Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ABDOMINAL PAIN

A. DEFINISI
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa disetiap
regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006). Nyeri abdomen ada dua yaitu, nyeri
abdomen akut dan nyeri abdomen kronis.
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut
bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Nyeri akut abdomen
didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta
membutuhkan tindakan bedah untuk mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut
berulang sebagai serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3
bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.

B. KLASIFIKASI
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan dan lamanya
serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi lagi atas kasus bedah dan non
bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2
tahun dan di atas 2 tahun, yang masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab
gastrointestinal dan luar gastrointestinal
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan: organik
(fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu penyebab organik, bila
tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab psikogenik. Cara pendekatan seperti ini
tentu akan banyak memakan waktu dan biaya. Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri
psikogenik maka ada tiga kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan organik.
2. Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara timbulnya sakit perut
dengan periode meningkatnya stress yang dialami anak.
3. Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan emosional meskipun
kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
C. ETIOLOGI
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2) Menunjukan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Gerakan untuk melindungi
5) Tingkah laku berhati-hati
6) Muka dengan ekspresi nyeri
7) Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8) Fokus pada diri sendiri
9) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)
10) Tingkah laku distraksi
11) Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil)
12) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
13) Perubahan nafsu makan
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri
4) Perubahan pola tidur
5) Kelelahan
6) Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7) Takut cedera
8) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Faktor predisposisi
a. Trauma
1) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat
benturan, gesekan, luka
2) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin,
misalnya api atau air panas
3) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
4) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri
yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
b. Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
c. Peradangan
d. Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
e. Trauma psikologis

3. Faktor presipitasi
a. Ligkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
A. PATHWAY
B. PATOFISIOLOGI
1. Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis yang
bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis
median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri
tersebut diteruskan.
2. Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang
sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu
korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga
menimbulkan nyeri.
3. Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
Nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar
ganglion dorsalis. Rangsangan pada serabut saraf besar akan mengakibatkan aktivitas substansia
gelatinosa yang mengakibatkan tutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat
dan menyebabkan hantaran rangsangan akut terhambat. Rangsangan saraf besar dapat langsung
merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan dalam medula spinalis melaui
serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
4. Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga
transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut besar yang
memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.

C. KOMPLIKASI
1. Gangguan pola istirahat tidur
2. Syok neurogenik

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. CT scan
3. MRI
4. EKG

E. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
1. Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri
3. Beri rasa aman
4. Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy antara tubuh
dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan
sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
5. Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6. Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini
memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
7. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi
visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan
massage, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
8. Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri.
9. Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
10. Biofeedback
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri
fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk
mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi
sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan
sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat
analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan
garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor
persepsi kepercayaan pasien.

G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri.
Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk.
R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala)
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-7 : nyeri sedang
8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri.
a. Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan menghindari
tekanan nyeri.
b. Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu meningkat.
2. Perencanaan
a. Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan :
Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah.
-Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
b. Rencana keperawatan
1) Tujuan
Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang.
2) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri
-Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.

Interve Rasion
nsi al
Kaji faktor penyebab, kualitas, Menentukan sejauhmana nyeri yang
lokasi, frekuensi, dan skala nyeri dirasakan dan untuk memudahkan
member intervensi selanjutnya.
Monitor tanda-tanda vital, Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan
perhatikan takikardia, hipertensi, ketidaknyamanan
dan peningkatan pernafasan.
Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi Membantu pasien menjadi rileks,
menurunkan rasa nyeri, serta mampu
mengalihkan perhatian pasien dari nyeri
yang dirasakan
Beri posisi yang nyaman untuk
pasien Mengurangi rasa sakit, meningkatkan
sirkulasi, posisi semifowler dapat
mengurangi tekanan dorsal.
Beri Health Education (HE) tentang
nyeri Pasien mengerti tentang nyeri yang
dirasakan dan menghindari hal-hal yang
Kolaborasi dalam pemberian terapi dapat memperparah nyeri.
analgesik seperti Menekan susunan saraf pusat pada
thalamus dan korteks serebri sehigga
dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri

3) Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana
tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah,
2003).
4) Evaluasi
a) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala yang
diberikan.
b) Merasa nyaman dan dapat istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi
dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Herlman, T. Heather.2012. NANDA International Diagnosis Keperawatan : Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai