Asuhan Keperawatan Pada Anak "A" Dengan Isk (Infeksi Saluran Kemih) Di Rs Paru Respira Yogyakarta
Asuhan Keperawatan Pada Anak "A" Dengan Isk (Infeksi Saluran Kemih) Di Rs Paru Respira Yogyakarta
Disusun Oleh :
2. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti : usia, gender, prevalensi bakteriuria,dan
factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Berikut
menurut jenis mikroorganisme dan usia :
a. Jenis – jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK,antara lain :
1) Escherichia Coli : 90 % Penyebab ISK uncomplicated (simple )
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, Staphylococcus Epidemidis, Enterococci,dll.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan kandung kemih yang
kurang efektif.
2) Mobilitas menurun.
3) Nutrisi yang kurang baik.
4) Sistem imun menurun.
5) Hilang efek bakterisid dari sekresi prostat.
3. Anatomi
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua ureter,
yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai
reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari kandung kemih keluar
tubuh sewaktu berkemih. Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung
lebih dari 1 juta nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan
satu ginjal pun sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah
jantung atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira sebesar
kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal kanan terletak
lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk kacang, dan
permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan keluarnya
sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan ureter. Panjang ureter
sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding posterior abdomen di
belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan menembus dinding posterior
kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam kandung kemih ini penting karena
bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan menutup ujung distal ureter itu dan
mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter. Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi
sebagian, kandung kemih ini terletak di dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka
kandung kemih ini mungkin teraba di atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung
kemih. Periteneum ini membentuk beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ
di dekatnya, seperti kantong rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita.
Diantara uterus dan rektum terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai
system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan berjalan
turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter internal dan
external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah volunter kecuali
pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.
4. Patofisiologi
10.
Peningkatan Iritasi uretral Menekan
11.
frekuensi/dorongan thermoregular
kontraksi uretral.
oliguria HIPERTERMI
Depresi syaraf perifer
GANGGUAN
NYERI
ELIMINASI URINE
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma, sperma
dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk
pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman pada
daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat
yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika
urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang, menyebabkan
urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme
adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria
tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung
glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh
darah ) di ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman
menjadi lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh saluran
kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan
disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine
statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan urine ke
pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena adanya
lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas lapisan
vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme
pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine, dimana secara normal
mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir urethra).
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal 218)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau puria : merupakan salah satu bentuk adanya ISK. Leukosuria positif bila
terdapat lebih dari 5 leukosit/ lapang pandang besar (LBP) sediment air kemih.
2) Hematuria : Hematuria positif bila 5 – 10 eritrosit/ LBP sediment air kemih. Hematuria
disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerolus ataupun
urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC ( tes esterase leukosit ) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif : maka pasien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal
menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organime menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonnorrhoeae, herpes simplek)
3) Tes - tes tambahan : Urogram Intravena (UIV), Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostat. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses
reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
a. Pyelonefritis Infeksi
yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.
b. Gagal Ginjal
c. Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan
tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
ASUHAN KEPERAWATAN
B. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Status
Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk Rumah Sakit.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama: Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau
rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak
enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya
sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien
mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra
sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik.
Dan biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala,
malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang
2. Mata keadaan mata penderita ISK biasanya normal. Mata simetris, tidak
udema di sekita mata, sklera tidak ikterik, konjugtiva anemis,
pandangan tidak kabur.
3. Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan ,tidak ada secret, hidung
bersih
4. Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun teling normal,
tidak terdapat serumenm,keberihan telinga baik.
8. Abdomen I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang di tandai dengan
perut buncit, tidak ada pembuluh darah yang menonjol pada
abdomen, tidak ada selulit.
Pa : ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah akibat penekanan
oleh infeksi
Pe : bunyi yang di hasilkan timpani
Au : bising usus terdengar
9. Ekstremitas kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik, dapat melakukan
pergerakan sesuai perintah, tidak ada nyeri tekan atau lepas pada
ekstermitas, tidak ada bunyi krepitus pasa ekstermitas
5. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau pengobatan
antara lain adalah :
a. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :
Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll.
