Kitab Haji Umrah Amani Sangatta Kutai Timur
Kitab Haji Umrah Amani Sangatta Kutai Timur
m
Bismillahirrahmannirrahim
Penyusun
H. M. Ackman. Lc. M.Si
2
Pedoman Transliterasi
3
Isi Buku
Hal
4
10.2 Sunnah-Sunnah Sai ……..………………………...………….. 26
10.3 Yang dibolehkan ketika Sai …...…………………………… 26
5
5.9 Thawâf Wadâ……….…………….….………………….…..…….... 51
Bagian III: Shalat Dalam Perjalanan 52
1. Jamak, Qashar, dan Jamak Qashar ……………….……...….…. 52
1.1 Qashar ………….……………………….………………..………… 52
1.2 Jamak …………………………...……...…….…….....…………… 52
1.3 Syarat Shalat Jamak Dan Qashar .……..… ….…....….…. 53
2. Tayammum ……………………………....….…..…….....…………... 53
2.1 Cara Tayammum …………………...………....…….…………. 53
3. Shalat Dalam PeSawat Atau Kendaraan ………...…….....…..…. 54
Daftar Gambar
Peta Miqat ……………….. ………………………………………………….… 13
Denah Ka’bah ………………………...……….………………………….…. 35
Denah Raudhah ……………………….……………..………………….…... 60
Daftar Pustaka ………………………...…….….……………………….…… 66
6
Daftar Istilah
7
(hari nahar) dan di tiga hari tasyriq
berikutnya
Jumrah Ŭlâ : Tembok batu dekat dengan Mesjid al-Khaif
di Mina yang mulai dilempar tanggal 11
Dzulhijjah; jumrah al-Sughrâ
Jumrah Wusthâ : Tembok batu yang berada diantara jumrah
al-kubrâ dan jumrah al-sughrâ
Mabît : Bermalam atau menetap dalam waktu yang
ditentukan
Mîqât : Tempat tertentu untuk memulai ihram
Nafar Awwal : Jamaah haji hanya melempar dua hari saja
di hari tasyriq, yaitu mulai tanggal 11 dan
12 Dzulhijjah dan meninggalkan Mina
sebelum tenggelam matahari
Nafar Tsânî : Jamaah haji melempar tiga hari di hari
tasyriq (11,12, dan 13 Dzulhijjah)
kemudian meninggalkan Mina sebelum
tenggelam matahari
Multazam : Dinding yang terlentak diantara Hajar
Aswad dan pintu Kabah
Qashar Shalat : Meringkas shalat empat rakaat menjadi
dua rakaat
Saî : Amalan sesudah thawaf yang dilakukan 7
kali putaran dimulai dari Shafa ke Marwah
yang dihitung 1 putaran.
8
Pengertian Haji dan Umrah
Pengertian Haji
Haji artinya mengunjungi Kabah untuk mengerjakan thawâf,
saî, wuqûf dan ibadah lainnya karena Allah semata. Haji
diwajibkan bagi yang berakal, baligh, merdeka, mampu
menempuh perjalanan serta tersedianya dana baik bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarga yang ditinggalkannya. Kewajiban
mengerjakan haji hanya wajib sekali saja dalam seumur hidup
sedangkan selebihnya adalah sunnah.
Pengertian Umrah
Umrah menurut asal katanya berarti mengunjungi, dan
menurut definisinya berarti mengunjungi Ka’bah untuk thawâf
disekelilingnya, Saî antara Shafâ dan Marwah dan terakhir
tahallul dengan bercukur (halq; memotong seluruh rambut) atau
mengunting sebagian rambut saja (taqshîr).
Antara rukun haji dan umrah hampir sama, tapi dalam rukun
umrah tidak ada Wukûf di Arafah, melempar jumrah, dan
Thawâf Ifâdhah.
10
Mîqât berarti waktu dan tempat yang telah ditentukan
untuk melakukan ihrâm baik yang melaksanakan haji maupun
umrah. Mîqât haji terbagi dua:
1. Mîqât Zamânî: waktu tertentu untuk melaksanakan haji
yaitu bulan Syawal, Dzulqaidah dan sepuluh hari awal bulan
Dzulhijjah (sampai sebelum terbit fajar tanggal 10
Dzulhijjah). Sedangkan umrah dapat dilakukan di sepanjang
tahun, kecuali di waktu makruh melakukannya seperti
sedang mabît di Mina.
2. Mîqât Makânî: yaitu tempat-tempat tertentu untuk memulai
ihrâm. Bagi jamaah haji dan umrah tidak boleh melalui
tempat tersebut tanpa berihrâm yaitu:
a. Dzulhulaifah (Abyar ‘Ali) Mîqât yang berihrâm dari
Madinah
b. Julfah (Rabigh) Mîqât bagi jamaah yang datang dari Syiria,
jordania, libanon dan Mesir.
c. Qarnul Manazil Mîqât bagi penduduk Nejed (Negara
teluk)
d. Yalamlam Mîqât penduduk Yaman
e. Dzatu ‘Irqin Mîqât bagi penduduk Iraq
Bagi jamaah haji yang bertempat di negeri lain maka mîqâtnya
tergantung dari daerah mana ia melaluinya. Bagi jamaah haji
atau umrah yang sedang berada di Mekah dapat ber-mîqât di
Ji’ranah atau Tan’îm.
11
2. Atau berniat ihrâm di Airport Jakarta sebelum berangkat,
dengan alasan bahwa berihrâm sebelum mîqât dibolehkan
menurut pandangan mayoritas ulama.
12
Disunahkan memakai wewangian baik pada pakaian ihrâm
maupun badan sebelum niat ihram. Namun hindarkan
penggunaanya sesudah niat ihrâm.
4. Salat dua rakaat ihrâm
Yang dilakukan setelah mandi dan sebelum berihrâm.
Apabila salat wajib didirikan maka salat wajib ini dianggap
penganti salat sunnat ihrâm. Bila memilih salat sunat
ihrâm sesudah salat wajib maka hal itu lebih dianjurkan.
5. Membaca Talbiyah ketika berangkat
6. Menahan atau menjaga mulut
Anjuran ini pada dasarnya untuk menjaga dan melindungi
dari pembicaraan yang tidak berguna dan dusta yang akan
mengakibatkan gugurnya pahala ibadah.
Larangan ihrâm
1. Dilarang memakai pakaian berjahit seperti baju, jaket,
jubah, celana dan lainnya atau yang menutupi kepala
seperti sorban, kopiah atau pakaian yang dipakai atau
diletakkan di atas kepala. Terlarang pula memakai sepatu
kecuali yang terlihat jari dan mata kakinya.
2. Bagi wanita dilarang menutup wajah dengan masker atau
cadar atau yang sejenisnya. Tidak boleh menutup kedua
telapak tangannya. Bila takut ditimpa fitnah, debu, angin
atau untuk menghindari pandangan lawan jenis boleh
menutup wajahnya menurut kebutuhan.
3. Tidak boleh menggunting atau mencabut kuku, rambut,
bulu di badan atau dengan cara dicukur atau di gunting.
Bila kuku koyak, rusak atau gangguan lainnya, boleh
dicabut tanpa harus membayar dam dan tidak batal haji
dan umrahnya.
13
4. Tidak boleh melakukan aqad nikah, baik untuk dirinya
ataupun untuk orang lain.
5. Memakai wewangian setelah niat ihrâm dan menghindari
bersolek bagi wanita sangat dianjurkan mengingat sabda
Nabi Saw ketika ditanya bagaimana seharusnya orang yang
melaksanakan haji:
“Yang kusut rambutnya lagi berdebu dan yang tidak memakai
wewangian sehingga badannya bau.” (HR. Tirmidzi)
6. Perbuatan yang mengarah pada hubungan seksual seperti
mencium, memeluk, menyentuh dengan syahwat,
percakapan yang tidak senonoh dan sebagainya, terlarang
pula menyebut sesuatu yang berkaitan dengan seksual.
