Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

GANGGUAN KARDIOVASKULER PADA MASA KEHAMILAN

Disusun Oleh :

1. Kholida Septi Utami (201902071)

2. Leny Novianti (201902072)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia , karena jantung
diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga mendapatkan oksigen dan
sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Karena itu , jantung perlu dijaga
agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Kehamilan menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis dari sistem


kardiovaskuler yang akan dapat ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun akan
menjadi ancaman yang berbahaya bagi ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung
sebelumnya. Tanpa diagnosis yang akurat dan peanganan yang baik maka penyakit jantung
dalam kehamilan dapat menjadi penyebab yang signifikan akan mortalitas dan mordibitas
ibu.

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak pada wanita di Amerika


Serikat dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada wanita usia 25 – 44
tahun. Penyakit jantung berpengaruh pada sekitar 1 % dari kehamilan, dengan angka
kematian maternal menurut Sach sebanyak 0,3 dari 100.000 di Massachusetts. Namun
menurut Tillery angka kematian maternal mencapai 10 – 25 % walaupun adanya
perkembangan diagnosis dan penanganan penyakit kardiovaskular maternal pada zaman
sekarang.

Bagi ibu hamil dengan penyakit jantung, beberapa penyakit seperti anemia, infeksi
saluran pernafasan, infeksi saluran kencing yang berakibat kegagalan fungsi ginjal dan
kenaikan tekanan darah sedapat mungkin dihindari. Hal ini bertujuan agar tidak
memperberat kondisi kehamilan dengan penyakit jantung dan menghindari komplikasi
yang kemungkinan terjadi.
1.2 Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud gangguan kardiovaskuler atau penyakit jantung ?

2. Bagaimana prevalansi/insidensi gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil ?

3. Bagaimana etiologi dari gangguan kardiovaskuler tersebut ?

4. Bagaimana tanda gejala gangguan kardiovaskuler pada ibu hamil ?

5. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tersebut ?

6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan ?

7. Bagaimana penetalaksanaannya ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud gangguan kardiovaskuler saat kehamilan

2. Untuk mengetahui prevalansi/insidensi gangguan kardiovaskuler saat hamil

3. Untuk mengetahui etiologi gangguan kardiovaskuler saat hamil

4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gangguan kardiovaskuler saat hamil

5. Untuk mengetahui patofisiologi gangguan kardiovaskuler saat hamil

6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan gangguan kardiovaskuler saat hamil

1.4 Manfaat

1. Supaya kita mengetahui maksud , tanda dan gejala gangguan kardiovaskuler pada saat
kehamilan

2. Supaya kita mengetahui cara pencegahan agar tidak terjadi gangguan kardiovaskuler
saat hamil
3. Supaya kita mengetahui apa saja yang perlu dilakukan saat terjadi gangguan
kardiovaskuler pada kehamilan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Penyakit kardiovaskuler atau biasa yang disebut penyakit jantung umumnya


mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah
yang bisa menyebabkan serangan jantung , nyeri dada (angina) atau stroke. Kondisi
jantung lainnya yang mempengaruhi otot jantung , katup atau ritme , juga dianggap bentuk
penyakit jantung ( American Heart Association,2017)

Penyakit jantung adalah penyebab utama ketiga kematian pada wanita berusia 25
tahun sampai 44 tahun. Karena relatif sering terjadi pada wanita usia subur, penyakit
jantung mempersulit pada sekitar 1 persen kehamilan.

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan


dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit jantung dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal
dapat menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah
yang disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya janin yang
dikandungnya sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah sehingga
terjadi perubahan dari kerja jantung.
Yang dapat mempengaruhi antara lain :
1. Perubahan peningkatan hormone tubuh
2. Terjadi haemodelusi darah dengan puncaknya pada kehamilan 28-32
minggu
3. Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim
4. Kembalinya darah setelah plasenta lahir karena kontraksi rahimdan
terhentinya perdarahan rahi plasenta
5. Saat post partum sering terjadi infeksi
2.2 Prevalensi / insidensi
Perubahan gaya hidup menyebabkan prevelensi penyakit jantung pada wanita usia
muda meningkat. Hasil systematik review memaparkan bahwa 123 samapi dengan 943 per
100.000 persalinan terjadi pada ibu dengan penyakit jantung sedangkan stangl dan kawan
– kawan melaporkan bahwa sebesar 12,9% ibu hamil dengan penyakit jantung mengalami
kejadian penyakit jantung selama kehamilannya.
Asosiasi Jantung Amerika ( The American Heart Association / AHA)
mengemukakan bahwa 56% penyebab kematian perempuan pada tahun 2012 adalah
penyakit kardiovaskuler. Sementara di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013
, prevalensi perempuan yang menderita penyakit jantung sebesar 0,5% sementara laki-laki
hanya 0,4% (Pusat Data dan Imformasi Kementerian RI,2014)
Dari jamuari 2016 hingga 31 desember 2017 total 45 kasus (2,34%) pasien hamil
yang memiliki masalah jantung dari total 1920 persalinan di beberapa daerah. Kejaian
penyakit jantung pada kehamilan di Indonesia pada tahun 2005-2006 adalah sekitar 1,2%.
2.3 Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat berupa kelainan primer maupun sekunder.
• Kelainan Primer
kelainan primer dapat berupa kelainan kongenital, bentuk kelainan katub, iskemik
dan cardiomiopati.
• Kelainan Sekunder
kelainan sekunder berupa penyakit lain, seperti hipertensi, anemia berat,
hipervolumia, perbesaran rahim, dll. Kelainan ini disebabkan penyakit – penyakit
lainnya.
1. Penyakit jantung akibat demam reumatik
Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam
reumatik. Diagnosis demam reumatik pada kehamilan sering sulit , bila
berpatokan pada kriteria jones sebagi dasar untuk diagnosis demam rematik
aktif. Manifestasi yang terbanyak adalah poliatritis migrant serta karditis.
Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demamremtik adalah nyeri
sendir pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap tubuh yang memikul
beban yang lebih besar sehubungan dengan kehamilannya serta meningkatnya
laju endap darah dan jumlahnya leukosit. Bila terjadi demam rematik pada
kehamilan , maka prognosisnya akan buruk.
Adanya aktivitas demam rematik dapat diduga bila terdapat :
a. Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
b. Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi
c. Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun tmpatnya
2. Penyakit jantung konginetal
Biasanya kelaina jantung bawaan oleh penderita sebelumkehamilan , akan
tetapi kkadang-kadang dikenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik waktu
hamil. Dalam usia reproduksi dapat dijumpai koarktatio aortae , duktus
arterious , botalli persistens , defek septum serambi dan bilik , serta stenosis
pulmonalis. Penderita tetralogy fallot biasanya tidak sampai mencapai usia
dewasa kecuali apabila penyakit jantungnya dioperasi. [ada umunya penderita
kelainan jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam kehamilan asal
penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-gejala lain di luar
kehamilan. Penyakit jantung bawaan dibagi atas :
a. Golongan sianotik(right to left shunt)
b. Golongan asiomatik(left to right shunt)
c. Penyakit jantung hiperten
Penyakit jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan , terutama
pada golongan usia lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit
ini,hipertensi esensial,penyakit ginjal atau koaktasio aorta,kehamilan akan
mendapat komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas
yang tinggi pada ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit
jantung hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan
ditujukan kepada penurunan tekanan darah dan control terhadap cairan dan
elektrolit.
Perubahan tersebut disebabkan oleh :
a. Hypervolemia , dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapi puncaknya
pada 28-32 minggu lalu menetap
b. Jantung dan diafragma terdorong ke atas karena pembesaran Rahim

Dalam kehamilan :

a) Denyut jantung dan nadi meningkat


b) Pukulan jantung meningkat
c) Tekanan darah menurun sedikit
Maka dapat dipahami bahwa kehamilan dapat memperbesar penyakit
jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (dekompensasi kordis).
Frekuensi penyakit jantung dalam kehamilan berkisar antara 1-4%.
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit jantung , saat – saat yang berbahaya
bagi penderita adalah :
a) Pada kehamilan 32-36 minggu , dimana volume darah mencapi
puncaknya (hipervolumia)
b) Pada kala II dimana wanita mengerahkan tenaga untuk mengedan
dan memerlukan kerja jantung yang berat
c) Pada pasca persalinan , dimana darah dri ruang intervilus plasenta
yang sudah lahir , sekarang masuk dalam sirkulasi darah ibu
d) Pada masa nifas , akarena ada kemungkinan infeksi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan risiko penyakit jantung saat kehamilan adalah:

a) Obesitas
b) Riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit jantung, terutama miokarditis
atau peradangan otot jantung
c) Kekurangan nutrisi sebelum dan saat hamil
d) Konsumsi alkohol berlebihan
e) Ada lebih dari satu janin di dalam kandungan
f) Hamil saat berusia lebih dari 30 tahun
Penyakit jantung pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim dalam bentuk :
a. Dapat terjadi keguguran
b. Persalinan prematuritas atau berat lahir rendah
c. Kematian perinatal yang makin meningkat
d. Pertumbuhan dan perkembangan bayi mengalami hambatan intelegensia atau
fisik

2.4 Tanda dan Gejala

Beberapa tanda dan gejala pada ibu hamil yang memiliki penyakit jantung selama
kehamilan meliputi adanya nyeri dada terkait aktivitas dan emosi ibu , sesak nafas berat
baik itu saat istirahat maupun terjadi di malam hari , dan sinko ( kehilangan kesadaran
karena kekurangan suplay oksign di otak). Akibat beberapa gejala tersebut , ibu akan cepat
merasa lelah dan susah beraktivitas ( Sinclair,2010)

Sedangkan tanda dan gejala yang dapat ditemukan selama pemeriksaan firik dapat
berupa murmur,baik itu systolic maupun diastolic , sianosis , terdapat distensi vene jugular
, pembesaran hati sehingga menimbulkan nyeri tekan , pembesaran jantung , denyut
jantung terlalu cepat , denyut jantung tidak seperti biasanya baik itu terlalu cepat maupun
lambat(palpitasi) dan edema perifer bagian tubuh,khususnya di ekstremitas tubuh.

