Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “A” DENGAN ISK

(INFEKSI SALURAN KEMIH)


DI RS PARU RESPIRA YOGYAKARTA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu


Pada Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

ENI SULISTYANINGSIH 210300800

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS ALMA ATA
YOGYAKARTA
2021-2022
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi ISK
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme
didalam saluran kemih,yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain.infeksi saluran kemih dapat terjadi baik lpria maupun wanita dari semua
umur,dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi dari pada
pria.(Sudoyo Aru,dkk2009 )
Infeksi saluran kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme didalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme
lain. (Nanda Nic-Noc,2012)
Infeksi saluran kemih adalah invasi mikroorganisme pada salah satu atau beberapa bagian saluran
kemih.( Muttaqin, A dan Sari, K 2011)
Infeksi saluran kemih (ISK ) Atau Urinarius Tractus Infection(UTI) adalah suatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih.(Agus Tessy,2001 hal.112)
Klasifikasi ISK Menurut M.Clevo Rendy dan Margareth TH (2012,hal 220)
berdasarkan letak peradangan yaitu :
a. Kandung Kemih (Sistitis)
b. Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi
dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih
, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokop.
c. Uretra (Uretritis)
d. Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai gonoreal
disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhea biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
e. Prostat (Prostatitis)
f. Ginjal (pielonefritis)
g. Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri pada ginjal, tubulus dan
jaringan interstisial dari satu atau kedua ginjal
Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi :
a. SK Uncomplicated (simple) merupakan ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan
saluran kencing tak baik, anatomic maupun fungsional normal.ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita Wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
b. ISK Complicated , sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas,kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock.

2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : usia, gender, prevalensi bakteriuria,dan
factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut
menurut jenis mikroorganisme dan usia :
a. Jenis – jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain :
1) Escherichia Coli : 90 % Penyebab ISK uncomplicated (simple )
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, Staphylococcus Epidemidis, Enterococci,dll.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan kandung kemih yang
kurang efektif.
2) Mobilitas menurun.
3) Nutrisi yang kurang baik.
4) Sistem imun menurun.
5) Hilang efek bakterisid dari sekresi prostat.
3. Anatomi

Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter,
yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar
kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak
lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan
permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya
sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter
sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior
kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena
bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan
mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter. Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi
sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung
kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ
di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita.
Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai
system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan
turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan
external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah volunter kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

4. Patofisiologi

Akumulasi etiologi dan Makanan terkontaminasi


factor resiko ( infeksi mikroorganisme masuk HCL (dilambung)
5.
mikroorganisme),
6. Resiko (_)kemih
lewat mulut
anomaly saluran

7. Kuman Usus terutama pleg


mengeluarkan hidup
8. player
endotoksin
9.
Tidak difagosit Bacteremia sekunder
Bacteremia primer

Peradangan Uretral Hipotalamus

10.
Peningkatan Iritasi uretral Menekan
11.
frekuensi/dorongan thermoregular
kontraksi uretral.

oliguria HIPERTERMI
Depresi syaraf perifer

GANGGUAN
NYERI
ELIMINASI URINE
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma
dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk
pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada
daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat
yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika
urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria
tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung
glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh
darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman
menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh saluran
kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan
disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine
statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke
pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena adanya
lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas lapisan
vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme
pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218)

12. Manifestasi Klinis


a. Rasa ingin buang air kecil,meski sudah dicoba untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang
keluar.
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencing bisa berwarna putih, coklat atau
kemerahan dan bau nya sangat menyengat.
c. Warna air seni kental / pekat seperti air teh,kadang kemerahan bila ada darah.
d. Nyeri pada pinggang.
e. Demam/ menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai ginjal. ( diiringi rasa nyeri
disisi bawah belakang rusuk, mual, atau muntah )
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh – sembuh dapat
menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
g. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis berupa demam,
apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, anoreksia, problem minum dan sianosis
(kebiruan)
h. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia.
i. Pada anak besar gejalanya lebih besar gejalanya lebih khas seprti sakit waktu kencing, frekuensi
kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang,mengompol, dan bau kencing yang menyengat.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria positif bila
terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment air kemih.
2) Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerolus ataupun
urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek)
3) Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

7. Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
a. Pyelonefritis Infeksi
yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
c. Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

8. Penatalaksanaan Medis Dan Non Medis


a. NonMedis
1) Istirahat.
2) Diet : perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih.
b. Medis
1) Antibiotik sesuai kultur, jika hasil kultur belum ada dapat diberikan antibiotik antara lain
cefotaxime, ceftriaxone, kotrimoxsazol,trimetoprim, doksisiklin.
2) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
3) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka waktu
3 – 4 minggu.
4) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3
– 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
5) Bila ada tanda-tanda urosepsis dapat diberikan imipenem atau kombinasi penisilin dengan
aminoglikosida.
6) Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksisilin,nitrofurotoin atau sefalosporin.
Penanganan Infeksi Saluran Kemih ( ISK ) yang ideal adalah agens antibacterial yang
secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal terhadap
flora fekal dan vagina.
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi.penggunaan medikasi yang umum mencakup : sulfisoxazole (gastrisin),trimethoprim /
sulfamethoxazole ( tpm / smz,bactrim,septra),kadang ampicillin atau amoksisilin digunakan,tetapi
E.Coli telah resisten terhadap bakteri ini.pyridium,suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan
untuk mengurangi ketidak nyamanan akibat infeksi.Dan dianjurkan untuk sering minum dan BAK
sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme yang mungkin naik ke uretra,untuk wanita
harus membilas dari depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri
feces.
9. Pencegahan ISK
a. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari.
b. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih.
c. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :

1) Jangan menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat.


2) Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih

ASUHAN KEPERAWATAN

B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status
Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak
enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien
mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang

d. Riwayat kesehatan Dahulu


Pada pengkajian biasanya ditemukan kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih dan
memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien dengan ISK pada
waktu dulu pernah mengalami penyankit infeksi saluran kemih sebelumnya atau penyakit
ginjal polikistik atau batu saluran kemih, atau memiliki riwayat penyakit DM dan pemakaian
obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah sakit dengan dipasangkan kateter.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga.


Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan klien akibat
adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit
turunan karena penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan
gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau
memperparah keadan klien.

3. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung kemih, infeksi
saluran kemih berulang, Personal hygiene yang salah, Kebiasaan menahan BAK, Riwayat
penyakit DM
b. Pola Nutrisi Metabolisme
Berapa kali makan dalam sehari, berapa banyak minum dalam sehari, komposisi makanan yang
dikonsumsi.
c. Pola Eliminasi
Berapa kali dalam sehari BAB/ BAK, konsistensi, warna, bau khas.
d. Pola Tidur dan Istirahat
Berapa jam istirahat (siang dan malam), kualitas tidur/ istirahat.
e. Pola Persepsi dan Kognitif.
Nyeri Supra pubik, Dysuria, Rasa terbakar saat berkemih, Spasme kandung kemih, Low back
pain.
f. Pola Sistem Kepercayaan.
Keyakinan yang dianut oleh pasien
4. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Tanda – tanda vital Pemeriksaan head to toe
NO BAGIAN PEMERIKSAAN FISIK
TUBUH
1. Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik (tergantung klien):
distibusi rambut merata, warna rambut normal (hitam), rambut
tidak bercabang, rambut bersih. pada saat di palpasi keadaan
rambut klien ISK biasanya lembut, tidak berminyak, rambut halus.

2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya normal. Mata simetris, tidak
udema di sekita mata, sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis,
pandangan tidak kabur.

3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan ,tidak ada secret, hidung
bersih

4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun teling normal,
tidak terdapat serumenm,keberihan telinga baik.

5. Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut bersih(lidah,gigi,gusi)

6. Leher biasanya pada klien ISK Normal


I : leher simetris,tidak ada penonjolan JVP,terlihat pulsasi
Pa: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran
nodus limfa
7. Thoraks I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada sama, pernapasan
Paru cepat dan dangkal, tidak ada penonjolan rusuk.
Pa : Normal.tulang rusuk lengkap, tidak ada nyeri tekan dan nyeri
lepas serta edema atau massa.tractil fremitus positif kiri dan kanan.
Pe: suara dullness pada daerah payudara, dan suara resonan pada
intercosta.
Au: Normal.tidak terdengar suara tambah pada pernapasan
Jantung (ronchi,whezing)
biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu Tidak ada terjadi
ganguan pada jantung klien (kecuali klien memilki riwayat sakit
jantung).teraba pulsasi pada daerah jantung klien pada intercosta 2
dan pada intercosta 3-5 tidak teraba, pada garis mid klavikula
teraba vibrasi lembut ketukan jantung.suara jantung S1 dan s2
terdengar dan seimbang pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke
5 bunyi s1 lebih dominan dari pada s2.

8. Abdomen I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang di tandai dengan
perut buncit, tidak ada pembuluh darah yang menonjol pada
abdomen, tidak ada selulit.
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah akibat penekanan
oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstremitas kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik, dapat melakukan
pergerakan sesuai perintah, tidak ada nyeri tekan atau lepas pada
ekstermitas, tidak ada bunyi krepitus pasa ekstermitas

5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau pengobatan
antara lain adalah :
a. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :

Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll.
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.

b. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )


Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
C. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah.
2. Hipertermia b/d peningkatan metabolisme akibat bakteri berkembang pada kandung kemih..
3. Nyeri akut b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan stuktur traktus urinarius.
4. Retensi urie b/d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih.
5. Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun stuktur traktus
urinarius.
6. Resiko infeksi b/d port de entry kuman.
7. Defisiensi pengetahuan b/d kurang sumber informasi tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.

D. Intervensi Keperawatan.
NO NANDA NOC NIC
1. Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi : penurunan cairan  Fluid balance Fluid Management
intravaskuler, interstisial,  Hydration  Pertahankan
atau intraseluler, ini  intake catatan intake dan
mengacu pada dehidrasi,  Nutritional status: food output yang akurat.
kehilangan cairan saat and fluid.  Monitor status
tanpa perubahan pada Kriteria Hasil dehidrasi
natrium.  Mempertahankan urine (kelembaban
Batasan karakteristik : output sesuai dengan membran mukosa,
 Perubahan status mental usia dan BB,BJ urine nadi adekuat
 Penurunan tekanan normal, HT normal. tekanan darah
darah.  Tekanan darah, nadi, ortostatik)jika
 Penurunan tekanan suhu tubuh dalam batas diperlukan.
nadi. normal.  Monitor vital sign.
 Penurunan volume nadi.  Tidak ada tanda –tanda  Monitor masukan
 Kulit kering. dehidrasi. makanan / cairan
 Kelemahan.  Elastisitas turgor kulit dan hitung intake
 Penurunan turgor kulit. baik, membran mukosa kalori harian.
Faktor yang lembab, tidak ada rasa  Kolaborasi dalam
berhubungan haus yang berlebihan. pemberian cairan
 Kehilangan cairan aktif iv.
 Kegagalan mekanisme  Monitor status
regulasi. nutrisi.
 Dorongan masukan
oral.
 Berikan
penggantian
nasogatrik sesuai
output.
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan.
 Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
 Monitor berat
badan

2. Hipertermia NOC NIC


Definisi : peningkatan suhu Thermoregulation Fever Treatment
tubuh diatas kisaran Kriteria Hasil :  Monitor suhu
normal.  suhu tubuh Dalam rentang tubuh sesering
Batasan karakteristik normal. mungkin.
 Konvulsi  Nadi dan RR dalam  Monitor IWL
 Kulit kemerahan rentang normal.  Monitor warna dan
 Kejang  Tidak ada perubahan suhu kulit
 Takikardi warna kulit dan tidak ada  Monitor tekanan
 Peningkatan suhu tubuh pusing. darah, nadi , RR,
diatas kisaran normal.  Monitor
 Kulit terasa hangat. WBC,HB,Dan
Faktor yang HCT.
berhubungan  Berikan antipiretik.
 Anastesia  Selimuti pasien
 Penurunan respirasi  Monitor intake dan
 Dehidrasi output
 Pemajanan lingkungan  Kolaborasi
yang panas pemberian cairan
 penyakit intravena.
 aktivitas berlebihan  Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam.
 Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi.

3. Nyeri akut NOC NIC


Definisi : pengalaman  Pain level Pain Management
sensori dan emosional  Pain control  Lakukan pengkajian
yang tidak menyenangkan  Comfort level nyeri secara
yang muncul akibat Kriteria Hasil komprehensif
kerusakan jaringan yang  Mampu mengontrol termasuk lokasi,
aktual atau potensialatau nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi,
digambarkan dalam hal nyeri, mampu frekuensi, kualitas,
kerusakan sedemikian menggunakan teknik dan faktor
rupa. nonfarmakologi untuk presipitasi.
Batasan Karakteristik ; mengurangi nyeri,  Observasi reaksi
 Perubahan selera mencari bantuan) nonverbal dari
makanperubahan  Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
tekanan darah. berkurang dengan  Gunakan teknik
 Indikasi nyeri yang menggunakan komunikasi
dapat diamati. manajemen nyeri. teraupetik untuk
 Gangguan tidur  Mampu mengenali nyeri mengetahui
(skala, intensitas,
 Mengekspresikan frekuensi, dan tanda pengalaman nyeri
perilaku (gelisah, nyeri ) pasien.
merenggek, menangis)  Menyatakan rasa yang  Kaji kultur yang
Faktor yang nyaman setelah nyeri mempengaruhi
berhubungan berkurang. respon nyeri
 Agen cedera ( mis.  Evaluasi pengalaman
Biologis, zat nyeri dimasa lalu.
kimia,fisik)  Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri.
 Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
 Tingkatkan istirahat

4. Retensi urine NOC NIC


Definisi pengosongan  Urinary eliminination Urinary Retention Care
kandung kemih tidak  Urinary continence  Monitor intake dan
komplit. Kriteria Hasil output
Batasan karakteristik  Kandung kemih kosong  Monitor penggunaan
 Tidak ada haluaran secara penuh obat antikolinergik.
urine  Tidak ada residu urine >  Monitor derajat
 Distensi kandung kemih 100-200 cc distensi bladder
 Disuria.  Bebas dari ISK  Instruksikan pada
 Sering berkemih  Tidak ada spasme bladder pasien dan keluarga
 Sensasi kandung kemih  Balance cairan seimbang untuk mencatat
penuh. output urine
Faktor yang  Sediakan privacy
berhubungan untuk eliminasi
 Sumbatan  Stimulasi refleks
 Tekanan ureter tinggi bladder dengan
 Inhibisi arkus reflex, kompres dingin pada
sfingter kuat. abdomen
 Katerisasi jika perlu
 Monitor tanda dan
gejala ISK ( Panas,
hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
5. Gangguan eliminasi urine NOC NIC
Definisi : disfungsi pada  Urinary elimination. Urinary retention care
eliminasi urine  Urinary continuence.  Lakukan penilaian
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : kemih yang
 Disuria  Kandung kemih secara komprehensif
 Sering berkemih penuh berfokus pada
 Inkontinensia urine  Bebas dari isk inkontinensia
 Retensi  Tidak ada spasme  Memantau pengguna
 Nokturia. bladder obat dengan sifat
Faktor yang berhubungan :  Balance cairan seimbang antikolinergik
 Penyebab multiple  Menggunakan
kekuatan sugesti
 Gangguan sensorik dengan menjalankan
motorik air atau disiram
toilet.
 Merangsang refleks
kandung kemih
 Sediakan waktu
yang cukup untuk
mengosongkan
kandung kemih.

