Anda di halaman 1dari 31

PERANAN SANKRI DALAM

MELESTARIKAN NKRI

Oleh,
1. Alina C.Seso
2. Ika Muji Lestari
3. Nuke Nur Priyatin

PROGRAM STUDI SARJANA


ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Kata Pengantar.............................................................................................
Daftar Isi.......................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Ruang Lingkup Penulisan
1.3 Maksud dan Tujuan

BAB II. KAJIAN TEORITIK


2.1 Pengertian SANKRI
2.2 Unsur-Unsur SANKRI
2.3 Dimensi SANKRI

BAB III. PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN


3.1 PERMASALAHAN
1. Permasalahan Administrasi Publik Di Indonesia
2. Implementasi Pelaksanaan SANKRI di Indonesia

3.2 PEMBAHASAN
1. Harapan Sankri dimasa Mendatang
2. Aktualisasi Pancasila dalam Sankri

BAB IV. PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka.......................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita ni’mat kesehatan
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini dengan judul “PERANAN SANKRI
DALAM MELESTARIKAN NKRI”. Mudah-mudahan makalah yang singkat dan sederhana
ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan bagi kepentingan dan perkembangan
perkuliahan SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
(SANKRI).

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dalam berbangsa dan bernegara.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Hormat Kami,

Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan


Sejak tahun 1990an, administrasi negara telah berkembang pesat sampai ke
antero dunia termasuk ke Indonesia. Yaitu sejak Woodrow Wilson “menggegerkan”
publik Amerika Serikat melalui tulisannya yang berjudul The Study of
Administration (1887) pada jurnal Political Science Quarterly. Tidak bisa dipungkiri
bahwa perkembangan ilmu administrasi negara begitu masif terjadi di negara asalnya
Amerika Serikat dan negara-negara Anglo-Saxon lainnya seperti Inggris, Kanada,
Australia dan Selandia Baru. Sedangkan di negara-negara berkembang, dinamika
administrasi negara tidak begitu intens karena masih kuatnya kontrol politik, birokrasi
dan  budaya.
Ilmu administrasi negara sejauh ini belum mampu menghasilkan teori yang
secara khusus dapat disebut sebagai teori administrasi negara. Selama ini, ilmu
administrasi negara mengadopsi atau meminjam teori-teori yang berkembang di disiplin
ilmu lain untuk digunakan ketika menjelaskan aktivitas atau perilaku dalam
administrasi negara. Misalnya, motivasi dan partisipasi adalah konsep yang
dikembangkan ilmu psikologi dan ilmu politik, tetapi banyak dipakai dalam literatur
administrasi negara untuk menjelaskan fenomena administrasi negara.
Bagi Indonesia sebagai suatu negara kesatuan dengan sistem pemerintahan
yang berbentuk republik, yang demokratis dan konstitusional adalah tepat apabila
sistem administrasi negaranya itu disebut sebagai Sistem Administrasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia (SANKRI) dan berperan sebagai sistem penyelenggaraan kebijakan
negara.
Sebagai wahana dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa
guna mencapai cita-cita dan tujuan bernegara yang diamanatkan dalam konstitusi
negara, SANKRI dikembangkan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
konstitusi negara dengan berbagai dimensi nilai spiritual, kultural, dan institusional
yang terkandung di dalamnya, dan dengan mempertimbangkan kondisi dan
perkembangan berbagai faktor lingkungan yang khas dibandingkan dengan negara-
negara lainnya.
1.2 Ruang Lingkup Penulisan
Dalam rangka penyelenggaraan dan pengembangan administrasi negara sebagai
sistem yang dipraktekkan dalam penyelenggaraan negara, secara substantif tidak dapat
mengesampingkan hal-hal yang bersifat konseptual tentang makna dan hakekat
administrasi negara sebagai disiplin dan sistem yang dipraktekkan di manca negara
dengan berbagai sudut pandang yang melahirkan paradigma tentang administrasi
negara itu sendiri. Oleh sebab itu pada buku ini disamping sarat akan deskripsi realita,
juga terdapat sentuhan-sentuhan konseptual yang dipandang signifikan untuk
memberikan justifikasi terhadap eksistensi sistem administrasi negara yang hidup
dalam praktek penyelenggaraan negara.
Secara konseptual, SANKRI yang diungkap dalam Buku ini identik dengan
Sistem Penyelenggaraan Kebijakan Negara, karena berkenaan dengan kewenangan
lembaga-lembaga negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Mengingat dalam
realita lembaga eksekutif (Pemerintah) lebih banyak berperan dalam pelaksanaan
kegiatan pemerintahan, maka secara silih berganti SANKRI disebut juga sebagai
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, yang dalam praktek tidak dapat
mengesampingkan tata hubungannya dengan kewenangan Lembaga Negara
sebagaimana dimaksud UUD 1945.
Dalam rangka penerapan konsep sistem administrasi negara dalam praktek
penyelenggaraan pemerintahan negara, pada Buku ini dirumuskan pengertian SANKRI
dan unsur-unsur pokoknya termasuk interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan
strategis. Deskripsi ini dimaksudkan untuk memperjelas posisi dan peran SANKRI
sebagai dasar pijakan dalam menguraikan berbagai landasan penyelenggaraan
SANKRI, yang meliputi landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945,
dan sebagai landasan operasional pengembangannya adalah Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) yang ditetapkan dalam UU No.25 Tahun 2004 beserta
peraturan pelaksanaannya.
Cakupan deskripsi substantif mengenai SANKRI dalam Buku ini beranjak dari
konsep administrasi negara sebagai administrasi mengenai negara, yang mempunyai
dua unsur pokok, yaitu organisasi dan manajemen. Atas dasar itu, deskripsi substantif
Buku ini meliputi: pertama organisasi penyelenggara negara yang meliputi tatanan
organisasi lembaga Negara dan organisasi pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun
daerah; dan kedua manajemen pemerintahan (dalam konteks penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan negara berdasarkan UUD 1945). Unsur pokok terakhir ini
dirinci dalam deskripsi dimensi-dimensi Manajemen Kebijakan Publik, Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, Manajemen Keuangan Negara, Manajemen Pelayanan, dan
Akuntabilitas.
Pada bagian terakhir dikemukakan upaya untuk memproyeksikan arah
pengembangan SANKRI dalam kerangka pembangunan penyelenggaraan negara, yang
meliputi deskripsi Kebijakan Penyelenggaraan Negara, Rencana Program
Penyelenggaraan Negara berdasarkan SPPN dan Rencana Pembangunan Nasional
Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 serta dimensi-dimensi pengembangan
SANKRI tetap berdasarkan dan mengacu pada unsur-unsur pokok sebagaimana
diuraikan di atas.

