Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


Jln. H.R. Rasuna Said Kav 6 – 7, Kuningan, Jakarta Selatan Telp/Fax. 5264518

NOTULA RAPAT RPP TENTANG PELAKSANAAN INFORMASI DAN


TRANSAKSI ELEKTRONIK

Hari/tanggal : Kamis / 14 Juli 2011


Waktu : 14.00 Wib – selesai
Tempat : R.Rapat B Gedung Ditjen PP Lt. 4
Pimp.rapat : Direktur Harmonisasi PP
Peserta : 1. Kementerian Hukum dan HAM
2. Kementerian Kominfo
3. Sekretariat Negara
4. Bank Indonesia
5. Mabes Polri
6. Lembaga Sandi Negara
7. Kemenerian Luar Negeri (tidak hadir)
8. Kementerian PAN dan RB (tidak hadir)

Rapat dibuka oleh Direktur Pengundangan, Publikasi, dan Kerja Sama yang menyampaikan
permohonan maap dikarenakan Direktur Harmonisasi yang harusnya memimpin Rapat Pleno
harus ke DPR pembahasan RUU BPJS yang tidak dapat ditinggalkan. Sebelum dimulainya
pembahasan, diharapkan Dirjen Aptika dapat memberikan paparan mengenai substansi RPP.

Dirjen Aptika :
1. RPP ini merupakan amanat dari 9 pasal dari UU ITE, yaitu Pasal 10, Pasal 11, Pasal
13, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 22, Pasal 24, Pasal 31, dan Pasal 40
2. Sembilan Pasal tersebut berisi antara lain Lembaga Sertifikasi Andalan, Tanda Tangan
Elektronik, Penyelenggara Sertifikasi Elektronik, Penyelenggara Sistem Elektronik,
Penyelenggara Transaksi Elektronik, dan Penyelenggara Agen Elektronik.
3. Status RPP PITE, menindaklanjuti Putusan MK terkait Pasal 31 ayat (4)UU ITE,
Kementerian Kominfo telah merivisi naskah RPP PITE dengan mengeluarkan
ketentuan tentang Penyadapan.
4. Menkominfo telah menyampaikan Surat ke Menkumham untuk mengantarkan draft
akhir RPP PITE Pascaputusan MK tentang Penyadapan melalui Surat No
96/M.Kominfo/03/2011
5. Dirjen Aplikasi Informatika juga telah mengirimkan Surat No
125/DJAI/Kominfo/3/2011 pada tanggal 10 Maret 2011 untuk mengantarkan RPP
PITE pasca-putusan MK tentang Penyadapan.
6. Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-VIII/2010 tanggal 24
Februari 2011 yang menyatakan bahwa Pasal 31 ayat (4) UU ITE bertentangan dengan
UUD NRI Tahun 1945, maka RPP Tata Cara Intersepsi Tidak Dilanjutkan.
7. Cakupan Materi RPP Tata Cara Intersepsi akan dimasukkan ke dalam RUU
Penyadapan/Intersepsi.
8. RPP ini akan mendelegasikan lebih lanjut pengaturannya yang bersifat lebih teknis ke
dalam 19 Peraturan Menteri Kominfo.

www.djpp.depkumham.go.id
9. RPP ini juga mengatur hal-hal yang berkembang ke depan, yaitu mengenai cloud
computing dimana orang saat ini dapat menyimpan

Dir PPK :
1. Tadi disebut bahwa antara lain RPP ini menindaklanjuti putusan MK, padahal
seharusnya putusan MK tersebut seharusnya tidak menyentuh terlalu jauh hingga
menyatakan suatu pasal atau peraturan tidak berlaku. MK harusnya dalam putusannya
hanya menyatakan suatu UU bertentangan dengan UUD saja.
2. Dalam paparan Dirjen Aptika juga disampaikan bahwa RPP ini telah dilakukan
pembahasan beberapa kali dengan instansi terkait, sehingga diharapkan RPP tidak
terlalu masalah lagi.
3. Instansi terkait juga diminta pada kesempatan kali ini untuk meminta substansi yang
menjadi tupoksi masing-masing instansinya.

Mabes Polri :
1. Ada divisi yang membawahi peraturan perundang-undangan, yaitu divisi hukum,
sedangkan yang datang saat ini adalah divisi teknis.
2. Agar pada pembahasan berikutnya agar diundang juga Divisi Hukum.

