Disusun Oleh :
Lutfiaturrahmah (19037140029)
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2021
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan
Rahmat serta karunia– nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan
dengan baik .Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (Askep Sistem Endokrin) baik dan menjadi
salah satu mata kuliah wajib di program studi DIII Keperawatan Universitas
Bondowoso.
Mata kuliah Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (Askep Sistem Endokrin)
penulis yakin adanya bantuan dari semua pihak , maka tugas ini tidak akan dapat selesai
dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Yuana Agustin , SKM, M.kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah
dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………..…………….i
BAB I ................................................................................................................................ 1
1.5. Patofisiologi........................................................................................................ 3
BAB II ............................................................................................................................... 2
PENUTUP ....................................................................................................................... 19
LAMPIRAN .................................................................................................................... 21
iv
BAB I
kerusakan atau disfungsi kortek adrenal. Ditandai defisiensi kortisol kronik, aldosteron,
dan androgen adrenal dan hiperpigmentasi halus atau kasar kulit. Penurunan
volume/cairan dan natrium serta peningkatan kalium sering dijumpai pada gagal adrenal
primer. Manifestasi klinik sebaliknya pada insufisiensi adrenal kronik sekunder karena
hipofungsi hipofise (atropi, nekrosis, atau tumor), produksi mineralokortikoid masih ada
sehingga hyperkalamia tak dijumpai. Dan bila ACTH tak meningkat hiperpigmentasi
kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan
kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA
mineralokortikoid (aldosteron), yang terutama diatur oleh angiotensin II, kalium dan
ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan
neuropeptides. Zona fasciculate pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis
glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh beberapa sitokin
(IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptida. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi
1
kelenjar adrenal berbentuk triangular kecil, terletak di ekstraperitoneal pada ujung atas
kedua ginjal dan mempunyai berat masing-masing 4-14 gram. Kelenjar adrenal sebelah
diafragma, bagian superior dengan tepi postero-inferior lobus kanan hepar, bagian
medial dengan tepi kanan vena kava inferior. Alas piramida terletak pada permukaan
anteromedial ujung atas ginjal kanan. Kelenjar adrenal kiri berbentuk semilunar sedikit
lebih besar daripada kelenjar yang kanan. Bagian medial berbatasan dengan lateral aorta
Secara histologis korteks adrenal terdiri dari sel-sel epitel besar yang mengandung lipid
berasal dari mesodermal dan sudah dapat dikenal sebagai organ yang terpisah pada janin
berumur 2 bulan. Pada kehamilan 2 bulan komposisi korteks terdiri dari zona fetal dan
zona defenitif yang serupa dengan korteks adrenal pada dewasa. Waktu kehidupan fetal,
adrenal manusia besar dan dibawah pengawasan hipofisis, tetapi zona dari korteks yang
permanen hanya terdapat pada 20% kelenjar, sisanya yang 80% adalah korteks adrenal
fetal yang besar dan cepat mengalami degenerasi pada saat kelahiran (Ganong WF,
1.3. Etiologi
1. Histoplasmosis (Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma
3. Kriptokokissie
1.5. Patofisiologi
Penyakit Addison atau hipofungsi adrenal terjadi akibat kurangnya kortisol,
menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kadar glukosa darah yang normal
sehingga terjadi hipoglikemia pada saat puasa. Karena rendahnya kandungan glikogen
di hati, maka penderita hipofungsi adrenal tidak tahan dengan kekurangan makan dalam
waktu yang lama. Konsekuensi lain dari defesiensi kortisol adalah peningkatan umpan
balik negatif dalam sekresi peptida yang berasal dari proopimelanokortin (POMC),
termasuk ACTH dan MSH. Hal tersebutlah yang menyebabkan hiperpigmentasi pada
kulit. Dan kortisol dapar memberikan respons normal terhadap stress, sehingga
3
Kekurangan aldosteron akan meningkatkan pengeluaran natrium dan reabsomsi
kalium di ginjal Deplesi garam menyebabkan berkurangnya air dan volume plasma.
1.6. Komplikasi
• Syok
• Kolaps Sirkulasi
• Dehidrasi
• Ca paru
• Diabetes mellitus
• Sepsis
• Hiperkalemiae
e. ADH meningkat
3. CT Scan
4
Detektr klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi jamur, penyakit infitrasi malignan dan non
4. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari
ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek-cepat.
