Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI EKSTERNAL TERHADAP KESENJANGAN

INFORMASI PEMBUATAN SKCK SECARA ONLINE DI POLRESTABES BANDUNG

Oleh
Gina Amalia 19017176
Kirana Sekar A. 15117047
Ahmad Hanif 15516019
Mikhail Ali Verdino 13117015
Chrisman W. Tambunan 12216031

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2019

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 0
BAB 1 PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Balakang 3

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Rumusan Masalah 7

1.3 Tujuan Penelitian 8

1. Mengetahui moda komunikasi eksternal yang dilakukan oleh Polsek 8

2. Mengetahui penyebab terjadinya kesenjangan pengetahuan dalam proses pembuatan


SKCK online 8

1.4 Manfaat Penelitian 8

BAB 2 LANDASAN TEORI 9

2.1 Teori Media 9

2.2 Teori Komunikasi Eksternal 9

2.3 Teori Kesenjangan Informasi 10

2.4 Teori Kesenjangan Pengetahuan 10

2.5 Teori Sosialisasi 11

2.6 Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa 11

BAB 3 METODE PENELITIAN 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 13

3.2 Metode Penelitian 13

3.3 Metode Analisis Data 13

3.4 Sumber Data 13

3.5 Pedoman Wawancara 14

BAB 4 HASIL PENELITIAN 18

BAB 5 ANALISIS PENELITIAN 25

5.1 Analisis Rumusan Masalah 1 25

5.2 Analisis Rumusan Masalah 2 26

1
5.3 Analisis Rumusan Masalah 3 28

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 30

6.1 Simpulan 30

6.2 Saran 30

LAMPIRAN 31

DAFTAR PUSTAKA 35

2
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Balakang

Pemerintah sebagai aparatur negara yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak
sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman
Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik dimana pengertian Pelayanan Publik adalah “bahwa
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai
upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan umum maupun pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang – undangan”. Berdasarkan hal tersebut, instansi pemerintah sebagai
penyelenggara pelayanan dituntut untuk lebih cepat dan tepat dalam memberikan pelayanan.
Terlebih lagi dengan adanya pengaruh globalisasi dimana perkembangan teknologi dan
ilmu pengetahuan semakin maju serta kompetisi yang semakin ketat membuat harapan masyarakat
akan pelayanan yang diberikan oleh Instansi Pemerintah lebih meningkat. Akan tetapi kondisi
penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum
efektif dan efisien. Sesuai dengan pernyataan Sujardi (2012:11), bahwa kondisi obyektif dalam
penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem pemerintahan yang belum
efektif dan efisien serta kualitas 21 sumber daya manusia aparatur yang belum memadai. Hal ini
terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari masyarakat baik secara langsung
maupun melalui media massa, seperti prosedur yang berbelit–belit, tidak ada kepastian jangka
waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak transparan, sikap
petugas yang kurang responsif dan lain–lain, yang menimbulkan citra buruk terhadap pemerintah”.
Selain itu bukti kekecewaan masyarakat terhadap buruknya pelayanan publik ditunjukkan
melalui pengaduan laporan masyarakat kepada Ombudsman Republik Indonesia. Berdasarkan
pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia pengertian Ombudsman merupakan lembaga negara yang mempunyai kewenangan
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan Pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, dan
Badan Usaha Milik Daerah serta Badan Swasta atau perorangan yang diberi tugas

3
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah”.

Gambar 1.1 Jumlah Laporan Pengaduan Masyarakat Periode 2010-2015

Dari grafik di atas dapat menunjukkan bahwa jumlah laporan pengaduan masyarakat di
seluruh Indonesia yang telah diterima Ombudsman dari tahun 2010 hingga 2015 sebanyak 22.688.
Untuk tahun 2015 Ombudsman menerima laporan pengaduan masyarakat atas dugaan
maladministrasi dalam pelayanan publik sebanyak 6.859 laporan sehingga pada setiap tahunnya
laporan pengaduan masyarakat mengalami peningkatan.
Berdasarkan data tersebut pemerintah mengupayakan perbaikan pelayanan dan
meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik agar dapat kembali menimbulkan kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat yaitu dengan melakukan terobosan baru dalam sistem
pelayanan publik. Menurut Damanpour yang dikutip dalam Suwarno (2008:9): “sebuah inovasi
dapat berupa produk atau jasa yang baru, teknologi proses produksi yang baru, sistem struktur dan
administrasi baru atau rencana baru bagi anggota organisasi.”
Alasan bagi sektor publik untuk berinovasi karena tuntutan akuntabilitas, transparan, dan
berbagai prinsip good governance yang menggiring organisasi publik untuk berkinerja lebih tinggi.
Sedangkan menurut Suwarno (2008:24) ada tiga alasan yang menjadikan inovasi sangat penting
dalam suatu organisasi (baik bisnis maupun publik) adalah:
1. Banyaknya teknik-teknik manajemen yang berfokus pada just-in-time, supply chain
management, outsourcing, dan total quality atau business process re-engineering yang dipakai oleh

4
berbagai perusahaan medium maupun besar untuk bertahan dan bersaing satu sama lain. Namun
hanya sedikit yang berani untuk keluar dari mainstream dan menciptakan terobosan-terobosan
baru.
2. Teknik-teknik manajemen tradisional di atas juga menggiring organisasi pada pola rigiditas dan
infleksibilitas.
3. Dampak dari inovasi dapat dirasakan dan terlihat pada kinerja dan keuntungan organisasi di
level bottom line.
Terkait dengan jumlah laporan dari Ombudsman tiap tahunnya dapat disimpulkan bahwa
pelayanan pada lembaga Kepolisian hingga tahun 2015 masih terlihat rendah. Hal ini sesuai
dengan klasifikasi terlapor dari Ombudsman bahwa instansi yang menempati urutan 3 (tiga)
terbanyak yang dilaporkan pada tahun 2013 sampai 2015 adalah Pemerintah Daerah, Kepolisian,
dan Instansi Kementerian yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah laporan pengaduan masyarakat
terhadap Instansi Kepolisian setiap tahunnya mengalami perubahan persentase. Sebagai aparatur
negara selain memiliki tugas dan wewenang yang telah diatur dalam undang-undang nomor 2
tahun 2002 Kepolisian Negara Republik Indonesia juga memiliki tujuan yaitu: “untuk
mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia” Selain itu untuk menunjukkan pengabdiannya kepada masyarakat, Kepolisian
Negara Republik Indonesia sudah tersebar luas di Polres Maupun Polsek di seluruh Indonesia
sehingga dapat memudahkan masyarakat dalam mengakses jasa pelayanan Kepolisian.
Pelayanan umum yang dilakukan oleh Polres maupun Polsek merupakan sebuah bentuk pelayanan
publik yang telah dilaksanakan oleh Kepolisian dalam memenuhi kebutuhan masyarakat sesuai
dengan tuntutan dan harapan mereka maupun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

5
berlaku. Adapun tugas pokok POLRI dalam memberikan perlindungan, pengayoman, dan bentuk
pelayanan kepada masyarakat salah satunya ialah pelayanan pembuatan Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK).
SKCK merupakan surat keterangan yang diterbitkan oleh POLRI melalui fungsi intelkam
kepada seseorang pemohon/warga masyarakat untuk memenuhi permohonan dari yang
bersangkutan atau suatu keperluan karena adanya ketentuan yang mempersyaratkan berdasarkan
hasil penelitian biodata dan catatan Kepolisian yang ada terkait orang tersebut (Vide Peraturan
Kapolri Nomor 18 Tahun 2014). Selain itu, SKCK juga menjadi salah satu persyaratan dari
perusahaan-perusahaan maupun instansi pemerintah termasuk TNI-POLRI. Misalnya untuk
persyaratan pendaftaran CPNS, pada saat ingin mendaftar sebagai CPNS harus mengurus dengan
waktu yang cukup lama sehingga untuk persyaratan SKCK dulu dihilangkan sementara sebagai
syarat pendaftaran CPNS agar para CPNS lebih fokus untuk mempersiapkan diri untuk mengikuti
seleksi dan tidak direpotkan lagi dengan persyaratan.
Guna mengatasi permasalahan tersebut, untuk itu pihak Kepolisian memperbaiki kualitas
pelayanan prima dengan mengeluarkan SKCK online yang mengacu pada Hasil Rapat Kabinet
Membahas Reformasi Hukum pada Hari Selasa 11 Oktober 2016 tentang paket pertama Reformasi
Hukum yang berisi lima fokus kebijakan dalam upaya mengembalikan kepercayaan publik pada
hukum Nasional dan aparat penegak hukum yang mana fokus ketiga pada program percepatan
pelayanan publik seperti Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK). SKCK online merupakan
terobosan baru yang dikeluarkan oleh Polrestabes Bandung yang berbasis teknologi serta untuk
memangkas sedikit birokrasi di Indonesia khususnya dalam pelayanan di sektor Kepolisian.

1.1.1 Das Sollen


● Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Pasal 30 ayat 4.
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta
menegakkan hukum.
● Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia Pasal 13 Tentang Tugas Pokok Kepolisian.
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
a. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

6
b. menegakkan hukum; dan
c. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.

● PP RI No.50 Tahun 2010 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak.
Peraturan ini mengatur biaya atau tarif yang harus dibayar oleh masyarakat ketika membuat
berkas terkait dengan Kepolisian, salah satunya adalah Surat Keterangan Catatan
Kepolisian (SKCK).

● Peraturan Kapolri Nomor 18 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penerbitan Surat Keterangan
Catatan Kepolisian (SKCK)
Dalam peraturan ini disebutkan mengenai tata cara penerbitan surat keterangan catatan
kepolisian (SKCK), mulai dari tingkat Mabes Polri hingga Polsek. Peraturan ini dibuat
sebagai pedoman penerbitan SKCK agar sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
1.1.2 Das Sein
Berdasarkan hasil observasi, sebagian masyarakat belum mengetahui mengenai SKCK
online. Oleh karena itu, masyarakat tetap datang langsung ke kantor polisi untuk membuat
SKCK tersebut secara offline. Di sisi lain, menurut Pak Asep -seorang petugas kepolisian-
sistem SKCK online masih belum maksimal. Namun, sistem offline tersebut masih
dianggap tidak maksimal oleh masyarakat.

1.2 Identifikasi Masalah

● Tidak lengkapnya informasi mengenai syarat dan mekanisme pengurusan SKCK secara
online yang dapat diakses oleh masyarakat.
● Adanya ketidakmampuan masyarakat dalam menyerap informasi secara menyeluruh.
● Adanya gangguan sistem website SKCK online untuk pembuatan SKCK.
● Sebagian masyarakat masih belum mengetahui adanya SKCK online.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa saja moda komunikasi eksternal yang dilakukan Polrestabes Bandung dalam
penyuluhan pengetahuan mengenai pembuatan SKCK secara online?

7
2. Mengapa terdapat kesenjangan informasi dalam pembuatan SKCK secara online?
3. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap upaya sosialisasi pembuatan SKCK secara online
dari pihak kepolisian?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui moda komunikasi eksternal yang dilakukan oleh Polsek

2. Mengetahui penyebab terjadinya kesenjangan pengetahuan dalam proses pembuatan


SKCK online

3. Mengetahui cara efektif yang bisa dilakukan petugas untuk mensosialisasikan pembuatan
SKCK online kepada masyarakat

1.5 Manfaat Penelitian

1. Menambah wawasan dan mengasah kemampuan analisis mengenai penerapan teori yang
didapat dari mata kuliah ke dalam keadaan yang sebenarnya.
2. Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengidentifikasi moda komunikasi eksternal
yang efektif pada sistem pembuatan SKCK secara online yang berjalan saat ini di
Polrestabes Bandung.
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sarana diagnosis untuk menemukan sebab dari
kesenjangan pengetahuan yang terjadi dalam sistem pembuatan SKCK secara online yang
berjalan saat ini. Dengan demikian, alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dicari
dengan mudah.
4. Hasil penelitian dapat dipakai untuk menyusun strategi sosialisasi informasi mengenai
pembuatan SKCK secara online yang sedang berjalan dengan baik.