1.3 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Peran Sankri di Indonesia
2. Mengetahui Definisi Sankri
3. Mengkaji Penyelenggaraan Sankri di Indonesia

BAB II
KAJIAN TEORITIK
2.1 Pengertian SANKRI
A. Definisi Sistem
1) Definisi Sistem menurut Gabriel A. Almond dan Bingham G. Powell :
“A system implies the interdependence of part, and a boundary between it and
its environment. By interdependence we mean that when the characteristic of
one part in a system change, all the other parts and the system as whole are
affected”.
Dikatakan bahwa sistem memperlihatkan hubungan antar bagian dan
pembatasan antar bagian dengan lingkunganya dimana dalam hubungan tersebut
dapat mengartikan bahwa ketika sifat yang khas dari suatu bagian sistem itu
berubah, maka masing-masing bagian maupun keseluruhan bagian lain menjadi
ikut terpengaruh.
2) Sistem menurut Pamudji adalah :
o    Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau
terorganisasi, suatu himpunan atau perpaduan hal-hal bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh.
o   Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang utuh, dimana di
dalamnya terdapat komponen-komponen yang pada giliranya merupakan
sistem tersendiri yang mempunyai fungsi masing-masing, saling
berhubungan satu sama lain menurut pola, tata atau norma tertentu dalam
rangka mencapai suatu tujuan.
3) Sedangkan menurut W.J.S. Poerwadarminta, sistem adalah sekelompok bagian-
bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu maksud. Apabila
salah satu bagian rusak atau tidak dapat menjalankan tugsanya, maka maksud
yang hendak dicapai tidak akan terpenuhi, atau setidak-tidaknya sistem yang
telah terwujud akan mendapat gangguan.
Jadi sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang terikat
satu sama lainnya. Sub-sub sistem dari sebuah sistem merupakan induk dari
Sub-sub sistem yang lain secara berurutan. Rusaknya salah satu bagian
sistem/sub-sub sistem akan mengganggu kestabilan kerja sistem yang lain yang
lebih besar, dan seterusnya.
B. Definisi Administrasi
1) Definisi Administrasi menurut Leonard D. White (1958:1) :
“Administration is the process common to group effort, public or private, civil
or military large or small scale”.
Dijelaskan bahwa administrasi adalah sebuah proses yang umum terdapat
dalam semua usaha kelompok, baik negara ataupun swasta, sipil atau militer,
berskala kecil maupun besar.
2) Administrasi menurut Dimock & Dimock (1956:3),
“In its broadest sense administration (or management, a word used
interchangeably with in common parlance) is involve in almost every individual
or group activity” .
Dalam pengertian yang sangat luas, administrasi (atau manajemen, satu
kata yang dalam percakapan umum saling dipertukarkan penggunaanya dengan
administrasi) bersangkutan dengan setiap aktivitas individu atau kelompok.
3) Administrasi menurut Herbert A. Simonn :
“Administration can be defined as the activities of groups cooperating to
accomplish common goals”.
Administrasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan-kegiatan kelompok
kerjasama untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Jadi pada prinsipnya pengertian Administrasi secara lebih luas memiliki unsur
adanya kerjasama, banyak orang, untuk mencapai tujuan, atau lebih sempit lebih
kita kenal sebagai
kegiatan tata usaha. Di dalam administrasi terdapat unsur : manusia, tujuan, tugas,
kerjasama, dan sarana, yang lebih kita kenal sebagai.

C. Definisi Administrasi Negara


1) Definisi Administrasi Negara menurut Leonard D. White (1958:1) :
“In broadest terms, public administration consist of all those operation having
for their purpose the fulfillment or enforcement of public policy ”
Dalam pengertian yang luas, administrasi negara terdiri atas seluruh kegiatan
pelaksanaan yang bertujuan untuk memenuhi atau mendukung kebijakan negara.
2) Administrasi Negara menurut Dimock & Konieg ( dalam Drs. Suwarno
Handayaningrat,1986:3) yaitu
“Public administration is the activity of the state in the exercise of its political
power; in a narrow sense, the activity of executive departement in the conduct of
government” 
Administrasi negara adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan
politiknya; dalam arti sempit adalah kegiatan departemen dalam melaksanakan
pemerintahan).
3) Pengertian Administrasi Negara menurut Pfifner and Presthus (1967:7) :
“Public administration may be define as the coordination of individual and
group efforts to carry out public policy.
Administrasi negara didefinisikan sebagai koordinasi upaya-upaya individu dan
kelompok untuk melaksanakan kebijakan negara.
Jadi Administrasi negara secara lebih luas dapat diartikan sebagai keseluruhan
kegiatan negara, mencakup seluruh kegiatan lembaga negara dalam rangka
mewujudkan tujuan dan cita-cita negara. Dalam arti sempit dapat diartikan sebagai
keseluruhan kegiatan lembaga eksekutif dalam rangka mewujudkan tujuan dan
kebijakan pemerintahan/ negara.

D. Definisi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Menurut UUD 1945 pasal 1 ayat 1, Negara Indonesia adalah Negara


