Anda di halaman 1dari 25

NAMA : ANDINI DERA JAELANI

NPM : 19221005

KELAS :B

HUKUM BISNIS

Analisis Perubahan UU Ketenaga Kerjaan 2003 Dengan UU Cipta Kerja 2020

KETERANGAN UU KETENAGA KERJAAN UU CIPTA KERJA 2020


2003
Tenaga Kerja
Pasal 42 : Pasal 42 :
Asing

Setiap pemberi kerja yang izin tertulis tenaga kerja asing


mempekerjakan tenaga kerja diganti dengan pengesahan rencana
asing wajib memiliki izin tertulis penggunaan tenaga kerja asing.
dari Menteri atau pejabat yang
ditunjuk. (1) Setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja asing
(1) Setiap pemberi kerja yang wajib memiliki rencana
mempekerjakan tenaga kerja penggunaan tenaga kerja asing
asing wajib memiliki izin tertulis yang disahkan oleh Pemerintah
dari Menteri atau pejabat yang Pusat.
ditunjuk.
(2) Pemberi kerja orang
(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang
perseorangan dilarang mempekerjakan tenaga kerja asing.
mempekerjakan tenaga kerja
asing. (3) Ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak
(3) Kewajiban memiliki izin berlaku bagi:
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), tidak berlaku bagi a. direksi atau komisaris dengan
perwakilan negara asing yang kepemilikan saham tertentu atau
mempergunakan tenaga kerja pemegang saham sesuai dengan
asing sebagai pegawai diplomatik ketentuan peraturan perundang-
dan konsuler. undangan;

(4) Tenaga kerja asing dapat b. pegawai diplomatik dan


dipekerjakan di Indonesia hanya konsuler pada kantor perwakilan
dalam hubungan kerja untuk negara asing; atau
jabatan tertentu dan waktu
tertentu. c. tenaga kerja asing yang
dibutuhkan oleh Pemberi Kerja
(5) Ketentuan mengenai jabatan pada jenis kegiatan produksi yang
tertentu dan waktu tertentu terhenti karena keadaan darurat,
sebagaimana dimaksud dalam vokasi, perusahaan rintisan (start-
ayat (4) ditetapkan dengan up) , kunjungan bisnis, dan
Keputusan Menteri. penelitian untuk jangka waktu
tertentu.
(6) Tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam (4) Tenaga kerja asing dapat
ayat (4) yang masa kerjanya habis dipekerjakan di Indonesia hanya
dan tidak dapat diperpanjang dalam hubungan kerja untuk
dapat digantikan oleh tenaga kerja jabatan tertentu dan waktu tertentu
asing lainnya serta memiliki kompetensi sesuai
dengan jabatan yang akan
diduduki.

(5) Tenaga kerja asing dilarang


menduduki jabatan yang
mengurusi personalia.

(6) Ketentuan mengenai jabatan


tertentu dan waktu tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) dan ayat (5) diatur dengan
Peraturan Pemerintah

Pasal 43
dihapus

(1) Pemberi kerja yang


menggunakan tenaga kerja asing
harus memiliki rencana
penggunaan tenaga kerja asing
yang disahkan oleh Menteri atau
pejabat yang ditunjuk.

(2) Rencana penggunaan tenaga


kerja asing sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
sekurangkurangnya memuat
keterangan:

a. alasan penggunaan tenaga kerja


asing;

b. jabatan dan/atau kedudukan


tenaga kerja asing dalam struktur
organisasi perusahaan yang
bersangkutan;

c. jangka waktu penggunaan


tenaga kerja asing; dan d.
penunjukan tenaga kerja warga
negara Indonesia sebagai
pendamping tenaga kerja asing
yang dipekerjakan.

(3) Ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi pemerintah,
badan-badan internasional dan
perwakilan negara asing.

(4) Ketentuan mengenai tata cara


pengesahan rencana penggunaan
tenaga kerja asing diatur dengan
Keputusan Menteri

pasal 44
dihapus

UU Ketenagakerjaan:

(1) Pemberi kerja tenaga kerja


asing wajib menaati ketentuan
mengenai jabatan dan standar
kompetensi yang berlaku.

(2) Ketentuan mengenai jabatan


dan standar kompetensi
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan Keputusan
Menteri

Pasal 45 Pasal 45
(1) Pemberi kerja tenaga kerja
asing wajib:
UU Ketenagakerjaan:
a. menunjuk tenaga kerja warga
(1) Pemberi kerja tenaga kerja negara Indonesia sebagai tenaga
asing wajib: pendamping tenaga kerja asing
yang dipekerjakan untuk alih
a. menunjuk tenaga kerja warga teknologi dan alih keahlian dari
negara Indonesia sebagai tenaga tenaga kerja asing;
pendamping tenaga kerja asing
yang dipekerjakan untuk alih b. melaksanakan pendidikan dan
teknologi dan alih keahlian dari pelatihan kerja bagi tenaga kerja
tenaga kerja asing; dan Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang sesuai dengan
b. melaksanakan pendidikan dan kualifikasi jabatan yang diduduki
pelatihan kerja bagi tenaga kerja oleh tenaga kerja asing; dan
Indonesia sebagaimana dimaksud
pada huruf a yang sesuai dengan c. memulangkan tenaga kerja asing
kualifikasi jabatan yang diduduki ke negara asalnya setelah
oleh tenaga kerja asing. hubungan kerjanya berakhir.

(2) Ketentuan sebagaimana (2) Ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) tidak dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
berlaku bagi tenaga kerja asing huruf b tidak berlaku bagi tenaga
yang menduduki jabatan direksi kerja asing yang menduduki
dan/atau komisaris jabatan tertentu.

Dalam UU Cipta Kerja, Pasal 45


ditambah huruf c mengenai
pengembalian TKA ke negara asal
setelah hubungan kerja berakhir.
Pasal 46 dihapus

(1) Tenaga kerja asing dilarang


menduduki jabatan yang
mengurusi personalia dan/atau
jabatan-jabatan tertentu.

(2) Jabatan-jabatan tertentu


sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dengan Keputusan
Menteri.

Pasal 47
Pasal 47
1) Pemberi kerja wajib membayar
kompensasi atas setiap tenaga
(1) Pemberi kerja wajib
kerja asing yang dipekerjakannya.
membayar kompensasi atas setiap
tenaga kerja asing yang
(2) Kewajiban membayar
dipekerjakannya.
kompensasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak
(2) Kewajiban membayar
berlaku bagi instansi pemerintah,
kompensasi sebagaimana
perwakilan negara asing, badan
dimaksud dalam ayat (1) tidak
internasional, lembaga sosial,
berlaku bagi instansi pemerintah,
lembaga keagamaan, dan jabatan
perwakilan negara asing, badan-
tertentu di lembaga pendidikan.
badan internasional, lembaga
sosial, lembaga keagamaan, dan
(3) Ketentuan mengenai besaran
jabatan-jabatan tertentu di
dan penggunaan kompensasi
lembaga pendidikan.
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur sesuai ketentuan
(3) Ketentuan mengenai jabatan-
peraturan perundang-undangan. -
jabatan tertentu di lembaga Dalam UU Cipta Kerja
pendidikan sebagaimana menghapuskan ketentuan
dimaksud dalam ayat (2) diatur pembayaran kompensasi di
dengan Keputusan Menteri. lembaga pendidikan terhadap
jabatan-jabatan tertentu di lembaga
(4) Ketentuan mengenai besarnya pendidikan yang diatur dalam
kompensasi dan penggunaannya keputusan menteri
diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Pasal 48
dihapus

Pemberi kerja yang


mempekerjakan tenaga kerja
asing wajib memulangkan tenaga
kerja asing ke negara asalnya
setelah hubungan kerjanya
berakhir.

Pasal 49 Pasal 49

Ketentuan mengenai penggunaan Ketentuan lebih lanjut mengenai


tenaga kerja asing serta penggunaan tenaga kerja 432 asing
pelaksanaan pendidikan dan diatur dengan Peraturan
pelatihan tenaga kerja Pemerintah.
pendamping diatur dengan
Keputusan Presiden Pasal 49 mengalami perubahan
mengenai ketentuan penggunaan
TKA yang semula diatur
Keputusan Presiden menjadi
Peraturan Pemerintah.

Pekerja Kontrak
Pasal 56 Pasal 56 ditambah dua ayat yakni
ayat 3 dan 4 yang mengatur
(1) Perjanjian kerja dibuat untuk mengenai jangka waktu selesainya
waktu tertentu atau untuk waktu pekerjaan ditentukan melalui
tidak tertentu. perjanjian kerja. Perjanjian kerja
diatur dengan peraturan
(2) Perjanjian kerja untuk waktu pemerintah.
tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) didasarkan atas:

a. jangka waktu; atau

b. selesainya suatu pekerjaan


tertentu

Pasal 59 Pasal 59

(1) Perjanjian kerja untuk waktu 1) Perjanjian kerja untuk waktu


tertentu hanya dapat dibuat untuk tertentu hanya dapat dibuat untuk
pekerjaan tertentu yang menurut pekerjaan tertentu yang menurut
jenis dan sifat atau kegiatan jenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam pekerjaannya akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu: waktu tertentu yaitu
a. pekerjaan yang sekali selesai a. pekerjaan yang sekali selesai
atau yang sementara sifatnya; atau yang sementara sifatnya;

b. pekerjaan yang diperkirakan b. pekerjaaan yang diperkirakan


penyelesaiannya dalam waktu penyelesaiannya dalam waktu yang
yang tidak terlalu lama dan paling tidak terlalu lama;
lama 3 (tiga) tahun;
c. pekerjaan yang bersifat
c. pekerjaan yang bersifat musiman;
musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
dengan produk baru, kegiatan atau produk tambahan yang masih
baru, atau produk tambahan yang dalam percobaan atau penjajakan,
masih dalam percobaan atau atau pekerjaan yang jenis dan sifat
penjajakan. atau kegiatannya bersifat tidak
tetap.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu tidak dapat diadakan (2) Perjanjian kerja untuk waktu
untuk pekerjaan yang bersifat tertentu tidak dapat diadakan untuk
tetap. pekerjaan yang bersifat tetap.

(3) Perjanjian kerja untuk waktu (3) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu dapat diperpanjang atau tertentu yang tidak memenuhi
diperbaharui. ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), maka
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu demi hukum menjadi perjanjian
yang didasarkan atas jangka kerja waktu tidak tertentu.
waktu tertentu dapat diadakan
untuk paling lama 2 (dua) tahun (4) Ketentuan lebih lanjut
dan hanya boleh diperpanjang 1 mengenai jenis dan sifat atau
(satu) kali untuk jangka waktu kegiatan pekerjaan, jangka waktu,
paling lama 1 (satu) tahun. dan batas waktu perpanjangan
perjanjian kerja waktu tertentu
(5) Pengusaha yang bermaksud diatur dengan Peraturan
memperpanjang perjanjian kerja Pemerintah
waktu tertentu tersebut, paling
lama 7 (tujuh) hari sebelum
perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir telah memberitahukan
maksudnya secara tertulis kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.

(6) Pembaruan perjanjian kerja


waktu tertentu hanya dapat
diadakan setelah melebihi masa
tenggang waktu 30 (tiga puluh)
hari berakhirnya perjanjian kerja
waktu tertentu yang lama,
pembaruan perjanjian kerja waktu
tertentu ini hanya boleh dilakukan
1 (satu) kali dan paling lama 2
(dua) tahun.

(7) Perjanjian kerja untuk waktu


tertentu yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6) maka demi
hukum menjadi perjanjian kerja
waktu tidak tertentu. (8) Hal-hal
lain yang belum diatur dalam
Pasal ini akan diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Menteri.

Pasal 61 Pasal 61

(1) Perjanjian kerja berakhir (1) Perjanjian kerja berakhir


apabila: apabila:

a. pekerja meninggal dunia; a. pekerja/buruh meninggal dunia;

b. berakhirnya jangka waktu b. berakhirnya jangka waktu


perjanjian kerja; perjanjian kerja;

