Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH NET PROFIT MARGIN, DEBT TO EQUITY RATI , CURRENT

RATIO, DAN SALES GROWTH TERHADAP HARGA SAHAM


PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2016-2020

RENCANA SKRIPSI

Oleh
GILANG SURYA CIPUTRA
NPM : 1731019324

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2021
PENGARUH NET PROFIT MARGIN, DEBT TO EQUITY RATI , CURRENT
RATIO, DAN SALES GROWTH TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2016-2020

RENCANA SKRIPSI

Oleh
GILANG SURYA CIPUTRA
NPM : 1731019324

Diajukan Untuk Menulis Skripsi


Pada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Universitas Wijayakususma
Purwokerto

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
PURWOKERTO
2021

ii
Rencana Skripsi Berjudul :

PENGARUH NET PROFIT MARGIN, DEBT TO EQUITY RATI , CURRENT


RATIO, DAN SALES GROWTH TERHADAP HARGA SAHAM
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BEI
TAHUN 2016-2020

Dipersiapkan dan disusun oleh :


Nama : Gilang Surya Ciputra
NPM : 1731019324

Telah diketahui dan disahkan pada :


Hari :
Tanggal :
Tempat : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Wijayakusuma
Purwokerto

Dosen Pembimbing I

Harsuti, S.E., M.Si


NIS. 6100732063

Dosen Pembimbing II

Hj. Siti Muntahanah, S.E., M.Si


NIS. 6100732065

Mengetahui

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Program Studi Manajemen


Dekan, Ketua,

Dr. H. Heru Cahyo, M.Si H. Ady Achadi, S.E., M.Si


NIS. 6100732047 NIS. 6100735093

iii
RENCANA SKRIPSI
Judul : Pengaruh Net Profit Margin, Debt To Equity Ratio, Current
Ratio, Dan Sales Growth Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2016-
2020
Pelaksana : Gilang Surya Ciputra
NPM : 1731019324

A. Latar Belakang
Pasar modal memiliki peran yang penting dalam kegiatan perekonomian
suatu negara, terutama di negara yang sudah maju dan negara yang sedang
berkembang yang menganut sistem ekonomi pasar yaitu sebagai penggerak
pembangunan ekonomi nasional. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar
yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal,
dimana ada pedagang, pembeli dan juga tawar menawar harga. Pasar modal
dapat juga diartikan sebagai sebuah wahana yang mempertemukan pihak
yang membutuhkan dana dengan pihak yang menyediakan dana sesuai
dengan aturan yang ditetapkan oleh lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Menurut Fahmi (2012), saham merupakan tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan. Harga
saham merupakan harga yang terbentuk dari permintaan dan penawaran
saham oleh pelaku pasar di pasar modal. Harga saham sangat penting bagi
perusahaan karena hal tesebut yang mendasari para investor untuk membeli
saham sebagai bentuk investasinya kepada perusahaan. Investasi saham
tersebut diperlukan perusahaan untuk memperoleh tambahan modal, agar
dapat menjalankan perusahaannya. Menurut Oktaviani ( 2017 ), suatu
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan tentu memiliki tujuan
yang ingin dicapai oleh pemilik atau pemegang perusahaan. Keuntungan
perusahaan yang nantinya diperoleh merupakan suatu pencapaian target yang
telah ditentukan sebelumnya. Pencapaian target sangatlah penting bagi
perusahaan karena dengan pencapaian target yang telah ditetapkan atau

4
melebihi target yang ditetapkan, hal ini merupakan prestasi tersendiri bagi
pihak manajemen perusahaan. Prestasi ini merupakan ukuran untuk menilai
kesuksesan dalam pengelolaan perusahaan tersebut. Demikian pula
sebaliknya, apabila perusahaan gagal dalam mencapai target, hal ini
merupakan cermin kegagalan manajemen dalam pengelolaan perusahaan.
Kebangkrutan perusahaan merupakan salah satu fenomena yang sering
terjadi dalam dunia usaha baik dipengaruhi oleh pihak internal maupun
eksternal perusahaan. Misalnya terjadi kenaikan biaya bahan baku, biaya
upah, biaya listrik, atau biaya lainnya tanpa diimbangi dengan kemampuan
perusahaan, adanya produk pesaing yang lebih unggul sehingga
mempengaruhi penjualan dan ketidakmampuan manajer dalam melakukan
manajemen perusahaan. Kejadian tersebut secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap penurunan kinerja perusahaan dan dapat menyebabkan
perusahaan mengalami kebangkrutan. Untuk mengantisipasi terjadinya
kebangkrutan maka perusahaan harus mempunyai persiapan dini untuk
mencegah agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Perusahaan diharapkan
dapat menilai kondisi perusahaan yang sedang berjalan agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi perusahaan sekarang ini,
sehingga dapat mengetahui tindakan apa yang tepat untuk mempertahankan
dan memperbaiki kekurangan perusahaan agar dapat bertahan dan bersaing.
Untuk mengantisipasi terjadinya kebangkrutan maka perusahaan harus
mempunyai persiapan dini untuk mencegah agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan. Perusahaan diharapkan dapat menilai kondisi perusahaan yang
sedang berjalan agar memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai
kondisi perusahaan sekarang ini, sehingga dapat mengetahui tindakan apa
yang tepat untuk mempertahankan dan memperbaiki kekurangan perusahaan
agar dapat bertahan dan bersaing.
Kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu cara yang
dilakukan yaitu dengan analisis terhadap laporan keuangan. Analisis terhadap
laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui
tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan

5
suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan,
analisis kelemahan dan kekuatan di bid ang finansial akan sangat membantu
dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang.
Menurut Sunardi (2018), laporan keuangan yang disusun secara baik dan
akurat dapat memberikan gambaran keadaaan yang nyata mengenai hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu
tertentu, keadaan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan.
Keuntungan suatu perusahaan dari investasi yang dilakukan merupakan salah
satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam melakukan investasi,
karena akan mempengaruhi harga saham. Harga saham merupakan nilai
sekarang (present value) dari penghasilan-penghasilan yang akan diterima
oleh pemodal di masa yang akan datang (Husnan, 2009). Para emiten yang
dapat menghasilkan laba yang semakin tinggi akan meningkatkan tingkat
pengembalian yang diperoleh investor yang tercermin dari harga saham
perusahaan tersebut (Patriawan, 2011). Pergerakan harga saham dipasar
sangat sulit ditebak yang menyebabkan risiko. Risiko yang utama
ditimbulkan dari investasi saham ini adalah variasi harga saham yang terjadi
setiap waktu.
Menurut Suarjaya (2016) perusahaan pertambangan merupakan salah
satu pilar pembangunan ekonomi nasional, dan sebagian besar hasil
pertambangan di Indonesia diekspor ke luar negeri, sehingga sektor
pertambangan merupakan salah satu sektor yang menjanjikan untuk dijadikan
tempat berinvestasi. Perusahaan tambang Indonesia tahun 2015 mengalami
penurunan harga komoditas sebesar 25% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini
yang mendorong perusahaan pertambangan harus berupaya keras
meningkatkan produktivitas, pengurangan biaya dan disiplin modal selama
masa sulit industri ini. Hal ini menyebabkan penurunan yang signifikan atas
kinerja keuangan perusahaan pertambangan di Indonesia. Tahun 2016
mengalami pertambangan positif sebesar 1,06%. Salah satu penyebabnya
adalah kenaikan harga komoditas Internasional. Sehingga meskipun volume
ekspor pertambangan masih stagnan, namun secara nilai sudah lebih baik. Ini