8
BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Teori Media

Medium Theory atau Teori ekologi media (Media Ecology Theory) adalah studi tentang
bagaimana media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi manusia, perasaan, emosi, dan
nilai teknologi yang mempengaruhi komunikasi melalui teknologi baru. Teori ini berpusat pada
prinsip-prinsip bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi (media) dan teknologi
(media) yang akan tetap menjadi pusat untuk hampir semua lapisan masyarakat. Konsep dasar
teori ini pertama kali dikemukakan oleh Marshall McLuhan 1964. McLuhan menyatakan bahwa,
“Medium adalah Pesan", yang merupakan frasa yang sering diperdebatkan. Dalam frasa tersebut,
diyakini bahwa media yang dipilih untuk menyampaikan pesan adalah sama pentingnya (jika tidak
lebih) dari pesan itu sendiri. Dalam perspektif teori ini, bukan pesan yang mempengaruhi
kesadaran kita, tetapi medium. Medium lah yang lebih besar mempengaruhi bawah sadar kita.
Medium membentuk pesan, bukan sebaliknya.

2.2 Teori Komunikasi Eksternal

Komunikasi eksternal adalah semua proses komunikasi antara sebuah instansi dan publik
(pihak selain instansi tersebut) di mana instansi pemerintah sebagai komunikator dan pihak publik
sebagai komunikan. Hubungan media eksternal lebih populer disebut dengan hubungan pers.
Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi.
a. Komunikasi dari organisasi kepada khalayak, komunikasi ini dilaksanakan umumnya
bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk,
seperti: majalah organisasi, press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film
dokumenter; brosur; leaflet; poster; konferensi pers.
b. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada
organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh
organisasi. Komunikasi merupakan hal yang mengikat kesatuan organisasi. Komunikasi
membantu anggota-anggota organisasi mencapai tujuan individu dan juga organisasi, merespon

9
dan mengimplementasikan perubahan organisasi, mengkoordinasikan aktivitas organisasi, dan
ikut memainkan peran dalam hampir semua tindakan organisasi yang relevan (Romli, 2011: 7).

2.3 Teori Kesenjangan Informasi

Asimetri informasi adalah teori yang membahas studi tentang keputusan dalam transaksi
di mana salah satu pihak memiliki informasi lebih atau lebih baik daripada yang lain (dalam
pembahasan kontrak dan ekonomi). Asimetri ini menciptakan ketidakseimbangan kekuatan dalam
transaksi yang dapat menyebabkan transaksi tersebut menjadi serba salah.

Asimetri informasi dapat meluas ke perilaku non-ekonomi. Karena perusahaan swasta


memiliki informasi yang lebih baik daripada regulator tentang tindakan yang akan mereka ambil
jika tidak ada peraturan, efektivitas peraturan mungkin akan dirusak. Teori hubungan internasional
telah mengakui bahwa konflik mungkin disebabkan oleh informasi asimetris.

2.4 Teori Kesenjangan Pengetahuan

Penyebab kesenjangan informasi diatas dapat dijelaskan oleh Knowledge Gap Theory
(Teori Kesenjangan Pengetahuan) yang pertama kali diperkenalkan oleh Philip J Tichenor,
George A. Donohue, dan Clarice. N Olien. Teori ini menyatakan bahwa penyebaran informasi
pada media massa zaman sekarang ini akan membuat masyarakat pada segmen tingkat status sosial
ekonomi yang tinggi cenderung memperoleh informasi yang lebih cepat ketimbang masyarakat
pada segmen sosial ekonomi yang lebih rendah. Oleh karena itu, kedepannya kesenjangan
informasi/pengetahuan ini cenderung semakin tinggi daripada menurun.

Intinya adalah seiring dengan semakin canggihnya teknologi sebagai media massa dan juga
biaya yang semakin meningkat, tentunya media massa tersebut hanya dapat diakses oleh orang-
orang yang memiliki sosial ekonomi tinggi saja, akibatnya kesenjangan atau gap antara masyarakat
sosial ekonomi tinggi dan rendah juga akan semakin melebar dan juga masyarakat dengan sosial
ekonomi tinggi akan mendapatkan keuntungan lebih karena mendapatkan informasi lebih cepat.

10
2.5 Teori Sosialisasi

Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada


seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya. Sosialisasi
ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan dimana individu berada, selain itu
juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.
Sosialisasi merupakan sistem dalam kehidupan masyarakat yang sangat penting.
Berdasarkan hal tersebut sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi kehidupan
masyarakat yaitu: 1) Memberikan dasar atau kondisi kepada individu bagi terciptanya partisipasi
yang efektif dalam masyarakat. 2) Memungkinkan lestarinya suatu masyarakat karena tanpa
sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja hingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
Agen sosialisasi merupakan peran utama dalam keberhasilan proses sosialisasi untuk
menyebarkan atau menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang terletak dalam materi
sosialisasi. Keberhasilan terdapat ditentukan oleh mekanisme yang terencana dan digambarkan
dalam pola proses sosialisasi yang baik. Apabila proses-proses tersebut dapat tersusun maka
penyebaran informasi mengenai materi sosialisasi dapat dengan tepat disampaikan kesasaran
sosialisasi.

2.6 Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976), yang
memfokuskan pada kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya
suatu efek media massa. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat
dirumuskan sebagai berikut:

1. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-setting,


perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai.

2. Afektif, menghilangkan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan


dukungan moral.

11
3. Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau
penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan
perilaku dermawan

12
BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi: Polrestabes Bandung, Jl. Merdeka No.18-21, Babakan Ciamis, Kec. Sumur Bandung,
Kota Bandung, Jawa Barat 40117
Waktu: Jumat, 8 November 2019
Narasumber: Pak Asep (Petugas Kepolisian), Mas Ali (Masyarakat), Mas Rian (Masyarakat)

3.2 Metode Penelitian

Pada penelitian kali ini kami menggunakan metode wawancara kepada dua jenis narasumber yang
bersangkutan dan memiliki cukup data berkaitan dengan permasalahan yang kami bahas (polisi
dan masyarakat). Untuk wawancara kepada masyarakat kami menggunakan teknik stratifikasi agar
hasil yang diperoleh dapat menjawab permasalahan yang kami angkat.