c. adanya putusan pengadilan c. selesainya suatu pekerjaan


dan/atau putusan atau penetapan tertentu;
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang telah d. adanya putusan pengadilan
mempunyai kekuatan hukum dan/atau putusan lembaga
tetap; atau penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang telah
d. adanya keadaan atau kejadian mempunyai kekuatan hukum tetap;
tertentu yang dicantumkan dalam atau
perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja e. adanya keadaan atau kejadian
bersama yang dapat menyebabkan tertentu yang dicantumkan dalam
berakhirnya hubungan kerja. perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir bersama yang dapat menyebabkan
karena meninggalnya pengusaha berakhirnya hubungan kerja.
atau beralihnya hak atas
perusahaan yang disebabkan (2) Perjanjian kerja tidak berakhir
penjualan, pewarisan, atau hibah. karena meninggalnya pengusaha
atau beralihnya hak atas
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan yang disebabkan
perusahaan maka hak-hak penjualan, pewarisan, atau hibah.
pekerja/buruh menjadi tanggung
jawab pengusaha baru, kecuali (3) Dalam hal terjadi pengalihan
ditentukan lain dalam perjanjian perusahaan maka hak-hak
pengalihan yang tidak pekerja/buruh menjadi tanggung
mengurangi hak-hak jawab pengusaha baru, kecuali
pekerja/buruh. ditentukan lain dalam perjanjian
pengalihan yang tidak mengurangi
(4) Dalam hal pengusaha, orang hak-hak pekerja/buruh.
perseorangan, meninggal dunia,
ahli waris pengusaha dapat (4) Dalam hal pengusaha orang
mengakhiri perjanjian kerja perseorangan meninggal dunia,
setelah merundingkan dengan ahli waris pengusaha dapat
pekerja/buruh. mengakhiri perjanjian kerja setelah
merundingkan dengan
(5) Dalam hal pekerja/buruh pekerja/buruh.
meninggal dunia, ahli waris
pekerja/ buruh berhak (5) Dalam hal pekerja/buruh
mendapatkan hak haknya sesuai meninggal dunia, ahli waris
dengan peraturan perundang- pekerja/buruh berhak mendapatkan
undangan yang berlaku atau hak- hak-haknya sesuai dengan
hak yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan
perjanjian kerja, peraturan atau hak-hak yang telah diatur
perusahaan, atau perjanjian kerja dalam perjanjian kerja, peraturan
bersama. perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama
Pekerja
pasal 64 dihapus
Outsourcing

Perusahaan dapat menyerahkan


sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa
pekerja/buruh yang dibuat secara
tertulis.

Pasal 65 dihapus

(1) Penyerahan sebagian


pelaksanaan pekerjaan kepada
perusahaan lain dilaksanakan
melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan yang dibuat secara
tertulis.

(2) Pekerjaan yang dapat


diserahkan kepada perusahaan
lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:

a. dilakukan secara terpisah dari


kegiatan utama;

b. dilakukan dengan perintah


langsung atau tidak langsung dari
pemberi pekerjaan;

c. merupakan kegiatan penunjang


perusahaan secara keseluruhan;
dan

d. tidak menghambat proses


produksi secara langsung.

(3) Perusahaan lain sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) harus
berbentuk badan hukum.

(4) Perlindungan kerja dan syarat-


syarat kerja bagi pekerja/buruh
pada perusahaan lain sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2)
sekurang-kurangnya sama dengan
perlindungan kerja dan syarat-
syarat kerja pada perusahaan
pemberi pekerjaan atau sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

(5) Perubahan dan/atau


penambahan syarat-syarat
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.

(6) Hubungan kerja dalam


pelaksanaan pekerjaan
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) diatur dalam perjanjian
kerja secara tertulis antara
perusahaan lain dan pekerja/buruh
yang dipekerjakannya.

(7) Hubungan kerja sebagaimana


dimaksud dalam ayat (6) dapat
didasarkan atas perjanjian kerja
waktu tidak tertentu atau
perjanjian kerja waktu tertentu
apabila memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59.

(8) Dalam hal ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) tidak
terpenuhi, maka demi hukum
status hubungan kerja
pekerja/buruh dengan perusahaan
penerima pemborongan beralih
menjadi hubungan kerja
pekerja/buruh dengan perusahaan
pemberi pekerjaan.

(9) Dalam hal hubungan kerja


beralih ke perusahaan pemberi
pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (8), maka hubungan
kerja pekerja/buruh dengan
pemberi pekerjaan sesuai dengan
hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (7).

Upah
Upah satuan hasil dan waktu tidak Ada upah satuan hasil dan waktu.
di atur dalam Undang-Undang Upah satuan hasil adalah upah
Ketenagakerjaan yang ditetapkan berdasarkan satu
waktu seperti harian, mingguan
atau bulanan.

Pasal 88 Pasal 88

(1) Setiap pekerja/buruh berhak 1) Setiap pekerja/buruh berhak atas


memperoleh penghasilan yang penghidupan yang layak bagi
memenuhi penghidupan yang kemanusiaan.
layak bagi kemanusiaan.
(2) Pemerintah Pusat menetapkan
(2) Untuk mewujudkan kebijakan pengupahan sebagai
penghasilan yang memenuhi salah satu upaya mewujudkan hak
penghidupan yang layak bagi pekerja/buruh atas penghidupan
kemanusiaan sebagaimana yang layak bagi kemanusiaan
dimaksud dalam ayat (1),
pemerintah menetapkan kebijakan (3) Kebijakan pengupahan
pengupahan yang melindungi sebagaimana dimaksud pada ayat
pekerja/buruh. (2) meliputi:
(3) Kebijakan pengupahan yang a. upah minimum;
melindungi pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam b. struktur dan skala upah;
ayat (2) meliputi:
c. upah kerja lembur;
a. upah minimum;
d. upah tidak masuk kerja dan/atau
b. upah kerja lembur; tidak melakukan pekerjaan karena
alasan tertentu;
c. upah tidak masuk kerja karena
berhalangan; e. bentuk dan cara pembayaran
upah;
d. upah tidak masuk kerja karena
melakukan kegiatan lain di luar f. hal-hal yang dapat
pekerjaannya; diperhitungkan dengan upah; dan

