Sebuah studi prospektif tentang TransmisiOrganisme Multidrug-Resistant
(MDRO) antara lokasi lingkungan dan pasien rawat inap - studi TransFER
Abstrak Tujuan Lingkungan rumah sakit sering terkontaminasi oleh mikroorganisme. Namun, mekanisme penyebab kontaminasi bakteri pada lingkungan sebagai sumber penularan masih diperdebatkan. Penelitian prospektif ini dilakukan untuk mengkarakterisasi sifat transmisi Organisme Multidrug-Resistant (MDRO) antara lingkungan dan pasien yang menggunakan teknik mikrobiologi dan molekuler standar. Setting Studi kohort prospektif di 2 pusat akademikmedis. Desain Sebuah studi multisenter prospektif untuk mengkarakterisasi sifat transfer bakteri antara pasien dan lingkungan pada kamar perawatan yang sebelumnya menampung pasien dengan 1 dari 4 'penanda' MDRO: Staphylococcus aureus resisten methicillin, enterococcus resisten vancomycin, Clostridium difficile, dan Acinetobacter baumannii MDR. Sampel mikrobiologi pasien dan lingkungan diperoleh saat masuk ke ruang rawat inap yang baru didisinfeksi. Pengulangan pengambilan sampel dari permukaan kamar dan pasien diambil pada hari ke 3 dan 7 dan diulang setiap minggu saat pasien dirawat di ruangan yang sama. Identitas bakteri, kepekaan antibiotik, dan sekuens molekuler dibandingkan antara organisme yang ditemukan dalam sampel lingkungan dan sampel dari pasien. Hasil Kami mengikutkan 80 pasien yang dirawat di ruangan; 9 dari pasien ini (11,3%) secara asimtomatik terinfeksi MDRO pada saat mulai studi. Permukaanruangan rumah sakit terkontaminasi oleh MDRO meskipun telah dilakukan disinfeksi terminal pada 44 kasus (55%). Peristiwa Transfer Bakteri Mikrobiologis pada pasien, lingkungan, atau keduanya terjadi pada 12 pasien (18,5%) dari kohort yang dapat dievaluasi secara mikrobiologis. Kesimpulan Peristiwa Transfer Bakteri secara Mikrobiologis antara pasien dan lingkungan diamati pada 18,5% dari pasien dan terjadi pada awal perawatan. Penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian tentang metode pencegahan di luar praktek standar disinfeksi kamar pada akhir masa inap pasien diperlukan untuk secara lebih baik dalam mencegah transmisi MDRO melalui lingkungan.
Pendahuluan Permukaan ruangan lingkungan rumah sakit sering terkontaminasi oleh mikroorganisme.1 Ketika terkontaminasi, permukaan seperti itu dapat berpotensi bertindak sebagai vektor untuk transmisi bakteri yang dapat menyebabkan infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan (healthcare associated infections/HAI).2Meskipun permukaan yang terkontaminasi telah dihipotesiskan untuk memainkan peran penting dalam jalur kausal HAI, sifat, arah, persistensi, dan kuantitas transfer bakteri antara permukaan ruangan rumah sakit dan pasien masih kurang dipahami. Namun demikian, konsep kontaminasi bakteri lingkungan sebagai sumber penularan masih diperdebatkan. Kekurangan pada penelitian sebelumnya meliputi (1) studi yang terjadi selama keadaan wabah, (2) desain studi yang kurang optimal,3 dan (3) kurangnya epidemiologi molekuler untuk menunjukkan korelasi antara isolat dari lingkungan dan dari pasien. Namun, kelompok kami baru-baru ini melaporkan hasil dari percobaan multisenter acak terkontrol besar pada intervensi untuk memperbaiki praktik disinfeksi. Meskipun penelitian kami hanya berfokus pada strategi yang memperbaiki disinfeksi ruang terminal, hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan bertanggung jawab untuk setidaknya 10% - 30% dari akuisisi MDRO. Oleh karena itu, kami melakukan penelitian multisenter prospektif ini sebagai substudi dari percobaan besar kami untuk mengkarakterisasi sifat transmisi MDRO antara lingkungan dan pasien menggunakan kombinasi teknik mikrobiologi dan molekuler standar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah, kapan, dan dalamarah apa, patogen penting secara epidemiologis berpindah antara pasien dan permukaan ruangan di dalam kamar rumah sakit. Metode Kami melakukan penelitian kohort prospektif di 2 rumah sakit: Duke University Hospital (pusat perawatan medis tersier dengan 921 tempat tidur di Durham, North Carolina) dan Duke Regional Hospital (rumah sakit komunitas dengan 250 tempat tidur di Durham, North Carolina). Penelitian ini dirancang untuk mengkarakterisasi profil awal dan temporalmikroorganisme pada permukaan ruang perawatan penyakit akut dan pada pasien yang dirawat di kamar yang baru didisinfeksi. Kami berusaha untuk mengkarakterisasi sifat dari peristiwa transfer bakteri antara pasien dan permukaan ruangan menggunakan 4 'penanda' MDRO: Staphylococcusaureusresistenmethicillin(MRSA),enterococci resisten vancomycin (VRE), Clostridium difficile, dan multidrug-resistant (MDR) Acinetobacterbaumannii.Organisme ini dipilih karena pentingnya mereka sebagai patogen dalam HAI dan kecenderungan mereka untuk mengkontaminasi dan bertahan pada permukaan ruangan rumah sakit.2 Penelitian ini disetujui oleh Dewan Peninjau Sistem Kesehatan Universitas Duke University dan terdaftar di ClinicalTrials.gov (penelitian no. NCT01803100). Selain itu, penelitian ini dilakukan di rumah sakit bersamaan dengan studi Disinfeksi BETR (penelitian no. NCT01579370),4 yang merupakanpenelitian multicenter cluster acak terkontrol yang meneliti efikasidalam mengurangi kejadian HAI dengan menggunakan strategi pembersihan terminal yang ditingkatkan. Singkatnya, rumah sakit yang berpartisipasi dilakukan randomisasi untuk melakukan pembersihan semua kamar pasien dengan (1) referensi (desinfektan amonium kuaterner kecuali untuk C. difficile, yang menggunakan cairan pemutih); (2) UV (desinfektan amonium kuaterner dan desinfektan sinar ultraviolet [UV-C] kecuali untuk C. difficile, yang menggunakan pemutih dan UV-C); (3) pemutih saja; atau (4) pemutih dan UV- C. Tiap strategi digunakan di setiap rumah sakit dalam 4 periode 7 bulan berturut- turut secara acak. Dengan demikian, setiap rumah sakit yang berpartisipasi akan menerapkan semua 4 strategi pembersihan selama 6 bulan dengan pencucian selama 1 bulan antara metode pembersihan yang berbeda. Pembersihan rutin dilakukan setiap hari pada kamar pasien yang berlanjut selama penelitian dengan amonium kuaterner untuk semua kamar atau cairan pemutih untuk ruangan yang ditempati pasien dengan infeksi Clostridium difficile (CDI) sesuai dengan praktik standar di rumah sakit yang berpartisipasi. Kami mengikutkan 20 subjek untuk setiap jenis strategi desinfeksi terminal. Pendaftaran subjek Kami secara prospektif mengidentifikasi subjek untuk pendaftaran menggunakan data admisi dan transfer dari rekam medis elektronik sistem kesehatan. Semua pasien yang memenuhi syarat dirawat di kamar yang baru dibersihkan di rumah sakit yang berpartisipasi. Untuk meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi dan mendokumentasikan peristiwa penularan bakteri antara pasien dan lingkungan rumah sakit, petugas penelitian secara khusus mencari (1) pasien yang ditempatkan di kamar yang sebelumnya ditempati oleh pasien yang dilakukan tindakan pencegahan kontak untuk alasan apapun dan (2) pasien dengan antisipasi masa inap di rumah sakit ≥48 jam. Informed consent diperoleh dari semua subjek yang terdaftar dalam penelitian ini. Pasien dieksklusikan jika mereka sudah ditempatkan di ruang yang baru dibersihkan sebelum dilakukan prosedur skrining, sampling awal, atau informed consent. Pengambilan spesimen Personil studi melakukan kunjungan studi untuk mengumpulkan spesimen dari permukaan ruang pasien dan lingkungan pada saat awalstudi (hari 0) dan pada interval yang ditentukan setelahnya (yaitu, hari ke 3 dan 7 dan diulang setiap minggu setelah awal studi). Yang penting, spesimen lingkungan diperoleh pada hari ke-0 setelah desinfeksi terminal tetapi sebelum oasien masuk ke ruangan. Jika memungkinkan, satu set spesimen akhir dikumpulkan dari permukaan kamar dan pasien pada hari kepulangan pasien. Personel penelitian melakukan cuci tangan dan peralatan isolasi kontak sebelum memasuki ruangan dan mengambil spesimen mikrobiologi untuk mengurangi kontaminasi mikroorganisme. Personil penelitian memperoleh 2 swab mikrobiologi dari 4 tempat tubuh (nares, oropharynx, axilla, dan perineum) pada setiap kunjungan studi5,6 dan spesimen feses jika tersedia pada hari kunjungan.7,8 Sampel mikrobiologi juga dikumpulkan dari 7 permukaan dengan frekuensi sentuhan yang tinggi di ruanganpasien yang terdaftar; Permukaan ini meliputi rel tempat tidur, meja tempat tidur, permukaan atas meja terdekat di samping tempat tidur, sandaran tangan kursi, wastafel, dudukan toilet, dan lantai kamar mandi. Setiap area permukaan diambil sampel berulang kali menggunakan 10 plate Rodac individual (5 untuk kultur aerobik dan 5 untuk kultur anaerobik) untuk meningkatkan hasil mikrobiologi dan untuk mengurangi kesalahan sampling.10 Hasil Kami mengidentifikasi 2 hasil utama yang menarik: (1) Pola awal dan pola selanjutnya pada kolonisasi pasien dan kontaminasi permukaan ruangan rumah sakit, dan (2) jumlah peristiwa transfer bakteri yang terbukti secara mikrobiologis dan terbukti secara molekuler antara permukaan ruangan rumah sakit dan pasien. Kami juga mengidentifikasi 2 hasil sekunder yang menarik: (1) arah dan waktu kejadian transfer bakteri dan (2) keterkaitan klonal dari isolat bakteri yang terlibat dalam peristiwa transfer. Kami mendefinisikan peristiwa transfer mikrobiologi bakterial (MBT) sebagai deteksi mikroorganisme dari pasien dan permukaan ruangan dari genus, spesies, dan kepekaan antibiotik yang sama (untuk MRSA dan VRE). Arah kemungkinan transmisi bakteri diperkirakan berdasarkan urutan deteksi. Sebagai contoh, jika suatu organisme ditemukan pada permukaan lingkungan sebelum identifikasi pada spesimen pasien, kami mengkategorikan kejadian MBT sebagai transmisi lingkungan ke pasien. Jika suatu organisme terdeteksi pada spesimen pasien dan lingkungan pada kunjungan studi yang sama, arah MBT didefinisikan sebagai indeterminate. Metode mikrobiologi untuk spesimen yang berasal dari pasien, spesimen dari sampling lingkungan dan analisis molekuler dan pengujian keterkaitan dijelaskan secara rinci dalam lampiran tambahan. Analisis statistik Kami menggunakan statistik deskriptif standar, termasuk median dan rentang interkuartil (IQR) untuk variabel kontinyu terdistribusi tidak normal. Untuk analisis kuantitatif data dari pelat Rodac, hasil kultur dikumpulkan untuk mendapatkan jumlah unit pembentuk koloni (CFU) per lokasi lingkungan, bukan per pelat.10 Hasil Demografi Kami mendaftarkan dan mengumpulkan data dari 80 pertemuan antara ruangan- pasien yang terjadi di 68 kamar bangsal umum; 67 pasien (84%) berkulit putih, dan 54 pasien (68%) adalah perempuan (Tabel 1). Secara kolektif, 79% dari pasien yang terdaftar dirawat oleh 2 layanan medis: yaitu pengobatan umum dan onkologi/hematologi. Median lama rawat di rumah sakit untuk pasien yang terdaftar adalah 4,9 hari. Dari 80 pasien, 15 pasien (18,8%) dipulangkan sebelum kunjungan studi hari ke 3 dan hanya menyediakan spesimen awal (Gambar 1). Sisa 65 pertemuan ruangan-pasien (81,3%) memberikan data awal dan setidaknya 1 pasang spesimen ruangan-pasien pada kunjungan studi berikutnya untuk perbandingan; kelompok ini terdiri dari 65 pasien yang dianggap sebagai kohort yang dievaluasi secara mikrobiologis (ME). Pola awal dan temporal kolonisasi pasien dan kontaminasi permukaan ruangan rumah sakit Secara total, 9 pasien (11,3%) secara asimtomatik dikolonisasi oleh MDRO pada awal penelitian: kolonisasi MRSA diamati pada 6 pertemuan (7,5%), kolonisasi VRE diamati pada 2 pertemuan (2,5% ), dan kolonisasi C. difficile ditemukan dalam 2 pertemuan (2,5%). Yang perlu dicatat, 1 dari pasien ini (1,25%) secara bersamaan dikolonisasi oleh MRSA dan C. difficile. Permukaan ruangan rumah sakit terkontaminasi dengan MDRO meskipun telah dilakukan desinfeksi terminal pada 44 dari 80 kamar pasien (55%) pada saat awal studi. Clostridium difficile terdeteksi di 21 kamar (26,3%); VRE terdeteksi di 18 kamar (22,5%); MRSA terdeteksi di 15 kamar (18,8%); dan MDR Acinetobacter terdeteksi di 9 kamar (11,3%). Kontaminasi dengan beberapa MDRO diamati di 19 (23,8%) kamar; 2 MDRO diidentifikasi di 17 kamar (21,3%), dan 3 MDRO (2,5%) diidentifikasi dalam 2 kamar. Beban biologis dari MDRO pada permukaan rumah sakit yang diuji pada umumnya rendah pada saat awal studi (median, 6 CFU MDRO/cm 2; kisaran interkuartil [IQR], 2-16 CFU/cm2). Beban biologis juga sama rendahnya terlepas dari organisme yang terdeteksi (Tabel 2). Peristiwa transfer bakterial Kami mendeteksi 12 peristiwa transfer mikrobiologi bakterial (MBT) (18,5%) di antara 65 pasien kohort ME, yaitu 2 (16%) terkait dengan MRSA, 5 (42%) terkait dengan VRE, dan 5 (42) %) terkait dengan C. difficile (Tabel 3). Kami mengelompokkan kejadian 12 MBT ini ke dalam 3 kategori berdasarkan kemungkinan transfer bakteri (Tabel 3): 4 kejadian MBT (33%) terjadi dari pasien ke lingkungan; 4 kejadian (33%) terjadi dari lingkungan ke pasien; dan dalam 2 peristiwa transfer lingkungan-ke-pasien (50%) tersebut, organisme yang serupa secara molekuler terdeteksi pada permukaan kamar rumah sakit pada awal studi. Dua peristiwa MBT lingkungan-ke-pasien yang nyata lainnya melibatkan organisme yang berbeda secara molekuler dari genus dan spesies yang sama. Yang perlu dicatat, peristiwa 4 MBT (33%) adalah arah yang tidak dapat ditentukan karena organisme penanda terdeteksi pada pasien dan lingkungan pada kunjungan setelah awal studi yang sama. Kami berusaha untuk melakukan pengujian keterkaitan molekuler pada pasien dan isolat lingkungan yang diperoleh dari kejadian 12 MBT ini; namun, 3 isolat VRE yang berasal dari pasien gagal untuk dilakukan amplifikasi meskipun sudah dilakukan berulang kali. Dengan demikian, data keterkaitan klonal lengkap hanya tersedia untuk 9 (75%) dari 12 kejadian MBT (Tabel 3). Sekuensing molekuler isolat yang ditangkap dalam kejadian MBT menunjukkan bahwa transmisi MDRO sering melibatkan isolat-isolat yang terkait secara molekuler maupun tidak sama secara molekuler dari organisme yang sama. Misalnya, 3 kejadian MBT (33%) melibatkan isolat-isolat yang berbeda secara molekuler (yaitu, bukan kejadian transmisi yang sebenarnya), dan 4 kejadian MBT lainnya (44%) melibatkan kombinasi isolat-isolat yang terkait secara molekuler maupun tidak sama secara molekuler. Hanya 2 kejadian MBT (22%) yang melibatkan isolat yang sangat terkait secara molekuler. Selain itu, 4 pulsotype MRSA yang berbeda diidentifikasi dalam kejadian 2 MBT. Tak satu pun dari pulsotype yang cocok dengan tipe MRSA kontrol yang diuji (yaitu, USA 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 1000, atau 1100). Dalam 1 kejadian MBT pasien-ke-lingkungan, isolat lingkungan identik dengan isolat yang bersal dari pasien dan semua isolat milik pulsotype grup III. Pada set isolat pasien-lingkungan yang kedua, di mana arah MBT diklasifikasikan sebagai indeterminate, isolat pasien termasuk dalam MRSA pulsogroup I dan dicocokkan dengan 8 isolat lingkungan. Menariknya, 4 jenis MRSA lainnya juga ditemukan di lingkungan, termasuk 2 kelompok pulsotype berbeda lainnya (kelompok MRSA II dan IV) dan 2 isolat tunggal MRSA (yaitu , tanpa pasangan molekuler). Lima peristiwa MBT terkait dengan VRE (Tabel 3); 1 peristiwa terjadi dari pasien ke lingkungan, 1 peristiwa terjadi dari lingkungan ke pasien, dan 3 peristiwa lainnya tidak dapat ditentukan. Sementara 7 isolat pasien yang tersedia, hanya menghasilkan 2 pola PFGE yang dapat diinterpretasi, dan 91 isolat lingkungan menghasilkan 58 pola PFGE. Di antara semua isolat yang dianalisis, 4 isolat adalah pulsotipe PFGE mayor dari VRE dengan setidaknya 2 isolat dengan > 80% kesamaan, tetapi 14 isolat tunggal diidentifikasi. Selanjutnya, pulsotype VRE tidak dibagi antara set pasien-lingkungan yang berbeda. Untuk C. difficile, kami mengidentifikasi 5 peristiwa MBT yang terkait dengan C. difficile; mereka menghasilkan pola ribotype yang dapat diinterpretasi dari 8 isolat pasien dan 23 isolat lingkungan. Tiga kejadian MBT melibatkan isolat yang berhubungan secara molekuler: 2 kejadian disebabkan oleh transfer lingkungan ke pasien dan 1 kejadian adalah karena transfer pasien ke lingkungan. Dua kejadian MBT melibatkan isolat C. difficile yang berbeda secara molekuler (yaitu, bukan transmisi yang sebenarnya). Isolat C. difficile lingkungan juga menunjukkan variabilitas yang paling besar dalam pola ribotipe. Semua set pasien - lingkungan meliputi isolat lingkungan yang memiliki pola ribotipe yang berbeda dari isolat pasien. Dari 12 kejadian MBT, analisis time-to-event menunjukkan bahwa 80% dari transmisi yang didokumentasikan, terlepas dari arahnya, terjadi dalam 3 hari sejak mengidentifikasi target MDRO dari setiap pasien atau lokasi lingkungan (Gambar 2). Contoh spesifik peristiwa penularan bakteri Beberapa MBT yang diamati bersifat kompleks dan layak mendapatkan narasi khusus di luar informasi statistik agregat. Pasien ke lingkungan Pasien A dikolonisasi dengan MRSA di orofaring dan perineum pada saat awal studi. Pada kunjungan studi awal yang sama, tidak ada permukaan lingkungan di kamar pasien yang terkontaminasi dengan MDRO. Pada hari studi 3, MRSA di orofaring kembali terdeteksi. Selain itu, MRSA dengan pulsotype PFGE yang identik juga terdeteksi dari sampel lingkungan yang diperoleh dari rel tempat tidur. Pasien ini tidak memiliki HAI yang terdokumentasi dengan MRSA. Pasien B tidak memiliki kolonisasi MDRO pada saat awal studi. Sampel pendaftaran dari lingkungan yang baru dibersihkan menunjukkan C. difficile pada permukaan lantai kamar mandi. Pada hari ke 3, C. difficile yang sama masih terdeteksi di lantai kamar mandi. Anehnya, pasien secara asimptomatik dikolonisasi dengan strain C. difficile kedua dan berbeda pada kunjungan studi yang sama pada hari ke 3 (strain B). Pasien B mengalami gejala CDI pada hari ke 7, dan strain kedua C. difficile terdeteksi pada spesimen feses. Selanjutnya, kami menemukan bukti kontaminasi lingkungan dengan strain kedua C. difficile pada lengan kursi dan di wastafel ruang pasien, masing-masing pada 7 dan 14 hari setelah dimulainya CDI. Tanpa adanya sampling secara berurutan dari pasien dan lingkungan dan konfirmasi molekuler, lingkungan akan disalahkan sebagai sumber untuk akuisisi C. difficile dan infeksi. Lingkungan ke pasien Pasien C dan permukaan ruangan tidak terkolonisasi dengan salah satu penanda MDRO pada saat awal studi. Pada hari ke 3, isolat C. difficile dideteksi pada wastafel dan rel tempat tidur. Pada hari ke 14, spesimen perineum pasien menunjukkan jenis CDI klonal yang sama seperti yang ditemukan pada hari ke-3 dari spesimen lingkungan. Pasien tetap asimtomatik untuk CDI selama masa penelitian dan rawat inap di rumah sakit. Diskusi Kami menggunakan desain studi prospektif dan teknik molekuler untuk mempelajari transmisi MDRO antara pasien dan permukaan ruangan rumah sakit. Temuan yang paling penting dari penelitian ini adalah demonstrasi peristiwa transfer bakteri mikrobiologis dalam 12 pertemuan pasien (18,5%) dari kohort ME (Gambar 1). Pengujian molekuler spesimen menunjukkan bahwa 6 pertemuan (66,7% dari kohort 9 ME dengan data molekuler dan 9,2% dari 65 pasien yang dapat dievaluasi) melibatkan strain MDRO yang identik secara molekuler. Sebesar 7,5% dari semua pertemuan ruang rumah sakit menunjukkan transfer MDRO identik secara klonal. Mungkin yang paling penting, kami mengidentifikasi 2 pertemuan (3%) di mana pasien memperoleh MDRO di lingkungan pada saat admisi; kedua kejadian dikonfirmasi merupakan penularan dari lingkungan ke pasien yang melibatkan C. difficile. Kami percaya bahwa tingkat penularan MDRO yang diamati ini adalah perkiraan yang terlalu rendah dari fenomena transfer bakteri yang sebenarnya karena 2 alasan utama: (1) keterbatasan dalam pengambilan sampel dan (2) kurangnya sensitivitas metode mikrobiologi saat ini. Selanjutnya, kami hanya melacak transmisi bakteri menggunakan 4 'penanda' MDRO; kami berhipotesis bahwa penularan bakteri terjadi pada skala yang lebih besar dalam perawatan kesehatan di kehidupan nyata, yang melibatkan spesies spesies liar dan organisme dengan berbagai resistensi obat, seperti yang memiliki β-laktamase spektrum luas (ESBL), TEM dan SHV, atau AmpC resistance determinants . Sampel mikrobiologi dasar kami dari pasien yang terdaftar memberikan gambaran sekilas tentang prevalensi kolonisasi MDRO pada subjek kami. Memang, 11,3% dari pasien yang terdaftar secara asimtomatik dikolonisasi oleh setidaknya 1 jenis MDRO, sebuah temuan yang konsisten dengan penelitian lain.11 Prevalensi ini menggarisbawahi pentingnya memahami pola kepekaan antimikroba organisme untuk memandu pilihan antibiotik yang tepat dan efektif. Budaya mikrobiologi awal dari sumber-sumber lingkungan menunjukkan bahwa 55% kamar pasien rumah sakit masih memiliki setidaknya 1 permukaan dengan pertumbuhan mikroba terdeteksi pada saat pasien masuk meskipun telah dilakukan prosedur desinfeksi terminal. Tingkat rata-rata kontaminasi permukaan cukup rendah tetapi jelas cukup memungkinkan untuk terjadinya transmisi yang terdokumentasi kepada pasien. Data mikrobiologi lingkungan ini dari penelitian kami mendukung hasil pada penyelidikan terbaru yang menunjukkan bahwa status carrier sebelumnya dapat meningkatkan risiko akuisisi MDRO untuk penghuni berikutnya.12,13 Hasil ini mendukung urgensi untuk menyelidiki dan menerapkan prosedur pembersihan terminal yang lebih baik untuk lebih mengurangi sisa kontaminasi mikroba selama pergantian ruang pasien dan untuk meminimalkan risiko penularan bakteri.4 Akhirnya, temuan ini telah didapatkan meskipun dilakukan bersamaan dengan aplikasi dari strategi disinfeksi ruang terminal yang disempurnakan dan tingkat kepatuhan pembersihan permukaan yang tinggi.4 Observasi kami pada rendahnya tingkat kontaminasi bakteri setelah pembersihan terminal menyoroti keterbatasan penting lainnya dalam literatur saat ini; tidak ada metode konsensus untuk menilai atau mendefinisikan permukaan ruangan sebagai "bersih."14 Pembentukan definisi atau target permukaan yang "bersih" sulit dilakukan, tetapi diperlukan untuk teknologi masa depan dan intervensi di dunia nyata untuk mengurangi risiko penularan patogen.14 Selama tinggal di rumah sakit, kami mengamati bahwa permukaan ruang rumah sakit terkontaminasi dengan MDRO. Kami berhipotesis bahwa isolat lingkungan yang baru ini didapatkan selama rawat inap melalui satu atau kombinasi dari sumber-sumber berikut: didapat melalui staf perawatan kesehatan, peralatan terkontaminasi yang dibawa ke dalam ruangan (misalnya , nampan, peralatan medis, dll.), dari pengunjung, atau pelepasan kolonisasi bakteri sebelumnya pada pasien melalui pemicu seperti tekanan seleksi antibiotik. Pada peristiwa transmisi bakteri yang tercatat, sebagian besar terjadi awal (dalam waktu 3 hari) admisi ruang yang baru dibersihkan. Selanjutnya, transmisi bakteri dari lingkungan menghasilkan kolonisasi tanpa gejala dan gejala infeksi di antara pasien. Transmisi dini MDRO antara lingkungan dan pasien merupakan pengamatan penting dan menunjukkan peluang untuk pengembangan strategi pencegahan yang efektif dari transmisi bakteri. Penelitian kami dibatasi oleh jumlah pasien dan ruangan yang sederhana yang dapat kami ikuti dan pelajari menggunakan teknik mikrobiologi dan molekuler. Keterwakilan studi kami tentang praktik klinis biasa juga berpotensi rendah karena ruang penelitian ini memilih ruangan yang sebelumnya ditempatkan pasien pada tindakan pencegahan kontak. Kedua, pengambilan sampel mikrobiologi kami tidak selalu terjadi sebelum pembersihan harian oleh staf pembersihan lingkungan; dengan demikian, beberapa permukaan mungkin baru saja dibersihkan sebelum pengambilan sampel. Lebih lanjut, kami mengakui bahwa vektor eksternal dapat metransfer organisme ke lingkungan kamar rumah sakit dan pasien selama periode penelitian (misalnya, staf perawatan kesehatan atau pengunjung). Namun, faktor-faktor lain juga mengimbangi kekuatan eksternal dan mengurangi deteksi organisme yang ditransfer, seperti pengobatan antibiotik bersamaan dan / atau tingkat kinerja kebersihan tangan yang lebih tinggi daripada literatur yang dipublikasikan (> 90% kepatuhan). 17 Kami percaya bahwa keterbatasan ini menunjukkan bahwa temuan kami mewakili dampak minimum dari lingkungan pada transfer MDRO. Selanjutnya, upaya ini merupakan studi prospektif terbesar untuk mengkonfirmasi dan mengukur transmisi bakteri klonal antara pasien rawat inap dan permukaan lingkungan menggunakan teknik molekuler. Metode mikrobiologi kami penting untuk membedakan antara peristiwa transmisi potensial dan definitif. Temuan-temuan ini memiliki beberapa implikasi penting untuk studi dan intervensi masa depan. Transmisi yang diamati dari MDRO yang dipilih adalah penanda pencampuran bakteri skala besar antara flora mikroba lingkungan rumah sakit dan pasien. Jika penularan mikroba terjadi secara dini, mudah, dan sering antara pasien dan lingkungan, seperti yang ditunjukkan dalam penelitian, praktek pembersihan rumah sakit standar yang dilakukan dengan desinfeksi ruangan secara rinci hanya pada akhir masa tinggal pasien (yaitu , pembersihan "terminal") mungkin tidak memadai untuk mencegah transfer MDRO melalui lingkungan. Memang, hasil ini harus memaksa kami untuk mengembangkan teknologi dan intervensi baru untuk mencapai desinfeksi lingkungan berkelanjutan yang aman dalam lingkungan perawatan kesehatan. Upaya dan penelitian di masa mendatang untuk mengurangi transmisi MDRO melalui lingkungan perawatan kesehatan harus ditingkatkan dengan pendekatan status quo untuk desinfeksi lingkungan.