Gejala-gejala seperti kelelahan, dan sesak nafas ringan dan tanda-tanda klinik
seperti desah sistolik, suara jantung ketiga, dan edema bisa jadi tanda-tanda penyakit
jantung merupakan hal fisiologik selama kehamilan. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
untuk menetapkan penyakit jantung jika ada sembarangan gejala dan tanda berikut, sesak
nafas yang cukup berat buat mengganggu kegiatan, ortopnea progresif, sesak nafas malam
hari yang paroksimal, nyeri dada seperti angina menyertai setiap kegiatan fisik atau stress,
emosional, desah sistolik yang lebih dari III, IV (diastolic, prediastolik atau terus-
menerus), pembesaran jantung yang nyata, aritmia berat, sianosis, dan pelebaran ujung-
ujung jari (clubbing) (Raybura, William F, 2001).
Penyakit jantung saat hamil dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala berikut:

1) Palpitasi adalah kondisi dimana jantung berdebar terlalu cepat dan tidak beraturan
2) Detak jantung yang bertambah cepat
3) Selalu merasa lelah
4) Pembengkakan pada kaki, tangan, pergelangan kaki, dan lengan akibat
bertambahnya jumlah cairan dan garam yang disimpan di dalam tubuh
5) Sering buang air kecil pada malam hari
6) Sesak napas, bahkan saat tidak sedang melakukan aktivitas berat
7) Sesak nafas apalagi disertai sianosis (kebiruan)
8) Edema tungkai atau terasa berat pada kehamilan muda
9) Mengeluh tentang bertambah besarnya Rahim yang tidak sesuai
10) Dyspnea atau ortopnea progresif
11) Batuk malam hari
12) Hemoptysis
13) Sinkop
14) Nyeri dada
15) Sianosis
16) Jari gada
17) Distensi menetap vena jugularis
18) Murmur sistolik derajat 3/3 atau lebih
19) Murmur diastolic
20) Kardiomegali
21) Aritmia persisten
22) Bunyi jantung kedua terpisah menetap

2.5 Patofisiologi

Pada usia kehamilan < 32 minggu perubahan kardiovaskuler akan terjadi pada ibu
hamil dan disertai perubahan hormone ekstrogen dan progesterone akan mengakibatkan
peningkatan jumlah ukuran pembuluh darah.
Terjadi hidremia ( hiperpolenia) dalam kehamilan , yang sudah dimulai sejak umur
kehamilan 10 minggu dan mencapai puncak pada usia 32-36 minggu. Uterus yang semakin
besar mendorong diafragma ke atas , kiri dan depan sehingga pembuluh – pembuluh darah
dekat jantung mengalami lekukan dan putaran. Kemudian 12-24 jam paska persalinan
terjadi peningkatan volume plasma akibat imbisi cairan dan ekstra vaskuler ke dalam
pembuluh darah , kemudian diikuti period diuresis paska persalinan yang menyebabkan
hemokonsentrasi. Jika penyakit jantung enjadi lebih berat pada pasienyang hamil dan
melahirkan,bahkan dapat terjadi gagal jantung.
Setiap kehamilan membutuhkan tuntunan ekstra pada system
kardiovaskuler,terutama jantung , volume darah dan curah jantung meningkat 40% dan
kecepatannya meningkat. Jantung yang normal mampu dengan baik mengkompensasi
tambah kerja , tetapi jantung yang mengalami kerusakan atau penyakit mungkin tidak
berkembang menjadi dekompensasi. Ibu hamil dengan penyakit jantung ini dipicu oleh
beberapa factor akan mengalami serangan jantung misalnya anemia,infeksi,masalah
keluarga, factor – factor pemicu tersebut akan meningkatkan stress jantung sehingga
volume sirkulasi akan meningkat dan menimbulkan gejala dekompensasi jantung
diantaranya meningkatkan rasa letih , sesak nafas , murmur dan relea ,hemoteis edema ,
nadi tak teratur , pengumpulan dalam dasar paru yang dalam hal ini akan membawa
dampak pada janin dalam kandungannya.
Dalam kondisi tidak hamil , penyakit jantung itu sendiri sudah mengalami
permasalahan dalam memompakkan darah ke saluran tubuh. Terlebih pada saat hamil
mulai minggu ke-6 volume darah ibu semain meningkat sampai dengan 50% karena proses
pengenceran darah, aliran darah akan lebih banyak dipompa ke peredaran darah Rahim
melalui arteri untuk memenuhi kebutuhan janin.
Akibat penyakit jantung dalam kehamilan , terjadi peningkatan denyut jantung pada
ibu hamil dan semakin lam jantung akan mengalami kelelahan. Akhirnya pengiriman
oksigen dan zat makanan dari ibu ke janinmelalui ari-ari menjadi terganggu dan jumlah
oksigen yang diterima janin semakin lama akan berkurang. Janin mengalami gangguan
pertumbuhan serta kekurangan oksigen , sebagai akibat lanjut ibu hamil berpotensi
mengalami keguguran dan kelahiran premature (kelahiran sebelum cukup bulan) bila
selama kehamilannya sang ibu tidak mendapat penanganan pemeriksaan kehamilan dan
pengobatan dengan cepat
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang bisa dilakukan saat ibu hamil mengalami
gangguan kardiovaskuler , seperti :