e. upah karena menjalankan hak g. upah sebagai dasar perhitungan


waktu istirahat kerjanya; atau pembayaran hak dan
kewajiban lainnya.(
f. bentuk dan cara pembayaran
upah; 4)Ketentuan lebih lanjut mengenai
kebijakan pengupahan diatur
g. denda dan potongan upah. dengan Peraturan Pemerintah.

Pemutusan
Pasal 151 (1) Pengusaha, pekerja/buruh,
Hubungan Kerja
(PHK): serikat pekerja/serikat buruh, dan
UU Ketenagakerjaan: pemerintah, harus mengupayakan
agar tidak terjadi pemutusan
(1) Pengusaha, pekerja/buruh,
serikat pekerja/serikat buruh, dan hubungan kerja.
pemerintah, dengan segala upaya
harus mengusahakan agar jangan (2) Dalam hal pemutusan
terjadi pemutusan hubungan kerja. hubungan kerja tidak dapat
dihindari maka maksud dan alasan
(2) Dalam hal segala upaya telah pemutusan hubungan kerja
dilakukan, tetapi pemutusan diberitahukan oleh pengusaha
hubungan kerja tidak dapat kepada pekerja/buruh dan/atau
dihindari, maka maksud serikat pekerja/serikat buruh.
pemutusan hubungan kerja wajib
dirundingkan oleh pengusaha dan (3) Dalam hal pekerja/buruh telah
serikat pekerja/serikat buruh atau diberitahu dan menolak pemutusan
dengan pekerja/buruh apabila hubungan kerja maka penyelesaian
pekerja/buruh yang bersangkutan pemutusan hubungan kerja wajib
tidak menjadi anggota serikat dilakukan melalui perundingan
pekerja/serikat buruh. bipartit antara pengusaha dengan
pekerja/buruh dan/atau serikat
(3) Dalam hal perundingan pekerja/serikat buruh.
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) benar-benar tidak (4) Dalam hal perundingan bipartit
menghasilkan persetujuan, sebagaimana dimaksud pada ayat
pengusaha hanya dapat (3) tidak mendapatkan kesepakatan
memutuskan hubungan kerja maka pemutusan hubungan kerja
dengan pekerja/buruh setelah dilakukan melalui tahap berikutnya
memperoleh penetapan dari sesuai mekanisme penyelesaian
lembaga penyelesaian perselisihan perselisihan hubungan industrial.
hubungan industrial
Dalam UU Cipta Kerja
ditambahkan ayat 3 yang mengatur
jika pekerja/buruh menolak
pemutusan hubungan kerja.
Penyelesaian PHK wajib dilakukan
melalui perundingan bipartit antara
pengusaha dengan buruh atau
perwakilannya

Pasal 152 dihapus

UU Ketenagakerjaan:

(1) Permohonan penetapan


pemutusan hubungan kerja
diajukan secara tertulis kepada
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial disertai
alasan yang menjadi dasarnya.

(2) Permohonan penetapan


sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat diterima oleh
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial apabila telah
diundangkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 ayat
(2).

(3) Penetapan atas permohonan


pemutusan hubungan kerja hanya
dapat diberikan oleh lembaga
penyelesaian perselisihan
hubungan industrial jika ternyata
maksud untuk memutuskan
hubungan kerja telah
dirundingkan, tetapi perundingan
tersebut tidak menghasilkan
kesepakatan.

Pasal 159 dihapus

UU Ketenagakerjaan:

Apabila pekerja/buruh tidak


menerima pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (1),
pekerja/buruh yang bersangkutan
dapat mengajukan gugatan ke
lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial.

