Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, yang memungkinkan terjadinya
pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi tempat penyebab
penularan penyakit (Depkes, 2004).
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dan
menyerang penderita-penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan.
Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi mikroba patogen yang
bersumber dari lingkungan rumah sakit dan perangkatnya. Rumah sakit sebagai
institusi pelayanan medik tidak mungkin lepas dari keberadaan sejumlah mikroba
patogen. Jadi invasi mikroba patogen terjadi selama masa antara MRS sampai
KRS (Darmadi, 2008).
Sejak tahun 1950 infeksi nosokomial mulai diteliti dengan sungguh-
sungguh diberbagai negara, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Angka
infeksi nosokomial yang tercatat dibeberapa negara berkisar antara 3,3%-9,2%,
artinya sekian persen penderita yang dirawat tertular infeksi nosokomial dan dapat
terjadi secara akut atau secara kronis (Darmadi, 2008). Berdasarkan penelitian
pada tahun 2004 yang dilakukan di 11 rumah sakit di Jakarta, menunjukan 9,8
persen pasien rawat inap terinfeksi nosokomial dan data tahun 2005 menunjukan,
infeksi nosokomial menyebabkan 1,4 juta orang di seluruh dunia meninggal.
Sementara itu, sekitar 10 persen pasien rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia
mengalami infeksi nosokomial (Pandjaitan).
Faktor-faktor luar yang berpengaruh dalam insiden infeksi nosokomial
sebagai berikut; petugas pelayanan medis, peralatan dan material medis,
lingkungan, makanan minuman, penderita lain, dan pengunjung. Bila sanitasi
rumah sakit tidak terjamin degan baik, maka semakin besar risiko terjadinya
ancaman infeksi nosokomial pada penderita-penderita yang sedang dalam asuhan

1
keperawatan. Itulah mengapa pentingnya penerapan persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit (Darmadi, 2008).
Berdasarkan uraian tersebut pentingnya dilakukan pemeriksaan kualitas
udara, air, dan makanan di Rumah Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui kualitas udara, air, dan makanan di Rumah Sakit Khusus Bedah
Banjarmasin Siaga
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kualitas kimia air sungai Jl A. Yani, Gang Rahmat, dan
Gedung Fren
b. Mengetahui kualitas kimia dan bakteriologis air bersih Kran dan Tandon
c. Mengetahui kualitas kimia dan bakteriologis air minum
d. Mengetahui kualitas bakteriologis makanan yang di ambil sampel Nasi,
Sayur, Telur Kare
e. Mengetahui kualitas Swab Meja Operasi, Tempat Tidur Pasien, Lampu
Operasi, Lantai, dan Dinding.
f. Mengetahui kualitas udara ruangan OK 1, OK 2, OK 3, OK 4, ICU,
Laboratorium, CSSD, IGD, ICU, Rontgen, Perawatan Ranap Lt. 1, dan
Perawatan Punakawan.
g. Mengetahui kualitas udara emisi hasil keluaran genset Rumah Sakit
Khusus Bedah Banjarmasin Siaga
h. Mengetahui kualitas udara ambien di lingkungan Rumah Sakit Khusus
Bedah Banjarmasin Siaga

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Menurut KEPMENKES


RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004
1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam
keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai
tempat bersarang dan berkembang biaknya serangga, binatang pengerat,
danbinatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
b. Dinding
c. Ventilasi
d. Atap
e. Langit-langit
f. Konstruksi balkon, beranda dan talang
g. Pintu
h. Jaringan Instalasi
i. Lalu lintas antar ruangan
j. Fasilitas pemadam kebakaran
3. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan
ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai
berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi: ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.

3
b. Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging),
ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang jenazah.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang
patologi.
Ruang dalam bangunan rumah sakit harus memenuhi persyaratan
kualitas Udara Ruang, pencahayaan, penghawaan, kebisingan, fasilitas sanitasi
rumah sakit, jumlah tempat tidur, dan kualitas lantai.
4. Penyehatan Hygiene Dan Sanitasi Makanan Minuman
a. Kualitas bahan makanan dan makanan jadi
b. Penyimpanan bahan makanan
c. Peralatan makanan dan masak
d. Tempat pengolahan
e. Penjamah makanan
f. Pengangkutan makanan
g. Penyajian makanan
5. Penyehatan Air
a. Kualitas Air Minum
b. Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus
6. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Medis Padat
1) Minimasi limbah
2) Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
3) Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah media padat di
lingkungan rumah sakit

4
4) Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit
5) Pengolahan dan pemusnahan
b. Limbah Medis Non Padat
1) Pemilahan dan pewadahan
2) Pengumpulan, penyimpanan, dan pengangkutan
3) Pengolahan dan pemusnahan
c. Limbah Cair
Kalitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan
air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995
atau peraturan daerah setempat.
d. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah
medis padat dengan insinerator mengacu pada Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/12/1995 tentangBaku Mutu
Emisi Sumber Tidak Bergerak.

B. Cara Penularan Infeksi Nosokomial


Penularan infeksi nosokomial di rumah sakit terbagi dua, yaitu
(Yulindhani);
1. Penularan langsung
Adanya kontak langsung antara sumber infeksi dengan penjamu (person to
person)
2. Penularan tidak langsung
a. Vehicle-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui
benda- benda mati seperti peralatan medis, bahan-bahan/material medis,
atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti pemasangan kateter, vena
fungsi, tindakan pembedahan, proses dan tindakan medis lain berisiko
untuk terjadinya infeksi nosokomial.

5
b. Vector-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen
dengan perantara seperti serangga. Luka terbuka, jaringan nekrosis, luka
bakar, dan gangren adalah kasus-kasus yang rentan dihinggapi lalat.
c. Food-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui
makanan dan minuman yang disajikan untuk penderita.
d. Water-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui air,
namun kemungkinannya kecil sekali karena air di rumah sakit biasanya
sudah melalui uji baku.
e. Air-borne yaitu penyebaran/penularan mikroba patogen melalui
udara, peluang terjadinya infeksi melalui cara ini cukup tinggi karena
ruangan/bangsal yang tertutup secara teknis kurang baik ventilasi
dan pencahayaannya.

6
BAB III
HASIL PEMERIKSAAN

A. Air Sungai
Hasil pemeriksaan air sungai dibawah batas maksimum dan Rumah
Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga tidak menggunakan air sungai untuk
kegiatan rumah sakit.

B. Air Bersih
Hasil uji air bersih untuk pemeriksaan bakteriologis, fisika, dan kimia
semua dibawah batas maksimum dan sesuai dengan Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/90.

C. Air Minum
Hasil pemeriksaan air minum Fisika, Kimia, dan Bekteriologi diperoleh
hasil yang sudah memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI
No.492/Menkes/Per/IV/2010.

D. Makanan
Tabel 3.1 Hasil Uji Bakteriologi Makanan di RSKBB Siaga
Bakteri (Negatif/Positif)
No. Makanan
Staphylococcus aureus Escherichia coli Salmonella spp
1 Nasi Negatif Negatif Negatif
2 Sayur Negatif Negatif Negatif
3 Telur Kare Negatif Positif Negatif
Bila dilihat dari Tabel 3.1, maka hasil uji makanan Nasi, Sayur, dan
Telur Kare semuanya negatif bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Salmonella spp,. Namun untuk makanan Telur kare positif bakteri Escherichia
coli.

7
E. Swab
1. Swab meja operasi
Tabel 3.2 Hasil Uji Swab Meja Operasi di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil
No.
(Angka Kuman) (CFU/cm2)
1 Ruang OK 1 1
2 Ruang OK 2 13
3 Ruang OK 3 -
4 Ruang OK 4 0
Jika dilihat pada Tabel 3.2, hasil swab meja operasi yang memiliki
angka kuman total tertinggi adalah Ruang OK 2 yaitu sebanyak 13 CFU/cm2.
2. Swab tempat tidur pasien
Tabel 3.3 Hasil Uji Swab Tempat Tidur Pasien di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil Batas maksimum
No.
(Bacillus spp) (CFU/cm2) (CFU/cm2)
1 Ruang ICU 0
2 Ruang VVIP B (Arimbi) 0
3 Ruang VIP A 0 ANGKA KUMAN
4 Ruang VIP B 1 TOTAL : 0 / alat
5 Ruang Kelas I 0
6 Ruang Kelas II 0
Dari Tabel 3.3, hasil uji swab tempat tidur pasien hampir semuanya
sudah memenuhi standar batas maksimum angka kuman total yaitu 0 CFU/cm2
per alat, namun ada dua ruang yang masih belum memenuhi standar yaitu
ruang VIP B.
3. Swab lampu operasi
Tabel 3.4 Hasil Uji Swab Lampu Operasi di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil
No.
(Angka Kuman) (CFU/cm2)
1 Ruang OK 1 0
2 Ruang OK 2 0
3 Ruang OK 3 1
4 Ruang OK 4 0
8 Ruang IGD 0
Berdasarkan Tabel 3.4, hasil uji swab lampu operasi yang memiliki
angka kuman tertinggi yaitu di Ruang OK3 sebanyak 1 CFU/cm 2, dan yang
terendah di ruang OK 1, OK 2, OK 4 dan IGD yaitu sebanyak 0 CFU/cm2.

8
4. Swab lantai
Tabel 3.5 Hasil Uji Swab Lantai di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil Batas maksimum
No.
(Angka Kuman) (CFU/cm2) (CFU/cm2)
1 OK 1 1
2 OK 2 0
3 OK 3 1
4 OK 4 1
5 Rg. Peny. Alat OK 12000
6 ICU 6
Angka Kuman Total
7 IGD 1
1. Ruang Operasi: 0-5
8 Radiologi 1
2. Ruang Perawatan: 5-10
9 VVIP A 5
3. Ruang Isolasi: 0-5
10 VVIP B 1 4. Ruang IGD: 5-10
11 VIP A 1
12 VIP B 4
13 Kelas 1 1
14 Kelas 2 4
15 Kelas 3 1
16 Laboratorium 2
Berdasarkan Tabel 3.5 didapatkan hasil swab lantai yang tidak
memenuhi standar ada 2 ruangan dari 16 ruangan yang diperiksa, ruangan
yang tidak memenuhi standar yaitu Ruang Penyeterilan Alat OK (CSSD) yaitu
sebanyak 12.000 CFU/cm2 dan ICU sebanyak 6 CFU/cm2.
5. Swab dinding
Tabel 3.6 Hasil Uji Swab Dinding di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil Batas maksimum
No.
(Angka Kuman) (CFU/cm2) (CFU/cm2)
1 OK 1 1
2 OK 2 0
3 OK 3 0
4 OK 4 0
5 Rg. Peny. Alat OK 0
6 ICU 1
ANGKA KUMAN TOTAL
7 IGD 1
1. Ruang Operasi: 0-5
8 Radiologi 1
2. Ruang Perawatan: 5-10
9 VVIP A 1
3. Ruang Isolasi: 0-5
10 VVIP B 0 4. Ruang IGD: 5-10
11 VIP A 0
12 VIP B 1
13 Kelas 1 1
14 Kelas 2 0
15 Kelas 3 1
16 Laboratorium 1
Berdasarkan Tabel 3.6 hasil pengukuran swab dinding, tidak didapati
hasil yang tidak memenuhi standar dari 16 ruangan yang diperiksa.

9
6. Swab Linen
Tabel 3.7 Hasil Uji Swab Linen di RSKBB Siaga
Pemeriksaan
No. Hasil Batas maksimum
(Bacillus spp)
1 Ruang CSSD 0
2 Ruang IGD 0
3 Ruang ICU 0 ANGKA KUMAN
4 Ruang VVIP B (Arimbi) 0 SPORA BACILLUS
5 Ruang VIP B 0 <6000 CFU/inchi2
6 Ruang Kelas 1 0
7 Ruang Kelas 2 1
Berdasarkan Tabel 3.7, hasil uji swab linen yang diambil dari 7
ruangan semuanya negatif bakteri Bacillus spp, kecuali Ruang Kelas 2 dengan
hasil 1, namun masih dibawah standar baku mutu yang ditentukan

F. Udara Ruang
Tabel 3.8 Hasil Uji Bakteriologi Udara Ruang di RSKBB Siaga
Pemeriksaan Hasil Batas maksimum
No.
(Angka Kuman) (CFU/cm3) (CFU/cm3)
1 Ruang OK 1 240 10
2 Ruang OK 2 190 10
3 Ruang OK 3 490 10
4 Ruang OK 4 220 10
5 Ruang ICU 430 200
6 Ruang Laboratorium 730 500
7 Ruang CSSD 970 200
8 Ruang IGD 380 200
9 Ruang perawatan VIP A 170 200-500
10 Ruang perawatan VIP B 390 200-500
11 Ruang perawatan VIP C 460 200-500
12 Ruang perawatan VIP D 520 200-500
13 Ruang kelas I 460 200-500
14 Ruang kelas II 510 200-500
15 Ruang kelas III 490 200-500
16 Ruang Radiologi 460 200-500
Kolom yang berwarna adalah ruangan yang belum memenuhi standar batas
maksimum angka kuman.

10
G. Kualitas Udara Emisi Genset
Tabel 3.9 Hasil Uji Kualitas Udara Emisi Genset di RSKBB Siaga
N Batas
Pemeriksaan Satuan Hasil Metode
o Maksimum
Debu (Total Suspendeds
1 µg/Nm3 10,2 150 SNI 19-7119.3-2005
Partical)
2 Carbon Monoksida (CO) µg/Nm3 410,0 600 SNI 19-7119.10-2005
3 Oksida Sulfur (SO) µg/Nm3 2,8 800 SNI 19-7119.7-2005
Micro Emmision
4 Oksida Nitrogen (NO) µg/Nm3 217,0 1000
Analyzer
5 Opasitas % 5 - SNI 19-7117.11-2005
6 Laju Alir (V) m/detik 1,97 - SNI 19-7117.11-2005
Berdasarkan Tabel 3.9, hasil uji emisi genset didapatkan bahwa semua
parameter yang diperiksa dibawah standar batas maksimum.

H. Udara Ambien dan Kebisingan


Tabel 4.0 Hasil Uji kualitas Udara Ambien dan Kebisingan
Hasil
Batas
No Pemeriksaan Satuan Parkir Pemukiman
Jalan Masuk Maksimum
Mobil Penduduk
1 Debu (Total Suspended Partical) µg/Nm3 34,5 17,3 15,7 230*
2 Carbon Monoksida (CO) µg/Nm3 159,8 163,3 212,8 20.000
3 Sulfur Dioksida (SO2) µg/Nm3 24,44 24,97 24,24 900
4 Nitrogen Dioksida (NO2) µg/Nm3 9,92 2,42 1,85 200
Area kerja : 55
5 Kebisingan dB(A) 73,8 62,9 63,4 Halaman
depan :70
6 Arah Angin - Timur Timur Timur -
7 Kecepatan Angin m/det 0,8 0,2 0,6 -
8 Suhu Udara o
C 31,7 28,6 31,7 -
9 Kelembaban Udara %RH 64,0 86,0 78,0 -
10 Cuaca - Cerah Cerah Cerah -
Berdasarkan Tabel 4.0, hasil uji kualitas udara ambien dan kebisingan
didapatkan hasil untuk parameter kebisingan masih diatas batas maksimum yang
berlaku.

11
BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas fisika, kimia, dan bakteriologis
air, udara dan makanan di Rumah Sakit Khusus Bedah Banjarmasin Siaga
diketahui bahwa, dari 7 variabel yang diperiksa terdapat 5 variabel yang tidak
mencapai standar minimal yang telah ditetapkan KEPMENKES
1204/MENKES/SK/X/ 2004 untuk rumah sakit kelas “B”. yang belum memenuhi
standar tersebut adalah :
1. Air Minum
Variabel Air minum sudah memenuhi persyaratan yaitu kualitas
bakteriologis tidak mengandung MPN coliform dan Escherichia Coli melebihi
standar dan kualitas bakteriologis. Untuk kualitas fisika dan kimia juga sudah
memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010
2. Makanan
Dari 3 sampel makanan yang diperiksa, didapati hasil pemeriksaan
bakteriologi yang positif Escherichia coli yaitu pada telur kare. Hal tersebut
bisa disebabkan oleh personal hygiene yang kurang baik, sehingga bisa terjadi
kontaminasi ke makanan tersebut.
3. Swab
Pemeriksaan Swab yang melebihi nilai baku mutu adalah swab
dinding, lantai, dan tempat tidur pasien, dikarenakan kurangnya pengawasan
terhadap penggunaan alat kebersihan dan penggunaan desinfektan secara
berkala dan kurangnya pengetahuan petugas kebersihan untuk takaran
desinfektan dan perlakuan alat kebersihan sebelum dan sesudah menggunakan
alat kebersihan.

12
4. Udara Ruang
Variabel pemeriksaan kualitas bakteriologis di dapat angka kuman di
atas ambang baku mutu yang ditetapkan, ruangan yang belum memenuhi
standar adalah Ruangan OK 1, OK 2, OK 3, OK 4, ICU, Laboratorium, CSSD,
IGD, Perawatan VIV D, dan Perawatan Kelas II. Kurangnya pengetahuan
petugas kebersihan untuk penggunaan desinfektan dan peralatan dapat
mempengaruhi kualitas udara diruangan tersebut dan sirkulasi udara yang
kurang ditambah suhu ruangan yang tidak stabil, untuk ruangan yang tidak
digunakan sering sekali tidak dibersihkan, ini mengakibatkan perkembangan
bakteriologisnya meningkat.
5. Kualitas Udara Emisi Genset
Pemeriksaan kualitas udara emisi genset didapat hasil yang cukup
bagus, dari 6 pemeriksaan yang dilakukan hanya terdapat satu parameter yang
tidak memenuhi standar baku mutu, yaitu Carbon Monoksida (CO). Standar
baku mutu untuk CO untuk emisi genset yaitu 600 µg/Nm3, sedangkan hasil
pengukuran emisi genset di RSKBB Siaga adalah 680 µg/Nm3.

B. Tindak Lanjut
1. Air Minum
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minum kimia dan bakteriologis
berkala dengan pihak kedua sebanyak 3 kali setiap tahun
b. Memutuskan kerja sama apabila tidak ingin melakukan pemeriksaan
berkala, namun RSKB Banjarmasin siaga sudah menggunakan Air isi
ulang langsung dari produsen besar air mineral.
2. Makanan
a. Melakukan pengawasan terhadap penjamah makanan dari segi personal
hygiene
b. Melakukan pelatihan personal hygiene kepada penjamah makanan
c. Melakukan pemeriksaan bakteriologi makanan yang diolah secara berkala

13
3. Swab
a. Melakukan pelatihan penggunaan alat kebersihan dan takaran desinfektan
untuk petugas kebersihan RSKB Siaga
b. Melakukan pengawasan terhadap petugas kebersihan
4. Udara Ruang
a. Melakukan pelatihan penggunaan alat kebersihan dan takaran desinfektan
untuk petugas kebersihan RSKB Siaga
b. Melakukan pengawasan terhadap petugas kebersihan
c. Mengecek setiap hari suhu ruangan dan apabila melebihi standar ruangan
segera menghubungi IPS RS untuk mengecek kelayakan AC
d. Memperbaiki sirkulasi udara ruangan yang mtidak menggunakan AC
dengan menambah ventilasi atau exhauster
5. Kualitas Udara Emisi Genset
a. Melakukan perawatan genset agar hasil emisi genset dibawah standar baku
mutu.

14
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas udara, air, dan makanan baik
secara kimiawi, fisik, dan bakteriologi, ada beberapa hal yang masih perlu
banyak yang diperbaiki. Yaitu untuk air minum yang masih positif MPN Coli,
makanan yang masih positif Coli tinja, beberapa ruangan yang angka kuman
nya berdasarkan hasil pemeriksaan swab masih diatas standar baku mutu,
beberapa ruangan yang udara ruangnya masih banyak didapati angka kuman
diatas standar baku mutu, dan juga hasil emisi genset yang kurang baik.

B. Saran
Terus meningkatan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit dengan
melakukan pematauan berkala pada semua komponen rumah sakit dan
melakukan perbaikan pada aspek-aspek yang belum memenuhi persyaratan.

15

Anda mungkin juga menyukai