1. Elektrokardiografi (EKG). Mengetahui gambaran aktivitas listrik jantung, mendeteksi


pembesaran ruang jantung, dan gangguan irama jantung.
2. Foto Rontgen dada. Dapat melihat pembesaran jantung dan melihat kondisi paru-paru.
3. EKG Treadmill. Berfungsi untuk melakukan pemantauan jantung mengukur terhadap
aktivitas fisik yang dijalani.
4. Ekokardiografi. Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi gambar
jantung menggunakan gelombang suara. Ekokardiografi dapat melihat pergerakkan
jantung, struktur jantung, katup jantung, dan aliran darah dalam jantung. Ekokardiografi,
layaknya pemeriksaan USG, dilakukan dengan menempelkan alat (probe) melalui dinding
luar dada, lalu akan menampilkan hasil gambar ke monitor. Selain melalui dinding
dada, probe dapat dimasukan melalui mulut ke dalam kerongkongan (esofagus) dengan
tujuan melihat jantung lebih dekat lagi, tes ini disebut transesophageal
echocardiogram (TEE).
5. Kateterisasi jantung. Dilakukan dengan menyuntikan zat warna (kontras) ke dalam
pembuluh darah koroner dan dilakukan foto Rontgen. Untuk menyuntikkan zat warna,
akan dimasukan selang kecil (kateter) melalui pembuluh darah arteri di lengan atau
tungkai. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah koroner secara rinci,
mengukur tekanan rongga jantung, dan evaluasi fungsi jantung.
6. MRI jantung. Pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan gelombang radio untuk
melihat gambaran jantung dan katupnya secara rinci, untuk mengetahui tingkat keparahan
dari penyakit katup jantung.

2.7 Penatalaksanaan

1. Pengawasan antenatal

a) Rawat bersama dengan ahli kardiologi


b) Banyak istirahat karena jantung melakukan kerja ekstra saat hamil dengan
peningkatan sekitar 12-15 bpm selama hamil
c) Pengawasan antenatal lebih sering disertasi pemeriksaan EKG dan
Ekokardiografi
d) Serial USG sehingga dapat dipantau kesejahteraan janin dalam Rahim
e) Perhatikan sat kehamilan berusia 32-34 minggu karena puncak hemodulasi
besar kemungkinan terjadi akut dekompensansio kordis.
f) Pengobatan tergantung dari ahli kardiologi
1) Tingkat I : tanpa pengobatan
2) Tingkat II : perhatikan saat kehamilan berusia 28-34 minggu
3) Tingkat I-II
a) Frekuensi ANC trimester I-II setiap 2 minggu
b) Pada trimester II :
- Setiap minggu
- Konsultasi dokter anak atau kardiolog

c) nasihat dietnya :

- kurangi garam
- banyak minum yang memperlancardiuresis
- nadinya agar tidak melebihi 20-28x/menit
- temperature untuk menetapkan kemungkinan infeksi
- perhatikan berta,bahnya BB , tidak melebihi
1/2kg/minggu
d) pengawasan ketat terhadap :

- berikan nasihat bila timbul keluhan agar segera


dating kembali
- setiap bulan , konsultasi rutin pada kardialog atau
bila dipandang perlu
-
4) Tingkat III – IV : rawat di rumah sakit bersama
Kelas III
a) Setiap minggu sejak trimester II
b) Perhatikan keluhan dan gejala dekompensasio kordisnya
c) Konsultasi dengan kardiolog/dokter anak sesuai dengan
indikasi atau dilakukan secara rutin
d) Sekitar 14 hari menjelang persalinan harus masuk rumah
sakit untuk persiapan definitive

Kelas IV
a) Sebagian besar waktunya di rumah sakit dengan perawatan
bersama dokter anak,kardiolog
b) Persiapan utnuk menghadapi persalinan sehingga terhindar
dari dekompensasio kordis

2. Pertolongan persalinan penyakit jantung pada kehamilan

Persalinan pada bumil yang menderita penyakit jantung disesuaikan dengan tingkat
penyakitnya , yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat I : Dapat dengan persalinan spontan


Tingkat II-IV : Hindari kala dua panjang , profilaksis dengan forsep ekstraksi
b. Postpartum
1) Perhatikan regurgutasi darah yang besar sehingga dapat terjadi dekompensasio
kordis akuta
2) pada kasus dengan HPP dapat diberikan oksitosin transfuse hanya dengan pack
Cel
3) pantau kemungkinan dekompensasio kordis pascanifas . dapat diberikan digalasi
atas serta ahli penyakit jantung

Terdapat kemungkinan pendarah post partum sehingga memerlukan uterotonika

a) Untuk menimbulkan kontraksi otot – otot uterus dapat diberikan oksitosin bolus
atau drip sehingga tahanan perifer makin meningkat
b) Jangan diberikan ergometrin-preparat ergot karena dapat menimbulkan
➢ Vasokontriksi pembuluh darah sehingga tahanan perifer makin meningkat
➢ Dapat terjadi vasokontriksi pembuluh darah coroner sehingga menambah
beratnya dekompensasio kordis
Tindakan lain untuk menghentikan perdarahan adalah melakukan messae
bimanual. Pengawasan post partum dilakukan di rumah sakit selam 14 hari ,
sampai dapat dijamin keadaan jantungnya stabil untuk aktivitas
peurperiumnya.

3. Profilasis antibiotic yang di rekomendasikan

a) Untuk persalina dan kelahiran


• Ampisilin 2 gram IM atau IV , gentamisin 1,5mg/kg BB IM atau IV pada
persalinan aktif , dosis tunggal dilanjutkan diberikan 8 jam kemudian dan
post partum
b) Regimen oral untuk prosedur minor pada pasien beresiko rendah dengan alergi
penisilin
• Amoksilin 3 gram per oral 1 jam sebelum prosedur dilakukan dan 1,5 dram
6 jam kemudian
• Vankomisin 1 gram IV secara perlahan selama 1 jam , plus gentamisin 1,5
gmg/kgBB IM atau IV yang diberikan 1 jam sebelum prosedur dilakukan
dapat diulang sekali lagi 8 jam kemudian
Pengobatan dan penatalaksanaan penyakit jantung dalam kehamilan tergantung
pada derajat fungsinya
· Kelas I : tidak ada pengobatan tambahan yang dibutuhkan, penanganannya biasa secara
berobat jalan. Pasien harus beristirahat beberapa kali sehari untuk mengurangi kerja
jantung.
· Kelas II : biasanya tidak memerlukan terapi tambahan kurangi kerja fisik terutama antara
kehamilan 28 – 36 minggu
· Kelas III : memerlukan digitalisasi/ obat lainnya sebaiknya dirawat di rumah sakit sejak
kehamilam 28 – 30 minggu
· Kelas IV : harus dirawat di rumah sakit dan diberikan pengobatan bekerjasama dnegan
kardiologi
Penatalaksanaan harus melibatkan ahli kandungan, ahli jantung, ahli anestesi dan
ahli bedah jantung, hipertensi pulmonal dan sindrom marfan merupakan kontra indikasi
untuk hamil. Sebagian besar otot-otot kardiovaskuler dapat digunakan pada kehamilan
dengan mempertimbangkan potensi resiko terhadap ibu dan bayi. Indikasi untuk operasi
sama dnegan wanita yang tidak hamil. Jika ada indikasi untuk operasi cardiopulmonary
bypasss support harus dnegan aliran tinggi.
Kegagalan jantung harus ditangani secara agresif dengan istirahat baring, oksigen,
turniket (rotating tourniquets), digoksin (0,5 mg intravena selama 10 menit diikuti dengan
0,25 mg intravena tiap 2- 4 jam sampai 2mg jika diperlukan), dan morfin (10 -15 mg
intravena tiap 2 – 4 jam). Takikardi ibu yang jelas harus diobati dengan pemberian
propranolol (0,2 – 0,5 mg intravena tiap 3 menit sampai denyut jantung turun menjadi 110
kali per menit), digoksin, atau kardioversi (25 – 100 watt-detik).
Asosiasi jantung Amerika menganjurkan pemberian antibiotika pada pasien-pasien
hamil dengan penyakit katup jantung sebelum dilakukan bedah sesar atau kateterisasi
uretra, atau dalam persalinan melalui vagina yang berkomplikasi. Pemakaian beta agonis
untuk mengatasi partus premature adalah kontra indikasi pada penderita dengan penyakit
jantung yang jelas. Sulfas magnesikus dapat dipergunakan dengan hati-hati, karena dengan
dosis tinggi mungkin terjadi keracunan jantung.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1) Masalah Keperawatan Pada Ibu.


a. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
a) Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi
karbondioksida pada membran alveolus-kapiler.
b) Penyebab : Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
c) Batasan Karateristik :
(1) Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan
pertukaran gas antara lain pasien mengeluh sesak napas, denyut
nadi cepat serta adanya bunyi napas tambahan.
(2) Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan
pertukaran gas antara lain pasien mengeluh pusing, penglihatan
kabur, dan pasien tampak gelisah.
b. Nyeri Akut (D.0077)
a) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintesitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b) Penyebab : Agen pencedera fisiologis (Peradangan : mastitis)
c) Batasan Karateristik :
(1) Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose nyeri akut
antara lain pasien mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri), gelisah,
frekuensi nadi meningkat dan sulit tidur.
(2) Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose nyeri akut
antara lain tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, proses
berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pasa diri sendiri dan
diaphoresis.
c. Gangguan Eliminasi Urine (D.0040)
a) Definisi : Disfungsi eliminasi urine
b) Penyebab : Penurunan kapasitas kandung kemih.
c) Batasan Karaterisitik : Data mayor yang dapat menunjang munculnya
diagnose gangguan eiminasi urine antara lain pasien mengeluh
berkemih tidak tuntas serta adanya distensi kandung kemih.
d. Resiko Infeksi (D.0142)
a) Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
b) Faktor Resiko : Efek prosedur invasive
e. Menyusui Tidak Efektif (D.0029)
a) Definisi : Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau
kesukaran pada proses menyusui.
b) Penyebab : Agen pencedera fisik ( antara lain; ketidakadekuatan refleks
menghisap bayi dan payudara ibu bengkak)
c) Batasan Karateristik :
(1) Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose menyusui
tidak efektif antara lain pasien mengeluh nyeri dan atau lecet pada
payudara dan bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu.
(2) Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose menyusui
tidak efektif antara lain bayi menghisap tidak terus menerus, bayi
menangis saat disusui serta bayi menolak untuk menghisap.
f. Gangguan Proses Keluarga (D.0120)
a) Definisi : Perubahan dalam hubungan atau fungsi keluarga.
b) Penyebab : Perubahan peran keluarga
c) Batasan Karateristik :
(1) Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan
proses keluarga antara lain keluarga tidak mampu beradaptasi
terhadap situasi 60 dan tidak mampu berkomunikasi secara terbuka
diantara anggota keluarga.
(2) Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose gangguan
proses keluarga antara lain keluarga mengeluh tidak mampu
mengungkapkan perasaan secara leluasa dan keluarag tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual anggota keluarga.
g. Resiko Gangguan Perlekatan (D.0127)
a) Definisi : Beresiko mengalami gangguan interaksi antara orang tua
dengan bayi yang dapat mempengaruhi proses asah, asih dan asuh.
b) Faktor Resiko : Khawatir menjalankan peran sebagai orang tua,
ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi, Prematuritas.
2) Masalah Keperawatan pada bayi
a. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
a) Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b) Penyebab : Deformitas dinding dada.
c) Batasan Karakteristik
(1) Data mayor yang dapat menunjang munculnya diagnose pola nafas
tidak efektif antara lain dipsnea, penggunaan otot bantu pernafasan,
pase ekspirasi memanjang, pola nafas abnormal.
(2) Data minor yang dapat menunjang munculnya diagnose pola nafas
tidak efektif antara lain ortopnea, pernafasan cuping hidung,
ventilasi semnit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun.
b. Resiko aspirasi (D.0006)
a) Definisi : Beresiko mengalami masuknya sekresi gastrointestinal,
sekresi orofaring, benda cair atau padat kedalam saluran
trakeobronchial akibat disfungsi mekanisme protektif saluran nafas.
b) Faktor Resiko : Ketidakmampuan koordinasi menghisap, menelan, dan
bernafas.
c. Resiko Infeksi (D.0142)
a) Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik.
b) Faktor resiko : Ketidadekuatan pertahanan tubuh primer.
d. Resiko Hipotermi (D.0140)
a) Definisi : Beresiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh berada di bawah rentang normal.
b) Faktor Resiko : Kurangnya lapisan lemak subkutan.
e. Resiko Defisit Nutrisi (D.0032)
a) Definisi : Beresiko mengakami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
b) Faktor resiko : Ketidakmampuan menelan dan mencerna makanan.