6
membuat industri pertambangan kembali bergairah. Sektor pertambangan
kuartal pertama tahun 2017 mencatat penurunan 0,49%. Penurunan tersebut
terjadi karena penurunan produksi harian gas alam, minyak mentah, dan
kondensat. Pada tahun 2018 sektor pertambangan mengalami pertumbuhan
paling kecil di level 0,74%. Meski tumbuh paling kecil, sektor pertambangan
mulai bangkit dari keterpurukannya dari periode yang sama tahun lalu yang
tumbuh negatif -1,22%. Indeks sektor pertambangan kembali tumbuh negatif
sebesar 12,83%. Anjloknya kinerja indeks sektor pertambangan tidak bisa
lepas dari turunnya harga batubara sepanjang 2019.
Harga saham merupakan harga yang dibentuk dari interaksi para penjual
dan pembeli saham yang dilatarbelakangi oleh harapan terhadap profit
perusahaan. Kondisi permintaan atau penawaran atas saham yang fluktuatif
tiap harinya akan membawa pola harga saham yang fluktuatif juga (Saptadi,
2007). Selisih antara harga beli dengan harga jual saham merupakan
keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya
(Hartono, 2008).
NPM adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin
besar nilai NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif sehingga
akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut (Ashari, 2005). DER menggambarkan sampai sejauh
mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.
Semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham (Barlian, 2003).
Menurut Riyanto (2001), current ratio merupakan ukuran yang berharga
untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi current
obligationnya. Menurut Munawir (2007), rasio lancar (current ratio) yaitu
perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar, rasio ini
menunjukan bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang)
ada sekian kali hutang jangka pendek. Menurut Sawir (2011), current ratio
merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek, karena rasio ini

7
menunjukan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh
aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama
dengan jatuh tempo utang. Jadi menurut pengertian di atas current ratio
adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo dengan
menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Hendri, 2015).
Sales growth mencerminkan kemampuan perusahaan dari waktu ke
waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan suatu perusahaan maka
perusahaan tersebut berhasil menjala nkan strateginya. Menurut Fahmi
(2014), sales growth adalah rasio pertumbuhan yaitu rasio yang mengukur
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di
dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum. Rasio
pertumbuhan ini dilihat dari berbagai segi sales (penjualan), earning after
tax (EAT), laba per lembar saham, divi den perlembar saham, dan harga pasar
perlembar saham. Menurut kasmir (2012) rasio pertumbuhan penjualan
menunjukan sejauh mana perusahaan dapat meningkatkan penjualannya
dibandingkan dengan total penjualan secara keseluruhan. Perubahan kenaikan
atau penurunan aktiva perusahaan yang meyakini bahwa presentase
perubahan total aktiva merupakan indicator yang lebih baik dalam mengukur
sales growth (Sunardi, 2019).
Peneliti sebelumnya telah melakukan penelitian tentang faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan antara lain penelitian dari luar
negeri yaitu Hunjra (2014), Dwiyanto (2012), Noreen (2016), Tshiunza
(2020). Sedangkan di Indonesia penelitian tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham telah dilakukan oleh Amalya (2018), Hendri
(2014), Budiyanto (2017), Darmawan (2018), Sutapa (2018), Colline (2017),
Hayati (2019), Silitonga (2019). Mengacu pada penelitian-penelitian tersebut,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu ROE , ROA ,
CR , NPM ,DER, EPS, SG.
Penelitian sebelumnya menunjukkan variabel-variabel yang belum
konsisten mempengaruhi harga saham diantaranya net profit margin.

8
Penelitian yang dilakukan Amalya (2018), Santoso (2017) , dan Hendri
(2014), menunjukkan hasil bahwa variabel NPM berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian dengan arah berbeda
ditunjukan penelitian yang dilakukan oleh Egam (2017), dan Manopo (2017),
yang menunjukan bahwa NPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saham.
Variabel debt to equity ratio dari Penelitian sebelumnya juga
menunjukkan hasil yang masih berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan oleh
Budiyanto (2017), Saifi (2018), menunjukkan hasil bahwa variabel debt to
equity ratio berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Hasil
penelitian dengan arah berbeda ditunjukan penelitian yang dilakukan oleh
Darmawan (2018), Mujiono (2017), dan Amalya (2018), yang menunjukan
bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga
saham.
Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh variabel current
ratio yang diteliti oleh Saputra (2017), Sutapa (2018), dan Mujiono (2017),
menunjukkan hasil bahwa variabel current ratio berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian dengan arah berbeda
ditunjukan penelitian yang dilakukan oleh Colline (2017), yang menunjukan
bahwa current ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga
saham.
Hasil penelitian yang berbeda juga ditunjukkan oleh Kalangi (2019),
menunjukan hasil bahwa sales growth berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham. Variabel sales growth yang diteliti oleh Hayati
(2019), tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham dan
hasil penelitian oleh Widjaya (2016), tidak berpengaruh terhadap harga
saham.
Penelitian ini didasarkan atas penggunaan variabel-variabel yang telah
dilakukan pada penelitian sebelumnya yang hasilnya berbeda seperti net
profit margin, debt to equity ratio, current ratio, dan sales growth. Variabel-
variabel tersebut berpengaruh terhadap harga saham, tetapi berdasarkan

9
penelitian sebelumnya banyak yang masih adanya perbedaan hasil sehingga
perlu diteliti kembali. Berdasarkan fenomena dan hasil penelitian
sebelumnya, menunjukan hasil yang masih berbeda sehingga masih
diperlukan penelitian kembali, terkait dengan hal tersebut, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Net Profit Margin,
Debt to equity Ratio, Current Ratio, dan Sales Growth Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2016-2020 ”.

B. Perumusan masalah
Salah satu instrumen berharga yang diperdagangkan di pasar modal
adalah saham. Menurut Fahmi (2015), saham (stock) adalah tanda bukti
penyertaan kepemilikan modal atau dana pada suatu perusahaan, atau kertas
yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan dan diikuti
dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya dan
juga persediaan yang siap untuk dijual. Menurut Sari (2017), saham adalah
kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan, dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah dijelaskan kepada setiap
pemegangnya. Menurut Fahmi (2012), saham merupakan sertifikat yang
menunjukkan bukti atas kepemilikan perusahaan dimana pemegang saham
memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan tersebut.
Kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan tergantung dari seberapa
besar modal yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Pasar modal memiliki
dua jenis saham yang paling umum dikenal oleh publik yaitu saham biasa
(common stock) dan saham istimewa (preffered stock) dimana kedua jenis
saham ini memiliki dua aturannya masing-masing, menurut (Fahmi, 2012)
antara lain:

10
1. Saham Biasa
Saham biasa (common stock) adalah surat berharga yang dijual oleh suatu
perusahaan yang menjelaskan nominal (rupiah, dollar, yen, dan sebagainya)
dimana pemegangnya diberikan hak untuk mengikuti rapat umum
pemegang saham (RUPS) dan rapat umum pemegang saham luar biasa
(RUPSLB) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan
saham terbatas) atau tidak. Pemegang saham ini di akhir tahun akan
memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden.
2. Saham Istimewa
Saham istimewa (preferred stock) adalah surat berharga yang dijual oleh
suatu perusahaan yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dollar, yen, dan
sebagainya) dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap
dalam bentuk deviden yang akan dterima setiap kuartal (tiga bulanan).
Harga saham merupakan cerminan dari kinerja keuangan suatu
perusahaan. Pada periode singkat harga saham bisa berfluktuatif, maka akhir
periode penutupan harga saham merupakan acuan yang tepat dalam
membandingkan atau menganalisis suatu penelitian. Menurut Tandelilin
(2010), harga saham merupakan cerminan dari ekspektasi investor terhadap
faktor-faktor earning, aliran kas, dan tingkat return yang diisyaratkan
investor, yang mana ketiga faktor tersebut juga sangat dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi makro. Menurut Sulasmiyati (2017), faktor yang
mempengaruhi harga saham diantaranya adalah net profit margin , debt to
equity ratio, current ratio dan sales growth.
Menurut Alexandri (2008), net profit margin (NPM) adalah rasio yang
digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar NPM, maka kinerja
perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba
setelah bunga dan pajak dengan penjualan. Net profit margin merupakan rasio

