diabsorpsi dan ditranport ke
berbagai sel-sel di dalam tubuh. Sel-sel tubuh menstranformasi ke dalam energi
kimia dalam bentuk sederhana yang dapat dipergunakan segera atau bentuk lain
sebagai cadangan. Tubuh manusia terdapat sejumlah sistem metabolisme energi
yang dapat menyediakan energi sesuai kebutuhan ketika beristirahat atau
exercise.

Makanan merupakan sumber energi yang utama bagi manusia. Sumber


energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas
khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses pembentukan energi dalam tubuh
sangat berpengaruh terhadap prestasi seseorang. Jumlah energi yang terbentuk
tergantung berbagai faktor, antara lain: konsentrasi substrat yang menjadi bahan
baku energi dan intensitas olahraga yang dilakukan.

1
Asupan gizi bagi atlet yang terkait dengan olahraga mempunyai arti
penting selai untuk mempertahankan kebugaran juga untuk meningkatkan
prestasi atlet tersebut dalam cabang olahraga yang diikutinya. Kebutuhan gizi
bagi para atlet mempunyai kekhususan karena tergantung cabang olahraga yang
dilakukan.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Kebutuhan Zat Gizi Bagi Atlet ?
2. Jelaskan tentang Hubungan Status Gizi dengan Kecepatan ?
3. Jelaskan tentang Hubungan Rata-Rata Tingkat Kecukupan Asupan dengan
Kecepatan Atlet Hockey ?
4. Bagaimana pengaruh gizi terhadap prestasi atlet Hockey ?

C. Tujuan Masalah
1. Mahasiswa dapat mengetahui Kebutuhan Zat Gizi Bagi Atlet.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Status Gizi dengan Kecepatan.
3. Mahasiswa dapat mengetahui Hubungan Rata-Rata Tingkat Kecukupan
Asupan dengan Kecepatan Atlet Hockey.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh gizi terhadap prestasi atlet Hockey.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kebutuhan Zat Gizi Bagi Atlet

Makanan untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat
digunakannya zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Aktivitas olahraga
metabolisme optimal dari makronutrien, metabolisme optimal makronutrien
tergantung dari adanya dan ketersediaannya mikronutrien. Makronutrien
dan mikronutrien sangat dibutuhkan untuk menghasilkan energi sehingga
atlet dapat tampil maksimal dalam setiap aktivitas olahraga. Menu atlet
harus berdasarkan jumlah kebutuhan energi dan komposisi gizi penghasil
energi yang seimbang.

1. Kebutuhan Energi

Gerakan tubuh saat melakukan olahraga dapat terjadi karena adanya


otot yang berkontaksi, jenis olahraga aerobik dan anaerobik keduanya
memerlukan asupan energi yang cukup, namun penetapan kebutuhan energi
secara tepat tidak sederhana dan sangat sulit.

Besarnya kebutuhan energi tergantung dari energi yang digunakan


setiap hari, kebutuhan energi dapat dihitung dengan memperhatikan
beberapa komponen penggunaan energi. Komponen-komponen tersebut
yaitu Basal Metabolic Rate (BMR), Specific Dynamic Action (SDA),
Aktivitas fisik dan Faktor pertumbuhan.

a. Basal Metabolic Rate (BMR)

Basal Metabolic Rate (BMR) adalah jumlah energi yang


dikeluarkan untuk aktivitas vital tubuh, seperti denyut jantung,
bernafas, transmisi listrik pada otot dan syaraf dan lain-lain. BMR
untuk setiap orang dipengaruhi oleh umur, massa tubuh, komposisi
tubuh dan jenis kelamin. BMR juga dipengaruhi oleh perubahan
faktor lingkungan, seperti suhu, kelembaban, ketinggian tempat

3
berlatih dan keadaan emosi tertentu, seperti rasa takut, cemas dan
ketegangan.

b. Aktivitas Fisik

Setiap aktivitas fisik memerlukan energi untuk bergerak.