7. Memakai pakaian yang dicelup dengan pewangi, kecuali
jika di cuci hilang wanginya.
8. Berburu dan memakan binatang darat yang halal dimakan.
9. Melakukan kejahatan dan maksiat
10. Bertengkar, berdebat, bergurau yang tidak ada manfaatnya,
berkata buruk, mengunjing, mencela dan lainnya yang
dapat merusak ibadah.
14
b. Bersedekah kepada 6 (enam) orang miskin dan setiap
orang ± 1.5 kg beras atau berupa makanan yang
dianggap mengenyangkan atau,
c. Berpuasa 3 (tiga) hari di tanah suci
Walaupun diharuskan membayar dam atau kafarat, haji
atau umrahnya tetap sah. Bila memakai wewangian atau
pakaian berjahit, karena tidak tahu atau lupa, tidak
mengapa dan tidak ada dam atasnya.
2. Dalam ibadah haji suami istri yang berhubungan badan
sebelum tahallul awwal, hajinya tidak sah dan wajib bagi
keduanya (bukan salah satunya) membayar dam dengan
menyembelih seekor unta atau 7 (tujuh) ekor kambing,
dan mereka wajib menyempurnakan hajinya sampai selesaî
dan harus mengulangi hajinya tahun berikutnya. Boleh
membayar seharga seekor unta kemudian di sedekahkan
pada fakir miskin, jika ternyata hal ini juga tidak sanggup
maka hendaknya berpuasa, bagi setiap mud satu hari puasa.
Pendapat lain mengatakan cukup menyembelih seekor
kambing.
3. Aqad pernikahan tidak sah, tapi yang bersangkutan tidak
diharuskan membayar dam dan ihrâmnya sah.
4. Bagi yang melakukan rafats (berkata kotor), fusûq
(perbuatan keji/buruk) dan jidâl (berbantahan, bertengkar)
ibadah hajinya tetap sah, namun gugur pahalanya, namun
tidak diharuskan membayar dam.
Talbiyah
Yang dimaksud dengan talbiyah ialah bacaan:
ﻚ
ُ ﻚ َواﳌ ْﻠ
َ َﱢﻌ َﻤﺔَ ﻟ
ْ ﻚ إِ ﱠن اﳊَ ْﻤ َﺪ َواﻟﻨـ
َ ﻚ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ ْﻚ ﻻَ َﺷ ِﺮﻳ
َ َﻚ ﻟ َ ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟَﺒﱠـْﻴ
َ ﻟَﺒﱠـْﻴ,ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
ُ
ﻚ
َ َﻚ ﻟ َ ْﻻَ َﺷ ِﺮﻳ
Labaik allâhumma labaik, labaik lâ syarîka laka labaik, Innal
hamda wa ni’mata laka wal mulk, lâ syarîka laka
“Aku penuhi seruan-Mu Ya Allah, aku penuhi seruan-Mu, tidak ada
sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, semua nikmat dan seluruh
kerajaan milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Bagi pria disunnahkan membaca talbiyah dengan suara keras
dan bagi wanita cukup terdengar oleh dirinya sendiri.
Dalam haji dan umrah talbiyah dibaca setelah berniat (ihram)
dan selalu dibaca setiap saat. Bahkan sangat dianjurkan dibaca
setiap selesai shalat fardhu.
Bagi yang mengerjakan umrah, talbiyah dihentikan ketika
memulai thawâf, sedangkan bagi yang melaksanakan haji
dihentikan ketika melempar jumrah aqabah. Bagi yang
mendahulukan thawâf Ifâdhah talbiyah dihentikan ketika
memulai thawâf.
16
Selesaî talbiyah disunnahkan membaca shalawat kepada Nabi
kemudian berdoa apa saja yang disukai. Doa-doa yang berasal
dari Al-Qur’an maupun hadist sangat dianjurkan.
Macam-macam Haji
Cara pelaksanaan haji terbagi tiga macam:
a. Tamattu
b. Ifrâd
c. Qirân
Haji Tamattu
Ialah berihrâm untuk umrah terlebih dahulu pada bulan
Syawal, Dzulqa’dah dan Dzulhijjah kemudian mengerjakan haji
di tahun itu juga. Disebut tamattu karena menunaikan dua
macam ibadah (haji dan Umrah) di satu musim haji, tanpa
kembali dahulu ke kampung halamannya.
Setelah niat atau ihrâm kemudian mengerjakan semua
amalan umrah hingga tahallul. Setelah itu boleh mengenakan
pakaian biasa lagi dan halal yang tadinya terlarang ketika ihrâm
sambil menunggu datangnya waktu ibadah haji. Tanggal 8
Dzulhijjah (hari tarwiyah) kembali berihrâm untuk
melaksanakan haji setelah sebelumnya melaksanakan semua
sunah ihrâm.
Haji Ifrâd
Ifrâd ialah berihrâm di mîqat dengan niat untuk haji. Selesaî
semua amalan haji kemudian melaksanakan umrah dari mîqât
lagi, boleh dilakukan dari Tan’im atau Ji’ranah.
17
Haji Qirân
Berihrâm di mîqât dengan niat melaksanakan haji dan
umrah secara bersamaan. Yang melaksanakan Haji Qiron tetap
dalam keadaan ihrâmnya sampai selesaî amalan haji dan
umrahnya, kemudian tahallul awwal pada hari nahar (10
Dzulhijjah) sesudah melontar Jumrah Aqabah dan tahallul tsânî
sesudah thawâf Ifâdhah.
Thawâf
Thawâf ialah mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran
dengan syarat tertentu, yang dimulai dari hajar Aswâd sampai ke
hajar Aswâd lagi yang dihitung satu putaran. Thawâf merupakan
18
salah satu rukun haji dan umrah, dan tidak sah ibadah haji dan
umrah tanpa melakukan thawâf.
Syarat-syarat Thawâf
1. Suci dari hadast besar, kecil dan najis
Yaitu suci pada badan dan pakaian, dikecualikan najis yang
sulit dihindari, seperti terkena kotoran burung dan lainnya,
penderita penyakit beser (yang tidak mampu menahan
kecing), atau wanita Istihâdhah (darah penyakit, darah yang
keluar dari rahim bukan karena haid atau nifas tetapi
karena adanya kelainan dalam mekanisme tubuh),
sedangkan wanita haid tidak disarankan thawâf.
2. Menutup aurat
3. Menyempurnakan thawâf tujuh putaran
4. Dimulai dari Hajar Aswâd dan berakhir di Hajar Aswâd
yang dihitung satu kali putaran. Apabila memotong jalan
sehingga masuk ke dalam Hijir Ismail putarannya tidak sah
karena Hijir Ismail termasuk di dalam Ka’bah.
5. Thawâf terus menerus tanpa berhenti kecuali ada sebab
misalnya batal wudlu, dan boleh berwudlu dahulu
kemudian meneruskan yang tersisa, atau ketika shalat
fardu didirikan boleh menunda thawâf dan meneruskan
sisanya serta boleh beristirahat sejenak bagi yang lelah.
Sunnah-Sunnah Thawâf
1. Menghadap ke arah Hajar Aswâd ketika akan memulai
thawâf
2. Berwudlu sebelum thawâf
3. Idhthiba yaitu meletakan tengah-tengah baju ihrâm di
ketiak kanan dan ujung kain ihrâm di bahu sebelah kiri,
19
dan bahu sebelah kanan dibiarkan terbuka. Hukumnya
sunnah pada setiap Thawâf dan Saî. Kecuali ketika shalat
sunat thawaf hendaknya baju ihrâm di lepas dan
dikerudungkan ke tubuh. Idhthiba ini hanya dilakukan
pria dan tidak bagi wanita.
4. Raml (lari-lari kecil) di kali putaran pertama thawâf. Raml
hanya disunahkan ketika pertama kali umrah dalam satu
perjalanan dan tidak disunahkan pada umrah sesudahnya.
Raml hanya disunahkan dalam thawâf yang diakhiri
dengan Saî (thawâf umrah bagi haji Tamatu dan Thawâf
Ifâdhah). Bila melaksanakan pertama kali thawâf dalam
musim haji (thawâf qudûm bagi haji ifrâd) yang tidak ada
saî sesudahnya maka raml ini tidak disunnahkan, namun
hanya disunahkan ketika thawâf yang diakhiri Saî (thawâf
Ifâdhah). Bagi yang yang bermîqât dari Tan’îm atau Ji’ranah
(khusus bagi yang berumrah) tidak disunahkan raml. Bagi
wanita tidak disunahkan raml.
5. Mengusap sudut Rukun Yamani
6. Salat dua rakaat (salat sunat thawâf) di Maqam Ibrahim
(bila memungkinkan) atau dimana saja asalkan masih tetap
di dalam Masjidil Haram.
7. Sebaiknya Thawâf tidak dilakukan ketika akan didirikan
shalat wajib. Apabila masuk shalat wajib sedangkan ia
sedang thawâf hendaknya menunaikan shalat wajib dulu
kemudian menruskan sisa thawâfnya.
Macam-Macam Thawâf
Terdapat empat macam thawaf, yaitu: thawâf qudûm, thawâf
ifâdhah, thawâf wadâ, dan thawâf sunnah
20
Thawâf Qudûm
Thawâf Qudum (thawâf selamat datang) yaitu thawâf tujuh
putaran tanpa saî sesudahnya dan hukumnya sunah. Bagi yang
berhaji tamattu maka thawâf umrahnya sudah termasuk thawâf
qudûm.
Thawâf Ifâdhah
Dinamakan juga thawâf rukun, karena salah satu rukun haji
dan tidak sempurna ibadah haji tanpa melaksanakan thawâf
Ifâdhah. Thawâf Ifâdhah sunnahnya dilakukan selesaî melontar
jumrah Aqabah dan menyembelih qurban pada hari nahar (10
Dzulhijjah), dan boleh dilakukan pada hari tasyrîq (11, 12 dan
13 dzulhijjah) atau sesudah hari tasyrîq selama masih di bulan
dzulhijjah.
Thawâf Wadâ
Thawâf wadâ dilaksanakan ketika jamaah haji hendak
berangkat meninggalkan Kota Mekah atau pulang ke tanah air
dan hukumnya wajib menurut mayoritas ulama. Dan dikenakan
Dam bagi yang meninggalkannya tanpa sebab. Thawâf ini tidak
memakai pakaian Ihrâm dan tidak ada saî sesudahnya. Wanita
haid tidak diwajibkan thawâf wadâ tanpa dikenakan dam atau
kafarat.
Thawâf Sunnah
Yaitu thawâf yang dikerjakan setiap memasuki Masjid al-
Haram sebagai penganti shalat tahiyatul masjid. Dalam
pelaksanaanya tidak memakai pakaian ihrâm dan tanpa saî
sesudahnya. Dianjurkan memperbanyak thawâf sunnah karena
keutamaannya.
21
Kesimpulan
1. Haji tamattu melakukan 3 kali thawâf yaitu:
a. Thawâf umrah yang diakhiri saî termasuk di dalamnya
thawâf qudûm (bila diniatkan)
b. Thawâf Ifâdhah yang diakhiri saî
c. Thawâf Wadâ
2. Haji ifrâd melakukan 4 kali thawâf (1 sunnah dan 3 wajib):
a. Thawâf Qudûm (thawâf qudûm yang diakhir saî tidak
perlu saî lagi sesudah thawâf Ifâdhah).
b. Thawâf Ifâdhah
c. Thawâf Umrah
d. Thawâf Wada
3. Haji Qirân melakukan 3 kali thawâf (1 sunnah dan 2 wajib)
yaitu:
a. Thawâf Qudum
b. Thawâf Ifâdhah
c. Thawâf Wadâ
10. Saî
Saî dilakukan setelah thawâf, yaitu berjalan yang dimulai dari
Shafâ dan Marwah yang dihitung satu putaran dan akhir
putaran pasti akan berakhir di Marwah.
Saî merupakan salah satu rukun haji dan tidak sah haji atau
umrah jika meninggalkan saî.
Syarat-Syarat Saî
1. Dilakukan sesudah thawâf.
2. Dimulai dari Shafâ dan berakhir di Marwah sebanyak 7
(tujuh) putaran. Dari shafâ ke Marwah dihitung 1(satu) kali
22
putaran dan dari marwah ke Shafâ dihitung satu kali
putaran pula.
3. Dilakukan ditempat saî yaitu jalan yang terbentang diantara
Shafâ dan Marwah yang jaraknya ± 420 m.
Sunnah-Sunnah Saî
1. Memperbanyak dzikir dan doa di Shafâ dan Marwah.
2. Suci dari hadast kecil dan besar
3. Disunnahkan berjalan cepat antar dua pilar hijau selebihnya
cukup dengan berjalan biasa. Wanita tetap berjalan biasa
saja tanpa dianjurkan berlari kecil.
4. Jangan menyakiti, menyikut atau mempersulit orang yang
sedang melakukan saî.
5. Melaksanakan putaran saî berturut-turut tanpa berhenti.
23
Tata Cara Haji & Umrah
24
Sedangkan mengeluarkan dana untuk beribadah haji
termasuk sabilillah
3. Meninggalkan rafats (ucapan kotor dan tidak berguna),
fusûq (maksiat, meninggalkan ketaatan kepada Allah Swt),
dan jidâl (berbantahan, bertengkar dll)
4. Rendah hati, lemah-lembut, mengutamakan kebaikan,
budi pekerti yang baik. Tidak menyakiti orang lain, husnu
zhan (berbaik sangka), sabar dan tabah dalam menghadapi
perbuatan yang tidak menyenangkan dan menyakitkan
5. Ikhlas dalam segala ucapan dan perbuatan. Tidak
memperhitungkan segala apa yang telah dikeluarkan
untuk menyempurnakan ibadah haji maupun umrah
6. Ikhlas dan sabar dalam menghadapi musibah atau
kerugian yang menimpa fisik dan harta. Sebab segala
musibah dan kerugian yang diterima secara ikhlas,
termasuk kebaikan berpahala di sisi Allah Swt
Menjelang Berangkat
1. Salat sunat Safar (bepergian) dua rakaat dengan membaca
Fatihah dan al-Kafirun di rakaat pertama dan Fatihah dan al-
Ikhlas di rakaat kedua. Boleh membaca Ayat Kursi 2 atau
Surat al-Quraisy 3 dan satu kali sebelum keluar rumah atau
doa lainnya yang dihafal dan disukai.
2. Berdoa bagi keluarga maupun teman yang ditinggalkan
2
Lihat Muhyidin an-Nawawi, al-Adzkâr, (Beirut: Dar al-Fikr), hal.185
3
Ibid
25
ْ
ِاﷲ
َ ّ ِﺴ ِﻢ
Bismillah
Setelah duduk membaca lagi:
ْ ْ
ِ ﺪ ِﷲ
ُ ﺤ
ﻤ اﻟ
َ َ
Alhamdulillah
Diteruskan dengan membaca:
ْ ﻣﻘﺮﻧ ْﲔ وإﻧﺎ إ رﺑﻨﺎ ﻟﻤ ْﻨﻘﻠ
ﺒﻮن
ْ
ﺳ ْﺒﺤﺎن ا ّ َ ي ﺳﺨﺮﻟﻨﺎ ﻫﺬا وﻣﺎﻛﻨﺎ
ِ َ ِ
َ ُ َ ُ َ ّ َ َ ِ َ ّ ِ ََ ِ ِ ُ ُ َ َ ّ ُ َ َ َ َ َ َ َ َّ َ ِ َ َ ُ
Subhânaladzî sakhara lanâ hâdzâ wa mâ kunnâ lahû muqrinîn
wa innâ ilâ robbinâ lamunqolibûn
“Segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kami (padahal) kami
tidak sanggup mengendalikannya. sesungguhnya kami akan kembali
kepada Allah.” (QS. Al-Zukhruf: 14)
26
“Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku menganiaya diriku sendiri
(maka) ampuni aku karena tidak ada (yang) bisa mengampuni kecuali
Engkau.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasaî dengan sanad sahih)
27
Tata Cara Umrah
1. Pendahuluan
Dalam pembahasan tata cara umrah disini, tidak dipisahkan
antara amalan wajib, rukun atau sunnah-sunah ihram. Karena
dengan mengerjakan semua amalan sunnah, menjadikan ibadah
itu lebih bermakna, meskipun dengan meninggalkannya
umrahnya tetap sah. Sedangkan penjelasan rukun, wajib dan
sunnah-sunnah Ihram, dibahas dalam bab lain.
Nabi Saw hanya sekali saja melakukan Haji yang dikenal
dengan istilah Haji Wada (haji perpisahan), dengan mengambil
bermiqat di Bir Ali Madinah. Jadi adalah sunnah melakukan
umrah dengan mengambil Miqat di Masjid Bir ‘Ali Madinah.
2. Sunat-Sunat Ihram
Para jamaah yang hendak berumroh, khususnya bagi yang
bermiqat di Bir ‘Ali Madinah, sebelumnya melakukan semua
kesunahan umrah di kamar hotelnya.
Sunnah-sunnah ihram atau umrah, yaitu: mengunting kuku,
mencukur rambut (bisa dilakukan di tanah air sebelum
berangkat), merapikan jenggot, kumis, dan bulu ketiak.1
Kemudian mandi dengan menyela-nyela jari tangan dan kaki,
kemudian berwudhu.2 Setelah mandi boleh memakai
deodorant, hand body, minyak wangi, minyak rambut dan
lainnya pada tubuhnya,3 tapi jangan gunakan di pakaian Ihram.
Meskipun setelah niat umrah masih tersisa bau harumnya, atau
bekasnya tidak membatalkan umrahnya.4
Setelah itu mengenakan pakaian ihram yang putih5 dan telah
dicuci dahulu.6 Ada dua lembar pakaian ihram bagi pria, yaitu
bagian atas yang disebut Rida (kain bagian atas) dan Izzar (kain
bagian bawah). Pakailah sendal yang terlihat jari dan mata kaki.7
Sedangkan pakaian ihram wanita sama seperti pakaian ketika
shalat, yaitu jilbab yang harus menutupi seluruh rambut. Tidak
28
boleh terlihat lekuk tubuh, baju harus menutupi dada, tidak
boleh memakai pakain tipis sampai terlihat rambut atau kulit,
selain telapak muka dan telapak tangan. Harus memakai kaos
kaki atau stoking, boleh memakai warna apa saja yang disukai
asalkan semua aurat tertutup.8 Wanita menggunakan sepatu
yang menutupi semua jari dan mata kaki ketika ihram.9 Tidak
boleh menutup muka baik dengan niqab (cadar) atau sejenisnya
ataupun memakai sarung tangan.10
4. Niat Umrah
Kemudian berniat untuk umrah dengan membaca:
َ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟَﺒﱠـْﻴ
ﻚ ﻋُ ْﻤَﺮًة
Allohumma Labbaika ‘umroh
Setelah niat umrah, tidak boleh memakai pakaian yang berjahit,
mencabut rambut atau bulu lainnya, mengunting atau mengigit
kuku dan lainnya bagi pria.13 Jagalah mulut, jangan berkata buruk,
suuz zhon, marah, tidak puas, banyak komplen dan lainnya yang
akan menghilangkan pahala umrah, meskipun ditinjau dari segi
29
fikih umrahnya tetap sah.
Perhatian: bagi pria cara memakai pakain ihram sejak berniat
hingga sebelum tawaf untuk umrah nanti, kain ihram bagian
atas selalu diselimutkan di badan, seperti dalam gambar.
ﻚ
ُ ﻚ َو اﳌ ْﻠ
ُ ْ ﻚ إِ ﱠن اﳊَ ْﻤ َﺪ َواﻟﻨـ
َ َﱢﻌ َﻤﺔَ ﻟ َ ﻚ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ ْﻚ ﻻَ َﺷ ِﺮﻳ
َ َﻚ ﻟ َ ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟَﺒﱠـْﻴ
َ ﻚ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
ﻚَ َﻚ ﻟ َ ْﻻَ َﺷ ِﺮﻳ
Labaîk allâhumma labaîk, labaîk lâ syarîka laka labaîk, innal
hamda wan ni’mata laka wal mulku, lâ syarîka laka
“Aku penuhi seruan-Mu Ya Allah, aku penuhi seruan-Mu tidak ada
sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan seluruh
kerajaan milik-Mu dan tidak ada sekutu bagi-Mu.” 14
Bagi pria talbiyah dibaca agak keras,18 sedang bagi wanita cukup
hanya di dengar sendiri. Dalam perjalanan boleh tidur, makan,
minum dan tidak diharuskan pula dalam keadaan wudhu.
Semampunya terus membaca talbiyah dalam keadaan apa saja.
Shalat wajib selama perjalan dari Madinah Mekkah dengan cara
Jamak Qashar.
30
proses administrasi, masuk kamar masing-masing.
Tunggulah dengan sabar, tidak tergesa-gesa ketika tiba di hotel,
apalagi sampai emosi. Anda masih dalam keadaan Ihram dan
jangan sampai pahalanya hilang karena emosi, amarah, tidak
sabar dan lainnya. Anda masih dalam keadaan Ihram, tidak
boleh menganti kain ihram dengan handuk ketika masuk kamar
mandi, atau menganti dengan kaos atau apa saja yang bisa
membatalkan umrah Anda.
َ ِاب َر ْﲪَﺘ
ﻚ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اﻓْـﺘَ ْﺢ ِﱃ أَﺑْـ َﻮ
“Ya Allah bukakan bagiku semua pintu rahmatMu.” (HR. Muslim)
ِ
ُﺖ ﺗَ ْﺸ ِﺮﻳْـ ًﻔﺎ َوﺗَـ ْﻌﻈْﻴ ًﻤﺎ َوﺗَ ْﻜ ِﺮْﳝًﺎ َوَﻣ َﻬﺎﺑَﺔً َوِْزد َﻣ ْﻦ َﺷﱠﺮﻓَﻪُ َوَﻛﱠﺮَﻣﻪ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ِْزد َﻫ َﺬا اﻟﺒَـْﻴ
ِﳑ ْﱠﻦ َﺣ ﱠﺠﻪُ َو ْاﻋﺘَ َﻤَﺮﻩُ ﺗَ ْﺸ ِﺮﻳْـ ًﻔﺎ َوﺗَ ْﻜ ِﺮْﳝًﺎ َوﺗَـ ْﻌ ِﻈْﻴ ًﻤﺎ َوﺑِﺮا
Allahumma zid hâdzal baîta tasyrîfan wa ta’dzîman wa
takrîman wa mahabatan wa zid man syarrafahu wa karramahu
mimman hajjahu wa’tamarahu tasyrîfan wa ta’dzîman wa
takrîman wa birron
“Ya Allah tambahlah kehormatan, kebesaran, kemuliaan dan
kemegahan rumah ini. Tambahkan pula kehormatan, kebesaran,
kemuliaan dan kebaikan bagi yang telah menghormati dan
memuliakan rumahMu dari orang yang berhaji dan umrah.” 19
31
Talbiyah dihentikan ketika hendak thawaf.20
32
bi’ahdika wa ittibâ’an lisunnati nabiyyika Muhammadin
“Ya Allah, (aku perbuat ini) karena beriman kepada-Mu, karena
membenarkan kitab-Mu dan menyempurnakan janji dengan-Mu dan
karena mengikut Sunnah Muhammad Saw.” 25
Perhatian
Raml (berjalan cepat) hanya disunahkan ketika pertama kali
thawaf umrah dalam satu pejalanan saja, dan tidak
disunahkan pada umrah berikutnya.
Bila tidak mampu maka berusaha semampunya raml, jika tidak
sanggup berjalanlah biasa.
Tidak ada doa khusus setiap putaran tawaf, bacalah doa yang
dikuasai, doa dari Al-Qur’an dan Hadist lebih utama.
ْ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
اﺟ َﻌ ْﻠﻪُ َﺣ ﱠﺠﺎ َﻣْﺒـ ُ ْﺮوًرا َو َذﻧْـﺒًﺎ َﻣ ْﻐ ُﻔ ْﻮًرا َو َﺳ ْﻌﻴًﺎ َﻣ ْﺸ ُﻜ ْﻮًرا
Allâhumaj’alhû hajjan mabrûran wa dzanban maghfûran wa
sa’yan masykûran
“Ya Allah jadikan aku haji yang mabrur, dosa yang diampuni dan sai
yang sebagai rasa syukur.” (HR. Syafi’i)
ِ ِ ِ
َ َرﺑـﱠﻨَﺎ اَﺗﻨَﺎ ِﰱ اﻟ ﱠﺪﻧْـﻴَﺎ َﺣ َﺴﻨَﺔً َوِﰱ اﻷَﺧَﺮِة َﺣ َﺴﻨَﺔَ َوﻗﻨَﺎ َﻋ َﺬ
اب اﻟﻨﱠﺎ ِر
Rabbanâ âtinâ fiddunyâ hasanah wa fil âkhirati hasanah wa
qinâ adzabannâr
“Ya Tuhan, berilah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan
selamatkan kami dari api neraka.” 28
Selama tawaf bacalah dzikir dan doa pilihan anda atau boleh
membaca doa ini:
اﷲ َواﳊَ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ َوﻻَ إِﻟَﻪَ إِﻻﱠ اﷲُ َواﷲُ أَ ْﻛﺒَـ ُﺮ َوﻻَ َﺣ ْﻮَل َوﻻَ ﻗُـ ﱠﻮَة اﻻﱠ
ِ ﺳﺒﺤﺎ َن
َ ُْ
ِ ِﺑﺎ
ﷲ
Subhânallahi wal hamdulillâhi wa lâ illâha illallah wallâhu
akbar wa lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhi
“Maha Suci Allah, Segala puji bagiNya dan tidak ada Tuhan selain
Allah, Allah Maha Besar dan tidak ada daya upaya kecuali dari
Allah.” (HR. Ibnu Majah)
34
Bagi pria pakaian yang tadinya idhthiba dilepas dan selimutkan
ke badan. Diteruskan shalat sunnat dua raka’at, rakaat pertama
membaca al-Kafirun setelah Al-Fatihah, rakaat kedua membaca
fatihah dan al-Ikhlas. 30
Perhatian:
Maqam Ibrahim bukanlah kuburan Nabi Ibrahim, maka hindari
mengusap, mencium untuk mengharap berkah. Ingat! Jangan
rusak ibadah anda dengan perbuatan yang tidak ada
tuntunannya.
Jangan paksakan shalat langsung di belakang Maqam Ibrahim
karena akan menganggu yang thawaf. Mundurlah ke
belakang ke tempat agak sepi, atau boleh mengerjakan shalat
sunnat ini dimana saja asalkan masih dalam area masjid al-
haram.
Ketika umrah berikutnya dalam thawaf hanya berjalan biasa
tanpa raml.
14. Sai
Dalam Sai tidak disyaratkan suci, jadi jika setelah shalat
kentut atau batal tidak merusak Sai nya.
Sebelum ke Shafa, bagi pria rubah lagi pakain Ihram dengan
35
cara idhthiba’ seperti ketika memulai tawaf.
Ketika mendekat shafa bacalah:
اﷲُ أَ ْﻛ َﱪ
Allahu Akbar 3 x
36
ِ ﱢ
َﻋ ُﺰ اﻷَ ْﻛَ ُﺮم
َ ﺖ اﻷ َ رب ا ْﻏﻔ ْﺮ َو ْار َﺣ ْﻢ َو َﲡَ َﺎوْز َﻋ ﱠﻤﺎ ﺗَـ ْﻌﻠَ ُﻢ إِﻧ
َ ْﱠﻚ أَﻧ َ
Rabbighfir warham wa tajâwaz ‘amma ta’lam innaka antal
a’azul akrom,
“Ya Allah ampuni aku, hapuskan segala dosa yang Engkau ketahui,
(karena) sesungguhnya Engkau Maha Mulia dan Maha Besar.” 37
15. Tahallul
Selesai Sai, tahallul dengan menggunting atau mencukur
rambut sedangkan bagi wanita hanya mengunting beberapa
helai rambut sepanjang ruas jari saja. Mengunting atau
memotong rambut boleh dilakukan oleh siapa saja, anak kecil ke
orang tua atau sebaliknya, istri kepada suaminya atau sebaliknya.
Hendaknya wanita dipotong oleh muhrimnya.
Anda menjadi halal kembali dan selesailah umrahnya.
37
Selama berada di Mekah dianjurkan untuk memperbanyak
umrah. 4 Sebaiknya semua kesunahan ihrâm dilakukan di hotel
termasuk mandi dan berpakaian ihrâm. Sampai mîqât hanya
salat sunnah ihrâm dan berniat kemudian kembali lagi ke
Masjidil Haram untuk thawâf, saî dan tahallul. Umrah ini tidak
disunahkan Raml ketika thawâf.
4
Lihat Wahbah az-Zuhailî, al-Fiqh al-Islamiyyah wa Adilatuhu, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1998), III/16, Ibnu Qudâmah, al-Mughnî, (Mekah: Maktabah Ahmad
bin Baz, 1998), III/178-179, An-Nawawî, Syarh Muslim (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyyah, tt), IX/118. Sebagian pandangan menganggapnya makruh
seperti pandangan Mâlik bin Anâs
38
Tata Cara Haji
Hari Tarwiyah
Tanggal 8 Dzulhijjah (hari tarwiyah, sehari sebelum wuqûf)
jamaah pergi menuju Mina. Bagi haji qirân atau ifrâd masih
dalam keadaan ihrâm ketika pergi Mina. Sedangkan bagi haji
Tammatu berihrâm kembali dengan semua kesunahannya
seperti yang telah dijelaskan di atas.
Hendaknya shalat zhuhur, ashar, maghrib, isya (8 Dzulhijjah)
dan subuh (tanggal 9 Dzulhijjah) semuanya dilakukan di Mina
dengan cara qashar tanpa di jamak dan dilakukan berjamaah.
Bermalam pada hari tarwiyah hukumnya Sunnah dan bukan
termasuk rukun atau wajib, bila ditinggalkan tidak mengapa,
tapi sangat dianjurkan untuk melaksanakannya.
Wuqûf Di Arafah
Wuqûf berarti diam, hadir dan berada pada bagian manapun
dari Arafah, walau seseorang itu dalam keadaan tidur, terjaga,
duduk di kendaraan atau di tempat lainnya, berbaring, berjalan,
baik dalam keadaan suci dari hadast ataupun tidak misalnya
yang sedang haid, nifas maupun junub.
Wuqûf di Arafah merupakan rukun terpenting haji dan tidak
sempurna haji seseorang tanpa melaksanakan wuqûf seperti
yang ditegaskan Rasullah Saw:
ُ ﺞ َ َ ﻓَﺔ
ُ ّ اﻟﺤ
َ
“Haji itu (wuqûf di) Arafah”.
Waktu Wuqûf
39
Waktu untuk wuqûf dimulai sejak tergelincir matahari
tanggal 9 Dzuhilhijjah (waktu dzhuhur) sampai terbit fajar
tanggal 10 Dzulhijjah. Dan wuqûf dianggap sah bila seseorang
hadir di Arafah pada salah satu bagian dari waktu tersebut, baik
siang maupun malam. Hanya saja bagi yang memulai wuqûf dari
siang hari (setelah zhuhur), maka wajib memperpanjang wuqûf
sampai terbenam matahari. Bagi yang berwuqûf di Arafah dalam
batas waktu yang ditentukan, berarti telah mendapatkan hajinya,
sedangkan yang tidak melaksanakan wuqûf di Arafah, maka
batal hajinya.
Sunnah-Sunnah Wuqûf
1. Mandi sebelum wuqûf 5
2. Masuk ke Arafah ketika tergelincir matahari, setelah
terlebih dahulu shalat Zhuhur dan Ashar dengan di
jamak taqdîm dan qashar.
3. Imam berkhutbah terlebih dahulu sebelum shalat jamak
taqdim dan di qashar, sesudah itu berwuqûf
4. Menghadap kiblat dalam keadaan bersih dan menutup
aurat
5. Tidak berpuasa
6. Memusatkan pikiran, menghadirkan hati dan perasaan,
khusuk, rendah diri sambil bersungguh-sungguh meminta
ampun, dzikir, memperbanyak doa, membaca Al Qur-an
baik ketika berdiri, duduk maupun berbaring sambil
mengangkat kedua tangan.
5
Imam Malik meriwayatkan, bahwa Ibnu Umar r.a selalu mandi ketika
hendak berihram, ketika memasuki Mekah dan ketika wuquf di Arafah.
40
7. Berwuqûf semenjak waktu zawal sampai tergelincir
matahari.
8. Mengakhirkan shalat maghrib dan isya dengan cara jamak
ta’khîr di Musdalifah.
41
7. Mendahulukan wanita dan yang lemah lainnya pergi ke
mina sebelum fajar agar cepat melempar jumrah Aqabah
sebelum tempat ini menjadi ramai. Selain mereka tetap
berwuqûf sampai menjalankan salat subuh di Musdalifah.
Melempar Jumrah
Melontar jumrah hukumnya wajib, dan yang
meninggalkannya harus membayar Dam. Ukuran batu yang
dipakai untuk jumrah adalah batu kerikil sebesar biji kacang
atau sebesar ruas jari kelingking dan tidak boleh dengan besi,
tembaga atau dengan yang lainnya. Batu diambil di Musdalifah
atau Mina dan hindari memungut batu di sekitar tempat
Jumrah. Dimakruhkan memecah batu dan boleh mencuci batu
kerikil berdasarkan riwayat Ibnu Abbas, bahwasannya beliau
mencuci batu kerikil.
Mewakilkan Lemparan
Boleh mewakilkan lemparan bagi yang sakit yang tidak bisa
diharapkan kesembuhannya, orang tua atau yang sedang hamil.
Mewakilkan ini boleh pada siapa saja dan hendaknya k yang
mewakili tersebut melempar dulu bagi dirinya sendiri.
Jumlah Batu
Bagi nafar awwal mengambil 49 batu dan bagi yang
mengambil nafar tsânî 70 batu, tetapi disarankan mengambil
lebih.
A. Yang mengambil nafar awwal mengambil 49 batu:
1. 7 (tujuh) batu untuk melontar jumrah Aqabah (10
Dzulhijjah).
42
2. 21 batu (11 Dzulhijah) untuk melontar tiga jumrah,
yaitu jumrah ûlâ, wusthâ dan aqabah.
3. 21 batu (12 Dzulhijjah) untuk melontar tiga jumrah
B. Yang mengambil nafar tsânî memungut 70 batu:
1. 7 (tujuh) batu untuk melontar jumrah Aqabah di hari
Nahar (10 Dzulhijjah).
2. 21 batu (11 Dzulhijah) untuk melontar ketiga jumrah
3. 21 batu (12 Dzulhijah) untuk melontar 3 jumrah.
4. 21 batu (13 Dzulhijah) untuk melontar 3 jumrah.
Waktu Melempar
Melempar Jumrah Aqabah pada hari Nahar (10 Dzulhijjah)
bisa dilakukan mulai tengah malam, sedangkan waktu yang
utama adalah setelah waktu zhuhur. Talbiyah dihentikan ketika
mulai melempar Jumrah Aqabah. Sedangkan waktu yang utama
untuk melempar jumrah pada hari-hari tasyrîq setelah waktu
zhuhur hingga waktu fajar. 6 Akan tetapi waktu pagi lebih baik
berhubung menjaga keselamatan lebih penting dari pada hanya
mengejar pahala sunnah.
6
Pandangan ini menurut Fatâwâ al-Lajnah ad-Dâimah lî Buhûts al-Islamiyyah
wa al-Iftâ (komisi fatwa Kerajaan Saudi Arabia) fatwa No.925 dan Qararat wa
al-Tausiyat Majmâ Fiqh al-Islamy (Lembaga Kajian Fikih di Bawah Râbithah
‘Âlam al-Islamî)
43
13 Dzulhijjah dan kembali ke Mekah pada tanggal ini. Kedua
macam perbuatan diatas dibolehkan dan bebas memilih salah
satunya
Menyembelih Kurban
Ada dua macam penyembelihan kurban, yaitu:
Hadyu: ialah menyembelih hewan kurban yang disembelih
karena taqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) dalam ibadah
haji dan hukumnya sunnah muakkad (sangat dianjurkan).
Dam: menyembelih kurban karena melanggar salah satu
larangan ihrâm baik sengaja atau tidak yang terbagi dua:
a. Dam Nusuk, yaitu dam bagi haji tamattu dan qirân
b. Dam Isâ-ah, yaitu dam bagi yang meninggalkan:
1. Salah satu wajib haji seperti tidak melempar jumrah,
tidak berihrâm dari mîqât, wuqûf yang tidak sampai malam
hari, meninggalkan mabît di musdalifah dan Mina atau
meninggalkan thawâf wadâ.
2. Karena melanggar larangan ihrâm selain dari hubungan
suami istri contohnya memakai minyak wangi atau
memotong atau mencukur rambut sebelum waktunya.
44
berhubungan badan, dan boleh menggunakan kembali pakaian
biasa dan sebagainya.
Thawâf Ifâdhah
Kemudian melakukan thawâf Ifâdhah ke Mekah (bila
memungkinkan) dengan mengelilingi kabah tujuh putaran dan
saî seperti yang telah dijelaskan diatas dan seperti halnya ketika
berumrah tanpa mengenakan pakaian ihrâm. Dengan selesaînya
thawâf Ifâdhah ini, halal kembali semuanya dan bagi yang tidak
mampu boleh menangguhkan thawâf Ifâdhah selama hari
tasyrîq (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) atau sesudahnya asalkan
masih dilakukan pada bulan Dzulhijjah.
Perhatian
Jika urutan amalan itu tidak beraturan, misalnya
mendahulukan thawâf Ifâdhah kemudian melempar jumrah
aqabah sesudahnya, melempar jumrah aqabah kemudian thawâf
Ifâdhah ataupun menggunting terlebih dahulu sebelum
menyembelih qurban ataupun sebaliknya tidaklah mengapa,
karena perbuatan tersebut dibolehkan semuanya.
45
Pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah jamaah haji
melempar ketiga jumrah yang dimulai dari jumrah ûlâ,
kemudian jumrah wusthâ dan terakhir jumrah aqabah. Masing-
masing melempar dengan tujuh batu. Setiap selesai melempar
jumrah ûlâ dan wusthâ disunahkan berdoa namun setelah
lemparan jumrah aqabah tidak disunahkan berdoa. Waktu
melempar di hari tasyrîq dilakukan sejak pagi hari hingga waktu
fajar dengan limit waktu 24 jam penuh. 7
Bagi yang mengambil nafat awwal lemparan cukup dua hari
saja (11 dan 12 Dzulhijjah) dan keluar dari mina sebelum
matahari tenggelam. Sedangkan yang mengambil nafar tsanî,
mengenapkan lemparan hingga tanggal 13 Dzulhijjah dan keluar
dari Mina sebelum matahari tenggelam
Thawâf Wadâ
Bagi laki-laki di wajibkan melakukan thawâf wada. Berwudlu
terlebih dahulu kemudian thawâf 7h putaran tanpa Raml, Saî
atau Tahallul. Diteruskan salat dua rakaat di Maqam Ibrahim,
dan berdoa di Multazam.
Wanita yang dalam keadaan haid dan nifas, boleh
meninggalkan thawâf wadâ dan tidak dikenakan dam atau
kafarat.
7
Pandangan ini menurut penelitian penulis sendiri dalam tesis megister di
Universitas Indonesia berjudul “Hukum Melempar Jumrah: Studi Interpretatif
Perbedaan Pendapat Ulama tentang Melempar Jumrah Sebelum Matahari
Tenggelam di Hari Tasyrîq,” dengan pembimbing: Prof. Dr. Hasanuddin, MA
dan reader: Prof. Dr. Kautsar Azhari Noer, MA
46
1. Jamak, Qashar, dan Jamak Qashar
Bagi yang sedang bepergian (musafir) disunahkan
mengerjakan shalat dengan beberapa cara tanpa mengurangi
pahala shalatnya. Cara tesebut yaitu dengan cara men-qashar,
jamak, atau jamak qashar.
1.1 Qashar
Yaitu dengan meringkas shalat empat rakaat menjadi 2 (dua)
rakaat saja, sedangkan shalat maghrib dan subuh tetap bilangan
rakaatnya. Misalnya shalat zhuhur diringkas menjadi 2 (dua)
rakaat saja.
1.2 Jamak
Yaitu menyatukan dua shalat dalam satu waktu, misalnya
mengabungkan shalat zhuhur dengan shalat ashar, atau shalat
maghrib dengan shalat isya. Sedangkan shalat subuh tidak dapat
digabungkan dengan shalat lainnya dan ia berdiri sendiri dalam
waktunya.
Shalat jamak sendiri dibagi dua macam:
a. Jamak Taqdîm: yaitu mengabungkan dan menarik shalat
di satu waktu, contohnya menarik shalat ashar dan
menagabungkannya ke shalat zhuhur, atau menarik shalat
isya dan mengabungkannya dengan shalat maghrib yang
dikerjakan di waktu maghrib.
b. Jamak Ta’khîr: kebalikan dari shalat jamak taqdim,
contohnya menarik shalat zhuhur dan mengabungkannya
dengan shalat ashar yang dikerjakan di waktu ashar, atau
c. mengabungkan shalat maghrib dan isya yang dikerjakan
di waktu isya.
47
Jamak taqdim maupun ta’khir bisa dilakukan dengan syarat
bahwa shalat yang pertama harus pada waktunya, contohnya
ketika menjamak taqdim zhuhur dan ashar maka shalat pertama
adalah shalat zhuhur kemudian dilanjutkan shalat ashar. Begitu
pula ketika mejamak ta’khir antara zhuhur dan ashar maka
shalat yang pertama adalah ashar dan begitu pula dengan shalat
lainnya kecuali shalat subuh.
2. Tayamum
Seorang musafir boleh bertayamum sebagai penganti air
wudlu bila dalam keadaan tertentu tidak menemukan air. Atau
hanya tedapat sedikit air namun tidak mencukupi untuk dipakai
wudlu seperti dalam kendaraan, peSawat, atau tempat air terlalu
jauh.
Cara Tayamum
1. Berniat tayamum sebagai penganti wudlu
2. Disunahkan membaca basmalah, lalu menepukan kedua
telapak tangan di atas tanah, pasir, batu, bantal, dinding,
48
atau apa saja yang diperkirakan berdebu (tapi harus bersih,
tidak berupa zat najis atau tercemar najis). Kemudian
meniupkan atau mengerakan/mengoyangkan kedua telapak
tangan itu sehingga beradu, untuk menepiskan debu yang
melekat di tangan
3. Menyapukan kedua telapak tangan itu ke wajah dan kedua
tangan hingga pergelangan dan cukup sekali saja.
49
Ziarah di Kota Mekkah & Madinah
1. Kabah
Kabah adalah bangunan persegi empat yang berada di dalam
Masjidil Haram. Kabah juga disebut dengan Nama Baitullah,
Bait al-‘Atîq (Rumah pembebas, rumah kemerdekaan) dan Bait
ar-Rahmân (Rumah Yang Maha Pengasih). Di sekeliling Kabah
terdapat Hajar Aswâd, hijir Ismail, Mîzab (talang air di atas Kabah
yang terbuat dari emas), Maqâm Ibrahim dan Hatîm, yaitu pagar
yang terbuat dari marmer putih yang membatasi Hijir Ismail.
1. Tan’îm
Dikenal pula sekarang dengan Nama Masjid A’isyah dan
merupakan tempat berihrâm A’isyah ketika berumrah atas
perintah Nabi Saw pada Haji Wadâ bersama saudaranya Abdul
Rahman bin Abi Bakar ra.
2. Ji’ranah
Daerah sekitar 26 km sebelah utara Kota Mekah tempat
Nabi Saw membagikan harta rampasan perang (ghanîmah)
Hunain. Beliau berihrâm untuk umrah dari sini. Sekarang
tempat ini terdapat masjid dengan Nama Masjid Ji’ranah sebagai
tempat mîqât bagi yang berumrah.
4. Jabal Nur
Terletak sekitar 6 km sebelah utara Kota Mekah, sebelah kiri
jalan menuju Arafah. Di gunung ini terdapat gua yang dikenal
50
dengan nama Gua Hirâ yang merupakan tempat Nabi Saw
menerima wahyu pertamanya.
5. Gua Hirâ
Sebelum diangkat menjadi Nabi, Rasulullah Saw beliau
sering ber-tahannuf atau tahannust (menyendiri sambil merenung
dan beribadah) yang dilakukan selama tujuh tahun sambil
membawa bekal. Jika bekalnya habis, beliau pulang kemudian
kembali lagi. Siang harinya digunakan untuk berpuasa. Saat
usianya menginjak 40 tahun, tepatnya 6 bulan terakhir Nabi
Saw lebih sering datang ke Gua Hirâ, dan selama itu pula beliau
sering mendapat mimpi berulang-ulang. Memasuki hari ke 17
ramadhan datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu
pertamanya.
6. Jabal Tsûr
Gua yang terletak di sebuah gunung bejarak 10 km selatan
Kota Mekah yang merupakan tempat persembunyian Nabi Saw
bersama Abu Bakar dalam pengejaran kaum musyikin ketika
hijrah. Selama tiga hari Nabi Saw dan Abu Bakar ra tinggal di
dalam gua ini, selama itu pula Asma binti Abu Bakar yang
mengantar makanan mereka. Abdul Rahman, anak lelaki Abu
Bakar setiap hari mengujungi mereka untuk memberi kabar
yang terjadi di Mekah. Pada hari ke-empat mereka keluar dan
telah menunggu Abdullah bin Uraiqit seorang majusi (penyembah
api) juga sebagai penunjuk jalan dengan membawa dua unta
yang telah disewa oleh Abu Bakar sebelumnya. Keduanya lalu
berangkat ke Madinah menyusuri pantai laut merah.
51
Ziarah di Kota Madinah
52
Keutamaan Masjid Nabawî
Salat satu rakaat di Masjid Nabawî sama pahalanya dengan
mengerjakan 1000 atau 10.000 rakaat selain di Masjid ini,
kecuali masjidil Haram yang berpahala 100.000 rakaat. Nabi
Saw besabda:
“Satu kali salat di masjidku ini lebih utama dari seribu rakaat di
masjid lain, kecuali Masjidil Haram, satu rakaat salat di Masjidil
Haram lebih utama daripada seratus ribu rakaat di masjid lainnya.”
(HR. Ahmad).
Di dalam masjid ada tempat diantara mimbar Nabi Saw dengan
rumah beliau yang disebut dengan Raudhah, mengenai
keutamaan tempat ini Rasulullah Saw bersabda:
“(Ada sebuah) Tempat yang terletak di antara rumahku dengan
mimbarku (dan tempat itu) merupakan salah satu taman di antara
taman surga.” (HR. Bukhari).
Disunahkan menziarahi kuburan Nabi Saw sebagaimana
disabdakan:
“Siapa saja yang menziarahi kuburanku maka dipastikan ia akan
mendapat syafaatku.” (HR. al-Bazzar, Daruqhutni dan Ibnu
Khuzaimah)
َ ِاب َر ْﲪَﺘ
ﻚ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اﻓْـﺘَ ْﺢ ِﱃ أَﺑْـ َﻮ
Allâhummaftah lî abwâba rahmatika
“Ya Allah, bukakanlah pintu rahmat-Mu untukku.”
53
c. Salat tahiyatul masjid dua rakaat, di rakaat pertama
membaca Fatihah dan al-kafirun kemudian di rakaat
kedua membaca al-Fatihah dan al-Ikhlas.
Perhatian
1. Jangan mengusap, mencium pagar besi Makam Nabi atau
lainnya, karena perbuatan ini berlawanan dengan sunnah
Rasul yang berakibat rusaknya kesucian ibadah anda.
54
2. Sejarah Masjid Qubâ
Dalam perjalanan hijrah Nabi Saw ke Madinah, beliau
singgah di Qubâ selama 4 hari (hari senin tanggal 27 September
622 M, sampai hari jumat tanggal 1 oktober 622 M). Di tempat
ini Nabi Saw bersama Abu Bakar diajak ke rumah Kultsun bin
Hindun, yang mupakan tempat persinggahan pertama pula bagi
kaum muhajirin yang berhijrah dari Mekah sebelum kedatangan
Nabi Saw. Sewaktu Nabi Saw tiba di tempat ini, unta yang di
tungganginya duduk di tanah lapang, dan di tempat inilah Nabi
Saw membangun masjid. Masjid Qubâ adalah masjid pertama
yang di bangun pada tahun ke-13 kenabian (622 M). Salah satu
prasasti yamg masih bisa disaksikan hingga sekarang adalah
prasasti Sultan Mahmud II, satu khalifah Utsmaniyah (ottoman)
yang merenovasi masjid ini. Di dalam masjid terdapat sebuah
tanah terbuka, berkerikil dan ditengahnya terdapat kubah yang
berhadapan dengan mihrab. Tempat ini disebut Mabrak an-
Naqah (tempat duduk unta) yang diperkirakan tempat duduk
unta Nabi Saw.
55
Sedangkan Abdullah bin Umar meneladani Rasulullah Saw
dengan berkunjung ke Masjid Qubâ pada hari sabtu.
Bagi yang hendak berkunjung ke masjid Qubâ hendaknya
berwudlu dahulu di hotel dan berdoa ketika masuk masjid
diteruskan dengan salat sunnat. Tidak ada tempat khusus untuk
salat dan ktika selesaî salat berdoalah menurut hajatnya,
terutama doa yang menyangkut kesulitan hati, karena di sinilah
Nabi Saw banyak berdoa karena kegelisahan hatinya setelah
hijrah dari Mekah.
3. Masjid Qiblatain
Artinya masjid yang mempunyai dua kiblat dan dinamakan
Masjid Qiblatain karena di masjid inilah turunya ayat Al-Qur-an
yang memerintahkan berkiblat ke arah Ka’bah yang sebelumnya
berkiblat ke masjid al-Aqsha. Masjid ini pada mulanya milik
Bani salaman dari suku Khazraj, salah satu dari dua suku selain
suku Aus yang menyarankan Nabi Saw hijrah dan menjajikan
dukungannya. Bahwasannya Nabi Saw pernah diundang makan
oleh Basyar bin Barra dari Bani Salaman dan ketika waktu
zhuhur tiba beliau salat berjamaah dengan menghadap kiblat
kearah masjid al-Aqsha. Ketika salat berjalan dua rakaat,
turunlah ayat keharusan memindahkan arah kiblat kearah
Kabah di Mekah. Karena perubahan itu lelaki bertukar tempat
dengan tempat kaum wanita. Oleh karena itulah masjid ini
kemudian dinamakan Masjid Qiblatain. Di dalam masjid
terdapat dua mihrab, yang menghadap ke selatan (arah Ka’bah)
dan yang menghadap ke utara (arah masjid al-Aqsha).
4. Jabal Uhud
56
Nabi Saw selalu menziarahi tempat ini setahun sekali, dan
hal ini dilakukan pula oleh para khalifah sesudahnya. Bersabda
Nabi Saw: “Jabal uhud menyenangkan kami dan kamipun
menyenanginya.” (HR. Bukhari)
Perang Uhud merupakan peperangan antara Muslimin dan
Musyrikin dan tidak kurang 70 sahabat gugur, diantaranya
Hamzah, paman Nabi. Di tempat ini ada sebuah lubang tempat
Nabi Saw terjerembab dan terkena batu ketika perang.
5. Kuburan Baqî
Kuburan yang terletak sebelah timur Mesjid Nabawi tempat
dimakamkanya kurang lebih 10.000 sahabat utama, keluarga
Nabi Saw, para syuhada perang Uhud dan Badar. Disunahkan
menziarahinya dan berdoa setelah bershalawat terlebih dahulu:
57
Keutamaan Haji Dan Umrah
3. Penghapus Dosa
Rasulullah Saw bersabda: “Barang siapa yang mengerjakan haji dan
tidak melakukan keburukan, tidak berbuat fasiq (maksiat) maka akan
kembali (dihapus semua dosanya) seperti pada saat ia dilahirkan oleh
ibunya”. (HR. Bukhari, Muslim dan Nasaî).
58
5. Penghapus dosa
Rasulullah Saw bersabda: “antara umrah yang satu dan umrah
lainnya, adalah kafarat (penghapus dosa) diantara keduanya,
sedangkan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR
Bukhari, Muslim, Malik, Tirmidzi, Nasaî, Ibnu Majah dan ash-
Ashbahani).
59
Daftar Pustaka
1. Gayo, H.M. Iwan, 2004, Buku Pintar Haji dan Umrah (Jakarta:
Pustaka Warga Negara)
2. Juzayrî, Abdul Rahman, 1990, Kitâb al-Fiqh ‘alâ al-Madzâhib al-
‘Arba’ah (Beirut: Dar al-Fikr)
3. Khiyari, Ahmad, 1993, Tarîkh al-Ma’alim al-Madînah al-
Munawwarah Qadîman wa Hadîtsan (Jeddah, Dar al-‘Ilm)
4. Khurbûthulî, Ali, tt, Tarîkh Ka’bah, (Beirut: Dar al- Jail)
5. Mubarakfurî, Shafiyyurahmân. 2002, Tarikh Makkah al-
Mukarramah, (Riyadh: Dar as-Salam)
6. Mundzirî, Abdul ‘Adzîm, 1992, Tahdzîb at-Targhîb wa at-Tarhîb.
(Beirut: Darul Jail)
7. Nawawî, Muhyidîn, tt, al-Majmû Syarh al-Muhaddzab, (Beirut:
Darul Fikri)
8. _________________ al-Adzkâr (Beirut: Dar al-Fikr)
9. _________________ Syarh Muslim, (Beirut: Dar Kutub ‘Ilmiyyah)
10. Râwah, Abdul Fattâh, 2003, Kitâb al-Îdhâh Fî Manâsik al-Hajj wa
al-Umrah, Cetakan Kelima, (Mekkah: Maktab al-Imdâdiyyah)
11. Rousydy, Latif, 1989, Manasik Haji dan Umrah Rasulullah s.a.w
(Medan: Rimbow)
12. Sâbiq, Sayyid, 1992, Fiqh as-Sunnah (Beirut: Dar al-Fikr)
13. Shihab, Quraish, 2003, Haji bersama M. Quraish Shihab (Bandung:
Mizan)
14. Qudâmah, Ibnu, 1997, al-Mughnî, Cetakan Kedua, (Mekah:
Mustaphâ al-Bâz)
15. Qârî, Mulâ ‘Alî, 1998, Irsyad asy-Syârî, Cetakan Pertama, (Mekkah:
‘Abbâs Ahmad al-Bâz)
16. Zuhaylî, Wahbah, 1989, al-Fiqh al-Islamiyyah wa Adilatuhu (Beirut:
Dar al-Fikr)
60