11
yang menunjukkan seberapa baik perusahaan telah beroperasi selama tahun
tersebut. Net profit margin digunakan untuk menggambarkan tingkat
keuntungan yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang
diterima dari kegiatan operasionalnya (Sunardi, 2019).
Menurut Hendri (2015), debt to equity ratio (DER) merupakan kelompok
rasio leverage. Menurut Romalo (2007), rasio DER dipergunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total shareholders’ equity yang
dimiliki perusahaan. Menurut Houston (2001), debt to equity ratio (DER)
didefinisikan sebagai rasio total hutang terhadap total aktiva yang mengukur
persentase dana yang disediakan oleh kreditur. Menurut Junaeni (2017), debt
to equity ratio (DER) merupakan rasio utang terhadap terhadap modal sendiri.
Semakin tinggi debt to equity ratio (DER) menunjukkan semakin besar total
utang terhadap total ekuitasnya. Semakin tinggi rasio debt to equity ratio
(DER), juga menunjukkan semakin besar penggunaan utang dalam pendanaan
perusahaan dan ketergantungan perusahaan dengan pihak luar.
Ketergantungan dengan pihak luar meningkatkan risiko dan beban yang harus
ditanggung oleh kreditur. Hal ini akan mengurangi minat kreditur atau
investor untuk menanamkan modal dalam perusahaan, sehingga akan
menurunkan harga saham pada perusahaan. Menurut Saputra (2017), debt to
asset ratio (rasio hutang terhadap total aktiva) adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dari
hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi maka pendanaan dengan utang
semakin banyak yang artinya semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak
mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya.
Menurut Sutapa (2018), current ratio (CR) merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya. Pemegang saham memiliki kepercayaan
terhadap kemampuan perusahaan yang memiliki tingkat current ratio (CR)
yang tinggi. Semakin tinggi nilai current ratio (CR), maka semakin besar
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Menurut Saputra (2017),

12
current ratio (rasio lancar) rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek segera jatuh tempo, atau dapat dikatakan sebagai
bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Semakin tinggi
nilai current ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode


masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa depan.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing
perusahaan dalam suatu industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan
mempengaruhi kemam- puan mempertahankan keuntungan dalam menandai
kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan
perusahaan akan menimbulkan konsekuensi pada peningkatan investasi atas
aktiva perusahaan dan akhirnya membutuhkan penyediaan dana untuk
membeli aktiva (Surya, 2016).
Berdasarkan pada uraian diatas , maka perumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap


harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2016-2020?

2. Apakah debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap


harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2016-2020?

3. Apakah current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga


saham pada perusahaan perambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-
2020?

13
4. Apakah sales growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-
2020?

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan untuk mendapatkan alur pembahasan
sesuai tujuan peneliti yang ingin tercapai, maka ruang lingkup penelitian
dibatasi sebagai berikut:
1. Variabel dependen dalam penelitian inia adalah harga saham dan variabel
independen dalam penelitian ini adalah net profit margin, debt to equity
ratio, dan sales growth.

2. Ruang lingkup penelitian terbatas pada perusahaan pertambangan yang


tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2016-2020.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh net profit margin
terhadap harga saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2016-2020
b. Untuk menganalisis pengaruh Debt to equity ratio terhadap harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2016-2020
c. Untuk menganalisis pengaruh current ratio terhadap harga saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020
d. Untuk menganalisis pengaruh sales growth terhadap harga saham pada
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020

14
2. Kegunaaan penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi seluruh
pihak, diantaranya:
a. Manfaat teoritis
Sebagai referensi dalam bidang ilmu manajemen keuangan, khususnya
yang berkaitan dengan analisis pengaruh net profit margin, debt to
equity ratio,current ratio dan sales growth terhadap harga saham
perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Kegunaan secara terapan
a. Bagi peneliti
Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam kaitannya untuk
meningkatkan kemampuan dalam identifikasi permasalahan dibidang
manajemen keuangan dan memecahkan permasalahan yang ada
menggunakan metode ilmiah.
b. Bagi fakultas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan yang dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan kajian
yang bisa digunakan sebagai bahan penelitian yang lebih luas lagi.
c. Bagi peneliti yang akan datang
Sebagai tambahan referensi yang dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan terkait dengan variabel net profit margin, debt to equity
ratio,current ratio dan sales growth terhadap harga saham.

E. Tinjauan Pustaka
a. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Menurut Brigdham (2001), signalling theory adalah teori yang
mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan
memberikan sinyal kepada pngguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa
informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk
merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau

15
informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik
daripada perusahaan lain. Teori sinyal (signalling theory) pertama kali
diperkenalkan oleh Spance di dalam penelitiannya yang berjudul Job
Market Signaling. Spance (1973), mengemukakaan bahwa isyarat atau
signal memberikan suatu sinyal, pihak pengirim (pemilik informasi)
berusaha memberikan potongan informasi relevan yang dapat
dimanfaatkan oleh pihak penerima. Pihak penerima kemudian akan
menyesuaikan perilakunya sesuai dengan pemahamanya terhadap sinyal
tersebut. Signaling theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya
sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan
keuangan. Siyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan
oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat
berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan
tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Sedangkan menurut Houston
(2014), signalling theory merupakan suatu perilaku manajemen perusahaan
dalam memberi petunjuk untuk investor terkait pandangan manajemen
pada prospek perusahaan untuk masa mendatang. Dalam kerangka teori
sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan
informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer
perusahaan dan pihak luar, hal ini disebabkan karena manajer perusahaan
mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek
yang akan datang dari pada pihak luar (Wolk, 2013). Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan dengan mengurangi ketidakpastian
mengenai prospek perusahaan yang akan datang sehingga dapat
meningkatkan kredibilitas dan kesuksesan perusahaan (Wolk, 2013).

b. Trade off Theory


Trade off theory berasumsi bahwa adanya manfaat pajak akibat
penggunaan hutang, sehingga perusahaan akan menggunakan hutang
sampai tingkat tertentu untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Esensi
trade off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat

16
dan pengorbanan yang timbul sebgai akibat pengguanaan hutang. Sejauh
manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila
pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka
tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Penggunaan hutang 100%
sulit dijumpai dalam praktik dan hal tersebut ditentang oleh trade off
theory. Kenyataannya, semakin banyak hutang, semakin tinggi beban yang
harus ditanggung perusahaan, seperti biaya kebangkrutan, biaya keagenan,
beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. Trade off theory telah
mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya
kebangkritan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu
perusahaan mmilih suatu struktur modal tertentu (Husnan, 2000). Teori
trade off juga menjelaskan bahwa peningkatan rasio hutang pada struktur
modal akkan meningkatkan nilai total perusahaan sebesar tarif pajak dikali
dengan jumlah utang. Semakin besar akses ke sumber dan, semakin
tersedia potensi dana, maka semakin besar kemungkinan mengambil
peluang investasi yang menguntugkan yang diperoleh semakin besar dan
kinerja perusahaan meningkat.

c. Bird In The Hand Theory


Menurut Sartono (2010), teori ini menyatakan bahwa investor lebih
menyukai pendapatan berupa dividen yang sudah pasti diterima
dibandingkan dengan mengharapkan keuntungan dan selisih harga saham
(capital gain) atau dengan kata lain pendapatan berupa dividen mempunyai
risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan capital gain.
Teori bird in the hand adalah salah satu teori dari beberapa teori dalam
kebijakan deviden, teori dikembangkan oleh Myron Gordon (1956) dan
John Lintner (1962). Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor lebih
menyukai deviden tunai daripada dijajikan adanya imbal hasil atas
investasi (capital gain) di masa yang akan datang, karena menerima
deviden tunai merupakan bentuk dari kepastian yang berarti megurangi
resiko. Dalam teori ini menjelaskan bahwa investor menghendaki

17
pembayaran dividen yang tinggi dari keuntungan perusahaan sesuai tujuan
investor yaitu menanamkan sahamnya untuk mendapatkan dividen,
investor tidak ingin berinvestasi diperusahaan jika penerimaan dividen
dalam jangka waktu yang lama. Investor akan bersedia membayar harga
yang lebih tinggi untuk perusahaan yang membayar dividen saat ini.
Harapan pembayaran dividen saat ini terjadi karena ada anggapan bahwa
mendapat dividen saat ini resikonya lebih kecil daripada mendapat capital
gain di masa yang akan datang meskipun capital gain di masa mendatang
saat ini, selain risiko juga adanya ketidak pastian tentang arus kas
perusahaan di masa depan (Atmaja, 2008).

d. Pecking Order Theory


Pada pecking order theory diasumsikan bahwa manajer akan pertama
kali memilih untuk menggunakan dana dalam mendanai proyeknya.
Namun ketika sumber internal sudah tidak mencukupi lagi maka
penggunaan sumber pendanaan eksternal dalam bentuk utang dilakukan
oleh perusahaan. Perusahaan menganggap bahwa penggunaan utang dirasa
lebih aman daripada menerbitkan saham baru dengan beberapa alasan.
Pertama, adalah pertimbangan biaya emisi. Biaya emisis utang akan lebih
murah dari biaya emisi saham baru. Kedua, manajer khawatir jika
penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para
pemodal dan membuat harga saham akan turun.