6. Resiko infeksi NOC NIC


Definisi : mengalami  Immune status Infection control
peningkatan resiko  Knowledge : infection  Bersihkan
terserang organisme control lingkungan setelah
patogenik.  Risk control dipakai pasien lain.
Faktor yang berhubungan : Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik
 Penyakit kronis  Klien bebas dari tanda isolasi.
 Pengetahuan yang tidak dan gejala infeksi.  Gunakan sabun
cukup.  Menunjukkan antimikrobia untuk
 Vaksinasi tidak adekuat kemampuan untuk cuci tangan.
 Prosedur invasif. mencegah timbulnya  Batasi pengunjung
infeksi. bila perlu.
 Mendeskripsikan proses  Monitor tanda dan
penularan penyakit. gejala infeksi.

7. Defisiensi pengetahuan NOC NIC


Definisi : ketiadaan atau  Knowledge : disease Teaching disease
defisiensi informasi process process
kognitif yang berkaitan  Knowledge : health  Berikan penilaian
yang berkaitan dengan behavior tentang
topik tertentu. Kriteria Hasil : tingkatpengetahuan
Batasan karakteristik :  Pasien dan keluarga pasien.
 Perilaku hiperbola mampu menjelaskan  Jelaskan
 Pengungkapan masalah kembali apa yang patofisiologi dari
 Ketidakakuratan dijelaskan oleh penyakit
melakukan tes. perawat/ tim  Gambarkan tanda
Faktor yang berhubungan : kesehatan lainnya. dan gejala yang
 Keterbatasan kognitif biasa muncul dari
 Salah intepretasi penyakitnya.
informasi  Identifikasi
 Kurang pajanan. kemungkinan
penyebab,dengan
cara yang tepat.
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl. Ringroad Barat Daya No.1, Tamantirto, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta
Tlp. (0274)434 2288, 434 2277. Fax. (0274)4342269. Web: www.almaata.ac.id

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN ANAK (untuk yang berumur lebih dari 28/30 hari)
UNIVERSITAS ALMA ATA PROGRAM STUDI NERS

Nama Mahasiswa : ENI SULISTYANINGSIH


NIM : 210300800
Tempat Praktek : RS Paru Respira
Tanggal Pengkajian: 1 DESEMBER 2021

I. DATA IDENTITAS PASIEN


Nama : An. “A”
No rekam medik : 18060291
Tempat/tgl lahir : 7 Januari 2015
Usia : 6 tahun 11bulan 4 hari
Nama Ayah/Ibu : Tn. E / Ny. E
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ayah : SMA
Pendidikan Ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : Tlogo rt 02, rw 27, Ambarketawang, Gamping, Sleman
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa Medis : Infeksi Saluran kencing ( ISK)
II. RIWAYAT KESEHATAN
1 ) Keluhan Utama
Saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan anaknya demam, setiap mau BAK
menangis memegangi perut bagian bawah, anak rewel. Ibu pasien mengatakan anaknya
sering berkemih ,tetapi setiap BAK anyang - anyangen

2). Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu pasien menyatakan anaknya demam 5 hari, setiap BAK menangis, sedikit-sedikit,
mengeluh sakit di perut dan dan di tempat pipisnya. Ibu pasien mengatakan anak 2
minggu yang lalu habis disunat, dan sering menahan kencing takut pipis setelah disunat.
Selanjutnya anak dibawa ke poli klinik anak dan minta mondok.
3). Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah mengalami kejadian serupa.Ibu
pasien mengatakan anak baru 2 minggu yang lalu habis opname di RS.Pasien baru 2
minggu yang lalu dilakukan sirkumsisi dengan general anestesi .

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


1). Prenatal
Kehamilan Trimester 1 :
Ibu pasien mengatakan mengeluh mual muntah selama 2 bulan, ibu pasien rutin kontrol
ke bidan sebanyak 8 kali kunjungan selama 9 bulan, dan obat-obatan yang didapat yaitu
vitamin dan suplemen penambah darah
2). Intranatal
Ibu pasien mengatakan anaknya lahir usia kehamilan 9 bulan, anak lahir secara spontan
dengan bantuan bidan di klinik, dan jenis kelamin anak laki- laki. Berat Bayi lahir
(BBL) 2800 gram, Panjang Badan (PB) 45 cm, dan anak lahir menangis. G2P2A0
3). Post Natal
Ibu pasien mengatakan anak lahir langsung menangis, dan ibu pasien langsung
memberikan ASI pada anaknya. Anak langsung diberi suntikan imunisasi sehabis lahir
oleh bidan yang menolong. Anak tengkurap usia 3 bulan, duduk usia 6 bulan, mengoceh
usia 6 bulan, berjalan mulai 11 bulan, mulai bicara 18 bulan.
IV. RIWAYAT MASA LALU
1). Penyakit masa kecil :
Ibu pasien mengatakan sebelumnya anaknya tidak menderita penyakit tertentu
sebelumnya
2). Riwayat dirawat di Rumah sakit : Pasien 2 minggu yang lalu opname di RS karena
sirkumsisi atas indikasi pimosis.
3). Alergi : Pasien tidak ada alergi obat maupun makanan
4). Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada
5). Tindakan/operasi : Belum pernah operasi
6). Imunisasi :
Ibu pasien menyatakan imunisasi dasar lengkap diberikan dan dilakukan oleh bidan
yang membantu persalinan dahulu

V. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram

X X

Keterangan :

: Ibu pasien _________ : Garis keturunan

: Ayah pasien

: Pasien

: Perempuan

: Laki-laki

X : Meninggal
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi, DM,
Stoke, Jantung ataupun pennyakit lainnya.

VI. RIWAYAT SOSIAL


a. Pengasuh : Tidak ada
b. Hubungan dengan Anggota Keluarga : Baik
c. Hubungan dengan Teman Sebaya : Baik
d. Pembawaan Secara Umum :
Ibu klien mengatakan anaknya sangat dekat dengan ibunya.
e. Lingkungan Rumah
Ibu pasien mengatakan lingkungan rumah bersih, selalu di bersihkan jika rumah kotor
dan berantakan. Pencahayaan dirumah pun cukup, jendela selalu di buka setiap hari,
dan lantai rumah terbuat dari ubin.

VII. KEBUTUHAN DASAR


a. Nutrisi (makanan dan cairan)
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan pasien susah makan nasi dan sayuran dan anaknya
suka makan cemilan dan biscuit. Minum Air putih susah, hanya sedikit. Mau minum
minuman kemasan dan susu kemasan cair.
Selama Sakit pasien hanya menghabiskan 3-4 sendok makanan yang disajikan RS,
minum air putih susah. Mendapat infus D 1/2 Ns 28 ml/jam
b. Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan tidur anaknya selalu cukup
Selama sakit pasien menjadi rewel, tidur hanya sebentar-sebentar
c. Personal Higiene
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan selalu memandikan anaknya di pagi hari dan sore
hari
Selama Sakit ibu pasien hanya mengelap badan anaknya dipagi hari dan sore hari
d. Aktivitas Bermain
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan anaknya sangat aktif bermain.
Selama sakit ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau bermain dan hanya berbaring
dan bermain di tempat tidur.
e. Eliminasi
Sebelum sakit ibu pasien mengatakan BAB 1-2x sehari dan BAK 4-6 x sehari.
Selama sakit pasien belum BAB terahir 1 hari lalu dan BAK bisa sampai 15x sehari
hanya tetes/sedikit, dan anak selalu menangis setiap BAK. Datangnya sakit sekitar 1-2
menit, hilang timbul

