Anda di halaman 1dari 17

ALGORITMA DAN BILANGAN BULAT

Kelompok 3
Nama : Ahamad Amri (200170020)
Aulia Pasha (200170013)
Farah Azzahra Iskandar (200170276)
Imam Rosadi (200170014)
Neli Susanti (200170098)
Risky Fasya Ramdhani (200170266)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Matematika merupakan induk dari segala ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari unsur matematika.
Pembelajaran matematika bertujuan untuk membekali siswa agar dapat mengembangkan
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Kompetensi matematika tersebut
diperlukan untuk menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
sangat cepat, maka dari itu algoritma dan bilangan bulat sangat diperlukan pada zaman desawa ini.
Algortitma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara
sistematis. Sedangkan Menurut KBBI, algoritma adalah urutan logis pengambilan keputusan untuk
pemecahan masalah. Kata logis merupakan kata kunci dalam sebuah algoritma. Langkah-langkah
di dalam algoritma harus logis, ini berarti hasil dari urutan langkah-langkah tersebut harus dapat
ditentukan, benar atau salah. Langkah-langkah yang tidak benar dapat memberikan hasil yang
salah. Bilangan bulat merupakan salah satu pokok bahasan di dalam pelajaran Matematik.
Bilangan bulat terdiri dari bilangan bulat positif, bilangan nol dan bilangan bulat negatif. Bilangan
bulat positif merupakan bilangan asli yang digunakan dalam menghitung anggota sebuah
himpunan. Bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, … juga disebut bilangan yang dibilang atau
bilangan-bilangan bulat positif. Dengan kata lain, bilangan asli itu bilangan yang dimulai dari
bilangan 1, 2, 3 dan seterusnya.

Himpunan bilangan bulat positif, bilangan nol dan bilangan bulat negatif dinamakan himpunan
bilangan bulat. Selanjutnya tidak hanya sekedar mengetahui himpunan bilangan bulat saja, tetapi
juga dikaitkan dengan operasi hitung pada bilangan bulat. Karena pentingnya penerapan Algoritma
dan Teori bilangan bulat dalam kehidupan sehari-hari, maka dengan ini kami akan membahas
makalah tentang “Algoritma dan Teori Bilangan Bulat”. Semoga dapat memberikan sedikit
pengalaman bagi yang membaca.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Apa itu algoritma ?
2. Apa pengertian bilangan bulat?
3. Bagimana sifat pembagian pada bilangan bulat?
4. Apa itu pembagian bersama terbesar?
5. Apa itu algoritma euclidean?
6. Apa itu aritmatika modulo?
7. Apa itu bilangan prima?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui algoritma.
2. Untuk mengetahui pengertian bilangan bulat
3. Untuk mengetahui sifat pembagian pada bilangan bulat
4. Untuk mengetahui pembagian bersama terbesar
5. Untuk mengetahui algoritma euclidean
6. Untuk mengetahui aritmatika modulo
7. Untuk mengetahui bilangan prima
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Algoritma

Algoritma adalah urutan langkah-langkah untuk memecahkan suatu masalah.sebenarnya


terdapat beberapa definisi lain dari algoritma - tetapi pada prinsipnya adalah sama, dengan definisi
yang diungkapkan di atas, antara lain:

Algoritma adalah deretan langkah-langkah komputasi yang mentransformasikan data masukan


menjadi keluaran.

Algoritma adalah deretan instruksi yang jelas untuk memecahkan masalah, yaitu memperoleh
keluaran yang diinginkan dari suatu masukan dalam jumlah waktu yang terbatas.

Algoritma adalah prosedur komputasi yang terdefinisi dengan baik yang menggunakan
beberapa nilai sebagai masukan dan menghasilkan beberapa nilai yang disebut keluaran. Jadi,
algoritma adalah deretan langkah komputasi yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran.

Algoritma adalah deskripsi dari suatu pola tingkah laku yang dinyatakan secara primitif yaitu
aksi-aksi yang didefenisikan sebelumnya dan diberi nama, dan diasumsikan sebelumnya bahwa
aksi-aksi tersebut dapat kerjakan sehingga dapat menyebabkan kejadian.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa Algoritma merupkan urutan perintah atau langkah-langkah
logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logis.

2.2 Notasi Algoritma

Notasi algoritma dengan menggunakan kalimat deskriptif disebut juga notasi alami. Notasi
algoritma deskriptif dilakukan dengan cara menuliskan intruksi-intruksi yang musti dilaksanakan
dalam bentuk untaian kalimat deskriptif dengan menggunakan bahasa yang jelas. Notasi deskriptif
ini disarankan untuk algoritma yang pendek karena apabila untuk algoritma yang panjang notasi
deskriptif kurang efektif.
Selain dengan notasi deskriptif,algoritma juga dapat di gambarkan dalam notasi Bahasa
computer(lebih tepatnya dalam Bahasa pemograman),misalnya dalam Bahasa pascal,algoritma
mencari elemen terbesar

procedure CariElemenTerbesar (input a1, a2, ... , an : integer, output maks : integer)
{ Mencari elemen terbesar di antara elemen a1, a2, ... , an. Elemen terbesar akan disimpan di
dalam maks.
Masukan:a1,a2,...,an
Keluaran:maks
}

Deklarasi
I:integer

Algoritma:
maks<a1
for i<2 to n do
if ai> maks then
maks ai
endif
endfor

2.3 Beberapa Contoh Algoritma

Dibawah ini disajikan beberapa contoh algoritma.algoritma pertama mempertukarkan nilai dari
dua buah peubah.algoritma kedua mencari elemen tertentu di antara sekumpulan nilai bilangan
bulat,sedangkan algoritma ketiga adalah algoritma untuk mengurutkan sekumpulan bilangan bulat.

a. Algoritma mempertukarkan nilai dari buah peubah


Tuliskan algoritma yang membaca dua buah nilai-nilai untuk peubah A dan B, lalu
mempertukarkan nilai kedua peubah tersebut. Misalnya, sebelum pertukarkan nilai A=8, nilai B=5,
maka setelah pertukaran, nilai A=5 dan nilai B=8.

PENYELESAIAN :

Algoritma pertukaran dua buah nilai sama seperti algoritma mempertukarkan isi dari dua buah
ember. kita membutuhkan sebuah peubah bantu sebagai tempat penampungan sementara.

PROGRAM Pertukaran
{ Mempertukarkan nilai A dan B. Nilai A dan B dibaca terlebih dahulu }

DEKLARASI
A, B, C : integer

ALGORITMA:
{ asumsikan A dan B sudah terdefinisi dengan nilai, misalnya melalui pengisian langsung atau
dibaca nilainya dari papan diketik }
{ pertukarkan nilai A dan B }
C ← A {simpan nilai A ditempat penampungan sementara, C}
A ← B {sekarang A dapat diisi dengan nilai B}
B ← C {isi B dengan nilai A semula yang tadi disimpan di C}
{Tulis nilai A dan B setelah pertukarkan, Jika diperlukan}

b. Algoritma mencari nilai tertentu di dalam himpunan elemen

Diberikan n buah bilangan bulat yang dinyatakan sebagai a1, a2, ... , an. Carilah apakah x
terdapat di dalam himpunan bilangan bulat tersebut. Jika x ditemukan, maka lokasi (indeks)
elemen yang bernilai x disimpan di dalam peubah idx. Jika x tidak terdapat di dalam n himpunan
tersebut, maka idx diisi dengan nilai 0. Algoritma pencarian yang paling sederhana adalah
algoritma pencarian beruntun. Setiap elemen di dalam himpunan dibandingkan dengan x, mulai
dari elemen pertama, a1, sampai elemen yang bernilai sama dengan x ditemukan atau sampai
semua elemen sudah habis diperiksa. Jika ak = x, maka k adalah lokasi tampat x berada (idx diisi
dengan k). Jika x tidak ditemukan (semua elemen sudah habis diperiksa), maka 0 diisikan ke
dalam idx

c. Algoritma pengurutan

Diberikan n buah bilangn bulat yang dinyatakan sebagai a1, a2, ..., an. Urutkan semua bilangan
bulat tersebut sedemikian sehingga a1 ≤ a2 ≤ ... ≤ an. Pengurutan adalah persoalan yang kaya
dengan solusi algoritma, karena saat ini terdapat puluhan algoritma pengurutan. Salah satu
algoritma pengurutan adalah algoritms pengurutan seleksi (selection sort). Gagasan dasarnya
adalah mencari elemen terbesar atau terkecil, lalu menempatkan elemen terbesar atau terkecilpada
awal atau akhir susunan. Dua aktivitas ini disebut satu kali pass. Selanjutnya, elemen terujung
tersebut “diisolasi” dan tidak disertakan pada proses selanjutnya. Untuk pass yang lainnya
(seluruhnya ada n - 1 kali pass), aktivitas yang sama diulang untuk elemen lain yang tersisa, yaitu
memilaih elemen terbesar atau terkecil berikutnya dan mempertukarkannya dengan elemen
terujung dari bagian sisa.

2.4 Bilangan Bulat

Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak mempunyai pecahan desimal. Sementara bilangan
yang memiliki pecahan desimal disebut bilangan riil.

Konsep-konsep yang dilahirkan dari sifat pembagian pada bilangan bulat:


1. Bilangan prima
2. Aritmatika modulo > berperan penting dalam bidang kriptografi
3. Algoritma Euclidean

2.6 Sifat pembagian pada bilangan bulat

a. sifat tertutp
Salah satu yakni bersifat tertutup, begitu juga pada bersifat tertutup. Misalnya 2 × 3 = 6, di
mana 2, 3, dan 6 merupakan bilangan bulat. Apakah pada pembagian bilangan bulat juga bersifat
tertutup?
Untuk membuktikan hal tersebut silahkan simak contoh soal di bawah ini.
=> 6 : 1 = 6
=> 6 : 2 = 3
=> 6 : 3 = 2
=> 6 : 4 = 1,5
Ternyata operasi pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat tetutup. Ini dapat dilihat pada
pembagian 6 : 4 = 1,5. Di mana 1,5 bukan merupakan bilangan bulat. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa pada operasi pembagian pada bilangan bulat tidak bersifat tertutup.

b. Sifat Komutatif (Pertukaran)

Operasi perkalian dua bilangan bulat selalu diperoleh hasil yang sama walaupun kedua bilangan
tersebut dipertukarkan tempatnya. Misalnya 2 × (–5) akan sama hasilnya dengan (–5) × 2 yakni –
10. Bagaimana dengan operasi bentuk pembagian pada bilangan bulat?

Untuk membuktikan hal tersebut silahkan simak contoh soal di bawah berikut ini.
=> 8 : 4 = 2
=> 4 : 8 = ½
Ternyata 8 : 4 ≠ 4 : 8. Oleh karena itu, pada pembagian bilangan bulat tidak berlaku sifat
komutatif (pertukaran).

c. Sifat Asosiatif (Pengelompokan)

Pada perkalian bilangan bulat berlaku sifat asosiatif (pengelompokan), misalnya (2 × 3) × 4 akan
sama hasilnya 2 × (3 × 4) yakni 24. Bagaimana dengan pada pembagian bilangan bulat? Apakah
akan berlaku sifat asosiatif?
Untuk membuktikan hal tersebut silahkan simak contoh soal di bawah berikut ini.
=> (12 : 6) : 2 = 1
=> 12 : (6 : 2) = 4.
Ternyata (12 : 6) : 2 ≠ 12 : (6 : 2). Oleh karena itu, pada pembagian bilangan bulat tidak berlaku
sifat asosiatatif (pengelompokan).

d. Sifat Distributif Pembagian Terhadap Penjumlahan

Pada operasi perkalian bilangan bulat akan berlaku sifat distributif pembagian terhadap
penjumlahan. Di mana sifat ini menyatakan bahwa “Untuk setiap bilangan bulat p, q, dan r selalu
berlaku p × (q + r) = (p × q) + (p × r)”. Misalnya 2 × (4 + 3) akan sama hasilnya dengan (2 × 4) +
(2 × 3) yakni 14. Bagaimana dengan pada pembagian bilangan bulat? Apakah akan berlaku sifat
distributif pembagian terhadap penjumlahan?

Untuk membuktikan hal tersebut silahkan simak contoh soal di bawah berikut ini.
=> 48 : (4 + 2) = 8
=> (48 : 4) + (48 : 2) = 36
Ternyata 48 : (4 + 2) ≠ (48 : 4) + (48 : 2). Oleh karena itu, pada pembagian bilangan bulat tidak
berlaku sifat distributif pembagian terhadap penjumlahan.

e. Sifat distributif pembagian terhadap pengurangan

Pada operasi perkalian akan berlaku sifat distributif perkalian terhadap pengurangan. Misalnya
5 × (8 – 3) akan sama hasilnya dengan (5 × 8) – (5 × 3) yakni 25. Bagaimana dengan pada
pembagian bilangan bulat? Apakah akan berlaku sifat distributif pembagian terhadap
pengurangan?

Untuk membuktikan hal tersebut silahkan simak contoh soal di bawah berikut ini.
=> 48 : (4 – 2) = 24
=> (48 : 4) – (48 : 2) = –12
Ternyata 48 : (4 – 2) ≠ (48 : 4) – (48 : 2). Oleh karena itu, pada pembagian bilangan bulat tidak
berlaku sifat distributif pembagian terhadap pengurangan.

f. Mempunyai Elemen Identitas


Bilangan 1 (satu) merupakan elemen identitas pada pembagian. Artinya, untuk sebarang
bilangan bulat apabila dibagi 1 (satu), hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Hal ini dapat dituliskan
bahwa “Untuk setiap bilangan bulat p, selalu berlaku p : 1 = p”.

2.5 Algoritma Euclidean

Pengertian Algoritma Euclidean

a. Menurut Muharrom dan Muhammad Aji

Algoritma Euclid ialah algoritma yang dilaksanakan secara bertahap, step by step,di mana
hasil yang didapat dari suatu tahap akan digunakan lagi pada tahapan selanjutnya.

b. Menurut L.Hambali dan Abdul Mukti

Algoritma Euclidean merupakan algoritma yang digunakan untuk mencari FPB dari dua buah
bilangan bulat m dan n.

c. Menurut Isra Nurhadi

Algoritma euclid merupakan suatu algoritma yang digunakan untuk mencari Greatest
Common Divisor (GCD) atau biasa dikenal dengan Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dari dua
bilangan, khususnya untuk bilangan-bilangan yang sangat besar sehingga tidak perlu mencari
faktorisasi prima dari kedua bilangan tersebut.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa:

Algoritma Euclidean adalah algoritma yang dilaksanakan secara bertahap untuk mencari FPB
dari dua bilangan bulat m dan n.

Rumus Algoritma Euclidean

Secara ringkas, caranya adalah dengan membagi bilangan yang lebih besar (misalkan a)
dengan bilangan yang lebih kecil (b), pembagian tersebut akan menghasilkan hasil bagi q1 dan
sisa r1. Jika r = 0, maka FPB nya adalah b. Tetapi bila r tidak sama dengan 0, maka prosesnya
diulang lagi dengan membagi b dengan r1. Pembagian tersebut akan menghasilkan hasil bagi q2
dan sisa r2. Jika r2 = 0, maka FPB nya adalah r1 (sisa pembagian sebelumnya), jika r2 bukan 0,
maka lakukan pembagian r1 dengan r2.

a : b = q1 + r1 –> a = q1(b) + r1 , 0 ≤ r1 ≤ b
b : r1 = q2 + r2 –> b = q2(r1) + r2 , 0 ≤ r2 ≤ r1

r1 : r2 = q3 + r3 –> r1 = q3(r2) + r3 , 0 ≤ r3 ≤ r2

. .

=. + ,0≤≤
= .+0 —–> sudah tidak bersisa (sisa 0)

Keterangan:
q = hasil bagi (quotient)
r = sisa pembagian (remainder)

- Contoh Soal dan Pembahasannya

Contoh 1:

Tentukan FPB dari 53 dan 7!

Pembahasan:

Bagi 53 dengan 7 –> 53 = 7(7) + 4

Bagi 7 dengan 4 –> 7 = 1(4) +3

Bagi 4 dengan 3 –> 4 = 1(3) +1

Bagi 3 dengan 1 –> 3 = 1(3) + 0 (Karena sisanya sudah 0,maka FPB-nya adalah sisa
sebelumnya)

Jadi, FPB(53, 7) = 1
2.6 Algoritma Modulo

Sifat pembagian pada bilangan bulat melahirkan konsep-konsep seperti bilangan prima dan
aritmetika modulo. Aritmetika modulo (modular arithmetic) memainkan peranan yang penting
dalan komputasi integer, khususnya pada aplikasi kriptografi. Operator yang digunakan pada
aritmetika modulo adalah mod. Operator mod memberikan sisa pembagian
Definisi:
Misalkan a adalah bilangan bulat dan m adalah bilangan bulat positif. Operasi a mod m (dibaca
“a modulo m”) memberikan sisa jika a dibagi dengan m. Dengan kata lain, a mod m = r sedemikian
sehingga a = mq + r, dengan . Notasi : a mod m = r, sedemikian sehingga a = mq + r, dengan .
Bilangan m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmetika modulo m terletak di
dalam himpunan { 0, 1, 2, 3, ..., m-1 }. Misalnya 27 dibagi 4 memberikan hasil 6 dengan sisa 3,
sehingga kita tulis 27 mod 4 = 3 Untuk nilai a yang negatif, caranya: bagi |a| dengan m
mendapatkan sisa r’. Maka a mod m = m – r’ bila . Misalkan menghitung – 41 mod 9.
Jadi | – 41 | mod 9 = 5, sehingga – 41 mod 9 = 9 – 5 = 4
Jika a mod m = 0, maka dikatakan bahwa a adalah kelipatan dari m, yaitu a habis
dibagi dengan m Misalnya 28 mod 4 = 0, berarti 28 adalah kelipatan 4.

2.7 Kriptografi

Kriptografi adalah ilmu sekaligus seni untuk menjaga kerahasiaan pesan (data atau informasi)
dengan cara menyamarkannya (to crypt) menjadi bentuk yang tidak mempunyai makna.
Kerahasiaan informasi merupakan suatu hal yang sangat penting, agar tidak diketahui oleh orang
yang tidak berhak. Misalnya, perdagangan elektronis (e-commerce) yang menggunakan
kriptografi untuk menyediakan nomor PIN customer, karena pembayaran di dalam e-commerce
umumnya menggunakan kartu kredit. Pesan yang sudah disandikan dapat dikembalikan lagi ke
pesan aslinya hanya oleh orang yang berhak (orang yang berhak yang dimaksudkan adalah orang
yang memiliki suatu metode atau kunci untuk mengembalikan isi sistem) Pesan yang dirahasiakan
dinamakan plainteks ( plaintext), artinya teks jelas yang dapat dimengerti, sedangkan pesan hasil
penyamaran disebut chiperteks (chipertext), yang artinya teks tersandi.
Proses penyamaran dari plainteks ke chiperteks disebut enkripsi (encryption) dan proses
pembalikan dari chiperteks ke plainteks disebut dekripsi (decryption).

Aspek-aspek keamanan data

1) Integrity (Integritas), yaitu keaslian pesan yang dikirim melalui jaringan


2) Authentication (Pembuktian Keaslian), yaitu penerima info yakin keaslian pesan
berasal dari orang yang dikehendaki.
3) Confidentiality, yaitu usaha untuk menjaga informasi dari orang yang tidak berhak mengakses.

Kriptografi lazim digunakan di dalam komputer, baik untuk pengiriman data maupun untuk
penyimpanan data di dalam disk storge. Data yang ditransmisikan melalui saluran komunikasi
direpresentasikan dalam bentuk chiperteks. Di tempat penerima chiperteks dikembalikan lagi
menjadi plainteks hanya oleh pihak yang berhak saja, yang biasanya menggunakan kunci rahasia
juga. File di dalam media penyimpanan komputer (seperti hard disk) disimpan dalam bentuk
chiperteks. Untuk membacanya, hanya orang yang berhak yang dapat mengembalikan chiperteks
menjadi plainteks.

Notasi Matematis

Jika chiperteks dilambangkan dengan C dan plainteks dilambangkan dengan P, maka fungsi
enkripsi E memetakan P ke C,

E(P) = C

Pada proses kebalikannya, fungsi dekripsi D memetakan C ke P,

D(C) = P

Karena proses enkripsi kemudian dekripsi mengembalikan pesan ke pesan asal, maka kesamaan
berikut harus benar,
D(E(P)) = P

Algoritma kriptografi atau chiper adalah fungsi matematik yang digunakan untuk enkripsi dan
dekripsi. Kekuatan kriptografi ditentukan dengan menjaga kerahasiaan algoritmanya. Algoritma
kriptografii dinamakan algoritma restricted. Misalnya dalam sebuah kelompok orang, mereka
sepakat menyandikan setiap pesan dengan algoritma yang sama. Algoritmanya adalah
mempertukarkan pada setiap kata karakter pertama dengan karakter ketiga, karakter kedua dengan
karakter keempat dan seterusnya.

Contohnya:
Plainteks : MATEMATIKA DISKRIT
Chiperteks : TEMATIMAKA SKDITIR

Untuk mendiskripsikan pesan, algoritma yang sama digunakan kembali. Namun algoritma
restricted ini, mempunyai kelemahan yakni bila seorang dari anggota keluar dari kelompok, maka
penyandian pesan harus diubah lagi. Kriptografi modern tidak lagi mendasarkan kekuatan pada
algoritmanya, namun kekuatan kriptografinya terletak pada kunci, yang berupa deretan karakter
atau bilangan bulat. Algoritmanya tidak dirahasiakan lagi, tapi bisa diketahui oleh semua orang.
Hanya orang yang mengetahui kunci yang dapat melakukan enkripsi dan diskripsi. Kunci ini
analog fungsinya dengan password pada sistem komputer. Misalnya pada Caesar chipper, teknik
yang digunakan oleh Julius Caesar, kaisar Romawi, untuk menyandikan pesan yang ia kirim
kepada para gubernurnya. Pada Caesar chipper, tiap huruf disubstitusikan dengan huruf ke tiga
berikutnya dari susunan alfabet. Dalam hal ini kuncinya adalah jumlah pergeseran huruf, yaitu 3.

Plainteks : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Chiperteks : D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B Z

Dengan mengkodekan setiap huruf alfabet dengan integer


A=0, B=1, C=2, D=3, E=4, F=5, G=6, H=7, I=8, J=9, K=10, L=11, M=12,
N=13, O=14, P=15, Q=16, R=17, S=18, T=19, U=20, V=21, W=22, X=23,
Y=24, Z=25
2.8 Fungsi Hash

Fungsi Hash merupakan algoritma yang mengubah teks atau pesan (text or message) menjadi
sederetan karakter acak yang memiliki karakter yang sama.

Hash juga termasuk salah satu bentuk teknik kriptografi tanpa menggunakan kunci (unkeyed
cryptosystem). Selain itu hash memiliki nama lain yang juga dikenal yaitu “one-way function”.

Fungsi Hash adalah fungsi yang menerima masukan string yang panjangnya sembarang
selanjutnya mentransformasikannya menjadi string keluaran yang panjangnya tetap (fixed) yang
biasanya berukuran jauh lebih kecil daripada ukuran string semula.

2.9 Internasional Standart Book Number (ISBN)

International Standard Book Number (ISBN) merupakan sistem pengkodean atau penomoran
buku secara internasional yang pertama kali dibahas pada konferensi internasional ketiga tentang
riset pasar buku (book market research) dan rasionalisasi perdagangan buku, yang diselenggarakan
di Berlin Jerman bulan November tahun 1966. Di dalamnya sejumlah penerbit dan distributor buku
Eropa mempertimbangkan pemanfaatan komputer dalam pemerosesan pemesanan dan
pengendalian persedian, dan menginisiasi pembentukan sebuah sistem otomatik yang efisien.

2.10 Pembangkit Bilangan Acak Semu


Bilangan acak: bilangan yang tidak dapat diprediksi. Bilangan acak (random) banyak digunakan
di dalam kriptografi. Misalnya untuk pembangkitan parameter kunci pada algoritma kunci publik,
pembangkitan initialization vector (IV) pada algoritma kunci-simetri, dan sebagainya

Tidak ada komputasi yang benar-benar menghasilkan deret bilangan acak secara
sempurna. Bilangan acak yang dihasilkan dengan rumus- rumus matematika adalah bilangan acak
semu (pseudo), karena pembangkitan bilangannya dapat diulang kembali. Pembangkit deret
bilangan acak semacam itu disebut pseudo-random number generator (PRNG)
Metode yang paling umum digunakan adalah yaitu Pembangkit bilangan acak kongruen-lanjar
(linear congruential generator atau LCG ) adalah PRNG yang berbentuk:

Xn = (aXn – 1 + b) mod m

Xn = bilangan acak ke-n dari deretnya


Xn – 1 = bilangan acak sebelumnya
a = faktor pengali
b = increment
m = modulus
Kunci pembangkit adalah X0 yang disebut umpan (seed).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Di dalam makalah ini terdapat beberapa point point yang dibahas, sehingga terdapat beberapa
kesimpulan :
Bilangan bulat adalah bilangan yang tidak memiliki pecahan desimal, dan terbagi menjadi dua
yaitu bilangan bulat positif dan bilangan bulat negatif.
Misalkan a dan b adalah dua buah bilangan bulat tidak nol. Pembagi bersama terbesar dari a
dan b adalah bilangan bulat terbesar d sedemikian sehingga da dan db. Notasinya: PBB (a,b)=d.
Jika p adalah suatu bilangan bulat positip lebih dari 1 yang mempunyai pembagi hanya 1 dan p
maka p disebut bilangan prima.
Beberapa dalil untuk membuktikan bilangan prima :

• Jika p adalah bilangan prima dan p│ab, maka p│a atau p│b .
• Jika p adalah suatu bilangan prima dan p│a_1 a_2 a_3 … a_n, maka p membagi paling sedikit.
• Jika n adalah sebarang bilangan bulat positip lebih dari 1, maka n dapat dinyatakan secara
tunggal sebagai hasil kali faktor-faktor prima.
• Terdapat tak terhingga banyaknya bilangan prima. Jika n adalah suatu bilangan prima, maka n
=h_j ,(j = 1,2,3,...,k)

3.2 Saran
Di dalam makalah ini penulis bertujuan agar pembaca dapat memahami dari makalah ini.
Penulis sangat berharap kritik dan saran dari pembaca, karena di saat pembuatan makalah ini
tentunya masih terdapat beberapa kekurang, sehingga masukan yang membangun akan
memotivasi penulis dalam penyusunan makalh ini.

Anda mungkin juga menyukai