Anda di halaman 1dari 5

Damai Sasikirana Fakhriya

202110110310085
Ketenagakerjaan 4A
PERBEDAAN PASAL-PASAL

UU KETENEGAKERJAAN
NO.13 UU CIPTA KERJA PERPU NO.2 TAHUN 2022

Pasal 79: Pasal 79: Pasal 79:


(1) Pengusaha wajib memberi (1) Pengusaha wajib memberi: a- (1) Pengusaha wajib memberi: a-
waktu istirahaat dan cuti kepada waktu istirahat; dan b. cuti. waktu istirahat; dan b. cuti. (2)
pekerja/buruh. (2)Waktu istirahat sebagaimana Waktu istirahat sebagaimana
(2) Waktu istirahat dan cuti dimaksud pada ayat (1) huruf a dimaksud pada ayat (1) huruf a
sebagaimana dimaksud dalam wajib diberikan kepada wajib diberikan kepada
ayat (1), meliputi : Pekerja/Buruh paling sedikit pekerja/buruh paling sedikit
a. istirahat antara jam kerja, meliputi: meliputi:
sekurang-kurangnya setengah a.istirahat antara jam kerja, paling a. istirahat antara jam kerja,
jam setelah bekerja selama 4 sedikit setengah jam setelah bekerja paling sedikit setengah jam
(empat) jam terus menerus dan selama 4 (empat) jam terus- setelah bekerja selama 4 (empat)
waktu istirahaata tersebut tidak menerus, dan waktu istirahat jam terus menerus, dan waktu
termasuk jam kerja; tersebut tidak termasuk jam kerja; istirahat tersebut tidak termasuk
b. istirahat mingguan 1 (satu) dan jam kerja; dan
hari untuk 6 (enam) hari kerja b. istirahat mingguan I (satu) hari b. istirahat mingguan 1 (satu) hari
dalam 1 (satu) minggu atau 2 untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(dua) hari untuk 5 (lima) hari (satu) minggu. (satu) minggu. (3) Cuti
kerja dalam 1 (satu) minggu. (3) Cuti sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud pada ayat
c. cuti tahunan, sekurang- pada ayat (1) huruf b yang wajib (1) huruf b yang wajib diberikan
kurangnya 12 (dua belas) hari diberikan kepada Pekerja/Buruh, kepada pekerja/buruh, yaitu cuti
kerja setelah pekerja/buruh yang yaitu cuti tahunan, paling sedikit 12 tahunan, paling sedikit 12 (dua
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) hari kerja setelah belas) hari kerja setelah
(dua belas) bulan secara terus Pekerja/Buruh yang bersangkutan pekerja/buruh yang bersangkutan
menerus; dan d. istirahat panjang bekerja selama 12 (dua belas) bulan bekerja selama 12 (dua belas)
sekurang-kurangnya 2 (dua) secara terus menerus. bulan secara terus menerus.
bulan dan dilaksanakan pada (4) Pelaksanaan cuti tahunan (4) Pelaksanaan cuti tahunan
tahun ketujuh dan kedelapan sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat
masing-masing 1 (satu) bulan (3) diatur dalam Perjanjian (3) diatur dalam perjanjian kerja,
bagi pekerja/buruh yang telah Kerja, Peraturan Perusahaan, atau peraturan perusahaan, atau
bekerja selama 6 (enam) tahun Perjanjian Kerja Bersama. perjanjian kerja bersama.
secara terus-menerus pada (5) Selain waktu istirahat dan cuti
perusahaan yang sama dengan sebagaimana dimaksud pada ayat
ketentuan pekerja/buruh tersebut (1), ayat (2)l, dan ayat (3),
tidak berhak lagi atas istirahata perusahaan tertentu dapat
tahunannya dalam 2 (dua) tahun memberikan istirahat panjang
berjalan dan selanjutnya berlaku yang diatur dalam perjanjian
untuk setiap kelipanan masa kerja, peraturan perusahaan, atau
kerja 6 (enam) tahun. perjanjian kerja bersama.
(6) Ketentuan lebih lanjut
mengenai perusahaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 92 : Pasal 92: Pasal 92:
(1) Pengusaha menyusun struktur (l) Pengusaha wajib menyusun (1) Pengusaha wajib menyusun
dan skala upah dengan struktur dan skala Upah di struktur dan skala upah di
memperhatikan golongan, Perusahaan dengan memperhatikan perusahaan dengan
jabatan, masa kerja, pendidikan kemampuan Perusahaan dan memperhatikan kemampuan
dan kompetensi. produktivitas. (2)Struktur dan skala perusahaan dan produktivitas.
(2) Pengusaha melakukan Upah digunakan sebagai pedoman (2) Struktur dan skala upah
meninjauan upah secara berkala Pengusaha dalam menetapkan digunakan sebagai pedoman
dengan memperhatikan Upah bagi Pekerja/Buruh yang pengusaha dalam menetapkan
kemampuan perusahaan dan memiliki masa kerja 1 (satu) tahun upah.
produktivitas. atau lebih. (3) Ketentuan lebih lanjut
(3) Ketentuan mengenai struktur (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur dan skala upah
dan skala upah sebagaimana mengenai struktur dan skala Upah diatur dalam Peraturan
dimaksud dalam ayat (1) diatur diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pemerintah.
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 57: Pasal 57: Pasal 57:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu (1) Perjanjian kerja waktu tertentu (1) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu dibuat secara tertulis dibuat secara tertulis serta harus tertentu dibuat secara tertulis serta
serta harus menggunakan bahasa menggunakan bahasa Indonesia dan harus menggunakan bahasa
Indonesia dan huruf latin. huruf latin. Indonesia dan huruf latin.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu (2) Dalam hal perjanjian kerja (2) Dalam hal perjanjian kerja
tertentu yang dibuat tidak tertulis waktu tertentu dibuat dalam bahasa waktu tertentu dibuat dalam
bertentangan dengan ketentuan Indonesia dan bahasa asing, apabila bahasa Indonesia dan bahasa
sebagaimana dimaksud dalam kemudian terdapat perbedaan asing, apabila kemudian terdapat
ayat (1) dinyatakan sebagai penafsiran antara keduanya, yang perbedaan penafsiran antara
perjanjian kerja untuk waktu berlaku perjanjian kerja waktu keduanya, yang berlaku perjanjian
tisak tertentu. (3) Dalam hal tertentu yang dibuat dalam bahasa kerja waktu tertentu yang dibuat
perjanjian kerja dibuat dalam Indonesia. dalam bahasa Indonesia
bahasa Indonesia dan bahasa
asing, apabila kemudahan
terdapat perbedaan penafsiran
antara keduanya, maka yang
berlaku perjanjian kerja yang
dibuat dalam bahasa Indonesia.
Pasal 58: Pasal 58: Pasal 58:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu (1) Perjanjian kerja waktu tertentu (1) Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu tidak dapat tidak dapat mensyaratkan adanya tertentu tidak dapat mensyaratkan
mensyaratkan adanya masa masa percobaan kerja. adanya masa percobaan kerja. (2)
percobaan kerja. (2) Dalam hal disyaratkan masa Dalam hal disyaratkan masa
(2) Dalam hal diisyaratkan masa percobaan kerja sebagaimana percobaan kerja sebagaimana
percobaan kerja dalam perjanjian dimaksud pada ayat (1), masa dimaksud pada ayat (1), masa
kerja sebagaimana dimaksud percobaan kerja yang disyaratkan percobaan kerja yang disyaratkan
dalam ayat (1), masa percobaan tersebut batal demi hukum dan tersebut batal demi hukum dan
kerja yang diisyaratkan batal masa kerja tetap dihitung. masa kerja tetap dihitung.
demi hukum.
Pasal 13: Pasal 13: Pasal 13:
(1) Pelatihan kerja (1) Pelatihan Kerja diselenggarakan (1) Pelatihan kerja
diselenggarakan oleh lembaga oleh: a. lembaga Pelatihan Kerja diselenggarakan oleh: a. lembaga
pelatihan kerja pemerintah pemerintah; pelatihan kerja pemerintah;
dan/atau lembaga pelatihan kerja b. lembaga Pelatihan Kerja swasta; b. lembaga pelatihan kerja
swasta (2) Pelatihan kerja dapat atau swasta; atau
diselenggarakan di tempat c. lembaga Pelatihan Kerja c. lembaga pelatihan kerja
pelatihan atau tempat kerja. Perusahaan. perusahaan.
(3) Lembaga pelatihan kerja (2) Pelatihan Kerja dapat (2) Pelatihan kerja dapat
pemerintah sebagaimana diselenggarakan di tempat pelatihan diselenggarakan di tempat
dimaksud dalam ayat (1) dalam atau tempat kerja. pelatihan atau tempat kerja.
menyelenggarakan pelatihan (3) kmbaga Pelatihan Kerja (3) Lembaga pelatihan kerja
kerja dapat bekerja sama dengan pemerintah sebagaimana dimaksud pemerintah sebagaimana
swasta. pada ayat (1) huruf a dalam dimaksud pada ayat (1) huruf a
menyelenggarakan Pelatihan Kerja dalam menyelenggarakan
dapat bekerja sama dengan swasta. pelatihan kerja dapat bekerja sama
(41 Lembaga Pelatihan Kerja dengan swasta. (41 Lembaga
pemerintah sebagaimana dimaksud pelatihan kerja pemerintah
pada ayat (1) huruf a dan lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat
Pelatihan Kerja Perusahaan (1) huruf a dan lembaga pelatihan
sebagaimana dimaksud pada ayat kerja perusahaan sebagaimana
(1) huruf c mendaftarkan dimaksud pada ayat (1) huruf c
kegiatannya kepada instansi yang mendaftarkan kegiatannya kepada
bertanggung jawab di bidang instansi yang bertanggung jawab
Ketenagakerjaan di kabupaten/kota. di bidang ketenagakerjaan di
kabupaten/ kota.
Pasal 14: Pasal 14: Pasal 14:
(1) Lembaga pelatihan kerja (1) Lembaga Pelatihan Keda swasta (1) Lembaga pelatihan kerja
swasta dapat berbentuk badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal swasta sebagaimana dimaksud
hukum Indonesia atau 13 ayat (l) huruf b wajib memenuhi dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b
perorangan. Peizinar, Berusaha yang diterbitkan wajib memenuhi Pertzinan
(2) Lembaga pelatihan kerja oleh Pemerintah Daerah kabupaten/ Berusaha yang diterbitkan oleh
swasta sebagaimana dimaksud kota Pemerintah Daerah
dalam ayat (1) wajib (2) Bagi lembaga Pelatihan Kerja kabupaten/kota.
memperoleh izin atau mendaftar swasta yang terdapat penyertaan (2) Bagi lembaga pelatihan kerja
ke instansi yang bertanggung modal asing, Perizinan Berusaha swasta yang terdapat penyertaan
jawab dibidang ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat modal asing, Perizinan Berusaha
di kabupaten/kota. (1) diterbitkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Lembaga pelatihan kerja Pusat. (1) diterbitkan oleh Pemerintah
yang diselenggarakan oleh (3) Perizinan Berusaha Pusat.
instansi pemerintah sebagaimana dimalsud pada ayat (3) Perizinan Berusaha
mendaftarkan kegiatannya (1) dan ayat (2) harus memenuhi sebagaimana dimaksud pada ayat
kepada instansi yang norna, standar, prosedur, dan (1) dan ayat (2) harus memenuhi
bertanggung jawab di bidang kriteria yang ditetapkan oleh norma, standar, prosedur, dan
ketenagakerjaan di Pemerintah Pusat. kriteria yang ditetapkan oleh
kabupaten/kota. Pemerintah Pusat.
(4) Ketentuan mengenai tata
cara perizinan dan pendaftaran
lembaga pelatihan kerja
sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Keputusan Menteri.
Pasal 78: Pasal 78: Pasal 78:
(1) Setiap pengusaha wajib (1) Setiap Pengusaha wajib (1) Setiap pengusaha wajib
melaksanakan ketentuan waktu melaksanakan ketentuan waktu melaksanakan ketentuan waktu
kerja. kerja. kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana (2) Waktu kerja sebagaimana (2) Waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dimaksud pada ayat (1) meliputi: dimaksud pada ayat (1) meliputi:
meliputi : a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan (empat puluh) jam 1 (satu) minggu 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
40 (empat puluh) jam 1 (satu) untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 minggu untuk 6 (enam) hari kerja
minggu untuk 6 (enam) hari (satu) minggu; atau dalam 1 (satu) minggu; atau
kerja dalam 1 (satu) minggu; b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari
atau 40 (empat puluh) jam 1 (satu) dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
b. 8 (delapan) jan 1 (satu) hari minggu untuk 5 (lima) hari kerja minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dan 40 (empat puluh) jan 1 (satu) dalam 1 (satu) minggu. dalam 1 (satu) minggu.
minggu untuk 5 (lima) hari kerja (3) Ketentuan waktu kerja (3) Ketentuan waktu kerja
dalam 1 (satu) minggu. sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Ketentuan waktu kerja (2) tidak berlaku bagi sektor usaha (2)tidak berlaku bagi sektor usaha
sebagaimana dimaksud dalam atau pekerjaan tertentu. (4) atau pekerjaan tertentu.
ayat (2) tidak berlaku bagi sektor Pelaksanaan jam kerja bagi (4)Pelaksanaan jam kerja bagi
usaha atau pekerjaan tertentu. (4) Pekerja/Buruh di Perusahaan diatur pekerja/buruh di perusahaan
Ketentuan mengenai waktu kerja dalam Perjanjian Kerja, Peraturan diatur dalam perjanjian kerja,
pada sektor usaha atau pekerjaan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja peraturan perusahaan, atau
tertentu sebaimana dimaksud Bersama. perjanjian kerja bersama.
dalam ayaat (3) diatur dengan (5) Ketentuan lebih lanjut (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai
Keputusan Menteri. mengenai waktu kerja pada sektor waktu kerja pada sektor usaha atau
usaha atau pekerjaan tertentu pekerjaan tertentu sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
(3) diatur dalam Peraturan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah.
Pasal 94: Pasal 94: Pasal 94:
Dalam hal komponen upah Dalam hal komponen Upah terdiri Dalam hal komponen upah terdiri
terdiri dari upah pokok dan atas Upah pokok dan tunjangan atas upah pokok dan tunjangan
tunjangan tetap muka besarnya tetap, besarnya Upah pokok paling tetap, besarnya upah pokok paling
upah pokok sedikit-dikitnya 75% sedikit 75% (tujuh puluh lima sedikit 75% (tujuh puluh lima
(tujuh puluh lima perseratus) dari persen) dari jumlah Upah pokok persen) dari jumlah upah pokok
jumlah upah pokok dan dan tunjangan tetap. dan tunjangan tetap.
tunjangan tetap.
Pasal 95: Pasal 95: Pasal 95:
(1) Pelanggaran yang dilakukan (1) Dalam hal Perusahaan (1)Dalam hal perusahaan
oleh pekerja/buruh karena dinyatakan pailit atau dilikuidasi dinyatakan pailit atau dilikuidasi
kesenjangan atau kelalaiannya berdasarkan ketentuan peraturan berdasarkan ketentuan peraturan
dapat dikenakan denda. perundang-undangan, Upah dan perundang-undangan, upah dan
(2) Pengusaha yang karena hak lainnya yang belum diterima hak lainnya yang belum diterima
kesengajaan atau kelalaiannya oleh Pekerja/ Buruh merupakan oleh pekerja/buruh merupakan
mengakibatkan keterlambatan utang yang didahulukan utang yang didahulukan
penbayaran upah, dikenakan pembayarannya. pembayarannya.
denda sesuai dengan persentase (2) Upah Pekerja/Buruh (2) Upah pekerja/buruh
tertentu dari upah pekerja/buruh. sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) Pemerintah mengatur (1) didahulukan pembayarannya (1) didahulukan pembayarannya
pengenaan denda kepada sebelum pembayaran kepada semua sebelum pembayaran kepada
pengusaha dan/atau kreditur. (3) Hak lainnya dari semua kreditur. Hak lainnya dari
pekerja/buruh, dalam Pekerja/ Buruh sebagaimana pekerja/buruh sebagaimana
pembayaran upah. dimaksud pada ayat (1) dimaksud pada ayat (1)
(4) Dalam hal perusahaan didahulukan pembayarannya atas didahulukan pembayarannya atas
dinyatakan pailit atau dilikuidasi semua kreditur kecuali para semua kreditur kecuali para
berdasarkan peraturan kreditur pemegang hak jaminan kreditur pemegang hak jaminan
perundang-undangan yang kebendaan. kebendaan
berlaku, maka upah dan hak-hak
lainnya dari pekerja/buruh
merupakan utang yang
didahulukan pembayarannya.
Pasal 151 A : Pasal 151 A :
Pemberitahuan sebagaimana Pemberitahuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2) dimaksud dalam Pasal 151 ayat
tidak perlu dilakukan oleh (2) tidak perlu dilakukan oleh
Pengusaha dalam hal: a. pengusaha dalam hal: a.
Pekerja/Buruh mengundurkan diri pekerja/buruh mengundurkan diri
atas kemauan sendiri; b. atas kemauan sendiri; b.
Pekerja/Buruh dan Pengusaha pekerja/buruh dan pengusaha
berakhir Hubungan Kerjanya sesuai berakhir hubungan kerjanya
dengan perjanjian kerja waktu sesuai dengan perjanjian kerja
tertentu; waktu tertentu;
c. Pekerja/Buruh mencapai usia c. pekerja/buruh mencapai usia
pensiun sesuai dengan Perjanjian pensiun sesuai dengan perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan, atau kerja, peraturan perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama; atau perjanjian kerja bersama; atau
d. Pekerja/Buruh meninggal dunia. d. pekerja/buruh meninggal dunia.
Pasal 43: Pasal 43 dihapus Pasal 43 dihapus
(1) Pemberi kerja yang
menggunakan tenaga kerja asing
harus memiliki rencana
penggunaan tenaga kerja asing
yang disahkan oleh Menteri atau
pejaba yang ditunjuk.
(2) Rencana penggunaan tenaga
kerja asing sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
sekurang-kurangnya memuat
keterangan :
a. alasan penggunaan tenaga
kerja asing;
b. jabatan dan/atau kedudukan
tenaga kerja asing dalam struktur
organisasi perusahaan yang
bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan
tenaga kerja asing; dan
d. penunjukan tenaga kerja
warga negara Indonesia sebagai
pendamping tenaga kerja asing
yang dipekerjakan.
(3) Ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak
berlaku bagi instansi pemerintah,
badan-badan internasional dan
perwakilan negara asing.
(4) Ketentuan mengenai tata cara
pengesahan rencana penggunaan
tenaga kerja asing diatur dengan
Keputusan Menteri.

Anda mungkin juga menyukai