Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN RDS (RESPIRATORY DISTRESS SYNDROM)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Klinik IV (Keperawatan Maternitas)

di Lingkungan Tempat Tinggal

Oleh:

Nama : Siti Nuryatul Badriyah

NIM : P17211193039

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan pada bayi baru lahir dengan RDS (Respiratory Distress
Syndrom) di lingkungan sekitar tempat tinggal Periode 27 september 2021 s/d 02
oktober 2021 Tahun Ajaran 2021/2022

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal …… Bulan………………


Tahun…………

Malang, 27 September 2021


Preceptor Akademik

Kasiati S. Kp., Ns., M. Kep.


NIP. 19660816198803 2 001
_________________________
__
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH KESEHATAN: (DIAGNOSA PASIEN)


RDS (Respiratory Distress Syndrom)

B. PENGERTIAN
Menurut Marmi & Rahardjo (2012), Sindroma gagal nafas (respiratory
distress sindrom/RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi
pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang
berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak
adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru.
Marmi & Rahardjo (2012) juga menyebutkan bahwa sindroma gagal napas
adalah perkembangan imatur pada system pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan pada paru-paru. Sementara afiksia neonatorum merupakan
gangguan pernafasan akibat ketidakmampuan bayi beradaptasi terhadap
asfiksia. Biasanya masalah ini disebabkan karena adanya masalah-masalah
kehamilan dan pada saat persalinan.

C. ETIOLOGI
Penyebab kegagalan pernafasan pada neonatus yang terdiri dari faktor ibu,
faktor plasenta, faktor janin dan faktor persalinan.Faktor ibu meliputi
hipoksia pada ibu, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun,
gravida empat atau lebih, sosial ekonomi rendah, maupun penyakit pembuluh
darah ibu yang mengganggu pertukaran gas janin seperti hipertensi, penyakit
jantung, diabetes melitus, dan lain-lain. Faktor plasenta meliputi solusio
plasenta, perdarahan plasenta, plasenta kecil, plasenta tipis, plasenta tidak
menempel pada tempatnya.
Faktor janin atau neonatus meliputi tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir,gemeli,
prematur, kelainan kongenital pada neonatus dan lain-lain. Faktor
persalinan meliputi partus lama, partus dengan tindakan dan lain-lain.
D. TANDA DAN GEJALA
Berat atau ringannya gejala klinis pada penyakit RDS (Respiratory
Distress Syndrom) ini sangat dipengaruhi oleh tingkat maturitas paru.
Semakin rendah berat badan dan usia kehamilan, semakin berat gejala klinis
yang ditunjukan. Gejala dapat tampak beberapa jam setelah kelahiran. Bayi
RDS (Respiratory Distress Syndrom) yang mampu bertahan hidup sampai 96
jam pertama mempunyai prognosis yang lebih baik. Gejala umum RDS
menurut Surasmi dkk (2013), adalah takipnea (>60x/menit), pernapasan
dangkal, mendengkur, sianosis, pucat, kelelahan, apnea dan pernapasan
tidak teratur, penurunan suhu tubuh, retraksi suprasternal dan substernal,
pernapasan cuping hidung

E. KOMPLIKASI
Menurut Cecily & Sowden (2009) Komplikasi RDS yaitu:
1) Ketidakseimbangan asam basa
2) Kebocoran udara (Pneumothoraks, pneumomediastinum,
pneumoperikardium, pneumoperitonium, emfisema subkutan,
emfisema interstisial pulmonal)
3) Perdarahan pulmonal
4) Penyakit paru kronis pada bayi 5%-10%
5) Apnea
6) Hipotensi sistemik
7) Anemia
8) Infeksi (pneumonia, septikemia, atau nosokomial)
9) Perubahan perkembangan bayi dan perilaku orangtua
Komplikasi yang berhubungan dengan prematuritas meliputi:
1) Paten Duktus Arteriosus (PDA) yang sering dikaitkan dengan
hipertensi pulmonal
2) Perdarahan intraventrikuler
3) Retinopati akibat prematuritas
4) Kerusakan neurologis
F. PATHWAY

Bayi cukup bulan: Atelaktasis


Sindrom mekonium,
asidosis
Ventilasi perfusi
Tegangan permukaan
meningkat RDS
Takikardia

Kolabs alveolar paru Usaha Bernapas


Produksi surfaktan

Pengeluaran energi
Penurunan Penurunan stabilitas
compliance paru alveolar

kelelahan sianosis
hiperventilasi Hipoksia
berat
Intoleransi Aktivitas
Cedera paru

Edema interstitial reaksi Membrane Akumulasi


alveolar paru hialin terbentuk fibrin di
alveolus
Sesak napas
Hipervolemia
mengendap
Pola napas tidak efektif

Perfusi perifer
tidak efektif
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kajian foto thoraks
1) Pola retikulogranular difus bersama udara yang saling tumpang
tindih.
2) Tanda paru sentral dan batas jantung sukar dilihat, hipoinflasi paru
3) Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena
(bayi dari ibu diabetes, hipoksia atau gagal jantung kongestif)
4) Bayangan timus yang besar
5) Bergranul merata pada bronkogram udara yang menandakan
penyakit berat jika muncuk pada beberapa jam pertama
2. Gas darah arteri-hipoksia dengan asidosis respiratorik dan atau metabolic
1) Hitung darah lengkap
2) Elektrolit, kalsium, natrium, kalium, glukosa serum
3) Tes cairan amnion (lesitin banding spingomielin) untuk
menentukan maturitas paru
4) Oksimetri nadi untuk menentukan hipoksia
3. Pulse Oximetry, menilai hipoksia dan dan kebutuhan tambahan oksigen

H. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Cecily & Sowden (2009) penatalaksanaan medis pada bayi
RDS (Respiratory Distress Syndrom) yaitu:
1) Perbaiki oksigenasi dan pertahankan volume paru optimal
a. Penggantian surfaktan melalui selang endotrakeal
b. Tekanan jalan napas positif secara kontinu melalui kanul
nasal untuk mencegah kehilangan volume selama ekspirasi
c. Pemantauan transkutan dan oksimetri nadi
d. Fisioterapi dadaTindakan kardiorespirasi tambahan
2) Pertahankan kestabilan suhu
3) Berikan asupan cairan, elektrolit, dan nutrisi yang tepat
4) Pantau nilai gas darah arteri, Hb dan Ht serta bilirubin
5) Lakukankan transfusi darah seperlunya
6) Hematokrit guna mengoptimalkan oksigenasi
7) Pertahankan jalur arteri untuk memantau PaO₂ dan pengambilan
sampel darah
8) Berikan obat yang diperlukan
2. Penatalaksanaan Non Medis
Penatalaksanan keperawatan terhadap RDS meliputi tindakan
pendukung yang sama dalam pengobatan pada bayi prematur dengan
tujuan mengoreksi ketidakseimbangan. Pemberian minum per oral
tidak diperbolehkan selama fase akut penyakit ini karena dapat
menyebabkan aspirasi. Pemberian minum dapat diberikan melalui
parenteral.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1) Riwayat maternal
a. Menderita penyakit seperti diabetes mellitus
b. Kondisi seperti perdarahan placenta
c. Tipe dan lamanya persalinan
d. Stress fetal atau intrapartus
2) Status infant saat lahir
a. Prematur, umur kehamilan
b. Apgar score
c. apakah terjadi aspiksia
d. Bayi prematur yang lahir melalui operasi Caesar
3) Cardiovaskular
a. Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat
b. Murmur sistolik
c. Denyut jantung dalam batas normal
4) Integumen
a. Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral
b. Pitting edema pada tangan dan kaki
c. Mottling
5) Neurologis
a. Immobilitas, kelemahan, flaciditas
b. Penurunan suhu tubuh
c. Pulmonary
d. Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 – 100 x )
e. Nafas grunting
f. Nasal flaring
g. Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal
h. Cyanosis (sentral kemudian diikuti sirkumoral) berhubungan dengan
persentase desaturasi hemoglobin
i. Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea
6) Status Behavioral (perilaku)
a. Letargi
7) Status pemeriksaan
a. Seri rontqen dada, untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar
b. Bronchogram udara, untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
Data Laboratorium
a. Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan
amnion (untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
a) Lecitin/Sphingomielin (L/S) ratio 2 : 1 atau lebih
mengindikasikan maturitas paru
b) Phospatidyglicerol : meningkat saat usia gestasi 35 minggu
c) Tingkat phosphatidylinositol
b. Analisa Gas Darah, PaO2 kurang dari 50 mmHg, PaCO2 kurang dari
60 mmHg, saturasi oksigen 92% – 94%, pH 7,31 – 7,45
c. Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari
sel alveolar yang rusak
J. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN (Berdasarkan Pohon Masalah)
1. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan b.d edema anasarka dan/atau
edema edema perifer (D.0022)
2. Pola napas tidak efektif b.d sindrom hipoventilasi d.d pola napas abnormal
(mis. Takipnea, bradypnea, hiperventilasi, kusmaul, Cheyne- stokes)
(D.0005)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran arteri dan/atau vena d.d nadi
perifer menurun/tidak teraba (D.0009)
4. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen (D.0056)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
(SLKI) (SIKI)

1. Hipervolemia b.d Keseimbangan Cairan Manajemen hypervolemia (1.03114)


kelebihan asupan cairan (L.03020) (1.03114) 1. Mengetahui tanda dan
b.d edema anasarka Tujuan: Observasi: gejala hypervolemia
dan/atau edema edema Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa tanda dan gejala 2. Mengetahui penyebab
perifer (D.0022) keperawatan …x24 jam hypervolemia terjadinya hypervolemia
diharapkan keseimbangan 2. Identifikasi penyebab 3. Mengeahui status
cairan meningkat hypervolemia keseimbangan cairan
Kriteria Hasil: 3. Monitor status hemodinamik 4. Mengetahui jumlah
Haluaran urine cukup 4. Monitor intake dan output cairan yang masuk dan
meningkat 4-5 cairan keluar untuk menegakkan
Kelembaban membrane 5. Monitor efek samping diuretic diagnosa
mukosa cukup meningkat 4- Terapeutik: 5. Mengetahui dampak dari
5 6. Timbang berat badan setiap pengobatan yang
Edema cukup menurun 4-5 pada waktu yang sama diberikan
Tekanan darah cukup 7. Batasi asupan cairan dan 6. Mengetahui jika terjadi
membaik 4-5 garam peningkatan/penurunan
Membrane mukosa cukup 8. Tinggikan kepala tempat tidur secara cepat
membaik 4-5 30-40 derajat 7. Agar klien tidak
Turgor kulit cukup Edukasi: bertambah edema
membaik 4-5 9. Anjurkan keluarga pasien 8. Agar asupan oksigen ke
melapor jika haluaran urine otak tercukupi
<0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam 9. Agar klien mendapatkan
10. Anjurkan keluarga melapor perawatan segera atas
jika BB bertambah >1 kg kelainan dialami
dalam sehari 10. Memperkirakan telah
11. Ajarkan keluarga pasien cara terjadi edema karena
mengukur dan mencatat hypervolemia
asupan dan haluaran urine 11. Agar keluarga mampu
12. Ajarkan cara membatasi mengontrol intake dan
cairan output klien
Kolaborasi: 12. Agar klien mampu
13. Kolaborasi pemberian diuretic menjaga keseimbangan
14. Kolaborasi penggantian cairan
kehilangan kalium akibat 13. Agar masalah kesehatan
diuretic klien dapat teratasi segera
15. Kolaborasi pemberian 14. Mempercepat
continuous renal replacement kesembuhan klien
therapy (CRRT) jika perlu

2. Pola napas tidak efektif Pola napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (1.01011) (1.01011)
b.d sindrom hipoventilasi Tujuan: Observasi: 1. Mengetahui adanya
d.d pola napas abnormal Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola napas gangguan pola napas
(mis. Takipnea, keperawatan …x24 jam (frekuensi, kedalaman, usaha klien
bradypnea, diharapkan pola napas napas) 2. Mengetahui gangguan
hiperventilasi, kusmaul, membaik 2. Monitor bunyi napas bunyi napas yang spesifik
Cheyne- stokes) (D.0005) Kriteria Hasil: tambahan (mis. Gurgling, yang dialami klien
Dipsnea cukup menurun 4-5 mengi, weezing, ronki kering) 3. Mengetahui jenis sputum
Penggunaan otot bantu 3. Monitor sputum (jumlah, dan jumlahnya
napas cukup menurun 4-5 warna, aroma) 4. Agar klien tetap
Frekuensi napas cukup Terapeutik: mendapatkan suplay
membaik 4-5 4. Pertahankan jalan napas oksigen meski keadaan
Kedalaman napas cukup dengan head tilt dan chin lift darurat
membaik 4-5 (jaw trush jika curiga trauma 5. Agar klien mendapatkan
servikal) suplay oksigen dengan
5. Posisikan semi fowler dan nyaman (dalam keadaan
fowler tidak cedera)
6. Lakukan penghisapan lendir 6. Menghindari ada
kurang dari 15 detik sumbatan jalan napas
7. Lakukan hiperoksigenasi 7. Agar klien tidak
sebelum penghisapan kekurangan oksigen saat
endotrakeal dilakukan penghisapan
8. Berikan oksigen jika perlu lendir
Edukasi: 8. Jika klien mengalami
9. Anjurkan asupan cairan sesuai sesak napas
advice dokter 9. Agar kebutuhan cairan
Kolaborasi: intake dan output yang
10. Kolaborasi pemberian dikonsumsi seimbang
bronkodilator, ekspektoran, 10. Agar klien lebih lega
mukolitik jika perlu dalam bernapas
3. Perfusi perifer tidak efektif Perfusi Perifer (L.02011) Perawatan Sirkulasi (1.02079) (1.02079)
b.d penurunan aliran Tujuan: Observasi: 1. Mengetahui sirkulasi
arteri dan/atau vena d.d Setelah dilakukan tindakan 1. Periksa sirkulasi perifer (mis. perifer yang mengalami
nadi perifer keperawatan …x24 jam Nadi perifer, edema, gangguan secara spesifik
menurun/tidak teraba diharapkan perfusi perifer pengisian kapiler, warna, 2. Mengetahui adanya
(D.0009) meningkat suhu) faktor risiko gangguan
Kriteria Hasil: 2. Identidikasi faktor resiko sirkulasi yang bias terjadi
Denyut nadi perifer cukup ganguan sirkulasi pada klien
meningkat 4-5 3. Monitor panas, kemerahan, 3. Mengetahui adanya
Warna kulit pucat cukup nyeri, atau bengkak pada gangguan yang dapat
menurun 4-5 ekstremitas terlihat terasa
Pengisian kapiler cukup Terapeutik: 4. Menghindari adanya
menurun 4-5 4. Hindari pemasangan infus permasalahan baru selain
Akral cukup membaik 4-5 atau pengambilan darah di masalah kesehatan yang
Turgor kulit cukup area keterbatasan perfusi sudah ada
membaik 4-5 5. Lakukan hidrasi 5. Agar klien tidak
Edukasi: mengalami masalah pada
6. Anjurkan keluarga untuk kulitnya
mengecek air mandi untuk 6. agar klien tidak
menghindari kulit terbakar mengalami perubahan
7. Anjurkan program rehabilitasi suhu secara mendadak
vascular sehingga senjadi faktor
8. Informasikan tanda gejala penyebb terjadinya sakit
darurat yang harus dilaporkan 7. agar klien cepat kembali
(missal rasa sakit yang tidak dalam keadaan sebleum
hilang saat istirahat, hilangnya sakit
rasa) 8. agar keluarga klien
mengerti dan mengetahui
penyakit yang dialami
klien
4. Intoleransi aktivitas b.d Toleransi Aktivitas Manajemen Energi (1.05178) (1.05178)
ketidakseimbangan (L.05047) Observasi: 1. Mengetahui penyebab
antara suplai dan Tujuan: 1. Identifikasi gangguan fungsi terjadinya klien
kebutuhan oksigen Setelah dilakukan tindakan tubuh yang mengakibatkan mengalami
(D.0056) keperawatan …x24 jam kelelahan/kelemahan kelelahan/kelemahan
diharapkan toleransi 2. Monitor pola dan jam tidur 2. Mengetahui jumlah dan
aktivitas meningkat 3. Monitor lokasi dan pola tidur klien dari
Kriteria Hasil: ketidaknyamanan selama keluarga
Frekuensi nadi cukup melakukan aktivitas 3. Mengetahui keadaan
meningkat 4-5 Terapeutik: klien yang mengalami
Keluhan Lelah cukup 4. Sediakan lingkungan yang ketidaknyamanan dari
menurun 4-5 nyaman dan rendah stimulus keluarga klien secara
Dipsnea saat aktivitas cukup (mis. Cahaya, suara, subjektif
menurun 4-5 kunjungan) 4. Agar klien dapat
Warna kulit cukup membaik Edukasi: beristirahat dengan
4-5 5. Anjurkan kepada keluarga tenang
Tekanan darah cukup untuk melakukan tirah baring 5. Agar klien cepat menuju
membaik 4-5 kepada klien proses rehabilitasi
Frekuensi napas cukup 6. Anjurkan menghubungi 6. Agar klien mendapatkan
membaik 4-5 perawat jika keluhan perawatan segera saat
kelelahan pada klien mengalami masalah
berkurang kesehatan mendadak
Kolaborasi: 7. Untuk memenuhi
7. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan gizi dan
tentang cara meningkatkan asupan makanan klien
asupan makanan secara seimbang