kesatuan yang berbentuk republik. Selanjutnya, Negara Indonesia dikenal dengan
nama Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan paham
integralistik, setiap unsur berkewajiban untuk menciptakan keselamatan,
kesejahteraan, dan kebahagiaan bersama.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) adalah bentuk negara yang terdiri dari banyak wilayah / kepulauan yang
tersebar dengan keanekaragaman adat, suku, budaya, dan keyakinan yang memiliki
tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, adil dan makmur
dengan pemerintahan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia serta mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dn melaksanakan ketertiban dunia.
Dari berbagai macam definisi dasar secara terpisah sebagaimana tersebut
di atas dapat diintegrasikan menjadi sebuah definisi Sistem Administrasi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (SANKRI), menurut Salamoen Soeharyo & Nasri
Efendi (2005:18) :
Dalam arti luas, SANKRI adalah sistem penyelenggaraan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, yang merupakan sistem penyelenggaraan kehidupan negara dan
bangsa dalam segala aspeknya, dengan memanfaatkan dan mendayagunakan segala
kemampuan keseluruhan aparatur negara beserta seluruh rakyat di seluruh wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta segenap dana dan daya yang tersedia
secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional/negara
sebagaimana tersebut dalam UUD 45.
Dalam arti sempit, SANKRI adalah keseluruhan penyelenggaraan
pemerintahan (executive power), dengan memanfaatkan dan mendayagunakan
kemampuan pemerintah dan segenap aparatur  pemerintah dari semua peringkat
pemerintahan beserta seluruh rakyat dari seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan dengan memanfaatkan pula segenap dana dan daya yang
tersedia secara nasional, demi tercapainya tujuan dan terlaksananya tugas nasional /
negara sebagaimana tersebut dalam UUD 45.
2.2 Unsur-Unsur SANKRI
Dalam eksistensinya sebagai sistem, dan sesuai dengan konstitusi negara yang
mendasarinya, SANKRI pada dasarnya mengandung unsur-unsur nilai, struktur, dan
proses sebagai berikut :
1) Unsur Nilai
Dapat diartikan sebagai Tata nilai yang mendasari, memotivasi, memberi
acuan dan merupakan tujuan. Meliputi landasan atau dasar negara, yaitu Pancasila,
cita-cita dan tujuan negara (nasional), serta nilai dan prinsip yang terkandung dalam
bentuk negara dan sistem penyelenggaraan pemerintah negara sebagaimana
dirumuskan dalam Pembukaan Undang—Undang 1945.
Pancasila sebagai landasan atau dasar negara mengandung 5 prinsip yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Cita-cita negara, yakni negara Indonesia yang merdeka, bersatu , berdaulat,
adil, dan makmur. Hal ini terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea 2.
Serta tujuan negara, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah indonesia, memajukan kesejahteraan umun, mencerdaskan kehidupan bangsa,
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Alinea ke 4 yaitu nilai persatuan dan kesatuan, kesamaan dan kebersamaan
sebagai bangsa, serta prinsip negara yang demokratis dan konstitusional yang
tercermin dan dimanifestasikan dalam bentuk pilihan negara dan sistem
pemerintahan negara
2) Unsur Struktur
Merupakan tatanan kelembagaan yang terbentuk dalam kehidupan Negara
Republik Indonesia yang demokratis dan konstitusional berupa tatanan organisasi
negara dan organisasi yang berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat
bangsa yang merefleksikan posisi dan peran ataupun hak, kewajiban, kewenangan,
dan tanggungjawab masing-masing dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan bangsa, dalam mengemban misi perjuangan bangsa mewujudkan cita-
cita dan tujuan bernegara, meliputi Lembaga Negara dan Organisasi-organisasi yang
berkembang dalam masyarakat.
Dari bagan diatas jelaslah bahwa tujuan negara sebagai inti dari
penyelenggaraan pemerintahan maupun organisasi yang terlibat di dalamnya.
3) Unsur Proses
Tercermin dalam berbagai kegiatan manajerial dari lembaga negara,
kementerian negara dan lembaga pemerintahan lainnya serta saling hubungan antar
lembaga tersebut dan antara berbagai lembaga pemerintahan itu dengan organisasi
yang berkembang dalam masyarakat sesuai posisi dan peran serta tanggungjawab
masing-masing dalam proses kebijakan dan penyelenggaraan pemerintahan negara
dan pembangunan bangsa di tingkat Pusat dan Daerah.
Dalam posisi dan perannya sebagai sistem penyelenggara negara, SANKRI
mewadahi keselurahan sistem dan proses kehidupan bernegara, dan berinteraksi
dengan sistem-sistem yang terdapat didalam berbagai bidang kehidupan tersebut
seperti sistem sosial budaya, politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan,
dan sebagainya. Disinilah SANKRI berperan sebagai integrating system yang
menyerasikan dan menyelaraskan serta mengarahkan berbagai upaya bangsa
Indonesia mencapai cita-cita dan tujuan. Atau dengan kata lain, peran SANKRI
dalam kompleksitas dan dinamika sistem dan proses penyelenggara negara dan
pembangunan bangsa adalah mewadahi, memfasilitasi, dan memadupadankan
berbagai kegiatan sistem politik, ekonomi, hukum, sosial dan budaya, dan
keamanan guna mewujudkan keserasian arah dan langkah kebijakan, agar tujuan
nasional tercapai secara optimal.
Implementasi SANKRI dalam dalam penyelenggaraan pemerintaan negara
dan pembangunan bangsa guna mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama dalam
bernegara dilakukan melalui pengembangan dan kerjasama kelembagaan ( antar
individu, antar kelompok masyarakat, antar lembaga, antar sektor, antar wilayah,
antara negara dengan warga negara; serta antar negara) dengan mengembangkan
sistem dan proses kebijakan yang partisipatif dalam berbagai bidang kehidupan.
SANKRI sebagai sistem penyelenggara kebijakan negara
mengakomodasikan peran masyarakat yang luas ( terbuka, setara, partisipatif, dan
akuntabel ). Dalam pengambilan keputusan politik yang stategis dan kebiajakan-
kebijakan dilakukan secara musyawarah dan mufakat ( MPR, DPR ) sebagai
representasi rakyat bangsa dari dan diseluruh wilayah negara yang terbagi atas
daerah besar ( Propinsi ) dan daerah kecil ( Kabupaten/kota, dan desa ) dengan
kewenangan otonomi tertentu. Berbagai kebijakan pemerintah tersebut kemudian
dituangkan ke dalam peraturan perundangan ( Ketetapan MPR, UU, PERPU, PP,
Kepres, dan Perda. UU, PP dan Perda tentang substansi masalah publik tertentu
ditetapkan pemerintah setelah mendapatkan persetujuan DPR, dan pelaksanaan
harus dilaporkan dan dipertanggung jawabkan oleh publik.

2.3 Dimensi SANKRI


Terdapat 10 dimensi SANKRI, yaitu :
1) Tata Nilai
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan masalah-masalah nasional
yang kompleks, Indonesia hrus memiliki visi yang jelas, menjaga jati diri sebagai
bangsa, tetap eksis sebagai negara kesatuan, mandiri, meningkatkan kompetensi dan
konsistensinya dalam mengaktualisasikan nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan
negara bangsa, serta meningkatkan daya saing nasional dalam perekonomian global
dan kehidupan internasional.
Di dalam dimensi nilai terdapat unsur-unsur sebagai berikut :
a) Dimensi Spiritual
 Pengakuan terhadap eksistensi, keMaha-Kuasaan, dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa dalam perjuangan bangsa.
 Wujud Keimanan dan ketaqwaan
b) Dimensi Kultural
 Dasar negara
 Falsafah bangsa dalam bernegara
 Pandangan hidup bangsa
c) Dimensi Institusional
 Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
 Memajukan kesejahteraan umum
 Mencerdaskan kehidupan bangsa
 Ikut melaksanakan ketertiban dunia
 Konstitusional, demokratis, profesional
d) Dimensi Mnajerial
 The right person in the right place, sistem merit
 Etik, integritas, akuntabilitas
 Good governance
2) Organisasi Pemerintahan Negara
Tatanan organisasi aparatur pemerintahan negara yang berada di wilayah
pemerintahan negara terdiri dari organisasi lembaga Eksekutif, Legislatif, dan
Yudikatif, baik Pusat maupun Daerah, dan lembaga negara lainnya, serta saling
hubungannya dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, termasuk dalam
penyelenggaraan hubungan antar negara; dan organisasi kesekretariatan lembaga-
lembaga tersebut. Berperan mengemban misi perjuangan bangsa mencapai cita-cita
dan tujuan NKRI :
a) Ada yang bersifat permanen universal.
b)   Ada yang bersifat kondisional.

3) Manajemen Pemerintahan Negara


Pengelolaan pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan
dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat bangsa dan wilayah pemerintahan
negara; pada dasarnya merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
pemerintahan pada umumnya, seperti pengelolaan kebijakan, perencanaan,
pembiayaan, pelaksanaan, pengendalian, pelayanan, pengawasan, dan pertanggung
jawaban hasil-hasilnya dari setiap organisasi pemerintahan negara.
Dalam mengemban tugas pemerintahan negara yang demikian kompleks dan
dinamik itu, harus terwujud keserasian strategi dan langkah kebijakan yang
secara sistematis terarah pada pencapaian tujuan NKRI. Perlu diperhatikan
paradigma-paradigma administrasi negara dan pembangunan relevan, sesuai dengan
perkembangan lingkungan stratejik yang dihadapi.
Memerlukan kompetensi (integritas, pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan dalam pengelolaan kebijakan dan pelayanan publik).
4) Sumberdaya Aparatur Negara
SDM aparatur terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), TNI dan POLRI -
dalam posisinya sebagai abdi masyarakat dan abdi negara, perekat kesatuan dan
persatuan bangsa, mempunyai peran, tugas dan tanggung jawab mengemban misi
perjuangan bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan bernegara.
Demikian pula unsur-unsur dan manajemen sumber daya lainnya (dana,
prasarana, peralatan dan fasilitas kerja, termasuk di dalamnya teknologi informasi
dan komunikasi). Dalam SANKRI keseluruhan sumber daya aparatur negara
tersebut pada umumnya dikelola dalam organisasi kesekretariatan di setiap
lembaga, mengikuti prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.
5) Sistem dan Proses Kebijakan
Kekuasaan dan pelaksanaan tugas pemerintahan negara diselenggarakan
melalui kebijakan publik  harus mengenali sistem dan proses kebijakan yg
berlaku dalam SANKRI; stakeholders yg terlibat, tahapan kegiatan yg dilalui, dan
nilai-nilai yg menghikmati.
Pengelolaan kebijakan pemerintahan negara dilakukan menurut nilai dan prinsip
kepemerintahan yg baik sesuai dengan keluhuran dimensi-dimensi nilai SANKRI.
Fungsi administrasi negara dalam pengelolaan proses kebijakan publik dapat
disederhanakan meliputi perumusan dan penentuan kebijakan; pelaksanaan
kebijakan & evaluasi kinerja kebijakan.
Kebijakan negara dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa
dikembangkan untuk
a) mengatasi masalah-masalah bangsa dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
masalah hubungan internasional; ataupun untuk
b) mencapai tujuan bangsa dalam bernegara.
6) Peran Masyarakat Bangsa
Negara eksis karena adanya kesepakatan masyarakat bangsa yg hidup
pada wilayah tersebut. Negara didirikan oleh rakyat bangsa untuk mencapai
tujuan bersama.
Organisasi dan manajemen pemerintahan tidak boleh mengabaikan aspirasi dan
peran masyarakat bangsa dalam penyelenggaraan pemerintahan negara, baik
sebagai orang seorang maupun sebagai kelompok.
Organisasi yg berkembang dalam dinamika kehidupan masyarakat bangsa
merupakan unsur dan asset penting dalam bernegara yg bertalian dengan hak dan
kewajiban warga negara dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; merupakan bagian dari sistem dan proses administrasi
negara, serta menjadi salah satu fokus perhatian disiplin dan sistem
administrasi negara.
7) Hukum Administrasi Negara
Dimensi hukum bertalian dengan pengaturan sistem dan proses
penyelenggaraan negara, termasuk mengenai eksistensi, susunan, tugas, fungsi
lembaga-lembaga pemerintahan negara, tata cara dalam pengelolaan pelaksanaan
tugas, saling hubungannya satu sama lain, serta karya dan kinerja kebijakan dan per-
UU-an yg dihasilkan masing-masing lembaga.
Pengembangan HAN dimaksudkan agar kelembagaan negara terselenggara
secara berkepastian hukum, efisien, proporsional, efektif, tertib, dan mengindahkan
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kebenaran dan demokrasi.
Mengacu pada prinsip negara hukum dan demokrasi, maka proses
administrasi negara dilaksanakan dalam kerangka hukum yg berlaku dalam negara,
sehingga secara konstitusional administrasi negara terikat pada struktur peraturan
perundangan atau strata kebijakan yg ada dan wajib dipatuhi dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara serta harus dapat dipertanggung jawabkan
secara hukum.
8) Organisasi dan Manajemen Kesekretariatan
Administrasi (organisasi dan manajemen) kesekretariatan lembaga
pemerintahan negara mempunyai posisi dan peran menentukan dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara, berupa teknis pelaksanaan kegiatan dan
pemberian dukungan termasuk koordinasi atas pelaksanaan tugas lembaga
pemerintahan dalam menyelenggarakan tugasnya baik yang sifatnya pengembangan
(policy and program development supports) mau pun pelayanaan rutin (services);
dan umumnya diisi oleh pegawai negeri professional dengan jabatan dan
kepangkatan atau pola karier tertentu.
9) Sistem Kepemimpinan Nasional
E-Adm adalah aplikasi teknologi informasi dan komunikasi dalam
administrasi publik, sebagai upaya untuk merevitalisasi organisasi dan manajemen
pemerintahan agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara prima, baik
dalam pengelolaan kebijakan, pelayanan informasi, maupun dalam
pengelolaan pelayanan publik.
Perkembangan e-Adm atau e-Govt tersebut merupakan jawaban atas
perubahan lingkungan stratejik yg menuntut adanya administrasi negara yg
efisien, efektif, berorientasi pada publik, transparan, dan akuntabel; baik
dalam kehidupan bangsa, maupun dalam hubungan antar bangsa.
Pola interaksi berubah dari “one stop services” menjadi “non stop services”.
10) Sistem Kepemimpinan Nasional
Kepemimpinan nasional dalam SANKRI diartikan sebagai sistem
kepemimpinan dalam rangka penyelenggaraan negara dan pembangunan
bangsa, yang berperan mengembangkan visi dan mengemban misi perjuangan
bangsa mewujudkan cita-cita dan tujuan NKRI sesuai posisi masing-masing
dalam pemerintahan negara & masyarakat bangsa.
Proses kepemimpinan dalam SANKRI harus menempatkan dimensi-dimensi
nilai SANKRI sebagai guiding values and principles dalam keseluruhan aktivitasnya
yg terarah pada pencapaian cita-cita dan tujuan NKRI.
Dalam SANKRI, para pejabat pimpinan dalam mengemban tugasnya
dituntut untuk memiliki kemampuan memberikan inspirasi & mengembangkan
kebijakan yg dapat menggerakkan orang yg dipimpinnya ataupun masyarakat
bangsanya untuk melakukan kegiatan mencapai tujuan nasional sesuai nilai-nilai
kebangsaan & perjuangan bangsa.

BAB III
PEMBAHASAN DAN PERMASALAHAN
3.1 PERMASALAHAN

1. Permasalahan Administrasi Publik Di Indonesia


Administrasi publik dalam perkembangannya di Indonesia telah melalui beberapa
tahap, mulai dari masa pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde baru, dan masa
reformasi tahun 1998 sampai dengan sekarang. Sebagai salah satu negara yang ada di
dunia tentunya Indonesia juga merupakan bagian sistem pelaksanaan administrasi
global, yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kontradiksi dan saling
hubungan antar sesama bangsa di dunia. Tak pelak lagi Indonesia pun saat ini mulai
mengadopsi sistem administrasi dengan paradigma yang palig baru yaitu New Publik
Service. Hanya saja banyak permasalahan administrasi yang terjadi di Indonesia antara
lain:
a.Pengaruhbudaya lama (budaya feodal)
Dalam mengadopsi sistem administrasi, maka tidak bisa dengan utuh langsung
diterapkan di sebuah negara atau daerah, karena pasti budaya setempat mempengaruhi
dengan kuat ketika akan mempraktekkannya. New Publik Service atau good governance
sulit untuk di terapkan di Indonesia, karena budaya masyarakat Indonesia yang biasa
melayani kepentingan penguasa, maka aparatur yang seharusnya melayani warga
masyarakat, malah berbalik arah untuk minta dilayani, dan masyarakatpun dengan
senang hati melayani kepentingan atau kemauan penguasa dalam hal pengurusan
permasalahan administrasi pemerintahan. Budaya asal bapak senang, budaya
kroonisme/nepotisme, tidak bisa di pisahkan dalam pelaksanaan administrasi, Rasa
kekeluargaan di Indonesia sangat kuat, apabila ada saudara, famili, atau tetangga yang
mempunyai wewenang untuk melakukan proses pengurusan administrasi pemerintahan,
pastilah kita minta bantuannya dan otomatis famili atau keluarga tersebut akan
mendahulukan kita tanpa proses antri, dan masih banyak contoh yang lainnya.
b. Politisasi Administrator Daerah
Tuntutan otonomi daerah pada saat reformasi tahun 1998, merupakan bentuk dari
ketidakpuasan daerah dalam rangka pembagian kekayaan daerah dengan pusat,
walaupun hanya daerah-daerah tertentu (daerah yang kaya, seperti Riau, Aceh, Kaltim,
dsb) yang menuntut ruang yang lebih besar dalam pengelolaan kekayaannya, atau
mereka akan melepaskan diri dari NKRI. Dalam perkembangannya otonomi daerah
dengan sistem pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung, dimana kepala
daerah merupakan jabatan politis yang dicalonkan oleh partai, sehingga unsur politis
tidak akan pernah lepas dari corak dan gaya kepemimpinannya. Administrator daerah
dalam hal ini kepala daerah sebagai jabatan politis maka akan banyak kepentingan
politis yang lebih mempengaruhi dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan. Ini bisa
terlihat setiap ada pergantian kepala daerah, maka pasti akan diikuti oleh pergantian
pejabat eselon yang ada, tanpa alasan yang jelas hampir semua pejabat diganti, dengan
alasan menempatkan orang yang loyal, dan ini menyebabkan pejabat eselon juga
menjadi mandul, tidak kritis terhadap kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat, karena
takut jabatannya di copot. Kemudian bisa di pastikan ada kesepakatan-kesepakatan
politik antara kepala daerah terpilih dengan partai yang mencalonkannya, minimal pada
pembagian proyek-proyek daerah. Dan masih banyak yang lainnya.

Dapat kita simpulkan bahwa permasalahan yang ada di Indonesia dalam pelaksanaan
administrasi publik, secara garis besar adalah pengaruh budaya lokal yang tidak bisa
bertransformasi langsung dengan baik terhadap konsep-konsep yang kita ambil dari
luar, oleh karena itu, kita masih membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
perubahan budaya ke arah yang lebih baik. Kemudian yang kedua adalah politisasi
dalam pelaksanaan administrasi publik yang sangat kental dan pengaruh politik ini bisa
menjadi dominan, dalam menentukan kebijakan publik. Selagi administrasi publik
belum bisa melepaskan diri dari ranah politik maka kebijakan publik pun tidak akan
pernah lepas dari kepentingan politik

2. Implementasi Pelaksanaan SANKRI di Indonesia


Sistem adalah rangkaian sub-sub sistem atau komponen untuk mencapai suatu ssistem
yang lebih baik. Administrasi  dalam arti sempit adalah sebagai kegiataan tata usaha yang
berkenaan dengan penyusunan dan pencatatan data  data dan informasi secara sistematis
tentang segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi. Administrasi dalam arti luas adalah
berhubungan dengan kegiatan kerjasama dan upaya yang bersifat sistematis, rasional, dan
manusiawi yang dilakukan sekelompok  orang untuk mencapai tujuan bersama.
Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengndalikan persoalan –
persoalan bersama atas nama masyarakat ( Roger H Soltau ).
Sebagai wahana dalam penyelenggara negara dan pembangunan bangsa guna mencapai
cita- cita (negara yang merseka, bersatu , berdaulat, adil, dan makmur) dan tujuan
negara (melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia,
memajukan kesejahteraan umun , mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi
dan keadilan sosial) yang diamanatkan dalam konstitusi negara, SANKRI dikembangkan
berdasarkan undang-undang dasar 1945 sebagai konstitusi negara dengan dimensi nilai
spiritual ( Pengakuan bangsa Indonesia akan keberadaan dan peran Allah Yang
Maha Kuasa dalam perjuanagn mewujudkan cita-cita dan tujuan luhur bangsa dan
negara, yang sepenuhnya merefleksikan nilai-nilai kemanusiaan yang fitri atau
murni dan universal, serta sepenuhnya didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan ) ,
nilai kultural ( Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan
oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, Karena tidak sesuai
dengan pri kemanusiaan dan pri keadilan; Pembukaan UUD 1945 ) dan nilai
institusioanal ( nilai persatuan dan kesatuan, kesamaan dan kesamaan sebagai
bangsa, serta prinsip negara yang demokratis dan konstitusional yang tercermin dan
dimanifestasikan dalam bentuk pilihan negara dan sistem pemerintahan negara;
Alenia ke 4 )yang terkandung didalamnya, dan dengan memperhitungkan kondisi
perkembangan berbagai faktor lingkungan yang khas dibandingakan dengan negara-negara
lain.
Dalam posisi dan perannya sebagai sistem penyelenggara negara, SANKRI mewadahi
keselurahan sistem dan proses kehidupan bernegara, dan berinteraksi dengan sistem-sistem
yang terdapat didalam berbagai bidang kehidupan tersebut seperti sistem sosial budaya.
Politik, ekonomi, hukum, pertahanan dan keamanan, dan sebagainya. Atau dengan kata
lain Peran SANKRI dalam kompleksitas dan dinamika sistem dan prosese penyelenggara
negara dan pembanguna bangsa adalah mewadahi, memfasilitasi, dan memadukakn
berbagai kegiatan sirtem politik,l ekonomi, hukum, sosial dan budaya, dan keamanan guna
mewujudkan keserasian arah dan langkah kebijakan, agar tujuan nasional tercapai secara
optimal.
Implementasi SANKRI dalam dalam penyelenggaraan pemerintaan negara dan
pembangunan bangsa guna mewujudkan cita-cita dan tujuan bersama dalam bernegara
dilakukan melalui pengembangan dan kerjasama kelembagaan ( antar individu, antar
kelompok masyarakat, antar lembaga, antar sektor, antar wilayah, antara negara dengan
warga negara; serta antar negara) dengan mengembangkan sistem dn proses kebijakan
yang partisipatis dalam berbagai bidang kehidupan.
SANKRI sebagia sistem penyelenggara kebijakan negara mengakomodasikan peran
masyarakata yang lus ( terbuka, setara, partisipatif, dan akuntabel ). Dalam pengambilan
keputusan politik yang stategis dan kebiajakan-kebijakan dilakukan secara musyawarah
dan mufakat ( MPR, DPR ) sebagi represanti rakyat bangsa dari dan diseluruh wilayah
negara yang terbagi atas daerah besar ( Propinsi ) dan daerah kecil ( Kabupaten/kota, dan
desa ) dengan kewenangan otonomi tertentu . Berbagai kebijakan pemerintah tersebut
kemudian dituangkan kedalam peraturan perundangan ( Ketetapan MPR,UU, PERPU,PP,
Kepres, dan Perda. UU, PP dan Perda tentang substansi masalah publik tertentu ditetapkan
pemrintah setelah mendapatkan persetujuan DPR, dan pelaksanaan harus dilaporkan dan
dipertanggung jawabkan oleh publik.
Memasuki abad 21 Indonesia dan negara-negara lain menghadapi perubahan dan
tantangan lingkungan stratejik baik internal maupun eksternal. Dalam konteks Ekternal,
terjadinya gelombang globalisasi  yang dipacu perkembangan teknologi transportasi dan
informasi serta semangat liberalisasi yang mengarah pada terbentuknya dunia tanpa batas (
bonderless world ).  Dalam konteks Internal, masyarakat terjadi krisis moneter yang
berkembang menjadi krisis multi dimensi yang parah meliputi krisis ekonomi, politik,
pemerintahan, dan keamanan, bahkan diwarnai ancaman Disintegrasi  bangsa seperti yang
pernah dialami pada tahun 1965.
3.2 PEMBAHASAN
1. Harapan Sankri Di Masa Mendatang

Penyediaan pelayanan pemerintah yang berkualitas, akan memacu potensi sosial


ekonomi dalam masyarakat yang merupakan bagian dari demokratisasi ekonomi.
Penyediaan pelayanan publik yang bermutu merupakan salah satu alat untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang semakin berkurang,
akibat krisis ekonomi yang terus-menerus berkelanjutan pada saat ini. Hal tersebut
menjadikan pemberian pelayanan publik yang berkualitas kepada masyarakat menjadi
semakin penting untuk dilaksanakn oleh pemerintah.

Upaya pemberdayaan masyarakat memerlukan semangat untuk melayani


masyarakat (“a spirit to servef public“), dan menjadi mitra masyarakat (“partner of
society“); atau melakukan kerja sama dengan masyarakat (“co production“). Dalam
pada itu pelayanan mempunyai makna pengabdian atau pengelolaan pemberian bantuan
yang mengutamakan efisiensi dan keberhasilan bangsa dalam membangun, yang
dimanifestasikan antara lain dalam perilaku “melayani, bukan dilayani”, “mendorong,
bukan menghambat”, “mempermudah, bukan mempersulit”, “sederhana, bukan
berbelit-belit”, “terbuka untuk setiap orang, bukan hanya untuk segelintir orang”.
Makna administrasi publik sebagai wahana penyelenggaraan pemerintahan negara, yang
esensinya “melayani publik”, harus benar-benar dihayati para penyelenggara
pemerintahan negara.

Apabila dilihat dari sisi pelayanan, diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun


2004 tentang pemerintahan daerah, yang telah memeberikan perluasan kewenangan
kepada tingkat pemerintah daerah, dipandang sebagai salah satu upaya untuk memotong
hambatan birokratis yang seringkali mengakibatkan pemberian pelayanan memakan
waktu yang lama dan berbiaya tinggi. Dengan adanya desentralisasi, pemerintah daerah
harus mampu melaksanakan berbagai kewenangan yang selama ini dilaksanakan oleh
pemerintah pusat, seiring dengan pelayanan yang harus disediakan. Konsekuensinya,
pemerintah daerah dituntut untuk lebih mampu memberikan pelayanan yang lebih
berkualitas, dalam arti lebih berorientasi kepada aspirasi masyarakat, lebih efisien,
efektif dan bertanggunng jawab. Dengan kata lain, otonomi daerah merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Desentralisasi merupakan wujud nyata pelaksanaan otonomi daerah dalam
SANKRI. Perbedaan  perkembangan antar daerah mempunyai implikasi yang berbeda
pada macam dan intensitas peranan pemerintah, namun pada umumnya masyarakat dan
dunia usaha memerlukan (a) desentralisasi dalam pemberian perizinan, dan efisiensi
pelayanan birokrasi bagi  kegiatan-kegiatan  dunia  usaha  di  bidang sosial ekonomi,
(b) penyesuaian kebijakan pajak dan perkreditan yang lebih nyata bagi pembangunan di
kawasan-kawasan tertinggal, dan sistem perimbangan keuangan pusat dan daerah yang
sesuai dengan kontribusi dan potensi pembangunan daerah, serta (c) ketersediaan dan
kemudahan mendapatkan informasi mengenai potensi dan peluang bisnis di daerah dan
di wilayah lainnya kepada daerah di dalam upaya peningkatan pembangunan daerah.

Dalam konteks desentralisasi, pelayanan publik seharusnya menjadi lebih responsive


terhadap kepentingan publik. Paradigma pelayanan publik berkembang dari pelayanan
yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan focus kepaada
pengelolaan yang berorientasi kepada kepuasan pelanggan dengan cirri-ciri : (a) lebih
memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang
memfasilitasi berkembangnya kondisi kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada
masyarakat, (b) lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga
masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan
yang telah dibangun bersama, (c) menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan
pelayanan publik tertentu sehingga masayrakat memperoleh pelayanan yang
berkualitas, (d) terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang
berorientasi pada hasil sesuai dengan masukan yang digunakan, (e) lebih
mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat, (f) pada hal tertentu pemerintah
juga berperan untuk memperoleh pendapat dari masyarakat dari pelayanan yang
dilaksanakan, (g) lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan, (h)
menerapkan sistem pasar dalam memberikan pelayanan.

Tuntutan masyarakat pada era desentralisasi terhadap pelayanan publik yang


berkuallitas akan semakin menguat. Oleh karena itu, kredibilitas pemerintah sangat
ditentukan oleh kemampuannya mengatasi berbagai masalah sehingga mampu
menyediakan pelayanan publik yang memuaskan masyarakat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Hal-hal yang dapat dilakukan pemerintah antara lain :
a. Penetapan standar pelayanan. Standar pelayanan memiliki arti yang sangat penting
dalam pelayanan publik. Standar pelayanan merupakan suatu komitmen penyelenggara
pelayanan untuk menyediakan pelayanan dengan suatu kualitas tertentu yang ditentukan
atas dasar perpaduan harapan-harapan masyarakat dan kemampuan penyelenggara
pelayanan. Penetapan standar pelayanan yang dilakukan melalui proses identifikasi
pelanggan, identifikasi harapan pelanggan, perumusan visi dan misi pelayanan, analisis
proses dan prosedur, sarana dan prasarana, waktu dan biaya pelayanan. Proses ini tidak
hanya akan memberikan informasi mengenai standar pelayanan yang harus ditetapkan,
tetapi juga informasi mengenai kelembagaan yang mampu mendukung
terselenggaranya proses manajemen yang menghasilkan pelayanan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Informasi lain yang juga dihasilkan adalah informasi
mengenai kuantitas dan kompetensi-kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan
serta distribusinya beban tugas pelayanan yang akan ditanganinya.
b. Pengembangan standard operating procedures (SOP). Untuk memastikan bahwa
proses pelayanan dapat berjalan secara konsisten diperlukan adanya Standard Operating
Procedures. Dengan adanya SOP, maka proses pengolahan yang dilakukan secara
internal dalam unit pelayanan dapat berjalan sesuai dengan aturan yang jelas, sehingga
dapat berjalan secara konsisten. Disamping itu, SOP juga bermanfaat dalam hal :

· Untuk memastikan bahwa proses dapat berjalan lancar. Jika terjadi hal-hal tertentu,
misalkan petugas yang diberi tugas menangani satu proses tertentu berhalangan hadir,
maka petugas lain dapat menggantikannya. Oleh karena itu proses pelayanan dapat
berjalan terus.

· Untuk memastikan bahwa pelayanan perijinan dapat berjalan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.

· Memberikan informasi yang akurat ketika dilakukan penelusuran terhadap kesalahan


prosedur jika terjadi penyimpangan dalam pelayanan.

· Memberikan informasi yang akurat ketika akan dilakukan perubahan-perubahan tertentu


dalam prosedur pelayanan.

· Memberikan informasi yang akurat dalam rangka pengendalian pelayanan.


· Memberikan informasi yang jelas mengenai tugas dan kewenangan yang akan diserahkan
kepada petugas tertentu yang akan menangani satu proses pelayanan tertentu. Atau
dengan kata lain, bahwa semua petugas yang terlibat dalam proses pelayanan memiliki
uraian tugas dan tanggung jawab yang jelas.

a. Pengenbangan survey kepuasan pelanggan. Untuk menjaga kepuasan masyarakat,


maka perlu dikembangkan suatu mekanisme penilaian kepuasan masyarakat atas
pelayanan yang telah diberikan oleh penyelenggara pelayanan publik. Dalam konsep
manajemen pelayanan, kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila produk pelayanan
yang diberikan oleh penyedia pelayanan memenuhi kualitas yang diharapkan
masyarakat. Oleh karena itu, survey kepuasan pelanggan memiliki arti penting dalam
upaya peningkatan pelayanan publik.
b. Pengembangan sistem pengelolaan pengaduan. Pengaduan masyarakat merupakan
satu sumber informasi bagi upaya-upaya pihak penyelenggara pelayanan untuk secara
konsisten menjaga pelayanan yang dihasilkannya sesuai dengan stendar yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu perlu didesain suatu system pengelolaan pengaduan yang
secara dapat efektif dan efisien mengolah berbagai pengaduan masyarakat menjadi
bahan masukan bagi perbaikan kualitas pelayanan.

Negara modern memerlukan sistem administasi negara modern sebagai syarat bagi
eksisnya pemerintahan modern dan berfungsinya suatu birokrasi pemerintahan yang
modern, yang keseluruhnya itu dimanifestasikan dengan indicator modernitas tertentu.
Indikator modernitas mengalami perkembangan dan perubahan, namun ada pula yang
bersifat universal berlaku sepanjang zaman. Hal ini ditunjukan dalam paradigma dan
proses pembangunan negara-negara berkembang, yang dapat diilustrasikan sebagai
berikut.

Paradigma birokrasi Weber atau scientific management dari Taylor yang berfokus pada
fenomena struktural dan fungsional yang spesifik dan formal (legal) yang kaku pada
masanya dianggap modern; namun dalam perkembangannya kemudian dipandang
klasik atau tradisional (traditional paradigm) karena dalam konsep dan penerapannya
ternyata dan mengarah pada pengembangan organisasi dan birokrasi maksimal yang
dinilai kurang mengakomodasikan dimensi-dimensi kemanusiaan, di mana interaksi
antar manusia bersifat hirarkikal yang menimbulkan kekakuan, dan mempengaruhi
motivasi dan produktivitas. Karenanya kemudian mengalami krisis dan mendorong
berkembangnya paradigma baru yaitu paradigma perilaku (behavoural paradigm) yang
menekankan pentingnya dimensi-dimensi kemanusiaan dalam organisasi dan
manajemen. Di antranya terdapat teori Maslow, Likert, dan Simon memberikan
dimensi-dimensi baru dalam mertevitalisasi organisasi dan manajemen yang menyentuh
manusia dan aspek-aspek kemanusian yang luas, termasuk di dalamnya masalah
peningkatan kapasitas diri, dan partisipasi dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya
berkembang pula pemikiran yang menekankan perlunya pengintegrasian kedua
pendekatan structural-fungsional dan paradigma perilaku yang menelurkan paradigma
sistemik (system thinking paradigm), yang memandang administrasi negara merupakan
sistem yang bersifat terbuka yang dipengaruhi kondisi lingkungan dan mempunyai
peran merubah kondisi lingkungan. Peran administrasi negara dalam pembangunan
bangsa mewajibkan perhatiannya terhadap perkembangan dan perubahan lingkungan
stratejik internal dan eksternal yang membutuhkan pengembangan berbagai kebijakan,
dan mendorong paradigma kebijakan publik (public policy paradigm) dalam
pengembangan disiplin dan sistem administrasi negara.

Perkembangan menujukan semakin lekatnya nilai-nilai kemanusiaan seperti keadilan,


demokrasi, partisipasi, dan hak azasi manusia dalam penyelenggaraan negara dan
pembangunan, sebagai indikator kemajuan dan tingkatan modernitas sistem dan proses
administrasi negara dan pembangunan suatu bangsa. Perkembangan yang menggema
dalam dekade terakhir ini adalah konsep penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(good governance) yang komit terhadap antara lain terhadap nilai dan prinsip kepastian
hukum, partisipasi, tranparansi, sensitivitas, professionalitas, efisiensi, efektivitas,
desntralisasi, dan daya saing. Apabila kita cermati, nilai dan prinsip tersebut juga
terkandung dalam SANKRI, merupakan dimensi kultural operasional SANKRI. Nilai
dan prinsip tersebut juga merupakan indikator modernitas setiap sistem administrasi
negara Abad 21 ini.

Birokrasi Pemerintah Pusat dan Daerah perlu memiliki visi, misi, strategi, agenda
kebijakan, kompetensi, dan komitmen pembangunan dan pelayanan yang jelas dilandasi
dimensi-dimensi spiritual SANKRI dan tegas terfokus pada permasalahan yang
mendesak perlu di atasi, dan terarah pada perwujudan cita-cita dan tujuan bangsa
bernegara. Dengan visi, misi, strategi yang didasarkan pada paradigma pembangunan
dan agenda kebijakan yang tepat, didukung dengan sistem manajemen yang berorientasi
pada penerapan nilai dan prinsip good governance, disertai kompetensi dan komitmen
yang kuat dalam keseluruhan tatanan organisasinya yang tersusun secara tepat disertai
pelimpahan kewenangan yang seimbang, pemerintah akan dapat mencapai kinerja yang
optimal dalam menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Selain itu, tantangan lingkungan
stratejik mengharuskan pula pilihan-pilihan kritis terhadap paradigma pembangunan
yang harus dipilih sebagai landasaan strategi dan kebijakan pembangunan bangsa. Hal
ini juga mensyaratkan manajemen pemerintahan yang baik dan kompetensi SDM yang
teruji.

Penataan Organisasi dan Tata Kerja. Penataan organisasi pemerintah baik pusat
maupun daerah didasarkan pada visi, misi, sasaran, strategi, agenda kebijakan, program,
dan kinerja kegiatan yang terencana; dan diarahkan pada terbangunnya sosok birokrasi
yang ramping, desentralistik, efisien, efektif, berpertanggung jawaban, terbuka, dan
aksesif; serta terjalin dengan jelas satu sama lain sebagai satu kesatuan birokrasi
nasional dalam SANKRI. Seiring dengan itu, penyederhanaan tata kerja dalam
hubungan intra dan antar aparatur, serta antara aparatur dan masyarakat dikembangkan
terarah pada penerapan pelayanan prima yang efektif, dan mendorong peningkatan
produktivitas kegiatan pelayanan aparatur dan masyarakat.

Pemantapan Sistem Manajemen. Dengan makin meningkatnya dinamika masyarakat


dalam penyelengaraan negara dan pembangunan bangsa, pengembangan sistem
manajemen pemerintahan diprioritaskan pada pelaksanaan fungsi-fungsi pengelolaan
kebijakan dan pelayanan publik yang kondusif, transparan, dan akuntabel, disertai
dukungan sistem informatika yang sudah terarah pada pengembangan e-government.
Peran birokrasi lebih difokuskan sebagai agen pembaharuan, sebagai motivator dan
fasilitator bagi tumbuh dan berkembangnya swakarsa dan swadaya serta meningkatnya
kompetensi masyarakat dan dunia usaha.

Peningkatan Kompetensi SDM Aparatur. Mengantisipasi tantangan global,


pembinaan sumber daya manusia aparatur negara perlu mengacu pada standar
kompetensi internasional (world class). Sosok aparatur masa depan penampilannya
harus profesional sekaligus taat hukum, rasional, inovatif, memiliki integritas yang
tinggi serta menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Peningkatan profesionalisme aparatur harus ditunjang dengan
integritas yang tinggi, dengan mengupayakan terlembagakannya karakteristik sebagai
berikut: (a) mempunyai komitmen yang tinggi terhadap perjuangan mencapai cita-cita
dan tujuan bernegara, (b) memiliki kompetensi yang dipersyaratkan dalam mengemban
tugas pengelolaan pelayanan dan kebijakan publik, (c) berkemamapuan melaksanakan
tugas dengan terampil, kreatif, dan inovatif, (d) disiplin dalam bekerja berdasarkan sifat
dan etika profesional, (e) memiliki daya tanggap dan sikap bertanggung gugat
(akuntabilitas), (f) memiliki derajat otonomi yang penuh rasa tanggung jawab dalam
membuat dan melaksanakan berbagai keputusan sesuai kewenangan, dan (g)
memaksimalkan efisiensi, kualitas, dan produktivitas.

Untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara


berdaya guna dan berhasil guna pada masa globalisasi saat ini, maka dalam SANKRI
diperlukan sistem pembinaan Pegawai Negeri Sipil yang mampu memberikan
keseimbangan terjaminnya hak dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil, dengan misi tiap
satuan organisasi pemerintah untuk memotivasi kinerja Pegawai Negeri Sipil perlu
disusun pola karir yang memungkinkan potensi Pegawai negeri Sipil dikembangkan
seoptimal mungkin.

Tegaknya hukum yang berkeadilan merupakan jasa pemerintahan yang terasa


teramat sulit diwujudkan, namun mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan, justru di tengah kemajemukan, berbagai ketidak
pastian perkembangan lingkungan, dan menajamnya persaingan. Peningkatan dan
efisiensi nasional membutuhkan penyesuaian kebijakan dan perangkat perundang-
undangan, namun tidak berarti harus mengabaikan kepastian hukum. Adanya kepastian
hukum merupakan indikator professionalisme dan syarat bagi kredibilitas pemerintahan,
sebab bersifat vital dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, serta
dalam pengembangan hubungan internasional. Tegaknya kepastian hukum juga
mensyaratkan kecermatan dalam penyusunan berbagai kebijaksanaan pembangu-nan.
Sebab berbagai kebijak-sanaan publik tersebut pada akhirnya harus ditungkan dalam
sistem perundang-undangan untuk memiliki kekuatan hukum, dan harus mengandung
kepastian hukum.

Dalam era globalisasi, dalam ekonomi yang  makin  terbuka, meskipun untuk
meningkatkan efisiensi perekonomian harus makin diarahkan kepada ekonomi pasar,
namun intervensi pemerintah harus menjamin bahwa persaingan berjalan dengan
berimbang, dan pemerataan terpelihara. Yang terutama harus dicegah terjadinya proses
kesenjangan yang makin melebar, karena kesempatan yang muncul dari ekonomi yang
terbuka hanya dapat dimanfaatkan oleh wilayah, sektor, atau golongan ekonomi yang
lebih maju. Peranan pemerintah makin dituntut untuk lebih dicurahkan pada upaya
pemerataan dan pemberdayaan. Penyelenggara pemerintahan negara harus mempunyai
komitmen yang kuat kepada kepentingan rakyat, kepada cita-cita keadilan sosial.

2 Aktualisasi Pancasila dalam Sankri


Dari sudur disiplin dan administrasi negara efektivitas aktualisasi nilai-nilai pancasila
ditandai dengan adanya:konsistensi perilaku”individu dan institusi dalam
penyelenggaraaan negara yang dimanisvestsika dalam sistem dan proses pengelolan dan
pelayanan publik, dan dibuktikan dengan kinerja yang dicapai atau yang dirasakan
masyarakat .
      Aktualisasi sila Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah menonjolkan simbol –simbol
keagamaan, melainkan keimanan dan ketaqwaan yang menghikmati dan mendorong
dan termanifestaskan sila-sila lainnya dalam rumusan tujuan dan langkah-langkah
kebijakan, serta terwujudnya nilai-nilai tersebut dalam kenyataan.
      Nilai-nilai yang terkandung dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung
makna iman dan taqwa yang menikmati keseluruhan hidup dan bidang kehidupan
manusia, masyrakat bangsa, hubungan antar bangsa; tidak dapat dilepaskan dari
perilaku dan sikap menyayangi dan menghormati hak sesama serta kepedulian terhadap
sesame, berlaku jujur, adil, benar, berpegang teguh pada keedilan dan kebenaran, positif
produktif, menghargai waktu dan pendapat orang lain, serta bersih   
            Aktualisasi sila kemanusiaan yang adil dan beradap terkait dengan sila
“persatuan indonesi, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan
permusyawarahan /perwakikan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dan
termanifestasikan dalam sistem dan proses kebijakan dan pelayanan publik. Hal
tersebut diindikasikan dengan adanya fairness, mematuhi etika, non- diskriminasi,
keseimbangan, kesamaan hak dan martabat didepan hukum, berlaku supremasi hukum.
Terwujudnya rasa aman dan sejahtera bagi semua orang, perhatian terhadap fakir
mislkin, menghargai sesama, pemberdayaan, terbukanya peluang dan akses pelayanan
publik, partisipasi dan peran aktif masyarakat dan pemberdayaan bagi yang tidak atau
kurang berdaya.
            Manusia yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat bukan semata-
mata untuk memberikan kepuasaan material kepada rakyat, melainkan keseimbangan
antara kepuasan material dan spiritual.
            Aktualisasi sila persatuan Indonesis mengakomodasikan realitas keberagaman
keadaan hidup dan keadaan kehidupan masyarakat bangsa, dan kondisi wilayah negara
kepulauan Indonesia, dalam dinamika kegiatan dan kemajuan bersama secara
keseimbangan. Hal  itu dibuktikan dengan pemberlakuan prinsip perlakuan yang sama
dan keseimbangan antar kelompok, bidang kehidupan, dan wilayah negara.

            Aktulisasi sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawarahan/perwakilan mengandung dan mengimperasikan dimensi nilai
kemnusiaan, keterbukaan, dermokrasi, akuntabilitas, kesejahteraan sosialyang
berkeadilan, memprioritaskan alternatif terbaik bagi kepentingan publik, pertimbangan
yang mendalam dalam penentuan kebijakan dan mengundang partisipasi serta peran
aktif masyarakat bangsa dalam keseluruhan proses pengololaan kebijakan dan pelayan
publik.
            Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung dimensi nilai
keadilan, kemanusia, kerakyatan, kebersamaan, pemberdayaan, kemajuan bersama,
bukan menolaknya perbedaan.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan
faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi,
sosial budaya dan hankam.
Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara diselenggarakan
fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga Negara yang
telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.
Administrasi Negara, dilihat dari segi Analisa Sistem :
• Sistem adalah merupakan kebulatan dari bagian yang saling bergantung.
• Sistem terdiri dari gugus-gugus komponen yang bekerja sama untuk kepentingan
tujuan sebagai suatu keseluruhan
• Sistem adalah kompleks unsur-unsur yang saling berinteraksi.

Untuk itu dalam menjaga peranan sankri dalam melestarikan NKRI diperlukan
penguatan sistem di masing-masing lembaga Negara yang berkepentingan.

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa materi yang penulis jelaskan masih terdapat banyak
kekurangan. Sehingga untuk mengetahui lebih luas tentang penanganan pedagang kaki
lima dan kebijakan dari pemerintah, pembaca dapat memperoleh dari berbagai sumber
lainnya, seperti buku, journal, referensi, publikasi maupun internet.

Daftar Pustaka
http://rumahayujayanti.blogspot.com/2015/12/sistem-administrasi-negara-kesatuan.html
http://sankripedia.stialanmakassar.web.id/index.php/Sistem_Administrasi_Negara_Kesatuan_Republi
k_Indonesia#Ruang_Lingkup_Sistem_Administrasi_Negara_Kesatuan_Republik_Indonesia_.28SAN
KRI.29

http://sankripedia.stialanmakassar.web.id/index.php/Sistem_Administrasi_Negara_Kesatuan_Republi
k_Indonesia

https://izzahluvgreen.wordpress.com/2009/04/04/sankri-harapan-di-masa-depan/

Anda mungkin juga menyukai