Anda di halaman 1dari 46

ADDISON SYNDROME

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal

Bedah III (Askep Sistem Endokrin)

Dosen Pengampu : Damon Wicaksi, SST, M.Kes

Disusun Oleh :

Eka Nur Ayu Agustin (19037140015)

Laelatul Komariyeh (19037140026)

Lutfiaturrahmah (19037140029)

Rozak Yuniar Sukisman (19037140047)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2021
i
ii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat serta karunia– nya semata, sehingga tugas mata kuliah ini dapat terselesaikan

dengan baik .Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (Askep Sistem Endokrin) baik dan menjadi

salah satu mata kuliah wajib di program studi DIII Keperawatan Universitas

Bondowoso.

Mata kuliah Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III (Askep Sistem Endokrin)

penulis yakin adanya bantuan dari semua pihak , maka tugas ini tidak akan dapat selesai

dengan baik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Yuana Agustin , SKM, M.kes sebagai Ketua Progaram Studi DIII
Keperawatan Universitas Bondowoso
2. Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah

KeperawatanMedikal Bedah III (Askep Sistem Endokrin)

3. Semua pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan

dari Allah SWT, dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulis makalah ini.

Bondowoso, 30 Juli 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………..…………….i

KATA PENGANTAR .....................................................................................................iii

DAFTAR ISI .................................................................................................................... iv

BAB I ................................................................................................................................ 1

LANDASAN TEORI DAN WOC .................................................................................... 1

1.1. Definisi Addison Syndrome ............................................................................... 1

1.2. Anatomi Fisiologi ............................................................................................... 1

1.3. Etiologi ............................................................................................................... 2

1.4. Tanda dan Gejala ................................................................................................ 3

1.5. Patofisiologi........................................................................................................ 3

1.6. Komplikasi ......................................................................................................... 4

1.7. Pemeriksaan penunjang ...................................................................................... 4

1.8. Penatalaksaan Medis .......................................................................................... 5

BAB II ............................................................................................................................... 2

ASKEP TEORI ................................................................................................................. 2

2.1. Data dasar pengkajian pasien ................................................................................. 2

2.2. Diagnosa Keperawatan ( SDKI 2016) .................................................................... 6

2.3. Intervensi Keperawatan .......................................................................................... 8

BAB III ........................................................................................................................... 19

PENUTUP ....................................................................................................................... 19

3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 19

3.2. Saran ................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 20

LAMPIRAN .................................................................................................................... 21

iv
BAB I

LANDASAN TEORI DAN WOC

1.1. Definisi Addison Syndrome


Penyakit addison adalah penyakit jarang dijumpai yang disebabkan karena

kerusakan atau disfungsi kortek adrenal. Ditandai defisiensi kortisol kronik, aldosteron,

dan androgen adrenal dan hiperpigmentasi halus atau kasar kulit. Penurunan

volume/cairan dan natrium serta peningkatan kalium sering dijumpai pada gagal adrenal

primer. Manifestasi klinik sebaliknya pada insufisiensi adrenal kronik sekunder karena

hipofungsi hipofise (atropi, nekrosis, atau tumor), produksi mineralokortikoid masih ada

sehingga hyperkalamia tak dijumpai. Dan bila ACTH tak meningkat hiperpigmentasi

juga tak dijumpai.

Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari

kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan

kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA

et all 2010) dikutip dalam jurnal (Said, Alfin, dkk. 2011)

1.2. Anatomi Fisiologi


Korteks adrenal terdiri dari daerah yang secara anatomi dapat dibedakan

(Ganong WF 1983): Lapisan luar zona glomerulosa, merupakan tempat dihasilkannya

mineralokortikoid (aldosteron), yang terutama diatur oleh angiotensin II, kalium dan

ACTH. Juga dipengaruhi oleh dopamine, atrial natriuretic peptide (ANP) dan

neuropeptides. Zona fasciculate pada lapisan tengah, dengan tugas utama sintesis

glukokortikoid, terutama diatur oleh ACTH. Juga dipengaruhi oleh beberapa sitokin

(IL-1, IL-6, TNF) dan neuropeptida. Lapisan terdalam zona reticularis, tempat sekresi

androgen adrenal (terutama dehydroepiandrostenedion (DHEA), DHEA sulfat dan

androstenedion juga glukokortikoid (kortisol and corticosteron). Secara anatomis

1
kelenjar adrenal berbentuk triangular kecil, terletak di ekstraperitoneal pada ujung atas

kedua ginjal dan mempunyai berat masing-masing 4-14 gram. Kelenjar adrenal sebelah

kanan berbentuk piramidal atau triangular, bagian posterior berbatasan dengan

diafragma, bagian superior dengan tepi postero-inferior lobus kanan hepar, bagian

medial dengan tepi kanan vena kava inferior. Alas piramida terletak pada permukaan

anteromedial ujung atas ginjal kanan. Kelenjar adrenal kiri berbentuk semilunar sedikit

lebih besar daripada kelenjar yang kanan. Bagian medial berbatasan dengan lateral aorta

abdominal, bagian posterior berbatasan dengan diafragma dan nervus splanknikus.

Secara histologis korteks adrenal terdiri dari sel-sel epitel besar yang mengandung lipid

dinamakan sel foam yang tersusun melingkari sinusoid-sinusoid. Korteks adrenal

berasal dari mesodermal dan sudah dapat dikenal sebagai organ yang terpisah pada janin

berumur 2 bulan. Pada kehamilan 2 bulan komposisi korteks terdiri dari zona fetal dan

zona defenitif yang serupa dengan korteks adrenal pada dewasa. Waktu kehidupan fetal,

adrenal manusia besar dan dibawah pengawasan hipofisis, tetapi zona dari korteks yang

permanen hanya terdapat pada 20% kelenjar, sisanya yang 80% adalah korteks adrenal

fetal yang besar dan cepat mengalami degenerasi pada saat kelahiran (Ganong WF,

1983) dikutip dalam jurnal (Said, Alfin, dkk. 2011).

1.3. Etiologi
1. Histoplasmosis (Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma

capsulatum, yang terutama menyerang paru-paru)

2. Koksidiodomikosis (Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides

immitis, yang biasanya menyerang paru-paru)

3. Kriptokokissie

4. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal

5. Kanker metastatic (Ca. Paru, lambung, payudara, melanoma, limfoma)

6. Adrenalitis auto imun


2
1.4. Tanda dan Gejala
2. Gejala awal : kelemahan, fatigue, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun,

hipotensi, dan hipoglikemia

3. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih

4. Hiperpigmentasi : menghitam seperti perunggu, cokelat seperti terkena sinar

matahari, biasanya pada kulit kuku jari, lutut, siku

5. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan

6. Hipotensi arterial (TD: 80/50 mmHg/kurang)

7. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

1.5. Patofisiologi
Penyakit Addison atau hipofungsi adrenal terjadi akibat kurangnya kortisol,

aldosteron, dan androgen Kekurangan kortisol menyebabkan berkurangnya

glukogeness, penurunan glikogen di hati. dan peningkatan jaringan perifer terhadap

insulin. Kombinasi dari berbagai perubahan dalam metabolisme karbohidrat yang

menyebabkan tubuh tidak mampu mempertahankan kadar glukosa darah yang normal

sehingga terjadi hipoglikemia pada saat puasa. Karena rendahnya kandungan glikogen

di hati, maka penderita hipofungsi adrenal tidak tahan dengan kekurangan makan dalam

waktu yang lama. Konsekuensi lain dari defesiensi kortisol adalah peningkatan umpan

balik negatif dalam sekresi peptida yang berasal dari proopimelanokortin (POMC),

termasuk ACTH dan MSH. Hal tersebutlah yang menyebabkan hiperpigmentasi pada

kulit. Dan kortisol dapar memberikan respons normal terhadap stress, sehingga

penderita penyakit ini tidak dapa menahan stress.

3
Kekurangan aldosteron akan meningkatkan pengeluaran natrium dan reabsomsi

kalium di ginjal Deplesi garam menyebabkan berkurangnya air dan volume plasma.

Menurunnya volume plasma menimbulkan hipotensi postural.

1.6. Komplikasi
• Syok

• Kolaps Sirkulasi

• Dehidrasi

• Ca paru

• Diabetes mellitus

• Sepsis

• Hiperkalemiae

(Manurung, rostinah. Dkk. 2017)

1.7. Pemeriksaan penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium Darah

a. Penurunan knsentrasi glukosa dan natrium hipoglikemia dan hipnatrium

b. Peningkatan konsentrasi kalium serum hyperkalemia

c. Peningkatan jumlah sel darah putih leukositosis

d. Penurunan kadar kortisol rendah

e. ADH meningkat

f. Analisa gas darah ; asidosis metabolic

g. Sel darah merah eritrosit ; Anemia numokronik, Ht meningkat karena

hemokonsentrasi jumlah limfosit mungkin rendah, eosinophil meningkat

2. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukkan adanya klasifikasi di adrenal

3. CT Scan
4
Detektr klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan

insufisiensi pada tuberculosis, infeksi jamur, penyakit infitrasi malignan dan non

malignan dan hemoragik adrenal.

4. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal

sekunder akibat adanya abnormalitas elektrolik

5. Tes simulating ACTH

Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari

ACTH diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek-cepat.

Pengukuran cortisol dalam darah di ulang 30-0 menit setelah suatu suntikan

ACTH adalah suatu kenaikan tingkatan-tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

6. Tes Simulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH

panjang diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidakcukupan adrenal.

1.8. Penatalaksaan Medis


1. Terapi pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai minggu dosis 12,5-

50 mg/hr

2. Hidrkortison di suntikkan secara IV

3. Prednison 7,5 mg/hr dalam dosis ternagi diberikan untuk terapi pengganti

kortisol

4. Pemberian infus dekstrose 5 persen dalam larutan saline (Manurung, 201

5
1.9. WOC

Sekunder : Primer :
Infeksi otakataukel pituitary
Kanker Radiasi
Amyloidosis Operasi Pengangkatan
bagian hipotalamus

Dekstruksi Korteks

Adrenal
Insufisiensi Korteks
Adrenal

Aldosteron(-) Kortisol (-)

Penyerapan Glukoneogenesis (-)


NA+

Hipoglikemi
Kadar K+ (+)

Ekskresi air Glikogen hati (-)


(+)

Volume Lemah
Ekstrasel (+)

Dehidrasi
MK : Anoreksia, BB turun

MK : Resiko Intoleransi Mual muntah


Ketidak Aktivitas
Seimbangan
(D.0056)
elektrolit MK :

(D.0037) Defisit Nutrisi


(D.0019)

1
BAB II

ASKEP TEORI

2.1. Data dasar pengkajian pasien


1. Data Demografi

Identitas pasien: nama, alamat, umur (semua usia), jenis kelamin (laki-laki dan

perempuan).

2. Riwayat Penyakit

a. Penyakit sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala

awal : kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan

hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi,

rambut pubis dan axila berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50

mm/Hg)

b. Penyakit dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun Ca

paru, payudara dan limpoma.

c. Penyakit keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang

sama / penyakit autoimun yang lain.

3. Pemeriksaan Fisik (ADL)

a. Aktivitas/istirahat

Gejala:

▪ Lelah, nyeri/kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari)

▪ Tidak mampu beraktivitas atau bekerja.

Tanda:

▪ Peningkatan denyut jantung/denyut nadi aktivitas yang minimal.

2
▪ Penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

▪ Depresi, gangguan kosentrasi, penurunan inisiatif/ide.

▪ Latergi.

b. Sirkulasi

Tanda:

• Hipotensi termasuk hipotensi postural.

• Takikardia, disritmia, suara jantung melemah.

• Nadi perifer melemah.

• Pengisisan kapiler memanjang.

• Ekstermitas dingin, sianosis, dan pucat. Membran mukosa hitam keabu-abuan

(peningkatan pigmentasi).

c. Integritas ego

Gejala:

• Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit

fisik/pembedahan, perubahan gaya hidup.

• Ketidakmampuan menghadapi stres.

Tanda:

▪ Ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

d. Eleminasi

Gejala:

▪ Diare sampai dengan adanya kontipasi

▪ Kram abdomen.

▪ Perubahan frekuensi dan karateristik urine.

Tanda:

▪ Diuresis yang diikuti dengan oliguria.

e. Makanan/cairan
3
Gejala:

• Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah

• Kekurangan zat garam

• Berat badan menurun dengan cepat.

Tanda:

• Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

f. Neurosensori

Gejala:

• Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.

• Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis, kelemahan

otot.

• Penurunan toleransi terhadap keadaan dingin atau stres. Kesemutan/baal/lemah.

Tanda:

• Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar natrium rendah),

latergi, kelemahan mental, peka rangsang, cemas, koma (dalam keadaan krisis)

• Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia (pada keadaan

krisis).

• Rasa kecap/penciuman berlebihan, ketajaman pendengaran meningkat.

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala:

• Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.

• Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas (pada keadaan krisis).

h. Pernapasan

Gejala:

• Dipsnea

4
Tanda:

• Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, suara napas, krakel, ronki (pada

keadaan infeksi)

i. Keamanan

Gejala:

• Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.

Tanda:

• Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar matahari atau hitam

seperti perunggu) yang menyeluruh atau berbintik-bintik.

• Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia (keadaan krisis).

• Otot menjadi kururs

• Gangguan tidak mampu berjalan.

j. Seksualitas

Gejala:

• Adanya riwayat menopouse dini, amenorea.

• Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal: berkurangnya rambut-rambut pada

tubuh terutama pada wanita.

• Hilangnya libido.

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala:

• Adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker

• Adanya riwayat tiroiditis, DM, TB, anemia pernisiosa.

Pertimbangan:

• DRG menunjukkan rerata lama dirawat; 4,3 hari.

5
Rencana pemulangan

• Membutuhkan bantuan dalam hal obat, aktivitas sehari-hari, mempertahankan

kewajibannya.

l. Pemerikasaan diagnostik

Kadar hormon

a. Kortisol plasma: menurun dengan tanpa respond pada pemberian ACTH secara IM

(primer)atau ACTH secara IV.

b. ACTH: meningkat secara mencolok (pada primer) atau menururn (sekunder).

- ADH: meningkat.

- Aldesteron: menurun.

c. Elektrolit: kadar dalam serum mungkin normal atau natrium sedikit menururn,

sedagkan kalium sedikit meningkat. Walaupun demikian, natrium dan kalium yang

abnormal dapat terjadi sebagai akibat tidak adanya aldesteron dan kekurangan

kortisol (mungkin sebagai akibat dari krisis).

d. Glukosa: hipoglikemia.

e. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat (karena terjadi penurunan perfusi ginjal).

f. Analisis gas darah: asidosis metabolik.

g. Eritrosit: normositik, anemia normokromik (mungkin tidak nyata/terselubung

dengan penurunan volume cairan) dan hematokrit meningkat (karena

hemokosentrasi). Jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.

h. Sinar x: jantung kecil, klasifikasi kelenjar adreanal, atau TB (paru, ginjal) mungkin

akan ditemukan.

2.2. Diagnosa Keperawatan ( SDKI 2016)


1 Defisit Nutrisi b.d Ketidakmmpuan mencerna makanan d,d Anoreksia.

6
2 Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan cairan d.d.

Dehidrasi.

3 Intoleran Aktivitas b.d Kelemahan d.d. Lemah.

7
2.3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

( Standar luaran keperawatan Indonesia ) ( Standar Intervensi keperawatan Indonesia )

1. Defisit Nutrisi D.0019 Setelah dilakukan tindakan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)

minimal … jam diharapkan kelebihan volume Observasi

cairan klien dapat teratasi • Identifikasi status nutrisi

Status Nutrisi • Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

1. Frekuensi makan (5) • Identifikasi makanan yang disukai

2. Nafsu makan (5) • Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis

3. Bising Usus (5) nutrient

4. Kelembapan membrane mukosa (5) • Identifikasi perlunya penggunaan selang

• Keterangan nasogastrik

(1) Sangat Terganggu • Monitor asupan makanan


(2) Banyak Terganggu • Monitor berat badan
(3) Cukup Terganggu
• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(4) Sedikit Terganggu Terapeutik

8
(5) Tidak Terganggu • Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika

perlu

• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.

Piramida makanan)

• Sajikan makanan secara menarik dan suhu

yang sesuai

• Berikan makan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein

• Berikan suplemen makanan, jika perlu

• Hentikan pemberian makan melalui selang

nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

• Anjurkan posisi duduk, jika mampu

• Ajarkan diet yang diprogramkan

9
Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika

perlu

• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient

yang dibutuhkan, jika perlu.

2. Resiko Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperawatan PEMANTAUAN ELEKTROLIT (I.03122)


Observasi
Elektrolit D.0037 minimal …. jam diharapkan kelebihan volume
• Identifkasi kemungkinan penyebab
cairan klien dapat teratasi
ketidakseimbangan elektrolit
Keseimbangan Cairan • Monitor kadar eletrolit serum

1. Asupan Cairan (5) • Monitor mual, muntah dan diare


• Monitor kehilangan cairan, jika perlu
2. Asupan makanan (5)
• Monitor tanda dan gejala hypokalemia (mis.
3. Dehidrasi (5) Kelemahan otot, interval QT memanjang,
4. Berat Badan (5) gelombang T datar atau terbalik, depresi
segmen ST, gelombang U, kelelahan,
Keterangan
parestesia, penurunan refleks, anoreksia,

10
(1) Sangat Terganggu konstipasi, motilitas usus menurun, pusing,
depresi pernapasan)
(2) Banyak Terganggu
• Monitor tanda dan gejala hyperkalemia (mis.
(3) Cukup Terganggu
Peka rangsang, gelisah, mual, munta,
(4) Sedikit Terganggu takikardia mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel, gelombang T
(5) Tidak Terganggu
tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS
tumpul, blok jantung mengarah asistol)
• Monitor tanda dan gejala hipontremia (mis.
Disorientasi, otot berkedut, sakit kepala,
membrane mukosa kering, hipotensi
postural, kejang, letargi, penurunan
kesadaran)
• Monitor tanda dan gejala hypernatremia
(mis. Haus, demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membrane mukosa kering,
takikardia, hipotensi, letargi, konfusi,
kejang)
• Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis.
Peka rangsang, tanda IChvostekI [spasme
otot wajah], tanda Trousseau [spasme
karpal], kram otot, interval QT memanjang)

11
• Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis.
Nyeri tulang, haus, anoreksia, letargi,
kelemahan otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS lebar,
interval PR memanjang)
• Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia
(mis. Depresi pernapasan, apatis, tanda
Chvostek, tanda Trousseau, konfusi,
disritmia)
• Monitor tanda dan gejala hipomagnesia (mis.
Kelemahan otot, hiporefleks, bradikardia,
depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Terapeutik
• Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
• Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
• Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
MANAJEMEN NUTRISI (I. 03119)
Observasi

12
• Identifikasi status nutrisi

• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

• Identifikasi makanan yang disukai

• Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis

nutrient

• Identifikasi perlunya penggunaan selang

nasogastrik

• Monitor asupan makanan

• Monitor berat badan

• Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

• Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika

perlu

• Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.

Piramida makanan)

• Sajikan makanan secara menarik dan suhu

13
yang sesuai

• Berikan makan tinggi serat untuk mencegah

konstipasi

• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi

protein

• Berikan suplemen makanan, jika perlu

• Hentikan pemberian makan melalui selang

nasigastrik jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi

• Anjurkan posisi duduk, jika mampu

• Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika

perlu

• Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

14
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient

yang dibutuhkan, jika perlu.

3. Intoleran Aktivitas D.0056 Setelah dilakukan tindakan keperawatan TERAPI AKTIVITAS (I.05186)

minimal 3x24 jam diharapkan kelebihan


Observasi
volume cairan klien dapat teratasi
• Identifikasi deficit tingkat aktivitas
Toleransi Aktivitas • Identifikasi kemampuan berpartisipasi

1. Perasaan lemah (5) dalam aktivotas tertentu


• Identifikasi sumber daya untuk aktivitas
2. Frekuensi napas (5)
yang diinginkan
3. Kemudahan dalam melakukan aktivitas • Identifikasi strategi meningkatkan

Sehari- hari (5) partisipasi dalam aktivitas


• Identifikasi makna aktivitas rutin (mis.
4. Saturasi oksigen (5)
bekerja) dan waktu luang
Keterangan • Monitor respon emosional, fisik, social,
(1) Sangat Terganggu dan spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
(2) Banyak Terganggu
• Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan
(3) Cukup Terganggu deficit yang dialami
(4) Sedikit Terganggu • Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi danrentang aktivitas

15
(5) Tidak Terganggu • Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
• Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
• Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
• Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
• Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri),
sesuai kebutuhan
• Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
• Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
• Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara
berat badan, jika sesuai
• Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi

16
otot
• Fasilitasi aktivitas dengan komponen
memori implicit dan emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien dimensia,
jika sesaui
• Libatkan dalam permaianan kelompok yang
tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
• Tingkatkan keterlibatan dalam
aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk
menurunkan kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging, berenang,
tugas sederhana, permaianan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan
diri, dan teka-teki dan kart)
• Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
• Fasilitasi mengembankan motivasi dan
penguatan diri
• Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
• Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-
hari
• Berikan penguatan positfi atas partisipasi
17
dalam aktivitas
Edukasi
• Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari,
jika perlu
• Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
dipilih
• Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
• Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi, jika sesuai
• Anjurkan keluarga untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
• Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
• Rujuk pada pusat atau program aktivitas

komunitas, jika perlu

18
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggunya fungsi dari

kelenjar korteks adrenal. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan

kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron (Liotta EA

et all 2010).

Diagnosa atau masalah keperawatannya :

1 Defisit Nutrisi b.d Ketidakmmpuan mencerna makanan d,d Anoreksia.

2 Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Ketidakseimbangan cairan d.d.

Dehidrasi.

3 Intoleran Aktivitas b.d Kelemahan d.d. Lemah.

3.2. Saran

Secara umum, pembaca mampu mengetahui apa pengertian dari Addison


syndrom dan tanda, gejala , cara penanganan. Sehingga dapat mengurangi angka
kematian yang sebagian besar diakibatkan oleh Addison syndrome. Sebagai acuan
referensi untuk asuhan keperawatan Addison syndrome.

19
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Nixson, dkk. 2017. Asuhan keperawatan system endokrin dilengkapi


mind mapping dan asuhan keperawatan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Group Penerbit CV BUDI UTAMA.

Said, Alfin, dkk. 2011. Penyakit Addison. Journal of Public Health. 5 (2). 91-93.

TIM POKJA SDKI DPP PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:

definisi indicator dan diagnostic. DPD PPNI. Jakarta Selatan

TIM POKJA SLKI DPP PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

definisi dan kriteria hasil keperawatan. DPD PPNL Jakarta Selatan

TIM POKJA SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

definisi dan tindakan keperawatan. DPD PPNI. Jakarta Selatan

20
LAMPIRAN

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37

Anda mungkin juga menyukai