Libur dan
pasal 78 Dalam UU Cipta Kerja, batas
Lembur
maksimal lembur diubah menjadi 4
(1) Pengusaha yang jam dalam sehari dan 18 jam
mempekerjakan pekerja/buruh dalam seminggu.
melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi
syarat:

a. ada persetujuan pekerja/buruh


yang bersangkutan; dan

b. waktu kerja lembur hanya dapat


dilakukan paling banyak 3 (tiga)
jam dalam 1 (satu) hari dan 14
(empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu.

(2) Pengusaha yang


mempekerjakan pekerja/buruh
melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) wajib membayar upah
kerja lembur.

(3) Ketentuan waktu kerja lembur


sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan
tertentu

(4) Ketentuan mengenai waktu


kerja lembur dan upah kerja
lembur sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 79 Pasal 79

UU Ketenagakerjaan: (1) Pengusaha wajib memberi:

(1) Pengusaha wajib memberi a. waktu istirahat; dan


waktu istirahat dan cuti kepada
pekerja/buruh. (2) Waktu istirahat b. cuti.
dan cuti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), meliputi: (2) Waktu istirahat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
a. istirahat antara jam kerja, wajib diberikan kepada
sekurang kurangnya setengah jam pekerja/buruh paling sedikit
setelah bekerja selama 4 (empat) meliputi:
jam terus menerus dan waktu
istirahat tersebut tidak termasuk a. istirahat antara jam kerja, paling
jam kerja; sedikit setengah jam setelah
bekerja selama 4 (empat) jam terus
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari menerus dan waktu istirahat
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 tersebut tidak termasuk jam kerja;
(satu) minggu atau 2 (dua) hari dan
untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu; b. istirahat mingguan 1 (satu) hari
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
c. cuti tahunan, sekurang (satu) minggu.
kurangnya 12 (dua belas) hari
kerja setelah pekerja/buruh yang (3) Cuti sebagaimana dimaksud
bersangkutan bekerja selama 12 pada ayat (1) huruf b yang wajib
(dua belas) bulan secara terus diberikan kepada pekerja/buruh
yaitu cuti tahunan, paling sedikit
menerus; dan 12 (dua belas) hari kerja setelah
pekerja/buruh yang bersangkutan
d. istirahat panjang sekurang- bekerja selama 12 (dua belas)
kurangnya 2 (dua) bulan dan bulan secara terus menerus.
dilaksanakan pada tahun ketujuh
dan kedelapan masing-masing 1 (4) Pelaksanaan cuti tahunan
(satu) bulan bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat
yang telah bekerja selama 6 (3) diatur dalam perjanjian kerja,
(enam) tahun secara terus- peraturan perusahaan, atau
menerus pada perusahaan yang perjanjian kerja bersama.
sama dengan ketentuan
pekerja/buruh tersebut tidak (5) Selain waktu istirahat dan cuti
berhak lagi atas istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat
tahunannya dalam 2 (dua) tahun (1), ayat (2) dan ayat (3),
berjalan dan selanjutnya berlaku perusahaan tertentu dapat
untuk setiap kelipatan masa kerja memberikan istirahat panjang yang
6 (enam) tahun. diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau
(3) Pelaksanaan waktu istirahat perjanjian kerja bersama.
tahunan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf c diatur Dalam UU Cipta Kerja, untuk
dalam perjanjian kerja, peraturan waktu istirahat mingguan hanya
perusahaan, atau perjanjian kerja tertulis 1 hari untuk 6 hari kerja
bersama. dalam 1 minggu. Sedangkan di UU
Ketenagakerjaan, 1 hari untuk 6
(4) Hak istirahat panjang hari kerja dalam 1 minggu atau 2
sebagaimana dimaksud dalam hari untuk 5 hari kerja dalam 1
ayat (2) huruf d hanya berlaku minggu.
bagi pekerja/buruh yang bekerja
pada perusahaan tertentu.

(5) Perusahaan tertentu


sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) diatur dengan Keputusan
Menteri

Pasal 80 Menyatakan:

Pengusaha wajib memberikan dihapus


kesempatan yang secukupnya
kepada pekerja/buruh untuk
melaksanakan ibadah yang
diwajibkan oleh agamanya.

Pasal 83 dihapus

Mengatur bahwa Pekerja/buruh


perempuan UU Cipta Kerja
Menghapus pasal tersebut yang
anaknya masih menyusu harus
diberi kesempatan sepatutnya
untuk menyusui anaknya jika hal
itu harus dilakukan selama waktu
kerja.

Pasal 82 dihapus

Diaatur mekanisme cuti hami/


melahirkan terhadap pekerja
perempuan termasuk citu saat
mengalami keguguran

Anda mungkin juga menyukai