3.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara
sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diselidiki dan hasilnya tidak dinyatakan
dengan angka. Tujuan digunakannya metode ini agar kami dapat mengumpulkan data secara detail,
mendalam, dan juga actua sehingga kami dapat menentukan solusi apa yang dapat kami berikan
untuk mengatasi masalah yang ada. Metode kualitatif sendiri merupakan pemasukan analisis data-
data dengan cara kualitatif (tanpa mencantumkan angka).

3.4 Sumber Data

Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang kami dapatkan melalui website kepolisian dan penelitian terdahulu, sedangkan data
primer yang didapat langsung melalui pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan proses
pembuatan SKCK secara online. Untuk itu peneliti akan melakukan wawancara kepada pihak yang
bersangkutan (polisi dan masyarakat) untuk mendapatkan keterangan dari mereka dan mencari
tahu apa solusi untuk mengatasi masalah tersebut.

13
3.5 Pedoman Wawancara

Berikut ini daftar pertanyaan wawancara yang dibuat berdasarkan teori dasar pada
penelitian ini yakni: Teori Media Baru, Teori Komunikasi Eksternal, Teori Kesenjangan Informasi
dan Teori Sosialisasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan dalam bentuk tabel dengan
terdapat keterangan berupa peruntukan pertanyaan itu sendiri berdasarkan narasumbernya. Penulis
membuat pedoman wawancara untuk membantu penulis dalam melakukan wawancara dengan 2
pihak yang bersangkutan dengan tema yang diambil yaitu petugas kepolisian dengan masyarakat
di sekitar kantor Kepolisian Sektor Coblong.
a. Teori Media

Pertanyaan untuk Petugas Kepolisian Pertanyaan untuk Masyarakat

Media atau Medium apa saja yang digunakan Melalui Media atau Medium apa sajakah yang
oleh petugas kepolisian untuk menyampaikan anda ketahui dalam pencarian informasi
informasi mengenai SKCK online? tentang SKCK?

Bagaimana petugas kepolisian menyampaikan -


pesan atau informasi mengenai proses
pembuatan SKCK online?

Bagaimana proses komunikasi antar petugas Menurut anda, apakah proses komunikasi antar
yang terjadi dalam proses pembuatan SKCK? petugas dan masyarakat berjalan lancar dalam
proses pembuatan SKCK? Jika tidak,
mengapa?

Bagaimana persepsi akan nilai teknologi bagi Bagaimana persepsi akan nilai teknologi bagi
petugas kepolisian akan adanya SKCK online? masyarakat akan adanya SKCK online?

Apa pengaruh teknologi (media) dalam proses Apa pengaruh teknologi (media) dalam proses
pembuatan SKCK Online bagi petugas pembuatan SKCK Online bagi petugas
kepolisian? masyarakat?

b. Teori Komunikasi Eksternal

14
Pertanyaan untuk Petugas Kepolisian Pertanyaan untuk Masyarakat

Bagaimana komunikasi dari organisasi Bagaimana komunikasi dari organisasi


(petugas kepolisian) kepada khalayak (petugas kepolisian) kepada khalayak
(masyarakat) berlangsung? (masyarakat) berlangsung?

Apakah terdapat komunikasi dari khalayak Apakah terdapat komunikasi dari khalayak
(masyarakat) kepada organisasi (petugas kepada organisasi dalam memajukan proses
kepolisian) dalam proses pembuatan SKCK? pembuatan SKCK?

- Menurut Anda, apakah komunikasi eksternal


dari petugas kepolisian kepada masyarakat
berjalan dengan baik?

c. Teori Kesenjangan Informasi dan kesenjangan pengetahuan

Pertanyaan untuk Petugas Kepolisian Pertanyaan untuk Masyarakat

Apakah terdapat kesenjangan pengetahuan Menurut Anda, apakah terdapat kesenjangan


antara petugas dengan masyarakat? pengetahuan antara petugas dengan
masyarakat?

Media apa saja yang Anda ketahui untuk


Bagaimana penyebaran informasi yang
penyebaran informasi yang dilakukan oleh
dilakukan oleh petugas kepolisian untuk
petugas kepolisian dalam proses pembuatan
SKCK online?
SKCK online?

Teknologi apa saja yang digunakan oleh Melalui Teknologi apa saja yang digunakan
petugas kepolisian untuk menyebarkan oleh petugas kepolisian untuk menyebarkan
informasi mengenai SKCK? informasi mengenai SKCK kepada Anda?

15
Bagaimana kesenjangan informasi dapat Menurut Anda, bagaimana kesenjangan
terjadi dalam pembuatan SKCK? informasi dapat terjadi dalam pembuatan
SKCK?

Apakah terdapat perbedaan dalam -


menyampaikan informasi di perbedaan segmen
masyarakat?

Apa upaya petugas kepolisian untuk mengatasi Menurut Anda, bagaimana solusi yang baik
gap informasi dalam penyampaian informasi untuk mengatasi gap informasi dalam
proses pembuatan SKCK? penyampaian informasi proses pembuatan
SKCK?

d. Teori Sosialisasi

Pertanyaan untuk Petugas Kepolisian Pertanyaan untuk Masyarakat

Bagaimana cara polisi memperkenalkan Bagaimana cara polisi memperkenalkan


sebuah sistem kepada masyarakat? sebuah sistem kepada masyarakat?

Apakah ada sosialisasi dalam sosialisasi Apakah ada sosialisasi dalam pengenalan
SKCK? kasus SKCK?

Apakah agen sosialisasi berperan aktif dalam Apakah agen sosialisasi berperan aktif dalam
sosialisasi SKCK? sosialisasi SKCK?

Apakah penyebaran informasi mengenai Apakah penyebaran informasi mengenai


materi sosialisasi dapat diterima oleh materi sosialisasi dapat diterima oleh
masyarakat? masyarakat?

16
e. Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa

Pertanyaan untuk Petugas Kepolisian Pertanyaan untuk Masyarakat

Bagaimana efek media massa yang terjadi di Bagaimana efek media massa yang terjadi di
masyarakat? masyarakat?

Apakah terdapat efek kognitif dalam proses Apakah terdapat efek kognitif dalam proses
penyebaran informasi melalui media massa penyebaran informasi melalui media massa
kepada masyarakat? kepada masyarakat?

Apakah terdapat efek afektif dalam proses Apakah terdapat efek afektif dalam proses
penyebaran informasi melalui media massa penyebaran informasi melalui media massa
kepada masyarakat? kepada masyarakat?

Apakah terdapat efek behavioural dalam Apakah terdapat efek behavioural dalam
proses penyebaran informasi melalui media proses penyebaran informasi melalui media
massa kepada masyarakat? massa kepada masyarakat?

17
BAB 4 HASIL PENELITIAN

Berikut ini adalah hasil wawancara dengan narasumber seorang polisi dan dua masyarakat,
yaitu....Hasil wawancara yang disajikan berupa narasi jawaban yang berisi inti jawaban dari kedua
pihak narasumber. Pada lampiran, terdapat tabel pertanyaan dan jawaban masing-masing
narasumber. Tabel pertanyaan tersebut diklasifikasikan berdasarkan rumusan masalah dari
penelitian ini.

Teori Pertanyaan Jawaban Petugas Jawaban Jawaban


Kepolisian (Pak Masyarakat (Ali) Masyarakat (Rian)
Asep)

Media Media atau Medium apa Kita menggunakan Saya dulu Saya baru pertama
saja yang digunakan oleh website resmi buat membuatnya kali bikin SKCK
petugas kepolisian atau menyampaikan langsung datang ke sih mba, saya
masyarakat untuk informasi SKCK kantor dan dapet langsung datang ke
menyampaikan informasi info berkas yang sini untuk liat
mengenai SKCK online? diperlukan, biaya prosedur dan bikin
pengurusan, dan
cara ngurus SKCK
dari googling.

Bagaimana petugas Ya melalui website Dulu pas nyari info Waktu awal saya
kepolisian menyampaikan resmi itu, tapi cuma nanya ke tanya2 dulu ke
pesan atau informasi untuk SKCK online temen-temen yang petugas yang ada
mengenai proses kali ini udah ngurus dan diluar terus saya
pembuatan SKCK online? googling juga sih, disuruh ambil di
jadi ga pake online- fotokopian dalem
online lalu sidik jari

Menurut anda, apakah Kalo dari saya sih ya Yaaa berjalan baik
proses komunikasi antar lancar-lancar saja baik aja sih mba

18
petugas atau petugas dan kalo seperti yang
masyarakat berjalan lancar saya bilang
dalam proses pembuatan sebelumnya...
SKCK? Jika tidak,
mengapa?

Bagaimana persepsi akan Menurut saya Saya juga baru tau Menurut saya sih
nilai teknologi bagi adanya teknologi kalau ada sistem mba kalo misalnya
petugas kepolisian atau seperti SKCK ini online. Pas dulu sistem online udh
masyarakat akan adanya penting bagi bikin SKCK bener bener
SKCK online? kemajuan kita. pertama kali dan beroperasi
Namun, dalam barusan perpanjang kayaknya bakal
pelaksanaannya lebih mudah deh
masih belum baik mba

Apa pengaruh teknologi Harusnya dengan saya sih baru tau Hmmm sepertinya
(media) dalam proses adanya website juga jadi ya ga ada sih mbaa
pembuatan SKCK Online resmi, masyarakat pengaruhnya ke soalnya SKCK
bagi petugas kepolisian lebih mengerti masyarakat lain online ini saya juga
atau masyarakat? mengenai SKCK saya kurang tau kurang paham, saya
Online lebih prefer datang
langsung aja ke
kantor

Komuni Bagaimana komunikasi Ya lancar-lancar Saya sih dulu Saya langsung


kasi dari organisasi (petugas saja mencari sendiri datang ke kantor
Ekstern kepolisian) kepada infonya kaya tadi aja sih mba soalnya
al khalayak (masyarakat) yang saya bilang kalo pake online ga
berlangsung? jelas

Apakah terdapat Komunikasi Ya paling saya Hmmm belum ada


komunikasi dari khalayak mungkin ya kalau langsung datang ke sih mba

19
(masyarakat) kepada misalnya ada kantornya aja pas
organisasi (petugas masyarakat yang dokumennya udah
kepolisian) dalam proses bertanya mengenai lengkap
pembuatan SKCK? pembuatan SKCK
ke kantor

Menurut Anda, apakah Sudah baik, karena Yang saya rasakan Baik baik aja sih
komunikasi eksternal dari dari kami juga sih cukup baik dan mba, kalo saya
petugas kepolisian kepada beberapa kali dapat diakses nanya ttg prosedur
masyarakat berjalan melakukan dengan mudah ke petugas pasti
dengan baik? sosialisasi dijawab sih mba
mengenai SKCK tapi jawabnya ya
ini seperlunya aja jd
kitanya yang mesti
inisiatif

Kesenja Pasti ada. Misalnya Enggak sih kalau Iya mbaa


Apakah terdapat
ngan ada masyarakat saya A, paling dulu sepertinya untuk
kesenjangan pengetahuan
Informa yang mau buat saya juga sempet masyarakat umum
antara petugas dengan
si dan SKCK tapi nanya ke temen yang baru pertama
masyarakat?
Kesenja persyaratannya saya yang ada di kali bikin seperti
ngan belum lengkap atau kepolisian saya ini, awalnya
Pengeta bahkan gak tau sih bingung
huan sama sekali

Melalui website Saya juga hasil Saya kurang tau sih


Bagaimana penyebaran
resmi. Di sana googlingnya engga mba kalo masalah
informasi yang dilakukan
sudah tertulis dari website itu, setau saya sih
oleh petugas kepolisian
informasi yang resminya sih A, sistemnya lg
untuk SKCK online?
diperlukan. Tapi cuma ketik aja di bermasalah dan
akhir-akhir ini google apa aja banyaknya sih org2
server website nya persyaratan bikin pada dateng

20
lagi gak bisa SKCK nanti langsung ke kantor
langsung keluar

Paling ya website Saya sih kurang tau Tadi ada komputer


Teknologi apa saja yang
tadi sama ada ya A karena kan sih didalam yang
digunakan oleh petugas
komputer di dalam. tadi saya bilang isinya persyaratan
kepolisian untuk
Di desktop saya nyari info pembuatan SKCK
menyebarkan informasi
komputernya ada sendiri gitu sama spanduk di
mengenai SKCK?
informasi depan pintu untuk
persyaratan yg perpanjangan
pembuatan SKCK

Menurut saya sih Kalau liat Yaaaa itu mba


Bagaimana kesenjangan
ya mungkin ada pengalaman sih A gara2 masyarakat
informasi dapat terjadi
masyarakat yang harusnya infromasi banyak yang ga
dalam pembuatan SKCK?
rajin mencari mudah banget paham ttg alurnya
informasi, ada juga didapetnya jadi jd bingung juga
masyarakat yang agak ga mungkin harus kemana dulu
masih belum tau ada kesenjangan ditambah lagi ada
bagaimana mencari informasi kuota perharinya jd
informasinya. mesti dateng pagi2

Tidak ada, kita Wah ga tau sih a Saya rasa mungkin


Apakah terdapat
samakan semua kalau itu tapi dulu tidak
perbedaan dalam
cara penyampaian rata-rata temen
menyampaikan informasi
informasinya ke yang saya tanyain
di perbedaan segmen
masyarakat yang udah kerja
masyarakat?
manapun. pada tau sih

Upayanya bisa dari Mungkin dari Mungkin dengan


Apa upaya petugas
sosialisasi ke website kali kaya cara memasang
kepolisian untuk
masyarakat dan yang Aa tadi spandung tentang

21
mengatasi gap informasi penyebaran info tanyain, selain itu alur pembuatan
dalam penyampaian melalui website saya ga tau SKCK di depan
informasi proses kantornya akan
pembuatan SKCK? mempermudah
masyarakat dalam
memahami
pembuatan SKCK

Sosialis Bagaimana cara polisi Biasanya kita Pengalaman saya Saya sih
asi memperkenalkan sebuah pasang poster di sih kita harus bisa menanyakan
sistem kepada kantor, contohnya nyari sendiri lewat langsung kepada
masyarakat? mengenai alur googling atau lewat petugas di tempat..
pembuatan SKCK kenalan yang udah
tau tentang sistem
itu

Apakah ada sosialisasi Ada, dalam bentuk Wah kurang tau sih Kayaknya sejauh
dalam proses pembuatan pelayanan SKCK A selain beredarnya ini blm ada sih
SKCK? keliling, website, informasi di google sosialisasi ttg
dan poster SKCK online ini

Apakah agen sosialisasi Iya harus mba, jika Saya sih kebetulan Hmm dalam
berperan aktif dalam ada masyarakat aktif mencari prosedur secara
sosialisasi SKCK? yang menanyakan sendiri dan punya offline saya sih
maka petugas akan temen yang merasa petugas
segera memberi bertugas di tidak memberitahu
taukan informasi kepolisian jadi ya alur secara detail
dia siap ngejawab sehingga saya
pertanyaan saya merasa di lempar
sana sini oleh
petugas

22
Apakah penyebaran Iya mba Kaya yang saya Mungkin sangat
informasi mengenai seharusnya, tadi bilang sih, berguna bagi
materi sosialisasi dapat soalnya jika tidak sekarang relatif masyarakat yang
diterima oleh masyarakat? maka dari itu tugas mudah membutuhkan
kami tidak mendapatkan maka, jd jika polisi
tersampaikan informasi seperti mengadakan
dengan jelas administrasi ini sosialisasi saya
sangat ingin
mengikutinya
mba...

Depend Bagaimana efek media Kayaknya gak Menurut saya efek Sepertinya efek
ensi massa yang terjadi di begitu dari media internet dari media massa
Efek masyarakat? berpengaruh, sangat berpengaruh ini tidak terlalu
Komuni karena kebanyakan bagi saya dalam berpengaruh bagi
kasi masyarakat tau pembuatan SKCK saya soalnya saya
Massa informasinya dapat informasi
dengan cara datang tentang
langsung ke kantor persyaratannya
langsung dari
kantor
kepolisiannya

Apakah terdapat efek Jelas ada. Dengan Kadang informasi Menurut saya tidak
kognitif dalam proses adanya informasi yang terdapat di sih, karena seperti
penyebaran informasi yang disebar internet ada yang saya katakan
melalui media massa melalui media beberapa yang sebelumnya bahwa
kepada masyarakat? massa, maka yang ambigu maka dari jika saya ambil di
awalnya itu saya memilih kantor polisi tidak
masyarakat belum memilih terlebih ada informasi yang
tau mengenai dahulu informasi ambigu

23
pembuatan SKCK, yang akan diserap.
sekarang jadi tau.

Apakah terdapat efek Sepertinya Yaaa ada karena Sepertinya tidak


afektif dalam proses masyarakat banyak saya biasanya karena saya lebih
penyebaran informasi yang percaya mencari informasi percaya akan
melalui media massa dengan informasi di blog blog orang informasi yang ada
kepada masyarakat? yang ada di media jadi dapat langsung di kantor
massa. Namun ada merasakan kepolisiannya
juga masyarakat bagaimana
yang harus ke pengalaman orang
kantor buat ttg penbuatan
memastikan SKCK maka dari
informasi tersebut. itu saya merasa
percaya diri.

Apakah terdapat efek Dengan adanya Dengan membaca Dengan saya


behavioural dalam proses penyebaran dari internet saya langsung datang ke
penyebaran informasi informasi tersebut, menjadi lebih kantor polisi saya
melalui media massa masyarakat jadi paham apa yang menjadi lebih
kepada masyarakat? lebih sigap dan akan saya lakukan paham namun sikap
mengerti apa saja maka dari itu saya saya waktu pertama
yang harus bersikap biasa aja , kali bingung akan
dilakukan. tidak perlu cemas yang harus dibahas.
karena saya sudah
memiliki informasi
terlebih dahulu.

24
BAB 5 ANALISIS PENELITIAN

5.1 Analisis Rumusan Masalah 1

Rumusan Masalah 1 ini didukung oleh teori media dan teori komunikasi eksternal. Teori
komunikasi eksternal dimana teori ini membahas semua proses komunikasi antara sebuah instansi
dan publik (pihak selain instansi tersebut) dimana instansi pemerintah sebagai komunikator dan
pihak publik sebagai komunikan. Hubungan media eksternal lebih populer disebut dengan
hubungan pers. Dalam hal ini petugas kepolisian merupakan komunikator sedangkan masyarakat
merupakan komunikan. Dari hasil wawancara dengan kedua belah pihak dapat dianalisa bahwa,
komunikan yaitu masyarakat menganggap komunikasi antara petugas kepolisian dengan
masyarakat ini masih kurang dalam penyuluhan pengetahuan mengenai pembuatan SKCK.
Namun, menurut Pak Asep yaitu petugas kepolisian Polrestabes Bandung menganggap bahwa
komunikasi yang diberikan kepada masyarakat sudah baik karena komunikasi merupakan hal
terpenting dalam pelayanan dengan masyarakat.
Dari penjelasan di atas, media yang menghubungkan petugas kepolisian dengan
masyarakat dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan teori media merupakan teori bagaimana
media dan proses komunikasi mempengaruhi persepsi manusia, perasaan, emosi, dan nilai
teknologi yang mempengaruhi komunikasi melalui teknologi baru. Teori ini berpusat pada
prinsip-prinsip bahwa masyarakat tidak bisa lepas dari pengaruh teknologi (media) dan teknologi
(media) yang akan tetap menjadi pusat untuk hampir semua lapisan masyarakat. Berdasarkan hasil
wawancara dengan 2 pihak yang bersangkutan yaitu petugas kepolisian dan masyarakat langsung
dari masyarakat, dapat dianalisa media yang biasa digunakan oleh masyarakat yaitu dari internet
dan langsung datang ke kantor polisi untuk melihat prosedur persyaratannya di spanduk dan
komputer layanan untuk mengetahui persyaratannya. Namun, menurut petugas kepolisian media
yang digunakan untuk penyuluhan informasi mengenai pembuatan SKCK secara online ada
website resmi Polrestabes Bandung, layanan keliling perpanjang SKCK, serta spanduk atau poster
yang ada di Kantor Polisi. Selain itu, SKCK online yang disediakan sedang mengalami masalah
sistem.
Komunikasi eksternal dan media yang digunakan antara masyarakat dengan petugas
kepolisian yang telah dijabarkan diatas, sesuai dengan teori komunikasi informatif yang
dikembangkan oleh ini dikembangkan oleh Sannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa Teori

25
informasi merupakan salah satu teori klasik, dimana teori ini menitikberatkan pada komunikasi
sebagai suatu transmisi pesan dan bagaimana transmitter menggunakan media dalam
berkomunikasi. Dalam hal ini, jika sinyal media yang digunakan baik, maka komunikasi akan
berjalan efektif, begitu pula sebaliknya. Apabila sinyal media tidak baik, maka komunikasi tidak
akan berjalan dengan lancar. Dari analisis kedua teori diatas dapat dibandingkan dengan teori
komunikasi informatif yang dimana petugas kepolisian harus memberikan sinyal yang baik kepada
masyarakat agar dapat respon yang bagus dan terjalankan tugas dari kepolisian itu sendiri.

5.2 Analisis Rumusan Masalah 2

Untuk menganalisis Rumusan Masalah 2 diperlukan teori pendukung. Teori yang


digunakan untuk menjawab pertanyaan pada Rumusan Masalah yaitu teori kesenjangan informasi
dan kesenjangan pengetahuan. Teori kesenjangan informasi membahas tentang efek yang
ditimbulkan akibat asimetri/kesenjangan informasi yang dimiliki oleh kedua belah pihak yang
akan bertransaksi. Dalam kasus ini, kedua pihak yang bertransaksi adalah pihak kepolisian dan
pihak publik. Adapun kesenjangan informasi yang terjadi terkait proses pembuatan SKCK
(sebagai bentuk transaksinya) adalah kelengkapan dokumen dan alur pengurusan secara online.
Berdasarkan hasil wawancara, dapat dianalisa bahwa pihak publik sebagai pihak yang
membutuhkan terbitnya SKCK (sebagai hasil dari transaksi) mengalami kesulitan saat proses
pembuatannya seperti terkendala akibat kurang lengkapnya dokumen, antrian yang panjang dan,
durasi penerbitan SKCK yang lama. Semua kesulitan tersebut sebenarnya akan teratasi apabila
pihak publik memahami secara utuh informasi tentang pengurusan SKCK secara online.
Terjadinya kesenjangan informasi di atas dapat dijelaskan lebih lanjut dengan teori
kesenjangan pengetahuan yang menyatakan bahwa pola penyebaran informasi pada media massa
dewasa ini akan membuat masyarakat pada segmen tingkat status sosial ekonomi yang tinggi
cenderung memperoleh informasi yang lebih cepat ketimbang masyarakat pada segmen sosial
ekonomi yang lebih rendah. Dalam kasus ini, hasil wawancara menunjukkan bahwa segmentasi
tersebut tidak hanya berdasarkan status sosial ekonomi, namun juga dipengaruhi dengan
rendahnya literasi internet dan minimnya ekspos segmen masyarakat tersebut terhadap sosialisasi
yang dilakukan pihak kepolisian.
Sebagai perbandingan, Teori Respon Kognitif (Aaker & Myers, 1992, h. 189) memiliki
asumsi dasar bahwa khalayak secara aktif terlibat dalam proses penerimaan informasi dengan cara

26
mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan pengetahuan dan sikap yang dimiliki
sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada perubahan sikap. Dalam kasus ini dan aplikasi dari 2
teori sebelumnya, kalimat “secara aktif terlibat” secara logika melazimkan diserapnya informasi
terkait pengurusan SKCK secara online sehingga terdapat perubahan sikap dalam masyarakat
untuk memilih mengurus SKCK secara online yang dapat memangkas panjangnya antrian dan
mempercepat proses penerbitan SKCK secara keseluruhan.

27
5.3 Analisis Rumusan Masalah 3

Rumusan Masalah 3 ini didukung oleh teori sosialisasi. Teori sosialisasi merupakan teori
yang membahas mengenai suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada
seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksinya. Dalam hal ini
petugas kepolisian merupakan pihak yang bertugas untuk memperkenalkan sistem pembuatan
SKCK Online, sedangkan masyarakat merupakan pihak yang menerima informasi dan
menentukan tanggapan. Dari hasil wawancara dengan kedua belah pihak dapat dianalisa bahwa,
masyarakat menganggap sosialisasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian masih kurang efektif,
sebab masih ada yang belum mengerti sistem pembuatan SKCK Online. Namun, menurut pihak
kepolisian, sosialisasi yang dilakukan sudah baik karena dari pihak kepolisian sendiri telah
melakukan upaya melakukan penyuluhan dengan berbagai cara. Adanya kesenjangan pengetahuan
antar masyarakat memang tidak dapat dihindari, namun dapat dipersempit dengan upaya dari
masing-masing pihak, baik dari Pihak Kepolisian maupun masyarakat.
Teori Dependensi Efek Komunikasi Massa menjelaskan bahwa yang memfokuskan pada
kondisi struktural suatu masyarakat yang mengatur kecenderungan terjadinya suatu efek media
massa. Secara ringkas kajian terhadap efek tersebut dapat dirumuskan dapat dirumuskan sebagai
berikut: a. Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan sikap, agenda-
setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/ penjelasan nilai-nilai; b. Afektif,
menciptakan ketakutan atau kecemasan, dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral; c.
Behavioral, mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu atau
penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu aktivitas serta menyebabkan
perilaku dermawan. Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat masyarakat
yang merasa penyebaran informasi melalui media massa sangat berguna, namun ada juga
masyarakat yang tidak.
Proses sosialisasi pembuatan SKCK menggunakan media sosial ini selaras dengan teori
pelayanan publik. Teori Pelayanan Publik sering didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan
oleh pemerintah dengan tujuan pemenuhan kebutuhan bagi warga negara yang sesuai dengan
perundang-undangan. Dalam mengetahui kualitas pelayanan publik, dapat diukur melalui
indikator yang dilihat dari lima dimensi kualitas pelayanan menurut konsumen, yaitu:
a. Tangibles (bukti langsung): Terdapat pelayanan berupa sarana fisiknya;
b. Reliability (Kehandalan): Kehandalan dalam penyediaan pelayanan yang terpercaya;

28
c. Responsiveness: Kemampuan dalam menyediakan pelayanan secara tanggap dan
tepatterhadap kebutuhan konsumen;
d. Assurance: Kemampuan dan keramahan dalam meyakinkan konsumen untuk
memanfaatkan pelayanan;
e. Empathy: Sikap penuh perhatian dalam usaha pegawai pemerintah terhadap masyarakat
dalam menerima pelayanan.
Dari teori ini disimpulkan bahwa untuk mensosialisasikan SKCK online diperlukan kualitas
layanan akan pemberian informasi secara tepat kepada setiap segmen masyarakat, informasi
tersebut harus berupa tangibles yaitu nyata secara fisik, untuk beberapa segmen diperlukannya
informasi seperti poster persyaratan di publikasikan di tempat-tempat umum dan untuk segmen
lainnya dipublikasikan melalui media massa atau media sosial seperti website resmi kepolisian
ataupun media sosial resmi kepolisian. Diperlukannya juga reliability atau kehandalan, assurance
dan emphaty dalam penyediaan layanan dari pihak kepolisian.

29
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari analisis diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Moda komunikasi eksternal yang digunakan Polrestabes Bandung dalam penyuluhan
mengenai pembuatan SKCK adalah dengan menggunakan website resmi, spanduk atau
poster, serta sosialisasi layanan SKCK Keliling.
2. Selain status sosial ekonomi, kesenjangan informasi terjadi disebabkan oleh rendahnya
literasi internet dan minimnya ekspos segmen masyarakat tersebut terhadap sosialisasi
yang dilakukan pihak kepolisian.
3. Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas kepolisian masih dianggap belum efektif oleh
masyarakat karena masih banyaknya masyarakat yang datang ke kantor polisi untuk
mendapatkan informasi. Dari observasi, ditemukan bahwa masyarakat umumnya
mendapatkan informasi dari media massa dan bertanya langsung dengan petugas.

6.2 Saran

Saran yang bisa diberikan terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pihak kepolisian perlu mengembangkan kembali sistem SKCK online agar lebih efektif
dan dapat beroperasi dengan maksimal.
2. Pihak kepolisian perlu memberikan informasi secara lengkap serta alur pembuatannya di
website resmi mengenai SKCK online agar tidak terdapatnya kesenjangan informasi dan
pengetahuan antara masyarakat dengan pihak kepolisian.
3. Pihak kepolisian harus membuat sosialisasi yang tepat kepada setiap segmen masyarakat,
contohnya apabila ditargetkan kepada masyarakat yang terbiasa menggunakan internet
maka dapat menggunakan website, dan apabila ditargetkan kepada masyarakat yang tidak
terbiasa dengan penggunaan internet maka dapat didekati dengan menggunakan layanan
keliling.

30
LAMPIRAN

31
32
33
34
DAFTAR PUSTAKA

http://finance.detik.com/ekonomibisnis/2603253/melamar-cpns-tak-lagi-pakai-
kartukuning-dan-skck-agar-tak-ribet, diakses 31 Januari 2019jfdgbsfse.
Sutaryo, Dasar-Dasar Sosialisasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2004), hlm. 230
http://polrestabes-bandung.or.id/layanan-keliling
http://polrestabes-bandung.or.id/layanan/layanan-skck
http://kc.umn.ac.id/203/3/BAB%20II.pdf, diakses 8 November 2019.
https://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2011-2-00911-MC%20Bab2001.pdf,
diakses 23 Oktober, 2019

35

Anda mungkin juga menyukai