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif ditandai dengan mual, muntah.
2. Hipertermia b/d peningkatan metabolisme akibat bakteri berkembang pada kandung kemih..
3. Nyeri akut b/d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih, dan stuktur traktus urinarius.
4. Retensi urie b/d peningkatan tekanan ureter, sumbatan pada kandung kemih.
5. Gangguan eliminasi urine b/d obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun stuktur traktus
urinarius.
6. Resiko infeksi b/d port de entry kuman.
7. Defisiensi pengetahuan b/d kurang sumber informasi tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan.
D. Intervensi Keperawatan.
NO NANDA NOC NIC
1. Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi : penurunan cairan Fluid balance Fluid Management
intravaskuler, interstisial, Hydration Pertahankan
atau intraseluler, ini intake catatan intake dan
mengacu pada dehidrasi, Nutritional status: food output yang akurat.
kehilangan cairan saat and fluid. Monitor status
tanpa perubahan pada Kriteria Hasil dehidrasi
natrium. Mempertahankan urine (kelembaban
Batasan karakteristik : output sesuai dengan membran mukosa,
Perubahan status mental usia dan BB,BJ urine nadi adekuat
Penurunan tekanan normal, HT normal. tekanan darah
darah. Tekanan darah, nadi, ortostatik)jika
Penurunan tekanan suhu tubuh dalam batas diperlukan.
nadi. normal. Monitor vital sign.
Penurunan volume nadi. Tidak ada tanda –tanda Monitor masukan
Kulit kering. dehidrasi. makanan / cairan
Kelemahan. Elastisitas turgor kulit dan hitung intake
Penurunan turgor kulit. baik, membran mukosa kalori harian.
Faktor yang lembab, tidak ada rasa Kolaborasi dalam
berhubungan haus yang berlebihan. pemberian cairan
Kehilangan cairan aktif iv.
Kegagalan mekanisme Monitor status
regulasi. nutrisi.
Dorongan masukan
oral.
Berikan
penggantian
nasogatrik sesuai
output.
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan.
Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
Monitor berat
badan
V. RIWAYAT KELUARGA
a. Genogram
X X
Keterangan :
: Ayah pasien
: Pasien
: Perempuan
: Laki-laki
X : Meninggal
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit Hipertensi, DM,
Stoke, Jantung ataupun pennyakit lainnya.
Panjang Badan : 89 cm
Lingkar Kepala : 46 cm
Lingkar dada : 54 cm
Lingkar Perut : 54 cm
d. Tanda-tanda vital :
Denyut nadi : 155x / menit
Suhu :39oC
Pernapasan : 28 x/ menit
e. Kepala :
Kepala tampak bersih, bentuk kepala normal mesochepal, tidak ada luka, tidak ada
bekas jahitan, rambut tumbuh sedikit. Tidak terdapat pembengkakaan kelenjar lymfe
f. Mata :
Bentuk simetris kanan dan kiri, terlihat sklera pasien tidak ikterik, konjungtiva anemis,
penglihatan bagus.
g. Hidung :
Hidung tampak simetris, tidak terdapat secret , tidak ada luka.
h. Mulut :
Mukosa bibir lembab, kemerahan, tidak berbau, gigi susu seri mulai ada caries, gusi dan
palatum tidak ada lesi.
i. Telinga :
Telinga kanan dan kiri simetris, tampak bersih, tidak ada luka, lubang telinga bersih,
tidak terdapat nyeri tekan, dan fungsi pendengaran baik.
j. Leher :
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bekas luka. Tidak terdapat
pembengkakaan kelenjar lymfe
k. Tengkuk :
Tidak terdapat kaku kuduk, dan benjolam.
l. Dada:
Jantung :
Inspeksi
Warna kulit tidak pucat, tidak ada bekas luka, ictus cordis terliat pergerakan detak
jantung
Palpasi
Ictus cordis teraba pada intercosta IV garis aksila anterior kiri, tidak ada benjolan
patologis, tidak ada nyeri tekan
Perkusi
Tidak terdapat pembesaran jantung, saat diperkusi suara pekak di intercosta II garis
midclavikula kiri sampai intercosta V garis midclavikula kiri
Auskultasi
Terdengar suara BJ 1 dan BJ 2 (Lub-Dub) terpisah teratus irama ireguler
Paru-paru : Tidak dilakukan pengkajian
Abdomen :
Inspeksi
Bentuk supel, lingkar perut 29 cm
Auskultasi
Saat diauskultasi terdengar bising usus, terdengar 8 kali permenit
Palpasi
Perut teraba lunak, nyeri tekan perut bawah (suprapubic). Skala nyeri saat di tekan
deng WBC 5.
Perkusi
Bunyi timpani
m. Urogenetalia
Keadaan genitalia tampak normal dan bersih, tidak ada iritasi, jenis kelamin laki –
laki.Tampak bekas luka simkursisi sudah kering, tidak ada tanda infeksi.
n. Ekstremitas Atas Anggota gerak lengkap dari bahu sampai ujung jari, tidak ada
kelainan bentuk tulang, akral teraba hangat dan Ekstremitas Bawah Anggota gerak
lengkap dari pangkal paha sampai ujung jari kaki, tidak ada kelainan, Kaki kanan dan
kiri tampak normal akral teraba panas, terpasang infus pada ekstermitas kanan bawah.
Kulit : Warna kulit tidak pucat, tidak kotor, akral teraba hangat, capillary refil kurang
dari 2 detik.
26
DO :
Rabu, 1 DS :
Desember - Ibu pasien menyatakan anaknya setiap Agen cidera biologis (infeksi)
Nyeri Akut
2021 BAK menangis, sedikit-sedikit, mengeluh
sakit di perut dan dan di tempat pipisnya eni
27
DO :
- Ekspresi wajah tampak meringis menahan
nyeri
- Anak tampak menangis, rewel
DS :
Rabu, 1 - Ibu pasien mengatakan badan anaknya Hipertermi Terjadinya sepsis
Desember demam.
2021 eni
- Ibu pasien menyatakan anaknya demam 5
hari, setiap BAK menangis, sedikit-sedikit,
mengeluh sakit di perut dan dan di tempat
pipisnya
DO :
- Anak tampak menangis, rewel
- Kulit teraba hangat, Acral teraba panas
- Tanda – tanda vital: S = 390C, N =
155x/mnt
28
II. PRIORITAS MASALAH
1. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih :Nanda domain 3, kelas 1, Eliminasi dan Pertukaran, Fungsi
Urinarius
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera biologis (infeksi) :Nanda domain 12, kelas 1, Kenyamanan Fisik
3. Hipertermi berhubungan dengan terjadinya sepsis.:Nanda domain 11, Kelas 6, Keamanan/Perlindungan, Termogulasi
29
III. RENCANA KEPERAWATAN
5 = Tidak Ada
30
2 Rabu, Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Manajemen Nyeri :1400
1-12- dengan agen cedera biologis selama 1x8 jam, nyeri dapat teratasi
2021 (infeksi) :Nanda domain 12, dengan kriteria hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Jam kelas 1, Kenyamanan Fisik komprehensif meliputi lokasi, eni
08:00 NOC: Kontrol Nyeri :1605 karakteristik, awitan dan durasi,
WIB frekuensi, kualitas, intensitas atau
Outcome Diper Diting
keparahan nyeri dan factor
tahan katkan
presipitasinya
kan
2. Observasi isyarat nonverbal
Mengenali kapan
2 3 ketidaknyamanan, khususnya pada
nyeri terjadi
Menggambarkan mereka yang tidak mampu
2 3 berkomunikasi efektif
faktor penyebab
Menggunakan
3. Gali pengetahuan pasien mengenai
tindakan pencegahan 2 3
nyeri
nyeri
Menggunakan 4. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
tindakan nyeri tanpa 2 3 penyebab nyeri, berapa lama akan
analgesik berlangsung.
Melaporkan nyeri
2 3
yang terkontrol 5. Ajarkan prinsip – prinsip manajemen
Melaporkan gejala nyeri
yang tidak terkontrol
2 3 6. Ajarkan penggunaan teknik
pada profesional
kesehatan nonfarmakologi (relaksasi, distraksi,
Keterangan : terapi)
2 = Jarang menunjukkan
3 = Kadang-kadang menunjukkan
4 = Menunjukkan
31
5 = Secara konsisten menunjukkan
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak Ada
3. Rabu, Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC : Pengaturan Suhu :3900
1-12- dengan terjadinya selama 1x8 jam, hipertermi dapat teratasi Manajemen Cairan :4120,
2021 sepsis.:Nanda domain 11, dengan kriteria hasil: Kontrol Infeksi :6545
Jam Kelas 6, eni
08:00 Keamanan/Perlindungan, 1. Monitor tanda – tanda vital
WIB Termogulasi 2. Monitor status hidrasi pasien.
32
NOC : Termogulasi : 0800 3. Tingkatkan asupan cairan peroral
4. Tingkatkan pemberian intake cairan
Outcome Diperta Diting
dan nutrisi dengan tepat.
hankan katkan
5. Berikan terapi IV dengan tepat, seperti
Hipertermi 3 4
yang ditentukan.
Peningkatan suhu
3 4 6. Ajarkan dan anjurkan teknik cuci
kulit
Melaporkan tangan yang tepat
3 4 7. Batasi pengunjung
kenyamanan suhu
Denyut nadi 8. Anjurkan keluarga pasien sesering
3 4
apikal mungkin memberikan minum air putih
Tingkat hangat
3 4
pernafasan 9. Jelaskan kepada keluarga dan pasien
Keterangan : tentang tanda gejala infeksi saluran
kemih dan kapan harus melaporkan
1 = Berat
kepenyedia perawatan kesehatan
2 = Cukup berat 10. Kolaborasi pemberian antipiretik, dan
antibiotic yang tepat
3 = Sedang 11. Kolaborasi untuk pemeriksaan angka
leukosit secara berkala
4 = Ringan
5 = Tidak Ada
33
Keterangan :
1 = Berat
2 = Cukup berat
3 = Sedang
4 = Ringan
5 = Tidak Ada
34
IV. IMPLEMENTASI
35
13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv
WIB
(Eni)
Kamis, 08:00
Memonitor tanda – tanda vital
2-12- WIB
Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin Tgl 2-12-2021
2021
memberikan minum air putih hangat Pukul 14.00 WIB
(Eni) S: Ibu pasien mengatakan anaknya saat (Eni)
11:00 Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line berkemih masih anyang – anyangen,
WIB Menganjurkan keluarga dan pasien selalu mencuci tangan
O:Pasien kadang masih tampak rewel dan
(Eni menangis menahan nyeri saat BAK
13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv - BAK 10 kali sehari dan sedikit
WIB - Tanda – tanda vital: S = 380C, RR =
(Eni) 28x/mnt, N = 130x/mnt
(Eni)
36
Jum at, 08:00 Memonitor tanda – tanda vital Tgl 3-12-2021
3-12- WIB Menganjurkan keluarga pasien sesering mungkin
2021 memberikan minum air putih hangat Pukul 14.00 WIB
S: Ibu pasien mengatakan anaknya saat
(Eni)
berkemih anyang – anyangen, sudah (Eni)
Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line
12:30 Menganjurkan keluarga dan pasien selalu mencuci tangan berkurang banyak
WIB
O:Anak sudah tidak rewel
(Eni
- BAK 8 kali sehari dan banyak,warna
13:00 Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv urine jernih
WIB - Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR =
(Eni) 25x/mnt, N = 100x/mnt
(Eni)
37
2 Rabu, 08:00 Melakukan reassesmen nyeri secara komprehensif Tgl 1-12-2021
1-12- WIB
2021 Pukul 14.00 WIB
S:
(Eni) (Eni)
- Ibu pasien mengatakan anak masih
09:00 Mengobservasi non verbal terhadap ketidaknyamanan sedikit nyeri pada bagian bawah perut.
WIB
- P : Saat buang air kecil
Q : Nyeri hilang timbul
(Eni) R : Perut bagian suprapubic
09:30
Menggali pengetahuan ibu pasien dan pasien mengenai nyeri S : Skala nyeri 4 (empat )
WIB
Memberikan informasi kepada ibu pasien tentang nyeri, T : 1-2 menit
seperti penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung O:
(Eni)
(Eni)
38
3 Rabu, 08:00 Tgl 1-12-2021
1-12- WIB Memonitor tanda – tanda vital
2021 Pukul 15.00 WIB
(Eni) 130x/mnt
09:00
WIB Mengganti cairan infus, dan memonitor terapi IV line - Hasil pemeriksaan laboratorium darah
Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin
rutin tgl 1-12-2021, Leukosit : 25,22
Menganjurkan keluarga pasien memberikan minum air putih
hangat - Hasil pemeriksaan laboratorium urin
analisa: darah samar +2, keton +1,
09:30 . (Eni)
WIB Mengambil sampel urine untuk pemeriksaan urin analisa leukosit +2, warna agak keruh
Membatasi jumlah pengunjung
A: Masalah hiperteri teratasi sebagian
(Eni)
13:00 P: Lanjutkan intervensi
WIB Memberikan paracetamol 150 mg / iv
Memberikan injeksi ampicillin 450 mg /iv
(Eni)
(Eni)
39
V. EVALUASI
- BAK 8 kali sehari dan banyak dan tidak menetes,warna urine jernih
- Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR = 25x/mnt, N = 100x/mnt
2 Tgl 1-12-2021 Pukul S : Ibu pasien mengatakan anak masih sedikit nyeri pada bagian bawah perut.
14.00 (Eni)
- P : Saat buang air kecil
WIB
Q : Nyeri hilang timbul
R : Perut bagian suprapubic
S : Skala nyeri 4 (empat )
T : 1-2 menit
O: - Pasien hanya kadang – kadang menangis menahan nyeri, sambal memegangi bagian bawah
perut
- Tanda – tanda vital: S = 37,50C, RR = 25x/mnt, N = 100x/mnt
- Expresi wajah tampak sedikit lebih rilex
40
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
- Lakukan reassesmen nyeri secara komprehensif
- Pantau TTV perjam
- Pantau kondisi umum pasien
- Monitor tingkat nyeri pasien
3 Tgl 1-12-2021 Pukul S: - Ibu pasien mengatakan anak sudah turun demamnya.
15.00 - Ibu pasien menyatakan anaknya kadang masih anyang – anyangen saat BAK (Eni)
WIB
O: - Kulit teraba hangat,
- Tanda – tanda vital: S = 380C, N = 130x/mnt
41
BAB III
ANALISIS JURNAL
SCREENING ASYMPTOMATIC daily habit such as washing genital area after miction (108
/ 85.7%) and hand washing (108/85.7%).
URINARY TRACT INFECTION IN
BOYS SCHOOL AGE IN Conclusion: the number of UTI cases in this study was
TANJUNG JOHOR, very small, most of sample were underwent circumcision
PELAYANGAN, JAMBI and they have good daily habit.
88
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
Asymptomatic…
sekolah yang kurang bersih, kebiasaan hidup dalam kegiatan ini. Setelah dilakukan
bersih yang buruk, kebiasaan mencuci area pengambilan urin maka dilakukan
perineum dan genital yang salah, cairan yang pemeriksaan dipstick urin di laboratorium
masuk tidak adekuat. 2 Biomedik FKIK Universitas Jambi. Selain
Gambaran klinis infeksi saluran kemih pada pemeriksaan urin dipstick, juga dilakukan
anak dapat biasanya bersifat tidak spesifik penilaian mengenai faktor-faktor yang dapat
khususnya pada anak usia muda.3 Oleh karena meningkatkan resiko terjadinya infeksi
itu diagnosis sulit dan sering terlambat saluran kemih seperti sirkumsisi, kebiasaan
ditegakkan. Keterlambatan dalam menahan buang air kecil, kebiasaan kurang
menegakkan diagnosis dapat mengakibatkan suka minum air putih, kebiasaan mengenai
terjadinya renal scaring sedangkan kebersihan area genitalia setelah buang air
berlebihan dalam mendiagnosis kecil dan buang air besar.
menyebabkan anak akan menjalani paparan
radiasi, pengobatan, dan peningkatan biaya.4
Pemeriksaan skrining infeksi saluran kemih HASIL DAN DISKUSI
dapat dilakukan dengan urin dipstick yang Jumlah siswa laki-laki di sekolah tersebut 161
merupakan pemeriksaan cepat, murah dan siswa, namun yang bersedia ikut serta dalam
aman. 5 Leukosit esterase, nitrit, dan pengabdian ini sebanyak 126 siswa laki-laki.
pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan Adapun sebaran sampel usia siswa dari kelas
secara bersamaan memiliki sensitivitas 99% 1 hingga kelas 6 SD yaitu berkisar dari 6
sedangkan pemeriksaan nitrit memiliki tahun – 12 tahun, dengan rerata usia 8,3
spesifitas 98% dalam mendiagnosis infeksi tahun.
saluran kemih. 3 Mengingat pentingnya Pemeriksaan urin dipstick dengan melakukan
diagnosis segera dan skrining ISK, maka penilaian Nitrit dan leukosit esterase sebagai
tujuan pegabdian dan penelitian ini adalah penanda infeksi saluran kemih dilakukan
untuk skrining dan identifikasi infeksi saluran pada semua sampel urin yang terkumpul.
kemih pada anak laki-laki usia sekolah Tiap anak memberikan sampel urin
menggunakan pemeriksaan dipstik. midstreamnya minimal sebanyak 5 ml yang
kemudian segera (< 3 jam) dilakukan
pemeriksaan dipstick di Laboratorium
METODE Biomedik FKIK UNJA. Seluruh sampel urin
Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan yang di lakukan pemeriksaan secara
selama tiga hari pada tanggal 16-17 makroskopis
september 2020 dan pada tanggal 22 Pemeriksaan dipstik urin dapat digunakan sebagai
september 2020 di SD Negeri 44, Tanjung prediksi dalam penegakan diagnostik berdasarkan
Johor, kecamatan Pelayangan yang
merupakan salah satu sekolah dasar di nilai nitrit dan leukosit esterase. Pada skrining ini
Wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman. ditemukan satu siswa memiliki positif nitrit
Kegiatan ini dalam pelaksanaannya sehingga dapat disimpulkan satu siswa tersebut
melibatkan mahasiswa FKIK Universitas
Jambi kemungkinan mengalami ISK. Namun, seluruh
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan siswa yang mengikuti skrining ini tidak
pengambilan urin midstrim pada anak dengan menunjukkan gejala maka untuk pemberian terapi
dibantu oleh mahasiswa yang dilibatkan
tidak dianjurkan. Pada pengabdian ini selain
89
tampak jernih, warna kuning, tidak terdapat nitrit positif dan tidak ada yang memiliki leukosit
grosss hematuria. Pada pemeriksaan dipstik esterase positif.
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
ditemukan satu
Asymptomatic… siswa yang memberikan hasil
Urinalisis
Frekuensi Persentase %
Dipstik
Nitrit
Positif 1 0,8
Negatif 125 99,2
Leukosit Esterase
Positif 0 0
Negatif 126 100
dilakukan skrining deteksi dini infeksi saluran jumlah air yang diminum dalam sehari masih
kemih secara cepat dan mudah, juga dilakukan kurang.
Penelitian Zincir dkk menyatakan bahwa
pencarian faktor-faktor lain yang dapat anak yang minum air tidak adekuat dan
meningkatkan angka kejadian infeksi saluran memiliki riwayat keluarga menderita infeksi
kemih pada anak usia sekolah melalui wawancara saluran kemih memiliki prevalensi tinggi
terhadap kejadian infeksi saluran kemih,
quisioner. selain dari pada itu kebiasaan mencuci
tangan setelah dari toilet dan mencuci daerah
genitalia memiliki hubungan yang bermakna
Sebagian besar siswa telah dilakukan
terhadap kejadian infeksi saluran kemih. 2
sirkumsisi yaitu sebanyak 90 siswa (71.4%),
Penelitian lainnya mendapatkan bahwa
serta terbiasa membersihkan area genitalia
minum yang tidak adekuat dapat
setelah buang air kecil dan mencuci tangan
Status Sirkumsisi
Post Sirkumsisi 90 71,4 Pre Sirkumsisi 36 28,6
Menahan BAK
Ya 56 44,4
Tidak 70 55,6
Membersihkan
Genitalia
Ya 108 85,7
Tidak 18 14,3
Cuci Tangan
Ya 108 85,7
Tidak 18 14,3
Minum Air
< 8 gelas 84 66,7
≥ 8 gelas 42 33,3
(108 siswa / 85.7%). Namun, sebagian besar mengakibatkan infeksi saluran kemih
siswa memiliki kebiasaan kurang baik yaitu sebanyak 34.6%. 6 Pada skrining ini
ditemukan kebiasaan minum yang tidak
90
MEDIC, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2020, Hal: 86-90 Hasna Dewi , dkk. Screening
Asymptomatic…
adekuat sebanyak 66.7%, oleh karena itu merupakan mayoritas muslim, sehingga
minum air yang cukup merupakan kebiasaan sebagian besar siswa di daerah ini telah
yang perlu di edukasi kepada siswa agar dilakukan sirkumsisi.
kebutuhan minum air per hari nya tercukupi.
Hieginitas personal seperti kebiasaan
mencuci area genitalia dan mencuci tangan KESIMPULAN
merupakan Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah
satu jenis infeksi yang sering terjadi pada
anak. Penegakan diagnosis yang tepat,
REFERENSI melalui skrining cepat dengan dipstick urin
kebiasaan yang telah cukup baik dilakukan dapat membantu dalam deteksi dini infeksi
sebagian besar siswa (85.7%) dan perlu saluran kemih. Dari kegiatan ini, dapat
dipertahankan. disimpulkan bahwa angka kejadian
Kavitha J, dkk dalam penelitian prospektif kemungkinan ISK pada anak-anak sekolah di
mendapatkan tidak dilakukan sirkumsisi Tanjung Johor, Jambi sangat kecil (0,8 %).
merupakan salah satu faktor yang Hal ini mungkin didukung oleh sirkumsisi
menyebabkan terjadinya infeksi saluran dan kebiasaan hieginitas personal yang baik.
kemih sebanyak 86.7%. 6 Jambi, terutama
daerah lokasi skrinning ini masyarakatnya
1. Habib, S., 2012. Highlights for management of a child with a urinary tract infection. International journal of pediatrics,
2012.
2. Zincir, H., Erten, Z.K., Özkan, F., Seviğ, Ü., Başer, M. and Elmalı, F., 2012. Prevalence of urinary tract infections and its risk
factors in elementary school students. Urologia internationalis, 88(2), pp.194-197.
3. Robinson, J.L., Finlay, J.C., Lang, M.E., Bortolussi, R., Canadian Paediatric Society, Community Paediatrics Committee and
Infectious Diseases and Immunization Committee, 2014. Urinary tract infection in infants and children: Diagnosis and
management. Paediatrics & child health, 19(6), pp.315-319.
4. Esteghamati, M., Mousavi, S.E. and Alizadeh, S.H., 2019. Risk factors of pediatric urinary tract infections: an epidemiologic
study. International Journal of Contemporary Pediatrics, 6(1), p.204.
5. Leung, A.K., Kao, C.P. and Robson, W.L.M., 2005. Urinary tract infection due to Salmonella stanleyville in an otherwise
healthy child. Journal of the National Medical Association, 97(2), p.281.
6. Kavitha, J., Aravind, M.A., Jayachandran, G. and Priya, S., 2017. Risk factors for urinary tract infection in pediatric patients.
Int J Contemp Pediatr, 5(1), pp.184-189
91