Pengukuran cortisol dalam darah di ulang 30-0 menit setelah suatu suntikan
ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan-tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
50 mg/hr
3. Prednison 7,5 mg/hr dalam dosis ternagi diberikan untuk terapi pengganti
kortisol
5
1.9. WOC
Sekunder : Primer :
Infeksi otakataukel pituitary
Kanker Radiasi
Amyloidosis Operasi Pengangkatan
bagian hipotalamus
Dekstruksi Korteks
Adrenal
Insufisiensi Korteks
Adrenal
Hipoglikemi
Kadar K+ (+)
Volume Lemah
Ekstrasel (+)
Dehidrasi
MK : Anoreksia, BB turun
1
BAB II
ASKEP TEORI
Identitas pasien: nama, alamat, umur (semua usia), jenis kelamin (laki-laki dan
perempuan).
2. Riwayat Penyakit
a. Penyakit sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala
rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50
mm/Hg)
b. Penyakit dahulu
c. Penyakit keluarga
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang
a. Aktivitas/istirahat
Gejala:
Tanda:
2
▪ Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
▪ Latergi.
b. Sirkulasi
Tanda:
(peningkatan pigmentasi).
c. Integritas ego
Gejala:
Tanda:
d. Eleminasi
Gejala:
▪ Kram abdomen.
Tanda:
e. Makanan/cairan
3
Gejala:
Tanda:
f. Neurosensori
Gejala:
• Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis, kelemahan
otot.
Tanda:
• Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar natrium rendah),
latergi, kelemahan mental, peka rangsang, cemas, koma (dalam keadaan krisis)
• Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia (pada keadaan
krisis).
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala:
h. Pernapasan
Gejala:
• Dipsnea
4
Tanda:
keadaan infeksi)
i. Keamanan
Gejala:
Tanda:
• Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar matahari atau hitam
j. Seksualitas
Gejala:
• Hilangnya libido.
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala:
Pertimbangan:
5
Rencana pemulangan
kewajibannya.
l. Pemerikasaan diagnostik
Kadar hormon
a. Kortisol plasma: menurun dengan tanpa respond pada pemberian ACTH secara IM
- ADH: meningkat.
- Aldesteron: menurun.
c. Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menururn,
sedagkan kalium sedikit meningkat. Walaupun demikian, natrium dan kalium yang
abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldesteron dan kekurangan
d. Glukosa: hipoglikemia.
h. Sinar x: jantung kecil, klasifikasi kelenjar adreanal, atau TB (paru, ginjal) mungkin
akan ditemukan.
6
2 Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan cairan d.d.
Dehidrasi.
7
2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI
1. Defisit Nutrisi D.0019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
• Keterangan nasogastrik
8
(5) Tidak Terganggu • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
perlu
Piramida makanan)
yang sesuai
konstipasi
protein
Edukasi
9
Kolaborasi
perlu
10
(1) Sangat Terganggu konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
depresi pernapasan)
(2) Banyak Terganggu
• Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis.
(3) Cukup Terganggu
Peka rangsang, gelisah, mual, munta,
(4) Sedikit Terganggu takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
(5) Tidak Terganggu
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
• Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
• Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. Haus, demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
• Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis.
Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme
otot wajah], tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)
11
• Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis.
Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS lebar,
interval PR memanjang)
• Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
• Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
• Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
Observasi
12
• Identifikasi status nutrisi
nutrient
nasogastrik
Terapeutik
perlu
Piramida makanan)
13
yang sesuai
konstipasi
protein
Edukasi
Kolaborasi
perlu
14
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
3. Intoleran Aktivitas D.0056 Setelah dilakukan tindakan keperawatan TERAPI AKTIVITAS (I.05186)
15
(5) Tidak Terganggu • Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
• Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
• Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
• Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
• Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
• Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi
16
otot
• Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implicit dan emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
• Libatkan dalam permaianan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
• Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging, berenang,
tugas sederhana, permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan
diri, dan teka-teki dan kart)
• Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
• Fasilitasi mengembankan motivasi dan
penguatan diri
• Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
• Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
• Berikan penguatan positfi atas partisipasi
17
dalam aktivitas
Edukasi
• Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
• Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
• Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
• Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
• Anjurkan keluarga untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
• Rujuk pada pusat atau program aktivitas
18
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari
kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan
kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA
et all 2010).
Dehidrasi.
3.2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Said, Alfin, dkk. 2011. Penyakit Addison. Journal of Public Health. 5 (2). 91-93.
TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
TIM POKJA SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
20
LAMPIRAN
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37