Anda di halaman 1dari 89

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBERIAN ISOMETRIC EXERCISE DAN TENS UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA
KASUS OSTEOARTHRITIS LUTUT

TUGAS KARYA AKHIR

NABILA NUR AFIFAH FITRI


1806180070

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
DEPOK
2021
UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBERIAN ISOMETRIC EXERCISE DAN TENS UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGIONAL PADA
KASUS OSTEOARTHRITIS LUTUT

TUGAS KARYA AKHIR


Diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas akhir studi

NABILA NUR AFIFAH FITRI


1806180070

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI KESEHATAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
DEPOK
JUNI 2021

i
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI

BIDANG STUDI KESEHATAN


PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Nabila Nur Afifah Fitri

NPM : 1806180070

Program Studi : Fisioterapi

Menyatakan bahwa Tugas Karya Akhir yang berjudul “Pemberian Isometric

Exercise dan TENS Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Kasus

Osteoarthritis Lutut” benar-benar merupakan hasil karya pribadi dari seluruh

sumber yang dikutip maupun ditunjuk telah saya nyatakan dengan benar.

08 Juni 2021

Nabila Nur Afifah Fitri


1806180070

ii
UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI RUMPUN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Nabila Nur Afifah Fitri


NPM : 1806180070
Program Studi : Fisioterapi
Judul Tugas Karya Akhir : Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk
Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Kasus
Osteoarthritis Lutut

Tugas Karya Akhir ini telah disetujui untuk diuji pada tanggal 15 Juni 2021

Pembimbing

Safrin Arifin, SKM, SST.FT, M. Sc

iii
UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI


BIDANG STUDI RUMPUN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Nabila Nur Afifah Fitri


NPM : 1806180070
Program Studi : Fisioterapi
Judul Tugas Karya Akhir : Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk
Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Kasus
Osteoarthritis Lutut

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan tugas akhir studi pada Program Studi Fisioterapi
Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Safrin Arifin S.ST.FT, S.K.M., M.Sc ( )
Penguji 1 : Faizah Abdullah S.Ft. M.Biomed ( )
Penguji 2 : M. Jamaludin, SKM., SST.Ft., MM ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 15 Juni 2021

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Kasus sebagai Tugas Karya Akhir yang
berjudul “Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk Meningkatkan
Kemampuan Fungsional Pada Kasus Osteoarthritis Lutut” ini dengan tepat waktu.
Pembuatan laporan kasus ini diajukan sebagai salah satu pemenuhan syarat tugas
akhir program studi Fisioterapi Vokasi Universitas Indonesia. Saya menyadari
bahwa dalam penulisan laporan kasus ini adalah tidak sempurna adanya. Besar
harapan saya agar laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi saya maupun
umum. Dalam penulisan Tugas Karya Akhir ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sigit Pranowo Hardiwardoyo, DEA, selaku Direktur Vokasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan dukungan secara moril
selama mengikuti perkuliahan di Program Pendidikan Vokasi Universitas
Indonesia.
2. Safrin Arifin, SKM, SST.FT, M. Sc, selaku Ketua Program Studi Fisioterapi
Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia dan Pembimbing pada
Penyusunan Tugas Karya Akhir yang telah memberikan ilmu, membimbing
dan memberikan dukungan selama bimbingan tugas akhir.
3. Ibu Faizah Abdullah selaku Pembimbing Akademik Program Studi
Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia yang telah
memberikan ilmu, araha dan dukungan selama perkuliahan.
4. Seluruh dosen Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi
Universitas Indonesia atas ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini
kepada penulis.
5. Kedua orangtua saya, Bapak Juanda dan Ibu Hardenila Fitri. Beserta
saudara kandung saya Fadila dan Nauval yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan doa dalam menyelesaikan Tugas Karya Akhir ini

v
6. Bapak H.R selaku pasien dalam Tugas Karya Akhir saya yang telah bersedia
membantu dan meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian Tugas
Karya Akhir ini.
7. Teman serta sahabat yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam
menyusun Tugas Karya Akhir ini yaitu, Arta, Rania, Nanda, Naomi, Okta,
Revi, Fara.
8. Pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
kelancaran penulisan Tugas Karya Akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Tugas Karya Akhir
ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 08 Juni 2021

Nabila Nur Afifah Fitri

vi
HALAMAN PERYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Nabila Nur Afifah Fitri
NPM : 1806180070
Program Studi : Fisioterapi
Fakultas : Program Pendidikan Vokasi
Jenis Karya : Tugas Karya Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royaliti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk Meningkatkan Kemampuan
Fungsional Pada Kasus Osteoarthritis Lutut”
Beserta perangkat lainnya (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
Tugas Karya Akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 08 Juni 2021

Yang menyatakan

Nabila Nur Afifah Fitri

vii
RINGKASAN

PEMBERIAN ISOMETRIC EXERCISE DAN TENS UNTUK


MENINGKATKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PADA
KASUS OSTEOARTHRITIS LUTUT
Nabila Nur Afifah Fitri, Safrin Arifin
Program Studi Fisioterapi, Program Pendidikan Vokasi

Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan


degradasi kartilago sehingga antar tulang akan bergesekan lalu dapat menimbulkan
keterbatasan pergerakan, nyeri dan kaku pada sendi. Osteoarthritis mempengaruhi
sendi diartrodial yang merupakan sendi yang memungkinkan pergerakan yang
bebas salah satunya yaitu lutut. Osteoarthritis lutut dapat menimbulkan masalah
seperti kelemahan pada otot penggerak lutut, spasme pada otot penggerak lutut,
keterbatasan gerak lutut, dan nyeri gerak pada lutut sehingga menyebabkan
terganggunya aktivitas fungsional dari pasien. Isometric Exercise dan TENS
menjadi salah satu intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan untuk kasus ini.
Muncul pertanyaan pertanyaan klinis,”Apakah pemberian Isometric Exercise dan
TENS dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus osteoarthritis
lutut?”.
Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelusuran bukti
pada 2 data base yaitu ProQuest dan Pedro. Kata kunci yang digunakan adalah Knee
Osteoarthritis, Isometric Exercise, TENS. Dengan metode pencarian yang telah
dijelaskan di atas, didapatkan 2158 artikel yang memenuhi kriteria. Penelusuran
lebih lanjut dilakukan secara manual pada daftar Pustaka relevan. Setelah
penelusuran judul dan abstrak artikel tersebut, didapatkan 185 artikel yang
memenuhi kriteria inklusi. Kemudian tahap pencarian dilanjutkan dengan membaca
keseluruhan artikel dan ditemukan 22 artikel yang sesuai dengan topik yang
diangkat.
Untuk meningkatkan kekuatan otot dan ROM, serta mengurangi spasme
otot dan nyeri gerak diberikan Isometric Exercise dan untuk mengurangi nyeri
gerak diberikan terapi modalitas TENS, mulai pada evaluasi pertama sampai
evaluasi terakhir sebanyak 2 kali dalam seminggu. Isometric Exercise merupakan
latihan pada aktivitas fisik yang melibatkan kontraksi otot statis yang berarti tidak
terdapat perubahan panjang otot dan tidak ada pergerakan sendi. TENS merupakan
pengaplikasian stimulasi listrik melalui elektroda yang diletakan pada permukaan
kulit untuk merangsang serabut saraf sensori yang digunakan untuk mengurangi
nyeri. Kedua intervensi ini terbukti dapat mengurangi keluhan dan meningkatkan
kemampuan fungsional pasien dengan parameter WOMAC Scale.

Kata Kunci: Knee Osteoarthritis, Isometric Exercise, TENS/Transcutaneous


Electrical Nerve Stimulation

viii
SUMMARY

GIVING ISOMETRIC EXERCISE AND TENS TO IMPROVE


FUNCTIONAL ABILITY IN KNEE OSTEOARTHRITIS CASE

Nabila Nur Afifah Fitri, Safrin Arifin


Program Study of Physiotherapy, Vocational Education Program

Osteoarthritis is a degenerative joint disease characterized by progressive


cartilage degradation so that the bones rub together and can cause limited
movement, pain and stiffness in the joints. Osteoarthritis affects the diarthrodial
joints which are joints that allow free movement, one of them is the knee. Knee
osteoarthritis can cause problems such as weakness in the knee muscles, spasms in
the knee muscles, limited knee range of motion and motion pain in the knee, causing
disruption of functional activity of the patient. Isometric exercise and TENS
become one of the physiotherapy interventions that can be done for this case. The
clinical question that arise, “Can giving Isometric Exercise and TENS increase
functional ability in knee osteoarthritis?”
To answer the clinical question, evidence was traced on 2 databases such as
Proquest and Pedro. The keywords used are “Knee Osteoarthritis, Isometric
Exercise, TENS.” By using those search methods, 2158 articles were found that met
the criteria. Further searches are carried out manually on the relevant bibliography.
After searching for the title and abstract of the article, there were 185 articles that
met the inclusion criteria. Then the search phase was continued by reading the entire
article and found 22 articles that match the topics.
To increase muscle strength and ROM, reduce muscle spasms and pain
given Isometric Exercise. To reduce pain given TENS modality therapy, starting at
the first evaluation until the last evaluation 2 times a week. Isometric exercise is an
exercise in physical activity that involves static muscle contraction, which means
that there is no change in muscle length and no joint movement. TENS is the
application of electrical stimulation through electrodes placed on the surface of the
skin to stimulate sensory nerve fibers that are used to reduce pain. Both of these
interventions are proven to reduce complaints and improve the patient's functional
ability with the WOMAC Scale parameters.

Keywords: Knee Osteoarthritis, Isometric Exercise, TENS /Transcutaneous


Electrical Nerve Stimulation

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL .......................................................................................................... i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
RINGKASAN ............................................................................................................. viii
SUMMARY .................................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
DAFTAR DIAGRAM ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................ xvi
BAB I ............................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 4
1.5. Metode Penulisan ........................................................................................... 4
1.6. Sistematika Penulisan .................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................... 7
2.1 Definisi ........................................................................................................... 7
2.2 Anatomi dan Fisiologi .................................................................................... 9
2.3 Epidemiologi ................................................................................................ 20
2.4 Etiologi ......................................................................................................... 20
2.5 Patofisiologi .................................................................................................. 22
2.6 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 24
2.7 Diagnosis ...................................................................................................... 26
2.8 Prognosis ...................................................................................................... 28
2.9 Penatalaksanaan Fisioterapi........................................................................ 28
BAB III ........................................................................................................................ 33

x
3.1 Pengumpulan Data Identitas Pasien............................................................ 33
3.2 Pengumpulan Data Riwayat Penyakit (S) ................................................... 33
3.3 Pemeriksaan (O) .......................................................................................... 34
3.4 Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang ................................ 39
3.5 Identifikasi Problematik Fisioterapi Berdasarkan Prioritas ...................... 39
3.6 Identifikasi Problematika Fisioterapi Berdasarkan ICF ............................ 40
3.7 Diagnosa Fisioterapi .................................................................................... 40
3.8 Program Penatalaksanaan Fisioterapi ........................................................ 41
3.9 Evaluasi ........................................................................................................ 47
BAB IV ........................................................................................................................ 49
4.1 Hasil ................................................................................................................... 49
4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 51
BAB V.......................................................................................................................... 61
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 61
5.2 Saran ............................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 63
LAMPIRAN ................................................................................................................ 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................................... 72

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Lutut ..................................................................... 10


Gambar 2.2 Anatomi Tulang Penyusun Sendi Lutut ......................................... 11
Gambar 2.3 Anatomi Ligament pada Sendi Lutut ............................................. 13
Gambar 2.4 Anatomi Otot Quadriceps .............................................................. 14
Gambar 2.5 Anatomi Otot Hamstring ............................................................... 14
Gambar 2.6 Anatomi Meniscus Sendi Lutut ..................................................... 17
Gambar 2.7 Anatomi Kapsul Sendi Lutut ......................................................... 17
Gambar 2.8 Anatomi Membran Synovial Sendi Lutut ....................................... 18
Gambar 2.9 Anatomi Bursa Sendi Lutut ........................................................... 19

Gambar 3. 1 Intervensi TENS ........................................................................... 43


Gambar 3. 2 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Quadriceps ....................... 43
Gambar 3. 3 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Hamstrings ....................... 44
Gambar 3. 4 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Adductor .......................... 45
Gambar 3. 5 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Abductor .......................... 45

xii
DAFTAR TABEL

Table 1.1 Penelusuran Metode Penelitian ............................................................ 5

Table 2. 1 M. Quadriceps .................................................................................. 15


Table 2. 2 M. Hamstrings .................................................................................. 16

Table 3. 1 Pengukuran ROM .......................................................................................... 36


Table 3. 2 Pengukuran MMT dan VAS............................................................................ 37
Table 3. 3 Metode Pemberian Fisioterapi ...................................................................... 42
Table 3. 4 Hasil Evaluasi ................................................................................................ 47

xiii
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 2.1 ICF Model Osteoarthritis Lutut ..................................................... 27

Diagram 4. 1 Evaluasi WOMAC Scale ............................................................. 50


Diagram 4. 2 Evaluasi Visual Analog Scale ...................................................... 51
Diagram 4. 3 Evaluasi Spasme .......................................................................... 55
Diagram 4. 4 Evaluasi AROM Knee ................................................................. 56
Diagram 4. 5 Evaluasi PROM Knee .................................................................. 56
Diagram 4. 6 Evaluasi MMT ............................................................................. 57

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Evaluasi WOMAC Scale .............................................................................. 67


Lampiran 2 Pemeriksaan Penunjang............................................................................. 69
Lampiran 3 Lembar Konsultasi ..................................................................................... 71

xv
DAFTAR SINGKATAN

AROM : Active Range Of Motion


ICF : International Classification Funtional
IMT : Indeks Masa Tubuh
MMT : Manual Muscle Testing
OA : Osteoarthritis
OS : Orang Sakit
PROM : Passive Range Of Motion
ROM : Range Of Motion
VAS : Visual Analog Scale
WHO : World Health Organization
WOMAC : Western Ontario and McMaster Universities