Bank Indonesia :
1. Disarankan untuk mengundang pula rekan dari Bapepam LK dalam pembahasan
berikutnya dan juga asosiasi perbankan.
2. BI telah menyampaikan surat ke Dirjen PP per tanggal 31 Mei 2011. Dalam surat
tersebut ada 5 permasalahan yang disampaikan :
a. Pengaturan mengenai data center, apakah cakupannya hanya terkait kepentingan
storage belaka, atau juga sistem aplikasinya. Disarankan dalam Pasal 24 diatur
otoritas dapat mendelegasikan leebih lanjut Berkaitan dengan kewenangan masing-
masing otoritas tersebut untuk mengatur lebih lanjut, ada juga kewenangan untuk
menetapkan jangka waktunya.
b. Keberadaan sertifikasi kelaikan sistem elektronik. Saat ini telah terdapat PBI
terkait kewajiban audit eksternal à kalau dalam RPP ini seperti sertifikasi. Dalam
RPP ini masih tidak jelas siapa yang melakukan sertifikasi
c. Sejauhmana tanggung jawab pemberi sertifikasi terhadap transaksi elektronik yang
disertifikasinya.
d. Terkait alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) agar mengacu kepada
standar internasional (migrasi dari magnetik ke chip)
e. Mengenai sanksi administratif hanya dapat diberikan oleh pemberi izin. Dalam hal
ada suatu sistem elektronik yang tidak diberikan izinnya oleh Menkominfo, apakah
Menkominfo dapat mencabut izin tersebut? Misal terhadap sistem elektronik yang
dikelola oleh bank. Disarankan bahwa pimpinan institusi penyelenggara yang
bersangkutan dapat memberikan sanksi, akan tetapi dengan berkoordinasi dengan
menteri.
f. Terkait penggunaan tenaga kerja yang harus WNI, perlu perjelas maka “yang
bersifat startegis”. Karena sebagai contoh, diperbankan pimpinan bank sudah biasa
merupakan bank asing.

Sekretariat Negara :
1. Sementara Setneg pada kesempatan hari ini adalah untuk memastikan apakah
substansi RPP ini sudah “firm” dengan instansi terkait.
2. Nanti akan memberikan masukan dari sisi legal draftingnya

www.djpp.depkumham.go.id
Dir PPK :
1. Perkembangan teknologi berkembang sedemikian cepat, sedangkan pengaturan yang
ada ketinggalan di belakang. Saat ini Bank Indonesia telah mengakkomodir berbagai
perkembangan dalam transaksi perbankan melaui PBI, dan dengan demikian
pengaturan dalam RPP ini yang harus berbenah.
2. Mengenai sertifikasi perlu dipikirkan siapa yang mempunyai kewenangan, karena
tidak semua orang dapat melakukan hal tersebut, hal ini terkait dengan tanggung
jawab.
3. Mengenai sanksi juga harus jelas dan tegas, tidak boleh menggunakan kata “dapat”.
4. Mengenai masukan tertulis dari BI sampai saat ini belum diterima oleh Kementerian
Hukum dan HAM, dan dimintakan copy masukan secara tertulisnya.

Sekretariat Negara :
1. Pembahasan pada hari ini adalah pada tahap harmonisasi, dan posisi Setneg saat ini
sementara untuk memastikan semua instansi terkait sudah “firm” dengan substansinya.
2. Nantinya Setneg beserta kumham akan memoles dari sisi legal draftingnya.

Sesditjen Aptika :
1. RPP ini telah dilakukan uji publik
2. Saat ini sektor perbankan yang paling maju dalam menerapkan transaksi elektronik.
3. Terkait mengenai letak data center, Kominfo telah menyiapkan jawaban dan akan
segera disampaikan ke BI dengan tembusan Dirjen PP.

Karo Hukum Kominfo :


1. Biro hukum perlu konfirmasi terkait dengan penjatuhan sanksi administrasi terhadap
izin yang diberikan oleh BI.
2. Masing-masing izin yang diberikan oleh BI maupun Kominfo diatur dalam UU
masing-masing. Dengan demikian, maka dalam pemberian sanksi tersebut dilakukan
setelah dilakukan koordinasi.

Bank Indonesia :
1. Yang dimaksud mungkin seperti yang disampaikan oleh Karo Hukum, akan tetapi
dalam penulisan di pasal kesannya tidak seperti itu.

Dirjen aptika :
1. Mengenai redaksi akan diperbaiki.

FH UI (Edmon Makarim) :
1. Kata-kata di dalam penjelasan Pasal 49 ayat (3) -> akan ditelusuri kembali.
2. Klasifikasi sertifikasi elektronik sebaiknya tidak menggunakan tingkat.

Telkom Group (Syaiful Hidayat) :


1. Klasifikasi PSE, pada Pasal 5, Tingkat diganti Kategori. Di penjelasan Pasal 5 juga
disesuaikan.
2. Pasal 5 batang tubuh perlu disesuaikan dengan penjelasannya.
3. Penjelasan Pasal 5 paragraf terakhir ‘Tingkat jaminan keandalan yang diberikan oleh
sertifikat tingkat 2 ini telah mencakup jaminan tingkat 1’ à agar dihapus.

www.djpp.depkumham.go.id
Bank Indonesia :
1. Agar disesuaikan Pasal 22 batang tubuh dengan Pasal 22 penjelasan.
2. Kami dari sisi TI masih concern sejauh mana data center di Indonesia.
3. Rumusan penjelasan pasal 24 ayat (3) -> agar dihapus penyimpanan dan pengolahan
data à ‘pusat data adalah suatu fasilitas yang digunakan untuk menempatkan sistem
elektronik dan komponen terkaitnya untuk keperluan penempatan’
4. Batang tubuh Pasal 24 sudah sinkron, hanya penjelasannya saja yang perlu diperbaiki.

Pimpinan Rapat :
1. Pembahasan berikutnya akan ditindaklanjuti dalam Tim Kecil
2. Instansi terkait apabila akan memberikan masukan secara tertulis agar dapat
disampaikan dalam jangka waktu 1 minggu.

Kepala Seksi Indag Ristek I

Rahayu, S.H., M.H.

www.djpp.depkumham.go.id

Anda mungkin juga menyukai