Anda di halaman 1dari 61

SANDINGAN DAN PENJELASAN

FEDERASI SERIKAT PEKERJA METAL INDONESIA (FSPMI) – KONFEDERASI SERIKAT PEKERJA INDONESIA (KSPI)

antara
RUU CIPTA KERJA

dan
UU NO 13 TAHUN 2003
TENTANG KETEAGAKERJAAN

Dipersiapkan oleh:
Tim Media Perdjoeangan FSPMI

FSPMI-KSPI 1
SANDINGAN RUU CIPTA KERJA DENGAN UU NO 13 TAHUN 2003

PASAL DRAFT UU CIPTA KERJA UU 13 TAHUN 2003 CATATAN

BAB VII
PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING (TKA)
PASAL 42 (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan (1) Setiap pemberi kerja yang mempekerjakan  Tidak ada lagi kewajiban bagi pemberi kerja
tenaga kerja asing wajib memiliki pengesahan tenaga kerja asing wajib memiliki izin tertulis untuk memiliki izin tertulis untuk
rencana penggunaan tenaga kerja asing dari dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. mempekerjakan tenaga kerja asing. Padahal
Pemerintah Pusat. sebelumnya, selain membuat rencana
Penjelasan: Perlunya pemberian izin
penggunaan tenaga kerja warga negara asing penggunaan tenaga kerja asing, juga wajib
dimaksudkan agar penggunaan tenaga kerja mendapatkan izin tertulis untuk mendapatkan
warga negara asing dilaksanakan secara Izin Kerja (IKTA).
selektif dalam rangka pendayagunaan tenaga  Dengan tidak adanya izin, hal ini dapat
kerja Indonesia secara optimal mengakibatkan TKA bebas masuk ke Indonesia.
(2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang (2) Pemberi kerja orang perseorangan dilarang Tetap
mempekerjakan tenaga kerja asing. mempekerjakan tenaga kerja asing
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada (3) Kewajiban memiliki izin sebagaimana  Dalam UU 13/2003, yang tidak perlu izin hanya
ayat (1) tidak berlaku bagi: dimaksud dalam ayat (1), tidak berlaku bagi TKA sebagai pegawai diplomatik dan konsuler.
perwakilan negara asing yang
mempergunakan tenaga kerja asing sebagai 
a. anggota direksi atau anggota dewan Dalam RUU Cipta Kerja TKA pada jenis
komisaris dengan kepemilikan saham sesuai kegiatan pemeliharaan mesin produksi untuk
pegawai diplomatik dan konsuler.
dengan ketentuan peraturan perundang- keadaan darurat, vokasi, start-up, kunjungan
undangan; bisnis, dan penelitian untuk jangka waktu
b. pegawai diplomatik dan konsuler pada tertentu; bebas masuk ke Indonesia.
kantor perwakilan negara asing; atau  Termasuk anggota direksi atau anggota dewan
c. tenaga kerja asing yang dibutuhkan oleh komisaris dengan kepemilikan saham sesuai
Pemberi Kerja pada jenis kegiatan dengan ketentuan peraturan perundang-
pemeliharaan mesin produksi untuk keadaan undangan.
darurat, vokasi, start-up, kunjungan bisnis,

FSPMI-KSPI 2
dan penelitian untuk jangka waktu tertentu.
(4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di (4) Tenaga kerja asing dapat dipekerjakan di
Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk Indonesia hanya dalam hubungan kerja untuk
jabatan tertentu dan waktu tertentu serta jabatan tertentu dan waktu tertentu.
memiliki kompetensi sesuai dengan jabatan
yang akan diduduki.
(5) Tenaga kerja asing dilarang menduduki (5) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan
jabatan yang mengurusi personalia. waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan
Menteri.
(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan (6) Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud
waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada dalam ayat (4) yang masa kerjanya habis dan
ayat (4) dan ayat (5) diatur dengan Peraturan tidak dapat di perpanjang dapat digantikan
Presiden. oleh tenaga kerja asing lainnya.
PASAL 43 DIHAPUS 1) Pemberi kerja yang menggunakan tenaga Tidak ada lagi izin kerja (IKTA) bagi TKA.
kerja asing harus memiliki rencana pengguna-
an tenaga kerja asing yang disahkan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Penjelasan: Rencana penggunaan tenaga
kerja warga negara asing merupakan
persyaratan untuk mendapatkan izin kerja
(IKTA).
(2) Rencana penggunaan tenaga kerja asing
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) seku-
rang-kurangnya memuat keterangan:
a. alasan penggunaan tenaga kerja asing;
b. jabatan dan/atau kedudukan tenaga kerja
asing dalam struktur organisasi perusahaan
yang bersangkutan;
c. jangka waktu penggunaan tenaga kerja

FSPMI-KSPI 3
asing; dan
d. penunjukan tenaga kerja warga negara
Indonesia sebagai pendamping tenaga
kerja asing yang dipekerjakan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak berlaku bagi instansi
pemerintah, badan-badan internasional dan
perwakilan negara asing.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan
rencana penggunaan tenaga kerja asing diatur
dengan Keputusan Menteri.
PASAL 44 DIHAPUS (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib Ketentuan dalam Pasal 44 Ayat (1) UU 13/2003 ini
menaati ketentuan mengenai jabatan dan diadopsi dalam Pasal 42 ayat (4) RUU Cipta Kerja.
standar kompetensi yang berlaku. Tetapi dalam penjelasannya dikatakan, Cukup Jelas.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan standar Dengan kata lain, kualifikasi yang harus dimiliki
kompetensi adalah kualifikasi yang harus oleh tenaga kerja warga negara asing antara lain
dimiliki oleh tenaga kerja warga negara asing pengetahuan, keahlian, keterampilan di bidang
antara lain pengetahuan, keahlian, keterampi- tertentu, dan pemahaman budaya Indonesia; dihi-
lan di bidang tertentu, dan pemahaman langkan.
budaya Indonesia.
Dengan hilangnya kualifikasi TKA tentang pemaha-
(2) Ketentuan mengenai jabatan dan standar man budaya Indonesia, maka tidak ada lagi kewaji-
kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ban TKA bisa berbahasa Indonesia. Sehingga me-
ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri nyulitkan dalam transfer pengetahuan dan keahlian.
PASAL 45 (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib: (1) Pemberi kerja tenaga kerja asing wajib:
a. menunjuk tenaga kerja warga negara a. menunjuk tenaga kerja warga negara
Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga
kerja asing yang dipekerjakan untuk alih kerja asing yang dipekerjakan untuk alih
teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja teknologi dan alih keahlian dari tenaga kerja
asing; asing; dan

FSPMI-KSPI 4
b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan b. melaksanakan pendidikan dan pelatihan
kerja bagi tenaga kerja Indonesia kerja bagi tenaga kerja Indonesia sebagaimana
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang dimaksud pada huruf a yang sesuai dengan
sesuai dengan kualifikasi jabatan yang kualifikasi jabatan yang diduduki oleh tenaga
diduduki oleh tenaga kerja asing; dan kerja asing.
c. memulangkan tenaga kerja asing ke
negara asalnya setelah hubungan kerjanya
berakhir.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam  Jika dalam UU 13/2003, kewajiban menunjuk
ayat (1) huruf a dan huruf b tidak berlaku ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kerja asing tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai
bagi tenaga kerja asing yang menduduki yang menduduki jabatan direksi dan/atau tenaga pendamping TKA yang dipekerjakan
jabatan tertentu. komisaris untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA
dan melaksanakan pendidikan dan pelatihan
kerja bagi tenaga kerja Indonesia dikecualikan
untuk direksi dan/atau komisaris. Tetapi dalam
RUU Cipta Kerja dikecualikan bagi TKA yang
menduduki jabatan tertentu.
 Tidak ada keterangan lebih lanjut apa yang
dimaksud TKA yang menduduki jabatan
tertentu (dalam pasal terdahulu akan diatur
dalam Peraturan Pemerintah). Sehingga akan
semakin banyak TKA yang tidak memiliki
keterampilan, sehingga mereka tidak perlu
melakukan alih teknologi dan alih keterampilan
bagi tenaga kerja Indonesia.
PASAL 46 DIHAPUS (1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki Ketentuan ini dalam RUU Cipta Kerja diadopsi ke
jabatan yang mengurusi personalia dan/atau dalam Pasal 42 ayat (5), dan akan diatur lebih lanjut
jabatan-jabatan tertentu. dalam Peraturan Presiden.
(2) Jabatan-jabatan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan
Keputusan Menteri.

FSPMI-KSPI 5
PASAL 47 (1) Pemberi kerja wajib membayar 1) Pemberi kerja wajib membayar kompensasi
kompensasi atas setiap tenaga kerja asing yang atas setiap tenaga kerja asing yang
dipekerjakannya. dipekerjakannya.
Penejelasan: Kewajiban membayar kompen- Penjelasan: Kewajiban membayar kompensa-
sasi dimaksudkan dalam rangka menunjang si dimaksudkan dalam rangka menunjang
upaya peningkatan kualitas sumber daya upaya peningkatan kualitas sumber daya
manusia Indonesia. manusia Indonesia.
(2) Kewajiban membayar kompensasi sebaga- (2) Kewajiban membayar kompensasi seba-
imana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku gaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak ber-
bagi instansi pemerintah, perwakilan negara laku bagi instansi pemerintah, perwakilan
asing, badan internasional, lembaga sosial, negara asing, badan-badan internasional, lem-
lembaga keagamaan, dan jabatan tertentu di baga sosial, lembaga keagamaan, dan jabatan-
lembaga pendidikan. jabatan tertentu di lembaga pendidikan.
- (3) Ketentuan mengenai jabatan-jabatan Ketentuan mengenai jabatan-jabatan tertentu di
tertentu di lembaga pendidikan sebagaimana lembaga pendidikan dihilangkan.
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
(3) Ketentuan mengenai besaran dan (4) Ketentuan mengenai besarnya kompensasi
penggunaan kompensasi sebagaimana dimak- dan penggunaannya diatur dengan Peraturan
sud pada ayat (1) diatur sesuai ketentuan Pemerintah.
peraturan perundang-undangan
PASAL 48 DIHAPUS Pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga Diadopsi dalam Pasal 45 Ayat (1) huruf c RUU
kerja asing wajib memulangkan tenaga kerja Cipta Kerja.
asing ke negara asalnya setelah hubungan
kerjanya berakhir.
PASAL 49 Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Ketentuan mengenai penggunaan tenaga kerja Jika dalam UU 13/2003 diatur dengan jelas
tenaga kerja asing diatur dengan Peraturan asing serta pelaksanaan pendidikan dan mengenai ketentuan pelaksanaan pendidikan dan
Presiden pelatihan tenaga kerja pendamping diatur pelatihan tenaga kerja pendamping, dalam RUU
dengan Keputusan Presiden. Cipta Kerja ketentuan ini dihilangkan.

FSPMI-KSPI 6
BAB IX
HUBUNGAN KERJA
PASAL 56 (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu (1) Perjanjian kerja dibuat untuk waktu
tertentu atau untuk waktu tidak tertentu. tertentu atau untuk waktu tidak tertentu.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan atas: didasarkan atas :
a. jangka waktu; atau a. jangka waktu; atau
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu. b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
(3) Jangka waktu atau selesainya suatu  Karena posisi pengusaha lebih kuat dari buruh,
pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud bisa saja pengusaha menentukan jangka waktu
pada ayat (2) ditentukan berdasarkan pekerja kontrak hanya beberapa hari, atau
kesepakatan para pihak. bahkan seumur hidup menjadi pekerja kontrak,
 Hal ini menyebabkan hilangnya kepastian kerja.
Apalagi Pasal 59 UU 13/2003 yang mengatur
mengenai pekerja kontrak juga akan dihapuskan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian
kerja waktu tertentu berdasarkan jangka waktu
atau selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
PASAL 57 (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
dibuat secara tertulis serta harus menggunakan dibuat secara tertulis serta harus mengguna-
bahasa Indonesia dan huruf latin. kan bahasa Indonesia dan huruf latin.
DIHAPUS (2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang Dalam UU 13/2003 disebutkan, perjanjian kerja
dibuat tidak tertulis bertentangan dengan untuk waktu tertentu (pekerja kontrak) yang dibuat
ketentuan sebagai mana dimaksud dalam ayat tidak tertulis dinyatakan sebagai perjanjian kerja
(1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk untuk waktu tidak tertentu (pekerja tetap). Tetapi
waktu tidaktertentu. dalam Pasal UU Cipta Kerja ketentuan ini
dihilangkan.

FSPMI-KSPI 7
(2) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu (3) Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam
dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila
asing, apabila kemudian terdapat perbedaan kemudian terdapat perbedaan penafsiran
penafsiran antara keduanya, maka yang antara keduanya, maka yang berlaku
berlaku perjanjian kerja waktu tertentu yang perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa
dibuat dalam bahasa Indonesia. Indonesia.
PASAL 58 (1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak 1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dapat mensyaratkan adanya masa percobaan dapat mensyaratkan adanya masa percobaan
kerja. kerja.
(2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan (2) Dalam hal disyaratkan masa percobaan
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kerja dalam perjanjian kerja sebagaimana
masa percobaan kerja yang disyaratkan dimaksud dalam ayat (1), masa percobaan
tersebut batal demi hukum dan masa kerja kerja yang disyaratkan batal demi hukum.
tetap dihitung.
PASAL 59 DIHAPUS 1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya  Dengan dihapuskannya pasal ini, kerja kontrak
dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang bisa diterapkan di semua jenis pekerjaan.
menurutjenis dan sifat atau kegiatan
pekerjaannya akan selesai dalam waktu  Tidak ada batasan waktu, sehingga kontrak bisa
tertentu, yaitu : dilakukan seumur hidup. Sehingga pekerja tetap
akan semakin langka.
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang
sementara sifatnya;  Karena statusnya kontrak kerja, bisa dengan
mudah di PHK (alasan habis kontrak).
b. pekerjaan yang diperkirakan
penyelesaian-nya dalam waktu yang tidak  Tidak ada lagi pesangon, karena pesangon
terlalu lama danpaling lama 3 (tiga) tahun; hanya untuk pekerja tetap.
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan pro-
duk baru, kegiatan baru, atau produk tamba-
han yang masih dalam percobaan atau penja-
jakan.
Penjelasan: Perjanjian kerja dalam ayat ini
dicatatkan ke instansi yang bertanggung

FSPMI-KSPI 8
jawab dibidang ketenagakerjaan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak
dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan
pekerjaan yang bersifat tetap dalam ayat ini
adalah pekerjaan yang sifatnya terus
menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi
waktu dan merupakan bagian dari suatu
proses produksi dalam satu perusahaan atau
pekerjaan yang bukan musiman.
Pekerjaan yang bukan musiman adalah
pekerjaan yang tidak tergantung cuaca atau
suatu kondisi tertentu. Apabila pekerjaan itu
merupakan pekerjaan yang terus menerus,
tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu, dan
merupakan bagian dari suatu proses
produksi, tetapi tergantung cuaca atau
pekerjaan itu dibutuhkan karena adanya
suatu kondisi tertentu maka pekerjaan
tersebut merupakan pekerjaan musiman yang
tidak termasuk pekerjaan tetap sehingga
dapat menjadi objek perjanjian kerja waktu
tertentu.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat
diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang
didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untukpaling lama 2 (dua) tahun dan
hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk
jangka waktu palinglama 1 (satu) tahun.
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpan-

FSPMI-KSPI 9
jang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut,
paling lama7 (tujuh) hari sebelum perjanjian
kerja waktu tertentu berakhir telah memberita-
hukan maksudnya secara tertulis kepada pe-
kerja/buruh yang bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu
hanya dapat diadakan setelah melebihi masa
tenggangwaktu 30 (tiga puluh) hari berakhir-
nya perjanjian kerja waktu tertentu yang lama,
pembaruanperjanjian kerja waktu tertentu ini
hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali dan paling
lama 2 (dua)tahun.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksuddalam ayat (1), ayat (2), ayat (4),
ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum
menjadi perjanjiankerja waktu tidak tertentu.
(8) Hal-hal lain yang belum diatur dalam
Pasal ini akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Menteri.
PASAL 61 Perjanjian kerja berakhir apabila : (1) Perjanjian kerja berakhir apabila : Dalam RUU Cipta Kerja disebutkan, perjanjian kerja
berakhir apabila “selesainya suatu pekerjaan
a. pekerja meninggal dunia; a. pekerja meninggal dunia;
tertentu”. Akibatnya, pengusaha bisa gampang
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja; melakukan PHK dengan atau efisiensi karena order
kerja; atau pekerjaannya sudah habis.
c. adanya putusan pengadilan dan/atau
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu; putusan atau penetapan lembaga penyelesaian Sedangkan bagi pekerja kontrak yang di PHK karena
perselisihan hubungan industrial yang telah selesainya suatu pekerjaan (padahal masa
d. adanya putusan pengadilan dan/atau
mempunyai kekuatan hukum tetap; atau kontraknya belum berakhir), tidak lagi mendapatkan
putusan lembaga penyelesaian perselisihan
hubungan industrial yang telah mempunyai d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang hak sesuai dengan sisa kontraknya. Tetapi hanya
kekuatan hukum tetap; atau dicantumkan dalam perjanjian kerja,peraturan mendapatkan konpensasi (diatur dalam Pasal 61 A).
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama
e. adanya keadaan atau kejadian tertentu
yang dapat menyebabkan berakhirnya
yang dicantumkan dalam perjanjian kerja,

FSPMI-KSPI 10
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja hubungan kerja.
bersama yang dapat menyebabkan
Penjelasan: Keadaan atau kejadian tertentu
berakhirnya hubungan kerja.
seperti bencana alam, kerusuhan sosial, atau
Penjelasan: Keadaan atau kejadian tertentu gangguan keamanan.
seperti bencana alam, kerusuhan sosial,
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena
atau gangguan keamanan.
meninggalnya pengusaha atau beralihnya hak
(2) Perjanjian kerja tidak berakhir karena atasperusahaan yang disebabkan penjualan,
meninggalnya pengusaha atau beralihnya pewarisan, atau hibah.
hak atas perusahaan yang disebabkan
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan
penjualan, pewarisan, atau hibah.
maka hak-hak pekerja/buruh menjadi
(3) Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan tanggung jawabpengusaha baru, kecuali
maka hak-hak pekerja/buruh menjadi ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan
tanggung jawab pengusaha baru, kecuali yang tidak mengurangi hak-hak
ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan pekerja/buruh.
yang tidak mengurangi hak-hak pekerja/buruh.
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan,
(4) Dalam hal pengusaha, orang perseorangan, meninggal dunia, ahli waris pengusaha
meninggal dunia, ahli waris pengusaha dapat dapatmengakhiri per-janjian kerja setelah
mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkan dengan pekerja/buruh.
merundingkan dengan pekerja/buruh.
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia,
(5) Dalam hal pekerja/buruh meninggal dunia, ahli waris pekerja/ buruh berhak mendapatkan
ahli waris pekerja/buruh berhak mendapatkan hakhaknya sesuai dengan peraturan
hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau hak
perundang-undangan atau hak-hak yang telah hak yang telahdiatur dalam perjanjian kerja,
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. bersama.
Penjelasan: Yang dimaksud hak-hak yang sesuai Penjelasan: Yang dimaksud hak-hak yang sesuai
dengan perundang-undangan yang berlaku atau dengan perundang-undangan yang berlaku atau
hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja, hak-hak yang telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama adalah hakhak yang harus diberikan yang bersama adalah hakhak yang harus diberikan
lebih baik dan menguntungkan pekerja/ buruh yang lebih baik dan menguntungkan pekerja/
yang bersangkutan. buruh yang bersangkutan.

FSPMI-KSPI 11
PASAL 161 A (1) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu  Bagi pekerja kontrak yang di PHK karena
berakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal selesainya suatu pekerjaan (padahal masa
61 ayat (1) huruf b dan huruf c, pengusaha kontraknya belum berakhir), tidak lagi
TAMBAHAN wajib memberikan uang kompensasi kepada mendapatkan hak sesuai dengan sisa kontraknya.
pekerja/buruh. Tetapi hanya mendapatkan konpensasi (diatur
(2) Uang kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 A).
pada ayat (1) diberikan kepada pekerja/buruh  Dengan diatur bahwa konpensasi diberikan
yang mempunyai masa kerja paling sedikit 1 kepada pekerja yang memiliki masa kerja paling
tahun pada perusahaan yang bersangkutan. sedikit 1 tahun, akan mendorong perusahaan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran untuk mempekerjakan pekerja kontrak kurang
uang kompensasi diatur dengan Peraturan dari 1 tahun.
Pemerintah.
PASAL 62 Apabila salah satu pihak mengakhiri hubung- Apabila salah satu pihak mengakhiri
an kerja sebelum berakhirnya jangka waktu hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu waktu yangditetapkan dalam perjanjian kerja
tertentu atau berakhirnya hubungan kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan
bukan karena ketentuan sebagaimana dimak- kerja bukan karenaketentuan sebagaimana
sud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang meng- dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1), pihak yang
akhiri hubungan kerja diwajibkan membayar mengakhiri hubungan kerja diwajibkan mem-
ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah bayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar
pekerja/buruh sampai batas waktu berakhirnya upah pekerja/buruh sampaibatas waktu
jangka waktu perjanjian kerja. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.
PASAL 64 DIHAPUS Perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian pemborongan
pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh
yang dibuat secara tertulis.
PASAL 65 DIHAPUS 1) Penyerahan sebagian pelaksanaan Dengan dihapusnya Pasal 65 ini, pekerja dari
pekerjaan kepada perusahaan lain perusahaan pemberi pekerjaan akan digantikan oleh
dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerja dari perusahaan pemborong pekerjaan.
pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada

FSPMI-KSPI 12
perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan
utama;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau
tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang
perusahaan secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses produksi secara
langsung
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus berbentuk badan hukum.
(4) Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
bagi pekerja/buruh pada perusahaan lain
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
sekurang-kurangnya sama dengan
perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja
pada perusahaan pemberi pekerjaan atau
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(5) Perubahan dan/atau penambahan syarat-
syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
diaturlebih lanjut dengan Keputusan Menteri.
(6) Hubungan kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) diaturdalam perjanjian kerja secara tertulis
antara perusahaan lain dan pekerja/buruh
yangdipekerjakannya.
(7) Hubungan kerja sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6) dapat didasarkan atas

FSPMI-KSPI 13
perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau
perjanjian kerja waktu tertentu apabila
memenuhi persyaratansebagaimana dimaksud
dalam Pasal 59.
(8) Dalam hal ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) tidak
terpenuhi, makademi hukum status hubungan
kerja pekerja/buruh dengan perusahaan
penerima pemborongan beralih menjadi
hubungan kerja pekerja/buruh dengan
perusahaan pemberi pekerjaan.
(9) Dalam hal hubungan kerja beralih ke
perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana
dimaksudd alam ayat (8), maka hubungan
kerja pekerja/buruh dengan pemberi pekerjaan
sesuai denganhubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (7).
PASAL 66 HILANG (1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia DENGAN DIHILANGKANNYA KETENTUAN
jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh INI, MAKA OUTSOURCING BISA DILAKUKAN
pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan BEBAS DI SEMUA JENIS PEKERJAAN.
pokok atau kegiatan yang berhubungan
langsung dengan proses produksi, kecuali
untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan
yang tidak berhubungan langsung dengan
proses produksi.
Penjelasan: Pada pekerjaan yang
berhubungan dengan kegiatan usaha pokok
atau kegiatan yang berhubungan langsung
dengan proses produksi, pengusaha hanya
diperbolehkan mempekerjakan pekerja/buruh
dengan perjanjian kerja waktu tertentu
dan/atau perjanjian kerja waktu tidak
tertentu.

FSPMI-KSPI 14
Yang dimaksud kegiatan jasa penunjang atau
kegiatan yang tidak berhubungan langsung
dengan proses produksi adalah kegiatan yang
berhubungan di luar usaha pokok (core
business) suatu perusahaan.
Kegiatan tersebut antara lain: usaha
pelayanan kebersihan (cleaning service),
usaha penyediaan makanan bagi
pekerja/buruh catering, usaha tenaga
pengaman (security/satuan pengamanan),
usaha jasa penunjang di pertambangan dan
perminyakan, serta usaha penyediaan
angkutan pekerja/buruh.
HILANG (2) Penyedia jasa pekerja/buruh untuk
kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang
tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
a. adanya hubungan kerja antara
pekerja/buruh dan perusahaan penyedia
jasapekerja/buruh;
(1) Hubungan kerja antara perusahaan alih b. perjanjian kerja yang berlaku dalam
daya dengan pekerja/buruh yang dipekerjakan- hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada
nya didasarkan pada perjanjian kerja waktu hurufa adalah perjanjian kerja untuk waktu
tertentu atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang memenuhi persyaratan sebagai-
tertentu. mana dimaksud dalam Pasal 59 dan/atau
perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang
dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh
kedua belah pihak;
(2) Pelindungan pekerja/buruh, upah dan c. perlindungan upah dan kesejahteraan,
kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang
perselisihan yang timbul menjadi tanggung timbul menjadi tanggung jawab perusahaan

FSPMI-KSPI 15
jawab perusahaan alih daya. penyedia jasa pekerja/buruh; dan

HILANG d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa


pekerja/buruh dan perusahaan lain
yangbertindak sebagai perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan
wajib memuat pasal-pasal sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang ini.
(3) Perusahaan alih daya sebagaimana (3) Penyedia jasa pekerja/buruh merupakan
dimaksud pada ayat (2) berbentuk badan bentuk usaha yang berbadan hukum dan
hukum dan wajib memenuhi Perizinan memiliki izin dari instansi yang bertanggung
Berusaha. jawab di bidang ketenagakerjaan.
DIHILAG (4) Dalam hal ketentuan sebagaimana Tidak ada lagi ketentuan yang mengatur hubungan
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) huruf a, kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia
huruf b, dan huruf dserta ayat (3) tidak jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja
terpenuhi, maka demi hukum status hubungan antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi
kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pekerjaan, jika ada pelanggaran terkait dengan
penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi ketentuan penggunaan pekerja outsourcing.
hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
perusahaan pemberi pekerjaan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelindungan pekerja/buruh sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
WAKTU KERJA
PASAL 77 (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan 1) Setiap pengusaha wajib melaksanakan
ketentuan waktu kerja. ketentuan waktu kerja.

FSPMI-KSPI 16
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Opsi 6 hari kerja dan 7 hari kerja dihapus, sehingga
ayat (1) paling lama 8 (delapan) jam 1 (satu) ayat (1) meliputi : memungkinkan pengusaha untuk mengatur jam kerja
hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) secara fleksibel.
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
minggu.
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(3) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh (4) Ketentuan mengenai waktu kerja pada
di perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, sektor usaha atau pekerjaan tertentu
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatur
bersama. dengan Keputusan Menteri.
PASAL 77 A (1) Pengusaha dapat memberlakukan waktu Pasal ini membuka kemungkinan pekerja dipekerja-
kerja yang melebihi ketentuan sebagaimana kan tanpa batasan waktu yang jelas, sehingga
dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) untuk jenis kelebihan jam kerja (setelah sehari bekerja 8 jam)
TAMBAHAN pekerjaan atau sektor usaha tertentu. tidak dihitung lembur.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan berdasarkan skema
periode kerja.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
pekerjaan atau sektor usaha tertentu serta
skema periode kerja diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
PASAL 78 (1) Pengusaha yang mempekerjakan (1) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat
(2) harus memenuhi syarat: (2) harus memenuhi syarat :

FSPMI-KSPI 17
a. ada persetujuan pekerja/buruh yang a. ada persetujuan pekerja/buruh yang
bersangkutan; dan bersangkutan; dan

b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan b.waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan Waktu kerja lembur paling banyak 4 jam dalam
paling banyak 4 (empat) jam dalam 1 (satu) paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) sehari dan 18 jam dalam 1 minggu. Padahal
hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 haridan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) sebelumnya hanya boleh 3 jam dalam 1 hari dan 14
(satu) minggu. minggu. jam dalam 1 minggu. Ini inkonsisten dengan
penjelasan pasal ini, yang mengatakan bahwa
Penjelasan: Mempekerjakan lebih dari waktu Penjelasan: Mempekerjakan lebih dari waktu
mempekerjakan lebih dari waktu kerja harus
kerja sedapat mungkin harus dihindarkan kerja sedapat mungkin harus dihindarkan
dihidari, agar buruh punya waktu yang cukup untuk
karena pekerja/buruh harus mempunyai waktu karena pekerja/buruh harus mempunyai
istirahat.
yang cukup untuk istirahat dan memulihkan waktu yang cukup untuk istirahat dan
kebugarannya. Namun, dalam hal-hal tertentu memulihkan kebugarannya. Namun, dalam
terdapat kebutuhan yang mendesak yang hal-hal tertentu terdapat kebutuhan yang
harus diselesaikan segera dan tidak dapat mendesak yang harus diselesaikan segera dan
dihindari sehingga pekerja/buruh harus tidak dapat dihindari sehingga pekerja/buruh
bekerja melebihi waktu kerja. harus bekerja melebihi waktu kerja.
(2) Pengusaha yang mempekerjakan (2) Pengusaha yang mempekerjakan
pekerja/buruh melebihi waktu kerja pekerja/buruh melebihi waktu kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib sebagaimana dimaksuddalam ayat (1) wajib
membayar upah kerja lembur. membayar upah kerja lembur.
(3) Ketentuan waktu kerja lembur (3) Ketentuan waktu kerja lembur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
tidak berlaku bagi pekerjaan atau sektor usaha tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan
tertentu. tertentu.
Penjelasan: Yang dimaksud sektor usaha atau
pekerjaan tertentu dalam ayat ini misalnya
pekerjaan di pengeboran minyak lepas pantai,
sopir angkutan jarak jauh, penerbangan jarak
jauh, pekerjaan di kapal (laut), atau
penebangan hutan.

FSPMI-KSPI 18
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu (4) Ketentuan mengenai waktu kerja lembur
kerja lembur dan upah kerja lembur diatur dan upah kerja lembur sebagaimana dimaksud
dengan Peraturan Pemerintah. dalamayat (2) dan ayat (3) diatur dengan
Keputusan Menteri.
PASAL 79 (1) Pengusaha wajib memberi: (1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat
dan cuti kepada pekerja/buruh.
a. waktu istirahat; dan
b. cuti.

(2) Waktu istirahat sebagaimana dimaksud (2) Waktu istirahat dan cuti sebagaimana
pada ayat (1) huruf a wajib diberikan kepada dimaksud dalam ayat (1), meliputi :
pekerja/buruh paling sedikit meliputi:
a. istirahat antara jam kerja, sekurang
a. istirahat antara jam kerja, paling sedikit kurangnya setengah jam setelah bekerja
setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) selama 4(empat) jam terus menerus dan waktu
jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;
tidak termasuk jam kerja; dan
b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 Jika sebelumnya istirahat mingguan bisa 2 hari,
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau dalam RUU Cipta Kerja hanya dibuat 1 hari.
2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu;
(3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) c. cuti tahunan, sekurang kurangnya 12 (dua
huruf b yang wajib diberikan kepada belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
pekerja/buruh yaitu cuti tahunan, paling bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas)
sedikit 12 (dua belas) hari kerja setelah bulan secara terus menerus; dan
pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja
selama 12 (dua belas) bulan secara terus
menerus.
(4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau
perjanjian kerja bersama.

FSPMI-KSPI 19
(5) Selain waktu istirahat dan cuti d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 Istirahat panjang terancam hilang. Hal ini karena
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun dalam RUU Cipta kerja terdapat frasa “dapat
dan ayat (3), perusahaan dapat memberikan ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) meberikan”. Sehingga pengusaha bisa diberikan,
cuti panjang yang diatur dalam perjanjian bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja bisa juga tidak memberikan istirahat panjang.
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus
kerja bersama. pada perusahaan yang sama dengan
ketentuanpekerja/buruh tersebut tidak berhak
lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua)
tahun berjalandan selanjutnya berlaku untuk
setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.
Penjelasan: Selama menjalankan istirahat
panjang, pekerja/buruh diberi uang
kompensasi hak istirahat tahunan tahun
kedelapan sebesar ½ (setengah) bulan gaji
dan bagi perusahaan yang telah
memberlakukan istirahat panjang yang lebih
baik dari ketentuan undang-undang ini, maka
tidak boleh mengurangi dari ketentuan yang
sudah ada.
(3) Pelaksanaan waktu istirahat tahunan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c
diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
(4) Hak istirahat panjang sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) huruf d hanya
berlaku bagipekerja/buruh yang bekerja pada
perusahaan tertentu.
(5) Perusahaan tertentu sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) diatur dengan
Keputusan Menteri.

FSPMI-KSPI 20
PENGUPAHAN
PASAL 88 (1) Setiap pekerja/buruh berhak atas (1) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. penghasilan yang memenuhi penghidupan
yang layakbagi kemanusiaan.
(2) Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan
pengupahan nasional sebagai salah satu upaya (2) Untuk mewujudkan penghasilan yang
mewujudkan hak pekerja/buruh atas memenuhi penghidupan yang layak bagi
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), pemerintah menetapkan kebijakan
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan
pengupahan yangmelindungi pekerja/buruh.
pengupahan nasional diatur dalam Peraturan
Pemerintah. (3) Kebijakan pengupahan yang melindungi
pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2)meliputi :
a. upah minimum;
b. upah kerja lembur;
c. upah tidak masuk kerja karena
berhalangan;
d. upah tidak masuk kerja karena melakukan
kegiatan lain di luar pekerjaannya;
e. upah karena menjalankan hak waktu
istirahat kerjanya;
f. bentuk dan cara pembayaran upah;
g. denda dan potongan upah;
h. hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan
upah;
i. struktur dan skala pengupahan yang
proporsional;
j. upah untuk pembayaran pesangon; dank.
upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

FSPMI-KSPI 21
(4) Pemerintah menetapkan upah minimum
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf a
berdasarkan kebutuhan hidup layak dan
dengan memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi.
PASAL 88 A (1) Hak pekerja/buruh atas upah timbul pada
saat terjadi hubungan kerja antara
TAMBAHAN
pekerja/buruh dengan pengusaha dan berakhir
pada saat putusnya hubungan kerja.
(2) Pengusaha wajib membayar upah kepada
pekerja/buruh sesuai kesepakatan atau sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh
upah yang sama untuk pekerjaan yang sama
nilainya.
PASAL 88 B Upah ditetapkan berdasarkan: Upah ditetapkan berdasarkan satuan waktu,
berpotensi menjadi dasar perhitungan upah per jam.
a. satuan waktu; dan/atau
TAMBAHAN b. satuan hasil.
(1) Gubernur menetapkan upah minimum PASAL INI SANGAT BERBAHAYA, KARENA
sebagai jaring pengaman. MENGHILANGKAN UPAH MINIMUM
PASAL 88 C
KABUPATEN/KOTA DAN UPAH MINIMUM
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud
TAMBAHAN SEKTORAL.
pada ayat (1) merupakan upah minimum
provinsi.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan “jarring
pengaman” adalah batas upah terendah yang
wajib dibayar pengusaha kepada
pekerja/buruh.
PASAL 88 D (1) Upah minimum sebagaimana dmaksud Formula kenaikan upah minimum lebih rendah dari
dalam Pasal 88C ayat (2) dihitung dengan yang saat ini berlaku (PP 78/2015), yaitu hanya
TAMBAHAN
menggunakan formula perhitungan upah berdasarkan pertumbuhan ekonomi. Padahal

FSPMI-KSPI 22
minimum sebagai berikut: sebelumnya berdasarkan inflansi dan pertumbuhan
ekonomi.
UMt+1 = Umt + (Umt x %Pet)
Sebagai catatan, formula sesuai PP 78/2015 ditolak
(2) Untuk pertama kali setelah berlakunya
oleh kaum buruh, karena ditetapkan tanpa ada
Undang-Undang ini, UMt sebagaimana
perundingan dengan serikat pekerja dan tidak
dimaksud pada ayat (1) merupakan upah
melalui survey KHL.
minimum yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan pelaksanaan Undang-
Undang Ketenagakerjaan terkait pengupahan.
(3) Data yang digunkan untuk menghitung
upah minimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupaan data yang bersumber dari
lembaga yang berwenang di bidang statistik.
(4) Ketetuan lebih lanjut mengenai upah
minimum diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penjelasan:
UMt+1 yaitu upah minimum yang akan
ditetapkan.
UMt yaitu upah minimum tahun berjalan.
%PEt yaitu besaran pertumbuhan Produk
Domestik Bruto wilayah provinsi.
PASAL 88 E (1) Untuk menjaga keberlangsungan usaha Upah padat karya yang nilainya di bawah upah
dan memberikan perlindungan kepada minimum akan diberlakukan.
pekerja/buruh industri padat karya, pada
TAMBAHAN industri padat karya ditetapkan upah minimum
tersendiri.
(2) Upah minimum pada industri padat karya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
ditetapkan oleh Gubernur.
(3) Upah minimum pada industri padat karya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung

FSPMI-KSPI 23
dengan menggunakan formula tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai upah
minimum industri padat karya dan formula
tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PASAL 88 F (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal 88E ayat
(1) berlaku bagi pekerja/buruh dengan masa
TAMBAHAN kerja kurang dari 1 (satu) tahun pada
perusahaan yang bersangkutan.
(2) Pengusaha dilarang membayar upah lebih
rendah dari upah minimum sebagaimana
dimaksud pada Pasal 88C ayat (2) dan Pasal
88E ayat (1).
PASAL 88 G (1) Dalam hal gubernur : Pemerintah menggunakan tangan besi (otoriter),
dengan memberikan sanksi jika menetapkan upah
a. tidak menetapkan upah minimum dan/atau
minimum tidak sesuai dengan RUU Cipta Kerja.
upah minimum industri padat karya; atau
TAMBAHAN
Hal ini melanggar Konvensi ILO, yang menyebutkan
b. menetapkan upah minimum dan/atau upah
penetapan upah minimum harus dirundingkan oleh
minimum industri padat karya tidak sesuai
tripartite.
dengan ketentuan, dikenai sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang pemerintahan daerah.
(2) Dalam hal gubernur dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), upah
minimum yang berlaku yaitu upah minimum
tahun sebelumnya.
PASAL 89 DIHAPUS (1) Upah minimum sebagaimana dimaksud Tidak ada lagi upah minimum yang didasarkan atas
dalam Pasal 88 ayat (3) huruf a dapat terdiri (a) upah minimum berdasarkan wilayah provinsi
atas : atau kabupaten/kota; dan (b) upah minimum
berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau
a. upah minimum berdasarkan wilayah

FSPMI-KSPI 24
provinsi atau kabupaten/kota; kabupaten/kota.
b. upah minimum berdasarkan sektor pada
wilayah provinsi atau kabupaten/kota.
(2) Upah minimum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) diarahkan kepada pencapaian
kebutuhanhidup layak.
(3) Upah minimum sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur
denganmemperhatikan rekomendasi dari
Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau
Bupati/Walikota.
(4) Komponen serta pelaksanaan tahapan
pencapaian kebutuhan hidup layak
sebagaimanadimaksud dalam ayat (2) diatur
dengan Keputusan Menteri
PASAL 90 DIHAPUS 1) Pengusaha dilarang membayar upah lebih Tidak ada lagi larangan membayar upah di bawah
rendah dari upah minimum sebagaimana upah minimum.
dimaksud dalam Pasal 89.
(2) Bagi pengusaha yang tidak mampu
membayar upah minimum sebagaimana
dimaksud dalamPasal 89 dapat dilakukan
penangguhan.
(3) Tata cara penangguhan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan
Keputusan Menteri.
PASAL 90 A Upah di atas upah minimum ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha
TAMBAHAN
dengan pekerja/buruh di perusahaan.

FSPMI-KSPI 25
PASAL 90 B (1) Ketentuan upah minimum sebagaimana Upah minimum adalah upah terendah. Tidak boleh
dimaksud dalam Pasal 88C ayat (2) dan Pasal ada buruh yang mendapatkan yang mendapatkan
TAMBAHAN
88E ayat (1) dikecualikan bagi Usaha Mikro upah di bawah upah minimum.
dan Kecil.
(2) Upah pada Usaha Mikro dan Kecil
ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
pengusaha dengan pekerja/buruh di
perusahaan.
(3) Kesepakatan upah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) harus di atas angka garis
kemiskinan yang diterbitkan oleh lembaga
yang berwenang di bidang statistik.
(4) Ketentuan mengenai kriteria Usaha Mikro
dan Kecil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
PASAL 91 DIHAPUS (1) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan Dihapusnya pasal ini, memungkinkan pengusaha
atas kesepakatan antara pengusaha dan untuk membuat kesepakatan dengan buruh untuk
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat membayar upah di bawah upah minimum.
buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan
pengupahan yang ditetapkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) lebih rendah atau
bertentangandengan peraturan perundang-
undangan, kesepakatan tersebut batal demi
hukum, danpengusaha wajib membayar upah
pekerja/buruh menurut peraturan perundang-
undangan yangberlaku.
PASAL 92 1) Pengusaha menyusun struktur dan skala 1) Pengusaha menyusun struktur dan skala Golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan, dan
upah di perusahaan. upah dengan memperhatikan golongan, kompetensi tidak lagi diperhatikan dalam menyusun
jabatan, masa kerja, pendidikan, dan struktur dan skala upah.
Penjelasan: Penyusunan struktur dan skala
kompetensi.
upah dimaksudkan sebagai pedoman

FSPMI-KSPI 26
penetapan upah sehingga terdapat kepastian Penjelasan: Penyusunan struktur dan skala
upah tiap pekerja/buruh serta untuk upah dimaksudkan sebagai pedoman
mengurangi kesenjangan antara upah penetapan upah sehingga terdapat kepastian
terendah dan tertinggi di perusahaan yang upah tiap pekerja/buruh serta untuk
bersangkutan. mengurangi kesenjangan antara upah
terendah dan tertinggi di perusahaan yang
bersangkutan.

(2) Pengusaha melakukan peninjauan upah Dibuat pasal tersendiri, Pasal 92 A


secara berkala dengan memperhatikan
kemampuan perusahaan dan produktivitas.
(3) Ketentuan mengenai struktur dan skala
upah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Keputusan Menteri.
(2) Struktur dan skala upah sebagaimana Struktur dan skala upah digunakan sebagai pedoman
dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai untuk penetapan upah berdasarkan satuan waktu.
pedoman untuk penetapan upah berdasarkan Bukan agar terdapat kepastian upah tiap
satuan waktu. pekerja/buruh serta untuk mengurangi kesenjangan
antara upah terendah dan tertinggi di perusahaan
yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud dalam
penjelasan Ayat (1)
PASAL 92 A Pengusaha melakukan peninjauan upah secara
berkala dengan memperhatikan kemampuan
TAMBAHAN
perusahaan dan produktivitas.
Penjelasan: Peninjauan upah dilakukan untuk
penyesuaian harga kebutuhan hidup, prestasi
kerja, perkembangan, dan kemampuan
perusahaan
PASAL 93 (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh (1) Upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh
tidak melakukan pekerjaan. tidak melakukan pekerjaan.
Penjelasan: Ketentuan ini merupakan asas Penjelasan: Ketentuan ini merupakan asas

FSPMI-KSPI 27
yang pada dasarnya berlaku untuk semua yang pada dasarnya berlaku untuk semua
pekerja/buruh, kecuali apabila pekerja/buruh pekerja/buruh, kecuali apabila pekerja/buruh
yang bersangkutan tidak dapat melakukan yang bersangkutan tidak dapat melakukan
pekerjaan bukan karena kesalahannya. pekerjaan bukan karena kesalahannya.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) tidak berlaku dan pengusaha wajib ayat (1) tidak berlaku, dan pengusaha wajib
membayar upah apabila: membayar upah apabila :
HILANG a. pekerja/buruh sakit sehingga tidak dapat Tidak ada ketentuan pekerja yang tidak masuk kerja
melakukan pekerjaan; karena sakit harus tetap dibayar.
Penjelasan: Yang dimaksud pekerja/buruh
sakit ialah sakit menurut keterangan dokter
a. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
tidak melakukan pekerjaan karena berhalang-
an;
b. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau
tidak melakukan pekerjaan karena melakukan
kegiatan lain diluar pekerjaannya dan telah
mendapatkan persetujuan pengusaha;
HILANG b. pekerja/buruh perempuan yang sakit pada Tidak ada lagi cuti haid bagi pekerja perempuan
hari pertama dan kedua masa haidnya
sehingga tidak dapat melakukan pekerjaan;
HILANG c. pekerja/buruh tidak masuk bekerja karena Tidak ada ketentuan pekerja/buruh tidak masuk
pekerja/buruh menikah, menikahkan, meng- bekerja karena pekerja/buruh menikah, menikahkan,
khitankan, membaptiskan anaknya, isteri me- mengkhitankan, membaptiskan anaknya, isteri mela-
lahirkan atau keguguran kandungan, suami hirkan atau keguguran kandungan, suami atau isteri
atau isteri atauanak atau menantu atau orang atauanak atau menantu atau orang tua atau mertua
tua atau mertua atau anggota keluarga dalam atau anggota keluarga dalam satu rumah meninggal
satu rumah meninggal dunia; dunia; upahnya harus tetap dibayar.
HILANG d. pekerja/buruh tidak dapat melakukan Tidak ada lagi ketetuan pekerja/buruh tidak dapat
pekerjaannya karena sedang menjalankan melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan

FSPMI-KSPI 28
kewajiban terhadap negara; kewajiban terhadap negara; upahnya harus tetap
dibayar.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan menja-
lankan kewajiban terhadap negara adalah
melaksanakan kewajiban negara yang telah
diatur dengan peraturan perundang-
undangan.
Pembayaran upah kepada pekerja/buruh yang
menjalankan kewajiban terhadap negara
dilaksanakan apabila: negara tidak melaku-
kan pembayaran; atau negara membayar ku-
rang dari upah yang biasa diterima pekerja/
buruh, dalam hal ini maka pengusaha wajib
membayar kekurangannya.
HILANG e. pekerja/buruh tidak dapat melakukan Tidak ada lagi ketentuan, pekerja/buruh tidak dapat
pekerjaannya karena menjalankan ibadah melakukan pekerjaannya karena menjalan-kan
yangdiperintahkan agamanya; ibadah yang diperintahkan agamanya; upahnya harus
tetap dibayar.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan
menjalankan kewajiban ibadah menurut
agamanya adalah melaksanakan kewajiban
ibadah menurut agamanya yang telah diatur
dengan peraturan perundang-undangan
c. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerja- f. pekerja/buruh bersedia melakukan pekerja-
an yang telah dijanjikan tetapi pengusaha tidak an yang telah dijanjikan tetapi pengusaha
mempekerjakannya karena kesalahan pengu- tidakmempekerjakannya, baik karena kesala-
saha sendiri atau halangan yang seharusnya han sendiri maupun halangan yang seharusnya
dapat dihindari pengusaha; atau dapat dihindari pengusaha;
d. pekerja/buruh tidak masuk kerja dan/atau g. pekerja/buruh melaksanakan hak istirahat;
tidak melakukan pekerjaan karena menjalan-
kan hak waktu istirahat atau cutinya.
HILANG h. pekerja/buruh melaksanakan tugas serikat Tidak ada lagi kebebasan bersearikat
pekerja/serikat buruh atas persetujuan