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nyeri lutut merupakan gejala muskuloskeletal yang umum terjadi
dengan berbagai penyebab mulai dari cidera akut hingga komplikasi kondisi
medis dan resiko terkena nyeri lutut meningkat seiring bertambahnya usia.
Berdasarkan beberapa penelitian 28,3% orang dewasa berusia lebih dari 40
tahun melaporkan bahwa mereka mengalami nyeri lutut hampir setiap hari
selama setidaknya 1 bulan. Nyeri lutut merupakan penyebab utama
kecacatan yang secara substansial menurunkan kualitas hidup dan
kesejahteraan individu yang terkena. Nyeri lutut yang terjadi dapat
disebabkan karena adanya osteoarthritis (OA) lutut, kista poplitea, sindrom
nyeri patellofemoral, cedera ligamen atau tendon. 1
Osteoarthritis (OA) lutut adalah salah satu penyebab paling umum dari
nyeri lutut dan sangat berpengaruh pada fungsi fisik serta kualitas hidup
bahkan dapat menyebabkan tekanan psikologis bagi penderita.
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu bentuk arthritis yang paling umum
terjadi dan bersifat degeneratif. OA cenderung memengaruhi sendi
diartrodial. Sendi diarthrodial merupakan sendi yang memungkinkan
pergerakan yang bebas salah satunya yaitu lutut.2
OA dapat dicirikan oleh dua fitur utama. Ciri pertama OA yaitu terjadi
kerusakan progresif tulang rawan artikular, remodeling tulang dan
pembentukan tulang baru. Sedangkan ciri kedua adalah ketika terjadi
peradangan sinovial dan fibrosis pada ligamen, tendon, meniscus, dan
kapsul.3
Faktor risiko yang mempengaruhi seseorang untuk terkena OA adalah
usia lansia, riwayat cedera sendi (pasca trauma), kondisi terkait metabolik
seperti obesitas, genetika, jenis kelamin, dan iatrogenik atau pasca bedah
dan faktor anatomi dari tulang.4
World Health Organization (WHO) menetapkan OA sebagai penyakit
prioritas karena menyebabkan kecacatan kronis pada individu berusia lebih

1
Universitas Indonesia
2

dari 70 tahun di seluruh dunia. Prevalensi osteoarthritis lutut masih cukup


tinggi di Indonesia yaitu sebanyak 6,13% pada laki-laki dan 8,64% pada
perempuan.5 American College of Rheumatology menyebutkan gejala klinis
yang timbul pada penderita OA ditandai dengan kekakuan kurang dari 30
menit, krepitasi, pembesaran dan tenderness pada tulang. 3
Osteoarthritis (OA) adalah salah satu dari sepuluh penyakit paling
melumpuhkan karena bersifat progesif dan kronis. Sebuah studi
menyebutkan sebanyak 43,3% penderita OA mengeluhkan nyeri dan
kekakuan sehingga sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Akibatnya,
sebanyak 80% mengalami keterbatasan dalam beraktivitas dan 25%
diantaranya bahkan tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.4
Problematika fisioterapi yang ditemukan pada kasus OA lutut yaitu
nyeri lutut saat bergerak, spasme otot, penurunan range of motion (ROM),
penurunan kekuatan otot dan keterbatasan kemampuan fungsional.
Sehingga untuk mengatasi problematika tersebut dibutuhkan penanganan
fisioterapi yang tepat. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(PERMENKES) No. 80 Tahun 2013 mendefinisikan bahwa Fisioterapi
adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada individu atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak
dan/atau fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,
electroterapeutis, dan mekanis), pelatihan fungsi, dan komunikasi. 6
Berdasarkan tinjauan sistematis menyimpulkan bahwa, terapi latihan
dan terapi modalitas pada fisioterapi dapat memberikan manfaat dalam hal
mengurangi nyeri lutut dan spasme otot serta meningkatkan range of motion
(ROM), kekuatan otot dan kemampuan fungsional pada penderita OA lutut.
Terapi latihan dan terapi modalitas yang dimaksud adalah Isometric
Exercise dan TENS. Menurut YV Raghava Neelapala et al, pemberian
isometric exercise pada penderita OA lutut secara signifikan dapat
menurunkan nyeri lutut yang dirasakan. Mempertimbangkan pengaruh dari
aktivitas fisik yang berkurang sehingga strategi manajemen perlu
difokuskan pada penurunan nyeri dengan mengaktivasi jalur afferent dari

Universitas Indonesia
3

otot yang dilatih dan memungkinkan penderita OA lutut untuk melakukan


aktivitas sehari-hari.7
TENS adalah metode stimulasi listrik yang terutama bertujuan untuk
meredakan nyeri simtomatik dengan menarik saraf sensorik dan dengan
demikian menstimulasi mekanisme gerbang nyeri dan sistem opioid.
Menurut Betül Başar dan Belgin Erhan menyatakan bahwa pemberian
modalitas TENS pada penderita OA lutut sangat efektif dibandingkan
dengan modalitas lain karena secara signifikan dapat menurunkan nyeri dan
meningkatkan aktivitas fungsional.8
Untuk menilai penurunan nyeri, digunakan parameter index
osteoarthritis WOMAC ( Westren Ontario and Mcmaster Universities
Osteoarthritis Index ). WOMAC merupakan parameter yang digunakan
untuk mengevaluasi pada penderita osteoarthritis lutut berupa kuesioner
yang terdiri 24 item dengan 5 pertanyaan mengenai nyeri, 2 pertanyaan
berhubungan dengan kekakuan sendi, dan 17 pertanyaan berhubungan
dengan aktivitas fisik.9
Berdasarkan data dan informasi diatas maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus dengan judul “Pemberian Isometric Exercise dan
TENS Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional pada Kasus
Osteoarthritis Lutut”.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas
rumusan masalah dalam penulisan Tugas Karya Akhir ini adalah Apakah
pemberian Isometric Exercise dan TENS dapat meningkatkan kemampuan
fungsional pada kasus osteoarthritis lutut?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan Tugas Karya Akhir ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi persyaratan tugas karya akhir semester VI di
Program Studi Fisioterapi Program Pendidikan Vokasi Universitas

Universitas Indonesia
4

Indonesia serta untuk menambah pengetahuan klinis yang penulis


lakukan dalam mengatasi masalah fisioterapi pada kasus Osteoarthritis
lutut.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui bagaimana pemberian Isometric Exercise dan
TENS dapat meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus
osteoarthritis lutut.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Bagi Penulis
Menambah pemahaman dan pengetahuan penulis tentang kasus
osteoarthritis lutut dan menerapkan penatalaksanaan fisioterapi yang
benar pada kasus tersebut.
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang sesuai kepada
pasien, keluarga, dan masyarakat sehingga masyarakat mampu mengenal
dan mengetahui gambaran umum tentang osteoarthritis lutut sehingga
dengan adanya laporan kasus ini masyarakat dapat diedukasi untuk
mengetahui jenis latihan apa saja yang dapat dilakukan dalam
penatalaksanaan fisioterapi pada kasus osteoarthritis lutut.
3. Bagi Fisioterapis
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penyakit
osteoarthritis lutut dan diharapkan mampu menerapkan penatalaksanaan
ini di rumah sakit, klinik maupun di rumah.

1.5. Metode Penulisan


Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis melakukan penelusuran
bukti dengan metode kepustakaan yaitu dengan membaca buku, jurnal dan
juga literatur dari internet yang berkaitan dengan kasus yang diangkat serta
melakukan observasi langsung pada pasien. Untuk penelusuran bukti
dilakukan di beberapa database jurnal yang diakses secara online.

Universitas Indonesia
5

Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan penelusuran


kepustakaan secara online menggunakan instrumen pencari ProQuest dan
Pedro Kata kunci yang digunakan adalah Osteoarthritis Knee Pain AND
isometric exercise dan Osteoarthritis Knee Pain AND TENS. Dengan
metode pencarian yang telah dijelaskan di atas, didapatkan 2158 artikel yang
memenuhi kriteria. Penelusuran lebih lanjut dilakukan secara manual pada
daftar Pustaka relevan. Setelah penelusuran judul dan abstrak artikel
tersebut, didapatkan 185 artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian
tahap pencarian dilanjutkan dengan membaca keseluruhan artikel dan
ditemukan 22 artikel yang sesuai dengan topik yang diangkat.

Table 1.1 Penelusuran Metode Penelitian


“Knee Osteoarthritis” AND “isometric
“Knee Osteoarthritis” AND “TENS”
exercise”
ProQuest Pedro ProQuest Pedro
1581 16 542 19
↓ ↓ ↓ ↓
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi:
 Artikel full teks  Topik yang tidak sesuai
 Diagnosa osteoarthritis lutut  Artikel Non-data based
 Tahun 2016-2021
Screening Judul/Abstrak
ProQuest Pedro ProQuest Pedro
125 4 50 6
↓ ↓ ↓ ↓
Membaca Artikel Full Teks
ProQuest Pedro ProQuest Pedro
7 3 8 4

Universitas Indonesia
6

1.6. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada laporan kasus ini terdiri dari:
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini berisikan tinjauan pustaka meliputi: definisi; anatomi dan
fisiologi; epidemiologi;; etiologi; patofisiologi; manifestasi klinis;
diagnosis; prognosis; penatalaksanaan fisioterapi serta hal yang
berkaitan dengan penyusunan laporan karya tulis akhir serta literature
review yang berhubungan dengan osteoarthritis lutut.
3. BAB III Uraian Kasus
Bab ini berisikan laporan identitas pasien, riwayat penyakit pasien
secara keseluruhan, pemeriksaan umum, pemeriksaan khusus,
pengumpulan data tertulis pemeriksaan penunjang, urutan masalah
fisioterapi berdasarkan priorotas, diagnosis fisioterapi, program
pelaksanaan fisioterapi dan evaluasi.
4. BAB IV Hasil dan Pembahasan
Berisikan pembahasan mengenai pengaruh pemberian isometric
exercise dan TENS untuk meningkatkan kemampuan fungsional pada
kasus osteoarthritis lutut berdasarkan hasil penelitian (evidence base)
kasus yang diangkat.
5. BAB V Penutup
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

Universitas Indonesia
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 Osteoarthritis
Osteoarthritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang
ditandai dengan degradasi kartilago atau tulang rawan secara
progresif sehingga antar tulang akan bergesekan lalu dapat
menimbulkan keterbatasan pergerakan, nyeri dan kaku pada sendi.
Istilah OA diperkenalkan oleh Archibald E. Garrod, seorang dokter
Inggris pada tahun 1890. OA adalah suatu bentuk arthritis yang
memiliki gambaran patologi khas berupa perubahan dari struktur
rawan sendi dan jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya
kartilago yang menipis secara progresif dengan pembentukan
tulang baru dan perkembangan osteofit dan sclerosis subkondral.
Osteoarthritis hanya dapat mempengaruhi persendian seperti pada
bagian tangan, punggung bawah, leher, dan sendi yang menahan
beban seperti lutut, pinggul, dan kaki.10
2.1.2 Isometric Exercixe
Latihan isometric merupakan latihan pada aktivitas fisik
yang melibatkan kontraksi otot statis. Istilah "isometrik" berasal
dari bahasa Yunani "isos" (sama) dan "metron" (ukuran), yang
berarti bahwa selama latihan isometric tidak terdapat perubahan
panjang otot dan tidak ada pergerakan sendi. Latihan isometric
dilakukan dengan menahan posisi tubuh pada posisi tertentu dan
dapat dilakukan dengan menahan tahanan atau beban sehingga otot
berkontraksi dan memungkinkan darah lebih mengalir pada
jaringan otot sehingga menciptakan tekanan metabolik pada otot.
Hal tersebut dapat membantu meningkatkan kekuatan dan daya
tahan.11

7
Universitas Indonesia
8

2.1.3 TENS
1. Definisi TENS
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
(TENS) merupakan alat yang mengaplikasikan stimulasi
listrik melalui elektroda yang diletakan pada permukaan
kulit untuk merangsang serabut saraf sensori yang digunakan
untuk mengurangi nyeri. Di bidang elektroterapi, TENS
dianggap sebagai arus frekuensi rendah dengan sebagian
besar alat memberikan arus pada frekuensi di bawah
300Hz.12
Dalam rangkaian elektroda TENS terdapat satu
elektroda bermuatan positif yang disebut anoda dan yang
lainnya bermuatan negatif yang di sebut katoda. Dalam
mengurangi nyeri, TENS memiliki dua mekanisme yang
menstimulasi jenis serabut saraf tertentu. Mekanisme yang
pertama yaitu dengan memblokir informasi yang berjalan di
sepanjang serabut nosiseptif melalui stimulasi serabut aferen
Aß. Mekanisme yang kedua yaitu dengan melepaskan opioid
endogen melalui stimulasi aferen dan serabut motorik. 9
2. Indikasi TENS
Indikasi penggunaan TENS yaitu untuk mengurangi
nyeri musculoskeletal, nyeri neurogenic, nyeri visceral dan
dismenore.12
3. Kontraindikasi TENS
Kontraindikasi penggunaan TENS yaitu pasien
dengan pacemaker, kehamilan, sinus karotis, alergi kulit dan
gangguan kesadaran. Penempatan elektroda TENS juga
perlu diperhatikan, yaitu tidak boleh diletakan di area mata
dan anterior dari leher.12

Universitas Indonesia
9

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Sendi lutut merupakan sendi terbesar dan kompleks pada tubuh manusia
yang menghubungkan tungkai atas dan bawah. Sendi lutut merupakan sendi
synovial tipe hinge yang menghubungkan tiga tulang yaitu tulang femur
bagian distal, tulang tibia bagian proximal dan tulang patella. Sebagai sendi
tipe hinge, sendi lutut memiliki dua pergerakan yaitu fleksi dan ekstensi
serta terdapat sedikit rotasi medial pada fleksi dan tahap terakhir ekstensi
lutut.13
2.2.1 Sendi Lutut
1. Tibiofemoral Joint
Tibiofemoral joint merupakan artikulasi antara kondilus
lateral dan medial dari ujung distal femur dan tibial plateau
yang keduanya dilapisi oleh lapisan tebal tulang rawan hialin.
Sendi ini merupakan sendi synovial tipe hinge dengan
permukaan tidak rata sehingga kompatibilitas disediakan oleh
meniskus medial dan lateral.14
2. Tibiofibular Proksimal Joint
Tibiofibular proksimal joint merupakan artikulasi antara
caput fibula dan kondilus lateral tibia. Sendi ini tidak terlibat
secara langsung dalam sendi lutut. Tibiofibular proksimal joint
merupakan sendi synovial tipe plane yang memungkinkan
pergerakan gliding.14
3. Patellofemoral Joint
Patellofemoral joint merupakan sendi pelana yang dibentuk
oleh artikulasi antara aspek anterior femur dengan patella.14

Universitas Indonesia
10

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Lutut 15

2.2.2 Tulang pada Sendi Lutut


1. Tulang Femur
Tulang femur merupakan tulang panjang yang bagian
proksimal dari tulang femur berartikulasi dengan pelvis dan
bagian distal berartikulasi dengan patella dan aspek proksimal
tibia untuk membentuk sendi lutut. Pada bagian distal femur
terdapat tiga bagian yaitu condylous, epicondylous dan fossa
intercondylar. Condylous merupakan area bulatan menonjol
pada ujung tulang femur yang terbagi menjadi medial condylous
dan lateral condylous. Pada bagian condylous terdapat bulatan
kecil lagi yaitu epicondylous medial dan epicondylous lateral.
Fossa interconylar merupakan cekungan yang terdapat antara
medial condylous dan lateral condylous.13
2. Tulang Patella
Tulang patella atau tempurung lutut merupakan jenis tulang
sesamoid terbesar pada tubuh yang berbentuk segitiga dan
terletak pada bagian depan lutut. Pada bagian anterior patella
terdapat dua bagian yaitu aspek terletak di inferior yang
berhubungan dengan tuberositas tibialis melalui ligament
patella dan basis terletak di superior sebagai tempat perlekatan
tendon quadriceps. Pada bagian posterior patella terdapat dua

Universitas Indonesia
11

facet yaitu medial facet dan lateral facet yang beratikulasi


dengan tulang femur.13
3. Tulang Tibia
Tulang tibia atau tulang kering merupakan tulang utama kaki
bagian bawah yang menghubungkan tulang femur dan tumit kaki
dan terletak di medial tulang fibula. Tulang tibia terbagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian proksimal, shaft dan distal. Bagian
proksimal tulang tibia berperan dalam sendi lutut terdiri dari
bagian medial dan lateral condylous yang dipisahkan oleh
intercondylar tubercullum.13
4. Tulang Fibula
Tulang fibula merupakan tulang silindris yang terletak di
lateral tulang tibia dan terdiri dari tiga bagian yaitu bagian
proksimal, shaft dan distal.13

Gambar 2.2 Anatomi Tulang Penyusun Sendi Lutut 15

2.2.3 Ligament pada Sendi Lutut


1. Ligament Extracapsular
a. Ligament Patella
Bagian atas ligament patella melekat pada pinggir
bawah patella dan bagian bawah ligament ini melekat pada
tuberositas tibia. Ligament patella merupakan lanjutan dari
bagian utama tendon dari otot quadriceps femoris.13

Universitas Indonesia
12

b. Ligament Collateral Fibula


Ligament kolateral fibula atau lateral merupakan
ligament berbentuk tali yang bagian atas ligament melekat
pada lateral condylous femoris dan bagian bawah ligament
melekat pada caput fibula yang berfungsi menahan gerakan
varus.13
c. Ligament Collateral Tibialis
Ligament collateral tibialis atau medial merupakan
ligament berbentuk pita gepeng dan lebar yang bagian atas
ligament melekat pada medial condylous femoris dan bagian
bawah ligament melekat pada facies medialis corpus tibia.
Ligament ini berfungsi menahan gerakan valgus.13
d. Ligament Poplitea Oblique
Ligament popliteal oblique merupakan perluasan
dari tendon semimembranosus yang berasal dari posterior ke
medial condylous tibialis dan melintas ke arah superior dan
lateral untuk melekat pada lateral condylous femur.13
e. Ligament Transversum Genu
Ligament transversum genu terbentang paling depan
antara permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis
yang berfungsi sebagai stabilisasi dan fiksasi pada sendi
lutut.13
2. Ligament Intracapsular
Ligament intracapsular merupakan pengikat utama antara
femur dan tibia yang terletak saling bersilangan satu sama lain
membentuk huruf X pada sendi lutut. Ligament ini terbagi
menjadi dua yaitu ligament cruciatum anterior dan posterior. 13
a. Ligament Cruciatum Anterior
Ligament cruciatum anterior melekat pada anteior
intercondylaris dari tulang tibia dan memanjang ke arah atas,
belakang lalu ke arah lateral dan melekat pada posterior dari
medial condylous leteral femur. Ligament ini mencegah

Universitas Indonesia
13

pergeseran femur ke arah posterior pada tibia dan


hiperekstensi sendi lutut. Ligament ini akan meregang pada
saat fleksi lutut dan akan menegang saat ekstensi lutut. 13
b. Ligament Cruciatum Posterior
Ligament cruciatum posterior melekat pada
intercondylar dari tibia dan memanjang ke arah atas, ke arah
depan lalu ke arah medial dan melekat pada anterior lateral
condylous medialis femur. Ligament ini mencegah
pergeseran femur ke arah anterior terhadap tibia atau
pergeseran tibia ke posterior terhadap femur serta mencegah
hiperfleksi sendi lutut. Ligament ini akan menegang pada
saat fleksi lutut.13

Gambar 2.3 Anatomi Ligament pada Sendi Lutut 14

Universitas Indonesia
14

2.2.4 Otot pada Sendi Lutut


Otot berfungsi sebagai stabilisator aktif dan penggerak sendi.
Sendi lutut memiliki dua pergerakan utama yaitu fleksi dan ekstensi.
Berdasarkan dua pergerakan utama sendi lutut, otot daeerah lutut
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok otot ekstensor
dan kelompok otot fleksor.13

Gambar 2.4 Anatomi Otot Quadriceps15

Gambar 2.5 Anatomi Otot Hamstring14

Universitas Indonesia
15

1. Kelompok Otot Ekstensor


Otot ekstensor pada sendi lutut yaitu M. Quadriceps yang
terdiri dari empat otot yaitu M. Rektus Femoris, M. Vastus
Lateralis, M. Vastus Intermedius dan M. Vastus Medialis.13

Table 2. 1 M. Quadriceps16
Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi

Spina iliaca anterior


M. Rectus Fleksi panggul Nervus
inferior dan bagian Tuberositas
dan ekstensi femoralis
Femoris superior lekukan tibia
lutut (L2-L4)
acetabulum

M. Vastus Trochanter major dan Nervus


Tuberositas
permukaan lateral atas Ekstensi lutut femoralis
Lateralis tibia
linea aspera (L2-L4)

M. Vastus 2/3 atas bagian anterior Nervus


Tuberositas
dan permukaan lateral os Ekstensi lutut femoralis
Intermedius tibialis
femur (L2-L4)

Tendon
M. Vastus Linea intertrochanterica Nervus
patella dan
dan bagian medial linea Ekstensi lutut femoralis
Medialis Tuberositas
aspera (L2-L4)
tibia

2. Kelompok Otot Fleksor


Otot fleksor pada sendi lutut yaitu M. Hamstrings yang
terbagi menjadi dua bagian yaitu otot bagian lateral dan medial.
Otot lateral terdiri dari M. Biceps Femoris dan otot medial terdiri
dari M. Semi Tendinosus dan M.Semi Membranosus.13

Universitas Indonesia
16

Table 2. 2 M. Hamstrings16
Otot Origo Insersio Fungsi Inervasi

Tuberositas
ischiadicum, Fleksi lutut, rotasi
Nervus
M. Biceps Feemoris membagi tendon Sisi lateral tibia ke arah lateral
tibialis
(Caput Longum) sama besar dengan caput fibula (eksorotasi),
(S1-S3)
semitendinosus dan ekstensi panggul
semimembranosus
Common
Fleksi lutut, rotasi
Permukaan fibula
M. Biceps Femoris tibia ke arah lateral
Linea aspera femur lateral caput (peroneal)
(Caput Brevis) (eksorotasi),
fibula (L5, S1,
ekstensi panggul
S2)

Tuberositas
ischiadicum, Permukaan
Fleksi lutut, rotasi Nervus
M. membagi tendon posterior
panggul ke arah tibialis
Semimembranosus sama besar dengan medial
medial (endorotasi) (L5-S2)
semitendinosus dan kondilus tibia
biceps femoris
Tuberositas Permukaan
ischiadicum, medial dari
Fleksi lutut, rotasi Nervus
membagi tendon superior tibia
M. Semitendinosus panggul ke arah tibialis
sama besar dengan melalui
medial (endorotasi) (L5-S2)
semimembranosus tendon pes
dan biceps femoris anserinus

2.2.5 Meniscus
Meniscus atau cartilago semilunaris merupakan lamella
fibrocartilage yang berbentuk huruf C yang terletak antara tulang
tibia dan tulang femur. Terdapat sepasang meniscus yaitu meniscus
lateral dan meniscus medial. Pada bagian pinggir luar meniscus
memiliki bagian lebih tebal dan melekat pada capsula sedangkan
bagian pinggir meniscus dalam lebih tipis cekung dan membentuk
pinggir yang bebas. Permukaan atas meniscus berartikulasi langsung
dengan condylus femoris dan pada permukaan bawah berartikulasi
langsung dengan condylus tibialis. Meniscus berfungsi untuk
memperdalam permukaan artikular tibia sehingga meningkatkan
stabilitas sendi dan bertindak sebagai shock absorber.17

Universitas Indonesia
17

Gambar 2.6 Anatomi Meniscus Sendi Lutut14

2.2.6 Kapsul Sendi


Kapsul sendi lutut merupakan kapsul sendi terbesar dalam
tubuh yang membungkus rapat sendi lutut. Kapsul sendi lutut
terletak pada permukaan bagian posterior dari tendon M. quadriceps
femoris dan di bagian depan menutupi patella menuju permukaan
anterior dari femur diatas tuberositas tibia. Kapsul sendi melekat
pada bagian pinggir dari facies artikularis dan mengelilingi sisi serta
aspek bagian posterior dari sendi. Pada bagian permukaan depan
sendi tidak memiliki kapsul sendi, sehingga memungkinkan
membran synovial membentuk bursa suprapatellaris.13

Gambar 2.7 Anatomi Kapsul Sendi Lutut 14

Universitas Indonesia
18

2.2.7 Membran Synovial


Membran synovial melapisi kapsul dan melekat pada bagian
pinggir dari facies artikularis. Membran synovial meluas
membentuk kantung ke atas sampai sekitar tiga jari di atas patella di
bawah otot quadriceps femori yang membentuk bursa supra
patellaris. Pada bagian belakang, membran synovial meluas ke
bagian bawah pada permukaan dalam tendon otot popliteus
membentuk bursa popliteus. Membran synovial melipat ke arah
depan dari bagian posterior capsula di sekitar belakang depan dari
ligament cruciatum. Pada anterior sendi, membran synovial melipat
ke arah belakang dari permukaan posterior ligamen patellae untuk
membentuk plica alaris.13

Gambar 2.8 Anatomi Membran Synovial Sendi Lutut14

2.2.8 Bursa Sendi


Bursa merupakan kantung berisi cairan synovial yang
ditemukan diantara struktur penggerak sendi lutut. Bursa membantu
pergerakan sendi agar lebih mudah dan mencegah terjadinya friksi
antar jaringan. Bursa yang berhubungan dalam sendi lutut terbagi
menjadi empat bursa di bagian depan sendi lutut dan dua bursa di
bagian belakang sendi lutut.13
Bursa bagian depan yang berhubungan dengan sendi lutut
yaitu bursa suprapatellaris, bursa prepatellaris, bursa

Universitas Indonesia
19

infrapatellaris superficialis dan bursa infrapatellatis profunda.


Bursa bagian belakng yang berhubungan dengan sendi lutut yaitu
bursa popliteus dan bursa semimembranosus.13

Gambar 2.9 Anatomi Bursa Sendi Lutut 14

2.2.9 Biomekanik Sendi Lutut


1. Osteokinematika Sendi Lutut
Osteokinematika adalah gerakan yang terjadi diantar dua
tulang atau lebih melalui axis sendi. Sendi lutut termasuk dalam
sendi hinge yang pada bidang sagital dengan gerak rotasi ayun
dan menghasilkan gerakan fleksi dan esktensi. Pada gerakan
fleksi memiliki lingkup gerak sendi normal sebesar 1350 dengan
soft endfeel. Pada gerakan ekstensi memiliki lingkup gerak sendi
normal sebesar 00 dengan hard endfeel. Sendi lutut memiliki
gerakan rotasi saat gerakan fleksi pada bidang transversal yaitu
gerakan internal dan eksternal rotasi. Saat gerakan ekstensi akhir
terjadi gerakan eksternal rotasi tibia atau disebut sebagai closed
rotation phenomen.13
2. Arthrokinematika Sendi Lutut
Arthrokinematika adalah gerakan yang terjadi antara dua
permukaan tulang. Pada kedua permukaan sendi lutut terjadi
pergerakan sliding dan rolling. Pada saat fleksi, femur rolling ke
arah posterior dan sliding ke arah anterior. Pada saat ekstensi,
femur rolling ke arah anterior dan sliding ke arah posterior. Pada

Universitas Indonesia
20

saat fleksi atau ekstensi tibia bergerak rolling dan sliding searah,
saat fleksi ke arah dorsal dan ekstensi ke arah vental. 13

2.3 Epidemiologi
World Health Organization (WHO) menetapkan OA sebagai salah satu
dari sepuluh penyakit paling melumpuhkan karena menyebabkan kecacatan
kronis pada individu berusia lebih dari 70 tahun di seluruh dunia. Di seluruh
dunia terdapat 9,6% pria dan 18,0% wanita berusia di atas 60 tahun memiliki
osteoartritis simptomatik. Akibatnya, sebanyak 80% mengalami
keterbatasan dalam beraktivitas dan 25% diantaranya bahkan tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari.18
Prevalensi penyakit sendi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan di
Indonesia sebanyak 7,30%. Prevalensi lansia di Indonesia yang menderita
OA berdasarkan usia yaitu usia 55-64 tahun sebesar 15,55%, 65-74 tahun
sebesar 18,63% dan lebih dari 75 tahun sebesar 18,95%. Untuk OA lutut
berdasarkan jenis kelamin di Indonesia dengan prevalensi yaitu 8,64% pada
wanita dan 6,13% pada pria. 6

2.4 Etiologi
Penyebab terjadinya OA lutut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
predisposisi dan faktor biomekanis. Faktor predisposisi adalah faktor yang
memudahkan seseorang untuk terkena OA lutut seperti usia, jenis kelamin,
genetik dan obesitas. Faktor biomekanis adalah faktor yang cenderung
kepada gerak tubuh yang memberikan tekanan pada sendi lutut sebagai alat
gerak tubuh, sehingga meningkatkan risiko terkena OA lutut seperti
kelainan anatomi, riwayat trauma, aktivitas fisik dan kebiasaan
olahraga.19,20
2.4.1 Faktor Predisposisi
1. Usia
Usia merupakan faktor resiko yang paling kuat berkolerasi
dengan terjadinya OA karena resiko OA meningkat secara
progresif seiring bertambahnya usia. Perubahan jaringan terkait

Universitas Indonesia
21

bertambahnya usia memungkinkan terjadinya degradasi tulang


rawan dan penurunan kemampuan kondrosit untuk memelihara
dan memperbaiki jaringan sehingga mendukung terjadinya OA.19
2. Jenis Kelamin
Jumlah OA yang terjadi pada laki-laki sebelum usia 50 tahun
lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Namun setelah
usia lebih dari 50 tahun jumlah OA pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan dengan laki-laki. Pada perempuan berusia 50-80
tahun faktor hormonal berperan penting dalam resiko terjadinya
OA karena adanya pengurangan dari hormon estrogen yang
signifikan setelah menopause.20
3. Genetik
Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut,
hal tersebut berhubungan dengan mutasi pada gen yang terdapat
pada tulang rawan dengan mengkode kolagen tipe II, IV, V dan
VI serta protein matriks oligomer kartilago. 20
4. Obesitas
Obesitas merupakan factor kuat lainnya yang berkolerasi
dengan terjadinya OA lutut. Dengan adanya obesitas berpengaruh
pada peningkatakan gaya mekanis dan beban di seluruh sendi
penahan beban seperti lutut sehingga menyebabkan degenerasi
sendi. Mayoritas pada pasien obesitas menunjukan bentuk lutut
varus yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan sendi di
medial lutut sehingga mempercepat proses degeneratif. 19

2.4.2 Faktor Biomekanis


1. Kelainan Anatomi
Kelainan anatomi lokal pada lutut dapat beresiko terjadinya
OA seperti bentuk lutut valgus dan varus, Legg – Calve – Perthes
disease dan displasia asetabulum, kelemahan M. quadriseps dan
laxity ligament pada sendi lutut.19

Universitas Indonesia
22

2. Riwayat Trauma Lutut


Pada individu dengan riwayat lutut memiliki resiko 3-6 kali
lebih besar terkena OA. Trauma yang terjadi pada lutut
memungkinan dapat menyebabkan perubahan pada meniscus,
patah tulang, rupture ligament dan dislokasi sendi lutut. 19
3. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang melibatkan pembebanan terlalu banyak
pada lutut dapat beresiko terkena OA karena pada tulang rawan
sendi lutut mengalami tekanan yang berlebihan secara
berkepanjangan sehingga terjadi degenerasi meniskus dan
robekan yang menyebabkan perubahan pada tulang rawan sendi
lutut.19

2.5 Patofisiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif yang mempengaruhi
kartilago. Kartilago merupakan jaringan keras dan licin pada bagian ujung
tulang yang akan membentuk persendian. Kartilago berfungsi melindungi
ujung-ujung tulang agar tidak ada pergesekan antar tulang saat bergerak.
Kartilago tersusun dari dua lapisan. Pada lapisan dalam terdapat
chondrocytes yang berfungsi melakukan sintesis dan sekresi pada sebagian
besar penyusun tulang rawan yang terdiri dari link proteins, kolagen tipe II,
proteoglycans dan hyluronic acid. Pada lapisan permukaan terdapat lapisan
fibrosus yang melapisi chondrocytes dan tulang subkondral.20
Proses kerusakan kartilago yang terjadi pada osteoarthritis disebabkan
karena chondrocytes mengalami kegagalan dalam menjaga keseimbangan
antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler yang menyebabkan
terjadinya perubahan struktur kartilago yang mempengaruhi fungsinya.
Kegagalan pada chondrocytes ini disebabkan karena terjadinya degradasi
proteogylcans dan kolagen yang merupakan akibat aktivasi enzim proteoase
sehingga menstimulasi chondrocytes untuk mensintesis kolagen tipe I dan
III. Dampak dari kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan pada
permukaan kartilago dan menghancurkan jaringan fibrosus.19

Universitas Indonesia
23

Perubahan permukaan kartilago yang menjadi kasar akan menyebabkan


terjadinya kontak langsung antara tulang dengan tulang dalam sendi saat
bergerak dan diikuti dengan terbentuknya osteofit pada tepi tulang sebagai
suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian namun
kondisi ini merupakan kegagalan sendi yang bersifat progresif karena
mengubah kontur sendi dan membatasi pergerakan sendi. 20
OA diklasifikasi berdasarkan gambaran radiologis pada sendi yang
memiliki gambaran khas yaitu dengan adanya sclerosis, osteofit,
penyempitan celah sendi dan perubahan tulang rawan sendi. Menurut
Kellgren and Lawrence, berdasarkan gambaran radiografi pada sendi OA
dibagi menjadi empat.20,21
1. Grade 0: Normal. Tidak terdapat penyempitan celah sendi dan
perubahan pada struktur sendi.21
2. Grade 1: Meragukan. Menunjukan penyempitan sendi yang meragukan
dengan pembentukan osteofit.21
3. Grade 2: Minimal. Menunjukan penyempitan celah sendi dan
pembentukan osteofit.21
4. Grade 3: Sedang. Menunjukan penyempitan celah sendi, pembentukan
osteofit sedang, sedikit sclerosis dan kemungkinan deformitas pada
ujung tulang.21
5. Grade 4: Berat. Menunjukan pembentukan osteofit yang besar,
penyemitan ruang sendi yang parah dengan sclerosis berat dan
deformitas ujung tulang.21

Universitas Indonesia
24

Gambar 2.10 Radiografi OA Lutut Berdasarkan Derajat 21

2.6 Manifestasi Klinis


OA lutut memiliki berbagai gejala yang tergantung pada penyebab
masalahnya. Gejala OA lutut telah berlangsung lama dan akan memburuk
sering bertambahnya waktu. Gejala yang ditumbulkan oleh OA lutut, antara
lain:22
1. Nyeri
Nyeri merupakan gejala yang paling umum dikeluhkan oleh pasien
OA. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri tumpul, nyeri tajam,
konstan atau bahkan hilang dan timbul. Gejala nyeri sering bertambah
parah ketika penggunaan sendi yang berlebihan seperi menahan beban,
naik tangga dan berjalan. Nyeri yang dirasakan akan meningkat pada
struktur yang memiliki nerve ending (nociceptif) dan disebabkan karena
adanya peningkatan tekanan vena pada tulang subcondral dan osteofit,
synovitis, penebalan kapsuler dan subluksasi. Jika kerusakan hanya
terdapat pada kartilago maka nyeri tidak akan timbul. Serabut nociceptor
terdiri pada kapsul sendi, periosteum tulang, dan ligamen. Pada tulang
rawan sendi tidak mempunyai persarafan (uninervasi) dan tidak
mempunyai sistem vaskularisasi (avaskularisasi). 22
Jadi, keluhan nyeri pada OA disebabkan oleh adanya penjepitan
pada ujung saraf nociceptor karena distruksi progresif pada kartilago dan

Universitas Indonesia
25

adanya osteofit disekitar tepi sendi. Selain itu nyeri OA juga dapat
disebabkan karena adanya penebalan pada ligamen kapsul, kartilago,
kelemahan otot dan deformitas sendi sehingga akan meningkatkan
tekanan pada sensoris nerve ending sehingga ujung saraf terjepit.22
2. Kekakuan Sendi
Kekakuan sendi yang dirasakan pada pasien OA sering terjadi dalam
waktu kurang dari 30 menit yaitu ketika tidak melakukan aktivitas dalam
waktu lama seperti tidur dan duduk lama. Kekakuan pada pagi hari saat
bangun tidur biasanya dirasakan sekitar 5-10 menit. Kekakuan yang
terjadi bisa disebabkan oleh berkurangnya cairan surfaktan yang bekerja
sebagai pelumas dan mengurangi tekanan pada sendi.22
3. Krepitasi
Krepitasi merupakan sensasi suara gemeratak yang timbul saat
menggerakan sendi dan dihasilkan karena adanya gesekan permukaan
tulang yang kasar.22
4. Pembengkakan
Pembengkakan pada OA disebabkan karena adanya perubahan
patologis pada kartilago sendi lutut sehingga terjadi bloking dan edema
pada jaringan lunak, erosi, gangguan peredaran darah dan cidera pada
kondrosit.22
5. Kelemahan Otot
Kelemahan otot yang terjadi pada pasien OA dipengaruhi oleh
tingkat keparahan dari OA itu sendiri. Otot yang sering mengalami
kelemahan pada pasien OA yaitu M. Quadriceps yang berfungsi sebagai
pelindung struktur sendi lutut.22
6. Deformitas Sendi
Deformitas sendi pada pasien OA terjadi karena adanya
pembentukan osteofit sehingga menyebabkan destruksi kartilago, tulang
dan jaringan.22

Universitas Indonesia
26

2.7 Diagnosis
2.7.1 Diagnosis Medis
Diagnosis merupakan proses untuk mengidentifikasi
kelemahan atau penyakit yang dialami oleh seseorang dengan
melalui pengujian dan studi yang saksama berdasarkan gejala yang
dikeluhkan. Untuk membantu dalam mengidentifikasi suatu
penyakit dapat dilakukan pemeriksaan melalui riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, tes darah, tes pencitraan dan biopsi.23
2.7.2 Diagnosis Fisioterapi
Fisioterapi melakukan diagnosis terhadap gangguan sistem
pergerakan sebagai landasan dalam mengoptimalisasi pemberian
intervensi sehingga dapat meminimalisasi kecacatan. Diagnosis
fisioterapi terfokus pada mengidentifikasi dan mengklasifikasi
konsekuensi yang dihasilkan dari suatu penyakit yang meliputi
impairment, functional limitation dan disabilities. Diagnosis
fisioterapi digambarkan melalui International Classification
Functioning Disability and Health (ICF).23
International Classification Functioning Disability and
Health (ICF) merupakan kerangka kerja yang menggambarkan
fungsi dan kecacatan dalam suatu kondisi kesehatan. ICF terdiri dari
klasifikasi domain yang berhubungan dengan kesehatan dan dengan
aktivitas fisik dan pembatasan partisipasi yang mempengaruhi
faktor personal dan juga mencakup daftar faktor lingkungan.
Klasifikasi domain pada ICF terbagi menjadi 2 bagian dasar. Bagian
pertama yaitu (1) Body Functions and Structures; dan (2) Activities
and Participation. Body Functions and Structures merupakan
bagian yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi pada
fungsi tubuh dan struktur tubuh. Sedangkan Activities and
Participation merupakan aktivitas sehari – hari yang terhambat pada
individu dan keikutsertaan dalam aktivitas. Bagian kedua yaitu
faktor kontekstual yang merupakan faktor yang mempengaruhi

Universitas Indonesia
27

fungsional pasien baik dari lingkungan maupun individu itu


sendiri.24

Diagram 2.0-1 ICF Model Osteoarthritis Lutut

Osteoarthritis Lutut

Body Structure Activity Limitation Participation


Restriction
1. Nyeri gerak fleksi 1. Mobilisasi ke
dan ekstensi knee berdiri dari 1. Melakukan hobi
bilateral (b28015) posisi duduk yaitu jalan-jalan
2. Spasme m. (d4104) (d9204)
hamstring bilateral 2. Berdiri lama 2. Melakukan
dan (d4154) sholat berjamaah
m.gastrocnemius 3. Berjalan jauh di masjid (d930)
dextra (b7801) (d4501)
3. Keterbatasan ROM 4. Memakai celana
pada fleksi knee (d540)
bilateral (b7100) 5. Beribadah
4. Penurunan kekuatan sholat dengan
m. quadriceps posisi bediri
dextra (b730) (d4930)

Enviroment Factor Personal Factor

1. Rumah 1 lantai 1. Usia 77 tahun


(e1551) 2. iTinggal ibersama
2. Menggunakan toilet iistri, ianak idan icucu
duduk (e1551) (e310)
3. iBekerja isebagai
ipengusaha

Universitas Indonesia
28

2.8 Prognosis
Prognosis OA tergantung pada tingkat keparahan dan sendi yang terlibat
walaupun tiap individu memiliki kondisi yang berbeda. Terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi prognosis pada OA yaitu Body Mass Index
(BMI) yang tinggi, usia yang kian menua deformitas varus pada lutut dan
beberapa sendi lain yang terlibat. Sehingga OA merupakan penyakit
degenerasi yang tidak mungkin dapat disembuhkan, karena merupakan
penyakit kronis dan progresif.19

2.9 Penatalaksanaan Fisioterapi


Penatalaksanaan fisioterapi merupakan proses yang dilakukan berdarkan
rencangan tindakan mulai dari anamnesis, pemeriksaan, intervensi dan
evaluasi untuk memenuhi kebutuhan pasien. Penatalaksanaan fisioterapi
harus berdasarkan pada rancangan yang telah ditetapkan atau dengan
melakukan modifikasi dosis berdasarkan pedoman yang ditetapkan dalam
program dengan tetap mengkomunikasikan pada pihak terkait serta
mendokumentasikan hasil dan pelaksanaan metodologi serta program,
termasuk mencatat evaluasi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan
fisioterapi dan respon dari pasien.25
2.9.1 Anamnesis
Anamnesis adalah cara pengumpulan riwayat lengkap perjalanan
penyakit dengan cara tanya jawab antara terapis dengan sumber data.
Anamnesis dapat dilakukan tanya jawab secara langsung (Auto
Anamnesis) atau dengan care giver, yakni keluarga atau orang
terdekat pasien (Allo Anamnesis). Pada pasien OA lutut sering
mengeluhkan adanya nyeri pada lutut ketika berjalan atau saat akan
berdiri, merasakan kekakuan pada sendi lutut ketika tidak
melakukan aktivitas dalam waktu lama dan terdapat suara gemertak
saat menggerakan lutut. Pasien juga melaporkan kesulitan untuk
berjalan jauh, naik turun tangga, serta duduk di lantai karena adanya

Universitas Indonesia
29

nyeri atau terjadi spasme, penurunan kekuatan otot, dan perubahan


faktor biomekanik pada tubuh.26

2.9.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengidentifikasi
penyakit yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan inspeksi seperti adanya deformitas,
kontur tubuh, kontur jaringan lunak, luka atau tanda-tanda cidera
serta postur dan aligment, pemeriksaan palpasi seperti nyeri tekan,
oedema, tonus otot, spasme otot dan peningkatan suhu lokal pada
lutut. Pemeriksaan gerak seperti terdapat nyeri dan kelemahan pada
gerakan fleksi lutut yang diberikan resistance minimal, kelemahan
saat mengangkat kaki, nyeri dan penurunan ROM fleksi panggul,
fleksi lutut, ataupun penurunan kekuatan otot - otot ekstensor knee.26
Test spesifik juga merupakan bagian dari pemeriksaan fisik yang
bertujuan untuk melihat apakah terdapat masalah penyerta terhadap
keluhan pasien. Beberapa test spesifik yang dilakukan diantaranya
adalah:14
1. Test Krepitus
Test krepitus yang ngindikasi adanya gesekan pada ujung-
ujung tulang. Test krepitus dilakukan dengan pasien dengan
posisi tidur terlentang di bed, fisioterapis menggerakan lutut
pasien dengan gerakan fleksi dan ekstensi. Jika terdapat suara
gemeretak yakni terdapat gesekan pada ujung tulang pada sendi
lutut.26
2. Anterior Drawer Test
Anterior Drawer Test yang mengindikasikan adanya masalah
pada ACL. Test ini dilakukan dengan posisi pasien tidur
terlentang di bed dengan salah satu lutut difleksikan. Fisioterapis
duduk bersandar pada kaki pasien untuk menstabilkannya. Kedua
tangan fisioterapis memegang proksimal tungkai bawah dengan
ibu jari berada di kedua sisi tibia anterior distal dan jari-jari

