IMPLEMENTASI
UU ITE
Daftar Isi
Kata Pengantar
Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan
Moh. Mahfud. MD iii
Kata Pengantar
Menteri Komunikasi dan Informatika
Johnny Gerard Plate, S.E. vi
Kata Pengantar
Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Jenderal Pol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si. xi
Kata Pengantar
Jaksa Agung
Dr. H. Sanitiar Burhanuddin, S.H., M.M.
xiii
BAGIAN I
PEDOMAN IMPLEMENTASI UNDANG-
UNDANG ITE NOMOR 229 TAHUN
2021 BERDASARKAN KEPUTUSAN
BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA, JAKSA AGUNG, DAN
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
1
i Pedoman UU ITE
BAGIAN II
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11
TAHUN 2008
23
BAGIAN III
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN
2008 TENTANG INFORMASI DAN
TRANSAKSI ELEKTRONIK
57
BAGIAN IV
SURAT EDARAN KEPALA KEPOLISIAN
REPUBLIK INDONESIA
125
BAGIAN V
PEDOMAN JAKSA AGUNG REPUBLIK
INDONESIA TENTANG UNDANG-UNDANG
ITE NOMOR 07 TAHUN 2021
130
LAMPIRAN
Susunan Tim Kajian
Undang-Undang ITE
141
Pedoman UU ITE ii
Kata Pengantar
Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan
Assalamualaikum wr. wb,
Pedoman UU ITE iv
rasa keadilan masyarakat, sambil menunggu Revisi
UU ITE yang saat ini sedang diupayakan masuk dalam
perubahan Prolegnas Prioritas Tahun 2021 sebagai
bahan diseminasi. Dalam buku saku Pedoman
Implementasi Atas Pasal Tertentu Dalam UU ITE ini
juga dilengkapi dengan Pedoman Jaksa Agung Nomor
7 Tahun 2021 tentang Penanganan Perkara Tindak
Pidana di Bidang Informasi dan Transaksi Elektronik
pada Tahap Penuntutan dan Surat Edaran Kapolri
Nomor SE/2/ll/2021 tentang Kesadaran Budaya
Beretika untuk Mewujudkan Ruang Digital Indonesia
yang Bersih, Sehat, dan Produktif.
Moh. Mahfud MD
v Pedoman UU ITE
Kata Pengantar
Menteri Komunikasi dan Informatika
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Pedoman UU ITE vi
kontroversial di masyarakat. Tim tersebut juga
melakukan inventarisasi berbagai masukan dari
seluruh pemangku kepentingan terhadap beberapa
pasal dalam UU ITE. Hasilnya, terdapat kesimpulan,
UU ITE tidak mungkin ditiadakan atau dihapus.
Negara sangat membutuhkan regulasi semacam
ini untuk menjaga ruang digital sebagai sarana
komunikasi yang demokratis, bersih, sehat dan
produktif, hingga terjaga dari konten- konten yang
melanggar hukum. Untuk itu tim menyimpulkan
perlu adanya pedoman implementasi terhadap
pasal pasal tertentu yang ada dalam UU ITE yang
sering dinilai kontroversi. Tujuan dibuatnya pedoman
implementasi UU ITE tersebut adalah menguatkan
kembali norma-norma asli UU ITE yang selama ini
sering ditafsirkan secara tidak tepat di lapangan.
ix Pedoman UU ITE
pedoman ini secara benar, ruang internet di negeri
ini akan menjadi makin positif, produktif, dan aman
bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian
tentu dapat terwujud pula apa yang disebut sebagai
“Indonesia Terkoneksi, Semakin Digital, Semakin
Maju”.
Johnny G. Plate
Pedoman UU ITE x
Kata Pengantar
Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Assalamu’alaikum Wr. Wb,
Salam sejahtera bagi kita sekalian
xi Pedoman UU ITE
11 Tahun 2008 tentang ITE yaitu Pasal 27 ayat (1) ayat
(2) ayat (3) ayat (4), Pasal 28 ayat (1), Pasal 28 ayat
(2), Pasal 29 dan Pasal 36. Pedoman implementasi ini
nantinya akan menjadi acuan bagi aparat penegak
hukum di lingkungan Kemenkominfo, Kejaksaan
Agung, dan Polri dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya.
xv Pedoman UU ITE
Kejaksaan menaruh perhatian penuh atas
implementasi penegakan hukum Undang-Undang
ITE. Dalam Buku Saku ini, kami juga menyampaikan
Pedoman Nomor 7 Tahun 2021 tentang Penanganan
Perkara Tindak Pidana di Bidang Informasi dan
Transaksi Elektronik Pada Tahap Prapenuntutan
(Pedoman Nomor 7 Tahun 2021).
Burhanuddin
Pedoman Implementasi
Undang-Undang ITE
Nomor 229 Tahun 2021
1 Pedoman
Pedoman
UUUU
ITE
ITE
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka menjaga ruang digital
Indonesia yang bersih, sehat, beretika, produktif,
dan berkeadilan telah dilakukan pengkajian
secara komprehensif oleh kementerian dan
lembaga yang melaksanakan dan/atau memiliki
tugas perumusan kebijakan hukum di bidang
informasi dan transaksi elektronik dengan
melibatkan unsur masyarakat, akademisi,
Dewan Perwakilan Rakyat, dan Pers;
Pedoman UU ITE 2
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
Jaksa Agung Republik Indonesia, dan Kepala
Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang
Pedoman Implementasi atas Pasal Tertentu
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
Mengingat:
1. Pasal 28D ayat (1), Pasal 28E ayat (2), Pasal
28E ayat (3), Pasal 28F, Pasal 28G ayat (1), dan
Pasal 28J ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
3 Pedoman UU ITE
3. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-
VI/2008 tanggal 4 Mei 2009;
Memutuskan:
Menetapkan Keputusan Bersama Menteri Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia, Jaksa Agung
Republik Indonesia, dan Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia tentang Pedoman Implementasi
Atas Pasal Tertentu dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Sebagaimana Telah Diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
KESATU:
Menetapkan pedoman implementasi atas Pasal 27
ayat (1), Pasal 27 ayat (2), Pasal 27 ayat (3), Pasal
27 ayat (4), Pasal 28 ayat (1), Pasal 28 ayat (2), Pasal
29, dan Pasal 36 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik, sebagaimana
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Keputusan Bersama ini.
Pedoman UU ITE 4
KEDUA:
Pedoman implementasi sebagaimana dimaksud
dalam Diktum KESATU dijadikan acuan bagi
Aparat Penegak Hukum di lingkungan Kementerian
Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia,
Kejaksaan Republik Indonesia, dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya.
KETIGA:
Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 23 Juni 2021
5 Pedoman UU ITE
Pedoman Implementasi Atas Pasal
Tertentu dalam Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik
Sebagaimana Telah Diubah dengan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE)
UU ITE
Pasal 27 ayat (1)
Pedoman Implementasi
a. Makna frasa“muatan melanggar kesusilaan”
dalam arti sempit dimaknai sebagai muatan
(konten) pornografi yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang
Pornografi dan/atau delik yang berkaitan dengan
Pedoman UU ITE 6
kesusilaan sebagaimana diatur dalam Pasal 281
dan Pasal 282 KUHP.
d. Ko n te n m e l a n g ga r ke s u s i l a a n ya n g
ditransmisikan dan/atau didistribusikan atau
disebarkan dapat dilakukan dengan cara
pengiriman tunggal ke orang perseorangan
maupun kepada banyak orang (dibagikan,
disiarkan, diunggah, atau diposting).
7 Pedoman UU ITE
diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik bermuatan melanggar
kesusilaan, dan bukan pada perbuatan
kesusilaannya itu sendiri.
UU ITE
Pasal 27 ayat (2)
Pedoman UU ITE 8
Pedoman Implementasi
a. Titik berat penerapan Pasal 27 ayat (2)
UU ITE adalah pada perbuatan seseorang
“mentransmisikan”,“mendistribusikan”, dan
“membuat dapat diaksesnya”secara elektronik
konten (muatan) perjudian yang dilarang atau
tidak memiliki izin berdasarkan peraturan
perundang-undangan.
UU ITE
Pasal 27 ayat (3)
9 Pedoman UU ITE
atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Pedoman Implementasi
a. Sesuai dasar pertimbangan dalam Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 50/PUU-VI/2008
Tahun 2008, dan Penjelasan Pasal 27 ayat (3)
UU ITE, pengertian muatan penghinaan dan/
atau pencemaran nama baik merujuk dan tidak
bisa dilepaskan dari ketentuan Pasal 310 dan
Pasal 311 KUHP. Pasal 310 KUHP merupakan
delik menyerang kehormatan seseorang
dengan menuduhkan sesuatu hal agar diketahui
umum. Sedangkan Pasal 311 KUHP berkaitan
dengan perbuatan menuduh seseorang yang
tuduhannya diketahui tidak benar oleh pelaku.
Pedoman UU ITE 10
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 dan
Putusan Mahkamah Konstitusi, tidak termasuk
acuan dalam Pasal 27 ayat (3) UU ITE.
11 Pedoman UU ITE
g. Fokus pemidanaan Pasal 27 ayat (3) UU ITE
bukan dititikberatkan pada perasaan korban,
melainkan pada perbuatan pelaku yang
dilakukan secara sengaja (dolus) dengan maksud
mendistribusikan/ mentransmisikan/membuat
dapat diaksesnya informasi yang muatannya
menyerang kehormatan seseorang dengan
menuduhkan sesuatu hal supaya diketahui
umum (Pasal 310 KUHP).
Pedoman UU ITE 12
upload dan berbagi (share) keluar, atau dengan
kata lain tanpa adanya moderasi tertentu (open
group).
13 Pedoman UU ITE
UU ITE
Pasal 27 ayat (4)
Pedoman Implementasi
a. Titik berat penerapan Pasal 27 ayat (4) UU ITE
adalah pada perbuatan“mentransmisikan”,
“mendistribusikan”, dan“membuat dapat
diaksesnya”secara elektronik konten (muatan)
pemerasan dan/atau pengancaman yang
dilakukan oleh seseorang ataupun organisasi
atau badan hukum.
Pedoman UU ITE 14
c. Termasuk dalam perbuatan pidana Pasal 27
ayat (4) UU ITE perbuatan mengancam akan
membuka rahasia,mengancam menyebarkan
data pribadi, foto pribadi, dan/atau video
pribadi.
UU ITE
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.
Pedoman Implementasi
a. Delik pidana dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE
ini bukan merupakan delik pemidanaan
15 Pedoman UU ITE
terhadap perbuatan menyebarkan berita
bohong (hoaks) secara umum, melainkan
perbuatan menyebarkan berita bohong dalam
konteks transaksi elektronik seperti transaksi
perdagangan daring.
Pedoman UU ITE 16
Pasal 28 ayat (2)
UU ITE
Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).
Pedoman Implementasi
a. Delik utama Pasal 28 ayat (2) UU ITE adalah
perbuatan menyebarkan informasi yang
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
terhadap individu atau kelompok masyarakat
berdasar Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan
(SARA).
c. Kriteria“menyebarkan”dapat dipersamakan
dengan agar”diketahui umum”bisa berupa
unggahan pada akun media sosial dengan
17 Pedoman UU ITE
pengaturan bisa diakses publik, atau
mensyiarkan sesuatu pada aplikasi grup
percakapan dengan sifat terbuka dimana
siapapun bisa bergabung dalam grup
percakapan, lalu lintas isi atau informasi tidak
ada yang mengendalikan, siapapun bisa upload
dan berbagi (share) keluar, atau dengan kata lain
tanpa adanya moderasi tertentu (open group).
Pedoman UU ITE 18
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
berdasar isu sentimen perbedaan SARA.
UU ITE
Pasal 29
Pedoman Implementasi
a. Pasal 29 UU ITE dititikberatkan pada perbuatan
pengiriman informasi berisi ancaman kekerasan
atau menakut- nakuti melalui sarana elektronik
yang ditujukan secara pribadi.
19 Pedoman UU ITE
d. Ancaman tersebut berpotensi untuk diwujudkan,
meskipun hanya dikirimkan 1 (satu) kali.
UU ITE
Pasal 36
Pedoman UU ITE 20
dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34
yang mengakibatkan kerugian bagi Orang lain.
Pedoman Implementasi
a. Pasal 36 UU ITE dapat digunakan dalam hal
korban kejahatan yang melanggar Pasal 27
sampai dengan Pasal 34 UU ITE mengalami
kerugian materiil yang nyata.
21 Pedoman UU ITE
Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan
dan Jumlah Denda dalam KUHP Iebih dari
Rp2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
Pedoman UU ITE 22
BAGIAN II
Undang-Undang ITE
No.19 Tahun 2016
Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008
Keputusan Bersama
Menteri Komunikasi dan Informatika Republik
Indonesia, Jaksa Agung Republik Indonesia, dan
Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
23 Pedoman
Pedoman
UUUU
ITE
ITE
Menimbang:
1. bahwa untuk menjamin pengakuan serta
penghormatan atas hak dan kebebasan orang
lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil
sesuai dengan pertimbangan keamanan dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat
yang demokratis perlu dilakukan perubahan
terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
agar terwujud keadilan, ketertiban umum, dan
kepastian hukum;
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), pasal 20, pasal 25A, pasal 28D
ayat (1), Pasal 28E ayat (2), pasal 28E ayat (3),
pasal 28F, pasal 28G ayat (1), pasal 28J ayat (2),
dan pasal 33 ayat (2) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Pedoman UU ITE 24
2. Undang-Undang Nomor ll Tahun 2008 tentang
Informasi. dan Transaksi Elektronik (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843);
Memutuskan:
Menetapkan
Undang-undang tentang Perubahan Atas Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4843) diubah sebagai
berikut:
1)
Di antara angka 6 dan angka 7 Pasal 1 disisipkan
1 (satu) angka, yakni angka 6a sehingga Pasal 1
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 1
25 Pedoman UU ITE
tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange
(EDI), surat elektronik (electronic mail, telegram,
teleks, telecopy atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi
yang telah diolah yang memiliki arti atau
dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Pedoman UU ITE 26
5. Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat
dan prosedur elektronik yang berfungsi
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan/atau menyebarkan Informasi
Elektronik.
27 Pedoman UU ITE
9. Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang
bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan
Elektronik dan identitas yang menunjukkan
status subjek hukum para pihak dalam Transaksi
Elektronik yang dikeluarkan oleh Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik.
Pedoman UU ITE 28
melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan
penyimpanan.
29 Pedoman UU ITE
21. Orang adalah orang perseorangan, baik warga
negara Indonesia, warga negara asing, maupun
badan hukum.
2)
Ketentuan Pasal 5 tetap dengan perubahan
penjelasan ayat (1) dan ayat (2) sehingga penjelasan
Pasal 5 menjadi sebagaimana ditetapkan dalam
penjelasan pasal demi pasal Undang-Undang ini.
3)
Ketentuan Pasal 26 ditambah 3 (tiga) ayat, yakni ayat
(3), ayat (4), dan ayat (5) sehingga Pasal 26 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 26
Pedoman UU ITE 30
2. Setiap Orang yang dilanggar haknya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mengajukan gugatan atas kerugian yang
ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini.
4)
Ketentuan Pasal 27 tetap dengan perubahan
penjelasan ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) sehingga
penjelasan Pasal 27 menjadi sebagaimana ditetapkan
dalam penjelasan pasal demi pasal Undang-Undang
ini.
31 Pedoman UU ITE
5)
Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) Pasal 31 diubah
sehingga Pasal 31 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 31
Pedoman UU ITE 32
kejaksaan, atau institusi kewenangannya
ditetapkan berdasarkan undang- undang.
6)
Di antara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 40 disisipkan 2
(dua) ayat, yakni ayat (2a) dan ayat (2b); ketentuan
ayat (6) Pasal 40 diubah; serta penjelasan ayat (1)
pasal 4O diubah sehingga Pasal 4O berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 40
33 Pedoman UU ITE
memiliki muatan yang dilarang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pedoman UU ITE 34
7)
Ketentuan ayat (2), ayat (3), ayat (5), ayat (6), ayat
(71, dan ayat (8) Pasal 43 diubah; di antara ayat (7)
dan ayat (8) Pasal 43 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni
ayat (7a); serta penjelasan ayat (1) Pasal 43 diubah
sehingga pasal 43 berbunyi sebagai berikut:
Pasal 43
35 Pedoman UU ITE
tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik dilakukan sesuai dengan
ketentuan hukum acara pidana.
Pedoman UU ITE 36
e. melakukan pemeriksaan terhadap alat dan/
atau sarana yang berkaitan dengan kegiatan
Teknologi Informasi yang diduga digunakan
untuk melakukan tindak pidana di bidang
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik;
37 Pedoman UU ITE
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik;
dan/atau
Pedoman UU ITE 38
bukti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8)
Ketentuan Pasal 45 diubah serta di antara Pasal 45
dan Pasal 46 disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 45A
dan Pasal 45B sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 45
39 Pedoman UU ITE
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh
ratus lima puluh juta rupiah).
Pasal 45A
Pedoman UU ITE 40
2. Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok masyarakat
tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp 1. 000.000. 000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 45B
Pasal II
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undang
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
41 Pedoman UU ITE
Pedoman UU ITE 42
Penjelasan Atas Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
1.
Informasi dan Transaksi Elektronik
Umum
43 Pedoman UU ITE
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) adalah
undang-undang pertama di bidang Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai produk
legislasi yang sangat dibutuhkan dan telah menjadi
pionir yang meletakkan dasar pengaturan di bidang
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik. Akan tetapi, dalam kenyataannya,
perjalanan implementasi dari UU ITE mengalami
persoalan-persoalan.