e. Teori Keagenan (Agency Theory)


Agency theory menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
dalam perusahaan (manajer pemilik perusahaan dan kreditor) akan
berperilaku, karena pada dasarnya mereka memiliki kepentingan yang
berbeda. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan
kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga
mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan mereka.
Berdasarkan agency theory tersebut dpat dilihat adanya perbedaan

18
kepentingan antara manajemen dan kepentingan pemegang saham
peusahaan. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer
karena hal itu akan menambah biaya perusahaan. Penyatuan kepentingan
pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah yang disebut dengan
masalah keagenan (conflict agency).
Hal tersebut karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari
manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah
biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan
perusahaan dan berpengaruh terhadap harga saham sehingga menurunkan
nilai perusahaan. Menurut Meisser (2006), hubungan keagenan ini
mengakibatkan dua perusahaan yaitu sebagai berikut:
1) Terjadinya informasi asimetris (information asymetry), dimana
manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi mengenai
posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari
pemilik.
2) Terjadinya konflik kepentingan (conflict of interst) akibat
ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai
dengan kepentingan pemilik. Artinya disini terdapat dorongan
kepentingan ekonomis yang sama-sama kuat dari pihak dalam
hubungan tersebut, maka dapat dimungkinkan manajer tidak dapat
selalu mengambil keputusan yang sesuai dengan keinginan pemilik
modal.
Dalam upaya menagatsi atau mengurangi masalah keagenan ini
menibulkan biaya keagenan (agency cost) yang akan ditanggung baik oleh
principal maupun agent. Mecking (1976), membagi biaya keagenan ini
menjadi:
1) Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh
principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur,
mengamati, dan mengontrol perilaku agent.

19
2) Bonding agent merupakan baiaya yang ditanggung oleh agent untuk
menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent
akan bertindak untuk kepentingan principal.
3) Residual loss merupakan pengorbanan yang berupa berkurangnya
kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan keputusan agent
dan keputusan principal. Untuk mengurangi biaya agensi tersebut maka
diperlukan duatau alat kontrol yang dapat mengurangi risiko terjadinya
asimetri informasi. Alat kontrol yang dapat digunakan oleh para
stakeholder ialah laporan tauanan. Laporan tahuan pada dasarnya
merupakan sarana transparasi dari akuntanbilitas manajer kepada
pemilik modal (Bernadi, 2009). Dengan pengungkapan yang luas
(extent disclosure), asimetri informasi antara manajer dan pemilik
modal dapat berkurang (Bernadi, 2009).

f. Harga Saham Perusahaan


Harga saham adalah harga jual dari investor satu dengan investor
lainnya (Suriany, 2013). Dalam bursa efek (stock exchange) efek yang
paling banyak diminati oleh investor adalah saham. Saham merupakan
bentuk surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan
sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas deviden atau distribusi
lain yang dilakukan perusahaan kapada pemegang sahamnya, termasuk
hak klaim atas aset perusahaan, dengan pprioritas setelah hak klaim surat
berharga lain terpenuhi, jika terjadi likuidasi. Menurut Fakhrudin (2006),
saham dapat didefinisikan sebagi tanda atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu pperusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud
selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik
perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan
ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan
tersebut. Harga saham merupakan salah satu indikator pengelolaan
perusahaan. Keberhasilan dalam menghasilkan keuntungan akan
memberikan kepuasan bagi investor yang rasional. Harga saham yang

20
cukup tinggi akan memberikan keuntungan, yaitu berupa capital gain dan
citra yang lebih baik bagi perusahaan sehingga memudahkan bagi
manajemen untuk mendapatankan dana dari luar perusahaan.
Harga saham menagalami perubahan naik atau turun dari satu waktu
ke waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan
dan penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan,
maka harga cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran,
maka harga saham cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai
tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu
perusahaan attau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut,
maka pihak tersebut memiliki klaim (hak tagih) atas ppendapatan
perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Peemegang Saham (RUPS). Menurut Widoatmodjo (2007),
terdapat beberapa jenis harga saham, yaitu:
1) Harga nominal
Harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh
emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya
harga nominal memberikan arti penting saham karena deviden minimal
biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.
2) Harga perdana
Harga ini merupakan harga pada waktu saham tersebut dicatat di bursa
efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya ditetapkan oleh
penjamin emisi (underwriter) dan emiten.
3) Harga Pasar
Harga pasar merupakan harga jual dari perjanjian emisi kepada investor,
maka harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan
investor yang lain.

21
g. Net Profit Margin
Net profit margin adalah perbandingan total jumlah laba bersih
dengan total jumlah pendapatan perusahaan. NPM biasanya digunakan
untuk mengukur seberapa optimalnya laba yang dapat dihasilkan oleh
perusahaan. Semakin tinggi rasio perbandingan NPM, laba atau
pendapatan yang dihasilkan akantebal dan juga sebaliknya (Raharjo,
2016). Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa net
profit margin adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di
setiap penjualan yang telah dikurangi bunga dan pajak disetiap periode.
Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif,
sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan berapa besar
persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar
rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan perusahaan untuk
mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba bersih sesudah pajak
dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan manajemen dalam
mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk menghasilkan
laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah
perusahaan itu profitable atau tidak. Menurut Sulistyanto, angka net profit
margin dapat dikatan baik apabila >5%.

h. Debt to Equity Ratio


Menurut Riyanto (2008), debt to equity ratio (DER) adalah rasio total
hutang dengan modal sendiri, merupakan perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri (ekuitas). Rasio ini menjelaskan proporsi besarnya
sumber-sumber dalam pendanaan jangka panjang terhadap aset
perusahaan. Sehingga, semakin tinggi rasio ini mengakibatkan resiko
finansial perusahaan yang semakin tinggi. Menurut Fakhruddin (2006),
debt to equity ratio (DER), merupakan rasio yang mengukur sejauh mana
besarnya hutang dapat ditutupi oleh modal sendiri. DER digunakan untuk

22
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total equity (modal sendiri)
yang dimiliki perusahaan. Menurut Stella (2009), DER yang semakin
tinggi menunjukkan tingginya ketegantungan permodalan perusahaan
terhadap pihak luar, sehingga beban perusahaan juga semakin berat.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa debt to equity ratio merupakan rasio yang mengukur seberap jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang dan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dengan ekuiitas yang dimiliki.
Debt to equity ratio menunjukkan perbandingan modal asing dan
modal sendiri. DER yang semakin tinggi menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar, sehingga
beban perusahaan juga semakin berat, hal ini akan mengurangi hak
pemegang saham, karena perusahaan akan lebih mengutamakan untuk
melunasi semua kewajibannya terlebih dahulu, sehingga semakin
meningkatnya nilai DER maka minat investor terhadap saham tersebut
menurun dan akan mempengaruhi harga saham yang semakin menurun,
atau DER berhubungan negatif terhadap harga saham.

i. Current Ratio
Menurut Syamsuddin (2007), current ratio merupakan ukuran yang
digunakan untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Current ratio
membandingkan aktiva lancar yang akan berubah menjadi kas dan
kewajiban yang harus dibayar dalam waktu satu tahun. Perusahaan dengan
current ratio yang rendah berarti tidak dapat mengurangi investasi dalam
aktiva lancar untuk menyediakan kas guna membayar kewajiban yang
jatuh tempo. Tidak terdapat ketentuan yang pasti mengenai berapa tingkat
current ratio yang sehat harus dipertahankan oleh perusahaan. Bresarnya
current ratio yang sehat tergantung kepada jenis manajemen dari masing-
masing perusahaan. Current ratio menjadi alat ukur untuk rasio likuiditas
dengan mangukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dan

23
melihat besarnya aktiva lancar relatif terhadap utang lancangnya, dalam
hal ini adalah kewajiban perusahaan (Hanafi,2015). Current ratio (rasio
lancar) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (Hanaf, 2016).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, dapat disimpulkan
bahwa Current ratio merupakan perbandingan antara harta lancar dengan
kewajiban jangka pendek. Rasio ini memberi indikasi bahwa semakin
besar angka rasio maka semakin kuat kemampuan perusahaan membayar
kewajibannya. Tetapi dalam aktivitas sehari-hari klaim atas kewajiban
tidak terjadi secara tiba-tiba (selalu terjadwal) sehingga nilai Current ratio
tidak memberikan ekstra bagi manajemen khususnya dalam perkiraan
kemampuan likuiditas dalam membayar biaya selain hutang.

j. Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)


Pertumbuhan penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode
masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang
akan datang. Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan
daya saing perusahaan dalam suatu industri. Menurut Kesuma (2009)
dalam Maryanti (2016), menyatakan bahwa sales growth adalah kenaikan
jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan penjualan yang tinggi, maka akan mencerminkan pendapatan
perusahaan yang juga meningkat. Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan
atau penurunan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke
waktu. Pertumbuhan penjualan (growth) memiliki peranan yang penting
dalam manajemen modal kerja. Dengan mengukur seberapa besar
pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun, perusahaan dapat
memprediksi seberapa besar profit yang akan didapatkan tiap tahunnya.

