i
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
NPM : 1806180070
sumber yang dikutip maupun ditunjuk telah saya nyatakan dengan benar.
08 Juni 2021
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
LEMBAR PERSETUJUAN
Tugas Karya Akhir ini telah disetujui untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2021
Pembimbing
iii
UNIVERSITAS INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Safrin Arifin S.ST.FT, S.K.M., M.Sc ( )
Penguji 1 : Faizah Abdullah S.Ft. M.Biomed ( )
Penguji 2 : M. Jamaludin, SKM., SST.Ft., MM ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 15 Juni 2021
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus sebagai Tugas Karya Akhir yang
berjudul “Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk Meningkatkan
Kemampuan Fungsional Pada Kasus Osteoarthritis Lutut” ini dengan tepat waktu.
Pembuatan laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas
akhir program studi Fisioterapi Vokasi Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan laporan kasus ini adalah tidak sempurna adanya. Besar
harapan saya agar laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi saya maupun
umum. Dalam penulisan Tugas Karya Akhir ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sigit Pranowo Hardiwardoyo, DEA, selaku Direktur Vokasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan secara moril
selama mengikuti perkuliahan di Program Pendidikan Vokasi Universitas
Indonesia.
2. Safrin Arifin, SKM, SST.FT, M. Sc, selaku Ketua Program Studi Fisioterapi
Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia dan Pembimbing pada
Penyusunan Tugas Karya Akhir yang telah memberikan ilmu, membimbing
dan memberikan dukungan selama bimbingan tugas akhir.
3. Ibu Faizah Abdullah selaku Pembimbing Akademik Program Studi
Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia yang telah
memberikan ilmu, araha dan dukungan selama perkuliahan.
4. Seluruh dosen Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi
Universitas Indonesia atas ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini
kepada penulis.
5. Kedua orangtua saya, Bapak Juanda dan Ibu Hardenila Fitri. Beserta
saudara kandung saya Fadila dan Nauval yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan doa dalam menyelesaikan Tugas Karya Akhir ini
v
6. Bapak H.R selaku pasien dalam Tugas Karya Akhir saya yang telah bersedia
membantu dan meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian Tugas
Karya Akhir ini.
7. Teman serta sahabat yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam
menyusun Tugas Karya Akhir ini yaitu, Arta, Rania, Nanda, Naomi, Okta,
Revi, Fara.
8. Pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
kelancaran penulisan Tugas Karya Akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Karya Akhir
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
vi
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 08 Juni 2021
Yang menyatakan
vii
RINGKASAN
viii
SUMMARY
ix
DAFTAR ISI
x
3.1 Pengumpulan Data Identitas Pasien............................................................ 33
3.2 Pengumpulan Data Riwayat Penyakit (S) ................................................... 33
3.3 Pemeriksaan (O) .......................................................................................... 34
3.4 Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang ................................ 39
3.5 Identifikasi Problematik Fisioterapi Berdasarkan Prioritas ...................... 39
3.6 Identifikasi Problematika Fisioterapi Berdasarkan ICF ............................ 40
3.7 Diagnosa Fisioterapi .................................................................................... 40
3.8 Program Penatalaksanaan Fisioterapi ........................................................ 41
3.9 Evaluasi ........................................................................................................ 47
BAB IV ........................................................................................................................ 49
4.1 Hasil ................................................................................................................... 49
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 51
BAB V.......................................................................................................................... 61
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 61
5.2 Saran ............................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................................ 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 72
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR DIAGRAM
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
2
Universitas Indonesia
3
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi
2.1.1 Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang
ditandai dengan degradasi kartilago atau tulang rawan secara
progresif sehingga antar tulang akan bergesekan lalu dapat
menimbulkan keterbatasan pergerakan, nyeri dan kaku pada sendi.
Istilah OA diperkenalkan oleh Archibald E. Garrod, seorang dokter
Inggris pada tahun 1890. OA adalah suatu bentuk arthritis yang
memiliki gambaran patologi khas berupa perubahan dari struktur
rawan sendi dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya
kartilago yang menipis secara progresif dengan pembentukan
tulang baru dan perkembangan osteofit dan sclerosis subkondral.
Osteoarthritis hanya dapat mempengaruhi persendian seperti pada
bagian tangan, punggung bawah, leher, dan sendi yang menahan
beban seperti lutut, pinggul, dan kaki.10
2.1.2 Isometric Exercixe
Latihan isometric merupakan latihan pada aktivitas fisik
yang melibatkan kontraksi otot statis. Istilah "isometrik" berasal
dari bahasa Yunani "isos" (sama) dan "metron" (ukuran), yang
berarti bahwa selama latihan isometric tidak terdapat perubahan
panjang otot dan tidak ada pergerakan sendi. Latihan isometric
dilakukan dengan menahan posisi tubuh pada posisi tertentu dan
dapat dilakukan dengan menahan tahanan atau beban sehingga otot
berkontraksi dan memungkinkan darah lebih mengalir pada
jaringan otot sehingga menciptakan tekanan metabolik pada otot.
Hal tersebut dapat membantu meningkatkan kekuatan dan daya
tahan.11
7
Universitas Indonesia
8
2.1.3 TENS
1. Definisi TENS
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) merupakan alat yang mengaplikasikan stimulasi
listrik melalui elektroda yang diletakan pada permukaan
kulit untuk merangsang serabut saraf sensori yang digunakan
untuk mengurangi nyeri. Di bidang elektroterapi, TENS
dianggap sebagai arus frekuensi rendah dengan sebagian
besar alat memberikan arus pada frekuensi di bawah
300Hz.12
Dalam rangkaian elektroda TENS terdapat satu
elektroda bermuatan positif yang disebut anoda dan yang
lainnya bermuatan negatif yang di sebut katoda. Dalam
mengurangi nyeri, TENS memiliki dua mekanisme yang
menstimulasi jenis serabut saraf tertentu. Mekanisme yang
pertama yaitu dengan memblokir informasi yang berjalan di
sepanjang serabut nosiseptif melalui stimulasi serabut aferen
Aß. Mekanisme yang kedua yaitu dengan melepaskan opioid
endogen melalui stimulasi aferen dan serabut motorik. 9
2. Indikasi TENS
Indikasi penggunaan TENS yaitu untuk mengurangi
nyeri musculoskeletal, nyeri neurogenic, nyeri visceral dan
dismenore.12
3. Kontraindikasi TENS
Kontraindikasi penggunaan TENS yaitu pasien
dengan pacemaker, kehamilan, sinus karotis, alergi kulit dan
gangguan kesadaran. Penempatan elektroda TENS juga
perlu diperhatikan, yaitu tidak boleh diletakan di area mata
dan anterior dari leher.12
Universitas Indonesia
9
Universitas Indonesia
10
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Table 2. 1 M. Quadriceps16
Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi
Tendon
M. Vastus Linea intertrochanterica Nervus
patella dan
dan bagian medial linea Ekstensi lutut femoralis
Medialis Tuberositas
aspera (L2-L4)
tibia
Universitas Indonesia
16
Table 2. 2 M. Hamstrings16
Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi
Tuberositas
ischiadicum, Fleksi lutut, rotasi
Nervus
M. Biceps Feemoris membagi tendon Sisi lateral tibia ke arah lateral
tibialis
(Caput Longum) sama besar dengan caput fibula (eksorotasi),
(S1-S3)
semitendinosus dan ekstensi panggul
semimembranosus
Common
Fleksi lutut, rotasi
Permukaan fibula
M. Biceps Femoris tibia ke arah lateral
Linea aspera femur lateral caput (peroneal)
(Caput Brevis) (eksorotasi),
fibula (L5, S1,
ekstensi panggul
S2)
Tuberositas
ischiadicum, Permukaan
Fleksi lutut, rotasi Nervus
M. membagi tendon posterior
panggul ke arah tibialis
Semimembranosus sama besar dengan medial
medial (endorotasi) (L5-S2)
semitendinosus dan kondilus tibia
biceps femoris
Tuberositas Permukaan
ischiadicum, medial dari
Fleksi lutut, rotasi Nervus
membagi tendon superior tibia
M. Semitendinosus panggul ke arah tibialis
sama besar dengan melalui
medial (endorotasi) (L5-S2)
semimembranosus tendon pes
dan biceps femoris anserinus
2.2.5 Meniscus
Meniscus atau cartilago semilunaris merupakan lamella
fibrocartilage yang berbentuk huruf C yang terletak antara tulang
tibia dan tulang femur. Terdapat sepasang meniscus yaitu meniscus
lateral dan meniscus medial. Pada bagian pinggir luar meniscus
memiliki bagian lebih tebal dan melekat pada capsula sedangkan
bagian pinggir meniscus dalam lebih tipis cekung dan membentuk
pinggir yang bebas. Permukaan atas meniscus berartikulasi langsung
dengan condylus femoris dan pada permukaan bawah berartikulasi
langsung dengan condylus tibialis. Meniscus berfungsi untuk
memperdalam permukaan artikular tibia sehingga meningkatkan
stabilitas sendi dan bertindak sebagai shock absorber.17
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
20
saat fleksi atau ekstensi tibia bergerak rolling dan sliding searah,
saat fleksi ke arah dorsal dan ekstensi ke arah vental. 13
2.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) menetapkan OA sebagai salah satu
dari sepuluh penyakit paling melumpuhkan karena menyebabkan kecacatan
kronis pada individu berusia lebih dari 70 tahun di seluruh dunia. Di seluruh
dunia terdapat 9,6% pria dan 18,0% wanita berusia di atas 60 tahun memiliki
osteoartritis simptomatik. Akibatnya, sebanyak 80% mengalami
keterbatasan dalam beraktivitas dan 25% diantaranya bahkan tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari.18
Prevalensi penyakit sendi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan di
Indonesia sebanyak 7,30%. Prevalensi lansia di Indonesia yang menderita
OA berdasarkan usia yaitu usia 55-64 tahun sebesar 15,55%, 65-74 tahun
sebesar 18,63% dan lebih dari 75 tahun sebesar 18,95%. Untuk OA lutut
berdasarkan jenis kelamin di Indonesia dengan prevalensi yaitu 8,64% pada
wanita dan 6,13% pada pria. 6
2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya OA lutut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi adalah faktor yang
memudahkan seseorang untuk terkena OA lutut seperti usia, jenis kelamin,
genetik dan obesitas. Faktor biomekanis adalah faktor yang cenderung
kepada gerak tubuh yang memberikan tekanan pada sendi lutut sebagai alat
gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena OA lutut seperti
kelainan anatomi, riwayat trauma, aktivitas fisik dan kebiasaan
olahraga.19,20
2.4.1 Faktor Predisposisi
1. Usia
Usia merupakan faktor resiko yang paling kuat berkolerasi
dengan terjadinya OA karena resiko OA meningkat secara
progresif seiring bertambahnya usia. Perubahan jaringan terkait
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
2.5 Patofisiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang mempengaruhi
kartilago. Kartilago merupakan jaringan keras dan licin pada bagian ujung
tulang yang akan membentuk persendian. Kartilago berfungsi melindungi
ujung-ujung tulang agar tidak ada pergesekan antar tulang saat bergerak.
Kartilago tersusun dari dua lapisan. Pada lapisan dalam terdapat
chondrocytes yang berfungsi melakukan sintesis dan sekresi pada sebagian
besar penyusun tulang rawan yang terdiri dari link proteins, kolagen tipe II,
proteoglycans dan hyluronic acid. Pada lapisan permukaan terdapat lapisan
fibrosus yang melapisi chondrocytes dan tulang subkondral.20
Proses kerusakan kartilago yang terjadi pada osteoarthritis disebabkan
karena chondrocytes mengalami kegagalan dalam menjaga keseimbangan
antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur kartilago yang mempengaruhi fungsinya.
Kegagalan pada chondrocytes ini disebabkan karena terjadinya degradasi
proteogylcans dan kolagen yang merupakan akibat aktivasi enzim proteoase
sehingga menstimulasi chondrocytes untuk mensintesis kolagen tipe I dan
III. Dampak dari kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan pada
permukaan kartilago dan menghancurkan jaringan fibrosus.19
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
adanya osteofit disekitar tepi sendi. Selain itu nyeri OA juga dapat
disebabkan karena adanya penebalan pada ligamen kapsul, kartilago,
kelemahan otot dan deformitas sendi sehingga akan meningkatkan
tekanan pada sensoris nerve ending sehingga ujung saraf terjepit.22
2. Kekakuan Sendi
Kekakuan sendi yang dirasakan pada pasien OA sering terjadi dalam
waktu kurang dari 30 menit yaitu ketika tidak melakukan aktivitas dalam
waktu lama seperti tidur dan duduk lama. Kekakuan pada pagi hari saat
bangun tidur biasanya dirasakan sekitar 5-10 menit. Kekakuan yang
terjadi bisa disebabkan oleh berkurangnya cairan surfaktan yang bekerja
sebagai pelumas dan mengurangi tekanan pada sendi.22
3. Krepitasi
Krepitasi merupakan sensasi suara gemeratak yang timbul saat
menggerakan sendi dan dihasilkan karena adanya gesekan permukaan
tulang yang kasar.22
4. Pembengkakan
Pembengkakan pada OA disebabkan karena adanya perubahan
patologis pada kartilago sendi lutut sehingga terjadi bloking dan edema
pada jaringan lunak, erosi, gangguan peredaran darah dan cidera pada
kondrosit.22
5. Kelemahan Otot
Kelemahan otot yang terjadi pada pasien OA dipengaruhi oleh
tingkat keparahan dari OA itu sendiri. Otot yang sering mengalami
kelemahan pada pasien OA yaitu M. Quadriceps yang berfungsi sebagai
pelindung struktur sendi lutut.22
6. Deformitas Sendi
Deformitas sendi pada pasien OA terjadi karena adanya
pembentukan osteofit sehingga menyebabkan destruksi kartilago, tulang
dan jaringan.22
Universitas Indonesia
26
2.7 Diagnosis
2.7.1 Diagnosis Medis
Diagnosis merupakan proses untuk mengidentifikasi
kelemahan atau penyakit yang dialami oleh seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang saksama berdasarkan gejala yang
dikeluhkan. Untuk membantu dalam mengidentifikasi suatu
penyakit dapat dilakukan pemeriksaan melalui riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, tes darah, tes pencitraan dan biopsi.23
2.7.2 Diagnosis Fisioterapi
Fisioterapi melakukan diagnosis terhadap gangguan sistem
pergerakan sebagai landasan dalam mengoptimalisasi pemberian
intervensi sehingga dapat meminimalisasi kecacatan. Diagnosis
fisioterapi terfokus pada mengidentifikasi dan mengklasifikasi
konsekuensi yang dihasilkan dari suatu penyakit yang meliputi
impairment, functional limitation dan disabilities. Diagnosis
fisioterapi digambarkan melalui International Classification
Functioning Disability and Health (ICF).23
International Classification Functioning Disability and
Health (ICF) merupakan kerangka kerja yang menggambarkan
fungsi dan kecacatan dalam suatu kondisi kesehatan. ICF terdiri dari
klasifikasi domain yang berhubungan dengan kesehatan dan dengan
aktivitas fisik dan pembatasan partisipasi yang mempengaruhi
faktor personal dan juga mencakup daftar faktor lingkungan.
Klasifikasi domain pada ICF terbagi menjadi 2 bagian dasar. Bagian
pertama yaitu (1) Body Functions and Structures; dan (2) Activities
and Participation. Body Functions and Structures merupakan
bagian yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi pada
fungsi tubuh dan struktur tubuh. Sedangkan Activities and
Participation merupakan aktivitas sehari – hari yang terhambat pada
individu dan keikutsertaan dalam aktivitas. Bagian kedua yaitu
faktor kontekstual yang merupakan faktor yang mempengaruhi
Universitas Indonesia
27
Osteoarthritis Lutut
Universitas Indonesia
28
2.8 Prognosis
Prognosis OA tergantung pada tingkat keparahan dan sendi yang terlibat
walaupun tiap individu memiliki kondisi yang berbeda. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi prognosis pada OA yaitu Body Mass Index
(BMI) yang tinggi, usia yang kian menua deformitas varus pada lutut dan
beberapa sendi lain yang terlibat. Sehingga OA merupakan penyakit
degenerasi yang tidak mungkin dapat disembuhkan, karena merupakan
penyakit kronis dan progresif.19
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia
31
Universitas Indonesia
32
Universitas Indonesia
BAB III
URAIAN iKASUS
UNIVERSITAS iINDONESIA
PROGRAM iVOKASI
BIDANG iSTUDI iRUMPUN iKESEHATAN
PROGRAM iSTUDI iFISIOTERAPI
Formulir iFisioterapi
33
Universitas Indonesia
34
Universitas Indonesia
35
2. Pemeriksaan iKhusus
a. Inspeksi i
1) Statis
a) Anterior
(1) Head iin imidline
(2) Shoulder isimetris
(3) Armspace isimetris
(4) SIAS isimetris
(5) Patella simetris
(6) Tidak itampak ivalgus/varus ipada iknee ibilateral
b) Lateral
(1) Tidak iforward ihead
(2) Shoulder inetral
(3) Tidak iada ikelainan itulang ibelakang i(kifosis, ilordosis)
(4) Tidak ada hiperekstensi pada knee bilateral
(5) Flat ifoot ibilateral
c) Posterior i
(1) Head iin imidline
(2) Shoulder isimetris
(3) Armspace isimetris
(4) Aligment ivertebrae iin imidline
(5) SIPS isimetris
2) Dinamis
a) Pola ijalan iantalgic igait
b) Dari iposisi iduduk ike iberdiri iOS itampak imenahan inyeri
c) Transfer idan iambulasi imandiri i
b. Palpasi i
1) Suhu ilocal iafebris
2) Tidak iada ioedema
3) Spasme im. ihamstring ibilateral idan im. igastrocnemius idextra
Universitas Indonesia
36
c. Tes iGerak
1) Pengukuran iROM
Table 3. 1 Pengukuran ROM
F 45o i- i00 i-300 45o - 00 -300 45o - 00 i-300 45o- 00i-300 45oi- 00 i-300 Firm-firm Firm-firm
T 35o i- i00-450 35o - 00-450 35o i- i00-450 35o-00-450 35o i-i00-450 Firm-firm Firm-firm
Knee 0o i i- i00 i- i1350 00- 00i- 1000 0oi- 00 i- i1100 0oi- 00i- 1050 0oi- 00 i- i1150 Hard-Firm Hard-Firm
S
Ankle 50o i i- i00 i- i200 50o- 00i- 200 500- 00 - 200 50o - 00 - 200 50oi-00 i- i200 Soft-hard Soft-hard
S
15o i i- i00 i- i350 15o i-i00 i- 350 15oi-00i-350 15o- 00 i- 350 15oi- 00 i- i350 Elastic- Elastic-
F
elastic i elastic i
Keterangan: iTerdapat iketerbatasan iROM ipada ifleksi iknee ibilateral
Universitas Indonesia
37
MMT VAS
Regio Gerakan
Dx Sn Dx Sn
Hip Fleksi i 5 5 0 0
Ekstensi 5 5 0 0
Abduksi 5 5 0 0
Adduksi 5 5 0 0
Eksorotasi 5 5 0 0
Endorotasi 5 5 0 0
Knee Fleksi 4 5 6 3
Ekstensi 3 5 6 3
Ankle Plantar 5 5 0 0
ifleksi
Dorso 5 5 0 0
ifleksi
Eversi 5 5 0 0
Inversi i 5 5 0 0
Keterangan:
1. Terdapat inyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee idextra
i(VAS i6)
2. Terdapat inyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee isinistra
i(VAS i3)
3. Terdapat ipenurunan ikekuatan iotot ifleksi idan iekstensi
iknee idextra iterkait inyeri igerak
Universitas Indonesia
38
e. Tes iKhusus
1) Tes Krepitas : Positif bilateral
Interpretasi : Terdapat imasalah ipada icelah isendi ilutut bilateral
2) Anterior iDrawer iTest i: iNegatif bilateral
Interpretasi : iTidak iterdapat imasalah ipada ianterior cruciatum
ligament ibilateral
3) Posterior iDrawer iTest i: iNegatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat imasalah ipada iposterior
cruciatumiligament ibilateral
4) Tes iValgus : Negatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat imasalah ipada imedial icollateral
ligament ibilateral
5) Tes iVarus : Negatif bilateral
Interpretasi : Terdapat imasalah ipada ilateral icollateral
ligament ibilateral
6) Tes iBallottement i: Negatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat iefusi ipada ikedua ilutut
7) Tes iMc iMurray’s i: Negatif bilateral
Interpretasi : iTidak iterdapat imasalah ipada imeniskus ibilateral
8) WOMAC iScale i:
Total score : 49
(a) Pain :13
(b) Stiffness :5
(c) Physical Function :31
Interpretasi : iDerajat ifungsional ipada ilutut ikategori iberat
Universitas Indonesia
39
Universitas Indonesia
40
2. Functional ilimitation i:
a. Kesulitan ke berdiri dari posisi duduk (d4104)
b. Kesulitan berdiri dalam waktu yang lama (d4154)
c. Kesulitan berjalan dengan jarak yang jauh (d4501)
d. Kesulitan memakai celana (d540)
e. Kesulitan melakukan sholat dengan posisi berdiri (d930)
3. Participation irestriction i:
a. Kesulitan melakukan hobinya yaitu jalan-jalan (d9204)
b. Kesulitan isholat iberjamaah idi imasjid (d930)
4. Environment Factors :
a. Rumah 1 lantai (e1551)
b. Menggunakan toilet duduk (e1551)
5. Personal Factors :
a. Usia 77 tahun
b. Tinggal ibersama iistri, ianak idan icucu (e310)
c. Bekerja isebagai ipengusaha
Universitas Indonesia
41
Universitas Indonesia
42
F: i2x/minggu
I: i10 ix irepetisi, Untuk
Terapi Isometric
2 2 iset meningkatkan
iLatihan iexercise
Hold: i8 idetik ikekuatan iotot
Rest: i2 idetik i
3. Uraian iTindakan
a. Transcutaneous iElectrical iNerves iStimulation i(TENS)
Posisi ipasien : iberbaring iterlentang i
Posisi ifisioterapi : idi isamping ipasien i
Persiapan ialat :
1) Pastikan iTENS iberfungsi idengan ibaik
2) Pastikan ipad itersambung ioleh ikabel iTENS
Persiapan ipasien :
1) Posisikan ilutut ipasien iberada ipada iresting iposition idengan
imemberi iganjalan ihanduk iyang idigulung ipada ibelakang ilutut
ipasien
2) Pastikan iarea iyang iditerapi ibebas idari ipakaian
Prosedur i :
1) Tempelkan ipad ipada iarea iyang iakan iditerapi
2) Atur imode idan iwaktu i
3) Naikan iintensitas iperlahan isesuai itoleransi ipasien i
4) Setelah iselesai irapihkan ialat
Universitas Indonesia
43
b. Isometric iExercise
Posisi ipasien : iberbaring iterlentang
Posisi ifisioterapi : idi isamping ipasien
Prosedur i :
1) M. Quadriceps
a) Jelaskan imengenai ilatihan iyang iakan idilakukan
b) Letakan igulungan ihanduk ipada ibelakang ilutut ipasien
c) Instruksikan ipasien iuntuk imenekan ikebawah igulungan
ihanduk itersebut idan itahan iselama i8 idetik
d) Lalu iistirahat iselama i2 idetik, iulangi ilatihan isebanyak i10
ikali irepetisi
Universitas Indonesia
44
2) M. Hamstring
a) Jelaskan mengenai latihan yang akan dilakukan
b) Posisikan lutut pasien semifleksi dengan ankle posisi
dorsofleksi dan tumit menempel pada lantai.
c) Instruksikan pasien untuk menekan tumit kearah bawah dan
tahan selama 8 detik
d) Lalu istirahat selama 2 detik, ulangi latihan sebanyak 10 kali
repetisi
Universitas Indonesia
45
4) M. iAbductor
a) Jelaskan imengenai ilatihan iyang iakan idilakukan
b) Handling ifisioterapi iberada ipada ilateral ilutut ipasien
c) Instruksikan ipasien iuntuk imembuka ikedua itungkai
d) Lalu ifisioterapi imemberi idorongan idan imenginstruksikan
ipasien iuntuk imenahan idorongan
e) Tahan iselama i8 idetik ilalu iistirahat iselama i2 idetik
f) Ulangi ilatihan isebanyak i10 ikali irepetisi
Universitas Indonesia
46
Universitas Indonesia
47
3.9 Evaluasi
Table 3. 4 Hasil Evaluasi
Evaluasi 6 iMaret i2021 7 iMaret i2021 13 iMaret i2021 14 iMaret i2021 20 iMaret i2021 21 iMaret i2021
OS imengeluh OS imengeluh
OS imengeluh
OS imengeluh OS imengeluh inyeri idan ikaku inyeri idan ikaku
OS imengeluh inyeri idan ikaku
inyeri idan ikaku inyeri idan ikaku ipada ilutut ipada ilutut
inyeri idan ikaku ipada ilutut
ipada ilutut ipada ilutut ikanan iketika ikanan iketika
ipada ilutut ikanan iketika
ikanan iketika ikanan iketika iingin iberdiri iingin iberdiri
S ikanan iketika iingin iberdiri
iingin iberdiri iingin iberdiri idari iposisi idari iposisi
iingin iberdiri idari iposisi
idari iposisi idari iposisi iduduk i iduduk i
idari iposisi idudukisama
iduduk sedikit iduduk isedikit iberkurang iberkurang
iduduk seperti terapi
berkurang iberkurang inamun imasih inamun imasih
sebelumnya
iterdapat inyeri iterdapat inyeri
fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan
iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee
Nyeri idextra iVAS i6 idextra iVAS i5 idextra iVAS i4 idextra iVAS i4 idextra iVAS i3 idextra iVAS i2
igerak fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan
iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee
O isinistra iVAS 3 isinistra iVAS 3 isinistra iVAS 2 isinistra iVAS 2 isinistra iVAS 1 isinistra iVAS 1
m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring
ibilateral idan ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im.
Spasme
im. igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius
iotot
igastrocnemius idextra i idextra idextra i idextra i idextra i
idextra iberkurang iberkurang iberkurang iberkurang iberkurang
Universitas Indonesia
48
Score i: i49 Score i: i48 Score i: i44 Score i: i41 Score i: i36 Score i: i33
Pain: 13 Pain: 13 Pain: 11 Pain: 9 Pain: 8 Pain: 8
WOMAC
Stiffness:5 Stiffness:4 Stiffness:3 Stiffness:3 Stiffness:3 Stiffness:2
iScore
Physical Physical Physical Physical Physical Physical
Function: 31 Function: 31 Function: 30 Function: 29 Function: 25 Function: 23
Gangguan igerak idan ifungsi ipada ikedua ilutut ikarena iadanya inyeri igerak iknee ibilateral, ispasme im. ihamstring
A ibilateral idan im. igastrocnemius idextra, iketerbatasan iROM ifleksi iknee ibilateral, ipenurunan ikekuatan iotot im.
iquadriceps idextra ikarena iosteoarthritis ilutut
P Isometric iexercise idan iTENS iuntuk imengurangi inyeri dan spasme serta meningkatkan ROM dan kekuatan iotot
Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kasus yang penulis bahas dalam studi kasus ini adalah mengenai
kondisi seorang pasien dengan inisial Tn. H.R yang berusia 77 tahun
bekerja sebagai seorang pengusaha. Pasien didiagnosis medis
mengalami osteoarthritis iknee ibilateral. Pasien mengeluhkan merasa
nyeriidan ikaku pada ilutut ikanan iketika ingin berdiri dari posisi
iduduk. Pasien merasakan keluhan ini semenjak Mei 2018. Semenjak
itu pasien mengalami penurunan aktivitas fisik dan gangguan
kemampuan fungsional seperti: pasien tidak bisa berdiri secara mandiri,
berdiri ilama, berjalan ilama, memakai icelana dan kesulitan melakukan
sholat.
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2021,
penulis menemukan beberapa masalah fisioterapi berdasarkan prioritas:
nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee dextra VAS 6, fleksi dan ekstensi
knee sinistra VAS 3, spasme m. hamstring bilateral dan m.
gastrocnemius dextra, keterbatasan ROM pada fleksi knee bilateral,
penurunan kekuatan otot quadriceps dextra dan gangguan kemampuan
fungsional. Intervensi yang diberikan kepada pasien pada kasus ini
yaitu menggunakan terapi latihan dengan metode Isometric Exercise
dan terapi modalitas dengan metode TENS. Penulis mengambil
parameter terkait kasus Osteoarthritis Knee Bilateral dengan Westren
Ontario and Mcmaster Universities Osteoarthritis Index untuk
mengukur progresivitas dari intervensi fisioterapi yang diberikan.
Intervensi dilakukan dengan 6 kali evaluasi terapi dari tanggal 6
Maret 2021 sampai dengan 21 Maret 2021, dengan dilakukan 2 kali
fisioterapi dalam seminggu. Setelah enam kali evaluasi terdapat
peningkatan pada aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien,
dilihat dari hasil WOMAC scale pada pasien mengalami penurunan
skor, pada evaluasi pertama fisioterapi pasien memiliki skor WOMAC
49 dan pada saat evaluasi di pertemuan ke 6 memiliki skor WOMAC
49
Universitas Indonesia
50
50
49 48
40 44
41
30 36
33
WOMAC Score Total
20
10
0
6 Maret 7 Maret 13 Maret 14 Maret 20 Maret 21 Maret
2021 2021 2021 2021 2021 2021
Universitas Indonesia
51
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh TENS terhadap Penurunan WOMAC Scale
Tn. H.R ditemui adanya nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee
dextra dan sinistra , spasme m. hamstring bilateral dan m.
gastrocnemius dextra, keterbatasan ROM pada fleksi knee
bilateral serta penurunan kekuatan otot quadriceps dextra. Pasien
diberi tindakan fisioterapi sebanyak enam kali evaluasi yaitu
berupa elektroterapi dengan TENS dengan waktu 20 menit dan
intensitas 30 mA.
4 4
3 3 3
2 2 2
1 1
6 Maret 2021 7 Maret 2021 13 Maret 202114 Maret 202120 Maret 202121 Maret 2021
Universitas Indonesia
52
lutut dextra dari skala 6 menjadi 5 dan nyeri pada lutut sinistra
masih dengan skala 3, pasien tetap diberikan terapi TENS. Pada
evaluasi ke - 3 pasien mengatakan merasakan penurunan nyeri
pada lutut dextra dari skala 5 menjasi 4 dan nyeri pada lutut
sinistra dari skala 3 menjadi 2. Pasien masih mendapatkan
tindakan terapi TENS. Pada evaluasi ke - 4 pasien masih
merakakan nyeri pada lutut dextra dan sinistra dengan skala yang
sama dengan evaluasi ke - 3, pasien masih diberikan tindakan
terapi TENS. Pada evaluasi ke - 5 pasien merasakan nyeri pada
lutut dextra mulai berkurang dari skala 4 menjadi 3 dan nyeri pada
lutut sinistra dari skala 2 menjadi 1. Pasien tetap diberikan terapi
TENS. Pada evaluasi ke-6 pasien pasien mengatakan nyeri gerak
semakin berkurang dari evaluasi pertama namun pasien masih
merasakan sedikit nyeri pada lutut dextra dengan skala 2 dan
nyeri pada lutut sinistra dengan skala 1.
Dengan berkurangnya nyeri yang dirasakan pada pasien dan
berdampak pada meningkatnya kemampuan fungsionaal pasien
yang ditandai dengan menurunnya skor WOMAC scale disetiap
evaluasi, membuktikan bahwa TENS efektif untuk mengurangi
nyeri pada kasus osteoarthritis lutut bilateral yang dialami pasien.
Ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
terlebih dahulu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark I Johnson et
al dalam jurnal “The clinical efficacy of transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS) for acute and chronic pain: a protocol
for a meta-analysis of randomised controlled trials (RCTs)”
menyatakan bahwa pemberian TENS pada kondisi nyeri akut dan
kronis efektif dalam menurunkan nyeri dan meningkatkan fungsi
fisiologis yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, pekerjaan
dan hobi, serta fungsi emosional, kognitif dan sosial yang
berkaitan dengan kualitas hidup.27
Universitas Indonesia
53
Universitas Indonesia
54
Universitas Indonesia
55
Spasme
6 Maret 2021
7 Maret 2021
13 Maret 2021
14 Maret 2021
20 Maret 2021
21 Maret 2021
Spasme
Universitas Indonesia
56
AROM Knee
160
140
135 135
130 130 130
125
120 120 117 120
115
110
105
100
20
0
6 Maret 7 Maret 13 14 20 21
2021 2021 Maret Maret Maret Maret
2021 2021 2021 2021
PROM Knee
140
125 125
115 115
110
105
6 Maret 7 Maret 13 Maret 14 Maret 20 Maret 21 Maret
2021 2021 2021 2021 2021 2021
Universitas Indonesia
57
MMT
m. quadriceps dextra
6 Maret 2021 3
7 Maret 2021 3
13 Maret 2021 3
14 Maret 2021 4
20 Maret 2021 4
21 Maret 2021 4
Universitas Indonesia
58
Universitas Indonesia
59
Universitas Indonesia
60
nyeri yang signifikan baik pada latihan dengan durasi yang lama
maupun durasi yang lebih pendek. Efek dari isometric exercise
menyebabkan adanya stimulasi pada saraf sensorik di otot
sehingga mengaktivasi mekanisme opoid endogen dan terjadi
peningkatkan produksi endorphin yang berperan menginhibisi
rasa nyeri.7
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ponnu Kangeswari et
al dalam jurnal “Effectiveness of Isometric Exercise and
Counseling on Level of Pain Among Patients With Knee
Osteoarthritis” menyatakan bahwa pemberian isometric exercise
merupakan latihan yang paling aplikatif dan aman diberikan pada
penderita osteoarthritis lutut. Penelitian ini dilakukan selama 12
minggu dan dihasilkan terdapat penurunan nyeri gerak dan
kekakuan pada lutut secara signifikan serta meningkatkan
kemampuan fungsional lutut yang diukur menggunakan
parameter WOMAC scale pada penderita osteoarthritis lutut.
Isometric exercise juga mampu mengurangi terjadinya
peradangan intraartikular, kerusakan tulang dan tekanan pada
sendi lutut.35
Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pasien laki-laki berinisial Tn. H.R dengan diagnosis osteoarthritis
lutut. Pasien ini berusia 77 tahun dan tinggal di Bandar Lampung. Beberapa
problematika yang dialami pasien, yaitu terdapat nyeri igerak ifleksi idan
ekstensi iknee bilateral, spasme m.ihamstring ibilateral idan im.
Gastrocnemius dextra, keterbatasan iROM pada ifleksi iknee ibilateral,
penurunan ikekuatan otot iquadriceps idextra, serta gangguanifungsional
berjalan lama, sholat duduk dan memakai celana. Intervensi fisioterapi yang
penulis berikan yaitu isometric exercise dan TENS, serta beberapa edukasi
dan homeprogram. Intervensi dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan sesi
terapi dengan frekuensi 2 kali seminggu dengan hasil yang positif, terjadi
peningkatan kemampuan fungsional yang berhubungan dengan penurunan
nyeri gerak pada lutut, penurunan spasme otot, peningkatan ROM dan
peningkatan kekuatan otot.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran yang dapat penulis
kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Paisen
Saran yang penulis berikan kepada pasien untuk melakukan
homeprogram yang telah diberikan oleh fisioterapis seperti melakukan
latihan isometric exercise yang telah diajarkan oleh fisioterapi 2x/hari,
melakukan stretching gastrocnemius iyaitu denganiposisi iseperti
mendorong idinding dengan ikaki iyang iakan idi istretching ilurus
kebelakang 2x/hari. Setelah itu, pasien melakukan istretching
ihamstring dengan imengangkat ikaki menggunakan ihanduk iyang
idiletakan idi telapak ikaki ipasien 2x/hari.
61
Universitas Indonesia
62
2. Bagi Fisioterapis
Saran yang penulis berikan kepada fisioterapis untuk
memprioritaskan pelayanan dalam kenyamanan, keamanan pasien
dalam memberikan program latihan dengan prinsip dan teknik yang
benar sesuai dengan evidence based. Selain itu, fisioterapis juga dapat
mengembangkan dan memodifikasi serta meneliti lebih lanjut terutama
tentang pemberian kombinasi isometric exercise dan TENS pada
osteoarthritis lutut.
3. Bagi Keluarga
Keluarga disarankan untuk selalu mendukung dan memberikan
motivasi kepada pasien untuk menjalankan intervensi fisioterapi dan
home program yang terlah diberikan oleh fisioterapis karena dukungan
yang diberikan oleh keluarga sangat mempengaruhi pencapaian
perkembangan kemampuan pasien.
4. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat hendaknya menjadi tahu mengenai kasus
osteoarthritis lutut dan dapat berhati- hati serta menyebarkan
pengetahuan ini kepada masyarakat lainnya.
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. Kim ED, Won YH, Park SH, Seo JH, Kim DS, Ko MH, et al. Efficacy and
safety of a stimulator using low-intensity pulsed ultrasound combined with
transcutaneous electrical nerve stimulation in patients with painful knee
osteoarthritis. Pain Res Manag. 2019;2019.
2. Gustafson JA, Anderton W, Sowa GA, Piva SR, Farrokhi S. Dynamic knee
joint stiffness and contralateral knee joint loading during prolonged
walking in patients with unilateral knee osteoarthritis. Gait Posture
[Internet]. 2019;68:44–9. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.gaitpost.2018.10.032
3. Liow Y, Wang W, Loh VWK. Outpatient management of knee
osteoarthritis. Singapore Med J. 2017;58(10):580–4.
4. Zamri NAA, Harith S, Yusoff NAM, Hassa NM, Ong YQ. Review Article
Scoping Review. 2019;5(1):19–31.
5. Ahmad IW, Rahmawati LD, Wardhana TH. Demographic Profile, Clinical
and Analysis of Osteoarthritis Patients in Surabaya. Biomol Heal Sci J.
2018;1(1):34.
6. Kemenkes RI. Keputusan Mentri Kesehatan No.80 Tahun 2013.
2013;(1536):1–13. Available from:
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/bn1536-2013.pdf
7. Neelapala YVR, Nayak S, Sivalanka S, Cornelio R, Prajapati M. Influence
of isometric exercise on pressure pain sensitivity in knee osteoarthritis. J
Pain Manag. 2018;11(4):361–7.