VIII. PEMERIKSAAN FISIK


a. Keadaan umum : Sedang
b. Kesadaran : CM
c. Antropometri :
Berat Badan : 13kg

Panjang Badan : 89 cm

Lingkar Kepala : 46 cm

Lingkar dada : 54 cm

LLA (Lingkar lengan atas) : 11 cm

Lingkar Perut : 54 cm

d. Tanda-tanda vital :
Denyut nadi : 155x / menit
Suhu :39oC
Pernapasan : 28 x/ menit
e. Kepala :
Kepala tampak bersih, bentuk kepala normal mesochepal, tidak ada luka, tidak ada
bekas jahitan, rambut tumbuh sedikit. Tidak terdapat pembengkakaan kelenjar lymfe
f. Mata :
Bentuk simetris kanan dan kiri, terlihat sklera pasien tidak ikterik, konjungtiva anemis,
penglihatan bagus.
g. Hidung :
Hidung tampak simetris, tidak terdapat secret , tidak ada luka.
h. Mulut :
Mukosa bibir lembab, kemerahan, tidak berbau, gigi susu seri mulai ada caries, gusi dan
palatum tidak ada lesi.
i. Telinga :
Telinga kanan dan kiri simetris, tampak bersih, tidak ada luka, lubang telinga bersih,
tidak terdapat nyeri tekan, dan fungsi pendengaran baik.
j. Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bekas luka. Tidak terdapat
pembengkakaan kelenjar lymfe
k. Tengkuk :
Tidak terdapat kaku kuduk, dan benjolam.
l. Dada:
Jantung :
Inspeksi
Warna kulit tidak pucat, tidak ada bekas luka, ictus cordis terliat pergerakan detak
jantung
Palpasi
Ictus cordis teraba pada intercosta IV garis aksila anterior kiri, tidak ada benjolan
patologis, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Tidak terdapat pembesaran jantung, saat diperkusi suara pekak di intercosta II garis
midclavikula kiri sampai intercosta V garis midclavikula kiri
Auskultasi
Terdengar suara BJ 1 dan BJ 2 (Lub-Dub) terpisah teratus irama ireguler
Paru-paru : Tidak dilakukan pengkajian
Abdomen :
Inspeksi
Bentuk supel, lingkar perut 29 cm
Auskultasi
Saat diauskultasi terdengar bising usus, terdengar 8 kali permenit
Palpasi
Perut teraba lunak, nyeri tekan perut bawah (suprapubic). Skala nyeri saat di tekan
deng WBC 5.
Perkusi
Bunyi timpani
m. Urogenetalia
Keadaan genitalia tampak normal dan bersih, tidak ada iritasi, jenis kelamin laki –
laki.Tampak bekas luka simkursisi sudah kering, tidak ada tanda infeksi.
n. Ekstremitas Atas Anggota gerak lengkap dari bahu sampai ujung jari, tidak ada
kelainan bentuk tulang, akral teraba hangat dan Ekstremitas Bawah Anggota gerak
lengkap dari pangkal paha sampai ujung jari kaki, tidak ada kelainan, Kaki kanan dan
kiri tampak normal akral teraba panas, terpasang infus pada ekstermitas kanan bawah.
Kulit : Warna kulit tidak pucat, tidak kotor, akral teraba hangat, capillary refil kurang
dari 2 detik.

IX ASPEK MENTAL INTELEKTUAL


a. Intelektual Orangtua
Orang tua pasien mengatakan apapun akan dilakukan asal anaknya sembuh dan tidak
sakit sakit lagi
b. Support System Keluarga
Keluarga ayah, ibu dan kakak selalu menemani anaknya

X PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN


1. Kemandirian dan Bergaul
Pasien masih berumur 6 tahun 11 bulan, lingkungan yang baru di gapai adalah sekitaran
lingkungan rumah saja bermain dengan teman – teman sebayanya
2. Motorik Halus
Motorik halus tidak ada keterlambatan
3. Bernalar dan Berbahasa
Klien mampu berkomunikasi dan menjawab pertanyaan sederhana dengan jelas
4. Motorik Kasar
Pasien saat tidak sakit aktif bermain, lincah bergerak
XI TERAPI MEDIS YANG DIDAPATKAN
Terapi yang didapatkan klien saat pengkajian tanggal 1 Desember 2021
1. Paracetamol (150 mg/6 jam)
2. Ampicillin (450 mg/8 jam)
3. NFD : Ds ½ Ns 28 ml / jam
4. Ranitidin (12,5 mg/12jam)

XII HASIL LABORATORIUM


Tanggal pemeriksaan : Rabu, 1 Desember 2021 jam 08:00 WIB
Jenis pemeriksaan : Darah Rutin

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Hemoglobin 12,1 14.00-18.00 Rendah
Leukosit 25,22 4.0-10.5 Tinggi
Trombosit 340 150 – 450 Normal
Eritrosit 4,65 4.50-6.00 Normal
MPV 6,5 6.5-12.00 Normal
RDW 36,4 35.0-56.0 Normal
PDW 15,2 9.0-17.0 Normal
MCV 71.4 80.00-97.00 Rendah
MCH 25.4 27.0-32.0 Rendah
MCHC 35.6 32.0-38.0 Normal

Tanggal pemeriksaan : Rabu, 1 Desember 2021 jam 09:30


Jenis pemeriksaan : Urin Analisa
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
Warna Agak keruh Kuning Tidak normal
Glukosa Neg Neg Normal
Protein +1 Neg Normal
Billirubin Neg 0 Normal
Urobillinogen Normal 0,2-1,0 Normal
BJ 1,045 1,005-1,080 Normal
Darah samar +1 Negative Tidak normal
Keton +1 Negative Tidak normal
Leukosit +2 Negative Tidak normal
PH 6,0 5-6,5 Normal
I. ANALISA DATA

Nama Klien : An. “A”


Ruang : Dahlia
No. RM : 18060291 Mahasiswa : Eni Sulistyaningsih
HARI/TGL DATA PROBLEM ETIOLOGI TTD
/JAM
Rabu, 1
Desember DS: Infeksi saluran kemih
Gangguan Eliminasi Urine
2021 - Ibu pasien menyatakan anaknya setiap
BAK menangis, sedikit-sedikit, mengeluh eni
sakit di perut dan dan di tempat pipisnya

- Ibu pasien mengatakan anaknya sering


berkemih ,tetapi setiap BAK anyang –
anyangen

- Ibu pasien mengatakan anak 2 minggu


yang lalu habis disunat, dan sering
menahan kencing takut pipis setelah
disunat.

- Ibu pasien mengatakan anak BAK bisa


sampai 15x sehari hanya tetes/sedikit, dan
anak selalu menangis setiap BAK.

26
DO :

- Anak tampak sering BAK anyang -


anyangen
- Anak tampak menangis, rewel

- Tanda – tanda vital: S = 390C, RR =


28x/mnt, N = 155x/mnt

Rabu, 1 DS :
Desember - Ibu pasien menyatakan anaknya setiap Agen cidera biologis (infeksi)
Nyeri Akut
2021 BAK menangis, sedikit-sedikit, mengeluh
sakit di perut dan dan di tempat pipisnya eni

- Ibu pasien mengatakan anaknya setiap mau


BAK menangis memegangi perut bagian
bawah, anak rewel

- P : Saat buang air kecil

Q : Nyeri hilang timbul


R : Perut bagian suprapubic
S : Skala nyeri 5 (lima )
T : 1-2 menit

27
DO :
- Ekspresi wajah tampak meringis menahan
nyeri
- Anak tampak menangis, rewel

- Tanda – tanda vital: S = 390C, RR =


28x/mnt, N = 155x/mnt

DS :
Rabu, 1 - Ibu pasien mengatakan badan anaknya Hipertermi Terjadinya sepsis
Desember demam.
2021 eni
- Ibu pasien menyatakan anaknya demam 5
hari, setiap BAK menangis, sedikit-sedikit,
mengeluh sakit di perut dan dan di tempat
pipisnya
DO :
- Anak tampak menangis, rewel
- Kulit teraba hangat, Acral teraba panas
- Tanda – tanda vital: S = 390C, N =
155x/mnt

- Hasil pemeriksaan laboratorium darah


rutin tgl 1-12-2021, Leukosit : 25,22
- Hasil pemeriksaan laboratorium urin
analisa: darah samar +2, keton +1,
leukosit +2, warna agak keruh