FSPMI-KSPI 29
pengusaha; dan
HILANG i. pekerja/buruh melaksanakan tugas
pendidikan dari perusahaan.
HILANG (3) Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang sakit sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2)huruf a sebagai
berikut :
a. untuk 4 (empat) bulan pertama, dibayar
100% (seratus perseratus) dari upah;
b. untuk 4 (empat) bulan kedua, dibayar
75% (tujuh puluh lima perseratus) dari upah;
c. untuk 4 (empat) bulan ketiga, dibayar
50% (lima puluh perseratus) dari upah; dan
d. untuk bulan selanjutnya dibayar 25% (dua
puluh lima perseratus) dari upah sebelum
pemutusanhubungan kerja dilakukan oleh
pengusaha.
HILANG (4) Upah yang dibayarkan kepada
pekerja/buruh yang tidak masuk bekerja
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c
sebagai berikut :
a. pekerja/buruh menikah, dibayar untuk
selama 3 (tiga) hari;
b. menikahkan anaknya, dibayar untuk
selama 2 (dua) hari;
c. mengkhitankan anaknya, dibayar untuk
selama 2 (dua) hari
d. membaptiskan anaknya, dibayar untuk
selama 2 (dua) hari;

FSPMI-KSPI 30
e. isteri melahirkan atau keguguran
kandungan, dibayar untuk selama 2 (dua)
hari;
f. suami/isteri, orang tua/mertua atau anak
atau menantu meninggal dunia, dibayar
untuk selama 2(dua) hari; dan
g. anggota keluarga dalam satu rumah
meninggal dunia, dibayar untuk selama 1
(satu) hari.
HILANG (5) Pengaturan pelaksanaan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai
pembayaran upah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
PASAL 94 Dalam hal komponen upah terdiri atas upah Dalam hal komponen upah terdiri dari upah
pokok dan tunjangan tetap, besarnya upah pokok dan tunjangan tetap maka besarnya
pokok paling sedikit 75 % (tujuh puluh lima upah pokok sedikit-dikitnya 75 % (tujuh
perseratus) dari jumlah upah pokok dan puluh lima perseratus) dari jumlah upah
tunjangan tetap. pokok dan tunjangan tetap.
Penjelasan: Yang dimaksud dengan Penjelasan: Yang dimaksud dengan
tunjangan tetap dalam pasal ini adalah tunjangan tetap dalam pasal ini adalah
pembayaran kepada pekerja/buruh yang pembayaran kepada pekerja/buruh yang
dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan dilakukan secara teratur dan tidak dikaitkan
dengan kehadiran pekerja/buruh atau dengan kehadiran pekerja/buruh atau
pencapaian prestasi kerja tertentu. pencapaian prestasi kerja tertentu.
PASAL 95 HILANG (1) Pelanggaran yang dilakukan oleh Tidak ada lagi denda keterlambatan upah bagi
pekerja/buruh karena kesengajaan atau pengusaha yang terlambat membayar upah buruh.
kelalaiannya dapat dikenakan denda. Akibatnya, pengusaha akan mengulur-ulur waktu
pembayaran upah.
(2) Pengusaha yang karena kesengajaan atau

FSPMI-KSPI 31
kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan
pembayaran upah, dikenakan denda sesuai
dengan persentase tertentu dari upah
pekerja/buruh.
(3) Pemerintah mengatur pengenaan denda
kepada pengusaha dan/atau pekerja/buruh,
dalampembayaran upah.
(1) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit (4) Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit Mengabaikan Putusan MK No. 67/PUU-XI/2013
atau dilikuidasi berdasarkan ketentuan atau dilikuidasi berdasarkan peraturan tanggal 11 September 2014 yang intinya, pembaya-
peraturan perundang-undangan, upah dan hak perundang-undangan yang berlaku, maka ran upah pekerja/buruh yang terhutang didahulukan
lainnya yang belum diterima oleh upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh atas semua jenis kreditur termasuk atas tagihan kre-
pekerja/buruh merupakan utang yang merupakan utang yang didahulukan pem- ditur separatis, tagihan hak negara, kantor lelang,
didahulukan pembayarannya. bayarannya. dan badan umum yang dibentuk Pemerintah, sedang-
kan pembayaran hak-hak pekerja/buruh lainnya di-
(2) Upah pekerja/buruh sebagaimana dimak-
dahulukan atas semua tagihan termasuk tagihan hak
sud pada ayat (1) didahulukan pembayarannya
sebelum pembayaran kepada para kreditur
pemegang hak jaminan kebendaan.
(3) Hak lainnya dari pekerja/buruh sebagai-
mana dimaksud pada ayat (1) didahulukan
pembayarannya setelah pembayaran kepada
para kreditur pemegang hak jaminan
kebendaan.
PASAL 96 DIHAPUS Tuntutan pembayaran upah pekerja/buruh dan
segala pembayaran yang timbul dari hubung-
an kerja menjadi kadaluwarsa setelah melam-
paui jangka waktu 2 (dua) tahun sejak timbul-
nya hak.
PASAL 97 DIHAPUS Ketentuan mengenai penghasilan yang layak, Tidak ada lagi kewajiban pemerintah untuk
kebijakan pengupahan, kebutuhan hidup la- mengatur mengenai penghasiulan yang layak,
yak, dan perlindungan pengupahan sebagai- kebutuhan hidup layak, dan perlindungan
mana dimaksud dalam Pasal 88, penetapan pengupahan.
upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pemerintah bisa dianggap lepas tangan dan

FSPMI-KSPI 32
Pasal 89, dan pengenaan denda sebagaimana menyerahkan upah pada mekanisme pasar.
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
PASAL 98 (1) Untuk memberikan saran dan 1) Untuk memberikan saran, pertimbangan,
pertimbangan kepada Pemerintah dalam dan merumuskan kebijakan pengupahan yang
rangka perumusan kebijakan pengupahan serta akan ditetapkan oleh pemerintah, serta untuk
pengembangan sistem pengupahan nasional pengembangan sistem pengupahan nasional
dibentuk dewan pengupahan. dibentuk Dewan Pengupahan Nasional,
Provinsi, dan Kabupaten/Kota.
(2) Dewan pengupahan terdiri atas unsur
Pemerintah, organisasi pengusaha, serikat (2) Keanggotaan Dewan Pengupahan
pekerja/serikat buruh, pakar dan akademisi. sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri
dari unsurpemerintah, organisasi pengusaha,
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
serikat pekerja/-serikat buruh, perguruan
pembentukan, komposisi keanggotaan, tata
tinggi, dan pakar.
cara pengangkatan dan pemberhentian keang-
gotaan, serta tugas dan tata kerja dewan peng- (3) Keanggotaan Dewan Pengupahan tingkat
upahan, diatur dengan Peraturan Pemerintah. Nasional diangkat dan diberhentikan oleh Pre-
siden, sedangkan keanggotaan Dewan Pengu-
pahan Provinsi, Kabupaten/Kota diangkat
dandiberhentikan oleh Gubenur/ Bupati/Wali-
kota.
(4) Ketentuan mengenai tata cara pembentu-
kan, komposisi keanggotaan, tata cara peng-
angkatan dan pemberhentian keanggotaan,
serta tugas dan tata kerja Dewan Pengupahan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2), diatur dengan Keputusan Presiden.
PHK DAN PESANGON
PASAL 150 Pemutusan hubungan kerja dalam Undang- Ketentuan mengenai pemutusan hubungan
Undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi
kerja yang terjadi di badan usaha yang pemutusan hubungan kerja yang terjadi di
berbadan hukum atau tidak, milik orang badan usaha yang berbadan hukum atau tidak,

FSPMI-KSPI 33
perseorangan, milik persekutuan atau milik milik orangperseorangan, milik persekutuan
badan hukum, baik milik swasta maupun milik atau milik badan hukum, baik milik swasta
negara, milik usaha sosial maupun usaha lain maupun miliknegara, maupun usaha-usaha
yang mempunyai pengurus dan sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai
mempekerjakan orang lain dengan membayar pengurus dan mempekerjakan orang lain
upah atau imbalan dalam bentuk lain. dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
PASAL 151 (1) Pemutusan hubungan kerja dilaksanakan (1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat  Tidak ada lagi keharusan bagi pengusaha,
berdasarkan kesepakatan antara pengusaha pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan
dengan pekerja/buruh. segala upaya harus mengusahakan agar jangan pemerintah, mengusahakan agar jangan terjadi
terjadi pemutusan hubungan kerja pemutusan hubungan kerja

(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan,  Pengusaha yang melakukan PHK tidak lagi
tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat berwajiban merundingkannya dengan serikat
dihindari, maka maksud pemutusan hubungan pekerja.
kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan  HAL INI JELAS INGIN MENYINGKIRKAN
serikat pekerja/serikat buruh atau dengan EKSISTENSI DARI SERIKAT PEKERJA.
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat
pekerja/serikat buruh.
(2) Dalam hal kesepakatan sebagaimana (3) Dalam hal perundingan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak
penyelesaian pemutusan hubungan kerja menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya
dilakukan melalui prosedur penyelesaian dapat memutuskan hubungan kerja dengan
perselisihan hubungan industrial sesuai pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan
dengan ketentuan peraturan perundang- dari lembaga penyelesaian perselisihan
undangan. hubungan industrial.
PASAL 151 A Kesepakatan dalam pemutusan hubungan PHK semakin mudah dilakukan, karena dalam UU
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 13/2003 PHK yang tanpa izin hanya mencakup 4
ayat (1) tidak diperlukan dalam hal: (empat) hal, yaitu:
TAMBAHAN
a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan a. pekerja/buruh masih dalam masa percobaan
kerja; kerja, bilamana telah dipersyaratkan secara
tertulis sebelumnya;
b. pekerja/buruh melakukan pelanggaran

FSPMI-KSPI 34
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, b. pekerja/buruh mengajukan permintaan
peraturan perusahan, atau perjanjian kerja pengunduran diri, secara tertulis atas
bersama dan telah diberikan surat peringatan kemauansendiri tanpa ada indikasi adanya
pertama, kedua, dan ketiga secara berturut- tekanan/intimidasi dari pengusaha, berakhirnya
turut; hubungankerja sesuai dengan perjanjian kerja
waktu tertentu untuk pertama kali;
c. pekerja/buruh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri; c. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai
dengan ketetapan dalam perjanjian kerja,
d. pekerja/buruh dan pengusaha berakhir
peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama,
hubungan kerjanya sesuai perjanjian kerja
atau peraturan perundang-undangan;
waktu tertentu;
d. atau pekerja/buruh meninggal dunia.
e. pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai
dengan perjanjian kerja, peraturan perusahaan,
atau perjanjian kerja bersama;
f. pekerja/buruh meninggal dunia;
g. perusahaan tutup yang disebabkan karena
keadaan memaksa (force majeur); atau
h. perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan
putusan pengadilan niaga.
PASAL 152 DIHAPUS (1) Permohonan penetapan pemutusan Dengan dihapuskannya pasal ini, maka tidak ada lagi
hubungan kerja diajukan secara tertulis kewajiban untuk melakukan perundingan ketika
kepada lembaga penyelesaian perselisihan pengusaha hendak melakukan PHK.
hubungan industrial disertai alasan yang
menjadi dasarnya.
(2) Permohonan penetapan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat diterima oleh
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial apabila telah dirundingkan sebagai-
mana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (2).
(3) Penetapan atas permohonan pemutusan
hubungan kerja hanya dapat diberikan oleh
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan

FSPMI-KSPI 35
industrial jika ternyata maksud untuk memu-
tuskan hubungan kerja telah dirundingkan,
tetapi perundingan tersebut tidak menghasil-
kan kesepakatan.
PASAL 153 (1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan 1) Pengusaha dilarang melakukan pemutusan
hubungan kerja dengan alasan: hubungan kerja dengan alasan :
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja a.pekerja/buruh berhalangan masuk kerja
karena sakit menurut keterangan dokter karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 (dua selamawaktu tidak melampaui 12 (dua
belas) bulan secara terus-menerus; belas) bulan secara terus-menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan b.pekerja/buruh berhalangan menjalankan
pekerjaannya karena memenuhi kewajiban pekerjaannya karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan terhadap negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang peraturan perundang-undangan yang
berlaku; berlaku;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang c.pekerja/buruh menjalankan ibadah yang
diperintahkan agamanya; diperintahkan agamanya;
d. pekerja/buruh menikah; d.pekerja/buruh menikah;
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahir- e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahir-
kan, gugur kandungan, atau menyusui bayi- kan, gugur kandungan, atau menyusui bayi-
nya; nya;
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah
dan/atau ikatan perkawinan dengan dan/atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu pekerja/buruh lainnya di dalam satu
perusahaan; perusahaan, kecuali telah diatur dalam
perjanjian kerja,peraturan perusahan, atau
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi
perjanjian kerja bersama;
anggota dan/atau pengurus serikat
pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh g.pekerja/buruh mendirikan, menjadi
melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat anggota dan/atau pengurus serikat
buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam pekerja/serikatburuh, pekerja/buruh
kerja atas kesepakatan pengusaha, atau melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat

FSPMI-KSPI 36
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam buruh di luar jam kerja, atau didalam jam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau kerja atas kesepakatan pengusaha, atau
perjanjian kerja bersama; berdasarkan ketentuan yang diatur
dalamperjanjian kerja, peraturan perusahaan,
h. pekerja/buruh mengadukan pengusaha
atau perjanjian kerja bersama;
kepada pihak yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak h.pekerja/buruh yang mengadukan
pidana kejahatan; pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatanpengusaha yang melakukan tindak
i. pekerja/buruh berbeda paham, agama,
pidana kejahatan;
aliran politik, suku, warna kulit, golongan,
jenis kelamin, kondisi fisik, atau status i. karena perbedaan paham, agama, aliran
perkawinan; politik, suku, warna kulit, golongan,
jeniskelamin, kondisi fisik, atau status
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
perkawinan;
sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat j.pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,
keterangan dokter yang jangka waktu sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
penyembuhannya belum dapat dipastikan. karena hubungan kerja yang menurut surat
keterangan dokter yang jangka waktu
(2) Pemutusan hubungan kerja yang
penyembuhannya belum dapat dipastikan.
dilakukan dengan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) batal demi hukum (2) Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
dan pengusaha wajib mempekerjakan dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam
kembali pekerja/buruh yang bersangkutan ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha
wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh
yang bersangkutan.
PASAL 154 DIHAPUS Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Diadopsi ke dalam Pasal 151 A
Pasal 151 ayat (3) tidak diperlukan dalam hal :
e. pekerja/buruh masih dalam masa perco-
baan kerja, bilamana telah dipersyaratkan
secara tertulis sebelumnya;
f. pekerja/buruh mengajukan permintaan
pengunduran diri, secara tertulis atas
kemauansendiri tanpa ada indikasi ada-
nya tekanan/intimidasi dari pengusaha,

FSPMI-KSPI 37
berakhirnya hubungankerja sesuai deng-
an perjanjian kerja waktu tertentu untuk
pertama kali;
g. pekerja/buruh mencapai usia pensiun
sesuai dengan ketetapan dalam perjanjian
kerja,peraturan perusahaan, perjanjian
kerja bersama, atau peraturan perundang-
undangan; atau
h. pekerja/buruh meninggal dunia.
PASAL 154 A (1) Pemutusan hubungan kerja dapat terjadi Pasal ini sangat berbahaya, karena pengusaha bisa
karena alasan: melakukan PHK hanya karena alasan melakukan
efisiensi.
a. perusahaan melakukan penggabungan,
TAMBAHAN
peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
perusahaan;
b. perusahaan melakukan efisiensi;
c. perusahaan tutup yang disebabkan karena
perusahaan mengalami kerugian secara terus
menerus selama 2 (dua) tahun;
d. perusahaan tutup yang disebabkan karena
keadaan memaksa (force majeur).
e. perusahaan dalam keadaan penundaan
kewajiban pembayaran utang;
f. perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan
putusan pengadilan niaga;
g. perusahaan melakukan perbuatan yang
merugikan pekerja/buruh;
h. pekerja/buruh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri;
i. pekerja/buruh mangkir selama 5 (lima)

FSPMI-KSPI 38
hari kerja atau lebih secara berturut-turut
tanpa keterangan secara tertulis;
j. pekerja/buruh melakukan pelanggaran
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama;
k. pekerja/buruh ditahan pihak yang
berwajib;
l. pekerja/buruh mengalami sakit
berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan
kerja dan tidak dapat melakukan
pekerjaannya setelah melampaui batas 12
(dua belas) bulan;
m. pekerja/buruh memasuki usia pensiun;
atau
n. pekerja/buruh meninggal dunia.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemutusan hubungan kerja diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

PASAL 155 DIHAPUS (1) Pemutusan hubungan kerja tanpa Dipindah ke Pasal 157A
penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
151 ayat (3) batal demi hukum.
(2) Selama putusan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial belum dite-
tapkan, baik pengusaha maupun pekerja/buruh
harus tetap melaksanakan segala kewajiban-
nya.
(3) Pengusaha dapat melakukan penyimpang-
an terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud

FSPMI-KSPI 39
dalamayat (2) berupa tindakan skorsing kepa-
da pekerja/buruh yang sedang dalam proses
pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib
membayar upah beserta hak-hak lainnya yang
biasa diterimapekerja/buruh.
PASAL 156 (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan Hak pekerja yang di PHK untuk mendapatkan yang
kerja, pengusaha wajib membayar uang kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang peggantian hak dihilangkan.
pesangon dan/atau uang penghargaan masa pesangondan atau uang penghargaan masa
kerja. kerja dan uang penggantian hak yang
seharusnya diterima.

(2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana (2) Perhitungan uang pesangon sebagaimana PESANGON TIDAK LAGI MERMAKNA,
dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit dimaksud dalam ayat (1) paling sedikit AKIBAT KERJA KONTRAK DAN
ditentukan berdasarkan: sebagai berikut: OUTSOURCING YANG DIBEBASKAN
SEBEBAS-BEBASNYA.
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 a.masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1
(satu) bulan upah; (satu) bulan upah;
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi b.masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
upah; upah;
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi c.masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan
upah; upah;
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi d.masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat)
upah; bulanupah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih e.masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima)
bulan upah; bulanupah;
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi f.masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi
kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam)
upah; bulanupah;

FSPMI-KSPI 40
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih g.masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh)
bulan upah; bulanupah.
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih h.masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi
tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 kurang dari 8 (delapan) tahun, 8
(delapan) bulan upah; (delapan)bulan upah;
i.masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan) bulan upah.
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
(sembilan) bulan upah.
(3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja (3) Perhitungan uang penghargaan masa kerja UANG PENGHAARGAAN MASA KERJA
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) BERKURANG, DARI MAKSIMAL 10 BULAN
ditetapkan berdasarkan: ditetapkan sebagai berikut : MENJADI HANYA 8 BULAN.
a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua)
upah; bulanupah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi
tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga)
(tiga) bulan upah; bulanupah;
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun,
(empat) bulan upah; 4(empat) bulan upah;
d. masa kerja 12 (duabelas) tahun atau lebih d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun,
(lima) bulan upah; 5(lima) bulan upah;
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun,
tahun, 6 (enam) bulan upah; 6(enam) bulan upah;
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau
lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh
tahun, 7 (tujuh) bulan upah; satu)tahun, 7 (tujuh) bulan upah;

FSPMI-KSPI 41
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau
lebih, 8 (delapan) bulan upah. lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh
empat)tahun, 8 (delapan) bulan upah;
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau
lebih, 10 (sepuluh ) bulan upah.
(4) Pengusaha dapat memberikan uang (4) Uang penggantian hak yang seharusnya Uang penggantian hak terancam hilang.
penggantian hak yang diatur dalam perjanjian diterima sebagaimana dimaksud dalam ayat
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian (1) meliputi :
kerja bersama.
a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum
gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk pekerja/
buruh dan keluarganya ketempat dimana
pekerja/buruh diterima bekerja;
c. penggantian perumahan serta pengobatan
dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan/atau uang
penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi
syarat;
d. hal-hal lain yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau
perjanjiankerja bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai besaran (5) Perubahan perhitungan uang pesangon,
uang pesangon serta uang penghargaan masa perhitungan uang penghargaan masa kerja,
kerja dalam hal terjadi pemutusan hubungan dan uang penggantian hak sebagaimana
kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal dimaksud dalam ayat (2), ayat (3), dan ayat
154A ayat (1) diatur dengan Peraturan (4) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Pemerintah
PASAL 157 (1) Komponen upah yang digunakan sebagai (1) Komponen upah yang digunakan sebagai
dasar perhitungan uang pesangon dan uang dasar perhitungan uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja, terdiri atas: penghargaanmasa kerja, dan uang pengganti
hak yang seharusnya diterima yang tertunda,

FSPMI-KSPI 42
a. upah pokok; terdiri atas :
b. tunjangan tetap yang diberikan kepada a.upah pokok;
pekerja/buruh dan keluarganya.
b. segala macam bentuk tunjangan yang
bersifat tetap yang diberikan kepada
pekerja/buruh dan keluarganya,
HILANG termasuk harga pembelian dari catu yang
diberikan kepada pekerja/buruh secara
cuma-cuma, yang apabila catu harus dibayar
pekerja/buruh dengan subsidi, maka sebagai
upah dianggap selisih antara harga
pembelian dengan harga yang harus dibayar
oleh pekerja/buruh.
(2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh (2) Dalam hal penghasilan pekerja/buruh
dibayarkan atas dasar perhitungan harian, dibayarkan atas dasar perhitungan harian,
upah sebulan sama dengan 30 (tiga puluh) kali makapenghasilan sebulan adalah sama dengan
penghasilan sehari. 30 kali penghasilan sehari.
(3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan (3) Dalam hal upah pekerja/buruh dibayarkan
atas dasar perhitungan satuan hasil, upah atas dasar perhitungan satuan hasil, potongan/
sebulan sama dengan penghasilan rata-rata borongan atau komisi, maka penghasilan
selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan sehari adalah sama dengan pendapatan rata-
ketentuan tidak boleh kurang dari ketentuan rata per hari selama 12 (dua belas) bulan
upah minimum. terakhir, dengan ketentuan tidak boleh kurang
dari ketentuan upah minimum provinsi atau
kabupaten/kota.
HILANG (4) Dalam hal pekerjaan tergantung pada
keadaan cuaca dan upahnya didasarkan pada
upah borongan, maka perhitungan upah
sebulan dihitung dari upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir.

FSPMI-KSPI 43
157 A (1) Selama proses penyelesaian perselisihan Tidak ada lagi ketentuan yang mengatur, bahwa
hubungan industrial, pengusaha dan pekerja/ PHK tanpa adanya penetapan dari lembaga
buruh harus tetap melaksanakan kewajiban- penyelesaian perselisihan hubungan industrial
nya. BATAL DEMI HUKUM.
(2) Pengusaha dapat melakukan tindakan
skorsing kepada pekerja/buruh yang sedang
dalam proses penyelesaian perselisihan hubu-
ngan industrial dengan tetap membayar upah
beserta hak lainnya yang biasa diterima
pekerja/buruh.
PASAL 158 DIHAPUS (1) Pengusaha dapat memutuskan hubungan
kerja terhadap pekerja/buruh dengan alasan
pekerja/buruh telah melakukan kesalahan
berat sebagai berikut :
a. melakukan penipuan, pencurian, atau
penggelapan barang dan/atau uang
milikperusahaan;
b. memberikan keterangan palsu atau yang
dipalsukan sehingga merugikan perusahaan;
c. mabuk, meminum minuman keras yang
memabukkan, memakai dan/atau mengedar-
kan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya di lingkungan kerja;
d. melakukan perbuatan asusila atau perjudian
di lingkungan kerja;
e. menyerang, menganiaya, mengancam, atau
mengintimidasi teman sekerja ataupengusaha
di lingkungan kerja;
f. membujuk teman sekerja atau pengusaha
untuk melakukan perbuatan yangbertentangan
dengan peraturan perundang-undangan;

FSPMI-KSPI 44
g. dengan ceroboh atau sengaja merusak atau
membiarkan dalam keadaan bahaya barang
milik perusahaan yang menimbulkan kerugian
bagi perusahaan;
h. dengan ceroboh atau sengaja membiarkan
teman sekerja atau pengusaha dalamkeadaan
bahaya di tempat kerja;
i. membongkar atau membocorkan rahasia
perusahaan yang seharusnya dirahasiakan
kecuali untuk kepentingan negara; atau
j. melakukan perbuatan lainnya di lingkungan
perusahaan yang diancam pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih.
(2) Kesalahan berat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus didukung dengan bukti
sebagaiberikut :
a. pekerja/buruh tertangkap tangan;
b. ada pengakuan dari pekerja/buruh yang
bersangkutan; atau
c. bukti lain berupa laporan kejadian yang
dibuat oleh pihak yang berwenang di
perusahaan yang bersangkutan dan didukung
oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
saksi.
(3) Pekerja/buruh yang diputus hubungan
kerjanya berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksuddalam ayat (1), dapat memperoleh
uang penggantian hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal156 ayat (4).
(4) Bagi pekerja/buruh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) yang tugas dan fungsinya

FSPMI-KSPI 45
tidakmewakili kepentingan pengusaha secara
langsung, selain uang penggantian hak sesuai
denganketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan
uang pisah yang besarnya dan pelaksanaannya
diaturdalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
PASAL 159 DIHAPUS Apabila pekerja/buruh tidak menerima
pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalamPasal 158 ayat (1),
pekerja/buruh yang bersangkutan dapat
mengajukan gugatan ke lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
PASAL 160 (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak (1) Dalam hal pekerja/buruh ditahan pihak
yang berwajib karena diduga melakukan yang berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana, maka pengusaha tidak wajib tindak pidana bukan atas pengaduan
membayar upah tetapi wajib memberikan pengusaha, maka pengusaha tidak wajib
bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang membayar upah tetapi wajib memberikan
menjadi tanggungannya dengan ketentuan bantuan kepada keluarga pekerja/buruh yang
sebagai berikut: menjadi tanggungannya denganketentuan
sebagai berikut :
a. untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25%
(dua puluh lima perseratus) dari upah; a. untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25%
(dua puluh lima perseratus) dari upah;
b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35%
(tiga puluh lima perseratus) dari upah; b. untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35%
(tiga puluh lima perseratus) dari upah;
c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45%
(empat puluh lima perseratus) dari upah; c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45%
(empat puluh lima perseratus) dari upah;
d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau
lebih, 50% (lima puluh perseratus) dari upah. d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau
lebih : 50% (lima puluh perseratus) dari
(2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam
upah.
ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak hari pertama (2) Bantuan sebagaimana dimaksud dalam
pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang ayat (1) diberikan untuk paling lama 6 (enam)
bulantakwin terhitung sejak hari pertama

FSPMI-KSPI 46
berwajib. pekerja/buruh ditahan oleh pihak yang
berwajib.
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang (3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh yang
pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan
proses perkara pidana sebagaimana dimaksud pekerjaan sebagaimana mestinya karena
dalam ayat (1). dalam prosesperkara pidana sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
(4) Dalam hal pengadilan memutuskan
perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan (4) Dalam hal pengadilan memutuskan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan tidak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
bersalah, pengusaha wajib mempekerjakan berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan tidak
pekerja/buruh kembali. bersalah, maka pengusaha wajib
mempekerjakan pekerja/buruh kembali.
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan
perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan (5) Dalam hal pengadilan memutuskan
berakhir dan pekerja/buruh dinyatakan perkara pidana sebelum masa 6 (enam) bulan
bersalah, pengusaha dapat melakukan berakhir dan pekerja/ buruh dinyatakan
pemutusan hubungan kerja kepada bersalah, maka pengusaha dapat melakukan
pekerja/buruh yang bersangkutan. pemutusan hubungankerja kepada
pekerja/buruh yang bersangkutan.

HILANG (6) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana Pekerja yang di PHK karena ditahan pihak yang
dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (5) dilaku- berwajib tidak lagi mendapatkan uang pengharagan
kan tanpa penetapan lembaga penyelesaian masa kerja dan penggantian hak.
perselisihan hubungan industrial.
(7) Pengusaha wajib membayar kepada
pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja sebagaimana dimaksud dalam
ayat (3) dan ayat (5), uang penghargaan masa
kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
dalam Pasal 156 ayat(4).

FSPMI-KSPI 47
PASAL 161 DIHAPUS (1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan Dengan dihilangkannya pasal ini, pengusaha bisa
pelanggaran ketentuan yang diatur dalam per- melakukan PHK tanpa didahului dengan adanya
janjian kerja, peraturan perusahaan atau per- surat peringatan.
janjian kerja bersama, pengusaha dapat mela-
kukan pemutusan hubungan kerja, setelah ke-
pada pekerja/buruh yang bersangkutan diberi-
kan surat peringatan pertama, kedua, dan
ketiga secara berturut-turut.
(2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk
paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetap-
kan lain dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atauperjanjian kerja bersama.
(3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja dengan alasan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang
pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal
156ayat (2), uang penghargaan masa kerja
sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat
(3) danuang penggantian hak sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (4).
PASAL 162 DIHAPUS 1) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas Dengan dihapuskannya pasal ini, maka pekerja yang
kemauan sendiri, memperoleh uang penggan- mengundurkan diri tidak mendapatkan apa-apa.
tian haksesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
(2) Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan
diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan
fungsinya tidak mewakili kepentingan pengu-
saha secara langsung, selain menerima uang
penggantian haksesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4) diberikan uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannyadiatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian
kerja bersama.

FSPMI-KSPI 48
(3) Pekerja/buruh yang mengundurkan diri
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus
memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan pengunduran diri
secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari sebelum tanggal mulai pengun-
duran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai
tanggal mulai pengunduran diri.
(4) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan
pengunduran diri atas kemauan sendiri dilaku-
kan tanpa penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.
PASAL 163 DIHAPUS (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dalam
hal terjadi perubahan status, penggabungan,
peleburan, atau perubahan kepemilikan peru-
sahaan danpekerja/buruh tidak bersedia me-
lanjutkan hubungan kerja, maka pekerja/buruh
berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu)
kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
perhargaan masakerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak
sesuai ketentuandalam Pasal 156 ayat (4).
(2) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena
perubahan status, penggabungan, atau pelebu-
ran perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia
menerima pekerja/buruh di perusahaannya,
maka pekerja/buruh berhak atas uang pesang-
on sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156

FSPMI-KSPI 49
ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1
(satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3),
dan uang penggantian hak sesuai ketentuan
dalam Pasal156 ayat (4).
PASAL 164 DIHAPUS (1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan Dengan dihapusnya pasal ini, tidak ada lagi
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena pesangon bagi buruh yang di PHK karena
perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan perusahaan tutup.
mengalami kerugian secara terus menerus
selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa
(force majeur), dengan ketentuan pekerja/
buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4).
(2) Kerugian perusahaan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) harus dibuktikan
dengan laporan keuangan 2 (dua) tahun
terakhir yang telah diaudit oleh akuntan
publik.
(3) Pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh
karenaperusahaan tutup bukan karena
mengalami kerugian 2 (dua) tahun berturut-
turut atau bukankarena keadaan memaksa
(force majeur) tetapi perusahaan melakukan
efisiensi, denganketentuan pekerja/buruh
berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua)
kali ketentuan Pasal 156ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) danuang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156

FSPMI-KSPI 50
ayat (4).

PASAL 165 DIHAPUS Pengusaha dapat melakukan pemutusan Dengan dihapusnya pasal ini, tidak ada lagi
hubungan kerja terhadap pekerja/ buruh pesangon bagi pekerja yang di PHK karena
karena perusahaan pailit, dengan ketentuan perusahaan pailit.
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon
sebesar 1 (satu)kali ketentuan Pasal 156 ayat
(2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1
(satu) kali ketentuanPasal 156 ayat (3) dan
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat (4).
PASAL 166 DIHAPUS Dalam hal hubungan kerja berakhir karena Dengan dihapusnya pasal ini, tidak ada lagi pesangin
pekerja/buruh meninggal dunia, kepada ahli bagi ahli wari karena pekerja meninggal dunia.
warisnya diberikan sejumlah uang yang besar
perhitungannya sama dengan perhitungan 2
(dua) kali uangpesangon sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), 1 (satu) kali uang
penghargaan masa kerja sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat(4).
PASAL 167 DIHAPUS 1) Pengusaha dapat melakukan pemutusan Tidak ada lagi pesangon untuk pekerja yang
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh memasuki usia pensiun.
karena memasuki usia pensiun dan apa-
bila pengusaha telah mengikutkan peker-
ja/buruh pada program pensiun yang
iurannya dibayar penuh oleh pengusaha,
maka pekerja/buruh tidak berhak menda-
patkan uang pesangon sesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan
masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (3), tetapi tetap berhak atas uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal

FSPMI-KSPI 51
156 ayat (4).
2) Dalam hal besarnya jaminan atau manfaat
pensiun yang diterima sekaligus dalam
programpensiun se-bagaimana dimaksud
dalam ayat (1) ternyata lebih kecil
daripada jumlah uangpesangon 2 (dua)
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang
penghargaan masa kerja 1 (satu)kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat(4), maka selisihnya dibayar oleh
pengusaha.
3) Dalam hal pengusaha telah mengikut
sertakan pekerja/buruh dalam program
pensiun yangiurannya/premi-nya dibayar
oleh pengusaha dan pekerja/buruh, maka
yang diperhitungkan dengan uang pesang-
on yaitu uang pensiun yang premi/iuran-
nya dibayar oleh pengusaha.
4) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dapat diatur
lain dalamperjanjian kerja, peraturan
perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
5) Dalam hal pengusaha tidak mengikut
sertakan pekerja/buruh yang mengalami
pemutusan hubungan kerja karena usia
pensiun pada program pensiun maka
pengusaha wajib memberikan kepada
pekerja/buruh uang pesangon sebesar 2
(dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2),
uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali
ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal

FSPMI-KSPI 52
156 ayat (4).
6) Hak atas manfaat pensiun sebagaimana
yang dimaksud dalam ayat (1), ayat (2),
ayat (3), danayat (4) ti-dak
menghilangkan hak pekerja/buruh atas
jaminan hari tua yang bersifat wajib
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
PASAL 168 DIHAPUS (1) Pekerja/buruh yang mangkir selama 5
(lima) hari kerja atau lebih berturut-turut
tanpa keterangansecara tertulis yang
dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah
dipanggil oleh pengusaha 2 (dua) kali secara
patut dan tertulis dapat diputus hubungan
kerjanya karena dikualifikasikan
mengundurkan diri.
(2) Keterangan tertulis dengan bukti yang sah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
harusdiserahkan paling lambat pada hari
pertama pekerja/buruh masuk bekerja.
(3) Pemutusan hubungan kerja sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) pekerja/buruh
yangbersangkutan berhak menerima uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat
(4) dan diberikan uang pisah yang besarnya
dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian
kerja,peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama.
PASAL 169 DIHAPUS (1) Pekerja/buruh dapat mengajukan Pekerja tidak bisa lagi mengajukan PHK dengan
permohonan pemutusan hubungan kerja mendapatkan pesangon ketika pengusaha bertindak
kepada lembaga penyelesaian perselisihan sewenang-wenang.

FSPMI-KSPI 53
hubungan industrial dalam hal pengusaha
melakukan perbuatan sebagai berikut:
a.menganiaya, menghina secara kasar atau
mengancam pekerja/buruh;
b.membujuk dan/atau menyuruh
pekerja/buruh untuk melakukan perbuatan
yangbertentangan dengan peraturan
perundang-undangan;
c.tidak membayar upah tepat pada waktu yang
telah ditentukan selama 3 (tiga) bulanberturut-
turut atau lebih;
d.tidak melakukan kewajiban yang telah
dijanjikan kepada pekerja/ buruh;
e.memerintahkan pekerja/buruh untuk
melaksanakan pekerjaan di luar yang
diperjanjikan;atau
f.memberikan pekerjaan yang membahayakan
jiwa, keselamatan, kesehatan, dankesusilaan
pekerja/buruh sedangkan pekerjaan tersebut
tidak dicantumkan pada perjanjian kerja.
(2) Pemutusan hubungan kerja dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
pekerja/buruhberhak mendapat uang pesangon
2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaanmasa kerja 1 (satu) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak
sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
(3) Dalam hal pengusaha dinyatakan tidak
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat(1) oleh lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial maka

FSPMI-KSPI 54
pengusaha dapatmelakukan pemutusan
hubungan kerja tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihanhubungan industrial
dan pekerja/buruh yang bersangkutan tidak
berhak atas uang pesangonsesuai ketentuan
Pasal 156 ayat (2), dan uang penghargaan
masa kerja sesuai ketentuan Pasal156 ayat (3).
PASAL 170 DIHAPUS Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan
tidak memenuhi ketentuan Pasal 151 ayat (3)
dan Pasal 168, kecuali Pasal 158 ayat (1),
Pasal 160 ayat (3), Pasal 162, dan Pasal 169
batal demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan pekerja/buruh yang
bersangkutan serta membayar seluruh upah
dan hak yang seharusnya diterima.
PASAL 171 DIHAPUS Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
hubungan kerja tanpa penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial
yang berwenang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (1), Pasal 160 ayat (3),
dan Pasal 162, dan pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak dapat menerima
pemutusan hubungan kerja tersebut, maka
pekerja/buruh dapat mengajukan gugatan ke
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial dalam waktupaling lama 1 (satu)
tahun sejak tanggal dilakukan pemutusan
hubungan kerjanya.
PASAL 172 DIHAPUS Pekerja/buruh yang mengalami sakit berke- Nilai pesangon untuk pekerja sakit berkepanjangan,
panjangan, mengalami cacat akibat kecelaka- mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
an kerjadan tidak dapat melakukan pekerjaan- dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui
nya setelah melampaui batas 12 (dua belas) batas 12 (dua belas) bulan HILANG.
bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan
kerja dan diberikan uang pesangon 2 (dua)

FSPMI-KSPI 55
kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja 2 (dua) kali ketentuan
Pasal 156 ayat (3), dan uang pengganti hak 1
(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4).
PASAL 184 DIHAPUS (1) Barang siapa melanggar ketentuan Tidak ada lagi sanksi bagi pengusaha yang tidak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat memberikan kepada pekerja/buruh yang memasuki
(5), dikenakan sanksi pidana penjara paling usia pensiun, berupa uang pesangon sebesar 2 (dua)
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan
(lima) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp masa kerja 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3)
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus 156 ayat (4).
juta rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
kejahatan.
SANKSI-SANKSI
PASAL 185 1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan Sanksi pidana untuk pelanggaran Pasal 42 ayat (1),
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1), dan Pasal 160 ayat (7) dihapus.
 Pasal 42 ayat (2),  Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 42 Ayat (1): Setiap pemberi kerja yang
mempekerjakan tenaga kerja asing wajib memiliki
 Pasal 68,  Pasal 68, izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
 Pasal 69 ayat (2),  Pasal 69 ayat (2), Pasal 90 Ayat (1): Pengusaha dilarang membayar
 Pasal 80,  Pasal 80, upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 89
 Pasal 82,  Pasal 82,
Pasal 160 Ayat (7): Pengusaha wajib membayar
 Pasal 88A ayat (2),  Pasal 90 ayat (1), kepada pekerja/buruh yang mengalami pemutusan
 Pasal 88F ayat (2),  Pasal 143, dan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (5), uang penghargaan masa kerja 1 (satu)
 Pasal 143,  Pasal 160 ayat (4) dan ayat (7), kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang
 Pasal 156 ayat (1) dan dikenakan sanksi pidana penjara paling penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama ayat (4).

FSPMI-KSPI 56
 Pasal 160 ayat (4), 4(empat) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan
dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 1
palingbanyak Rp 400.000.000,00 (empat ratus
(satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun
juta rupiah).
dan/atau denda paling sedikit
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
paling banyak Rp400.000.000,00 (empat ratus dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
juta rupiah). kejahatan
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) merupakan tindak pidana
kejahatan.
PASAL 186 (1) Barang siapa melanggar ketentuan 1) Barang siapa melanggar ketentuan Sanksi pidana untuk pelanggaran Pasal 35 ayat (2)
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam dihilangkan.
 Pasal 35 ayat (3),  Pasal 35 ayat (2) dan ayat (3), Pasal 35 ayat (2): Pelaksana penempatan tenaga
kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
 Pasal 93 ayat (2),  Pasal 93 ayat (2), memberikan perlindungan sejak rekrutmen sampai
 Pasal 137, dan  Pasal 137, dan penempatan tenaga kerja
 Pasal 138 ayat (1)  Pasal 138 ayat (1),
dikenai sanksi pidana penjara paling dikenakan sanksi pidana penjara palingsingkat
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4 1 (satu) bulan dan paling lama 4 (empat)
(empat) tahun dan/atau denda paling tahun dan/atau denda paling sedikit
sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan
rupiah) dan paling banyak paling banyak Rp 400.000.000,00 (empat
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta ratus jutarupiah).
rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
pada ayat (1) merupakan tindak pidana pelanggaran
pelanggaran.
PASAL 187 (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan Sanksi pidana untuk pelanggaran Pasal 37 ayat (2),
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), dan Pasal 76
dihilangkan.
 Pasal 67 ayat (1),  Pasal 37 ayat (2),

FSPMI-KSPI 57
 Pasal 71 ayat (2),  Pasal 44ayat (1), Pasal 37 ayat (2): Lembaga penempatan tenaga
kerja swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
 Pasal 78 ayat (2),  Pasal 45 ayat (1), huruf b dalam melaksanakan pelayanan penempatan
 Pasal 79 ayat (1) dan ayat (2),  Pasal 67 ayat (1), tenaga kerja wajib memiliki izin tertulis dari Menteri
atau pejabat yang ditunjuk.
 Pasal 85 ayat (3), dan  Pasal 71 ayat (2),
Pasal 44 ayat (1): Pemberi kerja tenaga kerja asing
 Pasal 144,  Pasal 76, wajib menaati ketentuan mengenai jabatan dan
dikenai sanksi pidana kurungan paling  Pasal 78 ayat (2), standar kompetensi yang berlaku.
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 Pasal 45 ayat (1): Pemberi kerja tenaga kerja asing
(dua belas) bulan dan/atau denda paling  Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2),
wajib: (a) menunjuk tenaga kerja warga negara
sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta  Pasal 85 ayat (3), dan Indonesia sebagai tenaga pendamping tenaga kerja
rupiah) dan paling banyak asing yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).  Pasal 144,
alih keahlian dari tenaga kerja asing; dan (b)
dikenakan sanksi pidanakurungan paling melaksanakan pendidikan dan pelatihan kerja bagi
singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 tenaga kerja Indonesia sebagaimana dimaksud pada
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud (dua belas) bulan dan/atau dendapaling huruf a yang sesuai dengan kualifikasi jabatan yang
pada ayat (1) merupakan tindak pidana sedikit Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta diduduki oleh tenaga kerja asing.
pelanggaran. rupiah) dan paling banyak Rp
100.000.000,00(seratus juta rupiah). Pasal 76:
(1) Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang
dari 18 (delapan belas) tahun dilarang dipekerjakan
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud antara pukul 23.00 s.d. 07.00.
dalam ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran. (2) Pengusaha dilarang mempekerjakan
pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut
keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan
keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila
bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00.
(3) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh
perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00
wajib:
a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan
b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di

FSPMI-KSPI 58
tempat kerja.
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar
jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang
berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d.
pukul 05.00.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri.
PASAL 188 (1) Barang siapa melanggar ketentuan (1) Barang siapa melanggar ketentuan Sanksi pidana untuk Pasal 14 ayat (2), pasal 63 ayat
sebagaimana dimaksud dalam sebagaimana dimaksud dalam (1), Pasal 63 ayat (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111
ayat (3), dan Pasal 114 dihapuskan.
 Pasal 38 ayat (2),  Pasal 14 ayat (2),
Pasal 14 ayat (2): Lembaga pelatihan kerja swasta
 Pasal 78 ayat (1), dan  Pasal 38 ayat (2), sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
 Pasal 148,  Pasal 63 ayat (1), memperoleh izin atau mendaftar ke instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di
dikenai sanksi pidana denda paling sedikit  Pasal 78 ayat (1), kabupaten/kota.
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan
paling banyak Rp50.000.000,00 (lima  Pasal 108 ayat (1), Pasal 63 ayat (1): Dalam hal perjanjian kerja waktu
puluh juta rupiah).  Pasal 111 ayat (3), tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha
wajib membuat surat pengangkatan bagi
 Pasal 114,dan pekerja/buruh yang bersangkutan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud  Pasal 148, Pasal 108 ayat (1): Pengusaha yang mempekerjakan
pada ayat (1) merupakan tindak pidana
pelanggaran. dikenakan sanksi pidana denda paling pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh)
sedikit Rp 5.000.000,00 (lima juta orang wajib membuat peraturan perusahaan yang
rupiah)dan paling banyak Rp mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri atau
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). pejabat yang ditunjuk.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 111 ayat (3): Masa berlaku peraturan
dalam ayat (1) merupakan tindak pidana perusahaan paling lama 2 (dua) tahun dan wajib
pelanggaran. diperbaharui setelah habis masa berlakunya.
Pasal 114: Pengusaha wajib memberitahukan dan
menjelaskan isi serta memberikan naskah peraturan
perusahaan atau perubahannya kepada
pekerja/buruh.

FSPMI-KSPI 59
PASAL 190 (1) Pemerintah mengenakan sanksi 1) Menteri atau pejabat yang ditunjuk
administratif atas pelanggaran ketentuan- mengenakan sanksi administratif atas
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pelanggaran ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam
 Pasal 5,
 Pasal 5,
 Pasal 6,
 Pasal 6,
 Pasal 14 ayat (2),
 Pasal 15,
 Pasal 15, Pasal 25,
 Pasal 25,
 Pasal 35 ayat (2),
 Pasal 38 ayat (2),
 Pasal 37 ayat (2),
 Pasal 45 ayat (1),
 Pasal 38 ayat (2),
 Pasal 47 ayat (1),
 Pasal 42 ayat (1),
 Pasal 48, Pasal 87,
 Pasal 45 ayat (1),
 Pasal 106,
 Pasal 47 ayat (1),
 Pasal 126 ayat (3), dan
 Pasal 61A,
 Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2)
 Pasal 63 ayat (1),
Undang-undang ini serta peraturan
 Pasal 87, pelaksanaannya.
 Pasal 106, (2) Sanksi administratif sebagaimana
 Pasal 108 ayat (1), dimaksud dalam ayat (1) berupa :
 Pasal 111 ayat (3), a. teguran;

 Pasal 114, b. peringatan tertulis;

 Pasal 126 ayat (3), dan c. pembatasan kegiatan usaha;

 Pasal 160 ayat (1) dan ayat (2), d. pembekuan kegiatan usaha;
e. pembatalan persetujuan;
Undang-Undang ini serta peraturan
pelaksanaannya. f. pembatalan pendaftaran;

FSPMI-KSPI 60
g. penghentian sementara sebagian atau
seluruh alat produksi;
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat h. pencabutan ijin.
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
(3) Ketentuan mengenai sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2)diatur lebih lanjut oleh Menteri

FSPMI-KSPI 61

Anda mungkin juga menyukai