24
F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.
Review Penelitian Terdahulu
No Peneliti Variabel
Alat analisis Hasil penelitian
Judul Penelitian Penelitian
1. Dewi dan Variabel Analisis regresi ROA, ROE dan
Hidayat (2014) independen: linear berganda DER tidak
Pengaruh Return ROA, ROE, berpengaruh
On Asset, Return NPM,dan secara signifikan
On Equity, Net DER terhadap harga
Profit Margin saham
Dan Debt To Variabel
Equity Ratio dependen: NPM
Terhadap Harga harga saham berpengaruh
Saham positif dan
signifikan tehadap
harga saham
2. Egam (2017) Variabel Analisis regresi ROA (X1) dan
Pengaruh ROA, independen: linear berganda ROE (X2) tidak
ROE, NPM, Dan ROA, ROE, memiliki
EPS Terhadap NPM, dan pengaruh
Harga Saham EPS. terhadap harga
Perusahaan saham (Y)
Yang Tergabung Variabel
Dalam Indeks dependen: NPM (X3)
LQ45 Periode harga saham berpengaruh
Tahun 2013- negatif terhadap
2015 harga saham (Y)
3. Nordiana dan Variabel Analisa regresi Debt to equity
Budiyanto independen: berganda ratio, return on
(2017) DER ,ROA, asset dan return
Pengaruh Der, dan ROE on equity
Roa Dan Roe berpengaruh
Terhadap Harga Variabel signifikan
Saham Pada dependen: terhadap harga
Perusahaan harga saham saham.
Food And
Beverage
4. Utami dan Variabel Regresi data panel EPS dan MVA
Darmawan independen: uji chow dan uji secara parsial

25
(2018) DER ,ROA , hausman. berpengaruh
Pengaruh Debt ROE, EPS, positif terhadap
To Equity Ratio dan MVA harga saham.
(DER), Return
On Asset (ROA), Variabel DER, ROA dan
Return On dependen: ROE secara
Equity (ROE), harga saham parsial tidak
Earning Per berpengaruh
Share (EPS), terhadap harga
Market Value saham.
Added (MVA)
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan
Manufaktur
Yang Terdaftar
Di Indeks Saham
Syariah
Indonesia (ISSI)
Periode 2012-
2016.
5. Mujiono (2017) Variabel Analisis regresi Current ratio,
Pengaruh CR, independen: linier berganda return on assets,
Der, Roa, Dan DER ,ROA, dan earning per
Eps Terhadap ROE, dan share berpengaruh
Harga Saham EPS positif dan
Food And signifikan
Beverages Variabel terhadap harga
dependen: saham
harga saham
Debt to equity
ratio berpengaruh
tidak signifikan
terhadap harga
saham.
6. Sriwahyuni dan Variabel Analisis regresi Current ratio
Saputra (2017) independen: berganda. (CR), dan total
Pengaruh CR, DER, assets turnover
Current Assets ROE, TAT, (TAT)
(CR), Debt To dan EPS berpengaruh

26
Equity Ratio signifikan
(DER), Return Variabel terhadap harga
On Equity dependen: saham
(ROE), Total harga saham
Assets Turnover Debt to equity
(TAT), Dan ratio (DER),
Earning Per return on equity
Share (EPS) (ROE), dan
Terhadap Harga earning per share
Saham Pada (EPS) tidak
Perusahaan berpengaruh
Farmasi Yang signifikan.
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Periode 2011-
2015.
7. Sutapa (2018) Variabel Analisis regresi Current ratio &
Pengaruh Rasio independen: linier berganda earning per share
Dan Kinerja Current berpengaruh
Keuangan Ratio, Debt positif terhadap
Terhadap Equity Ratio, harga saham.
Harga Saham Return on
Pada Indeks Equity & Debt to equity
Lq45 Earning per ratio & return on
Di Bursa Efek share equity tidak
Indonesia (Bei) berpengaruh
Periode 2015- Variabel terhadap harga
2016 dependen: saham
harga saham
8. Hanie dan Saifi Variabel Analisis regresi Current ratio,
(2018) independen: linier berganda quick ratio, dan
Pengaruh Rasio Rasio debt equity ratio
Likuiditas Dan Likuiditas berpengaruh
Rasio Leverage Dan Rasio positif terhadap
Terhadap Harga Leverage harga saham
Saham Current
Studi Pada Ratio, Quick
Perusahaan Ratio, Debt
Indeks Lq45 Equity Ratio

27
Periode 2014-
2016 Variabel
dependen:
harga saham
9. Lutfi dan Variabel Analisis deksriptif (1) Current Ratio
Sunardi (2019) independen: terhadap harga
Pengaruh Rasio Current saham (CR)
Current Ratio, Ratio, Return negatif dan
Return On On Equity & signifikan, (2)
Equity, Sales Sales Growth pengaruh Return
Growth On Equity
Terhadap Harga Variabel terhadap harga
Saham Yang dependen: saham positif dan
Berdampak Pada harga saham signifikan, (3)
Kinere pengaruh Sales
Keuangan Growth terhadap
Perusahaan Pada harga saham
Perusahaan positif dan tidak
Industri signifikan
Manufaktur
Makanan Dan
Minuman Yang
Tercatat Di
Bursa Efek
Indonesia
10. Sigar dan Variabel Analisis regresi Pertumbuhan
Kalangi (2019) independen: linier berganda. penjualan secara
Pengaruh Ukuran parsial
Ukuran perusahaan berpengaruh
Perusahaan Dan dan positif dan
Pertumbuhan pertumbuhan signifikan
Penjualan penjualan terhadap harga
Terhadap Harga (sales saham
Saham Pada growth)
Perusahaan
Manufaktur Variabel
Sektor Industri dependen:
Barang harga saham
Konsumsi Yang
Terdaftar Di

28
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2015-
2017
11. Kartika (2017) Variabel Analisis regresi Pertumbuhan
Pengaruh independen: linier berganda penjualan tidak
Pertumbuhan pertumbuhan mempunyai
Penjualan, penjualan ( pengaruh
Earning Per sales signifikan
Share, Dan growth ),earn terhadap harga
Kebijakan ing per share saham.
Dividen & kebijakan
Terhadap Harga dividen.
Saham
Variabel
dependen:
harga saham

12. Hunjra (2014) Variabel Analisis regresi Dividend yield


Pengaruh independen: linier berganda berhubungan
Dividend Yield, dividend negatif dengan
Dividend Payout yield, harga saham dan
Ratio, Return dividend dividend payout
On Equity, payout ratio, ratio berhubungan
Earning Per return on positif dengan
Share Dan Profit equity, harga saham
After Tax earning per
Terhadap Harga share dan
Saham Di profit after
Pakistan. tax

Variabel
dependen:
harga saham

29
G. Kerangka Pemikiran
a. Pengaruh NPM terhadap harga saham
Net profit margin adalah perbandingan anatara laba bersih dengan
penjualan. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin
produktif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk
menanamkan modanya pada perusahaan tersebut. Rasio ini menunjukkan
berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara laba
bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik
yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari
perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para
investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai
apakah perusahaan perusahaan itu profitable atau tidak (Suhardjono,
2006).
b. Pengaruh DER terhadap harga saham
Debt to equity ratio (DER) adalah rasio total hutang dengan modal
sendiri, merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri
(ekuitas). Rasio ini menjelaskan proporsi besarnya sumber-sumber dalam
pendanaan jangka panjang terhadap aset perusahaan. Sehingga, semakin
tinggi rasio ini mengakibatkan resiko finansial perusahaan yang semakin
tinggi (Riyanto, 2008).
c. Pengaruh Current ratio terhadap harga saham
Current ratio merupakan ukuran yang digunakan untuk menghitung
berapa kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar dengan
aktiva lancar yang tersedia. Current ratio membandingkan aktiva lancar
yang akan berubah menjadi kas dan kewajiban yang harus dibayar dalam

30
waktu satu tahun. Perusahaan dengan current ratio yang rendah berarti
tidak dapat mengurangi investasi dalam aktiva lancar untuk menyediakan
kas guna membayar kewajiban yang jatuh tempo. Tidak terdapat ketentuan
yang pasti mengenai berapa tingkat current ratio yang sehat harus
dipertahankan oleh perusahaan. Bresarnya current ratio yang sehat
tergantung kepada jenis manajemen dari masing-masing perusahaan
(Syamsuddin,2007).
d. Pengaruh sales growth terhadap harga saham
Pertumbuhan penjualan adalah kenaikan atau penurunan jumlah
penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan
penjualan (growth) memiliki peranan yang penting dalam manajemen
modal kerja. Dengan mengukur seberapa besar pertumbuhan penjualan
dari tahun ke tahun, perusahaan dapat memprediksi seberapa besar profit
yang akan didapatkan tiap tahunnya. Pertumbuhan penjualan
mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat
dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang.
Pertumbuhan penjualan merupakan indikator permintaan dan daya saing
perusahaan dalam suatu industri. Menurut Kesuma (2009) dalam Maryanti
(2016), menyatakan bahwa sales growth adalah kenaikan jumlah penjualan
dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penjualan
yang tinggi, maka akan mencerminkan pendapatan perusahaan yang juga
meningkat.

31
Kerangka Pemikiran dalam penelitian adalah :

Net Profit Margin


(X1)

Debt To EquityRatio
(X2)
Harga Saham
(Y)
Current Ratio
(X3)

Sales Growth
(X4) e

Gambar 1. Model penelitian

H. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan , maka hipotesis peneliti
adalah :
1. Net profit margin berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

2. Debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga


saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-
2020?

32
3. Current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
pada perusahaan pertrambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

4. Sales growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham


pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-2020?

I. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan alat penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017).
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah net profit margi ,debt to equity ratio ,current
ratio , sales growth dan harga saham pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020.
3. Variabel
Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependen (dependent variabel)
adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya
variabel independen (Sugiyono, 2017). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah harga saham (Y). Variabel independen (independent
variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2017). Variabel independen
dalam penelitian ini adalah Net profit margin , debt to equity ratio ,
current ratio dan sales growth
4. Populasi
Menurut Sugiyono (2017), Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan

33
pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2016 -2019 yaitu sebanyak 49
perusahaan.
5. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2017). Sampel diperoleh dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu teknik teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017). Teknik tersebut membatasi
pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria
perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah:
a. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI selama periode 2016-
2019
b. Perusahaan pertambangan yang konsisten terdaftar di BEI selama
periode 2016-2019
c. Perusahaan pertambangan yang menerbitkan laporan keuangan dan
memiliki data lengkap terkait variabel penelitian dari tahun 2016-2019
d. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2016-2019 yang memperoleh laba.

Tabel 2.
Sampel Penelitian
No Kode Nama Perusahaan
1 ADRO Adaro Energy Tbk.
2 DSSA Dian Swastatika Sentosa Tbk.
3 GEMS Golden Energy Mines Tbk.
4 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk.
5 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk.
6 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk.
7 MYOH Samindo Resources Tbk.
8 PTBA Bukit Asam Tbk.

34
9 TOBA Toba Bara Sejahtra Tbk.
10 ELSA Elnusa Tbk
11 RUIS Radiant Utama Interinsco Tbk
12 PSAB J Resources Asia Pasifik Tbk
13 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk
Sumber : www.idx.co.id

6. Metode Pengumpulan
Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh melalui 2 cara yaitu:
a. Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
memanfaatkan data laporan keuangan perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016- 2019.
b. Studi Pustaka
Metode ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang berhubungan
dengan masalah yang akan diteliti untuk memperoleh landasan teori
yang digunakan dalam penelitian.
7. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder adalah
sumber data yang tidak secara langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono,
2017). Data yang digunakan dalam penelitian bersumber dari laporan
keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2016-
2019. Data dalam penelitian ini diperoleh dari situs internet yaitu
www.idx.co.id.
8. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel. Data
panel adalah data yang menggabungkan antara data runtut waktu (time
series) dan data silang (cross section). Penelitian ini menggunakan data
berupa laporan tahunan (annual report) perusahaan pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019
9. Definisi

35
Definisi variabel yang akan digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Harga saham
Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari
tambahan dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu
berkembang baik secara fundamental dan teknikal. Berbagai literatur
mencoba memberikan rekomendasi yang berbeda- beda namun
tujuannya sama yaitu ingin memberikan profit yang tinggi bagi
pemakainya, serta memiliki dampak keputusan yang bersifat
berkelanjutan. Menurut Fahmi (2015), mengemukakan bahwa saham
adalah:
1) Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/ dana pada suatu
perusahaan.

2) Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan


dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya.

3) Persediaan yang siap untuk di jual.

b. Net Profit Margin (NPM)


Menurut Alexandri (2008), net profit margin (NPM) adalah rasio yang
digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Semakin besar
NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada
perusahaan tersebut. Net Profit Margin secara sistematis dapat
dirumuskan sebagai berikut: (Arthur J Keown, John D. Martin, J.
William Petty, David. F. Scott. JR, 2008),

LabaOperasi
NPM =
Penjualan

36
c. Debt To Equity Ratio (DER)
Rasio solvabilitas dalam penelitian ini diukur dalam skala rasio yaitu
debt to equity ratio (DER). Semakin besar DER menunjukkan bahwa
struktur modal lebih banyak memanfaatkan hutang dibandingkan
dengan modal sendiri. Menurut Bambang Riyanto (2001:32), “rasio
utang dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk
membayar semua utang-utangnya (baik hutang jangka pendek maupun
utang jangka panjang)”. Pembiayaan dengan utang, memiliki 3
implikasi penting (1) memperoleh dana melalui utang membuat
pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan
dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat ekuitas, atau dana
yang disetor pemilik, untuk memberikan margin pengaman, sehingga
jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total
pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur;
(3) jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas
investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan menjadi lebih
besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang diperoleh atas investasi
yang dibiayai dengan dana pinjaman dibandingkan dengan bunga, maka
pengembalian atas modal pemilik semakin kecil. Rasio antara sumber
dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber dana pihak
internal (ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio
(Brigham,1983). Rasio Debt to Equity Ratio dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Total Hutang
DER =
Jumlah Modal Sendiri

d. Current Ratio (Rasio Lancar)


Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya atau utang yang segera jatuh
tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa

37
banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka
pendek segera jatuh tempo, atau dapat dikatakan sebagai bentuk untuk
mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Semakin tinggi nilai
Current Ratio berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk menghitung Current
Ratio menggunakan rumus:

Aktiva Lancar
CR =
Utang Lancar

e. Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan penjualan adalah mengukur seberapa besar perusahaan
mempertahankan keuntungan penjualan barang dagangan dalam kurun
waktu tertentu dalam perkembangan ekonomi. Menurut Hery (2015),
Penjualan merupakan total jumlah yang dibebankan kepada pelanggan
atas barang dagangan yang dijual perusahaan, baik meliputi penjualan
tunai maupun penjualan secara kredit.
Indikator Pertumbuhan Penjualan menurut Jusuf (2014), adalah:

Nilai pos tahun II X 100 %


Pertumbuhan Penjualan =
Nilai pos tahun I

J. Metode Analisis Data


Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah
diinterpretasikan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi panel dengan menggunakan alat analisis software Eviews10.
Metode analisis data dalam penelitian ini antara lain:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berusaha untuk menggambarkan berbagai karakteristik
data yang berasal dari suatu sampel (Sujarweni, 2015). Uji statistik

38
deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum atau karakteristik
data yang digunakan dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan
adalah nilai rata-rata, nilai minimum, dan nilai maksimum serta standar
deviasi (Ghozali, 2016).
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi dapat dilakukan jika model terbukti memenuhi syarat
asumsi klasik. Sebelum data dianalisis dengan model regresi panel yang
akan digunakan pada penelitian ini harus memenuhi syarat asumsi klasik
yang meliputi:
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas, yaitu adanya hubungan
atau kolerasi linear variabel independen dalam model regresi
(Suliyanto, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas muncul jika
diantara variabel independen memiliki korelasi yang tinggi dan
membuat peneliti sulit untuk memisahkan efek yang terjadi antara
variabel independen terhadap variabel dependen dari efek variabel yang
lain. Hal ini disebabkan karna adanya perubahan pada suatu variabel
yang berdampak pada variabel paasangannya karena korelasi yang
tinggi. Beberapa indikator dalam mendeteksi adanya multikolinieritas,
yaitu (Widarjono, 2018):

1) Nilai R2 yang melampaui tinggi (> 0,85) tetapi tidak ada atau sedikit
t-statistik yang signifikan.
2) Nilai f-statistik yang signifikan, namun t-statistik masing-masing
variabel bebas tidak signifikan.
Untuk menguji masalah multikolinearitas dapat melihat matrik
korelasi dari variabel bebas, jika terjadi koefisien korelasi lebih dari
0,85 tetapi tidak ada atau sedikit t-statistik yang signifikan maka
terjadi multikolineritas (Widarjono, 2018)

39
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah residual
dari model yang terbentuk memiliki varian yang konstan atau tidak
(Suliyanto, 2011). Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Uji Heteroskedatisitas adalah keadaan dimana
asumsi tersebut tidak tercapai atau ekspetasi dari error dan varian dari
error yang berbeda setiap periode waktu. Dampak yang terjadi adanya
heteroskedastisitas adalah tidak efisiennya proses estimasi, sementara
hasil estimasi tersebut tetap konsisten dan tidak bias. Eksistensi dari
masalah heteroskedastisitas akan menyebabkan hasil dari uji t dan uji f
menjadi tidak berguna. Uji heteroskedastisitas biasanya terjadi pada
data cross section, dimana data panel lebih dekat ke ciri data cross
section dibandingkan pada data time series (Basuki dan Prawoto, 2016).
3. Analisis Regresi Data Panel
Data panel (pool data) merupakan gabungan antara data runtut waktu
(time series) dengan data silang (cross section) (Suliyanto, 2011). Regresi
data panel merupakan teknik regresi yang menggabungkan time series dan
cross section. Dalam menganalisis data regresi data panel menggunakan
software eviews 10. Analisis regresi data panel digunakan untuk menguji
apakah variabel independen memiliki pengaruh terhadap variabel
dependen secara uji kelayakan model dan uji hipotesis.

Rumus untuk menguji regresi data panel sebagai berikut:


Y = a + b1X1it +b2X2it + b3X3it + b4X4it + e
Keterangan:
Y = harga saham
a = Konstanta
b1 = Koefisien regresi untuk X1
X1 = Net Profit margin
b2 = Koefisien regresi untuk X2

40
X2 = Debt to equity ratio
b3 = Koefisien regresi untuk X3
X3 = Current ratio
b4 = Koefisien regresi untuk X4
X4 = Sales growth
i = Jenis perusahaan
t = Waktu
e = Nilai residu/eror

Kelebihan dari data panel adalah sebagai berikut (Suliyanto, 2011):


a. Data panel memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi.
b. Data panel mampu memberikan data yang lebih informatif, lebih
bervariasi, serta memiliki tingkat kolinieritas yang rendah.

c. Data panel cocok untuk studi perubahan dinamis kareba data panel pada
dasarnya adalah data cross section yang diulang-ulang (series)

d. Data panel mampu mendeteksi dan mengukur pengaruh yang tidak


dapat diobsevasi dengan data time series murni atau data cross section
murni.

e. Data panel mampu mempelajari model perilaku yang lebih kompleks.

4. Estimasi Model Regresi Panel


Dalam pemilihan model estimasi regresi data panel yang tepat dapat
dilakukan melalui tiga pendekatan model estimasi regresi data panel,
antara lain (Basuki dan Prawoto, 2016):
a. Common Effect Model atau Pooled Least Square (PLS)

41
Common Effect Model merupakan pendekatan model data panel yang
paling sederhana karena hanya mengkombinasikan data time series dan
cross section. Pada model ini tidak memperhatikan dimensi waktu
maupun individu sehingga diasumsikan bahwa perilaku data perusahaan
sama dalam berbagai kurun waktu. Metode ini bisa menggunakan
pendekatan Ordinary Least Square (OLS) atau teknik kuadrat kecil
untuk mengestimasi model pada data panel. Pada teknik ini maka
persamaan model regresinya adalah sebagai berikut: ß

Keterangan:

Yit= Observasi dari unit ke-I dan diamati pada periode waktu ke-t (yakni
variabel dependen merupakan suatu data panel).

Xit= Variabel dependen dari unit ke-i dan diamati pada periode waktu ke-t
yang diasumsikan Xit memuat variabel konstanta.

εit= Komponen eror yang diasumsikan memiliki harga mean 0 dan variasi
homogeny dalam waktu serta independen dengan Xit.

b. Fixed Effect Model (FEM)


Model yang mengasumsikan bahwa perbedaan antar individu dapat
diakomodasikan dari perbedaan intersepnya. Fixed Effect adalah teknik
untuk mengestimasi data panel dengan menggunakan variabel dummy
untuk menangkap adanya perbedaan intersepnya. Perbedaan intercep
bisa terjadi karena adanya perbedaan profitabilitas, laverage dan
likuiditas. Disamping itu model ini juga mengasumsikan bahwa
koefisien regresi tetap antara perusahaan dan waktu. Model estimasi ini
sering disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variables (LSDV)
yang dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana:

42
Ci = variabel dummy.

c. Random Effect Model (REM)


Model ini mengestimasikan data panel dimana variabel gangguan
mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Pada
model ini perbedaan intercep diakomodasi oleh error terms masing-
masing perusahaan. Keuntungan menggunakan Random Effect Model
yakni menghilangkan heteroskedastisitas. Pada model ini juga sering
disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik
Generalized Least Square (GLS). Keuntungan dalam menggunakan
Random Effect Model adalah dengan menghilangkan uji
Heteroskedastisitas.

Dimana:
Vit = Ci + Di + εit
Ci diasumsikan bersifat independent and identically distributed (iid)
normal dengan mean 0 dan variabel σ2e (komponen cross-section).
Di diasumsikan bersifat iid normal dengan mean 0 dan variasi σ2d.
εit diasumsikan bersifat iid dengan mean 0 dan variasi σ2e.

5. Pemilihan Model
Menurut Basuki dan Prawoto (2016) dalam untuk menemukan model yang
tepat dalam mengestimasi regresi data panel perlu melakukan pemilihan
metode estimasi sebagai berikut:

a. Uji Chow
Uji Chow merupakan pengujian untuk menentukan model apa yang
akan dipilih antan CEM dan FEM.
Hipotesis Uji Chow:
Ho: Model common effect model (pooled OLS).
Ha: Model fixed effect model (LSDV).

43
Dasar penolakan terhadap hipotesis adalah dengan mengikuti distribusi
statistik cross section chi-square. Jika hasil cross section chi-square >
dari 0.05 maka Ho ditolak yang artinya model yang paling tepat
digunakan adalah fixed effect model. Begitupun dengan sebaliknya jika
cross section chi-square < dari 0.05 maka Ho diterima yang artinya
model yang paling tepat adalah common effect model.
b. Uji Hausman
Uji Hausman adalah uji yang digunakan untuk memilih model yang
terbaik antara fixed effect model atau random effect model. Uji
Hausman ini didasarkan pada ide bahwa Least Squares dummy
Variabels (LSDV) dalam metode fixed effect dan Generalized Least
Square (GLS) dalam metode Random effect adalah efisien sedangkan
Ordinary Least Square (OLS) dalam metode Common Effect tidak
efisien. Pengambilan hipotesis sebagai berikut:
Ho: Model random effect.
Ha: Model fixed effect.
Statistik uji Hausman mengikuti distribusi statistik chi square dengan
degree of freedom sebesar jumlah variabel independen. Jika kita
menolak hipotesis nol yaitu ketika nilai statistik hausman lebih besar
dari nilai kritis Chi-Squared maka model yang tepat adalah model fixed
effect. Sedangkan bila kita gagal menolak hipotesis nol yaitu ketika
nilai statistik hausman lebih kecil dari nilai kritis Chi-Squared maka
model yang tepat adalah model random effect.

c. Uji Lagrange Multipier


Uji Lagrange Multipier merupakan teknik pengujian untuk menentukan
model common effect atau random effect yang paling tepat digunakan
dalam mengestimasi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Breusch-
Pagan, dimana setelah diperoleh nilai LM hitung maka nilai LM hitung
dibandingkan dengan nilai chi-squared tabel derajat kebebasan (degree

44
of freedom) sebanyak jumlah variabel independen dengan tingkat
signifikan sebesar 5%.
Adapun hipotesis dalam uji Uji Lagrange Multiplier adalah sebagai
berikut:
Ho: Model random effect
Ha: Model common effect
Jika nilai LM hitung > chi-squared tabel, maka Ho diterima.
Jika nilai LM hitung < chi-squared tabel, maka Ho ditolak.