28
II. PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih :Nanda domain 3, kelas 1, Eliminasi dan Pertukaran, Fungsi
Urinarius

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi) :Nanda domain 12, kelas 1, Kenyamanan Fisik
3. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya sepsis.:Nanda domain 11, Kelas 6, Keamanan/Perlindungan, Termogulasi

29
III. RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. “A” Ruang : Dahlia


No. RM : 18060291 Mahasiswa : Eni Sulistyaningsih
No. HARI/ Dx KEPERAWATAN PERENCANAAN TTD
DP TGL Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
/JAM
1 Rabu, Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Cairan :4120,
Gangguan eliminasi urine
1-12- selama 3x8 jam, gangguan eliminasi Kontrol Infeksi :6545
2021 berhubungan dengan infeksi urine dapat teratasi dengan kriteria hasil:
Jam 1. Monitor tanda – tanda vital eni
saluran kemih :Nanda
08:00 NOC : Eliminasi Urine :0503 2. Monitor status hidrasi pasien.
WIB domain 3, kelas 1, Eliminasi 3. Tingkatkan asupan cairan peroral
Outcome Diperta Diting
dan Pertukaran, Fungsi 4. Berikan cairan dengan tepat.
hankan katkan
Urinarius 5. Berikan terapi IV dengan tepat, seperti
Pola eliminasi 2 4
yang ditentukan.
Jumlah urin 3 4
Warna urin 3 4
6. Ajarkan dan anjurkan teknik cuci
Nyeri saat tangan yang tepat
2 4 7. Batasi pengunjung
kencing
Frekuensi 8. Anjurkan keluarga pasien sesering
3 4
berkemih mungkin memberikan minum air putih
Keterangan : hangat
9. Jelaskan kepada keluarga dan pasien
1 = Berat tentang tanda gejala infeksi saluran
2 = Cukup berat kemih dan kapan harus melaporkan
kepenyedia perawatan kesehatan
3 = Sedang 10. Kolaborasi pemberian antibiotic yang
tepat
4 = Ringan

5 = Tidak Ada

30
2 Rabu, Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Nyeri :1400
1-12- dengan agen cedera biologis selama 1x8 jam, nyeri dapat teratasi
2021 (infeksi) :Nanda domain 12, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Jam kelas 1, Kenyamanan Fisik komprehensif meliputi lokasi, eni
08:00 NOC: Kontrol Nyeri :1605 karakteristik, awitan dan durasi,
WIB frekuensi, kualitas, intensitas atau
Outcome Diper Diting
keparahan nyeri dan factor
tahan katkan
presipitasinya
kan
2. Observasi isyarat nonverbal
Mengenali kapan
2 3 ketidaknyamanan, khususnya pada
nyeri terjadi
Menggambarkan mereka yang tidak mampu
2 3 berkomunikasi efektif
faktor penyebab
Menggunakan
3. Gali pengetahuan pasien mengenai
tindakan pencegahan 2 3
nyeri
nyeri
Menggunakan 4. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
tindakan nyeri tanpa 2 3 penyebab nyeri, berapa lama akan
analgesik berlangsung.
Melaporkan nyeri
2 3
yang terkontrol 5. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen
Melaporkan gejala nyeri
yang tidak terkontrol
2 3 6. Ajarkan penggunaan teknik
pada profesional
kesehatan nonfarmakologi (relaksasi, distraksi,
Keterangan : terapi)

1 = Tidak pernah menunjukkan 7. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

2 = Jarang menunjukkan

3 = Kadang-kadang menunjukkan

4 = Menunjukkan

31
5 = Secara konsisten menunjukkan

NOC: Tingkat Nyeri :2102

Outcome Diperta Diting


hankan katkan
Nyeri yang
2 4
dilaporkan
Panjangnya
2 4
episode nyeri
Ekspresi nyeri
2 4
wajah
Menggosok area
yang terkena 3 4
dampak
Menangis 3 4
Keterangan :

1 = Berat

2 = Cukup berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak Ada

3. Rabu, Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Pengaturan Suhu :3900
1-12- dengan terjadinya selama 1x8 jam, hipertermi dapat teratasi Manajemen Cairan :4120,
2021 sepsis.:Nanda domain 11, dengan kriteria hasil: Kontrol Infeksi :6545
Jam Kelas 6, eni
08:00 Keamanan/Perlindungan, 1. Monitor tanda – tanda vital
WIB Termogulasi 2. Monitor status hidrasi pasien.
32
NOC : Termogulasi : 0800 3. Tingkatkan asupan cairan peroral
4. Tingkatkan pemberian intake cairan
Outcome Diperta Diting
dan nutrisi dengan tepat.
hankan katkan
5. Berikan terapi IV dengan tepat, seperti
Hipertermi 3 4
yang ditentukan.
Peningkatan suhu
3 4 6. Ajarkan dan anjurkan teknik cuci
kulit
Melaporkan tangan yang tepat
3 4 7. Batasi pengunjung
kenyamanan suhu
Denyut nadi 8. Anjurkan keluarga pasien sesering
3 4
apikal mungkin memberikan minum air putih
Tingkat hangat
3 4
pernafasan 9. Jelaskan kepada keluarga dan pasien
Keterangan : tentang tanda gejala infeksi saluran
kemih dan kapan harus melaporkan
1 = Berat
kepenyedia perawatan kesehatan
2 = Cukup berat 10. Kolaborasi pemberian antipiretik, dan
antibiotic yang tepat
3 = Sedang 11. Kolaborasi untuk pemeriksaan angka
leukosit secara berkala
4 = Ringan

5 = Tidak Ada

NOC :Keparahan Infeksi :0703

Outcome Diperta Diting


hankan katkan
Demam 3 4
Nyeri 3 4
Peningkatan
3 4
leukosit

33
Keterangan :

1 = Berat

2 = Cukup berat

3 = Sedang

4 = Ringan

5 = Tidak Ada

34
IV. IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. “A” Ruang : Dahlia


No. RM : 18060291 Mahasiswa : Eni Sulistyaningsih
No. HARI/ IMPLEMENTASI RESPON KLIEN TTD
DP TGL
1 Rabu, 08:00 Melakukan pengkajian secara komprehensif Tgl 1-12-2021
1-12- WIB Memonitor tanda – tanda vital
2021 Memonitor status hidrasi pasien. Pukul 14.00 WIB
(Eni)
S: Ibu pasien mengatakan anaknya saat
(Eni)
berkemih masih anyang – anyangen,
09:00 Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang tanda BAK terasa panas
WIB gejala infeksi saluran kemih dan kapan harus melaporkan
O: - Pasien kadang masih tampak rewel dan
kepenyedia perawatan kesehatan
menangis menahan nyeri saat BAK
Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin
memberikan minum air putih hangat
- BAK 13 kali sehari dan sedikit
Mengajarkan dan anjurkan teknik cuci tangan yang tepat
- Anak minum air putih hanya sedikit
- Tanda – tanda vital: S = 390C, RR =
(Eni)
28x/mnt, N = 155x/mnt
10:00 Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line - Injeksi antibiotic masuk
WIB Menganjurkan keluarga pasien memberikan minum air putih
hangat
A: Masalah gangguan eliminasi urin belum
. (Eni) teratasi
P: Lanjutkan intervensi
11:00 Membatasi jumlah pengunjung
WIB
(Eni)
(Eni)

35
13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv
WIB
(Eni)
Kamis, 08:00
Memonitor tanda – tanda vital
2-12- WIB
Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin Tgl 2-12-2021
2021
memberikan minum air putih hangat Pukul 14.00 WIB
(Eni) S: Ibu pasien mengatakan anaknya saat (Eni)
11:00 Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line berkemih masih anyang – anyangen,
WIB Menganjurkan keluarga dan pasien selalu mencuci tangan
O:Pasien kadang masih tampak rewel dan
(Eni menangis menahan nyeri saat BAK