Konsep Asuhan Keperawatan Klien Dengan Pre Eklampsi.

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik
keperawatan, terdiri atas lima tahap yang berurutan dan saling berhubungan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Tahap- tahap tersebut
berintegrasi terhadap fungsi intelektual problem-solving dalam mendefinisikan suatu
asuhan keperawatan (Nur Salam, 2013).

Berikut lima tahap konsep asuhan keperawatan pada klien dengan preeklampsi:

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan (Purba, 2019)
Pada tahap pengkajian peneliti memakai pendekatan dengan model
keperawatan Adaptasi Roy. Proses pengumpulan data dimulai dengan mengkaji
data demografi, dilanjutkan dengan pengkajian data stimuli umum, lalu pengkajian
tahap pertama atau First Level Assesment yang meliputi fisiologi, konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan atau interdependensi, kemudian pengkajian tahap
kedua atau Second Level Assesment yang meliputi stimulus fokal, kontekstual dan
residual. Pengkajian stimulus menitiberatkan pada faktor penyebab dan faktor
pendukung munculnya perilaku respon yang tidak efektif (Hidayati, 2014).
1) Data Demografi Mengkaji identitas klien dan pasangan klien yang meliputi :
Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Status Perkawina, Pernikahan, Lama
Pernikahan, Agama, Suku, No. Rekam Medis, Sumber Informasi dan tanggal
dilakukan pengkajian.
2) Stimuli Umum Pada tahap ini selain Alasan masuk rumah sakit, Riwayat
penyakit ibu sekarang dan Riwayat penyakit yang lalu perlu dikaji, apakah ibu
ada menderita penyakit akut dan kronis. Pada riwayat penyakit keluarga hal
yang perlu dikaji adalah jenis penyakit keturunan serta penyakit penyakit
menular lainnya yang pernah diderita keluarga. Selanjutnya Riwayat Obsterti
dan Gynecologi ibu yang perlu dikaji adalah segala hal yang berhubungan
dengan riwayat menstruasi ibu termasuk menarche. Dilanjutkan dengan
pengkajian terhadap Riwayat ANC, Status obstetric ibu, Riwayat persalinan
yang lalu, Riwayat perkawinan serta Riwayat pemakaian alat kontrasepsi.
3) First Level Assessment
a. Pengkajian fungsi fisiologis
Pengkajian berhubungan dengan struktur dan fungsi tubuh,
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi
untuk mempertahankan integritas, terdisir dari 5 kebutuhan fisiologis dasar
dan 4 kebutuhan fisiologis kompleks. Kesembilan kebutuhan fisiologis
tersebut adalah : Oksigenasi, Nutrisi, Eliminasi, Aktifitas dan istirahat,
Keamanan, Sensori, Cairan dan elektrolit, Fungsi neurologis, Fungsi
endokrin.
b. Pengkajian konsep diri
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi konsep diri pasien adalah
dampak penyakit, perubahan akan memberi dampak pada gambaran diri,
ideal diri, moral, etik dan spiritual pasien. Pengkajian difokuskan pada
bagaiman penerimaan pasien terhadap penyakit, terapi yang dijalani,
harapan pasien dan penatalaksanaan selanjutnya serta nilai yang diyakini
terkait dengan penyakit dan terapinya.
c. Pengkajian fungsi peran
Fungsi peran berkaitan dengan pola-pola interaksi seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, bagaimana peran klien dalam keluarga,
adakah energy dan waktu pasien melakukan aktifitas dirumah, apakah
pasien mempunyai pekerjaan tetap, bagaimanan dampak penyakit saat ini
terhadap peran klien, termasuk peran klien dalam masyarakat.
d. Pengkajian interdependensi
Pengkajian menggambarkan tentang ketergantungan atau hubungan
klien dengan orang terdekat, siapakah orang yang paling bermakna dalam
kehidupannya, sikap memberi dan menerima terhadap kebutuhan dan
aktifitas kemasyarakatan. Kepuasan dan kasih sayang untuk mencapai
integritas suatu hubungan serta keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya. Perlu juga dikaji
bagaimana pasien memenuhi kebutuhan interdependensi dalam
keterbatasan dan perubahan status kesehatan yang dialami.
4) Second Level Assesment
Pada tahap ini termasuk pengkajan stimuli yang signifikan terhadap perubahan
perilaku seseorang.
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah Keperawatan atau Diagnosa keperawatan merupakan suatu
penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial.
Diagnosa keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan menurut teori adaptasi Roy
diperoleh dari hasil pengkajian yang sudah dilakukan mengikuti 4 mode adaptasi
yaitu fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan interdependesi serta dihubungkan
dengan stimulus yang berkaitan Hidayati (2014). Sedangkan menurut Marliana &
Hani (2018) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa keperawatan yang
muncul pada kasus preeklampsi sebagai berikut:
1) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi (D.0003).
2) Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077).
3) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih (D.0040).
4) Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142).
5) Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029).
6) Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)
7) Resiko gangguan perlekatan d.d ketidakmampuan orangtua memenuhi
kebutuhan bayi (D.0127).
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan
intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang dilakukan untuk membentu
klien dalam memenuhi serta mengatasi 71 masalah keperawatan yang telah
ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah menentukan prioritas diagnose
keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi keperawatan
(Purba, 2019).
Penerapan luaran keperawatan dengan menggunakan ketiga komponen
luaran keperawatan yaitu Label, Ekspetasi dan Kriteria Hasil. Motode yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) :
1) Metode Dokumentasi Manual/tertulis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu maka
Luaran Keperawatan Ekspetasi dengan kriteria hasil :
a. Kriteria 1 (Hasil)
b. Kriteria 2 (Hasil)
c. Dan seterusnya.
2) Metode Dokumentasi Berbasi Komputer
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama waktu tertentu Luaran
Keperawatan Ekspetasi dengan kriteri hasil :
a. Kriteria 1 (Skor)
b. Kriteria 2 (Skor)
c. Dan seterusnya.
Komponen tindakan, yang dilakukan pada intervensi keperawatan
terdiri atas Observasi, Terapeutik , Edukasi dan Kolaborasi (Tim Pokja
Siki DPP PPNI, 2018)
Pendekatan intervensi keperawatan menurut Roy direncanakan
dengan tujuan merubah stimulus fokal, kontekstual dan residual serta
memperluas kemampuan koping klien pada tatanan yang adaptif sehingga
kemampuan adaptasi meningkat, Fokus aktifitas dalam intervensi
keperawatan ditujukan pada penyelesain etiologi dalam diagnosa
kepeerawatn klien (Hidayati, 2014).
Berikut Intervensi yang dapat dilakukan sesuai standar intervensi
keperawatan Indonesia (Tim Pokja Siki DPP PPNI, 2018).
1) Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003).
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan pertukaran gas meningkat
b. Kriteria hasil :
a) Pasien melaporkan keluhan sesak berkurang.
b) Tidak terdenga bunyi nafas tambahan.
c) Tanda – tanda vital dalam batas normal
c. Intervensi ( Dukungan Ventilasi ) :
a) Observasi
(1) Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas.
(2) Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status
pernafasan.
(3) Monitor status respirasi dan oksigenisasi.
b) Terapeutik
(1) Pertahankan kepatenan jalan nafas.
(2) Berikan posisi semi fowler atau fowler.
(3) Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin.
(4) Berikan oksigenisasi sesuai kebutuhan.
c) Edukasi
(1) Ajarkan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam
(2) Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
2) Nyeri akut b.d adgen pencedera fisiologis (D.0077).
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat nyeri berkurang.
b. Kriteria hasil :
a) Pasien melaporkan keluhan nyeri berkurang
b) Keluhan nyeri meringis menurun
c) Pasien menunjukkan sikap protektif menurun.
d) Pasien tidak tampak gelisah.
c. Intervensi ( Manajemen Nyari ) :
a) Observasi
(1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas
nyeri.
(2) Identifikasi skala nyeri.
(3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri.
(4) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
(5) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah
diberikan.
b) Terapeutik
(1) Berikan tehnik norfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(2) Fasilitasi istirahat dan tidur
c) Edukasi
(1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
(2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
(3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
(4) Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengutangi nyeri.
d) Kolaborasi Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
3) Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih
(D.0040).
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan eliminasi urine pasien membaik.
b. Kriteria Hasil
a) Pasien melaporkan sensasi berkemihnya meningkat.
b) Pasien melaporkan dapat berkemih dengan tuntas.
c) Tidak ada tandan – tanda distensi kadnung kemih.
c. Intervensi ( Manajemen Eliminasi Urine) :
a) Observasi Monitor eliminasi urine (Frekuensi, konsistensi,
volume dan warna).
b) Terapeutik
(1) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih (2) Ambil sampe
urine tenga ( Midstream ).
c) Edukasi
(1) Identifikasi tanda dan gejala infeksi saluran kemih.
(2) Ajarkan mengambil spesimen urine midstream.
4) Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif (D.0142).
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intrevensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan tingkat infeksi menurun.
b. Kriteria Hasil
a) Tidak ada tandan –tanda infeksi ( Demam, Nyeri, Kemerahan
dan Bengkak).
b) Kadar sel darah putih membaik.
c. Intervensi ( Pencegahan Infeksi)
a) Observasi Monitor tanda dan gejalan infeksi lokal dan sistemik.
b) Terapeutik
(1) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien.
(2) Pertahankan tehnik aseptik pada psien beresiko tinggi.
c) Edukasi
(1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
(2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar.
(3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka post operasi.
(4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
5) Menyusui tidak efektif b.d payudara bengkak (D.0029).
a. Tujuan Umum : Setelah dilakuan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan status menyusui membaik.
b. Kriteria Hasil :
a) Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat.
b) Kemampuan ibu memposisikan bayi dengan benar meningkat.
c) Pancaran ASI meningkat
d) Suplai ASI adekuat meningkat.
e) Pasien melaporkan payudara tidak bengkak
c. Intervensi ( Konseling Laktasi ) :
a) Observasi
(1) Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses
menyusui.
(2) Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.
(3) Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan
konseling menyusui.
b) Terapeutik
(1) Gunakan tehnik mendengar aktif.
(2) Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
c) Edukasi Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan
ibu.
6) Gangguan proses keluarga b.d perubahan peran keluarga (D.0120)
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan kemampuan untuk berperan dalm fungsi
keluarga membaik.
b. Kriteria Hasil
a) Keluarga melaporkan dapat menigkatkan adaptasi terhadap
situasi.
b) Kemampuan keluarga berkomunikasi secara terbuka di antara
anggota keluarga meningkat.
c. Intervensi ( Dukungan Koping Keluarga )
a) Observasi
(1) Identifikasi respons emosional terhadap kondisi pasien saat
ini.
(2) Identifikasi beban prognosi secara psikologis.
(3) Identifikasi pemahaman tentang perawatan setelah pulang.
b) Terapeutik
(1) Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan keluarga. \
(2) Terima nilai nilai keluarga dengan cara yang tidak
menghakimi.
(3) Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan.
c) Edukasi Infomasikan fasilitas perawatan kesehatan yang
tersedia.
7) Resiko gangguan perlekatan d.d ketidakmampuan orangtua memenuhi
kebutuhan bayi (D.0127)
a. Tujuan Umum : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama
waktu tertentu diharapkan kemampuan berinteraksi ibu dan bayi
meningkat.
b. Kriteria Hasil
a) Pasien menunjukkan peningkatan verbalisasi perasaan positif
terhadap bayi.
b) Pasien menunjukkan peningkatan perilaku mencium bayi,
tersenyum pada bayi, melakukan kontak mata dengan bayi,
berbicara dengan bayi, berbicara kepada bayi serta berespon
dengan isyarat bayi.
c) Pasien menunjukkan peningkatan dalam menggendong bayinya
untuk menyusui.
c. Intervensi ( Promosi Perlekatan ) :
a) Observasi
(1) Monitor kegiatan menyusui.
(2) Identifikasi kemampuan bayi menghisap dan menelan ASI.
(3) Identifikasi payudara ibu.
(4) Monitor perlekatan saat menyusui
b) Terapeutik Diskusikan dengan ibu masalah selama proses
menyusui.
c) Edukasi
(1) Ajarkan ibu menopang seluruh tubuh bayi.
(2) Anjurkan ibu melepas pakaian bagian atas agar bayi dapat
menyentuh payudara ibu.
(3) Ajarkan ibu agar bayi yang mendekati kearah payudara ibu
dari bagian bawah.
(4) Anjurkan ibu untuk memegang payudara menggunakan
jarinya sepertu huruf “ C”.
(5) Anjurkan ibu untuk menyusui pada saat mulut bayi terbuka
lebar sehingga areola dapat masuk dengan sempurna.
(6) Ajarkan ibu mengenali tanda bayi siap menyusui.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan,
serta menilai data yang baru.
5. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan
seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian
proses menentukan apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Purba,
2019)9).
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah membandingkan tingkah laku
klien sebelum dan sesudah implementasi. Hal ini terkait kemampuan klien dengan
preeklampsia primigravida dalam beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali
masalah yang pernah dialami. Pada klien preeklampsia multigravida dapat
mengevaluasi kemampuan masalah adaptasi yang pernah dialami, kemampuan
adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik psiko maupun social (Hidayat 2014)
BAB IV
KESIMPULAN

