Anda di halaman 1dari 17

Nama : Dika Dwi Mochammad Azis

Nim : C1814201069

Kls : 2A ( S1-Keperawatan )

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PENYAKIT

REUMATHOID ARTRITIS

A. Definisi

Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis
yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid
arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (sendi tangan dan kaki)
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).

Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan
degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan
pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak
berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago artikular dan
kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon mengalami. Inflamasi ditandai oleh
akumulasi sel darah putih, aktivasi komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan
jaringan parut. Pada inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal
sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon
inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh jaringan granular inflamasi yang
disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan
pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas. (Corwin, 2009).

B. Tanda dan gejala


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
1. Nyeri persendian
2. Bengkak (Reumatoid nodule)
3. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
4. Terbatasnya pergerakan
5. Sendi-sendi terasa panas
6. Demam (pireksia)
7. Anemia
8. Berat badan menurun
9. Kekuatan berkurang
10. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
12. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
1. Gerakan menjadi terbatas
2. Adanya nyeri tekan
3. Deformitas bertambah pembengkakan
4. Kelemahan
5. Depresi
Gejala Extraartikular :
 Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion (gangguan katub),
Pericarditis, Myocarditis
      Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
      Pada lympa : Lhymphadenopathy
      Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
      Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi
1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi
diartrodial dapat terserang.
3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada
osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu
kurang dari 1 jam.
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat
pada radiogram.
5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
6. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari
deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan
ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada
tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk
suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
7. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.
Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat
peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika
jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara
spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau
tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa
sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux &
Lockhart, 2001).
Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi,
kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan.
Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga
manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan
stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan
gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis
(Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah
capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996).
C. Klasifikasi
Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Reumatoid arthritis, pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala
sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.
Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :
a. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat,
bengkak dan kekakuan.
b. Stadium destruksi, pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium deformitas, pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang
kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap
D. Etiologi
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa
menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGc dan faktor
Reumatoid
2. Gangguan Metabolisme
3. Genetik
4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor
predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor metabolik, dan infeksi
virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).
Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid
adalah;
1. Jenis Kelamin.
Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah
2-3:1.
2. Umur
Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini
juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3. Riwayat keluarga
Jika terdapat anggota keluarga yang terkena RA, maka resiko terjadinya penyakit ini
lebih tinggi.
4. Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis rheumatoid
E. Patofisiologi
Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama
terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam
sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan
tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena
serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas
otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular,
eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis
setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi
progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi
vaskulitis yang difus (Long, 1996).
F. Pemeriksaan diagnostik
1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
3.   Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan
komplemen ( C3 dan C4 ).
6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
kental dibanding cairan sendi yang normal
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang
ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan
laboratorium menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang
positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan
komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody
antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan
memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap
dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer &
Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis
dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan memperlihatkan erosi
tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan
penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).
G. Farmakoloterapi
Nama obat Indikasi Dosis Efek Komposisi Interaksi Obat
Samping Obat
Paracetamol Meredakan 3x500mg Mual, sakit Paracetamol Meningkatkan
nyeri otot, sakit digunakan perut 500mg resiko
kepala, sakit bila perlu bagian atas, pendarahan,
gigi, demam gatal-gatal, jika digunakan
yang menyertai kehilangan bersamaan
flu & paska nafsu dengan wafarin
vaksinasi makan
Celecoxib Reaksi alergi 2x10- Gangguan Celecoxib Dapat
pada 200mg pada perut 200mg meningkatkan
sulfonamid,aspi Digunakan seperti kadar lithium
rin, golongan bila perlu diare, dalam darah,
AINS lain, kembung, dapat
asama dan buang menurunkan
urtrikaria angin, efek obat
pusing, anthihipertensi,
resah, sakit dapat
kepala, meningkatkan
ingusan efek obat
atau idung wafarin
mempet,
sakit
tenggoroka
n, reaksi
alergi, dan
ruam kulit
ringan
Ibuprofen Nyeri ringan 3-4x400mg, Sakit perut, Ibuprofen Peningkatan
samapi sedang maksimal maag, 400mg resiko ulkus
antara lain 3,2 grm. diare, peptikum dan
nyeri pada Digunakan sembelit, peforasi cairan
penyakit gigi bila perlu kembung, cerna,
atau pusing, penurunan
pencabutan sakit efektifitas obat
gigi, nyeri kepala, lain,
pasca bedah, gugup, peningkatan
sakit kepala, gatal atau efek samping
gejala arthritis ruam kulit, obat lain.
reumathoid, telinga
gejala berdering
osteoartritis
Tramadol Efektif untuk 50-100mg Pusing, Tramadol Interaksi
pengobatan 4-6 jam sakit hydrochlori tramadol dapat
nyeri akut dan kepala, de 50mg terjadi ketika
kronik yang kantuk, digunakan
berat, termasuk mual, dengan obat
nyeri pasca muntah, lain.
pembrdahan, konstipasi,
nyeri akibat mulut
tindakan kering,
diagnostik berkeringat
Keterolak Informasi obat 10mg setiap Sakit perut, Keterolak Penggunaan
ini hanya untuk 4-6 jam mual,munt 10mg obat keterolak
kalangan ah, diare, dengan obat
medis, terapi konstipasi, lain dapat
jangka pendek pusing, meningkatkan
nyeri sedang sakit resiko
setelah operasi kepala, pendarahan,
mengantuk, meningkatkan
berkeringat keracunan
atau telinga methotrexate,
berdengung hal usinasi
ketika
keterolak
digunakan
bersamaan
dengan obat
psikoaktif

H. Pengkajian keperawatan
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
 Catat bila ada krepitasi
 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c.   Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
 Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
 Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
e.   Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
2. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi
apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan
adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien
khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-
organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya
eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis
lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
 Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
 Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
 Riwayat keluarga dengan RA
 Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
 Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
b. Pola Nutrisi Metabolik
 Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang
banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
 Riwayat gangguan metabolic
c. Pola Eliminasi
 Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
 Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah
 Jenis aktivitas yang dilakukan
    Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
 Tidak mampu melakukan aktifitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
 Apakah ada gangguan tidur?
 Kebiasaan tidur sehari
 Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
    Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
 Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
 Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
 Bagaimana hubungan dengan keluarga?
    Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi Seksualitas
 Adakah gangguan seksualitas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
 Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
i. Pola Sistem Kepercayaan
 Agama yang dianut?
 Adakah gangguan beribadah?
 Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
I. Diagnosa keperawatan ( NANDA, NIC/NOC )
1. Gangguan rasa nyaman nyeri akut/ kronis berhubungan dengan distensi, proses
inflamasi, destruksi sendi.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan,
kekuatan otot.
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
J. Perencanaan keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Gangguan rasa NOC : NIC :
nyaman nyeri a. Pain Level Pain Management
akut/ kronis b. pain control a. Lakukan
berhubungan c. comfort level pengkajian nyeri
dengan distensi, Setelah dilakukan secara
proses inflamasi, tindakan komprehensif
destruksi sendi keperawatan termasuk lokasi,
selama …. karakteristik,
Pasien tidak durasi, frekuensi,
mengalami kualitas
nyeri, dengan dan faktor
kriteria presipitasi
hasil : b. Observasi reaksi
a. Mampu nonverbal dari
mengontrol Ketidak nyamanan
nyeri c. Kontrol lingkungan
b. Melaporkan yang dapat
bahwa nyeri mempengaruhi
berkurang nyeri
dengan d. Kurangi faktor
menggunakan presipitasi nyeri
manajemen e. Kaji tipe dan
nyeri sumber nyeri untuk
c. Mampu menentukan
mengenali intervensi
nyeri (skala, f. Ajarkan tentang
intensitas, teknik non
frekuensi dan farmakologi:
tanda nyeri) napas dalam
d. Menyatakan relaksasi, distraksi,
rasa nyaman kompres
setelah nyeri hangat/ dingin
berkurang g. Berikan analgetik
e. Tanda vital untuk mengurangi
dalam rentang nyeri
normal h. Monitor vital sign
f. Tidak sebelum dan
mengalami sesudah
gangguan tidur i. pemberian analgesik
pertama kali
2 Gangguan NOC : NIC : Exercise therapy
mobilitas fisik a. Joint : Ambulation
berhubungan Movement : a. Monitoring vital
dengan deformitas Active sign
skeletal, nyeri, b. Mobility Level sebelum/sesudah
penurunan, c. Self care : latihan dan lihat
kekuatan otot ADLs respon pasien saat
d. Transfe latihan
Performance b. Konsultasikan
Setelah dilakukan dengan terapi fisik
tindakan tentang rencana
keperawatan ambulasi sesuai
selama…. dengan kebutuhan
gangguan c. Bantu klien untuk
mobilitas fisik menggunakan
teratasi tongkat saat
dengan kriteria berjalan dan
hasil: cegah terhadap
a. Klien cedera
meningkat d. Ajarkan pasien atau
dalam aktivitas tenaga kesehatan
fisik lain tentang teknik
b. Memperagakan ambulasi
penggunaan e. Kaji kemampuan
alat Bantu pasien dalam
untuk mobilisasi
mobilisasi f. Latih pasien dalam
(walker) pemenuhankebutuh
an ADLs secara
mandiri sesuai
kemampuan
g. Dampingi dan Bantu
pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan klien
3 Gangguan Citra NOC : NIC : Body image
Tubuh / a. Body image enhancement
Perubahan b. Self esteem a. Kaji secara
Penampilan Peran Setelah verbal dan
berhubungan dilakukan nonverbal respon
dengan perubahan tindakan klien terhadap
kemampuan untuk keperawatan tubuhnya.
melaksanakan selama …. b. .Monitor
tugas-tugas gangguan frekuensi
umum, body image mengkritik dirinya
peningkatan pasien teratasi c. Jelaskan tentang
penggunaan dengan pengobatan,
energi, kriteria hasil: perawatan,
ketidakseimbanga a. Body image kemajuan dan
n mobilitas. positif prognosis
b. Mampu penyakit
mengidentifika d. Dorong klien
si kekuatan mengungkapkan
personal perasaannya
c. Mendiskripsika e. Identifikasi arti
n secara pengurangan
faktual melalui
perubahan pemakaian alat
fungsi tubuh bantu
Mempertahank f. Fasilitasi kontak
an interaksi dengan individu
social lain
dalam kelompok
kecil Rencana
keperawatan
4 Defisit NOC : NIC : Self Care
perawatan diri Self care : Activity assistane : ADLs
berhubungan of Daily Living a. Monitor
dengan (ADLs) kemempuan klien
kerusakan Setelah dilakukan untuk perawatan
musculoskelet tindakan diri yang mandiri.
al, penurunan keperawatan b. Monitor kebutuhan
kekuatan, daya selama …. klien bantu untuk
tahan, nyeri Defisit perawatan kebersihan diri,
pada waktu diri berpakaian,
bergerak, teratas dengan berhias
depresi. kriteria toileting dan
hasil: makan
a. Klien terbebas c . Sediakan
dari bau badan bantuan
b. Menyatakan sampai klien
kenyamanan mampu secara
terhadap utuh untuh
kemampuan melakukan
untuk self-care.
melakukan d. Dorong klien
ADLs untuk melakukan
c. Dapat aktivitas sehari-
melakukan hari yang normal
ADL secara sesuai
mandiri. kemampuan
yang dimiliki.
e. Ajarkan klien/
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan
bantuan hanya
jika pasien
tidak mampu untuk
melakukannya.
f. Berikan aktivitas
rutin sehari- hari
sesuai
kemampuan

K. Impelentasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan tujuan spesifik. Implementasi
dilakukan pada klien dengan rematoid artritis adalah dengan tindakan sesuai intervensi
yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tindakan ini diperlukan kerja sama antara
perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan, tim kesehatan, klien dan keluarga agar
asuhan keperawatan yang diberikan mampu berkesinambungan sehingga klien dan
keluarga dapat menjadi mandir
L. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatan yang diharapkan adalah sebagai berikut :
1. Terpenuhunya penuruna dan peningkatan adaptasi nyeri
2. Tercapainya fungsi sendi dan mencegah terjadinya deformitas.
3. Tercapainya peningkatan fungsi anggota gerak yang terganggu.
4. Tercapainya pemenuhan perawatan diri. 
5. Tercapainya penatalaksanaan pemeliharaan rumah dan mencegah penyakit
degeneratif jangka panjang.
6. Terpenuhinya pendidikan dan latihan dalam rehabilitasi

DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/19753133/Reumatoid_Artritis&ve
d=2ahUKEwjNlN7HkunoAhXUX3wKHXzWD3YQFjAAegQIBRAC&usg=AOvVaw3JFhy
8-reVjM5XByTgaYeI&cshid=1586910014308 ( Diunduh pada tanggal 15 april 2020, pada
pukul : 10.00 WIB )
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/35226039/LAPORAN_PENDAH
ULUAN_ARTRITIS_REUMATOID&ved=2ahUKEwi19rXQmenoAhVBAHIKHbKyA5gQ
FjAAegQIBBAC&usg=AOvVaw18X4loYoe8b1_RqTuER0tR&cshid=1586911497838 ( Di
unduh pada tanggal 15 april, pada pukul : 10.30 WIB )
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.researchgate.net/publication/331151463_KOMP
RES_HANGAT_DAN_RELAKSASI_NAFAS_DALAM_EFEKTIF_MENURUNKAN_NY
ERI_PASIEN_REUMATOID_ARTRITIS&ved=2ahUKEwjrgKKfhzoAhVbIbcAHfQEAd4
QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw1FYCncz_G4Mn0VLQa4D45v&cshid=1587009573614 (
Di unduh pada tanggal 15 april 2020, pada pukul : 11.00 WIB )

Anda mungkin juga menyukai