13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv - BAK 10 kali sehari dan sedikit
WIB - Tanda – tanda vital: S = 380C, RR =
(Eni) 28x/mnt, N = 130x/mnt

- Injeksi antibiotic masuk

- Ibu pasien bisa mencuci tangan dengan


benar

A: Masalah gangguan eliminasi urin belum


teratasi
P: Lanjutkan intervensi

(Eni)

36
Jum at, 08:00 Memonitor tanda – tanda vital Tgl 3-12-2021
3-12- WIB Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin
2021 memberikan minum air putih hangat Pukul 14.00 WIB
S: Ibu pasien mengatakan anaknya saat
(Eni)
berkemih anyang – anyangen, sudah (Eni)
Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line
12:30 Menganjurkan keluarga dan pasien selalu mencuci tangan berkurang banyak
WIB
O:Anak sudah tidak rewel
(Eni
- BAK 8 kali sehari dan banyak,warna
13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv urine jernih
WIB - Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR =
(Eni) 25x/mnt, N = 100x/mnt

- Injeksi antibiotic ampicillin 450 mg


masuk

- Anak mau minum banyak

- Ibu pasien bisa mencuci tangan dengan


benar

A: Masalah gangguan eliminasi urin


teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

(Eni)

37
2 Rabu, 08:00 Melakukan reassesmen nyeri secara komprehensif Tgl 1-12-2021
1-12- WIB
2021 Pukul 14.00 WIB
S:
(Eni) (Eni)
- Ibu pasien mengatakan anak masih
09:00 Mengobservasi non verbal terhadap ketidaknyamanan sedikit nyeri pada bagian bawah perut.
WIB
- P : Saat buang air kecil
Q : Nyeri hilang timbul
(Eni) R : Perut bagian suprapubic
09:30
Menggali pengetahuan ibu pasien dan pasien mengenai nyeri S : Skala nyeri 4 (empat )
WIB
Memberikan informasi kepada ibu pasien tentang nyeri, T : 1-2 menit
seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung O:

- Pasien kadang masih tampak rewel


dan menangis menahan nyeri
(Eni)
09:50 Mengajarkan prinsip – prinsip manajemen nyeri melalui ibu - Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR
WIB = 25x/mnt, N = 100x/mnt
pasien
10:00 Mengajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (relaksasi, - Drip paracetamol 150 mg masuk
WIB distraksi, terapi)
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian

P:- Lakukan reassesmen nyeri secara


(Eni) komprehensif
13:00 Mengkolaborasikan untuk pemberian analgetik
- Pantau TTV perjam
WIB Memberikan paracetamol 150 mg /iv
- Pantau kondisi umum pasien
- Monitor tingkat nyeri pasien

(Eni)

(Eni)
38
3 Rabu, 08:00 Tgl 1-12-2021
1-12- WIB Memonitor tanda – tanda vital
2021 Pukul 15.00 WIB

- S: Ibu pasien mengatakan anak sudah


(Eni)
turun demamnya.
08:00
(Eni)
WIB Menjelaskan kepada keluarga dan pasien tentang tanda - Ibu pasien menyatakan anaknya masih
gejala infeksi saluran kemih dan kapan harus melaporkan anyang – anyangen saat BAK
kepenyedia perawatan kesehatan
- O: Kulit teraba hangat,
Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin
memberikan minum air putih hangat - Injeksi masuk
Mengajarkan dan anjurkan teknik cuci tangan yang tepat
- Tanda – tanda vital: S = 380C, N =

(Eni) 130x/mnt
09:00
WIB Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line - Hasil pemeriksaan laboratorium darah
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
rutin tgl 1-12-2021, Leukosit : 25,22
Menganjurkan keluarga pasien memberikan minum air putih
hangat - Hasil pemeriksaan laboratorium urin
analisa: darah samar +2, keton +1,
09:30 . (Eni)
WIB Mengambil sampel urine untuk pemeriksaan urin analisa leukosit +2, warna agak keruh
Membatasi jumlah pengunjung
A: Masalah hiperteri teratasi sebagian
(Eni)
13:00 P: Lanjutkan intervensi
WIB Memberikan paracetamol 150 mg / iv
Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv
(Eni)
(Eni)

39
V. EVALUASI

Nama Klien : An. “A” Ruang : Dahlia


No. RM : 18060291 Mahasiswa : Eni Sulistyaningsih
No. HARI/TGL JAM CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP) TTD
DP
1 Tgl 3-12-2021 Pukul S: Ibu pasien mengatakan anyang – anyangen saat berkemih pada anaknya, sudah berkurang
14.00 banyak
WIB (Eni)
O:Anak sudah tidak rewel

- BAK 8 kali sehari dan banyak dan tidak menetes,warna urine jernih
- Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR = 25x/mnt, N = 100x/mnt

- Anak mau minum banyak

A: Masalah gangguan eliminasi urin teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

2 Tgl 1-12-2021 Pukul S : Ibu pasien mengatakan anak masih sedikit nyeri pada bagian bawah perut.
14.00 (Eni)
- P : Saat buang air kecil
WIB
Q : Nyeri hilang timbul
R : Perut bagian suprapubic
S : Skala nyeri 4 (empat )
T : 1-2 menit
O: - Pasien hanya kadang – kadang menangis menahan nyeri, sambal memegangi bagian bawah
perut
- Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR = 25x/mnt, N = 100x/mnt
- Expresi wajah tampak sedikit lebih rilex

40
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan reassesmen nyeri secara komprehensif
- Pantau TTV perjam
- Pantau kondisi umum pasien
- Monitor tingkat nyeri pasien

3 Tgl 1-12-2021 Pukul S: - Ibu pasien mengatakan anak sudah turun demamnya.
15.00 - Ibu pasien menyatakan anaknya kadang masih anyang – anyangen saat BAK (Eni)
WIB
O: - Kulit teraba hangat,
- Tanda – tanda vital: S = 380C, N = 130x/mnt

- Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin tgl 1-12-2021, Leukosit : 25,22


- Hasil pemeriksaan laboratorium urin analisa: darah samar +2, keton +1, leukosit +2, warna
agak keruh