8. Başar B, Erhan B. Comparative Evalaution of the Effects of Short-Wave
Diathermy, Ultrasound, and TENS on Pain and Physical Functions in Knee
Osteoarthritis. J Acad Res Med. 2020;10(3):288–93.
9. Polat CS, Doğan A, Özcan DS, Köseoğlu BF, Akselim SK, Onat ŞŞ. The
effectiveness of transcutaneous electrical nerve stimulation in knee
osteoarthritis with neuropathic pain component: A randomized controlled
study. Turk Osteoporoz Derg. 2017;23(2):47–51.
10. Hunter DJ, Bierma-Zeinstra S. Osteoarthritis. Lancet.
64
2019;393(10182):1745–59.
11. Küçük EB, Taşkıran OÖ, Tokgöz N, Meray J. Effects of isokinetic,
isometric, and aerobic exercises on clinical variables and knee cartilage
volume using magnetic resonance imaging in patients with osteoarthritis.
Turkish J Phys Med Rehabil. 2018;64(1):8–16.
12. Dr. Deirdre M. Walsh D. Phil, B. Physio, PgCUT, MISCP M. TENS
PROTOCOL. Экономика Региона. 2012;32.
13. Miller MD. Knee and Lower Leg. Orthop Surg Approaches. 2008;423–90.
14. Henry GI, Kleiber GM. Insall & Scott Surgery of the Knee, Sixth Edition.
In: Insall & Scott Surgery of the Knee, Sixth Edition [Internet]. Fourth Edi.
Elsevier Inc.; 2013. p. 1–62. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-1-4377-1733-4.00401-8
15. Elkwood AI, Schneider LF, Rose MI. Sobotta Clinical Atlas of Human
Anatomy. In: Sobotta Clinical Atlas of Human Anatomy. 2017. p. 249–64.
16. Safrin Arifin SY. Atlas Anatomi Otot Manusia untuk fisioterapi Edisi 2.
Salemba Medika; 2019.
17. Fox AJS, Wanivenhaus F, Burge AJ, Warren RF, Rodeo SA. The human
meniscus: A review of anatomy, function, injury, and advances in
treatment. Clin Anat. 2015;28(2):269–87.
18. Organization WH. Chronic rheumatic conditions [Internet]. Available from:
https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/
19. Driban JB, Eaton CB, Lo GH, Ward RJ, Lu B, McAlindon TE. Association
of Knee Injuries With Accelerated Knee Osteoarthritis Progression: Data
From the Osteoarthritis Initiative. Arthritis Care Res. 2014;66(11):1673–9.
20. DiFonzo N, Bordia P. Reproduced with permission of the copyright owner .
Further reproduction prohibited without. J Allergy Clin Immunol [Internet].
1998;130(2):556. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jaci.2012.05.050
21. Kohn MD, Sassoon AA, Fernando ND. Classifications in Brief: Kellgren-
Lawrence Classification of Osteoarthritis. Clin Orthop Relat Res.
2016;474(8):1886–93.
22. Altman RD. Clinical features of osteoarthritis [Internet]. Seventh Ed.
Universitas Indonesia
65
http://eprints.umg.ac.id/3173/3/BAB 2.pdf
26. Comeau D, Corey D. 32 – Rheumatology and Musculoskeletal Problems
[Internet]. Ninth Edit. Textbook of Family Medicine. Elsevier Inc.; 2016.
699-739.e3 p. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780323239905000320
27. Johnson MI, Jones G, Paley CA, Wittkopf PG. The clinical efficacy of
transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) for acute and chronic
pain: a protocol for a meta-analysis of randomised controlled trials (RCTs).
BMJ Open. 2019;9(10).
28. Chen LX, Zhou ZR, Li YL, Ning GZ, Li Y, Wang XB, et al.
Transcutaneous electrical nerve stimulation in patients with knee
osteoarthritis: Evidence from randomized-controlled trials. Clin J Pain.
2016;32(2):146–54.
29. Kong X, Gozani SN. Effectiveness of fixed-site high-frequency
transcutaneous electrical nerve stimulation in chronic pain: A large-scale,
observational study. J Pain Res. 2018;11:703–14.
30. Shimoura K, Iijima H, Suzuki Y, Aoyama T. Immediate Effects of
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation on Pain and Physical
Performance in Individuals With Preradiographic Knee Osteoarthritis: A
Randomized Controlled Trial. Arch Phys Med Rehabil [Internet].
2019;100(2):300-306.e1. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2018.08.189
31. Anwer S, Alghadir A. Effect of isometric quadriceps exercise on muscle
strength, pain, and function in patients with knee osteoarthritis: A
Universitas Indonesia
66
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
1. Berjalan 3 3 3 3 2 2
2. Menaiki tangga 3 3 2 2 2 2
4. Saat istirahat 2 2 1 1 1 1
5. Membawa beban 3 3 3 2 2 2
2. Menaiki tangga 3 3 3 3 3 1
4. Berdiri 1 1 1 1 1 1
5. Duduk di lantai 3 3 3 3 2 2
6. Berjalan di atas permukaan yang datar 2 2 2 2 2 2
8. Pergi berbelanja 0 0 0 0 0 0
Fungsi fisik
9. Menaruh kaos kaki 2 2 2 1 1 1
14. Duduk 2 2 2 2 1 1
Universitas Indonesia
69
Universitas Indonesia
70
Universitas Indonesia
71
Universitas Indonesia
72
a. Data Pribadi
Nama : Nabila Nur Afifah Fitri
Agama : Islam
Email : nabila1510nur@gmail.com
b. Riwayat Pendidikan
TK Telkom Schools (2004 - 2006)
Universitas Indonesia