Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN JIWA

KEHILANGAN

Disusun oleh :

ERPIN ANDANI
NIM. 2021207209061

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN JIWA
KEHILANGAN

A. PENGERTIAN
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert
dan Lambert,1985).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam
rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu
keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu keadaan
yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak ada).
Sedangkan pengertian dari berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap
kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah
tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan.
NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
B. RENTANG RESPON SOSIAL
Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

Adaptif Maladaptif

Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase Menerima


a) Fase Pengingkaran ( Denial )
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan
mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin terjadi “.
Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih,
lemah, pucat, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa tahun.
b) Fase Marah ( Anger )
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkan perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-
perawat yang tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c) Fase Tawar-menawar ( Bergaining)
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini
sering dinyatakan dengan kata-kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering
keluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
d) Fase Depresi (Depression)
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga,
ada keinginan bunuh diri, dan sebagainya. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain :
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.
e) Fase Penerimaan (Acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu
berpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.
Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau
orang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih
kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul-betul
kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat saya
lakukan agar cepat sembuh”. Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima
dengan perasaan damai, maka dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi
perasaan kehilangannya dengan tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka
ia akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan
selanjutnya.

C. ETIOLOGI
1) Kehilangan yang nyata atau dirasakan dari beberapa konsep nilai untuk individu
2) Kehilangan yang terlalu berat (penumpukan rasa berduka dari kehilangan multiple
yang belum terselesaikan)
3) Menghalangi respon berduka terhadap suatu kehilangan
4) Tidak adanya antisipasi proses berduka
5) Perasaan bersalah yang disebabkan oleh hubungan ambivalen dengan konsep
kehilangan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN


a) Perkembangan
a. Anak- anak
Belum mengerti seperti orang dewasa, belum bisa merasakan.
Belum menghambat perkembangan.
Bisa mengalami regresi
b. Orang Dewasa
Kehilangan membuat orang menjadi mengenang tentang hidup, tujuan hidup,
menyiapkan diri bahwa kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari.
b) Keluarga.
Keluarga mempengaruhi respon dan ekspresi kesedihan. Anak terbesar biasanya
menunjukan sikap kuat, tidak menunjukan sikap sedih secara terbuka.
c) Faktor Sosial Ekonomi.
Apabila yang meninggal merupakan penanggung jawab ekonomi keluarga, beraati
kehilangan orang yang dicintai sekaligus kehilangan secara ekonomi.Dan hal ini bisa
mengganggu kelangsungan hidup.
d) Pengaruh Kultural.
Kultur mempengaruhi manifestasi fisik dan emosi. Kultur ‘barat’ menganggap
kesedihan adalah sesuatu yang sifatnya pribadi sehingga hanya diutarakan pada
keluarga, kesedihan tidak ditunjukan pada orang lain. Kultur lain menggagap bahwa
mengekspresikan kesedihan harus dengan berteriak dan menangis keras-keras.
e) Agama
Dengan agama bisa menghibur dan menimbulkan rasa aman. Menyadarkan bahwa
kematian sudah ada dikonsep dasar agama. Tetapi ada juga yang menyalahkan Tuhan
akan kematian.
f) Penyebab Kematian
Seseorang yang ditinggal anggota keluarga dengan tiba-tiba akan menyebabkan shock
dan tahapan kehilangan yang lebih lama. Ada yang menganggap bahwa kematian
akibat kecelakaan diasosiasikan dengan kesialan.

E. SIFAT KEHILANGAN
1) Tiba – tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan
dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan
atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2) Berangsur – angsur (Dapat Diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional (Rando:1984).