Malang, 27 September 2021


Mahasiswa

Siti Nuryatul Badriyah


NIM. P17211193039
L. REFERENSI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2016). Standart Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI
Nelson, (2011), Ilmu Ksesehatan Anak Esensial, Ed 6, Jakarta: Elsevier
Nelson, (2010), Esensi Pediatri, Ed 4, Jakarta: EGC diakses di
https://www.elsevier.com/books/nelson-ilmu-kesehatan-anak-
esensial/unknown/978-981-4371-31-5 pada 27 september 2021
pukul 18.00 wib
Sudarti & Fauziah. (2013). Asuhan Neonatus Resiko Tinggi dan Kegawatan.
Cetakan I. Yogyakarta: Nuha medika diakses di
http://library.poltekkesjambi.ac.id/opac/detail-opac?id=2881 pada
27 september 2021 pukul 19.00 wib
Rahardjo dan Marmi,2012, Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Prasekolah.
Jakarta : Pustaka Belajar diakses di
https://pustakapelajar.co.id/buku/asuhan-neonatus-bayi-balita-dan-
anak-prasekolah/ pada 27 september 2021 pukul 19.30 wib
SS, Y. B. D. (2020). Asuhan Keperawatan Pola Napas Tidas Efektif Pada Bayi
Dengan Rds (Respiratory Distress Syndrom) Diruang Nicu Rsud
Dr. Soegiri Lamongan (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS
AIRLANGGA). Diakses di http://repository.unair.ac.id/97990/
pada 27 september 2021 pukul 19.40 wib

Anda mungkin juga menyukai