Pengerluaran energi untuk aktivitas fisik harian ditentukan oleh
jenis, intensitas dan lama aktivitas fisik. Estimasi energi yang
dikeluarkan oleh berbagai aktivitas fisik sangat sulit dilakukan
secara teliti.

c. Pengeluaran energi (energy Expenditure)

Pengeluaran energi untuk latihan fisik dan olahraga ditentukan


oleh jenis olahraga, intensitas dan lamanya latihan fisik dan
olahraga.

2. Kebutuhan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang


peranan sangat penting untuk seorang atlet dalam melakukan olahraga.
Untuk berolahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat
yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan
dalam otot dan hati. Selama beberapa menit, permulaan kerja glukosa
darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan
glikogen otot dan hati. Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot
untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami
perubahan menjadi glukosa yang akan masuk ke peredaran darah untuk
selanjutnya dipergunakan oleh otot.

3. Kebutuhan Lemak

Lemak atau disebut trigliserida yang digunakan untuk


pembentukan energi terutama berasal dari lemak endogen yaitu lemak
yang dibentuk tubuh dalam keadaan masukan energi dari makanan
melebihi kebutuhan energi. Lemak dalam tubuh berperan sebagai sumber
energi terutama pada olahraga dengan intesitas sedang dalam waktu

4
lama, misalnya olahraga endurans. Pada olahraga endurans, lemak dapat
dipergunakan, pertama-tama harus dipecah dahulu mejadi asam lemak
dan gliserol. Asam lemak bebas diangkut ke jaringan lain khususnya ke
otot dan dipergunakan sebagai sumber energi. Pembentukan energi dari
asam lemak membutuhkan oksigen lebih banyak dibandingkan
karbohidrat, oleh karnea itu tidak dapat diharapkan pada olahraga berat
dalam waktu singkat.

4. Kebutuhan Protein

Protein tidak merupakan subsrat penghasil energi yang bermakna


selama berolahraga oleh karena hanya 5-10% dari total energi yang
dikeluarkan berasal dari protein. Protein dalam makanan dibutuhkan
sebanyak 10-15% dari total energi, dengan perbandingan protein hewani
dan nabati 1:1. Atlet tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan sumber
protein yang berlebihan. Asupan protein yang berlebihan akan diubah
menjadi lemak badan. Selain itu menyebabkan diuresis berlebihan,
sehingga dapat mengakibatkan dehidrasi.

5. Kebutuhan Vitamin

Vitamin dalam makanan tidak menghasilkan energi. Namun


vitamin sangat penting terutama untuk mengatur dan membantu reaksi
kimia zat gizi penghasil energi sebagai koenzim. Pada seorang atlet,
kebutuhan vitamin terutama vitamin yang larut dalam air (vitamin B
kompleks dan vitamin C) meningkat sesuai dengan meningkatnya
kebutuhan energi. Kebutuhan terhadap vitamin lainpun meningkat
namun tidak berbeda jauh jumlahnya dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan. Apabila makanan yang dikonsumsi memenuhi kebutuhan
jumlah energi dan komposisi gizi seimbang, maka kebutuhan vitamin
dapat dipenuhi.

6. Kebutuhan Mineral

Atlet umumnya membutuhkan mineral tidak berbeda jauh dengan


kebutuhan mineral yang terdapat pada angka kecukupan gizi yang

5
dianjurkan. Kebutuhan mineral akan terpenuhi apabila atlet
mengkonsumsi makanan dalam jumlah energi dan komposisi gizi
seimbang sesuai dengan aktivitas olahraga. Mineral dibutuhkan terutama
untuk mengatur dan membantu reaksi kimia zat gizi penghasil energi dan
sebagai ko-faktor.

B. Hubungan Status Gizi dengan Kecepatan pada Atlet Hockey

Gizi mempunyai peran besar dalam setiap kehidupan. Dalam tahap


kehidupan terkait dengan satu set prioritas nutrien yang berbeda. Setiap
orang disepanjang kehidupan membutuhkan nutrien yang sama, namun
dalam jumlah yang berbeda. Nutrien tertentu yang didapat dari makanan,
melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrient
yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi status gizi ada dua yaitu penyebab langsung dan tidak
langsung.

Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi.


Timbulnya Kekurangan Energi Protein (KEP) tidak hanya disebabkan
karena kurangnya konsumsi makanan tetapi juga disebabkan oleh penyakit.
Anak yang mendapat makanan cukup tetapi sering terserang diare atau
demam dapat menderita KEP. Sebaliknya anak yang tidak cukup makanan,
daya tahan tubuh akan melemah, mudah terserang infeksi, kurang nafsu
makan dan akhirnya KEP (Soekirman, 1999/2000).

Kekurangan Energi Protein walaupun masih ringan mempunyai


pengaruh negatifterhadap daya tahan tubuh anak terhadap infeksi, dan
infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan gizi anak (Depkes RI,
1999) Penyebab tidak langsung yang mempengaruhi status gizi yaitu
ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan pada anak serta
pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun
gizinya.

6
Pola pengasuhan anak adalah kemampuan keluarga dan masyarakat
untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar
tumbuh kembang dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental, dan sosial.
Pelayanan kesehatan meliputi sanitasi lingkungan, tersedianya air bersih dan
tersedianya pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga
(Soekirman, 1999/2000).

Adanya seleksi untuk membentuk tim yang baru membuat atlet dari
berbagai klub hoki beradaptasi terhadap jenis dan pola latihan yang
mungkin saja berbeda dengan yang dilakukan pada klub sebelumnya.
Perbedaan jenis dan pola latihan yang berbeda dari setiap klub hoki inilah
yang diduga menjadi salah satu faktor tidak signifikannya hasil penelitian
ini. Selain berat badan dan tinggi badan yang menentukan IMT seorang atlet
yang kemudian juga akan menentukan kemampuan kecepatan seorang atlet,
faktor latihan dan aktivitas fisik juga menjadi faktor lainnya yang
mempengaruhi kemampuan dan performa kecepatan seorang atlet.

Perbedaan aktivitas fisik setiap atlet hoki yang menjadi subjek


penelitian juga diduga menjadi penyebab tidak signifikannya hasil
penelitian. Usia atlet yang masih remaja serta aktivitas sekolah beserta
ekstrakurikuler yang spesifik dan berbeda-beda tentu akan mempengaruhi
kondisi fisik yang akan berdampak pada performa kecepatan terutama pada
saat tes kecepatan dilakukan.

C. Hubungan Rata-Rata Tingkat Kecukupan Asupan dengan


Kecepatan Atlet Hockey

Tingkat kecukupan asupan energi dan zat gizi menjadi tidak


terkontrol yang pada jangka waktu panjang akan berpengaruh terhadap
status gizi atlet, dimana status gizi atlet tentu akan menentukan kondisi
fisiologis serta performa atlet baik saat latihan maupun bertanding. Atlet
hoki yang menjadi subjek penelitian merupakan atlet hoki usia remaja yang
merupakan masa pertumbuhan optimal serta fase paling produktif dalam

7
perkembangan kemampuan motorik atlet. Selain itu atlet remaja juga
memiliki aktivitas fisik yang sangat padat yaitu aktivitas sekolah, kegiatan
ekstrakurikuler maupun kegiatan di luar sekolah, ditambah dengan aktivitas
latihan rutin. Hal ini tentu membutuhkanasupanenergimaupunzatgiziyang
lebih besar dibandingkan dengan usia lainnya.

Adapun telah disebutkan sebelumnya pula bahwa IMT dan berat


badan memiliki korelasi yang signifikan terhadap kecepatan atlet. Jika atlet
hoki memiliki berat badan berlebih tentu akan menghasilkan nilai IMT yang
tinggi pula sehingga performa kecepatannya akan mengalami penurunan. Di
sisi lain jika atlet hoki memiliki berat badan yang kurang memang akan
menghasilkan nilai IMT yang rendah tetapi bukan berarti atlet tersebut pasti
menunjukkan performa kecepatan yang sangat baik, karena semakin rendah
nilai IMT menunjukkan status gizi yang kurang sehingga tentu akan
menurunkan performa.

Selain itu pemenuhan energi sesuai dengan kebutuhan dapat


ditentukan dari kualitas maupun kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi
atlet, kondisi fisik, latihan serta aktivitas fisik yang dilakukan atlet tersebut
(Sitorus, 2009). Tidak hanya energi, terpenuhinya kebutuhan karbohidrat
pada atlet juga pada akhirnya akan mempengaruhi performa atlet baik saat
latihan maupun bertanding. Karbohidrat berperan sebagai sumber energi
selama latihan maupun bertanding. Asupan karbohidrat berkaitan dengan
pengaturan kadar gula darah dan simpanan glikogen dalam otot maupun
liver, dimana gula darah maupun simpanan glikogen akan berdampak pada
laju produksi energi (Karyamitha & Adhi, 2012).

D. Pengaruh Gizi terhadap Prestasi Atlet Hockey

Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan


mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan
berkelanjutan melalui kompetisi/pertandingan untuk mencapai prestasi
dengan dukungan dan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragawan.

8
Olahraga prestasi dilakukan untuk setiap orang yang memiliki bakat
kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi (berdasarka UU Sistem
Keolahragaan No. 3 tahun 2005 dalam Kemenkes RI, 2014)

Kebutuhan energi merupakan prioritas yang utama bagi atlet.


Keseimbangan energi untuk menjaga masa jaringan-jaringan, imun dan
fungsi-fungsi reproduksi, dan penampilan optimal atlet. Keseimbangan
energi ini didefinisikan sebagai pemasukan energi (energi yang dihasilkan
dari makanan, cairan, dan produk suplement) dikali pengeluaran energi
(pengeluaran energi, basal metabolisme, efek-efek dari pemasukan
makanan, dan aktivitas fisik).

Dengan pemasukan energi, lemak dan masa otot dapat digunakan


oleh tubuh untuk sumber cadangan energi. Pengeluaran energi dapat
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, massa tubuh, berat lemak tubuh,
intensitas, frekuensi dan durasi latihan. Untuk atlet, rekomendasi yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi macam-macam latihan untuk intensitas,
frekuensi, dan durasi, kemudian untuk menghitung pemasukan energi untuk
aktivitas normal. Banyak atlet yang memerluka konsumsi enrgi yang cukup
untuk menjaga berat dan komposisi tubuh selama melakukan aktivitas atau
berolahraga.

Untuk memperoleh prestasi yang optimal , perlu disusun


perencanaan makanan berjangka, baik jangka pendek, menengah maupun
jangka panjang yang selanjutnya dijabarkan dalam program perencanaan
makanan atlet Pemeliharaan status gizi; dapat dimulai sejak awal periode
persiapan apabila atlet telah memiliki status gizi normal, sedangkan atlet
yang belum memiliki status gizi normal pemeliharaan status gizi dilakukan
setelah status gizi normal tercapai.

Pada tahap ini diharapkan status gizi sudah mencapai tingkat yang
optimal dan fisik atlet sudah beradaptasi dengan intensitas latihan yang
tinggi. Selama tahap pemeliharaan status gizi, atlet harus mampu
mempertahankan kondisinya dengan memperhatikan faktor pengaturan
makanan. Komposisi gizi tetap seimbang dan perlu monitoring status gizi

9
atlet berdasarkan berat badan,persentase lemak (lean body weight). .
Perencanaan makanan atlet perlu diselaraskan dengan perencanaan program
latihan meliputi : periode persiapan, pertandingan dan transisi. Perencanaan
gizi meliputi 4 (empat) hal, yakni:

1. Perbaikan status gizi; pada umumnya perbaikan status gizi


dilaksanakan pada periode persiapan umum. Tujuan pengaturan
makanan pada tahap ini mencakup upaya:

a. Meningkatkan status gizi antara lain: menambah berat badan,


meningkatkan kadar Hb.

b. Menurunkan berat badan terutama atlet cabang olahraga yang


memerlukan klasifikasi berat badan.

2. Makanan untuk meningkatkan status gizi:

1) Kebutuhan energi dan zat gizi ditentukan menurut umur,


berat badan, jenis kelamin dan aktivitas. Atlet pada usia
pertumbuhan yang status gizinya kurang baik, kebutuhan
protein lebih tinggi daripada atlet usia dewasa.

2) Susunan menu seimbang, yang berasal dari beraneka


ragam bahan makanan, vitamin dan mineral sesuai dengan
kebutuhan.

3. Pemeliharaan status gizi; dapat dimulai sejak awal periode


persiapan apabila atlet telah memiliki status gizi normal, sedangkan
atlet yang belum memiliki status gizi normal pemeliharaan status
gizi dilakukan setelah status gizi normal tercapai. Pada tahap ini
diharapkan status gizi sudah mencapai tingkat yang optimal dan
fisik atlet sudah beradaptasi dengan intensitas latihan yang tinggi.
Selama tahap pemeliharaan status gizi, atlet harus mampu
mempertahankan kondisinya dengan memperhatikan faktor
pengaturan makanan.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permainan hockey diketahui merupakan permainan yang
membutuhkan banyak energi, dimana para pemain hockey dituntut untuk
memiliki tingkat kondisi fisik yang baik agar mampu mencapai prestasi yang
optimal selama pertandingan. Adapun kondisi fisik yang optimal selama
bertanding tidak akan tercapai apabila tidak didukung dengan asupan energi
dan zat gizi yang memadai.
Nutrisi salah satu faktor yang sagat berperan dalam peningkatan
prestasi bagi olahragawan khususnya pada cabang Olahraga Hockey.
Makanan merupakan sumber energi yang utama bagi manusia. Sumber
energi bagi tubuh manusia sangat diperlukan dalam melakukan aktivitas
khususnya olahraga. Cepat lambatnya proses pembentukan energi dalam
tubuh sangat berpengaruh terhadap prestasi seorang atlit. Olahraga adalah
salah satu bentuk aktivitas fisik yang dilakukan secara terstuktur, terencana
dan berkesinambungan dengan mengikuti aturan-aturan tertentu dan
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan prestasi.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran
dari pembaca sangat kami harapkan. Jika ada yang kurang dimengerti, bisa
mengacu pada rujukan yang kami gunakan. Saran kami dalam pembuatan
makalah yaitu dengan lebih banyak mencari bahan dan sumber rujukan atau
referensi agar dapat membuat materi yang lebih baik lagi dari pada yang
kami buat. Selain itu perhatikan poin poin yang ada.

11
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip dasar ilmu gizi.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Amin, N., & Lestari, Y. (2017). Relationship of energy and nutrients adequacy on
nutritional status of football players aged 9-12 years. Proceeding of Surabaya
International Health Conference (pp. 527-534). Surabaya: Universitas Nadhlatul Ulama
Surabaya

Husaini. (2000). Kebutuhan protein untuk berprestasi optimal. Dalam Ditjen


Kesehatan Masyarakat dan Ditjen Gizi Masyarakat, Pedoman pelatihan gizi olahraga
untuk prestasi (pp. 38- 43). Jakarta: Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial RI.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Pedoman Gizi Olahraga Prestasi. Jakarta : Kemenkes
Supeno. 2013. Ilmu Gizi Olahraga, Jogjakarta : AG Publishing

Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1997. Gizi Olahraga untuk Prestasi. Jakarta :
Departemen Kesehatan

Syafrizal. 2009. Gizi Olah Raga. Padang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Padang

Khasanatun, Siti. 2016. Makalah Dasar Perhitungan Kebutuhan Atlet dan Performance
Fisik. Padang : Poltekkes Kemenkes Padang

12

Anda mungkin juga menyukai