F. Tipe Kehilangan
1) Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
2) Perceived Loss ( Psikologis )
Kehilangan Sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat
dirasakan / dilihat oleh orang lain. Contoh : Kehilanga masa remaja, lingkungan yang
berharga.
3) Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

G. LIMA KATEGORI KEHILANGAN


1. Kehilangan objek eksternal.
Kehilangan benda eksternal mencakup segala kepemilikan yang telah menjadi usang
berpinda tempat, dicuri, atau rusak karena bencana alam. Kedalaman berduka yang
dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang bergantung pada nilai yang dimiliki
orng tersebut terhadap nilai yang dimilikinya, dan kegunaan dari benda tersebut.
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
Kehilangan yang berkaitan dengan perpisahan dari lingkungan yang telah dikenal
mencakup lingkungan yang telah dikenal Selama periode tertentu atau kepindahan
secara permanen. Contohnya pindah ke kota baru atau perawatan diruma sakit.
3. Kehilangan orang terdekat
Orang terdekat mencakup orangtua, pasangan, anak-anak, saudara sekandung, guru,
teman, tetangga, dan rekan kerja. Artis atau atlet terkenal mumgkin menjadi orang
terdekat bagi orang muda. Riset membuktikan bahwa banyak orang menganggap
hewan peliharaan sebagai orang terdekat. Kehilangan dapat terjadi akibat perpisahan
atau kematian.
4. Kehilangan aspek diri
Kehilangan aspek dalam diri dapat mencakup bagian tubuh, fungsi fisiologis, atau
psikologis. Orang tersebut tidak hanya mengalami kedukaan akibat kehilangan tetapi
juga dapat mengalami perubahan permanen dalam citra tubuh dan konsep diri.
5. Kehilangan hidup
Kehilangan dirasakan oleh orang yang menghadapi detik-detik dimana orang tersebut
akan meninggal.
ASKEP TEORI KEHILANGAN ATAU BERDUKA

A. PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah :
1. Identitas Klien, yang berisikan inisial, umur, jenis kelamin, tanggal pengkajian, no. rekam
medik.
2. Alasan Masuk
Alasan dirawat meliputi : keluhan utama dan riwayat penyakit. Keluhan utama berisi
tentang sebab klien atau keluarga datang ke rumah sakit dan keluhan klien saat
pengkajian. Pada riwayat penyakit terdapat faktor predisposisi dan presipitasi. Pada faktor
predisposisi dikaji tentang faktor-faktor pendukung klien untuk mengalami kerusakan
interaksi sosial : menarik diri. Faktor presipitasi dikaji tentang faktor pencetus yang
membuat klien mengalami kerusakan interaksi sosial : menarik diri.
3. Faktor Presdiposisi
4. Keadaan Fisik
Pada nemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan yang menyangkut tanda vital, ukuran-
ukruan Seperti : berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan klien.
5. Keadaan Psikososial
Da1am psikososial dicantumkan genogram yang menggambarkan tentang pola interaksi,
faktor genetik dalam keluarga berhubungan dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji
tentang konsep diri, hubungan sosial serta spiritual. Dalam konsep diri data yang
umumnya didapat pada klien dengan kerusakan interaksi sosial: menarik diri yaitu
gangguan pada harga diri.
6. Status Mental
Pada status mental didapat data yang sering muncul yaitu : motorik menurun,
pembicaraan pasif, alam perasaan sedih, adanya perubahan sensori / persepsi : halusinasi.
7. Kebutuhan Persiapan Pulang
8. Mekanisme Koping
Mencakup hal-hal tentang kesiapan klien untuk pulang atau untuk menjalani perawatan di
rumah yaitu makan, BAB / BAK, mandi, berpakaian, istirahat dan tidur, penggunaan obat,
pemeliharaan kesehatan, aktivitas di dalam rumah, dan aktivitas di luar rumah
9. Masalah Psikososial dan LingkunganPengetahuan
Merupakan mekanisme yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme yang digunakan untuk melindungi diri.
Menurut Achir Yani dkk (2000 ; 119) mekanisme yang sering digunakan oleh individu
untuk mengatasi kecemasan yang berkaitan dengan menarik diri meliputi : regresi, represi
dan isolasi.
(1) Regresi : kemunduran akibat stres terhadap prilaku dan merupakan ciri khas dari suatu
taraf perkembangan yang lebih dini.
(2) Represi : pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls atau ingatan yang
menyakitkan.
(3) Isolasi : pemisahan unsur emosional dani suatu pikiran yang mengganggu dapat
bersifat sementara atau jangka panjang.
10. Aspek Medik
Data yang dikumpulkan meliputi diagnosa medik dan terapi medik yang dijalani klien.

Data Fokus yang didapat:


a. Data subjektif:
1) Merasa sedih
2) Merasa putus asa dan kesepian
3) Kesulitan mengekspresikan perasaan
4) Konsentrasi menurun
b. Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur tingkat aktivitas

B. POHON MASALAH
Gangguan Konsep Diri

Kehilangan

Berduka

C. DIAGNOSA
Setelah melakukan pengkajian diperoleh masalah keperawatan yang akan disusun
menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang
respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat
Diagnosa yang dapat ditegakkan dalam kasus ini adalah:
1.     Berduka disfungsional
2.     Kehilangan
3.     Gangguan konsep diri

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan maka disusun rencana tindakan
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil
pasien yang diharapkan dan tujuan pemulangan.
Tugas Umum : Individu mampu berperan aktif melewati proses berduka secara tuntas.
Tugas Khusus :
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
1. Gunakan salam terapeutik pada klien dengan ramah , baik secara verbal maupun non
verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

TUK 2 : Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka


Iintervensi
1. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
2. Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal
3. yang wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
4. Beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
5. Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.

TUK 3 : Klien dapat menjelaskan makna kehilangan


Intervensi
1. Ajarkan teknik relaksasi
2. Tingkatkan kesadaran klien terhadap kenyataan kehilangan.
3. Diskusikan dengan klien respon marah, sedih, perasaan bersalah merupakan hal yang
wajar bila seseorang mengalami kehilangan.
4. Beri dukungan secara non verbal seperti; memegang tangan , menepuk bahu.
5. Amati perilaku verbal dan non verbal selama klien bicara.

TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi


Intervensi
1. Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
2. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya
3. Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan
pasien
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional
6. Berikan dukungan spritual.

TUK 5 : Klien dapat meningkatkan harga diri


Intervensi
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).

TUK 6 : Klien dapat menerima kehilangan


Intervensi
1. Sediakan waktu untuk kontak dengan klien secara teratur
2. Ajarkan pada klien tentang tahap-tahap berduka yang normal dan perilaku yang
berhubungan dengan setiap tahapan.
3. Dorong klien untuk berbagi rasa dengan sumber-sumber yang tersedia untuk saling
berbagi.

TUK 7 : Klien dapat membina hubungan baru yang bermakna dengan objek/orang baru
Intervensi
1. Diskusikan dengan keluarga tentang proses berduka yang dialami klien dan ajarkan pada
keluarga tahapan berduka serta cara untuk mengatasinya.
2. Anjurkan keluarga untuk memberikan perhatian kepada klien, mendengarkan ungkapan
klien berkaitan dengan pengalaman kehilangan.

E. IMPLEMENTASI
Setelah membuat rencana tindakan, maka dilakukan implementasi keperawatan.
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih
baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi keperawatan
dilaksanakan berdasarkan rencana tindakan yang telah dibuat.
F. EVALUASI
Setelah melakukan implementasi keperawatan kepada klien, dilakukan evaluasi pada pasien.
Evaluasi keperawatan adalah merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan yang
telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan. Evaluasi keperawatan ada dua jenis yaitu evaluasi
formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif dilakukan setelah melakukan tindakan saat
itu juga, dan evaluasi sumatif dilakukan setelah semua tindakan dalam satu diagnosa tersebut
telah selesai dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian


dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Dalami, ermawati,dkk.2009.Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah psikososial.jakarta.trans


info media

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

Anda mungkin juga menyukai