Universitas Indonesia
30

lainnya melingkar ke belakang lutut. Lalu fisioterapis menarik


tibia ke arah anterior. Hasil test positif jika tulang tibia bergerak
ke depan dari tulang femur secara berlebihan.26
3. Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Test yang mengindikasikan adanya masalah
pada PCL. Test ini dilakukan dengan posisi pasien tidur
terlentang di bed dengan salah satu lutut difleksikan. Fisioterapis
duduk bersandar pada kaki pasien untuk menstabilkannya. Kedua
tangan fisioterapis memegang proksimal tungkai bawah dengan
ibu jari berada di kedua sisi tibia anterior distal dan jari-jari
lainnya melingkar ke belakang lutut. Lalu fisioterapis mendorong
tibia ke arah posterior. Hasil tes positif jika tulang tibia bergerak
ke posterior dari tulang femur secara berlebihan.26
4. Varus Test
Varus Test yang mengindikasikan masalah pada LCL. Test ini
dilakukan dengan Posisi pasien terlentang di bed dengan hip
sedikit abduksi dan fleksi, lutut fleksi 00-300. Tangan fisioterapis
memegang lutut dengan satu tangan. Tangan lainnya memegang
ankle dengan menggerakan ke arah medial. Hasil tes positif jika
terdapat gerakan berlebihan ke arah medial dibandingkan sisi
yang sehat.26
5. Valgus Test
Valgus Test yang mengindikasikan masalah pada MCL. Test
ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang di bed dengan hip
sedikit abduksi dan fleksi, lutut fleksi 00-300. Tangan fisioterapis
memegang lutut dengan satu tangan. Tangan lainnya memegang
ankle dengan menggerakan ke arah lateral. Hasil tes positif jika
terdapat gerakan berlebihan ke arah lateral dibandingkan sisi
yang sehat.26
6. Ballottement Test
Ballottement Test yang ngindikasi adanya cairan pada sendi
lutut. Test ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang di bed

Universitas Indonesia
31

dengan tungkai posisi lurus. Kosongkan ressesus patellaris


dengan menekan menggunakan satu tangan dan jari-jari tangan
lainnya menekan patella kebawah. Jika normal patella tidak bisa
ditekan kebawah, namun apabila patella bisa ditekan ke bawah
maka terdapat penumpukan cairan yang membuat patella
terangkat.26
7. Mc Murray Test
Mc Murray Test yang mengindikasikan adanya masalah
pada meniscus medial. Test ini dilakukan dengan posisi pasien
terlentang di bed dengan hip dan knee fleksi sekitr 90 0. Tangan
fisioterapi memfiksasi lutut pasien sementara tangan lainnya
memegang ankle lalu memutarnya sehingga terjadi gerakan rotasi
internal secara penuh untuk memeriksa meniscus lateral dan
rotasi eksternal penuh untuk memeriksa meniscus medial. Hasil
tes positif jika terdapat bunyi “klik” yang sering disertai rasa
sakit.26
2.9.1 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan menggunakan
teknologi kedokteran yaitu Ultrasonography, X-rays, Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Arthrocentesis, Arthroscopy dan lainnya
untuk mengkonfirmasi dan menunjukkan temuan tidak langsung dari
osteoarthritis.26
2.9.2 WOMAC Scale
WOMAC scale pertama kali dikembangkan pada tahun 1982 di
Westren Ontario dan Mcmaster Universities yang sudah tersedia
dalam 65 bahasa. WOMAC atau Westren Ontario and Mcmaster
Universities Osteoarthritis Index merupakan suatu indeks untuk
mengevaluasi keadaan pasien dengan osteoarthritis lutut. WOMAC
berupa kuesioner yang terdiri 24 item dengan dibagi menjadi 3
subscala yaitu 5 pertanyaan mengenai nyeri, 2 pertanyaan
berhubungan dengan kekakuan sendi, dan 17 pertanyaan
berhubungan dengan aktivitas fisik. Pada tiap pertanyaan terdapat

Universitas Indonesia
32

skor antara 0 sampai 4. Skor 0 menunjukan tidak ada, skor 1


menunjukan ringan, skor 2 menunjukan sedang, dan skor 3
menunjukan parah serta skor 4 menunjukan ekstrim. Total nilai skor
WOMAC scale menunjukan derajat kemampuan fungsional pasien
osteoarthritis, semakin rendah nilai skor maka menunjukan
peningkatan kemampuan fungsional.

Universitas Indonesia
BAB III

URAIAN iKASUS

UNIVERSITAS iINDONESIA
PROGRAM iVOKASI
BIDANG iSTUDI iRUMPUN iKESEHATAN
PROGRAM iSTUDI iFISIOTERAPI

Formulir iFisioterapi

Nama iFisioterapi I : N.N Peminatan i i i: Muskuloskeletal


Nama iDokter : dr. R.N SpPD Tgl i iPemeriksaan i: i06-03-2021
No.Reg :- Ruangan i i i: -

3.1 Pengumpulan Data Identitas Pasien


Nama : Tn. H.R L/P: Laki-laki
Tempat & Tanngal Lahir : Pakuanratu, 2 Oktober 1943 (77 Tahun)
Alamat : Bandar Lampung
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Pengusaha
Hobi : Jalan-jalan
Diagnosa Medik : osteoarthritis lutut bilateral

3.2 Pengumpulan Data Riwayat Penyakit (S)


Keluhan iUtama : Nyeri dan kaku pada lutut kanan ketika
ingin berdiri dari posisi duduk
Riwayat iPenyakit iSekarang : i(Auto iAnamnesis)
OS imulai imengeluhkan inyeri ipada ikedua ilutut iketika igerakan isholat
iduduk idiantara idua isujud isejak itahun i2017 inamun iOS itidak
imemeriksakan ikeluhan ike idokter. iPada iMei i2018 iOS imulai imerasakan
inyeri ilutut iyang ibertambah idan iterdapat ibengkak ipada ilutut ikanan. iLalu
iOS imemeriksakan ikeluhan ike iRS iPGI iCikini idan imelakukan iRontgen
idengan ihasil iOA ipada ikedua ilutut. iOS isempat idirujuk iuntuk imelakukan
ipembedahan ipenggantian itempurung ilutut inamun iOS itidak

33
Universitas Indonesia
34

imelakukannya. iOS imelakukan iinjeksi icairan ipada ikedua ilutut isebanyak


i6 ikali idan iOS imerasa inyeri imulai iberkurang inamun ihanya isementara.
iSejak isaat iitu iOS itidak ikonsul ike idokter ilagi idan inyeri iyang idirasakan
iOS itetap imasih iada. iNyeri iyang idirasakan iseperti iditusuk-tusuk idan
itimbul iketika iOS ibangun idari iduduk ike iberdiri, iberdiri iterlalu ilama idan
iberjalan ijauh. iNyeri iberkurang iketika iOS iberistirahat idan idiberikan
ikrim ihangat. iOS ijuga imerasakan ikaku ipada ikedua ilutut iketika ipagi ihari
isaat ibangun itidur. iOS ikesulitan isaat imemakai icelana dan imelaksanakan
isholat dengan posisi berdiri.
Riwayat iPenyakit iPenyerta : iHipertensi iterkontrol isejak i2015
Riwayat iPenyakit iDahulu : iHemoroidektomi i(2016)
Riwayat iPenyakit iKeluarga : iRheumatoid iarthritis i(Ibu iKandung)
Riwayat iPsikososial :
1. OS itinggal ibersama iistri, ianak idan icucu
2. Tempat itinggal iOS iberlantai i1 idan idirumah iOS imenggunakan
itoilet iduduk
3. OS imasih ibekerja isebagai ipengusaha i
4. OS imelaksanakan isholat idengan iposisi iduduk idi ikursi

3.3 Pemeriksaan (O)


1. Pemeriksaan iUmum
Cara iDatang : iMandiri itanpa ialat ibantu
Kesadaran : iCompos iMentis
Kooperatif/TidakKooperatif
Tensi : i130/110 immHg
Heart iRate : i68 ix/menit
Respiratory iRate : i18 ix/menit
Status iGizi : iBB: i86 ikg iTB: i165 icm i
IMT : i31,2 iKg/m2 i(obese)
Suhu i : iAfebris
SpO2 : i98%

Universitas Indonesia
35

2. Pemeriksaan iKhusus
a. Inspeksi i
1) Statis
a) Anterior
(1) Head iin imidline
(2) Shoulder isimetris
(3) Armspace isimetris
(4) SIAS isimetris
(5) Patella simetris
(6) Tidak itampak ivalgus/varus ipada iknee ibilateral
b) Lateral
(1) Tidak iforward ihead
(2) Shoulder inetral
(3) Tidak iada ikelainan itulang ibelakang i(kifosis, ilordosis)
(4) Tidak ada hiperekstensi pada knee bilateral
(5) Flat ifoot ibilateral
c) Posterior i
(1) Head iin imidline
(2) Shoulder isimetris
(3) Armspace isimetris
(4) Aligment ivertebrae iin imidline
(5) SIPS isimetris

2) Dinamis
a) Pola ijalan iantalgic igait
b) Dari iposisi iduduk ike iberdiri iOS itampak imenahan inyeri
c) Transfer idan iambulasi imandiri i

b. Palpasi i
1) Suhu ilocal iafebris
2) Tidak iada ioedema
3) Spasme im. ihamstring ibilateral idan im. igastrocnemius idextra

Universitas Indonesia
36

c. Tes iGerak

1) Pengukuran iROM
Table 3. 1 Pengukuran ROM

Bidang ROM AROM PROM Endfeel


Regio
iGerak iNormal Dx Sn i
Dx Sn Dx Sn
o 0i 0
Hip S 30 - i0 -120 30 -00-1200
o
30 -00-1200
o o 0i 0 o 0i 0
30 -0 -120 30 -0 -120 Hard-soft Hard-soft

F 45o i- i00 i-300 45o - 00 -300 45o - 00 i-300 45o- 00i-300 45oi- 00 i-300 Firm-firm Firm-firm

T 35o i- i00-450 35o - 00-450 35o i- i00-450 35o-00-450 35o i-i00-450 Firm-firm Firm-firm

Knee 0o i i- i00 i- i1350 00- 00i- 1000 0oi- 00 i- i1100 0oi- 00i- 1050 0oi- 00 i- i1150 Hard-Firm Hard-Firm
S
Ankle 50o i i- i00 i- i200 50o- 00i- 200 500- 00 - 200 50o - 00 - 200 50oi-00 i- i200 Soft-hard Soft-hard
S
15o i i- i00 i- i350 15o i-i00 i- 350 15oi-00i-350 15o- 00 i- 350 15oi- 00 i- i350 Elastic- Elastic-
F
elastic i elastic i
Keterangan: iTerdapat iketerbatasan iROM ipada ifleksi iknee ibilateral

Universitas Indonesia
37

2) Pengukuran MMT dan VAS

Table 3. 2 Pengukuran MMT dan VAS

MMT VAS
Regio Gerakan
Dx Sn Dx Sn
Hip Fleksi i 5 5 0 0
Ekstensi 5 5 0 0
Abduksi 5 5 0 0
Adduksi 5 5 0 0
Eksorotasi 5 5 0 0
Endorotasi 5 5 0 0
Knee Fleksi 4 5 6 3
Ekstensi 3 5 6 3
Ankle Plantar 5 5 0 0
ifleksi
Dorso 5 5 0 0
ifleksi
Eversi 5 5 0 0
Inversi i 5 5 0 0
Keterangan:
1. Terdapat inyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee idextra
i(VAS i6)
2. Terdapat inyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee isinistra
i(VAS i3)
3. Terdapat ipenurunan ikekuatan iotot ifleksi idan iekstensi
iknee idextra iterkait inyeri igerak

Universitas Indonesia
38

e. Tes iKhusus
1) Tes Krepitas : Positif bilateral
Interpretasi : Terdapat imasalah ipada icelah isendi ilutut bilateral
2) Anterior iDrawer iTest i: iNegatif bilateral
Interpretasi : iTidak iterdapat imasalah ipada ianterior cruciatum
ligament ibilateral
3) Posterior iDrawer iTest i: iNegatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat imasalah ipada iposterior
cruciatumiligament ibilateral
4) Tes iValgus : Negatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat imasalah ipada imedial icollateral
ligament ibilateral
5) Tes iVarus : Negatif bilateral
Interpretasi : Terdapat imasalah ipada ilateral icollateral
ligament ibilateral
6) Tes iBallottement i: Negatif bilateral
Interpretasi : Tidak iterdapat iefusi ipada ikedua ilutut
7) Tes iMc iMurray’s i: Negatif bilateral
Interpretasi : iTidak iterdapat imasalah ipada imeniskus ibilateral
8) WOMAC iScale i:
Total score : 49
(a) Pain :13
(b) Stiffness :5
(c) Physical Function :31
Interpretasi : iDerajat ifungsional ipada ilutut ikategori iberat

Universitas Indonesia
39

3.4 Pengumpulan Data Tertulis Pemeriksaan Penunjang


Tanggal i i: i30 iMei i2018
Jenis iPemeriksaan i: iRontgen igenu ibilateral
Kesimpulan i i: iKedudukan itulang-tulang ibaik. iTidak itampak
dislokasi idan ifraktur i/ idestruksi. iTampak ipenyempitan isela isendi.
Tampak ispur iformation ipada ieminentia, icondyles idan ipatella idisertai
sklerotik isubchondral. iJaringan ilunak itak itampak ikelainan

3.5 Identifikasi Problematik Fisioterapi Berdasarkan Prioritas


1. Nyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee idextra i(VAS i6), ifleksi idan
iekstensi iknee isinistra i(VAS i3)
2. Spasme im. ihamstring ibilateral idan im. igastrocnemius idextra
3. Keterbatasan iROM ipada ifleksi iknee ibilateral
4. Penurunan ikekuatan iotot iquadriceps idextra iMMT i3
5. Gangguan fungsional berdiri dari posisi duduk, berdiri lama, berjalan jauh,
sholat duduk dan memakai celana

Universitas Indonesia
40

3.6 Identifikasi Problematika Fisioterapi Berdasarkan ICF


1. Impairment i:
a. Nyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee ibilateral (b28015)
b. Spasme im. ihamstring ibilateral idan im. igastrocnemius idextra
(b7801)
c. Keterbatasan iROM ipada ifleksi iknee ibilateral (b7100)
d. Penurunan ikekuatan iotot iquadriceps idextra (b730)

2. Functional ilimitation i:
a. Kesulitan ke berdiri dari posisi duduk (d4104)
b. Kesulitan berdiri dalam waktu yang lama (d4154)
c. Kesulitan berjalan dengan jarak yang jauh (d4501)
d. Kesulitan memakai celana (d540)
e. Kesulitan melakukan sholat dengan posisi berdiri (d930)

3. Participation irestriction i:
a. Kesulitan melakukan hobinya yaitu jalan-jalan (d9204)
b. Kesulitan isholat iberjamaah idi imasjid (d930)

4. Environment Factors :
a. Rumah 1 lantai (e1551)
b. Menggunakan toilet duduk (e1551)

5. Personal Factors :
a. Usia 77 tahun
b. Tinggal ibersama iistri, ianak idan icucu (e310)
c. Bekerja isebagai ipengusaha

3.7 Diagnosa Fisioterapi


Penurunan kemampuan fungsional ilutut ikarena iadanya iakibat idari
iosteoarthritis ilutut

Universitas Indonesia
41

3.8 Program Penatalaksanaan Fisioterapi


1. Tujuan
a. Tujuan iJangka iPendek
1) Mengurangi inyeri igerak ifleksi idan iekstensi iknee ibilateral
2) Mengurangi ispasme im. ihamstring ibilateral idan im.
igastrocnemius idextra
3) Meningkatkan iROM ipada ifleksi iknee ibilateral
4) Meningkatkan ikekuatan iotot iquadriceps idextra

b. Tujuan iJangka iPanjang


OS mampuimelakukan iaktivitas fungsional isehari-hari i(ADL) tanpa
adanya rasa nyeri

Universitas Indonesia
42

2. Metode iPemberian iFisioterapi

Table 3. 3 Metode Pemberian Fisioterapi

No Jenis Metoda Dosis Keterangan


F: 2x/minggu
I: 30mA Untuk
Terapi
1 TENS T: i20 imenit imengurangi
iModalitas
T:Crossed pattern inyeri ipada ilutut

F: i2x/minggu
I: i10 ix irepetisi, Untuk
Terapi Isometric
2 2 iset meningkatkan
iLatihan iexercise
Hold: i8 idetik ikekuatan iotot
Rest: i2 idetik i

3. Uraian iTindakan
a. Transcutaneous iElectrical iNerves iStimulation i(TENS)
Posisi ipasien : iberbaring iterlentang i
Posisi ifisioterapi : idi isamping ipasien i
Persiapan ialat :
1) Pastikan iTENS iberfungsi idengan ibaik
2) Pastikan ipad itersambung ioleh ikabel iTENS
Persiapan ipasien :
1) Posisikan ilutut ipasien iberada ipada iresting iposition idengan
imemberi iganjalan ihanduk iyang idigulung ipada ibelakang ilutut
ipasien
2) Pastikan iarea iyang iditerapi ibebas idari ipakaian
Prosedur i :
1) Tempelkan ipad ipada iarea iyang iakan iditerapi
2) Atur imode idan iwaktu i
3) Naikan iintensitas iperlahan isesuai itoleransi ipasien i
4) Setelah iselesai irapihkan ialat

Universitas Indonesia
43

Gambar 3. 1 Intervensi TENS

b. Isometric iExercise
Posisi ipasien : iberbaring iterlentang
Posisi ifisioterapi : idi isamping ipasien
Prosedur i :
1) M. Quadriceps
a) Jelaskan imengenai ilatihan iyang iakan idilakukan
b) Letakan igulungan ihanduk ipada ibelakang ilutut ipasien
c) Instruksikan ipasien iuntuk imenekan ikebawah igulungan
ihanduk itersebut idan itahan iselama i8 idetik
d) Lalu iistirahat iselama i2 idetik, iulangi ilatihan isebanyak i10
ikali irepetisi

Gambar 3. 2 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Quadriceps

Universitas Indonesia
44

2) M. Hamstring
a) Jelaskan mengenai latihan yang akan dilakukan
b) Posisikan lutut pasien semifleksi dengan ankle posisi
dorsofleksi dan tumit menempel pada lantai.
c) Instruksikan pasien untuk menekan tumit kearah bawah dan
tahan selama 8 detik
d) Lalu istirahat selama 2 detik, ulangi latihan sebanyak 10 kali
repetisi

Gambar 3. 3 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Hamstrings


3) M. iAdductor
a) Jelaskan imengenai ilatihan iyang iakan idilakukan
b) Handling ifisioterapi iberada ipada imedial ilutut ipasien
c) Instruksikan ipasien iuntuk imerapatkan ikedua itungkai
d) Lalu ifisioterapi imemberi idorongan idan imenginstruksikan
ipasien iuntuk imenahan idorongan
e) Tahan iselama i8 idetik ilalu iistirahat iselama i2 idetik
f) Ulangi ilatihan isebanyak i10 ikali irepetisi

Universitas Indonesia
45

Gambar 3. 4 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Adductor

4) M. iAbductor
a) Jelaskan imengenai ilatihan iyang iakan idilakukan
b) Handling ifisioterapi iberada ipada ilateral ilutut ipasien
c) Instruksikan ipasien iuntuk imembuka ikedua itungkai
d) Lalu ifisioterapi imemberi idorongan idan imenginstruksikan
ipasien iuntuk imenahan idorongan
e) Tahan iselama i8 idetik ilalu iistirahat iselama i2 idetik
f) Ulangi ilatihan isebanyak i10 ikali irepetisi

Gambar 3. 5 Intervensi Isometric Exercise Pada M. Abductor

4. Program iuntuk idi rumah


a. Melakukan ilatihan iisometric exercise yang telah diajarkan oleh
fisioterapi 2x/hari
b. Melakukan istretching igastrocnemius iyaitu iposisi iseperti
mendorong idinding idengan ikaki iyang iakan idi istretching ilurus
kebelakang 2x/hari

Universitas Indonesia
46

c. Melakukan istretching ihamstring idengan imengangkat ikaki


menggunakan ihanduk iyang idiletakan idi itelapak ikaki ipasien
2x/hari
d. Edukasi iuntuk imengurangi iaktivitas berjalan jauh, naik turun tangga,
dan menangkat barang berat
e. Edukasi iuntuk imenggunakan iknee idacker saat sedang beraktivitas

Universitas Indonesia
47

3.9 Evaluasi
Table 3. 4 Hasil Evaluasi

Evaluasi 6 iMaret i2021 7 iMaret i2021 13 iMaret i2021 14 iMaret i2021 20 iMaret i2021 21 iMaret i2021
OS imengeluh OS imengeluh
OS imengeluh
OS imengeluh OS imengeluh inyeri idan ikaku inyeri idan ikaku
OS imengeluh inyeri idan ikaku
inyeri idan ikaku inyeri idan ikaku ipada ilutut ipada ilutut
inyeri idan ikaku ipada ilutut
ipada ilutut ipada ilutut ikanan iketika ikanan iketika
ipada ilutut ikanan iketika
ikanan iketika ikanan iketika iingin iberdiri iingin iberdiri
S ikanan iketika iingin iberdiri
iingin iberdiri iingin iberdiri idari iposisi idari iposisi
iingin iberdiri idari iposisi
idari iposisi idari iposisi iduduk i iduduk i
idari iposisi idudukisama
iduduk sedikit iduduk isedikit iberkurang iberkurang
iduduk seperti terapi
berkurang iberkurang inamun imasih inamun imasih
sebelumnya
iterdapat inyeri iterdapat inyeri
fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan
iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee
Nyeri idextra iVAS i6 idextra iVAS i5 idextra iVAS i4 idextra iVAS i4 idextra iVAS i3 idextra iVAS i2
igerak fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan fleksi idan
iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee iekstensi iknee
O isinistra iVAS 3 isinistra iVAS 3 isinistra iVAS 2 isinistra iVAS 2 isinistra iVAS 1 isinistra iVAS 1
m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring m. ihamstring
ibilateral idan ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im. ibilateral idan im.
Spasme
im. igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius igastrocnemius
iotot
igastrocnemius idextra i idextra idextra i idextra i idextra i
idextra iberkurang iberkurang iberkurang iberkurang iberkurang

Universitas Indonesia
48

S(dx): S(dx): S(dx): S(dx): S(dx): S(dx):


0o i i- i00 i- i1050 0o i i- i00 i- i1100 0o i i- i00 i- i1170 0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1300 0o i i- i00 i- i1300
AROM i
S(sn): S(sn): S(sn): S(sn): S(sn): S(sn):
0o i i- i00 i- i1150 0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1250 0o i i- i00 i- i1300 0o i i- i00 i- i1350 0o i i- i00 i- i1350
S(dx): S(dx): S(dx): S(dx): S(dx): S(dx):
0o i i- i00 i- i1150 0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1300 0o i i- i00 i- i1300
PROM S(sn): S(sn): S(sn): S(sn): S(sn): S(sn):
0o i i- i00 i- i1200 0o i i- i00 i- i1250 0o i i- i00 i- i1300 0o i i- i00 i- i1350 0o i i- i00 i- i1350 0o i i- i00 i- i1350

m. iquadriceps m. iquadriceps m. iquadriceps m. iquadriceps m. iquadriceps m. iquadriceps


Kekuatan
iotot idextra iMMT i3 idextra iMMT i3 idextra iMMT i3 idextra iMMT i4 idextra iMMT i4 idextra iMMT i4

Score i: i49 Score i: i48 Score i: i44 Score i: i41 Score i: i36 Score i: i33
Pain: 13 Pain: 13 Pain: 11 Pain: 9 Pain: 8 Pain: 8
WOMAC
Stiffness:5 Stiffness:4 Stiffness:3 Stiffness:3 Stiffness:3 Stiffness:2
iScore
Physical Physical Physical Physical Physical Physical
Function: 31 Function: 31 Function: 30 Function: 29 Function: 25 Function: 23
Gangguan igerak idan ifungsi ipada ikedua ilutut ikarena iadanya inyeri igerak iknee ibilateral, ispasme im. ihamstring
A ibilateral idan im. igastrocnemius idextra, iketerbatasan iROM ifleksi iknee ibilateral, ipenurunan ikekuatan iotot im.
iquadriceps idextra ikarena iosteoarthritis ilutut

P Isometric iexercise idan iTENS iuntuk imengurangi inyeri dan spasme serta meningkatkan ROM dan kekuatan iotot

FT Isometric iExercise idan iTENS

Universitas Indonesia
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kasus yang penulis bahas dalam studi kasus ini adalah mengenai
kondisi seorang pasien dengan inisial Tn. H.R yang berusia 77 tahun
bekerja sebagai seorang pengusaha. Pasien didiagnosis medis
mengalami osteoarthritis iknee ibilateral. Pasien mengeluhkan merasa
nyeriidan ikaku pada ilutut ikanan iketika ingin berdiri dari posisi
iduduk. Pasien merasakan keluhan ini semenjak Mei 2018. Semenjak
itu pasien mengalami penurunan aktivitas fisik dan gangguan
kemampuan fungsional seperti: pasien tidak bisa berdiri secara mandiri,
berdiri ilama, berjalan ilama, memakai icelana dan kesulitan melakukan
sholat.
Dari pemeriksaan yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2021,
penulis menemukan beberapa masalah fisioterapi berdasarkan prioritas:
nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee dextra VAS 6, fleksi dan ekstensi
knee sinistra VAS 3, spasme m. hamstring bilateral dan m.
gastrocnemius dextra, keterbatasan ROM pada fleksi knee bilateral,
penurunan kekuatan otot quadriceps dextra dan gangguan kemampuan
fungsional. Intervensi yang diberikan kepada pasien pada kasus ini
yaitu menggunakan terapi latihan dengan metode Isometric Exercise
dan terapi modalitas dengan metode TENS. Penulis mengambil
parameter terkait kasus Osteoarthritis Knee Bilateral dengan Westren
Ontario and Mcmaster Universities Osteoarthritis Index untuk
mengukur progresivitas dari intervensi fisioterapi yang diberikan.
Intervensi dilakukan dengan 6 kali evaluasi terapi dari tanggal 6
Maret 2021 sampai dengan 21 Maret 2021, dengan dilakukan 2 kali
fisioterapi dalam seminggu. Setelah enam kali evaluasi terdapat
peningkatan pada aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien,
dilihat dari hasil WOMAC scale pada pasien mengalami penurunan
skor, pada evaluasi pertama fisioterapi pasien memiliki skor WOMAC
49 dan pada saat evaluasi di pertemuan ke 6 memiliki skor WOMAC

49
Universitas Indonesia
50

33 yang berarti derajat fungsional dalam kategori sedang. Hal ini


membuktikan bahwa semakin kecil skor yang diperoleh oleh pasien
maka kondisi pasien semakin baik, sehingga pasien mengalami
peningkatan dalam pada kemampuan fungsional.
Penurunan skor WOMAC dibuktikan dengan adanya penurunan
nyeri pada evaluasi terapi ke - 2, spasem pada m. hamstring bilateral
dan m. gastrocnemius dextra berkurang, peningkatan ROM pada fleksi
knee bilateral mulai terlihat pada evaluasi ke -1 dan peningkatan
kekuatan otot quadriceps dextra pada evaluasi ke - 4. Hasil yang
didapat dari pasien terhadap peningkatan kemampuan fungsional di
setiap evaluasi, sesuai dengan manfaat dari pemberian terapi latihan
Isometric Exercise dan terapi modalitas TENS yang dapat mengurangi
nyeri dan meningkatkan kekuatan otot sehingga meningkatkan
kemampuan fungsional pada pasien osteoarthritis lutut.

WOMAC Score Total


60

50
49 48
40 44
41
30 36
33
WOMAC Score Total
20

10

0
6 Maret 7 Maret 13 Maret 14 Maret 20 Maret 21 Maret
2021 2021 2021 2021 2021 2021

Diagram 4. 1 Evaluasi WOMAC Scale

Diagram 4.1 menunjukan penurunan skor pada parameter WOMAC


Scale selama enam kali evaluasi. Evaluasi 1 dilaksanakan pada tanggal
6 Maret 2021, evaluasi ke - 2 dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 2021,
evaluasi ke - 3 dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2021, evaluasi ke -
4 dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2021, evaluasi ke - 5

Universitas Indonesia
51

dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2021 dan evaluasi ke - 6


dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2021.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengaruh TENS terhadap Penurunan WOMAC Scale
Tn. H.R ditemui adanya nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee
dextra dan sinistra , spasme m. hamstring bilateral dan m.
gastrocnemius dextra, keterbatasan ROM pada fleksi knee
bilateral serta penurunan kekuatan otot quadriceps dextra. Pasien
diberi tindakan fisioterapi sebanyak enam kali evaluasi yaitu
berupa elektroterapi dengan TENS dengan waktu 20 menit dan
intensitas 30 mA.

Visual Analog Scale


Nyeri Gerak Dextra Nyeri Gerak Sinistra

4 4

3 3 3

2 2 2

1 1

6 Maret 2021 7 Maret 2021 13 Maret 202114 Maret 202120 Maret 202121 Maret 2021

Diagram 4. 2 Evaluasi Visual Analog Scale

Pada diagram 4.2 merupakan evaluasi nyeri gerak fleksi dan


ekstensi knee dextra dengan menggunakan parameter Visual
Analog Scale. Pada evaluasi pertama pasien merasakan nyeri
pada lutut dextra dengan skala mencapai 6 dan nyeri pada lutut
sinistra dengan skala 3 lalu diberikan terapi TENS. Pada evaluasi
ke-2 pasien mengatakan merasakan sedikit penurunan nyeri pada

Universitas Indonesia
52

lutut dextra dari skala 6 menjadi 5 dan nyeri pada lutut sinistra
masih dengan skala 3, pasien tetap diberikan terapi TENS. Pada
evaluasi ke - 3 pasien mengatakan merasakan penurunan nyeri
pada lutut dextra dari skala 5 menjasi 4 dan nyeri pada lutut
sinistra dari skala 3 menjadi 2. Pasien masih mendapatkan
tindakan terapi TENS. Pada evaluasi ke - 4 pasien masih
merakakan nyeri pada lutut dextra dan sinistra dengan skala yang
sama dengan evaluasi ke - 3, pasien masih diberikan tindakan
terapi TENS. Pada evaluasi ke - 5 pasien merasakan nyeri pada
lutut dextra mulai berkurang dari skala 4 menjadi 3 dan nyeri pada
lutut sinistra dari skala 2 menjadi 1. Pasien tetap diberikan terapi
TENS. Pada evaluasi ke-6 pasien pasien mengatakan nyeri gerak
semakin berkurang dari evaluasi pertama namun pasien masih
merasakan sedikit nyeri pada lutut dextra dengan skala 2 dan
nyeri pada lutut sinistra dengan skala 1.
Dengan berkurangnya nyeri yang dirasakan pada pasien dan
berdampak pada meningkatnya kemampuan fungsionaal pasien
yang ditandai dengan menurunnya skor WOMAC scale disetiap
evaluasi, membuktikan bahwa TENS efektif untuk mengurangi
nyeri pada kasus osteoarthritis lutut bilateral yang dialami pasien.
Ini juga sesuai dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
terlebih dahulu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark I Johnson et
al dalam jurnal “The clinical efficacy of transcutaneous electrical
nerve stimulation (TENS) for acute and chronic pain: a protocol
for a meta-analysis of randomised controlled trials (RCTs)”
menyatakan bahwa pemberian TENS pada kondisi nyeri akut dan
kronis efektif dalam menurunkan nyeri dan meningkatkan fungsi
fisiologis yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, pekerjaan
dan hobi, serta fungsi emosional, kognitif dan sosial yang
berkaitan dengan kualitas hidup.27

Universitas Indonesia
53

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Betül Başar et al


dalam jurnal “Comparative Evalaution of the Effects of Short-
Wave Diathermy, Ultrasound, and TENS on Pain and Physical
Functions in Knee Osteoarthritis” telah mengevaluasi efek dari
beberapa terapi modalitas yang ada pada 20 pasien yang
terdiagnosa osteoarthritis lutut grade 2 sampai 3 kemudian dibagi
menjadi 3 kelompok selama 1 bulan. Kelompok pertama
menggunakan modalitas Short-Wave Diathermy, kelompok
kedua menggunakan Ultrasound dan kelompok ketiga diberikan
TENS dan pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa TENS
secara signifikan menurunkan nyeri sehingga meningkatkan
kemampuan fungsional dibandingkan modalitas lainnya yang
evalusi menggunakan parameter WOMAC scale.8
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cemile Sevgi Polat
et al, dalam jurnal “The Effectiveness of Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation in Knee Osteoarthritis with
Neuropathic Pain Component: A Randomized Controlled Study”
telah menunjukan bahwa TENS efektif dalam menurunkan nyeri
secara signifikan dan meningkatkan aktivitas fungsional pada
kasus osteoarthritis lutut yang dapat dilihat pada penurunan skor
WOMAC dan VAS. TENS bekerja dengan menstimulasi
pengeluaran neurotransmitter opoid endogen yang bekerja seperti
endorphin yang memiliki peran sebagai anti nyeri. TENS juga
bekerja dengan menstimulasi serabut saraf besar untuk
memblokir rasa nyeri sehingga persepsi otak terhadap rasa nyeri
berkurang.9
Hasil efektif TENS terhadap penurunan nyeri pada kasus
osteoarthritis lutut juga disebutkan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Ling-Xiao Chen et al dalam jurnal
“Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation in Patients With
Knee Osteoarthritis” yang mendapatkan hasil bahwa efek dari

Universitas Indonesia
54

penurunan nyeri karena penggunaan TENS menyebabkan


peningkatan ROM lutut secara signifikan. 28
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Xuan Kong et al
dalam jurnal “Effectiveness of fixed-site high-frequency
transcutaneous electrical nerve stimulation in chronic pain: a
large-scale, observational study” menyatakan bahwa TENS
dapat mengurangi nyeri berdasarkan teori gate control dengan
menggunakan frekuensi tinggi (>50 Hz) untuk menstimulasi
serabut saraf sensorik berukuran besar sehingga dapat memblok
rasa nyeri yang disebabkan oleh aktivitas serabut saraf kecil.
Selain berkurangnya rasa nyeri, frekuensi tinggi pada TENS juga
menstimulasi serat otot untuk mengurangi produksi excitatory
neurotransmitter seperti aspartate dan glutamate serta
meningkatkan inhibitory neurotransmitter berupa opoid endogen
seperti endorphin dan encephalin. TENS dengan frekuensi rendah
(2-5 Hz) dapat mengurangi nyeri dengan menstimulasi
mekanisme opoid untuk mengeluarkan endorphin. 29
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kanako Shimoura
et al dalam jurnal “Immediate Effects of Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation on Pain and Physical Performance
in Individuals With Preradiographic Knee Osteoarthritis: A
Randomized Controlled Trial” menyatakan bahwa TENS efektif
dalam mengurangi nyeri berdasarkan teori gate control dan
aktivasi dari opioid endogen sehingga meningkatkan toleransi
latihan berupa bertambahnya jarak berjalan pada penderita
osteoarthritis lutut yang mengeluhkan nyeri saat bergerak. 30

4.2.2 Pengaruh Isometric Exercise terhadap Penurunan WOMAC


Scale
Tn. H.R dengan diagnosa osteoarthritis iknee ibilateral
berusia 77 tahun ditemui adanya nyeri gerak fleksi dan ekstensi
knee dextra dan sinistra , spasme m. hamstring bilateral dan m.

Universitas Indonesia
55

gastrocnemius dextra, keterbatasan ROM pada fleksi knee


bilateral serta penurunan kekuatan otot quadriceps dextra. Pasien
diberi tindakan fisioterapi sebanyak enam kali evaluasi yaitu
berupa Isometric Exercise.

Spasme

6 Maret 2021

7 Maret 2021

13 Maret 2021

14 Maret 2021

20 Maret 2021

21 Maret 2021

Spasme

Diagram 4. 3 Evaluasi Spasme

Pada diagram 4.3 merupakan evaluasi spasme pada m.


hamstring bilateral dan m. gastrocnemius. Pada evaluasi ke-1
setelah dilakukan Isometric Exercise pada m. quadriceps, m.
hamstring, m. adductor dan m. abductor sebanyak 10 kali repetisi
2 set, spasme mulai berkurang sedikit. Pada evaluasi ke - 2, ke -

Universitas Indonesia
56

3, ke - 4, ke - 5 serta ke - 6 dengan dilakukan latihan yang sama


spasme semakin berkurang walaupun spasme masih ada.

AROM Knee
160

140
135 135
130 130 130
125
120 120 117 120
115
110
105
100

80 AROM Fleksi Knee Dextra

60 AROM Fleksi Knee


Sinistra
40

20

0
6 Maret 7 Maret 13 14 20 21
2021 2021 Maret Maret Maret Maret
2021 2021 2021 2021

Diagram 4. 4 Evaluasi AROM Knee

PROM Knee
140

135 135 135 135

130 130 130 130

125 125

120 PROM Fleksi Knee Dextra


120 120 120 120

115 115

110

105
6 Maret 7 Maret 13 Maret 14 Maret 20 Maret 21 Maret
2021 2021 2021 2021 2021 2021

Diagram 4. 5 Evaluasi PROM Knee

Universitas Indonesia
57

Pada diagram 4.4 dan 4.5 merupakan evaluasi Range of


Motion (ROM) pada knee bilateral yang diukur menggunakan
goniometer, dibagi menjadi 2 yaitu Aktif ROM dan Pasif ROM.
Pada evaluasi pertama AROM dan PROM knee dextra pada
gerakan fleksi dengan derajat 1150 dan 1200 serta knee sinistra
1050 dan 1150. Pasien diberikan Isometric Exercise dengan
bentuk latihan pada m. quadriceps, m. hamstring, m. adductor
dan m. abductor sebanyak 10 kali repetisi 2 set. Pada evaluasi ke
- 2 terdapat peningkatan AROM dan PROM knee dextra pada
gerakan fleksi dengan derajat 1200 dan 1250 serta knee sinistra
1100 dan 1200. Pada evaluasi ke - 3, ke - 4, ke - 5 serta ke - 6
pasien tetap diberikan Isometric Exercise dengan bentuk latihan
yang sama. Pada evaluasi terakhir AROM dan PROM knee dextra
pada gerakan fleksi mencapai 130 0 serta knee sinistra 1350.

MMT
m. quadriceps dextra

6 Maret 2021 3

7 Maret 2021 3

13 Maret 2021 3

14 Maret 2021 4

20 Maret 2021 4

21 Maret 2021 4

Diagram 4. 6 Evaluasi MMT

Pada diagram 4.6 merupakan evaluasi kekuatan otot


quadriceps dextra yang diukur dengan Manual Muscle Testing.
Pada evaluasi pertama diukur kekuatan otot quadriceps dextra
didapatkan nilai 3. Pasien diberikan Isometric Exercise dengan
bentul latihan pada m. quadriceps, m. hamstring, m. adductor dan

Universitas Indonesia
58

m. abductor sebanyak 10 kali repetisi 2 set. Pada evaluasi ke - 2


dan ke - 3 nilai kekuatan otot quadriceps dextra masih pada nilai
3. Pada evaluasi ke - 4, ke - 5 serta ke - 6 pasien tetap diberikan
Isometric Exercise dengan bentuk latihan yang sama dam
mengalami peningkatan kekuatan otot sedikit demi sedikit. Pada
evaluasi terakhir nilai kekuatan otot pasien sudah mencapai nilai
4.
Setelah diberikan Isometric Exercise selama 6 kali evaluasi
pasien menunjukan banyak kemajuan yang dibuktikan dengan
berkurangnya spasme otot, meningkatnya ROM dan
meningkatnya kekuatan otot sehingga meningkatnya kemampuan
fungsional pasien yang sesuai dengan menurunnya skor
WOMAC scale pada pasien. Ini membuktikan bahwa Isometric
Exercise efektif sebagai intervensi untuk meningkatkan
kemampuan fungsional pada kasus osteoarthritis lutut bilateral
yang dialami pasien. Hal ini juga sesuai dengan beberapa
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shahnawaz Anwer et
al dalam jurnal “Effect of Isometric Quadriceps Exercise on
Muscle Strength, Pain, and Function in Patients with Knee
Osteoarthritis: A Randomized Controlled Study” menyatakan
bahwa isometric exercise dapat mengurangi nyeri gerak pada
lutut karena adanya peningkatan kekuatan otot sehingga dapat
menstabilkan posisi sendi lutut untuk mengurangi dan
meminimalkan tekanan yang terjadi pada sendi lutut. Isometric
exercise juga dapat meningkatkan peredaran darah pada otot
sehingga mengurangi spasme otot. Dengan adanya penurunan
nyeri gerak pada lutut dan spasme otot menyebabkan adanya
peningkatan range of motion lutut yang berpengaruh terhadap
peningkatakn aktivitas fungsional pada penderita osteoarthritis
lutut.31

Universitas Indonesia
59

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sabrina Eun et al


dalam jurnal “Do Isometric, Isotonic And/Or Isokinetic Strength
Trainings Produce Different Strength Outcomes?” telah
mengevaluasi perbandingan latihan isometric, isotonic dan
isokinetic terhadap peningkatan kekuatan otot quadriceps yang
dilakukan pada 31 pria selama 8 minggu dengan 10 repetisi dan 3
set. Pada penelitian ini dihasilkan bahwa isometric exercise
menunjukan peningkatan massa otot dan kekuatan otot
quadriceps lebih signifikan dibandingkan dengan exercise
lainnya.32Peningkatan kekuatan otot dengan menggunakan
isometric exercise juga telah dibuktikan dalam jurnal “Effects of
Quadriceps Functional Exercise With Isometric Contraction in
The Treatment of Knee Osteoarthritis” oleh Lanfeng Huang. Pada
jurnal ini menyatakan bahwa m. quadriceps berkontraksi dan
bekerja melawan gravitasi untuk menjaga stabilitas sendi lutut
sehingga kekuatan m. quadriceps sangat mempengaruhi aktivitas
fungsional pada sendi lutut.33
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anzari
N dalam jurnal “An Intervention Study on The Effectiveness of
Isometric Quadriceps Hamstrings Exercise in The Treatment of
Osteoarthritis, Knee Joint” menyatakan bahwa latihan penguatan
berupa isometric exercise untuk otot quadriceps dan hamstrings
efektif dalam meningkatkan aktivitas fungsional pada sendi lutut
sehingga dapat mengurangi resiko kecacatan pada lansia.
Peningkatan kekuatan otot quadriceps bertujuan untuk
melindungi sendi lutut dari tekanan yang berlebih sehingga dapat
mengurangi rasa sakit.34
Dalam penelitian yang dilakukan oleh YV Raghava
Neelapala et al dalam jurnal “Influence of Isometric Exercise on
Pressure Pain Sensitivity in Knee Osteoarthritis” telah
mengevaluasi efek dari isometric exercise pada 70 pasien yang
terdiagnosa osteoarthritis lutut dan dihasilkan terdapat penurunan

Universitas Indonesia
60

nyeri yang signifikan baik pada latihan dengan durasi yang lama
maupun durasi yang lebih pendek. Efek dari isometric exercise
menyebabkan adanya stimulasi pada saraf sensorik di otot
sehingga mengaktivasi mekanisme opoid endogen dan terjadi
peningkatkan produksi endorphin yang berperan menginhibisi
rasa nyeri.7
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ponnu Kangeswari et
al dalam jurnal “Effectiveness of Isometric Exercise and
Counseling on Level of Pain Among Patients With Knee
Osteoarthritis” menyatakan bahwa pemberian isometric exercise
merupakan latihan yang paling aplikatif dan aman diberikan pada
penderita osteoarthritis lutut. Penelitian ini dilakukan selama 12
minggu dan dihasilkan terdapat penurunan nyeri gerak dan
kekakuan pada lutut secara signifikan serta meningkatkan
kemampuan fungsional lutut yang diukur menggunakan
parameter WOMAC scale pada penderita osteoarthritis lutut.
Isometric exercise juga mampu mengurangi terjadinya
peradangan intraartikular, kerusakan tulang dan tekanan pada
sendi lutut.35

Universitas Indonesia
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pasien laki-laki berinisial Tn. H.R dengan diagnosis osteoarthritis
lutut. Pasien ini berusia 77 tahun dan tinggal di Bandar Lampung. Beberapa
problematika yang dialami pasien, yaitu terdapat nyeri igerak ifleksi idan
ekstensi iknee bilateral, spasme m.ihamstring ibilateral idan im.
Gastrocnemius dextra, keterbatasan iROM pada ifleksi iknee ibilateral,
penurunan ikekuatan otot iquadriceps idextra, serta gangguanifungsional
berjalan lama, sholat duduk dan memakai celana. Intervensi fisioterapi yang
penulis berikan yaitu isometric exercise dan TENS, serta beberapa edukasi
dan homeprogram. Intervensi dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan sesi
terapi dengan frekuensi 2 kali seminggu dengan hasil yang positif, terjadi
peningkatan kemampuan fungsional yang berhubungan dengan penurunan
nyeri gerak pada lutut, penurunan spasme otot, peningkatan ROM dan
peningkatan kekuatan otot.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat, saran yang dapat penulis
kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Paisen
Saran yang penulis berikan kepada pasien untuk melakukan
homeprogram yang telah diberikan oleh fisioterapis seperti melakukan
latihan isometric exercise yang telah diajarkan oleh fisioterapi 2x/hari,
melakukan stretching gastrocnemius iyaitu denganiposisi iseperti
mendorong idinding dengan ikaki iyang iakan idi istretching ilurus
kebelakang 2x/hari. Setelah itu, pasien melakukan istretching
ihamstring dengan imengangkat ikaki menggunakan ihanduk iyang
idiletakan idi telapak ikaki ipasien 2x/hari.

61
Universitas Indonesia
62

2. Bagi Fisioterapis
Saran yang penulis berikan kepada fisioterapis untuk
memprioritaskan pelayanan dalam kenyamanan, keamanan pasien
dalam memberikan program latihan dengan prinsip dan teknik yang
benar sesuai dengan evidence based. Selain itu, fisioterapis juga dapat
mengembangkan dan memodifikasi serta meneliti lebih lanjut terutama
tentang pemberian kombinasi isometric exercise dan TENS pada
osteoarthritis lutut.
3. Bagi Keluarga
Keluarga disarankan untuk selalu mendukung dan memberikan
motivasi kepada pasien untuk menjalankan intervensi fisioterapi dan
home program yang terlah diberikan oleh fisioterapis karena dukungan
yang diberikan oleh keluarga sangat mempengaruhi pencapaian
perkembangan kemampuan pasien.
4. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat hendaknya menjadi tahu mengenai kasus
osteoarthritis lutut dan dapat berhati- hati serta menyebarkan
pengetahuan ini kepada masyarakat lainnya.

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

1. Kim ED, Won YH, Park SH, Seo JH, Kim DS, Ko MH, et al. Efficacy and
safety of a stimulator using low-intensity pulsed ultrasound combined with
transcutaneous electrical nerve stimulation in patients with painful knee
osteoarthritis. Pain Res Manag. 2019;2019.
2. Gustafson JA, Anderton W, Sowa GA, Piva SR, Farrokhi S. Dynamic knee
joint stiffness and contralateral knee joint loading during prolonged
walking in patients with unilateral knee osteoarthritis. Gait Posture
[Internet]. 2019;68:44–9. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.gaitpost.2018.10.032
3. Liow Y, Wang W, Loh VWK. Outpatient management of knee
osteoarthritis. Singapore Med J. 2017;58(10):580–4.
4. Zamri NAA, Harith S, Yusoff NAM, Hassa NM, Ong YQ. Review Article
Scoping Review. 2019;5(1):19–31.
5. Ahmad IW, Rahmawati LD, Wardhana TH. Demographic Profile, Clinical
and Analysis of Osteoarthritis Patients in Surabaya. Biomol Heal Sci J.
2018;1(1):34.
6. Kemenkes RI. Keputusan Mentri Kesehatan No.80 Tahun 2013.
2013;(1536):1–13. Available from:
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/bn1536-2013.pdf
7. Neelapala YVR, Nayak S, Sivalanka S, Cornelio R, Prajapati M. Influence
of isometric exercise on pressure pain sensitivity in knee osteoarthritis. J
Pain Manag. 2018;11(4):361–7.
8. Başar B, Erhan B. Comparative Evalaution of the Effects of Short-Wave
Diathermy, Ultrasound, and TENS on Pain and Physical Functions in Knee
Osteoarthritis. J Acad Res Med. 2020;10(3):288–93.
9. Polat CS, Doğan A, Özcan DS, Köseoğlu BF, Akselim SK, Onat ŞŞ. The
effectiveness of transcutaneous electrical nerve stimulation in knee
osteoarthritis with neuropathic pain component: A randomized controlled
study. Turk Osteoporoz Derg. 2017;23(2):47–51.
10. Hunter DJ, Bierma-Zeinstra S. Osteoarthritis. Lancet.
64

2019;393(10182):1745–59.
11. Küçük EB, Taşkıran OÖ, Tokgöz N, Meray J. Effects of isokinetic,
isometric, and aerobic exercises on clinical variables and knee cartilage
volume using magnetic resonance imaging in patients with osteoarthritis.
Turkish J Phys Med Rehabil. 2018;64(1):8–16.
12. Dr. Deirdre M. Walsh D. Phil, B. Physio, PgCUT, MISCP M. TENS
PROTOCOL. Экономика Региона. 2012;32.
13. Miller MD. Knee and Lower Leg. Orthop Surg Approaches. 2008;423–90.
14. Henry GI, Kleiber GM. Insall & Scott Surgery of the Knee, Sixth Edition.
In: Insall & Scott Surgery of the Knee, Sixth Edition [Internet]. Fourth Edi.
Elsevier Inc.; 2013. p. 1–62. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/B978-1-4377-1733-4.00401-8
15. Elkwood AI, Schneider LF, Rose MI. Sobotta Clinical Atlas of Human
Anatomy. In: Sobotta Clinical Atlas of Human Anatomy. 2017. p. 249–64.
16. Safrin Arifin SY. Atlas Anatomi Otot Manusia untuk fisioterapi Edisi 2.
Salemba Medika; 2019.
17. Fox AJS, Wanivenhaus F, Burge AJ, Warren RF, Rodeo SA. The human
meniscus: A review of anatomy, function, injury, and advances in
treatment. Clin Anat. 2015;28(2):269–87.
18. Organization WH. Chronic rheumatic conditions [Internet]. Available from:
https://www.who.int/chp/topics/rheumatic/en/
19. Driban JB, Eaton CB, Lo GH, Ward RJ, Lu B, McAlindon TE. Association
of Knee Injuries With Accelerated Knee Osteoarthritis Progression: Data
From the Osteoarthritis Initiative. Arthritis Care Res. 2014;66(11):1673–9.
20. DiFonzo N, Bordia P. Reproduced with permission of the copyright owner .
Further reproduction prohibited without. J Allergy Clin Immunol [Internet].
1998;130(2):556. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jaci.2012.05.050
21. Kohn MD, Sassoon AA, Fernando ND. Classifications in Brief: Kellgren-
Lawrence Classification of Osteoarthritis. Clin Orthop Relat Res.
2016;474(8):1886–93.
22. Altman RD. Clinical features of osteoarthritis [Internet]. Seventh Ed.

Universitas Indonesia
65

Rheumatology. Elsevier Inc.; 2011. 1723-1730.e1 p. Available from:


https://doi.org/10.1016/B978-0-7020-6865-2.00181-0
23. MP Jiandani BM. Physical therapy diagnosis: How is it different? J
Postgrad Med. 2018;64(2)(69–72).
24. World Health Organization. International Classification of Functioning,
Disability and Health World. 2001.
25. Yesserie. Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ischialgia [Internet]. Vol.

151, Nhk技研. 2015. p. 10–7. Available from:

http://eprints.umg.ac.id/3173/3/BAB 2.pdf
26. Comeau D, Corey D. 32 – Rheumatology and Musculoskeletal Problems
[Internet]. Ninth Edit. Textbook of Family Medicine. Elsevier Inc.; 2016.
699-739.e3 p. Available from:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780323239905000320
27. Johnson MI, Jones G, Paley CA, Wittkopf PG. The clinical efficacy of
transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) for acute and chronic
pain: a protocol for a meta-analysis of randomised controlled trials (RCTs).
BMJ Open. 2019;9(10).
28. Chen LX, Zhou ZR, Li YL, Ning GZ, Li Y, Wang XB, et al.
Transcutaneous electrical nerve stimulation in patients with knee
osteoarthritis: Evidence from randomized-controlled trials. Clin J Pain.
2016;32(2):146–54.
29. Kong X, Gozani SN. Effectiveness of fixed-site high-frequency
transcutaneous electrical nerve stimulation in chronic pain: A large-scale,
observational study. J Pain Res. 2018;11:703–14.
30. Shimoura K, Iijima H, Suzuki Y, Aoyama T. Immediate Effects of
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation on Pain and Physical
Performance in Individuals With Preradiographic Knee Osteoarthritis: A
Randomized Controlled Trial. Arch Phys Med Rehabil [Internet].
2019;100(2):300-306.e1. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.apmr.2018.08.189
31. Anwer S, Alghadir A. Effect of isometric quadriceps exercise on muscle
strength, pain, and function in patients with knee osteoarthritis: A

Universitas Indonesia
66

randomized controlled study. J Phys Ther Sci. 2014;26(5):745–8.


32. Lee SEK, Lira CAB de, Nouailhetas VLA, Vancini RL, Andrade MS. Do
isometric, isotonic and/or isokinetic strength trainings produce different
strength outcomes? J Bodyw Mov Ther [Internet]. 2018;22(2):430–7.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jbmt.2017.08.001
33. Huang L, Guo B, Xu F, Zhao J. Effects of quadriceps functional exercise
with isometric contraction in the treatment of knee osteoarthritis. Int J
Rheum Dis. 2018;21(5):952–9.
34. N DA. An intervention study on the effectiveness of isometric quadriceps
hamstrings exercise in the treatment of osteoarthritis, knee joint. Int J
Orthop Sci. 2018;4(2.8):1010–4.
35. Kangeswari P, Hm MBA. Effectiveness of Isometric Exercise and
Counseling on Level of Pain Among Patients With Knee Osteoarthritis.
SAGE Open Nurs. 2021;7:1–11.

Universitas Indonesia
LAMPIRAN

Lampiran 1 Evaluasi WOMAC Scale


Evaluasi 1 2 3 4 5 6

1. Berjalan 3 3 3 3 2 2

2. Menaiki tangga 3 3 2 2 2 2

Nyeri 3. Pada malam hari 2 2 2 1 1 1

4. Saat istirahat 2 2 1 1 1 1

5. Membawa beban 3 3 3 2 2 2

1. Kekakuan di pagi hari 3 2 2 2 2 1


Kekakuan
2. Kekakuan yang terjadi di kemudian hari 2 2 1 1 1 1
1. Menuruni tangga 1 1 1 1 1 1

2. Menaiki tangga 3 3 3 3 3 1

3. Berdiri dari duduk 3 3 3 3 2 2

4. Berdiri 1 1 1 1 1 1

5. Duduk di lantai 3 3 3 3 2 2
6. Berjalan di atas permukaan yang datar 2 2 2 2 2 2

7. Masuk atau keluar mobil 1 1 1 1 1 1

8. Pergi berbelanja 0 0 0 0 0 0
Fungsi fisik
9. Menaruh kaos kaki 2 2 2 1 1 1

10. Berbaring di tempat tidur 1 1 1 1 1 1

11. Membuka/mengambil kaos kaki 2 2 1 1 1 1

12. Bangkit dari tempat tidur 3 3 3 3 2 2

13. Masuk/keluar bak tempat mandi 1 1 1 1 1 1

14. Duduk 2 2 2 2 1 1

15. Keluar/masuk toilet 1 1 1 1 1 1

16. Melakukan tugas rumah tangga ringan 2 2 2 2 2 2

17. Melakukan tugas rumah tangga berat 3 3 3 3 3 3

0=tidak ada, 1=ringan, 2=sedang, 3=berat, 4=sangat berat


68

Interpretasi nilai WOMAC


Jenis Total Keterangan
Pemeriksaan Skor
Nyeri 0 Minimum
20 Maksimum
Kekakuan 0 Minimum
8 Maksimum
Fungsi Fisik 0 Minimum
68 Maksimum
Total 96 Maksimum Skor

Interpretasi skor total WOMAC


Total Skor WOMAC Interpretasi
0-24 Ringan
24-48 Sedang
48-72 Berat
72-96 Sangat Berat

Nama : Tn. H.R


Usia: 77 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Total Nilai WOMAC evaluasi 1: 49
Total Nilai WOMAC evaluasi 2: 48
Total Nilai WOMAC evaluasi 3: 44
Total Nilai WOMAC evaluasi 4: 41
Total Nilai WOMAC evaluasi 5: 36
Total Nilai WOMAC evaluasi 6: 33

Universitas Indonesia
69

Lampiran 2 Pemeriksaan Penunjang

Universitas Indonesia
70

Universitas Indonesia
71

Lampiran 3 Lembar Konsultasi

Nama : Nabila Nur Afifah Fitri


NPM : 1806180070
Dosen Pembimbing : Safrin Arifin, SKM, SST.FT, M. Sc
Judul TKA : Pemberian Isometric Exercise dan TENS Untuk
Meningkatkan Kemampuan Fungsional Pada Kasus Osteoarthritis Lutut

No. Tanggal Materi Bimbingan TTD


1. Jumat (Zoom) Konsultasi judul TKA
5 Maret 2021
2. Sabtu (Zoom) Konsultasi BAB III
20 Maret 2021
3. Rabu (Zoom) Konsultasi BAB III
31 Maret 2021
4. Kamis (Zoom) Konsultasi BAB I, II, III
15 April 2021
5. Senin (Zoom) Konsultasi hasil BAB I-
3 Mei 2021 III dan Format penulisan
BAB IV
6. Rabu (Zoom) Konsultasi BAB I, II, IV
26 Mei 2021
7. Senin (Zoom) Konsultasi hasil BAB I-V
31 Mei 2021

8. Kamis (Zoom) Konsultasi BAB I-V


3 Juni 2021

9 Rabu (Zoom) Konsultasi terkait revisi


16 Juni 2021

Universitas Indonesia
72

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Data Pribadi
Nama : Nabila Nur Afifah Fitri

Tempat & tanggal lahir : Bandar Lampung, 15 Oktober 2000

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. GNG Krakatau No 3 LK 1 Bandar


Lampung

Agama : Islam

Hobi : Membaca novel dan mendengarkan musik

No. Telephone : 082280306036

Email : nabila1510nur@gmail.com

b. Riwayat Pendidikan
TK Telkom Schools (2004 - 2006)

SDN 1 Metro Pusat (2006 - 2012)

SMPN 4 Metro Timur (2012 - 2015)

SMAN 1 Metro Pusat (2015 - 2018)

Universitas Indonesia (2018 - 2021)

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai