Anda di halaman 1dari 22

NAMA: KADEK FITI PRASANTI

KELAS: X AKKL 2
ABSEN: 09
MATERI : HAK DAN KEWAJIBAN TENAGA KERJA

UU NO.13 TAHUN 2003 UU CIPTA KERJA HAL 553- 580


BAB IV KETENAGAKERJAAN

Pengertian ketenaga kerjaan, Tenaga kerja, Pasal 89


Pekerja ,Pemberi kerja,Perjanjian kerja
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
- Ketenagakerjaan adalah segala hal yang 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran
berhubungan dengan tenaga kerja pada Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39,
waktu sebelum, selama, dan sesudah masa Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
kerja. 4279) diubah:
- Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
untuk masyarakat.
- Pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain.
- Pemberi kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga
kerja dengan membayar upah atau imbalan
dalam bentuk lain.
- Perjanjian kerja adalah perjanjian antara
pekerja/buruh dengan pengusaha atau
pemberi kerja yang memuat syarat-syarat
kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Pasal 5, 6,11,12,18, 23,31 Pasal 42 , Pasal 45,Pasal 47 ,Pasal 49

 Pasal 5  Pasal 42
Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama (1) Setiap pemberi pekerja yg mempekerjakan
tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan. tenaga kerja asing wajib memiliki pengesahan
 Pasal 6 rencana penggunaan tenaga kerja asing dari
Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan Pemerintah Pusat.
yang sama tanpa diskriminasi dari (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang
pengusaha. mempekerjakan tenaga kerja asing
 Pasal 11 (3) Ketentuan sebagaimana maksud pada ayat (1)
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh tidak berlaku bagi :
dan/atau meningkatkan dan/atau mengembangkan a. Anggota direksi/dewan komisaris dengan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat, dan kepemilikan saham sesuai dengan ketentuan
kemampuannya melalui pelatihan kerja. peraturan perudang-undangan;
b. Pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor
perwakilan negara asing; atau
c. Tenaga kerja asing yg dibutuhkan oleh
 Pasal 12 Pemberi Kerja pada jenis kegiatan pemeliharaan
(1) bertanggung jawab atas peningkatan mesin produksi untuk kegiatan darurat, vokasi, start-
dan/atau pengembangan kompetensi pekerjanya up, kunjungan bisnis, dan penelitian untuk jangka
melalui pelatihan kerja. waktu tertentu.
(2) Peningkatan dan/atau pengembangan (4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk jabatan
diwajibkan bagi pengusaha yang memenuhi tertentu dan waktu tertentu serta memiliki
persyaratan yang diatur dengan Keputusan Menteri. kompetensi sesuai dengan jabatan yg akan diduduki.
(3) Setiap pekerja/buruh memiliki kesempatan (5) Tenaga kerja asing dilarang menduduki
yang sama untuk mengikuti pelatihan kerja sesuai jabatan yg mengurusi personalia.
dengan bidang tugasnya. (6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan
 Pasal 18 waktu tertentu sebagai mana maksud pada ayat 4 dan
(1) Tenaga kerja berhak memperoleh ayat (5) diatur dengan Peraturan Presiden.
pengakuan kompetensi kerja setelah mengikuti
pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga 2. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi
pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja sebagai berikut:
swasta, atau pelatihan di tempat kerja.  Pasal 45
(2) Pengakuan kompetensi kerja sebagaimana (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui a. menunjuk tenaga kerja warga negara
sertifikasi kompetensi kerja. Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja
(3) Sertifikasi kompetensi kerja sebagaimana asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih
dimaksud dalam ayat (2) dapat pula diikuti oleh keahlian dari tenaga kerja asing;
tenaga kerja yang telah berpengalaman. b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja
(4) Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud
kerja dibentuk badan nasional sertifikasi profesi pada huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan
yang independen. yang diduduki oleh tenaga kerja asing; dan
(5) Pembentukan badan nasional sertifikasi c. memulangkan tenaga kerja asing ke negara
profesi yang independen sebagaimana dimaksud asalnya setelah hubungan kerjanya berakhir.
dalam ayat (4) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
 Pasal 23 (1) huruf
Tenaga kerja yang telah mengikuti program a dan huruf b tidak berlaku bagi tenaga kerja asing
pemagangan berhak atas pengakuan kualifikasi yang menduduki jabatan tertentu.
kompetensi kerja dari perusahaan atau lembaga
sertifikasi. 3. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi
 Pasal 31 sebagai berikut:
Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan  Pasal 47
yang sama untuk memilih, mendapatkan, atau (1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi
pindah pekerjaan dan memperoleh penghasilan atas setiap tenaga kerja asing yang dipekerjakannya.
yang layak di dalam atau di luar negeri. (2) Kewajiban membayar kompensasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
bagi instansi pemerintah, perwakilan negara asing,
badan internasional, lembaga sosial, lembaga
keagamaan, dan jabatan tertentu di lembaga
pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai besaran dan penggunaan
kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
4. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
 Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tenaga
kerja asing diatur dengan Peraturan Presiden.
Pasal 67 Pasal 56, Pasal 57,Pasal 58, Pasal 61, Pasal 61A,
Pasal 62 Pasal 66
 Pasal 67
(1) Pengusaha yang mempekerjakan tenaga  Pasal 56
kerja penyandang cacat wajib memberikan (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu
perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat atau untuk waktu tidak tertentu.
kecacatannya. (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
(2) Pemberian perlindungan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai a. jangka waktu; atau
dengan peraturan perundang-undangan yang b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
berlaku. (3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian
kerja waktu tertentu berdasarkan jangka waktu atau
selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

6. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 57
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat
secara tertulis serta harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin.
(2) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu
dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing,
apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran
antara keduanya, maka yang berlaku perjanjian kerja
waktu tertentu yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

7. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 58
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa
percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal demi
hukum dan masa kerja tetap dihitung.

8. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 61
(1) Perjanjian kerja berakhir apabila :
a. pekerja meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu;
d. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hokum
tetap; atau
e. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang
dicantumkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja.
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena
meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak atas
perusahaan yang disebabkan penjualan, pewarisan,
atau hibah.
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan
maka hak-hak pekerja/buruh menjadi tanggung jawab
pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-
hak pekerja/buruh.
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan,
meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat
mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan
dengan pekerja/buruh.
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia,
ahli waris pekerja/buruh berhak mendapatkan hak-
haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
atau hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.

9. Di antara Pasal 61 dan Pasal 62 disisipkan 1


(satu) pasal yakni Pasal 61A yang berbunyi sebagai
berikut:
 Pasal 61A
(1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
(1) huruf b dan huruf c, pengusaha wajib
memberikan uang kompensasi kepada pekerja/buruh.
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan kepada pekerja/buruh yang
mempunyai masa kerja paling sedikit 1 tahun pada
perusahaan yang bersangkutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang
kompensasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.

10. Ketentuan Pasal 62 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 62
Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja
sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan
dalam perjanjian kerja waktu tertentu atau
berakhirnya hubungan kerja bukan karena ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1),
pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar
upah pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya
jangka waktu perjanjian kerja.

11. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 66
(1) Hubungan kerja antara perusahaan alih daya
dengan pekerja/buruh yang dipekerjakannya
didasarkan pada perjanjian kerja waktu tertentu atau
perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
(2) Pelindungan pekerja/buruh, upah dan
kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan
yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan alih
daya.
(3) Perusahaan alih daya sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) berbentuk badan hukum dan wajib
memenuhi Perizinan Berusaha.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal, 74, 76,77,78,79 Pasal 77,Pasal 77A,pasal 77 B,pasal 78

 Pasal 74 11. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi


(1) Siapapun dilarang mempekerjakan dan sebagai berikut:
melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang
 Pasal 77
terburuk.
(2) Pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang
(1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan
dimaksud dalam ayat (1) meliputi: ketentuan waktu kerja.
a. segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
sejenisnya; (1) paling lama 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40
b. segala pekerjaan yang memanfaatkan, (empat puluh) jam 1 (satu) minggu.
menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran, (3) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di
produksi pornografi, pertunjukan porno, atau perjudian; perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
c. segala pekerjaan yang memanfaatkan, perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, 12. Di antara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 1
dan zat adiktif lainnya; dan/atau;
(satu) pasal yakni Pasal 77A yang berbunyi sebagai
d. semua pekerjaan yang membahayakan
kesehatan, keselamatan, atau moral anak.
berikut:
(3) Jenis-jenis pekerjaan yang membahayakan  Pasal 77A
kesehatan, keselamatan, atau moral anak sebagaimana (1) Pengusaha dapat memberlakukan waktu kerja
dimaksud dalam ayat (2) huruf d ditetapkan dengan yang melebihi ketentuan sebagaimana dimaksud
Keputusan Menteri. dalam Pasal 77 ayat (2) untuk jenis pekerjaan atau
 Pasal 76 sektor usaha tertentu.
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat
kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang (1) dilaksanakan berdasarkan skema periode kerja.
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
pukul 07.00. pekerjaan atau sektor usaha tertentu serta skema
(2) Pengusaha dilarang mempekerjakan periode kerja diatur dengan Peraturan Pemerintah.
pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila 13. Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga berbunyi
bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul sebagai berikut:
07.00.  Pasal 78
(3) Pengusaha yang mempekerjakan (1) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
sampai dengan pukul 07.00 wajib: dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; syarat:
dan a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di bersangkutan; dan
tempat kerja. b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan paling banyak 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan
antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 (2) Pengusaha yang mempekerjakan
sampai dengan pukul 05.00. pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam dimaksud pada ayat (1) wajib membayar upah kerja
ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan lembur.
Menteri. (3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
pekerjaan atau sektor usaha tertentu.
 Pasal 77 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja
(1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan lembur dan upah kerja lembur diatur dengan
ketentuan waktu kerja. Peraturan Pemerintah.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi sektor
usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada
sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) diatur dengan Keputusan
Menteri.
 Pasal 78
(1) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi
syarat:
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
bersangkutan; dan
b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan
paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan
14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu .
(2) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah
kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf b tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur
dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
 Pasal 79
(1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan
cuti kepada pekerja/buruh.
(2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, sekurang kurangnya
setengah jam setelah bekerja selama 4
(empat) jam terus menerus dan waktu istirahat
tersebut tidak termasuk jam kerja;
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu;
c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua belas)
hari kerja setelah pekerja/buruh
yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas)
bulan secara terus menerus; dan
d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua)
bulan dan dilaksanakan pada tahun
ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu)
bulan bagi pekerja/buruh yang telah
bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus
pada perusahaan yang sama
dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak
berhak lagi atas istirahat tahunannya
dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya
berlaku untuk setiap kelipatan masa
kerja 6 (enam) tahun.
(3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c
diatur
dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.
(4) Hak istirahat panjang sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) huruf d hanya berlaku bagi
pekerja/buruh yang bekerja pada perusahaan
tertentu.
(5) Perusahaan tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) diatur dengan Keputusan
Pasal 80,81,82, 84,85,86,87, 88 Pasal 88,pasal 88A,Pasal 88B,pasal 88 C,pasal
88D,pasal 88E,Pasal 88F,pasal 88G
 Pasal 81
(1) Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid Pasal 88
merasakan sakit dan memberitahukan kepada
(1) Setiap pekerja/buruh berhak atas penghidupan
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan
kedua pada waktu haid.
yang layak bagi kemanusiaan.
(2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud (2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan
dalam ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja, peraturan pengupahan nasional sebagai salah satu upaya
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. mewujudkan hak pekerja/buruh atas penghidupan
 Pasal 82 yang layak bagi kemanusiaan.
(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan
istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum pengupahan nasional diatur dalam Peraturan
saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan Pemerintah.
sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter
kandungan atau bidan. 15. Di antara Pasal 88 dan Pasal 89 disisipkan 7
(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami (tujuh) pasal yakni:
keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5
A. Pasal 88A yang berbunyi sebagai berikut:
(satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan.  Pasal 88A
 Pasal 84 (1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul pada saat
Setiap pekerja/buruh yang menggunakan hak waktu terjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan
istirahat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) pengusaha dan berakhir pada saat putusnya hubungan
huruf b, c, dan d, Pasal 80, dan Pasal 82 berhak kerja.
mendapat upah penuh. (2) Pengusaha wajib membayar upah kepada
 Pasal 85 pekerja/buruh sesuai kesepakatan atau sesuai
(1) Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari ketentuan peraturan perundang-undangan.
libur resmi. (3) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
(2) Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
untuk bekerja pada hari-hari libur resmi apabila jenis
dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau
B. Pasal 88B yang berbunyi sebagai berikut:
dijalankan secara terus menerus atau pada keadaan lain
berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan  Pasal 88B
pengusaha. Upah ditetapkan berdasarkan:
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh a. satuan waktu; dan/atau
yang melakukan pekerjaan pada hari libur resmi b. satuan hasil.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib membayar
upah kerja lembur. C. Pasal 88C yang berbunyi sebagai berikut:
(4) Ketentuan mengenai jenis dan sifat pekerjaan  Pasal 88C
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan (1) Gubernur menetapkan upah minimum sebagai
Keputusan Menteri.
jaring pengaman.
 Pasal 86
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas: ayat (1) merupakan upah minimum provinsi.
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai agama.
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh D. Pasal 88D yang berbunyi sebagai berikut:
guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal  Pasal 88D
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat dalam Pasal 88C ayat (2) dihitung dengan
(1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan menggunakan formula perhitungan upah minimum
perundang-undangan yang berlaku. sebagai berikut:
 Pasal 87 UMt+1 = UMt + (UMt x %PEt).
(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem (2) Untuk pertama kali setelah berlakunya
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang
Undang-Undang tentang Cipta Kerja, UMt
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
(2) Ketentuan mengenai penerapan sistem
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja upah minimum yang ditetapkan berdasarkan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan ketentuan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
Peraturan Pemerintah. Ketenagakerjaan terkait pengupahan.
 Pasal 88 (3) Data yang digunakan untuk menghitung upah
(1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak merupakan data yang bersumber dari lembaga yang
bagi kemanusiaan. berwenang di bidang statistik.
(2) Untuk mewujudkan penghasilan yang (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah.
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pemerintah
menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi
E. Pasal 88E yang berbunyi sebagai berikut:
pekerja/buruh.
(3) Kebijakan pengupahan yang melindungi  Pasal 88E
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) (1) Untuk menjaga keberlangsungan usaha dan
meliputi: memberikan perlindungan kepada pekerja/buruh
a. upah minimum; industri padat karya, pada industri padat karya
b. upah kerja lembur; ditetapkan upah minimum tersendiri.
c. upah tidak masuk kerja karena berhalangan; (2) Upah minimum pada industri padat karya
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
kegiatan lain di luar pekerjaannya; ditetapkan oleh Gubernur.
e. upah karena menjalankan hak waktu istirahat (3) Upah minimum pada industri padat karya
kerjanya;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
dengan menggunakan formula tertentu.
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah
i. struktur dan skala pengupahan yang minimum industri padat karya dan formula tertentu
proporsional; diatur dalam Peraturan Pemerintah.
j. upah untuk pembayaran pesangon; dan
k. upah untuk perhitungan pajak penghasilan. F. Pasal 88F yang berbunyi sebagai berikut:
Pemerintah menetapkan upah minimum sebagaimana  Pasal 88F
dimaksud dalam ayat (3) huruf a berdasarkan kebutuhan (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud
hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E ayat (1)
dan pertumbuhan ekonomi.
berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang
dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang
bersangkutan.
(2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud
pada
Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E ayat (1).

G. Pasal 88F yang berbunyi sebagai berikut:


 Pasal 88F
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E ayat (1)
berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa kerja kurang
dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang
bersangkutan.
(2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud
pada Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E ayat (1).
H. Pasal 88G yang berbunyi sebagai berikut:
 Pasal 88G
(1) Dalam hal gubernur :
a. tidak menetapkan upah minimum dan/atau
upah minimum industri padat karya; atau
b. menetapkan upah minimum dan/atau upah
minimum industri padat karya tidak sesuai dengan
ketentuan, dikenai sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pemerintahan daerah.
(2) Dalam hal gubernur dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), upah minimum
yang berlaku yaitu upah minimum tahun sebelumnya.
Pasal 90,93,94, 95, 99, Pasal 90A ,pasal90B,pasal 92, Pasal 92A
Pasal 93, Pasal 94,Pasal 95,Pasal 98
 Pasal 90
(1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih 16. Di antara Pasal 90 dan Pasal 91 disisipkan 2
rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud (dua) pasal yakni:
dalam Pasal 89. A. Pasal 90A yang berbunyi sebagai berikut:
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu  Pasal 90A
membayar upah minimum sebagaimana dimaksud Upah di atas upah minimum ditetapkan berdasarkan
dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan. kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja/buruh
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana diperusahaan.
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan
Menteri. B. Pasal 90B yang berbunyi sebagai berikut:
 Pasal 93  Pasal 90B
(1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh (1) Ketentuan upah minimum sebagaimana
tidak melakukan pekerjaan. dimaksud dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikecualikan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib (2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil ditetapkan
membayar upah apabila: berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan
a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat pekerja/buruh di perusahaan.
melakukan pekerjaan; (3) Kesepakatan upah sebagaimana dimaksud
b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada pada ayat (2) harus di atas angka garis kemiskinan
hari pertama dan kedua masa haidnya sehingga yang diterbitkan oleh lembaga yang berwenang di
tidak dapat melakukan pekerjaan; bidang statistik.
c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena (4) Ketentuan mengenai kriteria Usaha Mikro
pekerja/buruh menikah, menikahkan, dan Kecil sesuai dengan ketentuan peraturan
mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri perundang-undangan.
melahirkan atau keguguran kandungan, suami atau
isteri atau anak atau menantu atau orang tua atau 17. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi
mertua atau anggota keluarga dalam satu rumah sebagai berikut:
meninggal dunia;  Pasal 92
d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan (1) Pengusaha menyusun struktur dan skala upah
pekerjaannya karena sedang menjalankan di perusahaan.
kewajiban terhadap negara; (2) Struktur dan skala upah sebagaimana
e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pedoman
pekerjaannya karena menjalankan ibadah yang untuk penetapan upah berdasarkan satuan waktu.
diperintahkan agamanya;
f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan 18. Di antara Pasal 92 dan Pasal 93 disisipkan 1
yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak (satu) pasal yakni Pasal 92A yang berbunyi sebagai
mempekerjakannya, baik karena kesalahan sendiri berikut:
maupun halangan yang seharusnya dapat dihindari  Pasal 92A
pengusaha; Pengusaha melakukan peninjauan upah secara
g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat; berkala
h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat dengan memperhatikan kemampuan perusahaan dan
pekerja/serikat buruh atas persetujuan pengusaha; produktivitas.
dan
i. pekerja/buruh melaksanakan tugas 19. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga berbunyi
pendidikan dari perusahaan. sebagai berikut:
(3) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh  Pasal 93
yang sakit sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
huruf a sebagai berikut: tidak melakukan pekerjaan.
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
100% (seratus perseratus) dari upah; (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib membayar
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar 75% upah apabila:
(tujuh puluh lima perseratus) dari upah; a. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar 50% tidak melakukan pekerjaan karena berhalangan;
(lima puluh perseratus) dari upah; dan b. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua tidak melakukan pekerjaan karena melakukan
puluh lima perseratus) dari upah sebelum kegiatan lain diluar pekerjaannya dan telah
pemutusan hubungan kerja dilakukan oleh mendapatkan persetujuan pengusaha;
pengusaha. c. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerjaan
(4) Upah yang dibayarkan kepada pekerja/buruh yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak
yang tidak masuk bekerja sebagaimana dimaksud mempekerjakannya karena kesalahan pengusaha
dalam ayat (2) huruf c sebagai berikut: sendiri atau halangan yang seharusnya dapat
a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk dihindari pengusaha; atau
selama 3 (tiga) hari; d. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk selama tidak melakukan pekerjaan karena menjalankan hak
2 (dua) hari; waktu istirahat atau cutinya.
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran
selama 2 (dua) hari upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk dalam Peraturan Pemerintah.
selama 2 (dua) hari;
e. isteri melahirkan atau keguguran 20. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi
kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua) hari; sebagai berikut:
f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak atau  Pasal 94
menantu meninggal dunia, dibayar untuk selama 2 Dalam hal komponen upah terdiri atas upah pokok
(dua) hari; dan dan tunjangan tetap, besarnya upah pokok paling
g. anggota keluarga dalam satu rumah sedikit 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari
meninggal dunia, dibayar untuk selama 1 (satu) jumlah upah pokok dan tunjangan tetap.
hari.
Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana 21. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi
dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dalam sebagai berikut:
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau  Pasal 95
perjanjian kerja bersama (1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau
 Pasal 94 dilikuidasi berdasarkan ketentuan peraturan
Dalam hal komponen upah terdiri dari upah pokok perundang-undangan, upah dan hak lainnya yang
dan tunjangan tetap maka besarnya upah pokok belum diterima oleh pekerja/buruh merupakan utang
sedikit-dikitnya 75% (tujuh puluh lima perseratus) yang didahulukan pembayarannya.
dari jumlah upah pokok dan tunjangan tetap. (2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
 Pasal 95 pada ayat didahulukan pembayarannya sebelum
(1) Pelanggaran yang dilakukan oleh pembayaran kepada para kreditur pemegang hak
pekerja/buruh karena kesengajaan atau kelalaiannya jaminan kebendaan.
dapat dikenakan denda (3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagaimana
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau dimaksud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan setelah pembayaran kepada para kreditur pemegang
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai dengan hak jaminan kebendaan.
persentase tertentu dari upah pekerja/buruh.
(3) Pemerintah mengatur pengenaan denda 22. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi
kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh, dalam sebagai berikut:
pembayaran upah.  Pasal 98
(4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau (1) Untuk memberikan saran dan pertimbangan
dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang- kepada Pemerintah dalam rangka perumusan
undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak kebijakan pengupahan serta pengembangan sistem
lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang pengupahan nasional dibentuk dewan pengupahan.
didahulukan pembayarannya. (2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
 Pasal 99 Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat
(1) Setiap pekerja/buruh dan keluarganya pekerja/serikat buruh, pakar dan akademisi.
berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
kerja. pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara
(2) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan, serta
dimaksud dalam ayat (1), dilaksanakan sesuai tugas dan tata kerja dewan pengupahan, diatur
dengan peraturan perundang-undangan yang dengan Peraturan Pemerintah.
berlaku.
Pasal 104,,138,156 Pasal 150 ,pasal 151,pasal 151A,pasal 153,pasal
154A,PASAL 156,PASAL 157,PASAL
 Pasal 104 157A,PASAL 160
(1) Setiap pekerja/buruh berhak membentuk dan
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh. 23. Ketentuan Pasal 150 diubah sehingga
(2) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana
berbunyi sebagai berikut:
dimaksud dalam Pasal 102, serikat pekerja/serikat buruh
berhak menghimpun dan mengelola keuangan serta  Pasal 150
mempertanggungjawabkan keuangan organisasi Pemutusan hubungan kerja dalam Undang-Undang
termasuk dana mogok. ini
(3) Besarnya dan tata cara pemungutan dana mogok meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dalam badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik
anggaran dasar dan/atau anggaran rumah tangga serikat orang perseorangan, milik persekutuan atau milik
pekerja/serikat buruh yang bersangkutan. badan hukum, baik milik swasta maupun milik
 Pasal 138 negara, milik usaha sosial maupun usaha lain yang
(1) Pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
buruh yang bermaksud mengajak pekerja/buruh lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk
untuk mogok kerja pada saat mogok kerja berlangsung
lain.
dilakukan dengan tidak melanggar hukum.
(2) Pekerja/buruh yang diajak mogok kerja
24. Ketentuan Pasal 151 diubah sehingga
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat memenuhi berbunyi sebagai berikut:
atau tidak memenuhi ajakan tersebut.  Pasal 151
 Pasal 156 (1) Pemutusan hubungan kerja dilaksanakan
(1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, berdasarkan kesepakatan antara pengusaha dengan
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan
pekerja/buruh.
atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
hak yang seharusnya diterima.
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana
(2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut: pemutusan hubungan kerja dilakukan melalui
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) prosedur penyelesaian perselisihan hubungan
bulan upah; industrial sesuai dengan ketentuan peraturan
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi perundang-undangan.
kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang 25. Di antara Pasal 151 dan Pasal 152 disisipkan
dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; 1 (satu) pasal yakni Pasal 151A yang berbunyi
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi sebagai berikut:
kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;
 Pasal 151A
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah; Kesepakatan dalam pemutusan hubungan kerja
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1)
kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; tidak diperlukan dalam hal:
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan
kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah. kerja;
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi b. pekerja/buruh melakukan pelanggaran
kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah; ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 peraturan perusahan, atau perjanjian kerja bersama
(sembilan) bulan upah. dan telah diberikan surat peringatan pertama, kedua,
(3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja dan ketiga secara berturut-turut;
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
c. pekerja/buruh mengundurkan diri atas
sebagai berikut:
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kemauan sendiri;
kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah; d. pekerja/buruh dan pengusaha berakhir
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi hubungan kerjanya sesuai perjanjian kerja waktu
kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah; tertentu;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi e. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai
kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah; dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi perjanjian kerja bersama;
kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah; f. pekerja/buruh meninggal dunia;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih g. perusahaan tutup yang disebabkan karena
tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) keadaan memaksa (force majeur); atau
bulan upah;
h. perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) putusan pengadilan niaga.
bulan upah;
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih 26. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga
tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 berbunyi sebagai berikut:
(delapan) bulan upah;  Pasal 153
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan
lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah. hubungan kerja dengan alasan:
(4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: karena sakit menurut keterangan dokter selama
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara
gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh terus-menerus;
dan keluarganya ke tempat di mana pekerja/buruh b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan
diterima bekerja; pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari undangan yang berlaku;
uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
bagi yang memenuhi syarat; diperintahkan agamanya;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian
d. pekerja/buruh menikah;
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja
bersama. e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan,
Perubahan perhitungan uang pesangon, perhitungan gugur kandungan, atau menyusui bayinya;
uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak f. fpekerja/buruh mempunyai pertalian darah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh
(4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. lainnya didalam satu perusahaan;
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota
pasal 102,126,136,140,151,154,156,157,158,160 dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh,
pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat
 Pasal 102 pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
(1) Dalam melaksanakan hubungan industrial, jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
pemerintah mempunyai fungsi menetapkan
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian
kebijakan, memberikan pelayanan, melaksanakan
pengawasan, dan melakukan penindakan
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan bersama;
ketenagakerjaan. h. pekerja/buruh mengadukan pengusaha kepada
(2) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pihak yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha
pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat yang melakukan tindak pidana kejahatan;
buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan i. pekerja/buruh berbeda paham, agama, aliran
sesuai dengan kewajibannya, menjaga politik, suku, warna kulit, golongan, jenis kelamin,
ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan kondisi fisik, atau status perkawinan;
aspirasi secara demokratis, j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena
ikut memajukan perusahaan dan