Pedoman UU ITE 44
sisi merupakan pembatasan hak asasi manusia,
tetapi di sisi lain memiliki aspek kepentingan
hukum. Oleh karena itu, pengaturan (regulation)
mengenai legalitas penyadapan harus dibentuk dan
diformulasikan secara tepat sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Di samping itu, Mahkamah berpendapat bahwa
karena penyadapan merupakan pelanggaran atas
hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan dalam
Pasal 28J ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, sangat wajar dan
sudah sepatutnya jika negara ingin menyimpangi
hak privasi warga negara tersebut, negara haruslah
menyimpanginya dalam bentuk undang-undang dan
bukan dalam bentuk peraturan pemerintah.
45 Pedoman UU ITE
keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik sebagai alat bukti perlu dipertegas kembali
dalam Penjelasan Pasal 5 UU ITE.
Pedoman UU ITE 46
dalam mencegah penyebarluasan konten ilegal
dengan melakukan tindakan pemutusan akses
terhadap Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
hukum agar tidak dapat diakses dari yurisdiksi
Indonesia serta dibutuhkan kewenangan bagi
penyidik untuk meminta informasi yang terdapat
dalam Penyelenggara Sistem Elektronik untuk
kepentingan penegakan hukum tindak pidana di
bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik.
47 Pedoman UU ITE
dan/atau Dokumen Elektronik dalam Penjelasan Pasal
5, menambah ketentuan kewajiban penghapusan
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang tidak relevan dalam Pasal 26, mengubah
ketentuan Pasal 31 ayat (4) mengenai pendelegasian
penyusunan tata cara intersepsi ke dalam undang-
undang, menambah peran Pemerintah dalam
melakukan pencegahan penyebarluasan dan
penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang dilarang
dalam Pasal 40, mengubah beberapa ketentuan
mengenai penyidikan yang terkait dengan dugaan
tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik dalam Pasal 43, dan menambah
penjelasan Pasal 27 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4)
agar lebih harmonis dengan sistem hukum pidana
2.
materiil yang diatur di Indonesia.
Pedoman UU ITE 48
terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektronik dan
Transaksi Elektronik, terutama dalam pembuktian
dan hal yang berkaitan dengan perbuatan hukum
yang dilakukan melalui Sistem Elektronik.
Huruf a
Surat yang menurut undang-undang harus dibuat
tertulis meliputi tetapi tidak terbatas pada surat
berharga, surat yang berharga, dan surat yang
digunakan dalam proses penegakan hukum acara
perdata, pidana, dan administrasi negara.
Huruf b
Cukup jelas.
49 Pedoman UU ITE
Angka 3 | Pasal 26 | Ayat (1)
Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi,
perlindungan data pribadi merupakan salah satu
bagian dari hak pribadi (privacy rights). Hak pribadi
mengandung pengertian sebagai berikut:
Pedoman UU ITE 50
Angka 4 | Pasal 27 | Ayat (1)
Yang dimaksud dengan“mendistribusikan”adalah
mengirimkan dan/atau menyebarkan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik kepada
banyak Orang atau berbagai pihak melalui Sistem
Elektronik.
51 Pedoman UU ITE
Angka 5 | Pasal 31 | Ayat (1)
Yang dimaksud dengan“intersepsi atau penyadapan”
adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam,
membelokkan, mengubah, menghambat, dan/atau
mencatat transmisi Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik yang tidak bersifat publik, baik
menggunakan jaringan kabel komunikasi maupun
jaringan nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis
atau radio frekuensi.
Pedoman UU ITE 52
Angka 6 | Pasal 31 | Ayat (4)
Cukup jelas.
53 Pedoman UU ITE
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Pedoman UU ITE 54
Huruf j
Yang dimaksud dengan“ahli”adalah seseorang
yang memiliki keahlian khusus di bidang Teknologi
Informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis maupun praktis mengenai pengetahuannya
tersebut.
Huruf k
Cukup jelas.
Angka 8 | Pasal 45
Cukup jelas.
55 Pedoman UU ITE
Angka 8 | Pasal 45A
Cukup jelas.
Pedoman UU ITE 56
BAGIAN III
Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik
57 Pedoman
Pedoman
UUUU
ITE
ITE
Menimbang:
a. bahwa pembangunan nasional adalah
suatu proses yang berkelanjutan yang harus
senantiasa tanggap terhadap berbagai
dinamika yang terjadi di masyarakat;
Pedoman UU ITE 58
e. bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi
berperan penting dalam perdagangan dan
pertumbuhan perekonomian nasional untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat;
Mengingat:
Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dengan Persetujuan Bersama Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia dan Presiden Republik
Indonesia
Memutuskan:
Menetapkan:
Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
59 Pedoman UU ITE
BAB 1
Ketentuan Umum
Pasal 1
Pedoman UU ITE 60
analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau
sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau
Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami
oleh orang yang mampu memahaminya.
61 Pedoman UU ITE
Informasi Elektronik tertentu secara otomatis
yang diselenggarakan oleh Orang.
Pedoman UU ITE 62
14. Komputer adalah alat untuk memproses data
elektronik, magnetik, optik, atau sistem yang
melaksanakan fungsi logika, aritmatika, dan
penyimpanan.
63 Pedoman UU ITE
unik untuk menunjukkan lokasi tertentu dalam
internet.
Pasal 2
Pedoman UU ITE 64
BAB 2
Asas dan Tujuan
Pasal 3
Pasal 4
65 Pedoman UU ITE
e. memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian
hukum bagi pengguna dan penyelenggara
Teknologi Informasi.
BAB 3
Informasi, Dokumen, dan Tanda Tangan
Elektronik
Pasal 5
Pedoman UU ITE 66
a)
surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat
dalam bentuk tertulis; dan
b)
surat beserta dokumennya yang menurut Undang-
Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril
atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.
Pasal 6
Pasal 7
67 Pedoman UU ITE
Pasal 8
Pedoman UU ITE 68
a)
waktu pengiriman adalah ketika Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik memasuki sistem
informasi pertama yang berada di luar kendali
Pengirim;
b)
waktu penerimaan adalah ketika Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik memasuki sistem
informasi terakhir yang berada di bawah kendali
Penerima.
Pasal 9
Pasal 10
69 Pedoman UU ITE
Pasal 11
Pedoman UU ITE 70
2. Ketentuan lebih lanjut tentang Tanda Tangan
Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 12
c)
Penanda Tangan harus tanpa menunda-nunda,
menggunakan cara yang dianjurkan oleh
penyelenggara Tanda Tangan Elektronik ataupun
cara lain yang layak dan sepatutnya harus
segera memberitahukan kepada seseorang yang
71 Pedoman UU ITE
oleh Penanda Tangan dianggap memercayai Tanda
Tangan Elektronik atau kepada pihak pendukung
layanan Tanda Tangan Elektronik jika:
d)
dalam hal Sertifikat Elektronik digunakan untuk
mendukung Tanda Tangan Elektronik, Penanda
Tangan harus memastikan kebenaran dan keutuhan
semua informasi yang terkait dengan Sertifikat
Elektronik tersebut.
Pedoman UU ITE 72
BAB 4
Penyelenggaraan Sertifikasi Elektronik dan
1.
Sistem Elektronik
Pasal 13
73 Pedoman UU ITE
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelenggara
Sertifikasi Elektronik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pasal 14
2.
Elektronik.
Pasal 15
Pedoman UU ITE 74
terhadap beroperasinya Sistem Elektronik
sebagaimana mestinya.
Pasal 16
75 Pedoman UU ITE
c)
dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau
petunjuk dalam Penyelenggaraan Sistem Elektronik
tersebut
d)
dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk yang
diumumkan dengan bahasa, informasi, atau simbol
yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan
dengan Penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut;
dan
e)
memiliki mekanisme yang berkelanjutan
untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan
kebertanggungjawaban prosedur atau petunjuk.
2. Ketentuan lebih lanjut tentang Penyelenggaraan
Sistem Elektronik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB 5
Transaksi Elektronik
Pasal 17
Pedoman UU ITE 76
dan/atau pertukaran InformasiElektronik dan/
atau Dokumen Elektronik selama transaksi
berlangsung.
Pasal 18
77 Pedoman UU ITE
penetapan kewenangan pengadilan, arbitrase,
atau lembaga penyelesaian sengketa alternatif
lainnya yang berwenang menangani sengketa
yang mungkin timbul dari transaksi tersebut,
didasarkan pada asas Hukum Perdata
Internasional.
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pedoman UU ITE 78
2. Pihak yang bertanggung jawab atas segala
akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi
Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur sebagai berikut:
a)
jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam
pelaksanaan Transaksi Elektronik menjadi tanggung
jawab para pihak yang bertransaksi;
b)
jika dilakukan melalui pemberian kuasa, segala akibat
hukum dalam pelaksanaan Transaksi Elektronik
menjadi tanggung jawab pemberi kuasa; atau
c)
jika dilakukan melalui Agen Elektronik, segala
akibat hukum dalam pelaksanaan Transaksi
Elektronik menjadi tanggung jawab penyelenggara
Agen Elektronik.
79 Pedoman UU ITE
5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan
terjadinya keadaan memaksa, kesalahan,
dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem
Elektronik.
Pasal 22
BAB 6
Nama Domain, Hak Kekayaan Intelektual,
dan Pelindungan Hak Pribadi
Pasal 23
Pedoman UU ITE 80
didasarkan pada iktikad baik, tidak melanggar
prinsip persaingan usaha secara sehat, dan
tidak melanggar hak Orang lain.
Pasal 24
81 Pedoman UU ITE
Pasal 25
Pasal 26
BAB 7
Perbuatan yang Dilarang
Pasal 27
Pedoman UU ITE 82
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
Pasal 28
83 Pedoman UU ITE
2. Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan
untuk menimbulkan rasa kebencian atau
permusuhan individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku,
agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Pasal 29
Pasal 30
Pedoman UU ITE 84
dengan melanggar, menerobos, melampaui,
atau menjebol sistem pengamanan.
Pasal 31
85 Pedoman UU ITE
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
intersepsi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 32
Pedoman UU ITE 86
Pasal 33
Pasal 34
87 Pedoman UU ITE
Sistem Elektronik, untuk perlindungan Sistem
Elektronik itu sendiri secara sah dan tidak
melawan hukum.
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pedoman UU ITE 88
BAB 8
Penyelesaian Sengketa
Pasal 38
Pasal 39
89 Pedoman UU ITE
BAB 9
Peran Pemerintah dan Peran Masyarakat
Pasal 40
Pedoman UU ITE 90
rekam cadang elektroniknya sesuai dengan
keperluan perlindungan data yang dimilikinya.
Pasal 41
BAB 10
Penyidikan
Pasal 42
91 Pedoman UU ITE
berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana
dan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 43
Pedoman UU ITE 92
(3), penyidik wajib menjaga terpeliharanya
kepentingan pelayanan umum.
93 Pedoman UU ITE
e)
melakukan penggeledahan terhadap tempat
tertentu yang diduga digunakan sebagai tempat
untuk melakukan tindak pidana berdasarkan
ketentuan Undang-Undang ini;
f)
melakukan penyegelan dan penyitaan terhadap alat
danatau sarana kegiatan Teknologi Informasi yang
diduga digunakan secara menyimpang dari ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
g)
meminta bantuan ahli yang diperlukan dalam
penyidikan terhadap tindak pidana berdasarkan
Undang-Undang ini; dan/atau
h)
mengadakan penghentian penyidikan tindak
pidana berdasarkan Undang-Undang ini sesuai
dengan ketentuan hukum acara pidana yang berlaku.
6. Dalam hal melakukan penangkapan dan
penahanan, penyidik melalui penuntut umum
wajib meminta penetapan ketua pengadilan
negeri setempat dalam waktu satu kali dua
puluh empat jam.
Pedoman UU ITE 94
penyidikan dan menyampaikan hasilnya kepada
penuntut umum.
Pasal 44
BAB 11
Ketentuan Pidana
Pasal 42
95 Pedoman UU ITE
(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 46
Pedoman UU ITE 96
3. Setiap Orang yang memenuhi unsur
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (3)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 8
(delapan) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Pasal 47
Pasal 48
97 Pedoman UU ITE
10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pedoman UU ITE 98
Pasal 52
99 Pedoman UU ITE
37 dilakukan oleh korporasi dipidana dengan
pidana pokok ditambah dua pertiga
BAB 12
Ketentuan Peralihan
Pasal 53
BAB 13
Ketentuan Pentutup
Pasal 54
2. Pe rat u ra n Pe m e r i n ta h h a r u s s u d a h
ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun setelah
diundangkannya Undang-Undang ini. Agar
setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-Undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
1.
Transaksi Elektronik
Umum
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Undang-Undang ini memiliki jangkauan yurisdiksi
yang tidak semata-mata untuk perbuatan hukum
yang berlaku di Indonesia dan/atau dilakukan oleh
warga negara Indonesia, tetapi juga berlaku untuk
perbuatan hukum yang dilakukan di luar wilayah
hukum (yurisdiksi) Indonesia, baik oleh warga
negara Indonesia maupun warga negara asing , atau
badan hukum Indonesia maupun badan hukum
asing yang memiliki akibat hukum di Indonesia,
mengingat pemanfaatan Teknologi Informasi untuk
Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik dapat
bersifat lintas teritorial atau universal.
Pasal 6
Selama ini bentuk tertulis identik dengan informasi
dan/atau dokumen yang tertuang di atas kertas
semata, padahal pada hakikatnya informasi dan/
atau dokumen dapat dituangkan ke dalam media
apa saja, termasuk media elektronik. Dalam lingkup
Sistem Elektronik, informasi yang asli dengan
salinannya tidak relevan lagi untuk dibedakan
Pasal 7
Ketentuan ini dimaksudkan bahwa suatu Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dapat
digunakan sebagai alasan timbulnya suatu hak.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Yang dimaksud dengan“informasi yang lengkap dan
benar”meliputi:
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
adalah informasi yang minimum harus dipenuhi
oleh setiap penyelenggara Tanda Tangan Elektronik.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 19
Yang dimaksud dengan “disepakati” dalam
pasal ini juga mencakup disepakatinya prosedur
yang terdapat dalam Sistem Elektronik yang
bersangkutan.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
yang disusun dan didaftarkan sebagai karya
intelektual, hak cipta, paten, merek, rahasia dagang,
desain industri, dan sejenisnya wajib dilindungi
oleh Undang-Undang ini dengan memperhatikan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Yang dimaksud dengan “ahli” adalah seseorang
yang memiliki keahlian khusus di bidang Teknologi
Informasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis maupun praktis mengenai
pengetahuannya tersebut.
Huruf i
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
a. mewakili korporasi;
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Cukup jelas.
1.
Kesadaran Budaya Beretika untuk
Mewujudkan Ruang Digital Indonesia yang
Bersih, Sehat, dan Produktif
Rujukan:
Undang-Undang Dasar 1945
125
125 Pedoman
Pedoman
UUUU
ITE
ITE
2.
Sehubungan dengan rujukan di atas dan
mempertimbangkan perkembangan situasi nasional
terkait penerapan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik yang dinilai kontradiktif dengan hak
kebebasan berekspresi masyarakat melalui ruang
digital, maka diharapkan kepada seluruh anggota
Polri berkomitmen menerapkan penegakan
hukum yang dapat memberikan rasa keadilan bagi
3.
masyarakat.
5.
Demikian untuk menjadi maklum.
tentang
Penanganan Perkara Tindak Pidana
di Bidang Informasi dan Transaksi
Elektronik pada Tahap Prapenuntutan
Pedoman
PedomanUU
UUITE
ITE 130
130
1.
Bab I : Pendahuluan
Latar Belakang
2.
Prapenuntutan.
a. Maksud
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
penanganan perkara tindak pidana di bidang
informasi dan transaksi elektronik pada tahap
prapenuntutan.
3.
prapenuntutan.
Ruang Lingkup
4. Dasar Hukum
1.
Bab II : Pelaksanaan
2.
Atas dasar SPDP sebagaimana dimaksud dalam angka
1, Jaksa Peneliti segera mengundang Penyidik agar
melakukan koordinasi dan/atau konsultasi dalam
bentuk gelar perkara.
4.
Koordinasi dan/atau konsultasi sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 juga dilakukan untuk
memastikan hal sebagai berikut:
1)
2)
5.
Pelaksanaan konsultasi dan koordinasi sebagaimana
dimaksud dalam angka 2 dituangkan dalam berita
acara konsultasi dan koordinasi yang ditandatangani
oleh Jaksa Peneliti selaku Penuntut Umum dan
Penyidik.
1.
Bab III : Penutup
2.
bertentangan dengan Pedoman ini.
141
141 Pedoman
Pedoman
UUUU
ITE
ITE
Tim Kajian Undang-Undang tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (selanjutnya disebut Tim Kajian
UU ITE) dibentuk berdasarkan Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
Nomor 22 Tahun 2021 tanggal 22 Februari 2021
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menko
Polhukam Nomor 25 Tahun 2021 tentang Perubahan
atas Keputusan Menko Polhukam Nomor 22 Tahun
2021 tentang Tim Kajian UU ITE tanggal 26 Februari
2021.
A. Pengarah
1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan;
Sekretaris
Imam Marsudi, Staf Khusus Menteri Koordinator
Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Bidang Sosial
Budaya.
Anggota Tim I
Rus Nurhadi Sutedjo, Deputi Bidang Koordinasi
Komunikasi, Informasi, dan Aparatur, Kementerian
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
Anggota Tim II
Prof. Dr. H. R. Benny Riyanto, S.H., M.Hum., C.N.,
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.