Anda di halaman 1dari 4

JARINGAN

ADVOKASI
SUMBAR
RISET ADVOKASI
I. Judul

Riset Anggaran HIV/AIDS 2021 dan Kebijakan Hibah Provinsi Sumatera Barat

II. Latar Belakang

Masalah kesehatan menjadi perhatian utama dalam pembangunan karena mempengaruhi


kualitas sumber daya manusia. Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi concern
banyak pihak adalah HIV/AIDS. HIV/AIDS ini merupakan masalah kesehatan yang sudah
cukup lama ditemukan di Indonesia, namun makin hari perkembangannya justru makin
mengkhawatirkan.
Berdasarkan wawancara dari Lembaga penjangkauan (PKBI Sumbar dan Akbar)
menjelaskan bahwa masih banyaknya PSP, dan orang yang berisiko tinggi dilapangan yang
tidak memiliki KTP dan BPJS, sehingga hal ini akan mempersulit mereka dalam
mendapatkan layanan atau akses pengobatan.
Stigma negatif juga mempersulit penjangkauan terhadap pasangan serodiskordan, yakni
pasangan yang salah satunya adalah pengidap HIV. Anggapan bahwa HIV cuma
menjangkiti individu dengan perilaku berisiko, kadang membuat pasangannya tidak merasa
perlu untuk mengetahui status infeksinya.

Situasi ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu menjadi sangat tepat jika
penanggulangan HIV/AIDS kemudian menjadi salah satu gol yang harus diselesaikan
sampai tahun 2030 khususnya di Sumatera Barat. Karena jika tidak, Sumatera Barat akan
berada dalam tekanan/ancaman lost generation karena penyebaran virus HIV/AIDS yang
begitu tinggi terhadap generasi muda. Sehingga diperlukan keseriusan dari pemerintah
daerah untuk menanggulangi penyebaran virus HIV/AIDS secara massif.

Sehingga wajar jika banyak kalangan masyarakat yang kemudian ikut peduli/ambil bagian
dan menuntut Pemerintah untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap problem
penyebaran HIV/AIDS. Karena masyarakat tidak bisa berpuas diri dengan telah masuknya
program penanggulangan HIV/AIDS dalam mewujukan Three Zero pada tahun 2030 dan
diharapkan masyarakat menjadi follow up melaui praktek nyata dalam program-program
pembangunan tahun ke tahun, apakah memang ada langkah konkrit yang dilakukan
pemerintah sebagaimana target pembangunan tersebut, apalagi dengan kondisi pandemic
Covid-19 yang tengah melanda selama ini.
Minimnya alokasi anggaran HIV/AIDS sebenarnya refleksi atas ketidakseriusan
pemerintah dalam menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Sumatera Barat. Jika kondisi
ini terus berlanjut, sudah dapat dipastikan Sumatera Barat akan gagal mencapai tujuan
Three Zero pada tahun 2030.

Sehingga pemerintah daerah dirasa perlu membuat kebijakan program HIV/AIDS yang
akan dituangkan dalam bentuk rencana kegiatan. Rencana kegiatan tersebut disesuaikan
sedemikian rupa untuk program pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di tengah
suasana pandemi dengan tetap mengedepankan percepatan penanggulangan HIV/AIDS
sebagai upaya untuk mengeliminasi HIV/AIDS di tahun 2030 mendatang.

Tingkat keseriusan pemerintah dalam penanggulangan HIV/AIDS dapat dilihat dari


penyediaan alokasi anggaran dalam APBD. Karena di dalam APBD tersebut semua
program/alokasi anggaran yang berkaitan dengan penanggulangan HIV/AIDS dituangkan.

Untuk itu kami dari beberapa Lembaga di Sumatera Barat bekerjasama membentuk
Jaringan Advokasi Sumbar untuk melakukan peninjau penyusunan dan pengunaan
anggaran HIV/AIDS di Sumatera Barat, agar lebih aspiratif dan partisipatif sehingga
keterbatasan anggaran yang terjadi selama ini dapat diatasi dengan efektifitas program
karena disusun dan ditetapkan atas usulan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat khususnya
para penderita dan kelompok rentan terinfeksi.

III. Tujuan

Adapun tujuan dari riset ini adalah:

1. untuk mengetahui anggaran HIV/AIDS 2021 dan Kebijakan Hibah Provinsi Sumatera
Barat dalam mewujudkan Three Zero pada tahun 2030
2. perlunya penetapan batas maksimal alokasi anggaran belanja hibah untuk pencegahan
dan penanggulangan HIV/AIDS yang bersumber dari APBD, serta jumlah bantuan yang
diberikan kepada penerima hibah;
3. mengevaluasi kebijakan pengelolaan anggaran hibah untuk pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS selama ini;
4. mendorong pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten untuk segera membentuk Badan
Pertimbangan Kesehatan Daerah sesuai Pasal 175-177 UU No. 36 Tahun 2009 tentag
Kesehatan.
5. Mengetahui perlu atau tidaknya keberadaan KPA Provinsi/Kota/Kabupaten dalam
pengawasan pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.

IV. Pertanyaan Kunci

Garis Besar Pertanyaan Wawancara:


1. Anggaran
a. Sumber pendanaan dan hibah program HIV AIDS di Sumatera Barat;
b. Kesesuain antara perencanaan anggaran dan pelaksanaan penggunaan anggaran;
c. Distribusi dana penanggulangan HIV AIDS dari Pemerintah daerah ke Puskesmas
atau badan lain yang menyelenggarakan program penanggulangan HIV AIDS;
d. Penggunaan dan serapan anggaran program HIV AIDS;
e. Keberlanjutan pendanaan dari pemerintah daerah.
2. Sumber Daya Manusia
a. Kecukupan sumber daya manusia/tenaga untuk program penanggulangan HIV AIDS
di Sumatera Barat;
b. Kualifikasi dan kesesuian antara tenaga yang dibutuhkan untuk program
penanggulangan HIV AIDS;
c. Pengembangan kapasitas tenaga HIV AIDS:
d. Distribusi tenaga program penanggulangan HIV AIDS.
3. Logistik
a. Perencanaan logistik untuk program penanggulangan HIV AIDS di Sumatera Barat;
b. Kecukupan logistik untuk program penanggulangan HIV AIDS di Sumatera Barat;
c. Distribusi logistik untuk program penanggulangan HIV AIDS: Keterjangkuan dan
penerimaan oleh masyarakat;
d. Penggunaan logistik untuk pelayanan program HIV AIDS di Sumatera Barat.
4. Pemberdayaan masyarakat
a. Peran aktif masyarakat dalam perencanaan program penanggulangan HIV AIDS di
Sumatera Barat;
b. Pemberdayaan masyarakat lokal;
c. Kemandirian masyarakat dalam program penanggulangan HIV AIDS;
d. Peran Lembaga non pemerintah dalam penanggulangan HIV AIDS.

V. Metodologi

1. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang
menggunakan disain studi kasus sebagai upaya untuk memahami lebih dalam Anggaran
HIV/AIDS 2021 dan Kebijakan Hibah Provinsi Sumatera Barat. Fokus dalam penelitian
ini adalah desentralisasi Anggaran HIV/AIDS 2021 dan Kebijakan Hibah Provinsi
Sumatera Barat.
2. Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Sumatera Barat pada bulan Juli sampai dengan November.
3. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu data
primer dan data sekunder.
Sumber data primer adalah data yang berasal dari informan penelitian, usaha yang
dilakukan untuk mendapatkan data primer adalah dengan melakukan wawancara, dan
pengamatan/observasi. Pemilihan informan dalam penelitian ini didasarkan pada
pertimbangan penentuan kelompok pemangku kepentingan, yaitu: Gubernur, DPRD,
Bappeda, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Kepala Puskesmas, dan Pemegang program
HIV/AIDS Puskesmas.
Sumber data sekunder sebagai pendukung sumber data primer berupa peraturan
perundang-undangan terkait HIV/AIDS, RPJMD Provinsi Sumatera Barat dan data
APDB Sumatera Barat tahun 2021.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian lapangan atau
field research, dengan menggunakan 3 teknik pengumpulan data yang bersumber dari
hasil wawancara, pengamatan (observasi), dan telaah dokumen.

VI. Narasumber

Gubernur, DPRD, Bappeda, Dispora, Dinas Kesehatan, dan Dinas Sosial,

VII. Peserta

V. Timeline

VI. Anggaran

Lampiran 1. Hasil Penelusuran Anggaran (APBD) Sumatera


Barat Untuk Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV
dan AIDS

Anda mungkin juga menyukai