hubungan kerja yang menurut surat keterangan
memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya.
dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum
(3) Dalam melaksanakan hubungan industrial, dapat dipastikan.
pengusaha dan organisasi pengusahanya (2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
mempunyai fungsi menciptakan kemitraan, dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
mengembangkan usaha, memperluas lapangan batal demi hukum dan pengusaha wajib
kerja, dan memberikan kesejahteraan pekerja/buruh mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang
secara terbuka, demokratis, dan bersangkutan.
berkeadilan.
 Pasal 126 27. Di antara Pasal 154 dan Pasal 155 disisipkan
(1) Pengusaha, serikat pekerja/serikat buruh dan 1 (satu) pasal yakni, Pasal 154A yang berbunyi
pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan yang ada sebagai berikut:
dalam perjanjian kerja bersama.
(2) Pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh
wajib memberitahukan isi perjanjian kerja bersama atau  Pasal 154A
perubahannya kepada seluruh pekerja/buruh. (1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi
(3) Pengusaha harus mencetak dan membagikan karena alasan:
naskah perjanjian kerja bersama kepada setiap a. perusahaan melakukan penggabungan,
pekerja/buruh atas biaya perusahaan. peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
 Pasal 136 perusahaan;
(1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial b. perusahaan melakukan efisiensi;
wajib dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja/buruh c. perusahaan tutup yang disebabkan karena
atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus
untuk mufakat. selama 2 (dua) tahun;
(2) Dalam hal penyelesaian secara musyawarah d. perusahaan tutup yang disebabkan karena
untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) keadaan memaksa (force majeur).
tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/ buruh atau e. perusahaan dalam keadaan penundaan
serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan kewajiban pembayaran utang;
hubungan industrial melalui prosedur penyelesaian f. perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan
perselisihan hubungan industrial yang diatur dengan
putusan pengadilan niaga;
undang-undang.
 Pasal 140
g. perusahaan melakukan perbuatan yang
(1) Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari merugikan pekerja/buruh;
kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja/buruh h. pekerja/buruh mengundurkan diri atas
dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan kemauan sendiri;
secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang i. pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima) hari
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat. kerja atau lebih secara berturut-turut tanpa
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam keterangan secara tertulis;
ayat (1) sekurang-kurangnya memuat: j. pekerja/buruh melakukan pelanggaran
a. waktu (hari, tanggal, dan jam) dimulai dan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
diakhiri mogok kerja; peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
b. tempat mogok kerja;
k. pekerja/buruh ditahan pihak yang berwajib;
c. alasan dan sebab-sebab mengapa harus
melakukan mogok kerja; dan
l. pekerja/buruh mengalami sakit
d. tanda tangan ketua dan sekretaris dan/atau berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja
masing-masing ketua dan sekretaris serikat dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah
pekerja/serikat buruh sebagai penanggung jawab mogok melampaui batas 12 (dua belas) bulan;
kerja. m. pekerja/buruh memasuki usia pensiun; atau
(3) Dalam hal mogok kerja akan dilakukan oleh n. pekerja/buruh meninggal dunia. (2) Ketentuan
pekerja/buruh yang tidak menjadi anggota serikat lebih lanjut mengenai tata cara pemutusan hubungan
pekerja/serikat buruh, maka pemberitahuan sebagaimana kerja diatur dengan Peraturan Pemerintah.
dimaksud dalam ayat (2) ditandatangani oleh perwakilan
pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator 28. Ketentuan Pasal 156 diubah sehingga
dan/atau penanggung jawab mogok kerja. berbunyi sebagai berikut:
(4) Dalam hal mogok kerja dilakukan tidak
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka demi
 Pasal 156
menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan, (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,
pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan pengusaha wajib membayar uang pesangon dan/atau
cara: uang penghargaan masa kerja.
a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja (2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana
berada di lokasi kegiatan proses produksi; atau dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit ditentukan
b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh berdasarkan:
yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan. a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu)
 Pasal 151 bulan upah;
(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi
pemutusan hubungan kerja.
(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah;
oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi
pekerja/serikat buruh. kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah;
(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah;
persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan
memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian upah;
perselisihan hubungan industrial. i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan)
j. bulan upah.
 Pasal 154
(3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja
Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat
(3) tidak diperlukan dalam hal:
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan berdasarkan:
kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara tertulis a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
sebelumnya; kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
b. pekerja/buruh mengajukan permintaan b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
pengunduran diri, secara tertulis atas kemauan sendiri kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah;
tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi dari c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
pengusaha, berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat)
perjanjian kerja waktu tertentu untuk pertama kali; bulan upah;
c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau lebih
dengan ketetapan dalam perjanjian kerja, peraturan
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima)
perusahaan, perjanjian kerja bersama, atau peraturan
perundang-undangan; atau
bulan upah;
d. pekerja/buruh meninggal dunia. e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
 Pasal 156 tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam)
(1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, bulan upah;
pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih
atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh)
hak yang seharusnya diterima. bulan upah;
(2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit sebagai berikut: lebih, 8 (delapan) bulan upah.
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) (4) Pengusaha dapat memberikan uang
bulan upah; penggantian hak yang diatur dalam perjanjian kerja,
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran uang
dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah; pesangon serta uang penghargaan masa kerja dalam
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi hal terjadi pemutusan hubungan kerja sebagaimana
kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan upah; dimaksud dalam Pasal 154A ayat (1) diatur dengan
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi Peraturan Pemerintah.
kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan upah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi 29. Ketentuan Pasal 157 diubah sehingga
kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan upah; berbunyi sebagai berikut:
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi  Pasal 157
kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan upah.
(1) Komponen upah yang digunakan sebagai
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan) bulan upah;
dasar perhitungan uang pesangon dan uang
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 penghargaan masa kerja, terdiri atas:
(sembilan) bulan upah. a. upah pokok;
(3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja b. tunjangan tetap yang diberikan kepada
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan pekerja/buruh dan keluarganya.
sebagai berikut: (2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi dibayarkan atas dasar perhitungan harian, upah
kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah; sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) kali penghasilan
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi sehari.
kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan upah; (3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi
atas dasar perhitungan satuan hasil, upah sebulan
kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan upah; sama dengan penghasilan rata-rata selama 12 (dua
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh
kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan upah; kurang dari ketentuan upah minimum.
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) 30. Di antara Pasal 157 dan Pasal 158 disisipkan
bulan upah;
1 (satu) pasal yakni Pasal 157A yang berbunyi
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) sebagai berikut:
bulan upah;  Pasal 157A
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih (1) Selama proses penyelesaian perselisihan
tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 hubungan industrial, pengusaha dan pekerja/buruh
(delapan) bulan upah; harus tetap melaksanakan kewajibannya.
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau Pengusaha dapat melakukan tindakan skorsing
lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah. kepada pekerja/buruh yang sedang dalam proses
(4) Uang penggantian hak yang seharusnya diterima penyelesaian perselisihan hubungan industrial
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi: dengan tetap membayar upah beserta hak lainnya
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum
yang biasa diterima pekerja/buruh.
gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh
dan keluarganya ke tempat di mana pekerja/buruh 31. Ketentuan Pasal 160 diubah sehingga
diterima bekerja; berbunyi sebagain berikut:
c. penggantian perumahan serta pengobatan dan  Pasal 160
perawatan ditetapkan 15% (lima belas perseratus) dari (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang
uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja berwajib karena diduga melakukan tindak pidana,
bagi yang memenuhi syarat; maka pengusaha tidak wajib membayar upah tetapi
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian wajib memberikan bantuan kepada keluarga
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja pekerja/buruh yang menjadi tanggungannya dengan
bersama.
ketentuan sebagai berikut:
(5) Perubahan perhitungan uang pesangon,
perhitungan uang penghargaan masa kerja, dan uang a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25% (dua
penggantian hak sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), puluh lima perseratus) dari upah;
ayat (3), dan ayat (4) ditetapkan dengan Peraturan b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% (tiga
Pemerintah puluh lima perseratus) dari upah;
 Pasal 157 c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45% (empat
(1) Komponen upah yang digunakan sebagai dasar puluh lima perseratus) dari upah;
perhitungan uang pesangon, uang penghargaan masa d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih,
kerja, dan uang pengganti hak yang seharusnya diterima 50% (lima puluh perseratus) dari upah.
yang tertunda, terdiri atas: (2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat
a. upah pokok; (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan
b. segala macam bentuk tunjangan yang bersifat terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan
tetap yang diberikan kepada pekerja/buruh dan
oleh pihak yang berwajib.
keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu yang
diberikan kepada pekerja/buruh secara cuma-cuma, yang (3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
apabila catu harus dibayar pekerja/buruh dengan subsidi, hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang setelah
maka sebagai upah dianggap selisih antara harga 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan
pembelian dengan harga yang harus dibayar oleh sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara
pekerja/buruh. pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh (4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka pidana sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan pekerja/buruh
penghasilan sehari. dinyatakan tidak bersalah, pengusaha wajib
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan atas mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
dasar perhitungan satuan hasil, potongan/borongan atau
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
komisi, maka penghasilan sehari adalah sama dengan
pendapatan rata-rata per hari selama 12 (dua belas) pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan
bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang dari pekerja/buruh dinyatakan bersalah, pengusaha dapat
ketentuan upah minimum Provinsi atau Kabupaten/Kota. melakukan pemutusan hubungan kerja kepada
(4) Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan pekerja/buruh yang bersangkutan.
cuaca dan upahnya didasarkan pada upah borongan,
maka perhitungan upah sebulan dihitung dari upah rata- Pasal 90 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
rata 12 (dua belas) bulan terakhir.
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
 Pasal 158
(1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan kerja
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
terhadap pekerja/buruh dengan alasan pekerja/buruh Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
telah melakukan kesalahan berat sebagai berikut: Lembaran Negara Republik Indonesia 4456) diubah:
a. melakukan penipuan, pencurian, atau
penggelapan barang dan/atau uang milik perusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang
dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang
memabukkan, memakai dan/atau mengedarkan
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di
lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian di
lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau
mengintimidasi teman sekerja atau pengusaha di
lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha untuk
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan;
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi
perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan teman
sekerja atau pengusaha dalam keadaan bahaya di tempat
kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia
perusahaan yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
perusahaan yang diancam pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih.
(2) Kesalahan berat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus didukung dengan bukti sebagai berikut:
a. pekerja/buruh tertangkap tangan;
b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang
bersangkutan; atau
c. bukti lain berupa laporan kejadian yang dibuat
oleh pihak yang berwenang di perusahaan yang
bersangkutan dan didukung oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi.
(3) Pekerja/buruh yang diputus hubungan kerjanya
berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1), dapat memperoleh uang penggantian hak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (4).
(4) Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya tidak mewakili
kepentingan pengusaha secara langsung, selain uang
penggantian hak sesuai dengan ketentuan Pasal 156 ayat
(4) diberikan uang pisah yang besarnya dan
pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.

 Pasal 160
(1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak yang
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana bukan
atas pengaduan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib
membayar upah tetapi wajib memberikan bantuan
kepada keluarga pekerja/buruh yang menjadi
tanggungannya dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan: 25% (dua
puluh lima perseratus) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan: 35% (tiga
puluh lima perseratus) dari upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan: 45% (empat
puluh lima perseratus) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih:
50% (lima puluh perseratus) dari upah.
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan takwin
terhitung sejak hari pertama pekerja/buruh ditahan oleh
pihak yang berwajib.
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang setelah 6
(enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan
sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara
pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) berakhir dan pekerja/buruh
dinyatakan tidak bersalah, maka pengusaha wajib
mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara
pidana sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan
pekerja/buruh dinyatakan bersalah, maka pengusaha
dapat melakukan pemutusan hubungan kerja kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.
(6) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5) dilakukan tanpa
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.
(7) Pengusaha wajib membayar kepada
pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan
kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5),
uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai
ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).

Pasal 90 Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang


Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 4456) diubah:

Pasal 18

32. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
 Pasal 18
Jenis program jaminan sosial meliputi:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun;
e. jaminan kematian;
f. jaminan kehilangan pekerjaan.
.
Pasal 46A Pasal 46B

33. Di antara Pasal 46 dan Pasal 47 disisipkan 5


(lima) pasal yakni:
A. Pasal 46A yang berbunyi sebagai berikut:
 Pasal 46A
(1) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan
kehilangan pekerjaan.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan
diselenggarakan oleh badan penyelenggara jaminan
social ketenagakerjaan.

B. Pasal 46B yang berbunyi sebagai berikut:


 Pasal 46B
(1) Jaminan kehilangan pekerjaan
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransisosial.
(2) Jaminan kehilangan pekerjaan
diselenggarakan untuk mempertahankan derajat
kehidupan yang layak pada saat pekerja/buruh
kehilangan pekerjaan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberian jaminan kehilangan pekerjaan diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 6 Pasal 9
34. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
 Pasal 6
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b
menyelenggarakan program:
a. jaminan kecelakaan kerja;
b. jaminan hari tua;
c. jaminan pensiun;
d. jaminan kematian; dan
e. jaminan kehilangan pekerjaan.
35. Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:
 Pasal 9
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, program jaminan kematian, program jaminan
pensiun, jaminan hari tua dan jaminan kehilangan
pekerjaan. Pasal 92

 Pasal 92
(1) Untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja,
pemberi kerja berdasarkan Undang-Undang ini
memberikan penghargaan lainnya kepada
pekerja/buruh.
(2) Penghargaan lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan dengan ketentuan:
a. pekerja/buruh yang memiliki masa kerja
kurang dari 3 (tiga) tahun, sebesar 1 (satu) kali upah;
b. pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 3
(tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam)
tahun, sebesar 2 (dua) kali upah;
c. pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 6
(enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9
(sembilan) tahun, sebesar 3 (tiga) kali upah;
d. pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 9
(sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua
belas) tahun, sebesar 4 (empat) kali upah; atau
e. pekerja/buruh yang memiliki masa kerja 12
(dua belas) tahun atau lebih, sebesar 5 (lima) kali
upah.
(3) Pemberian penghargaan lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) kali
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak
Undang-Undang ini mulai berlaku.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) berlaku bagi pekerja/buruh yang bekerja sebelum
berlakunya Undang-Undang ini.
(5) Ketentuan mengenai penghargaan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku
bagi usaha mikro dan kecil.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
penghargaan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

SELAMAT MEMAHAMI ISI UNDANG-UNDANG TERSEBUT

Anda mungkin juga menyukai