SURVEI PENGGUNAAN
TEKNOLOGI, INFORMASI,
DAN KOMUNIKASI (TIK)
DI DKI JAKARTA
2019
Pusat Pelayanan Statistik
Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik
Provinsi DKI Jakarta
KATA PENGANTAR
Pertumbuhan Teknologi Informasi Komunikas (TIK) saat ini tumbuh pesat. Terutama, terkait
penggunaan internet oleh masyarakat. Menurut hasil survei Asosiasi Jasa Internet Indonesia (APJII)
pengguna internet tahun 2017 sebesar 54,68% dari total populasi penduduk Indonesia yang
meningkat sebesar 10,56 juta dari tahun sebelumnya. Sedangkan lapangan usaha informasi dan
komunikasi merupakan sektor dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi
di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 10,06%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor TIK sangat
penting bagi pertumbuhan perekonomian bangsa.
DKI Jakarta yang merupakan Ibu Kota Indonesia juga sebagai pusat bisnis dan pusat
pemerintahan dengan ketersediaan infrastruktur TIK yang lebih lengkap dibandingkan kota lain,
serta jumlah penduduk mencapai sekitar 10 juta orang yang merupakan penyumbang terbesar
pengguna TIK di Indonesia.
Survei Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di DKI Jakarta dilakukan dengan
maksud untuk mendapatkan informasi perilaku masyarakat terhadap penggunaan TIK sebagai
indikator perkembangan TIK serta pengaruh pola penggunaannya pada aspek sosial budaya.
Penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan
kontribusi sehingga Survei Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di DKI Jakarta
tahun 2019 dapat terlaksana dengan baik. Semoga hasil pelaksanaan survei ini dapat memberikan
manfaat.
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penelitian 2
D. Dasar Hukum 2
E. Sasaran 3
F. Waktu Pelaksanaan 3
G. Output Pekerjaan 3
H. Manfaat Survei 4
I. Ruang Lingkup Pekerjaan 4
BAB IV KESIMPULAN 39
A Latar Belakang
Pertumbuhan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) saat ini tumbuh pesat. Terutama, terkait
penggunaan internet oleh masyarakat. Menurut hasil survei Asosiasi Jasa Internet Indonesia (APJII)
pengguna internet tahun 2017 sebesar 54,68% dari total populasi penduduk Indonesia yang
meningkat sebesar 10,56 juta dari tahun sebelumnya. Sedangkan Lapangan Usaha Informasi dan
Komunikasi merupakan sektor dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tertinggi
di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 10,06%. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor TIK sangat
penting bagi pertumbuhan perekonomian bangsa
DKI Jakarta yang merupakan ibu kota Indonesia yang merupakan pusat bisnis dan pusat
pemerintahan dengan ketersediaan infrastruktur TIK yang lebih lengkap dibandingkan kota lain,
serta jumlah penduduk mencapai sekitar 10 juta orang yang merupakan penyumbang terbesar
pengguna teknologi informasi komunikasi di Indonesia.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 265 tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Komunikasi, Informatika Dan Statistik, Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik
(Diskominfotik) Provinsi DKI Jakarta merupakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang memiliki
tugas melaksanakan urusan pemerintahan di bidang komunikasi dan informatika, statistik dan
persandian. Diskominfotik merupakan OPD yang memiliki keterkaitan langsung dengan teknologi
informasi dan komunikasi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Namun Diskominfotik tidak memiliki data mengenai penggunaan media TIK dan internet di
wilayah DKI Jakarta karena tugas pokok dan fungsi Diskominfotik lebih ke layanan intra Pemerintah
Daerah. Data-data mengenai penggunaan media TIK dan penetrasi internet di wilayah DKI Jakarta
oleh masyarakat sebagai indikator perkembangan TIK serta pengaruh pola penggunaannya pada
aspek sosial budaya di masyarakat sangat dibutuhkan oleh Pemerintah untuk penyusunan kebijakan
pembangunan baik daerah maupun nasional, maka diperlukan untuk dilaksanakan survei yang
hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan acuan pemerintah dalam pembuatan kebijakan.
Adapun rumusan masalah yang dijawab oleh penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa tinggi tingkat penggunaan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada
masyarakat?
2. Seberapa tinggi tingkat penggunaan internet pada masyarakat dan bagaimana pengaruhnya
terhadap aspek pendidikan dan sosial budaya?
3. Bagaimana efektivitas publikasi Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik pada masyarakat,
dan media apa yang paling cocok digunakan supaya efektif?
C Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pekerjaan Survei Penggunaan TIK di Provinsi DKI Jakarta, adalah:
1. Mengidentifikasi tingkat penggunaan perangkat TIK pada masyarakat
2. Mengidentifikasi tingkat penggunaan internet pada masyarakat, dan pengaruhnya terhadap
aspek pendidikan, dan sosial budaya
3. Mengevaluasi pelayanan Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik terhadap masyarakat:
efektivitas publikasi pada masyarakat, dan media apa yang paling cocok untuk masyarakat.
D Dasar Hukum
Survei penggunaan media teknologi, informasi dan komunikasi serta internet di DKI Jakarta
ini dilaksanakan dengan landasan hukum sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 1997 tentang statistik;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Statistik;
4. Permenpan Nomor 16 Tahun 2014 tentang Survei Kepuasan Masyarakat;
5. Peraturan Gubernur Nomor 265 tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi,
Informatika dan Statistik sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Gubernur Nomor
75 tahun 2018;
6. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 307 tahun 2016 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Pusat Pelayanan Statistik.
Sasaran survey pengguaan media teknologi, informasi dan komunikasi serta internet adalah
warga Provinsi DKI Jakarta yang memiliki KTP DKI Jakarta. Sasaran responden tersebar di 1
Kabupaten dan 5 Kota administrasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang meliputi: Jakarta Utara,
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur dan Kepulauan Seribu.
F Waktu Pelaksanaan
Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan survei penggunaan media teknologi,
informasi dan komunikasi serta internet dimulai sejak 1 Juli hingga 31 Agustus, dengan rincian
sebagai berikut:
Juli Agustus September
No Deskripsi Pekerjaan
III IV I II III IV I II
1 Identifikasi Masalah v
2 Pembuatan Kuisioner v
4 Pelatihan Surveyor v
6 Memasukan Data v v
7 Analisis Data v
8 Pembuatan Laporan v
G Output Pekerjaan
Output dari survei ini diharapkan memberikan gambaran tentang kepemilikan masyarakat DKI
Jakarta terhadap teknologi, informasi dan komunikasi. Penggunaan dan pemanfaatan internet bagi
masyarakat dan mengetahui persepsi penduduk DKI Jakarta terhadap media TIK milik Pemerintah
DKI. Hasil dari survei ini diharapkan dapat membantu Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam proses
pengambilan kebijakan.
Ruang lingkup pekerjaan yang diwajibkan kepada kami dalam survei penggunaan teknologi,
informasi dan komunikasi serta internet di DKI Jakarta meliputi;
1. Menyusun materi dan indikator yang dibutuhkan dalam pelaksanaan survei.
2. Menentukan jumlah sampel berdasarkan populasi dan sebaran sampel.
3. Melaksanakan penyusunan kuesioner serta mempersiapkan kuesioner sesuai dengan kebutuhan
responden.
4. Memberikan training pemahaman materi survei kepada petugas survei.
5. Melakukan kontroling dan monitoring petugas survei dalam pelaksanaan survei di lapangan.
6. Melakukan verifikasi data yang meliputi rekonfirmasi dan cleaning data hasil survei lapangan.
7. Melakukan pengolahan dan analisis data hasil survei.
8. Membuat report laporan dan mempresentasikan hasil survei.
A Metode Penelitian
Pada prinsipnya, penelitian melalui survei ini merupakan sebuah pembelajaran yang dilaksanakan
dalam sebuah sistematika berbentuk pengumpulan data dan analisis hasil yang bertujuan untuk
menjawab rumusan masalah penelitian. Berlandaskan dari pembatasan lingkup pembahasan yang
fokus pada rumusan masalah, yakni; mengukur penggunaan masyarakat DKI Jakarta terhadap
penggunaan media teknologi, informasi dan komunikasi serta internet, selain itu melihat respon
masyarakat terhadap media TIK public milik Pemerintah DKI Jakarta.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan metode penelitian. Pertama,
jumlah populasi masyarakat DKI Jakarta yang memiliki KTP DKI Jakarta, tidak sebanding dengan
tenaga, waktu, dan biaya yang dimiliki untuk melaksanakan penelitian. Kedua, diasumsikan bahwa
seluruh populasi seragam, oleh karena itu dapat diwakili oleh sampel. Sehingga, untuk menelisik
penggunaan media TIK penduduk DKI Jakarta menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
pengambilan data dilakukan secara survey.
Metode kuantitatif yang digunakan adalah teknik probability sampling. Teknik probability
sampling akan memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Dengan kata lain, probability sampling memberikan kesempatan yang sama untuk
pengambilan sampel dari setiap elemen populasi. Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling
unit, dimana sampling unitnya terdiri dari enam kelompok (cluster) yaitu 5 kota administrasi dan 6
kabupaten administrasi di Provinsi DKI Jakarta dan terbagi kedalam 2 tipe responden yaitu individu
dan rumah tangga. Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai
sampel dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi yaitu: rendah, sedang dan tinggi.
Sampel atau contoh adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti (Djarwanto,
1994:43). Sampel yang baik – yang kesimpulannya dapat dikenakan pada populasi – adalah sampel
yang bersifat representatif, atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Dalam penelitian
ini perhitungan yang digunakan untuk menentukan jumlah responden pada metode kuantitatif
menggunakan Teori Slovin dengan formula sebagai berikut:
Jumlah responden pada metode kuantitatif menggunakan Teori Slovin dengan formula sebagai
berikut:
dengan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Jumlah responden pada metode kuantitatif menggunakan Teori Slovin dengan formula sebagai
berikut:
𝑛 = 𝑁/(1+𝑁𝑒^2 )
dengan
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Selain itu, dipertimbangkan juga pembagian responden berdasarkan jumlah KK per kota/
kabupaten sebagai berikut:
A Demografi Responden
Pada tanggal satu sampai dengan sepuluh Agustus, tim surveyor melakukan wawancara kepada
masyarakat yang terpilih menjadi responden penelitian. Hasil wawancara tersebut menghasilkan
informasi tentang profil responden sebagai berikut :
Kepulauan Seribu :
Jakarta Barat : 0,27%
22,49%
Jakarta Utara :
16,59%
Jakarta Pusat :
11,01%
Jakarta Timur :
Jakarta Selatan : 28,49%
21,16%
Proporsi persebaran responden baik unit individu, maupun unit rumah tangga penelitian ini
merujuk kepada data jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta tahun 2018 milik BPS di masing –
masing kota/kab administrasi. Dari data tersebut terlihat bahwa penduduk DKI unit individu paling
banyak terdapat di Jakarta Timur, dengan persentase 28,49%, disusul kemudian 21,16% terdapat
Pusat Pelayanan Statistik DISKOMINFOTIK Provinsi DKI Jakarta 9
Jakarta Selatan, 22,49% di Jakarta Barat, 16,59% di Jakarta Utara, dan 11,01% terdapat di Jakarta
Pusat. Kabupaten Kepualauan Seribu menjadi wilayah dengan persebaran penduduk terendah,
yaitu sebesar 0,27%. Faktor sedikitnya pengambilan responden di kabupaten Kepulauan Seribu
dikarenakan perhitungan proporsi jumlah penduduk di Kepulauan Seribu terhadap penduduk
Provinsi DKI Jakarta.
Jakarta Utara :
Kepulauan Barat : 16,71%
22,73%
Jakarta Pusat :
10,85% Jakarta Timur :
28,42%
Jakarta Selatan :
21,06%
Persebaran responden pada unit Rumah Tangga memperlihatkan kesamaan dengan persebaran
unit individu di masing-masing wilayah DKI Jakarta. Jakarta Timur menjadi wilayah tempat persebaran
terbanyak, dengan persentase 28,42%. Wilayah persebaran unit rumah tangga terbanyak kedua
adalah Jakarta Barat dengan persentase 22,73%. Setelah itu, secara berturut-turut ditempati oleh
Jakarta Selatan 21,06%, Jakarta Pusat 10,85%, dan Jakarta Utara 16,71%, serta Kepulauan Seribu
menjadi tempat persebaran terendah unit rumah tangga terendah, dengan persentase 0,23%.
Proporsi jenis kelamin dari pengambilan responden yang dilakukan oleh surveyor memiliki
persentase yang cukup seimbang, yaitu ada 44% perempuan dan 56% laki-laki, dengan persentase
tingkat pendidikan terakhir sebagai berikut: SMA 52,9%, selanjutnya lulusan diploma atau sarjana
Diplpma/Sarjana 17.56%
SMA 52.89%
Pendidikan
SMP 15.77%
SD 10.58%
Persentase
Usia responden tersebar merata. Artinya, jarak antar rentang usia, tidak terdapat disparitas yang
signifikan. Responden yang berada dalam rentang usia 35-45 menempati posisi terbanyak, yaitu
27,54%. Rentang usia 45-59 tahun dan 15-24 tahun memiliki jumlah responden yang sama yaitu
sebanyak 23,55%. Disusul kemudian rentang usia 25-34 tahun ada 20,56%. Rentang usia lebih dari
59 tahun menjadi rentang usia dengan jumlah respon paling sedikit, yaitu sebanyak 4,79%.
Usia Responden
Spesifikasi pekerjaan responden adalah sebagai berikut: pegawai swasta 22,95%, TNI/Polri
0,60%, PNS 1,60%, Wirausaha 21,76%, Tenaga Lepas 8,98%. Dapat disimpulkan, lebih dari setengah
masyarakat DKI memiliki pekerjaan tetap. Ada yang bekerja dengan pola terikat seperti pegawai
swasta, TNI/Polri, dan PNS. Ada juga yang bekerja dengan pola tidak terikat, seperti wiraswasta
dan tenaga lepas. Profesi kategori tenaga lepas, mencakup jenis pekerjaan yang tidak memiliki
keterikatan kotrak dengan pihak perusahan tertentu, seperti ojek, pedagang, dan nelayan.
Pekerjaan Responden
Pendapatan Responden
>10.000.000 1.40%
6.000.001-10.000.000 3.99%
3.900.001-6.000.000 22.75%
2.000.001-3.900.000 29.14%
<2.000.000 42.71%
Penelitian kali ini menggunakan unit individu dan unit rumah tangga. Responden sebagai unit
rumah tangga diharapkan dapat memberikan informasi secara menyeluruh yang menggambarkan
penggunaan media TIK pada unit rumah tangga, dan unit individu menjawab informasi sebagai
individu. Posisi responden dalam keluarga yang diwawancara oleh surveyor didominasi oleh kepala
keluarga sebanyak 36,93%, 31,34% istri, 29,94% anak, 1,20% saudara dan 0,6% orang tua.
40.00%
36.93%
30.00%
31.34%
29.94%
20.00%
10.00%
1.20% 0.60%
0.00%
Kepala Keluarga Istri Anak Orang Tua Saudara
Era industry revolusi 4.0 mendorong masyarakat dalam menggunakan media teknologi, informasi
dan komunikasi (selanjutnya disebut TIK). Serta mengubah perilaku masyarakat dalam melakukan
aktivitas sehari-hari maupun bekerja. Kegiatan masyarakat semula dilakukan secara offline beralih
menjadi online melalui internet. Jumlah pengguna TIK dari hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan gambaran bagi pengampu kebijakan dalam mendorong terjadinya inklusi digital di
Provinsi DKI Jakarta. Berikut adalah penetrasi masyarakat Provinsi DKI Jakarta dalam penggunaan
alat TIK yang terangkum dalam survei kali ini.
Televisi 97.26%
Komputer/Laptop 49.47%
Smartphone 97.33%
Pergeseran kepada alat TIK berbasis internet terjadi juga pada jenis siaran televisi. Meskipun
penggunaan televisi satelit masih tinggi (97,26%), tetapi jenis siaran yang digunakan telah bergeser
dari siaran dengan jaringan satelit (47%), ke siaran dengan jaringan kabel (53%), atau yang lebih
familiar disebut dengan istilah tv berbayar (berlangganan) dan tv gratis. Namun, hanya ada 34,49%
rumah tangga yang berlangganan internet. Artinya jaringan internet yang dipakai bersama dengan
anggota keluarga lainnya.
Sisanya, 65,51% responden tidak menggunakan layanan internet rumah tangga/bersama. Hal
ini membuka kemungkinan, bahwa pemakaian internet lebih terpusat pada individu. Sehingga,
kebutuhan untuk memasang jaringan internet rumah tangga tidak lagi tinggi, karena masing-masing
individu sudah menggunakan paket data pribadi. Ada 66,67% rumah tangga yang menganggap
tidak membutuhkan jaringan internet bersama. Ini adalah alasan yang mendominasi rumah tangga
tidak menggunakan layanan internet bersama.
Secara individu, jumlah pengguna alat TIK mencapai 96,01%. Televisi menjadi alat TIK yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat pengguna alat TIK, yaitu sebesar 91,42%. Kepemilikan
smartphone mencapai 84,63%. komputer/laptop sebesar 39,92%, dan yang paling sedikit adalah
telepon kabel, sebesar 6,99%.
Dari seluruh masyrakat pengguna alat TIK, terdapat 82,63% yang memiliki pengalaman
mengakses internet. Dari angka tersebut, lebih banyak penduduk DKI Jakarta yang mengakses
internet melalui smartphone/tablet, yitu 98,55% sedangkan yang mengakses melalui laptop hanya
sebesar 36,23%, dan yang menggunakan smartphone sekaligus laptop dalam mengakses internet
sebesar 34,78% . Hal tersebut menguatkan bahwa penggunaan internet lebih banyak terpusat
pada individu dengan menggunakan paket data pribadi (98,07%), dari pada rumah tangga dengan
menggunakan internet bersama yang hanya sebesar 39,37%. Setelah itu disusul dengan penggunaan
internet oleh individu melalui WiFi Publik (26,09), dan WiFi Pribadi (15,95%).
100.00%
98.07%
75.00%
50.00%
39.37%
25.00%
26.09%
0.00%
Paket Data WIFI Pribadi WIFI Publik
Saat ini internet menjadi satu kebutuhan masyarakat, baik pada masyarakat perkotaan,
maupun pada masyarakat pedesaan. Terlebih di DKI Jakarta, dari 96,01% masyarakatnya yang sudah
menggunakan alat TIK, terdapat 82,63% yang pernah mengakses internet. Menyadari hal ini, banyak
instansi baik pemerintahan, maupun swasta, menjadikan internet sebagai satu jenis layanan yang
mereka berikan kepada masyarakat. Faktor yang melatarbelakangi instansi-instansi menyediakan
layanan internet terbilang beragam. Mulai dari program pelayanan sampai komersil sebagai satu
strategi bisnis yang dapat menarik konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Layanan
internet ini biasanya tidak dipungut biaya, atau gratis. Aksesnya pun bersifat publik, berbentuk
sinyal WiFi, atau yang biasa disebut sebagai WiFi Publik.
WiFi publik dapat disediakan oleh pihak pemerintah, maupun swasta. Survei ini mendapatkan
data bahwa tempat yang paling banyak digunakan masyarakat ketika mengakses WiFi publik
adalah di cafe, sebesar 58,90%. Tempat selanjutnya adalah kantor, sebesar 40,90%, dan museum
adalah tempat yang paling jarang dijadikan tempat mengakses WiFi publik oleh masyarakat, hanya
sebesar 0,61%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh rendahnya minat masyarakat untuk berkunujung
ke museum atau keterbatasan layanan publik disetiap museum.
Cafe 58.90%
Kantor 40.90%
Institusi Pendidikan 33.13%
Taman 16.55%
Perpustakaan 12.27%
Stasiun 4.29%
Lainnya 3.09%
Bandara 1.84%
Institusi Kesehatan 1.22%
Asrama 1.22%
Museum 0.61%
Kegiatan masyarakat mengakses internet melalui WiFi publik paling banyak 3-5 hari dalam
sepekan. Dari data yang diperoleh, masyarakat yang mengakses WiFi publik setiap hari hanya 23,78%,
lebih rendah dari intensitas mengakses 1-2 hari dalam sepekan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh
rendahnya aksesibilitas masyarakat untuk dapat mengakses WiFi publik. Ada 68,92% masyarakat
yang mengungangkapkan alasan mereka tidak mengakses WiFi publik dikarenakan tidak mengetahui
password. Adapun alasan masyarakat menjadikan WiFi publik sebagai jaringan alternatif untuk
mengakses internet, sebagian besar dikarenakan WiFi publik dapat membantu masyarakat
menghemat kuotanya, yang berdampak pada penghematan biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli paket data. Alasan menghemat ini memiliki nilai 57,67%.
lainnya 4.40%
merepotkan 1.59%
Layanan Pemerintah DKI dalam menyediakan WiFi publik belum mampu menjangkau masyarakat
secara luas. Hal ini dapat terlihat dari tingginya jumlah masyarakat yang tidak mengetahui adanya
layanan WiFi publik yang dikelola oleh Pemerintah DKI, yaitu 69,33%. Sedangkan yang mengetahui
dan menggunakan sebesar 117,79%, dan sisanya ada 12,88% yang hanya tahu, tetapi tidak
menggunakan. Keengganan menggunakan WiFi publik, padahal telah mengetahui, dapat disebabkan
dengan aksesibilitas yang rendah. Selain rendahnya pengetahuan password, dikarenakan juga
ketidakterjangkauan tempat mengakses. Hal ini dapat terkait juga terhadap persepsi masyarakat
tentang lemahnya jaringan WiFi publik.
37.93%
31.03%
13.79% 13.79%
3.45%
Namun, terdapat penilaian positif terhadap kecapatan jaringan WiFi publik milik Pemda DKI dari
masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pengalaman mengakses. Ada 37,93% masyarakat yang
pernah menggunakan WiFi publik milik Pemda DKI menyatakan bahwa WiFi publik milik Pemda
DKI memiliki kecepatan normal. Masih pada angka yang hampir sama (31,03%) menyatakan WiFi
publik milik Pemda DKI memiliki kecepatan dalam kategori cepat. Dengan demikian, lebih dari
setengah pengguna WiFi publik Pemda DKI menilai positif, sisanya 13,79% menyatakan sangat
cepat, 13,79% menilai lambat, dan 3,45% menilai sangat lambat. Ini adalah penilaian masyarakat
setelah memiliki pengalaman mengakses.
Dari masyarakat yang mengakses WiFi publik kelolaan Pemerintah DKI, paling banyak memiliki
pengalaman mengakses di RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) yaitu sebesar 82,76%.
Taman dan perpustakaan daerah memiliki nilai yang sama sebagai tempat masyarakat mengakses
WiFi publik yang dikelola oleh Pemerintah DKI, yaitu 6,90%. Sedangkan pengalaman mengakses
di Rumah Sakit hanya sebesar 3,45%.
RPTRA 82.76%
Penetrasi internet pada masyarakat DKI Jakarta meningkat pesat sejak lima tahun terakhir.
Meskipun pemakaian internet mulai masif sejak awal tahun 2000-an, dan kembali bertambah masif
sekitar 5-10 tahun terakhir. Fakta ini menggambarkan arti penting internet bagi masyarakat: 47,37%
masyarakat DKI menganggap internet merupakan hal yang sangat penting bagi hidupnya. Angka
yang lebih tinggi, 50,48% masyarakat menganggap internet masih menjadi hal yang penting dalam
hidupnya. Sisanya, hanya 2,17% masyarakat yang menganggap internet merupakan hal yang tidak
penting dalam hidupnya.
penting 50.48%
Bermasalah 48.31%
Kegiatan mengakses internet masyarakat DKI didominasi oleh kegiatan chatting, atau mengobrol
melalui dunia maya. Persentasenya sangat tinggi, yaitu 98,55%. Berikutnya ada Sosial media,
sebagai aktivitas tertinggi kedua masyarakat dalam mengakses internet (76,09%). Video streaming
juga memiliki pengguna dengan persentase di atas 50%. Artinya, kegiatan chatting, media sosial,
dan video streaming menjadi tiga kegiatan yang hampir dilakukan secara bersamaan, dalam satu
waktu mengakses internet oleh masyarakat.
Chatting 98.55%
Sosial Media 76.09%
Video Streaming 55.80%
Browsing 31.88%
Namun secara mengejutkan, justru jual beli online menjadi kegiatan dengan persentase terendah
yang memiliki pengalaman diakses oleh masyarakat, yaitu hanya 5,56%. Jika saat ini banyak penelitian
yang memperlihatkan data tingginya tingkat perpindahan jual-beli dari offline ke online, maka
berdasarkan data bahwa hanya ada 5,56% masyarakat DKI yang memiliki pengalaman berbelanja
online, dapat diperkirakan transaksi jual-beli online belum merata dilakukan oleh sebagian besar
masyarakat DKI Jakarta.
Pada segi konten informasi, hiburan menjadi konten yang paling banyak diakses, persentasenya
mencapai 80,92%. Setelah itu konten infotainment dan gaya hidup, memliki persentase 52,17%.
Sosial – budaya, memiliki persentase 36,23%. Konten dengan persentase terendah pengalaman
diakses dimiliki oleh konten agama, yaitu sebesar 20,77%.
Hiburan 80.92%
Tujuan masyarakat mengakses internet berbanding lurus dengan jenis kegiatan yang paling
banyak dilakukan, yaitu chatting/mengobrol. Tujuan terbesar masyarakat dalam mengakses internet
adalah untuk berkomunikasi, yaitu 54,09%. Selanjutnya ada bekerja, sebesar 3,59%, hiburan 8,58%,
dan belajar 16,37%.
komunikasi 54,09%
hiburan 8,58%
belajar 3,59%
bekerja 16,37%
Pada aspek penggunaan paket data, sebagian besar masyarakat (57,52%) telah berlangganan
sejak lima tahun terakhir. Sebagiannya lagi, 31,93% sejak sepuluh tahun terakhir. Hanya 10,55%
masyarakat yang telah berlangganan paket data internet sejak lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
Biaya yang dikeluarkan pun beragam. Ada 60,34% yang harus mengeluarkan biaya untuk paket
data setiap bulannya Rp. 51.000 – 100.000, dan yang terkecil, ada 3,45% masyarakat yang harus
mengeluarkan lebih dari Rp. 200.000 per bulan untuk pembelian paket data.
Masyarakat menganggap harga yang dikenakan kepada mereka untuk mendapatkan paket
data masih terbilang mahal. Ada 21,43% masyarakat pengguna paket data yang merasa biaya
yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkan paket data terbilang mahal. Sisanya 70,94%
yang merasa sesuai, dan 7,64% yang menggap murah. Namun, masyarakat pengguna paket data
merasa sesuai antara biaya yang mereka anggap mahal dengan fasilitas yang mereka dapatkan,
nilainya cupuk tinggi, yaitu 82,02%. Hanya ada 15,52% masyarakat yang merasa kurang puas
dengan kualitas paket data yang digunakan. Persepsi ini menguatkan perkiraan latar belakang
yang mendorong terjadinya peralihan dari penggunaan telepon kabel ke smartphone, meskipun
demikian pemakaian paket data tidak hanya diperuntukan untuk smartphone saja.
sesuai 70,94%
murah 7,64%
mahal 21,43%
Sesuai 82,02%
Penetrasi pemakaian internet di tempat tinggal dalam bentuk WiFi mulai masif sejak 5 tahun
terakhir. Pemakaian WiFi rumah dalam rentang waktu lima tahun terakhir ini dilakukan oleh 86,25%
pengguna WiFi rumah. Sisanya ada 10,00% pengguna yang mulai memakai sejak sepuluh tahun
terakhir, dan hanya 3,75% yang sudah memakai lebih dari sepuluh tahun.
Besaran biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pengguna WiFi rumah adalah sebesar
pada rentang 300.000 hingga 400.000. Biaya ini dikeluarkan oleh 37,96% pengguna WiFi rumah.
Selanjutnya ada 33,33% pengguna yang harus mengeluarkan biaya sekitar 201.000 hingga 300.000
untuk pemakaian WiFi rumah selama satu bulan. Posisi ketiga biaya terbesar yang dikeluarkan
oleh masyarakat pengguna WiFi rumah lebih dari 400.000, yaitu 13,89%. Besaran biaya ketiga
yang harus dikeluarkan oleh masyarakat (12,96%) adalah pada rentang 101.000 hingga 200.000.
Terakhir, ada 1,85% masyarakat yang mengeluarkan biaya kurang dari 100.000 untuk pemakaian
internet dalam bentuk WiFi rumah.
<= 100 ribu 101-200 ribu 201-300 ribu 301-400 ribu >400 ribu
Series 1 1.85% 12.96% 33.33% 37.96% 13.89%
Persepsi tentang biaya yang dibebankan kepada masyarakat pengguna untuk pemakaian
WiFi rumah, mayoritas (23,15%) menganggap mahal, 11,11% menganggap murah, dan 65,74%
menganggap sesuai dengan fasilitas yang didapat. Namun, ada 79,63% masyarakat pengguna
menganggap kualitas WiFi yang dipakai sesuai dengan harga yang mereka keluarkan. Hanya
ada 11,11% masyarakat pengguna yang menggap kualitas WiFi rumah yang digunakan kurang
memuaskan. Sisanya ada 9,26% masyarakat pengguna yang merasa kualitas yang didapatkan
melebihi dari yang diharapkan.
sesuai 65,74%
murah 11,11%
mahal 23,15%
sesuai 79,63%
Manfaat dan kerugian dari pemakaian internet bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat
dipisahkan. Melalui internet masyarakat dapat mendapatkan banyak manfaat, seperti kecepatan
Hampir seluruh aspek kehidupan manusia kini dapat kita temukan juga di dunia maya, yang
dimanifestasikan dalam bentuk teknologi internet. Dimulai dari hal yang bersifat personal, seperti
hubungan antar individu, sampai pada hal yang bersifat publik, seperti layanan masyarakat, informasi
berita, transaksi jual–beli dan pendidikan.
Pengaruh internet yang paling besar bagi pengguna internet di DKI Jakarta adalah kemudahan
dalam membangun jaringan, dan ikatan sosial (84%). Peningkatan kualitas pendidikan menjadi
pengaruh terbesar kedua (83,88%). Pendidikan yang dimaksud tidak hanya secara formal, tetapi juga
nonformal, dalam bentuk wawasan umum (83,51%, dan informasi (82,07%). Sehingga, masyarakat
pengguna internet menganggap bahwa internet dapat meningkatkan produktivitas kerja (79,47%).
Namun, internet dirasa masih kurang memberikan informasi tentang pendidikan (65,65%). Hal
ini termanifestasi, salah satunya dalam bentuk kecanggungan dan kebingungan masyarakat ketika
sistem pendaftaran sekolah dialihkan menjadi bentuk online.
Pemerintah DKI Jakarta memberikan layanan kepada masyarakat dalam bentuk penyampaian
informasi melalui beberapa media. Ada yang bersifat online maupun offline. Dalam penyelenggaraan
layanan penyampaian informasi ini diperlukan data terkait pengetahuan dan perilaku masyarakat
dalam mengakses informasi yang disediakan oleh Pemda DKI, guna evaluasi demi lahirnya strategi
baru untuk penyampaian informasi yang lebih merata kepada masyarakat DKI Jakarta.
Pada media bersifat online, Pemerintah DKI memiliki produk layanan informasi berupa portal,
yaitu: jakarta.go.id, smartcity.jakarta.go.id, apbd.jakarta.go,id, statistik.jakarta.go.id; portal, dan
media sosial. Pada media bersifat offline, Pemerintah DKI memiliki produk berupa, majalah, dan
media luar ruang.
Pengetahuan masyarakat tentang portal milik Pemerintah DKI Jakart, paling tinggi terhadap
portal jakarta.go.id, yaitu 32,52%. Kedua, pengetahuan terhadap portal smartcity.jakarta.go.id
12,88%. Ketiga pengetahuan terhadap apbd.jakarta.go.id 2,90%. Keempat, statistik.jakarta.go.id,
sebesar 1,84%.
statistik.jakarta.
go.id tidak akses 1.82%
akses 0.02%
mengetahui 1.84%
tidak akses 2.85%
apbd.jakarta.
go.id
akses 0.05%
mengetahui 2.90%
tidak akses 1.03%
jakarta.go.id
smartcity.
akses 11.85%
mengetahui 12.88%
tidak akses 26.14%
jakarta.go.id
akses 6.38%
mengetahui 32.52%
Portal yang paling banyak diakses adalah smartcity.jakarta.go.id, yaitu 11,85% dari masyarakat
yang mengetahui, meskipun smartcity.jakarta.go.id menjadi portal kedua tertinggi yang diketahui
oleh masyarakat. Portal berikutnya yang paling banyak diakses oleh masyarakat yang mengetahui
adalah jakarta.go.id, yaitu (6,38%), meskipun portal jakarta.go.id adalah portal yang paling banyak
diketahui oleh masyarakat. Posisi berikutnya ada apbd.jakarta.go.id 1,05% yang diakses oleh
masyarakat yang telah mengetahuinya, dan terakhir portal statistik.jakarta.go.id 0,02% yang diakses
oleh masyarakat yang telah mengetahuinya. Artinya, meskipun smartcity.jakarta.go.id berada
diperingkat kedua sebagai portal milik Pemerintah DKI yang diketahui oleh masyarakat, tetapi
menjadi portal yang paling banyak diakses oleh masyarakat yang mengetahuinya.
Namun, dari grafik di atas memperlihatkan bahwa literasi masyarakat terhadap media informasi
milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih rendah, khususnya pengetahuan dan pengalaman
mengakses apbd.jakarta.go.ida dan statistik.jajakarta.go,id.
58.62%
34.48%
6.90%
Intensitas kunjungan masyarakat dalam mengakses portal-portal milik Pemerintah DKI Jakarta
paling banyak 2 – 3 kali dalam seminggu, persentasenya mencapai 58,62%. Lebih dari itu, 3 – 10
kali dalam seminggu mencapai 34,48%. Paling sedikit lebih dari sepuluh kali dalam seminggu,
yaitu 6,90%.
Selain portal – portal yang telah disebutkan tadi, Pemerintah DKI juga menyediakan media
berita online beritajakarta.id. Melalui media ini Pemerintah DKI menyampaikan keadaan terkini
tentang Jakarta. Namun, pengetahuan masyarakat terhadap beritajakarta.id masih sangat
rendah. Persentase ketidaktahuan masyarakat terhadap beritajakarta.id mencapai 72,54%.
Sedangkan tingkat pengalaman mengakses setelah tahu mencapai 52,69%, dan tidak mengakses
setelah tahu hanya 47,31%. Dengan demikian, untuk beritajakarta.id diperlukan sosialisasi
yang lebih masif, karena banyak masyarakat yang mengakses setelah mereka mengetahui.
Artinya, beritajakarta.id mendapat perhatian masyarakat setelah mereka memiliki pengetahuan
terhadap beritajakarta.id.
Tahu
23.6%
Tidak Pernah
47.3% Pernah
52.7%
Tidak Pernah
76.4%
Kegiatan masyarakat dalam mengakses beritajakarta.id paling banyak 2 – 3 kali dalam seminggu,
persentasenya mencapai 65,52%. Lebih dari itu, 3 – 10 kali dalam seminggu mencapai 27,59%.
Paling sedikit lebih dari sepuluh kali dalam seminggu, yaitu 6,90%.
65.52%
27.59%
6.90%
Dari seluruh masyarakat DKI pengguna internet, 99,03% adalah pengguna media sosial, dengan
berbagai macam platform. Hal ini menggambarkan interaksi sosial masyarakat hampir seluruhnya
beralih ke media sosial, dengan tetap mempertahankan interaksi langsung. Namun demikian,
hanya ada 31,88% masyarakat DKI pengguna sosial yang mengetahui akan media sosial milik
Pemerintah DKI.
Tidak Menggunakan
1.0%
Tidak Tahu
47.3% Tahu
52.7%
Menggunakan
99.0%
Dari seluruh pengguna media sosial, ada 97,83% yang menggunakan aplikasi Whatsapp, dan
pengguna aplikasi Telegram mencapai 4,83%. Pengguna Facebook mencapai 79,71%. Dari seluruh
pengguna Facebook hanya 4,11% yang mengetahui akun Facebook milik Pemerintah DKI dan
Gubernur DKI. Namun hanya ada 3,86% yang mengunjungi akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur
DKI, dari seluruh masyarakat yang mengetahui kedua akun tersebut. Dengan demikian, untuk
platform Facebook, tingkat pengetahuan dan pengalaman mengakses masyarakat DKI terhadap
akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI dapat dikatakan rendah, dibandingkan dari seluruh
pengguna Facebook.
Tahu 96.14%
4.1%
Tidak Tahu
3.86%
Pernah Tidak Pernah
Namun intensitas kunjungan terhadap akun Facebok milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI
oleh masyarakat yang mengetahui dan memiliki pengalaman mengakses, dapat dikatakan tinggi,
dengan persentase tertinggi 54,55% pada intensitas kunjungan 3-10 kali dalam seminggu.
Pengguna platform Twitter tidak sebanyak Facebook. Dari seluruh pengguna media sosial,
hanya 15,22% yang menggunakan Twitter. Namun, jika dibandingkan dengan tingkat pengetahuan
pengguna Facebook di DKI Jakarta terhadap akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI,
pengetahuan seluruh pengguna Twitter di DKI Jakarta terhadap akun Milik Pemerintah DKI dan
Gubernur DKI, lebih tinggi, yaitu 4,59% untuk akun milik Pemerintah DKI, dan 4,11%% untuk akun
milih Gubernur DKI, serta 5,31% yang mengetahui akun twitter milik Pemprov dan Gubernur DKI
secara bersamaan.
Begitu pun pada tingkat kunjungan. Pengguna Twitter yang mengetahui akun milik
Pemerintah DKI dan Gubernur DKI, lalu mengakses kedua akun tersebut, mencapai 4,11%. Dengan
demikian, meskipun masyarakat DKI Jakarta yang menggunakan Twitter lebih sedikit dari masyarakat
DKI Jakarta yang menggunakan Facebook, tetapi tingkat pengetahuan dan pengalaman mengakses
akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI lebih tinggi. Namun, tingkat intensitas kunjungan
pengguna Twitter yang mengetahui dan mengakses akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur
DKI lebih rendah dari Facebook, yaitu persentase tertinggi 47,37% pada intensitas kunjungan 2 –
3 dalam seminggu, sedangkan intensitas kunjungan 3 – 10 kali dalam seminggu hanya 26,32%.
Meskipun demikian, intensitas kunjungan lebih dari 10 kali pengguna Twitter terhadap akun milik
Pemerintah DKI dan Gubernur DKI mencapai 26,32%.
Pada tingkat intensitas kunjungan, pengunjung akun milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI
oleh pengguna instagram yang mengetahui aku milik Pemerintah DKI dan Gubernur DKI lebih
banyak dari pengunjung akun Pemerintah DKI dan Gubernur DKI pada Facebook dan Twitter.
Persentase tertinggi, 43,75% pada intensitas kunjungan 2 – 3 dalam seminggu. Sedangkan
intensitas kunjungan 3 – 10 kali mencapai 27,08%, dan intensitas kunjungan lebih dari 10 kali
dalam seminggu mencapai 29,17%.
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2 - 3 Kali >10 Kali 3 - 10 Kali
Ada 3 media cetak yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diantaranya adalah:
leaflet atau brosur, majalah dan poster, yang tersebar di tempat-tempat tertentu. Namun, sayangnya
ada 75,12% masyarakat yang tidak pernah melihat/membaca media cetak milik Pemerintah DKI
tersebut, dan hanya 24,88% yang pernah mengakses dengan rincian sebagai berikut: 10,87% pernah
melihat brosur/leaflet, 9,42% melihat poster dan 4,59% melihat majalah.
75.12%
10.87% 9.42%
4.59%
Leaflet/Brosur Majalah Poster Tidak pernah
Dari masyarakat yang pernah akses media cetak milik Pemprov DKI, paling banyak mengakses
di kantor pemerintahan setempat, persentasenya mencapai 52,43%. Sisanya, 33,93% di jalan.
Sekolah/universitas dan puskesmas memiliki persentase yang sama, yaitu 2,91%, RPTRA 1,94%,
dan lainnya 5,83%.
Sekolah/Universitas 2.91%
Lainnya 5.83%
RPTRA 1.94%
Puskesmas 2.91%
Di jalanan 33.98%
Pemerintah setempat 52.43%
Penilaian masyarakat yang memiliki pengalaman mengakses media cetak milik Pemprov
DKI cukup baik, yaitu 75 poin. Namun, hal itu hanya dimiliki oleh aspek konten yang disajikan.
Pada tiga aspek lainnya, masyarakat memberikan nilai dibawah standar. Pada aspek kemudahan
mengakses, masyarakat memberikan poin 72,67, pada aspek kelengkapan informasi, masyarakat
memberikan poin 72,06, dan pada aspek tampilan yang menarik, masyarakat memberikan poin
74,71. Meskipun ketiga aspek terakhir mendapat poin di atas 70, tetapi hal itu masih di bawah
poin standar minimum penilaian, yaitu 75.
Pemerintah DKI memiliki beberapa media luar ruang. Ada 49,28% masyarakat DKI Jakarta tidak
mengetahui media luar ruang milik Pemerintah DKI Jakarta, dan 51% masyarakat mengetahui
media luar ruang yang terbagi ; 25,36% penduduk mengetahui videotron atau layer digital dan
25,36% melihat roll banner atau baliho milik Pemerintah sebagai media informasi.
baliho 25.36%
videotron 25.36%
Lainnya 0.86%
Mendapatkan informasi
terkain pemerintah 31.47%
DKI Jakarta
Melakukan pengaduan
1.29%
secara online
Memperoleh informasi
berita terkini tentang 54.31%
Jakarta
Mengakses layanan
masyarakat secara 12.07%
online
0.00% 20.00% 40.00%
Sebagain besar masyarakat memberikan nilai positif 75 poin (dengan minimum poin 75)
terhadap konten yang disajikan. Mereka menilai konten yang disajikan dirasakan dapat memberi
manfaat dan memenuhi kebutuhan informasi. Pada penilaian yang lain mendapatkan nilai negatif,
di bawah poin 75, yaitu pada aspek: kemudahan dalam mengakses (72,67), kelengkapan informasi
(72,06), dan tampilan yang menarik (74,71).
Penilaian tertinggi masyarakat yang pernah mengakses beritajakarta.id adalah positif terhadap
kontek yang disajikan, yaitu poin 75,66, dan kelengkapan informasi, yaitu 75,00 poin. Pada aspek
lainnya, masyarakat memberikan penilaian negatif (di bawah poin 75), yaitu: kemudahan platform
71,71 poin, kemudahan mengakses 74,34 poin, dan tampilan menarik 74,34 poin.
Pusat Pelayanan Statistik DISKOMINFOTIK Provinsi DKI Jakarta 37
Penilaian terhadap media sosial milik Pemerintah DKI oleh masyarakat, mayoritas bernilai
postif (lebih dari 75 poin), pada beberapa aspek: konten yang disajikan mendapatkan 76,55 poin,
kemudahan dalam mengakses mendapatkan 77,06 poin, kelengkapan informasi mendapatkan
76,29 poin, dan tampilan menarik mendapatkan 75,26 poin. Hanya ada satu aspek yang bernilai
negatif, yaitu platform mudah digunakan, mendapat 72,94 poin.
Penilaian positif (lebih dari 75 poin) masyarakat terhadap portal jakarta.go.id, berada pada aspek:
konten yang disajikan (75,00 poin), dan tampilan menarik (75,49 poin). Aspek lainnya mendapat
penilaian negatif: platform mudah digunakan (70,10 poin), kemudahan dalam mengakses (73,53
poin), dan informasi yang dibutuhkan (74,02 poin)
1. Tingkat penggunaan perangkat TIK unit individu di Provinsi DKI Jakarta, dapat dikatakan tinggi
yaitu sebesar 96,01%. Televisi menjadi perangkat TIK dengan pengguna terbanyak, yaitu sebesar
91,42%. Lalu disusul oleh smartphone sebesar 84,63%, komputer/laptop sebesar 39,92% dan
yang paling sedikit digunakan adalah telepon kabel hanya 6,99%.
2. Tingkat penggunaan perangkat TIK unit Rumah Tangga di Provinsi DKI Jakarta, dapat dikatakan
tinggi yaitu sebesar 97,26% untuk pengguna televisi, 97,33% untuk pengguna smartphone,
49,47% untuk pengguna komputer/laptop dan 5,88% untuk pengguna telepon kabel.
1. Tingkat penggunaan internet pada masyarakat DKI dapat dikatakan tinggi, sebanyak 82,63%
untuk individu dan sebanyak 34,49% untuk rumah tangga. Smartphone menjadi alat utama
masyarakat dalam mengakses internet dengan persentase pengguna mencapai 98,55%.
2. Kebutuhan masyarakat terhadap internet relatif tinggi. Sebanyak 97.85% masyarakat menganggap
internet merupakan hal yang penting dalam hidupnya (47,37% sangat penting dan 50,48%
hanya penting), sedangkan hanya 2,17% masyarakat yang menganggap tidak penting.
3. Sebanyak 80,19% responden merasa terganggu jika dalam sehari saja mereka tidak dapat
mengakses internet (31,88% sangat bermasalah dan 48,31% bermasalah). Hanya 19,81% yang
merasa tidak terganggu jika dalam sehari tidak dapat mengakses internet.
1. Efektivitas tertinggi
a. Facebook merupakan media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak di DKI Jakarta
(79,71%). Namun, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Facebook milik Pemprov
masih sangat rendah hanya 4,11% dan hanya 3,86% yang pernah mengaksesnya.
b. Instagram merupakan media sosial dengan jumlah pengguna terbanyak kedua di DKI
Jakarta (60,39%). Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Instagram milik Pemprov dan
Gubernur adalah yang tertinggi yakni 25,12% dan sebanyak 20,77% masyarakat pernah
mengaksesnya. Oleh karena itu, Instagram menjadi media sosial dengan tingkat efektivitas
tertinggi dalam menyampaikan informasi.
c. Media luar ruang milik Pemprov lebih efisien dalam menyampaikan informasi dibanding
media cetaknya. Sebanyak 50,72% responden pernah melihat media luar ruang milik
Pemprov dengan rincian 25,36% melalui roll banner/baliho dan 25,36% melalui layar digital,
sedangkan hanya 24,88% yang pernah melihat media cetak milik Pemprov dan sebagian
besar di pemerintah setempat.
Rekomendasi
1. Berdasar data yang telah didapat, maka media yang paling tepat untuk publikasi untuk saat ini
adalah platform media sosial, terutama Instagram. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah :
a. Meningkatkan popularitas akun Facebook milik Pemprov.
b. Melakukan maintenance dan meningkatkan popularitas akun Instagram milik Pemprov.
c. Memperbanyak media luar ruang seperti roll banner/baliho dan layar digital, tentunya di
tempat-tempat yang strategis dan ramah lingkungan.