6. Uji Koefisien Determinasi (R²)


Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel independen
terhadap variabel dependen. Semakin tinggi koefisien determinasi,
semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi
perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto, 2011). Nilai R 2 terletak
antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R 2≤ 1). Tujuan menghitung koefisien
determinasi adalah untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat. Bila R2 mendekati 1 (100%), maka hasil perhitungan
menunjukkan bahwa semakin baik atau semakin tepat garis regresi yang
diperoleh. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0 maka menunjukkan
semakin tidak tepatnya garis regresi yang diperoleh. Koefisien determinasi
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Gani dan Amalia, 2015):

R2 = Koefisien determinasi

bi = Koefisien regresi variabel bebas ke-i

45
xi = Variabel bebas ke-i

y = Variabel terikat

7. Uji Goodness Of Fit (Uji F)


Kriteria pengujian: Uji F atau goodness of fit test adalah pengujian
kelayakan model. Model yang layak adalah model yang dapat digunakan
untuk mengestimasi populasi. Pengujian Uji F menurut Suliyanto (2011)
dapat menggunakan rumus signifikan korelasi ganda sebagai berikut:

Keterangan:

F = Nilai Fhitung

R2 = Koefisien determinasi

k = Keseluruhan variable yang diteliti

n = Ukuran data

Ho: bj ≤ 0, model penelitian belum layak

Ha: bj > 0, model penelitian telah layak

Dengan menggunakan derajat kebebasan (df) = (k-1) (n-k) dengan tingkat


keyakinan 95% atau α = 0,05.

Kriteria penerimaan:
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila nilai Fhitung ≤ Ftable, sehingga model
regresi dinyatakan tidak layak digunakan u ntuk mengestimasi populasi
atau tidak memenuhi goodness of fit.
2) Ho ditolak dan Ha diterima apabila Fhitung > Ftable, sehingga model regresi
dinyatakan layak digunakan untuk mengestimasi populasi atau
memenuhi goodness of fit.

46
8. Uji Signifikansi Secara Parsia l (Uji t)
Nilai t hitung digunakan untuk meng uji apakah variable tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap variable tergantung atau tida k.
Suatu variable akan memiliki pengaruh yang berarti jika nilai t hitung
variable tersebut lebih be sar dibandingkan dengan nilai t table.
Dalam pengujian ini digunakan uji t satu ujung karena hipotesis yang
diajukan sudah menunjukkan arah, yaitu pengaruh negative maupun
pengaruh positif . Dengan menggunakan derajat kebebasan (df) = (n-k)
dan tingkat keyakinan 95% atau α = 0,05. Menurut Suliyanto (2011) untuk
menghitung besarnya nilai t hitung digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

t = Nilai t hitung

bj = Koefisien regresi

sbj = Kesalahan baku koefisien regresi

Perumusan hipotesis adalah sebagai berikut:


a. Net Profit Margin
Ho: β1 ≤ 0, Net profit margin tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Ha: β1 > 0, Net profit margin berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
Hipotesis diterima jik a nilai thitung > ttabel, artinya Net profit margin
berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
b. Debt to equity ratio
Ho: β2 ≥ 0, DER tidak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
harga saham.

47
Ha: β2 < 0, DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga
saham.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
Hipotesis diterima jika nilai thitung < -ttabel, artinya DER berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap harga saham.
c. Current ratio
Ho: β3 ≤ 0, Current ratio tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Ha: β3 > 0, Current ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
Hipotesis diterima jika nilai thitung > ttabel, artinya current ratio
berpengaruh positif dan signifikan terhadap h arga saham.
d. Sales growth
Ho: β3 ≤ 0, Sales growth tidak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap harga saham.
Ha: β3 > 0, Sales growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap
harga saham.
Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis adalah:
Hipotesis diterima jika nilai thitung > ttabel, artinya Sales growth
berpengaruh positif dan signifikan terhadap h arga saham.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Surya, Y. Y. (2016). Analisis Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan


Penjualan Dan Dividen Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan
Consumer Goods. Jurnal Kajian Bisnis, 181 - 195.

Clarensia, J., Rahayu, S., & Azizah, N. (2011). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas,
Pertumbuhan Penjualan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Harga Saham.
72-88.

48
Egam, G. E., Ilat, V., & Pangerapan, S. (2017). Pengaruh Return On Asset (Roa),
Return On Equity (Roe), Net Profit Margin (Npm), Dan Earning Per Share
(Eps) Terhadap Harga Saham Perusahaan Yang Tergabung Dalam Indeks
Lq45 Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015. Jurnal Emba, 5,
105-114.

Gathu, S. (2020). The Effect Of Development On Performance Of Small


Enterprises In Nairobi City County, Kenya. International Journal Of
Information, Business And Management, 12

Junaeni, I. (2017). Pengaruh Eva, Roa, Der Dan Tato Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Di Bei. Riset & Jurnal
Akuntansi, 32-47.

Lutfi, A. M., & Sunardi, N. (2019). Pengaruh Current Ratio (Cr), Return On
Equity (Roe),Dan Sales Growth Terhadap Harga Saham Yang Berdampak
Pada Kinerja Keuangan Perusahaan. Jurnal Sekuritas, 2, 83-100.

Nggirsucian, I. A., & Adi, S. W. (2019). Pengaruh Current Ratio, Return On


Equity, Debt To Equity Ratio, Dan Net Profit Margin Terhadap Harga
Saham Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Food And Beverage Yang Tedaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-
2018). Prosiding Stie Bpd Accounting Forum (Saf), 1-25.

Nordiana, A., & Budiyanto. (2017). Pengaruh Der, Roa Dan Roe Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Food And Beverage. Jurnal Ilmu Dan Riset
Manajemen, 6, 1-16.

Sriwahyuni, E., & Saputra, R. S. (2017). Pengaruh Cr, Der, Roe, Tat, Dan Eps
Terhadap Harga Saham Industri Farmasi Di Bei Tahun 2011-2015. Jurnal
Online Insan Akuntan, 2, 119-136.

Vireyto, N., & Sulasmiyati, S. (2017). Analisis Pengaruh Return On Asset, Return
On Equity, Dan Earning Per Share Terhadap Harga Saham. Jurnal
Administrasi Bisnis, 75-82.

Widayanti, R., & Colline, F. (2017). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Harga
Saham Perusahaan Lq 45 Periode 2011-2015. Bina Ekonomi, 35-49.

Wijaya, I. O., & Gede Suarjaya, A. A. (2017). Pengaruh Eva, Roe Dan Dpr
Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur Di Bei. E-Jurnal
Manajemen Unud, 5175-5204.

Z, R. W. (2017). Kinerja Keuangan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Harga


Saham Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Intervening. Jurnal
Keuangan Dan Perbankan, 459–472.

49
Alfiah, W. N., & Lestarinimgsih, M. (2017). Pengaruh Dps, Eps, Npm, Roa
Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bei. Jurnal Ilmu Dan
Riset Manajemen, 1-17.

Cahyaningrum, Y. W., & Antikasari, T. W. (2017). Pengaruh Earning Per Share,


Price To Book Value, Return On Asset, Dan Return On Equity Terhadap
Harga Saham Sektor Keuangan. Jurnal Economia,, 191-200.

Hatta, A. J., & Dwiyanto, B. S. (2012). The Company Fundamental Factors And
Systematic Risk In Increasing Stock Price. Journal Of Economics,
Business, And Accountancy Ventura, 15, 245 – 256.

Shah, S. A., & Noreen, U. (2016). Stock Price Volatility And Role Of Dividend
Policy: Empirical Evidence From Pakistan. International Journal Of
Economics And Financial, 461-472.

50

Anda mungkin juga menyukai