A: Masalah hiperteri teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi

41
BAB III
ANALISIS JURNAL

SCREENING ASYMPTOMATIC URINARY TRACT INFECTION IN BOYS


SCHOOL AGE IN TANJUNG JOHOR, PELAYANGAN, JAMBI

NO Judul Jurnal Penulis Tahun Analisis

1. SCREENING Hasna Dewi, Fairuz, 2020  P:


ASYMPTOMATIC Miftahurrahmah Populasi dalam penelitian ini
URINARY 1. Departemen Histo- adalah 126 siswa laki-laki di
TRACT Patologi Anatomi, SD Negeri 44, Tanjung Johor,
INFECTION IN Fakultas Kedokteran kecamatan Pelayangan yang
BOYS SCHOOL dan Ilmu Kesehatan merupakan salah satu sekolah
AGE IN Universitas Jambi dasar di Wilayah kerja
TANJUNG 2.Laboratorium Puskesmas Tahtul Yaman
JOHOR, Biomedik, Fakultas Sampel dari penelitian ini
PELAYANGAN, Kedokteran dan Ilmu adalah siswa dari kelas 1
JAMBI Kesehatan Universitas hingga kelas 6 SD yaitu
Jambi berkisar dari 6 tahun – 12
3. Departemen Anatomi tahun, dengan rerata usia 8,3
dan Bagian Bedah, tahun.
Fakultas Kedokteran  I:
dan Ilmu Kesehatan Pengambilan sampel dalam
Universitas Jambi penelitian ini adalah dengan
E-mail : pengambilan dan pemeriksaan
hasnadewidr@gmail.com urin dipstick dengan
melakukan penilaian Nitrit dan
leukosit esterase sebagai
penanda infeksi saluran kemih
, yang dilakukan pada semua
sampel urin yang terkumpul.
Tiap anak memberikan sampel
urin midstreamnya minimal
sebanyak 5 ml yang kemudian
segera (< 3 jam) dilakukan
pemeriksaan dipstick di
Laboratorium Biomedik FKIK
UNJA. Seluruh sampel urin
yang di lakukan pemeriksaan
secara makroskopis apakah
urin tampak jernih, warna
kuning, tidak terdapat grosss
hematuria.
Pada penelitian ini selain
dilakukan skrining deteksi dini
infeksi saluran kemih secara
cepat dan mudah, juga
dilakukan pencarian faktor-
faktor lain yang dapat
meningkatkan angka kejadian
infeksi saluran kemih pada
anak usia sekolah melalui
wawancara quisioner.
 C:
Desain penelitian ini
menggunakan tehnik study
cross sectional, dengan sampel
adalah anak laki-laki usia
sekolah tanpa disertai gejala
infeksi saluran kemih. Adapun
kriteria ISK berdasarkan uji
dipstick adalah memiliki nitrit
positif atau leukosit esterase
positif atau keduanya
 O:
Hasil penelitian ini terdapat
126 anak laki-laki dengan
rerata usia 8.3 tahun (6-12
tahun). Terduga infeksi saluran
kemih berdasarkan
pemeriksaan dipstick 1 siswa
(0.8%). Siswa yang telah
dilakukan sirkumsisi sebanyak
90 orang (71.4%). Mereka
memiliki kebiasaan hidup
bersih yang baik berupa
mencuci tangan setelah buang
air kecil 108 siswa (85.7%) dan
membersihkan area genitalia
(85.7%).
Dari kegiatan penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa
angka kejadian kemungkinan
ISK pada anak-anak sekolah di
Tanjung Johor, Jambi sangat
kecil (0,8 %). Hal ini mungkin
didukung oleh sirkumsisi dan
kebiasaan hieginitas personal
yang baik
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Suraatmaja, S., 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta.


2. Nelwan, Erni, Juita. (2014).Buku ajar ilmu penyakit dalam. (Edisi 4. Jilid ke – 1). Jakarta : Internal
Publishing.
3. Habib, S., 2012. Highlights for management of a child with a urinary tract infection.
Internationaljournal of pediatrics, 2012
4. Zincir, H., Erten, Z.K., Özkan, F., Seviğ, Ü., Başer, M. and Elmalı, F., 2012. Prevalence of urinary
tract infections and its risk factors in elementary school students. Urologia internationalis,
88(2), pp.194-197.
5. Robinson, J.L., Finlay, J.C., Lang, M.E., Bortolussi, R., Canadian Paediatric Society, Community
Paediatrics Committee and Infectious Diseases and Immunization Committee, 2014.
Urinary tract infection in infants and children: Diagnosis and management. Paediatrics &
child health, 19(6), pp.315-319.
6. Esteghamati, M., Mousavi, S.E. and Alizadeh, S.H., 2019. Risk factors of pediatric urinary tract
infections: an epidemiologic study. International Journal of Contemporary Pediatrics, 6(1),
p.204
7. Leung, A.K., Kao, C.P. and Robson, W.L.M., 2005. Urinary tract infection due to Salmonella
stanleyville in an otherwise healthy child. Journal of the National Medical Association,
97(2), p.281.
8. Kavitha, J., Aravind, M.A., Jayachandran, G. and Priya, S., 2017. Risk factors for urinary tract
infection in pediatric patients. Int J Contemp Pediatr, 5(1), pp.184-18
LAMPIRAN
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
Asymptomatic…

SCREENING ASYMPTOMATIC daily habit such as washing genital area after miction (108
/ 85.7%) and hand washing (108/85.7%).
URINARY TRACT INFECTION IN
BOYS SCHOOL AGE IN Conclusion: the number of UTI cases in this study was
TANJUNG JOHOR, very small, most of sample were underwent circumcision
PELAYANGAN, JAMBI and they have good daily habit.

Hasna Dewi1,2, Fairuz1, Miftahurrahmah3


Key word: dipstick, screening, UTI
1. Departemen Histo-Patologi Anatomi, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Jambi
ABSTRAK
2. Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran dan
Latar belakang: infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah
Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
satu jenis infeksi yang sering terjadi. Penegakan diagnosis yang
3. Departemen Anatomi dan Bagian Bedah,
tepat, penatalaksanaan yang tepat dapat menekan angka
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
morbodotas dan mortalitas pada kondisi ini. Skring cepat
Universitas Jambi E-mail :
dengan dipstick urin dapat membantu dalam deteksi dini infeksi
hasnadewidr@gmail.com
saluran kemih. Tujuan pegabdian ini adalah identifikasi infeksi
saluran kemih pada anak laki-laki usia sekolah.

ABSTRACT Metode: Penelitian ini merupakan study cross sectional,


dengan sampel adalah anak laki-laki usia sekolah tanpa disertai
Background: Urinary Tract Infection (UTI) is a common gejala infeksi saluran kemih. Adapun kriteria ISK berdasarkan
infection in children. Prompt diagnosis and appropriate uji dipstick adalah memiliki nitrit positif atau leukosit esterase
treatment are very important to reduce the morbidity positif atau keduanya.
associated with this condition. Rapid screening with Hasil: terdapat 126 anak laki-laki dengan rerata usia 8.3 tahun
Urine dipstick is helpful for early detection urinary tract (6-12 tahun). Terduga infeksi saluran kemih berdasarkan
infection. The purpose of this study to identification pemeriksaan dipstick 1 siswa (0.8%). Siswa yang telah
urinary tract infection in school age boys. dilakukan sirkumsisi sebanyak 90 orang (71.4%). Mereka
Method: this was a cross sectional study. The samples memiliki kebiasaan hidup bersih yang baik berupa mencuci
were boys in elementary school without urinary tract tangan setelah buang air kecil 108 siswa (85.7%) dan
infection sign, with presumptive UTI criteria based on membersihkan area genitalia (85.7%).
dipstick examination who had positive nitrit or positive
Conclusion: Jumlah kasus infeksi saluran kemih pada
leukocyte esterase or both of them.
penelitian ini sedikit. Sebagian besar sampel anak laki-laki usis
Result: There were 126 boys with mean age 8.3 years sekolah telah disirkumsisi dan memiliki kebiasaan prilaku hidup
old (6-12 years old). Boy with presumtive UTI based on bersih yang baik.
dipstick found in only one case (0.8%). Most of them
Key word: dipstick, ISK, skrining,
were underwent circumcision (90/71.4%) and have good
1
Prevalensi penyakit ini di Turki pada anak
PENDAHULUAN usia sekolah perempuan 7.8% sedangkan
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan laki-laki 1.6%.
penyakit infeksi yang sering terjadi pada Kondisi umum yang mempengaruhi
anak-anak. Insidensi ISK di Amerika serikat meningkatnya angka kejadian infeksi saluran
adalah sekitar 70.000 sampai 180.000 orang. kemih pada anak usia sekolah berupa fasilitas

88
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
Asymptomatic…

sekolah yang kurang bersih, kebiasaan hidup dalam kegiatan ini. Setelah dilakukan
bersih yang buruk, kebiasaan mencuci area pengambilan urin maka dilakukan
perineum dan genital yang salah, cairan yang pemeriksaan dipstick urin di laboratorium
masuk tidak adekuat. 2 Biomedik FKIK Universitas Jambi. Selain
Gambaran klinis infeksi saluran kemih pada pemeriksaan urin dipstick, juga dilakukan
anak dapat biasanya bersifat tidak spesifik penilaian mengenai faktor-faktor yang dapat
khususnya pada anak usia muda.3 Oleh karena meningkatkan resiko terjadinya infeksi
itu diagnosis sulit dan sering terlambat saluran kemih seperti sirkumsisi, kebiasaan
ditegakkan. Keterlambatan dalam menahan buang air kecil, kebiasaan kurang
menegakkan diagnosis dapat mengakibatkan suka minum air putih, kebiasaan mengenai
terjadinya renal scaring sedangkan kebersihan area genitalia setelah buang air
berlebihan dalam mendiagnosis kecil dan buang air besar.
menyebabkan anak akan menjalani paparan
radiasi, pengobatan, dan peningkatan biaya.4
Pemeriksaan skrining infeksi saluran kemih HASIL DAN DISKUSI
dapat dilakukan dengan urin dipstick yang Jumlah siswa laki-laki di sekolah tersebut 161
merupakan pemeriksaan cepat, murah dan siswa, namun yang bersedia ikut serta dalam
aman. 5 Leukosit esterase, nitrit, dan pengabdian ini sebanyak 126 siswa laki-laki.
pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan Adapun sebaran sampel usia siswa dari kelas
secara bersamaan memiliki sensitivitas 99% 1 hingga kelas 6 SD yaitu berkisar dari 6
sedangkan pemeriksaan nitrit memiliki tahun – 12 tahun, dengan rerata usia 8,3
spesifitas 98% dalam mendiagnosis infeksi tahun.
saluran kemih. 3 Mengingat pentingnya Pemeriksaan urin dipstick dengan melakukan
diagnosis segera dan skrining ISK, maka penilaian Nitrit dan leukosit esterase sebagai
tujuan pegabdian dan penelitian ini adalah penanda infeksi saluran kemih dilakukan
untuk skrining dan identifikasi infeksi saluran pada semua sampel urin yang terkumpul.
kemih pada anak laki-laki usia sekolah Tiap anak memberikan sampel urin
menggunakan pemeriksaan dipstik. midstreamnya minimal sebanyak 5 ml yang
kemudian segera (< 3 jam) dilakukan
pemeriksaan dipstick di Laboratorium
METODE Biomedik FKIK UNJA. Seluruh sampel urin
Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan yang di lakukan pemeriksaan secara
selama tiga hari pada tanggal 16-17 makroskopis
september 2020 dan pada tanggal 22 Pemeriksaan dipstik urin dapat digunakan sebagai
september 2020 di SD Negeri 44, Tanjung prediksi dalam penegakan diagnostik berdasarkan
Johor, kecamatan Pelayangan yang
merupakan salah satu sekolah dasar di nilai nitrit dan leukosit esterase. Pada skrining ini
Wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman. ditemukan satu siswa memiliki positif nitrit
Kegiatan ini dalam pelaksanaannya sehingga dapat disimpulkan satu siswa tersebut
melibatkan mahasiswa FKIK Universitas
Jambi kemungkinan mengalami ISK. Namun, seluruh
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan siswa yang mengikuti skrining ini tidak
pengambilan urin midstrim pada anak dengan menunjukkan gejala maka untuk pemberian terapi
dibantu oleh mahasiswa yang dilibatkan
tidak dianjurkan. Pada pengabdian ini selain

89
tampak jernih, warna kuning, tidak terdapat nitrit positif dan tidak ada yang memiliki leukosit
grosss hematuria. Pada pemeriksaan dipstik esterase positif.
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
ditemukan satu
Asymptomatic… siswa yang memberikan hasil

Tabel.1. Pemeriksaan Urin Dipstik

Urinalisis
Frekuensi Persentase %
Dipstik

Nitrit
Positif 1 0,8
Negatif 125 99,2
Leukosit Esterase
Positif 0 0
Negatif 126 100
dilakukan skrining deteksi dini infeksi saluran jumlah air yang diminum dalam sehari masih
kemih secara cepat dan mudah, juga dilakukan kurang.
Penelitian Zincir dkk menyatakan bahwa
pencarian faktor-faktor lain yang dapat anak yang minum air tidak adekuat dan
meningkatkan angka kejadian infeksi saluran memiliki riwayat keluarga menderita infeksi
kemih pada anak usia sekolah melalui wawancara saluran kemih memiliki prevalensi tinggi
terhadap kejadian infeksi saluran kemih,
quisioner. selain dari pada itu kebiasaan mencuci
tangan setelah dari toilet dan mencuci daerah
genitalia memiliki hubungan yang bermakna
Sebagian besar siswa telah dilakukan
terhadap kejadian infeksi saluran kemih. 2
sirkumsisi yaitu sebanyak 90 siswa (71.4%),
Penelitian lainnya mendapatkan bahwa
serta terbiasa membersihkan area genitalia
minum yang tidak adekuat dapat
setelah buang air kecil dan mencuci tangan

Tabel 2. Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih

Faktor resiko Frekuensi Persentase %

Status Sirkumsisi
Post Sirkumsisi 90 71,4 Pre Sirkumsisi 36 28,6

Menahan BAK
Ya 56 44,4
Tidak 70 55,6
Membersihkan
Genitalia
Ya 108 85,7
Tidak 18 14,3
Cuci Tangan
Ya 108 85,7
Tidak 18 14,3
Minum Air
< 8 gelas 84 66,7
≥ 8 gelas 42 33,3
(108 siswa / 85.7%). Namun, sebagian besar mengakibatkan infeksi saluran kemih
siswa memiliki kebiasaan kurang baik yaitu sebanyak 34.6%. 6 Pada skrining ini
ditemukan kebiasaan minum yang tidak

90
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
Asymptomatic…

adekuat sebanyak 66.7%, oleh karena itu merupakan mayoritas muslim, sehingga
minum air yang cukup merupakan kebiasaan sebagian besar siswa di daerah ini telah
yang perlu di edukasi kepada siswa agar dilakukan sirkumsisi.
kebutuhan minum air per hari nya tercukupi.
Hieginitas personal seperti kebiasaan
mencuci area genitalia dan mencuci tangan KESIMPULAN
merupakan Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah
satu jenis infeksi yang sering terjadi pada
anak. Penegakan diagnosis yang tepat,
REFERENSI melalui skrining cepat dengan dipstick urin
kebiasaan yang telah cukup baik dilakukan dapat membantu dalam deteksi dini infeksi
sebagian besar siswa (85.7%) dan perlu saluran kemih. Dari kegiatan ini, dapat
dipertahankan. disimpulkan bahwa angka kejadian
Kavitha J, dkk dalam penelitian prospektif kemungkinan ISK pada anak-anak sekolah di
mendapatkan tidak dilakukan sirkumsisi Tanjung Johor, Jambi sangat kecil (0,8 %).
merupakan salah satu faktor yang Hal ini mungkin didukung oleh sirkumsisi
menyebabkan terjadinya infeksi saluran dan kebiasaan hieginitas personal yang baik.
kemih sebanyak 86.7%. 6 Jambi, terutama
daerah lokasi skrinning ini masyarakatnya
1. Habib, S., 2012. Highlights for management of a child with a urinary tract infection. International journal of pediatrics,
2012.
2. Zincir, H., Erten, Z.K., Özkan, F., Seviğ, Ü., Başer, M. and Elmalı, F., 2012. Prevalence of urinary tract infections and its risk
factors in elementary school students. Urologia internationalis, 88(2), pp.194-197.
3. Robinson, J.L., Finlay, J.C., Lang, M.E., Bortolussi, R., Canadian Paediatric Society, Community Paediatrics Committee and
Infectious Diseases and Immunization Committee, 2014. Urinary tract infection in infants and children: Diagnosis and
management. Paediatrics & child health, 19(6), pp.315-319.
4. Esteghamati, M., Mousavi, S.E. and Alizadeh, S.H., 2019. Risk factors of pediatric urinary tract infections: an epidemiologic
study. International Journal of Contemporary Pediatrics, 6(1), p.204.
5. Leung, A.K., Kao, C.P. and Robson, W.L.M., 2005. Urinary tract infection due to Salmonella stanleyville in an otherwise
healthy child. Journal of the National Medical Association, 97(2), p.281.
6. Kavitha, J., Aravind, M.A., Jayachandran, G. and Priya, S., 2017. Risk factors for urinary tract infection in pediatric patients.
Int J Contemp Pediatr, 5(1), pp.184-189

91

Anda mungkin juga menyukai