Penyakit jantung merupakan penyebab kematian terbanyak pada wanita di Amerika


Serikat dan merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak pada wanita usia 25 – 44
tahun. Penyakit jantung berpengaruh pada sekitar 1 % dari kehamilan, dengan angka
kematian maternal menurut Sach sebanyak 0,3 dari 100.000 di Massachusetts.

Kehamilan menyebabkan terjadinya sejumlah perubahan fisiologis dari sistem


kardiovaskuler yang akan dapat ditolerir dengan baik oleh wanita yang sehat, namun akan
menjadi ancaman yang berbahaya bagi ibu hamil yang mempunyai kelainan jantung
sebelumnya. Tanpa diagnosis yang akurat dan peanganan yang baik maka penyakit jantung
dalam kehamilan dapat menjadi penyebab yang signifikan akan mortalitas dan mordibitas
ibu.

Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan dapat
memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Penyakit jantung dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Jantung yang normal dapat
menyesuaikan diri terhadap segala perubahan sistem jantung dan pembuluh darah yang
disebabkan oleh kehamilan, yaitu dorongan diafragma oleh besarnya janin yang
dikandungnya sehingga dapat mengubah posisi jantung dan pembuluh darah sehingga
terjadi perubahan dari kerja jantung.

Yang dapat mempengaruhi antara lain :

1. Perubahan peningkatan hormone tubuh

2. Terjadi haemodelusi darah dengan puncaknya pada kehamilan 28-32 minggu

3. Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan dalam rahim

4. Kembalinya darah setelah plasenta lahir karena kontraksi rahimdan terhentinya


perdarahan rahi plasenta
5. Saat post partum sering terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai