Anda di halaman 1dari 81

LAPORAN KASUS SEMINAR

ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE DI RUANGAN CVCU


RSUP Dr.WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


state KMB (Keperawatan Medical Bedah)

DI SUSUN : KELOMPOK 5

1. Rajiun Leko, S.Kep A1C121025


2. Waode Witar S.Kep A1C121018
3. Nuraena Rostam, S.Kep A1C121017
4. Elmelisa Luturmas, S.Kep A1C121013
5. Rena Juliana, S.Kep A1C121024

CI LAHAN CI INSTITUSI

(..................................) (..................................)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
2021

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ACUTE
DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)” tepat pada waktumya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan laporan untuk memenuhi penilaian pada stase KMB (keperawatan medical
bedah), penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Selesainya laporan ini berkat bimbingan dan
dorongan moril dari berbagai pihak oleh karena itu sepantasnya penulis menyampaikan
terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai
berikut kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Alimuddin. SH., MH., M.Kn. selaku Pembina Yayasan Pendidikan Islam
Megarezky;
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Megarezky;
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya. Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Rektor Universitas
Megarezky;
4. Ibu Dr. Syamsuriyati,S.ST.,S.Km.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan beserta stafnya yang berkenan member izin untuk melakukan peraktek
lapangan;
5. Bapak Ns. Syaiful, S.Kep., M.Kep. selaku ketua prodi profesi ners, yang dengan lapang
dada dan bermurah hati hati senantiasa membimbing, meluangkan waktu, tenaga, pikiran
dan member arahan serta member semangat dan motivasi kepada penulis;
6. Bapak Ns. Alfian Rahim, S.Kep., MNS, selaku dosen Pembimbing Institusi yang telah
sabar dalam memberikan arahan, saran dan meluangkan waktunya meberikan bimbingan
selama proses penyusunan laporan ini;
7. Bapak Muh Irfan Yusnurlianto, S.Kep.,Ns, selaku dosen Pembimbing Lahan yang telah
sabar dalam memberikan arahan, saran dan meluangkan waktunya memberikan
bimbingan selama proses penyusunan laporan ini;
8. Bapak Ns.Syahranisaid.S.Kep.Sp.KV.M.Kep, yang juga membimbing kami dan
memberikan arahan dalam proses penyusunan laporan ini
9. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan proposal ini baik secara
langsung dan tidak langsung.
Bismillah, kita semua dikelilingi orang yang baik, diberikan kebahagian dan
dilimpahkan rejekin yang berlimpah kepata Allah SWT
AMIN

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. leh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan demi perbaikan-
perbaikan kedepannya.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 20 Desember 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyumbang angka
kematian dan kesakitan didunia setiap tahunnya. Menurut data yang diterbitkan oleh
WHO (World Health Organization) tahun 2018 memprediksikan bahwa angka kematian
akibat penyakit kardiovaskular akan meningkat lebih dari 23,6 juta orang pada tahun
2030. Menurut American Heart Association tahun 2018 penyakit jantung koroner terdiri
dari Unstable Angina Pectoris (UAP), ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI), dan
Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). Berdasarkan data riset kesehatan dasar,
menunjukkan prevalensi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia meningkat setiap
tahunnya, yaitu sekitar 2.784.064 orang menderita PJK (riskesdas, 2018)
Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu keadaan terjadinya perubahan pada
variabel intima atau tunika intima arteri seperti lipid, hasil produk darah, kompleks
karbohidrat, jaringan fibrus, dan defosit kalsium yang kemudian diikuti perubahan
lapisan media (Agrina, 2017). Penyakit ini juga bisa disebut Coronary Artery Disease
(CAD). Sindrom Koroner Akut juga dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Sindrom
Koroner Akut merupakan kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari
infark miokard akut (American Heart Association, 2016).
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia disebabkan
oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari
seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% disebabkan oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta dari 39,5 juta kematian
(WHO,2015).
Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data menunjukan prevalensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5% dari total
penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta
2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8%
(Kemenkes RI, 2018).
Salah satu komplikasi dari penyakit jantung koroner adalah gagal jantung yang
merupakan permasalahan kesehatan progresif seiring perkembangan zaman dengan
meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas di Negara maju maupun berkembang
(PERKI, 2015). Menurut Schilling (2014) angka kejadian gagal jantung semakin
meningkat dari tahun ke tahun, data WHO Tahun 2017 tercatat 1,5% sampai 2% orang
dewasa di Amerika Serikat menderita gagal jantung dan 700.000 diantaranya
memerlukan perawatan dirumah sakit pertahun. Alasan utama rawat inap individu yang
berusia > 65 tahun di dunia barat di dominasi olah penyakit Acute Heart Failure,
Amerika menampung pasien dengan gagal jantung akut sebanyak 1 juta orang
pertahunnya untuk melakukan perawatan (Farmakish, 2018). Menurut infodatin, 2013 Di
Indonesia pasien dengan gagal jantung memiliki usia lebih muda dibandingkan Eropa
dan Amerika disertai dengan tanda gejala klinis yang lebih berat.
Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda yang khas yaitu takikardi, takipnu,
ronki paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer,
hapatomegali dan dyspnoe (PERKI, 2015). Dyspnoe merupakan gejala yang paling
sering dirasakan oleh penderita gagal jantung. Penelitian yang dilakukan oleh
Nirmalasari (2017) menyatakan bahwa 80% pasien yang dirawat dirumah sakit
mengalami dyspnoe dan mengatakan dyspnoe mengganggu aktifitas sehari-hari. Gagal
jantung mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi penimbunan cairan
di alveoli. Hal ini akan menyebebkan jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal
dalam memompa darah. Perubahan yang akan terjadi pada otot-otot respirasi juga
mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu dan terjadilah dyspnoe
(Riley, 2013).
Pada pasien gagal jantung gejala lain yang dirasakan selain dyspnoe dan pucat
yaitu nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba dan secara terus menerus serta tidak
mereda. Nyeri dapat menjalar ke leher, bahu dan terus menuju lengan (Aspiani, 2014).
Pada pasien Acute Decompensated Heart Failure untuk meminimalkan konsumsi
oksigen oleh miokard, pasien perlu diistirahatkan. Sesak nafas dimalam hari (Ortopnue)
yang sebelumnya duduk lama kemudian berbaring ke tempat tidur sehingga tekanan
sirkulasi paru meningkat sehingga cairan berpindah ke alveoli. Gejala lain yang muncul
adanya keluhan mudah lelah akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas
dan insomnia (gangguan tidur) yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk
(Shahab, 2016). Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada saat aktivitas
berat dan masih tetap berlangsung saat istirahat. Gangguan istirahat dan tidur pada pasien
gagal jantung terutama terjadi pada malam hari karena rasa ketidak nyamanan nyeri dada
yang mengganggu kualitas dan kuantitas tidur pasien (Talebi, 2019)

B. Tujuan umum
Untuk menganalisa bagaimana pemberian intervensi dirumah sakit dan penerapan
intervensi sesuai jurnal yang didapat
C. Manfaat
1. Penulis
Laporan ini sebagai acuan pembelajaran bagaimana penerapan intervensi didunia
keperawatan dan memberikan pembelajaran agar mahasiswa dapat berfikir kritis
dalam penerapan suatu tindakan keperawatan.
2. Institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran atau bahan referensi kedepannya bagaimana dengan
pembuatan kasus yang baik dengan penerapan pembelajaran yang bagus dalam
berfikir kritis.
3. Pelayanan kesehatan
Dengan adanya laporan kasus ini dapat menjadikan suatu referensi untuk
mengembangkan tindakan keperawatan dirumah sakit sehingga untuk penanganan
kasus seperti nyeri intervensinya tidak hanya nyeri dengan cara pemberian obat, jadi
keperawatan juga memiliki suatu tindakan yang memang diranahnya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
ADHF (Acute Decompensasi Heart Failure) yaitu penyakit gagal jantung akut
yang diakibat oleh abnormalnya fungsi jantung. Disfungsi dapat berupa sistolik maupun
diastolik abnormalitas irama jantung. Gagal jantung bisa terjadi pada seseorang dengan
serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami penurunan
atau kegagalan dalam memompa darah dimana terjadi penurunan kemampuan
kontraktilitas fungsi pompa jantung untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrisi dan
oksigen secara adekuat .Penyakit gagal jantung yaitu jantung tidak mampu memompa
pasokan darah, untuk mempertahankan sirkulasi adekuat sesuai kebutuhan tubuh
meskipun tekanan pengisian cukup, dimana gejalanya seperti nafas sesak selama
istirahat, beraktifitas dan kelelahan, edema pulmonal kardiogenik dengan akumulasi
cairan yang cepat pada paru dan pembengkakan pada tungkai Jadi ADHF adalah gagal
jantung akut yang gagal memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh serta
tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan serangannya dirasakan secara
cepat.
B. ANATOMI
a. Anatomi Jantung

Gambar 1 : jantung normal dan Sirkulasinya

Jantung yaitu otot yang berongga dimana berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi jantung untuk memompakan darah ke pembuluh darah secara berulang. Jantung
normal memiliki empat ruang yaitu 2 ruang atas jantung disebut atrium dan 2 ruang
jantung bawah dimana masing-masing berfungsi sebagai memompa. Dinding yang
memisahkan kedua atrium dan ventrikel pada bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum
diantara paru-paru kiri dan kanan.
1. Lapisan Jantung
Lapisan perikardium dimana lapisan terletak paling atas dari jantung
fungsinya sebagai pembungkus jantung. Lapisan ini terdiri dari perikardium parietal
(pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung
menempel pada jantung) dan diantara kedua perikardium terdapat ruangan yang berisi
cairan serosa sebagai pelumas berjumlah 15-50 ml. Lapisan epikardium terletak di
lapisan paling atas dinding jantung. Lapisan miokardium yaitu lapisan fungsional
jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa yang bekerja secara
otonom (miogenik) dan mampu berkontraksi secara ritmik. Miokardium terdiri dari
dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Lapisan endokardium
adalah lapisan yang membentuk bagian dalam jantung untuk membantu aliran darah.
2. katub-katub jantung
a. Katup Trikuspid
Katup trikuspid ini terletak pada atrium dan ventrikel kanan. Jika katup ini
membuka, maka terjadi darah mengalir pada atrium kanan menuju ventrikel kanan.
Katup trikuspid ini berfungsi untuk mencegah kembalinya aliran darah atrium
kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel.
b. Katup Pulmonal
Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis
sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi
arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru
kanan dan kiri.

c. Katup Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral ini berfungsi untuk mengatur aliran darah
dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
d. Katup aorta
Katup aorta ini akan membuka jika ventrikel kiri berkontraksi dan darah akan
mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri
relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri. 3)
Pembuluh Darah Besar Pada Jantun
3. Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu:
a. Vena Cava Superior Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
b. Vena Cava Inferior Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c. Sinus Conaria Sinus coronari adalah vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
d. Trunkus Pulmonalis Pulmonari trunkus adalah pembuluh darah besar yang
membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis
dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonari
trunkus ke dua paru-paru.
e. Vena Pulmonalis Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
f. Aorta Asendens Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
g. Aorta Desendens Descending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih
dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah

C. Faktor resiko tinggi terjadinya ADHF


a. Riwayat hipertensi
b. Obesitas
c. Riwayat gagal jantung
d. Perokok hebat
e. Aktivitas berlebihan dan mengkonsumsi alkoho
f. Edema ekstremitas bawah (edema dependen)
g. Distensi vena jugularis
D. Etiologi
Terjadinya gagal jantung dapat disebabkan : (Wijaya&Putri, 2013)
a. Disfungsi miokard
(kegagalan miokardial) Kegagalan miokard berkontraksi mengakibatkan isi sekuncup
dan curah jantung (cardiac output) terjadi menurun.
b. Beban tekanan berlebihan pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban berlebihan pada kemampuan ventrikel menyebabkan pengosongan ventrikel
terhambat.Beban volum berlebihan pembebanan diastolic (diastolic overload)
c. Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan
menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.
d. Gangguan pengisian (hambatan input). Hambatan dalam pengisian ventrikel
dikarenakan gangguan pada aliran masuk ventrikel akan menyebabkan pengeluaran
ventrikel yang berkurang sehingga curah jantung terjadi penurunan.
e. Hipertensi Sistemik / Pulmonal Peningkatan beban kerja jantung mengakibatkan
pengecilan serabut otot jantung. Efeknya (hipertrofi miokard) sebagai mekanisme
kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas jantung.
f. Penyakit jantung Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade
perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV
E. Klasifikasi
Gagal jantung Menurut New York Heart Assosiation (NYHA) dibagi 4 kelas:
1. Functional class 1 (fc1) : asimptomatik tanpa hambatan aktivitas fisik
2. Functional class 2 (fc2) : terhambatnya aktivitas fisik ringan, merasa nyaman saat
istirahat, tetapi mengalami sesak, fatique
3. Functional class 3 (fc3) : terhambatannya aktivitas fisik nyata, merasa nyaman saat
istirahat tetapi mengalami sesak, fatique, palpitasi dengan aktivitas ringan.
4. Functional class 4 (fc4) : ketidaknyamanan melakukan aktivitas fisik apapun serta
merasakan gejala sesak pada istirahat dan aktivitas.
F. Manifestasi Klinis
1. Sesak nafas (dyspnea) muncul saat istirahat dan beraktivitas.
2. Ortopnue yaitu saat berbaring sesak nafas, memerlukan posisi tidur setengah duduk
dengan menggunakan bantal lebih dari satu.
3. Paroxysmal Nocturnal Dyspneu (PND) yaitu tiba-tiba pada malam hari terasa sesak
nafas dan disertai batuk-batuk
4. Takikardia dan berdeber-debar
5. Batuk-batuk terjadi akibat edema pada broncus dan penekanan pada broncus oleh
atrium kiri yang dilatasi. Batuk sering berupa yang basah, berbusa dan disertai bercak
darah. Bunyi tambahan seperti ronkhi dapat disebabkan oleh penumpukan cairan di
paru akibat aliran balik darah ke paru-paru.
6. Mudah lelah (fatique)
7. Penumpukan cairan pada jaringan atau edema Edema disebabkan oleh aliran darah
yang keluar dari jantung melambat, sehingga darah balik ke jantung menjadi
terhambat. Hal tersebut mengakibatkan cairan menumpuk di jaringan. Kerusakan
ginjal yang tidak mampu mengeluarkan natrium dan air juga menyebabkan retensi
cairan dalam jaringan. Penumpukan cairan di jaringan ini dapat terlihat dari bengkak
di kaki maupun pembesaran perut (Wijaya&Putri, 2013).
G. Patofisiologi
Patofisiologi Adhf dapat muncul pada organ yang sebelumnya menderita gagal
jantung atau belum pernah mengalami gagal jantung, etiologi adhf dapat bersumber dari
kardiovaskuler maupun non kardiovaskuler, etiologi ini beserta dengan faktor presipitasi
lainnya akan menimbulkan kelainan atau kerusakan pada jantung akibat oleh proses
iskemia miokad atau hipertropi remodeling otot jantung atau kerusakan katup jantung
yang dapat menyebabkan disfungsi ventrikel sehingga terjadi gangguan preload maupun
afterload sehingga menurunkan curah jantung. Bila curah jantung menurun, maka tubuh
akan mengeluarkan mekanisme ini melibatkan sistem adrenalin renin angiotensin dan
aldosteron sehingga terjadi peningkatan tekanan darah akibat vasokontriksi arteriol dan
retensi natrium dan air.
Tetapi bila telah mencapai ambang batas kompensasi, maka mekanisme ini akan
terdekompensasi sehingga muncul gejala klinis yang terganggu dari ventrikel yang
terkena lalu muncul adhf.
Kelainan pada otot jantung karena berbagai sebab dapat menurunkan kontraktilitas
otot jantung sehingga menurunkan isi sekuncup dan kekuatan kontraksi otot jantung
sehingga terjadi penurunan curah jantung. Demikian pula pada penyakit sistemik
menyebabkan jantung berkompensasi memenuhi kebutuhan oksigen jaringan. Bila terjadi
terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal berkompensasi sehingga
mengakibatkan penurunan curah jantung.
Hal ini akan menimbukan penurunan volume darah akibatnya terjadi penurunan
curah jantung, penurunan kontraktivitas miokard pad ventrikel kiri (apabila terjadi infark
di ventrikel kiri) akan menyebabkan peningkatan beban ventrikel kiri. Hal ini disebabkan
karena penurunan kontraktivitas disertai dengan peningkatan venous return ( aliran darah
balik vena). Hal ini tentunya akan meningkatkan bedungan darah diparu-paru.
Bendungan akan mengakibatkan airan ke jaringan dan alveolus paru terjadi edema pada
paru. Edema ini tentunya akan menimbulkan gangguan pertukara gas diparu-paru
Tanda dominan ADHF yaitu tekanan arteri dan vena meningkat. Tekanan ini
mengakibatkan peningkatan tekanan vena pulmonalis sehingga cairan mengalir dari
kapiler ke alveoli dan terjadilah odema paru. Odema paru mengganggu pertukaran gas di
alveoli sehingga timbul dispnoe dan ortopnoe. Keadaan ini membuat tubuh memerlukan
energy yang tinggi untuk bernafas sehingga menyebabkan pasien mudah lelah. Dengan
keadaan yang mudah lelah ini penderita cenderung immobilisasi lama sehingga
berpotensi menimbulkan thrombus intrakardial dan intravaskuler. Begitu penderita
meningkatkan aktivitasnya sebuah thrombus akan terlepas menjadi embolus dan dapat
terbawa ke ginjal, otak, usus dan tersering adalah ke paru-paru menimbulkan emboli
paru. Emboli sistemik juga dapat menyebabkan stroke dan infark ginjal.
Odema paru dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek disertai sputum
berbusa dalam jumlah banyak yang kadang disertai bercak darah. Pada pasien odema
paru sering terjadi Paroxysmal Nocturnal Dispnoe (PND) yaitu ortopnoe yang hanya
terjadi pada malam hari, sehingga pasien menjadi insomnia.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium: hematologi (Hb, Ht, Leukosit), eritolit (kalium, natrium, magnesium),
gula darah, analisa gas darah.
2. EKG (elektrokardiogram) dan Ekokardiografi untuk melihat adanya : penyakit
jantung koroner : iskemik, infark, pembesaran jantung, (LVA : Left Vetricular
Hypertrophy) Aritmia, perikarditis
3. Foto rontgen toraks, untuk melihat adanya : edema alveolar, edema interstitials, efusi
pleura, pelebaran vena pulmonalis, pembesaran jantung
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang
pada gagal jantung akan meningkat.
5. Scan jantung multigated acquisition (MUGA) : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan gerakan dinding
6. Oksimetri nadi saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut
memperburuk PPOM atau GJK kronis
7. Pemeriksaan tiroid : peningkatan aktivitas tiroid menunjukan hiperaktivitas tiroid
sebagai pencetus GJK.
I. Komplikasi
1. Edema paru akut dapat terjadi pada gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik akibat penurunan curah jantung sehingga perfusi jaringan ke organ
vital tidak adekuat.
3. Episode trombolitik, trombus terbentuk akibat immobilitas pasien dan gangguan
sirkulasi, trombus dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah
4. Efusi perikardial dan tamponade jantung dimana masuknya cairan ke jantung
perikardium, cairan dapat meregangkan pericardium sampai ukuran maksimal.
Cardiac output menurun dan aliran balik vena ke jantung akan mengakibatkan
tamponade jantung.
5. Efusi Pleura Efusi pleura merupakan hasil dari peningkatan tekanan pada pembuluh
kapiler pleura. Peningkatan tekanan menyebabkan cairan transudate pada pembuluh
kapiler pleura berpindah ke dalam pleura. Efusi pleura menyebabkan pengembangan
paru-paru tidak optimal sehingga oksigen yang diperoleh tidak optimal
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap pasien gagal jantung harus dilakukan agar tidak terjadi
perburukan kondisi. Penatalaksanaan dasar pada pasien gagal jantung meliputi
1. dukungan istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung,
2. pemberian terapi farmakologis untuk meningkatkan kekuatan dan efisien kontraksi
jantung,
3. pemberian terapi diuretik untuk menghilangkan penimbunan cairan tubuh yang
berlebihana.
4. Elevasi Kepala Pemberian posisi fowler/semi fowler bertujuan untuk mengurangi
kongesti pulmonal dan mengurangi sesak napas. Kaki pasien sebisa mungkin tetap
diposisikan dependen atau tidak dielevasi, meski kaki pasien edema, karena elevasi
kaki dapat meningkatkan venous return yang akan memperberat beban awal jantung
K. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien :
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
diagnosa medik.
2. Identitas Penanggung Jawab
3. Keluhan utama
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status hubungan
dengan pasien.
⁻ Sesak saat bekerja, dipsnea nokturnal paroksimal, ortopnea
⁻ Lelah, pusing
⁻ Nyeri dada
⁻ Edema ektremitas bawah
⁻ Nafsu makan menurun, nausea, dietensi abdomen
⁻ Urine menurun
4. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang
kronologi keluhan utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala kongesti
vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea, ortopnea, batuk, dan edema pulmonal
akut. Tanyakan juga gajala-gejala lain yang mengganggu pasien.
5. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu tanyakan kepada pasien apakah pasien
sebelumnya menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi, DM, atau
hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang biasanya diminum oleh pasien pada
masa lalu, yang mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki pasien
6. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang menderita penyakit jantung, dan penyakit
keteurunan lain seperti DM, Hipertensi
7. Pengkajian data
⁻ Aktifitas dan istirahat : adanya kelelahan, insomnia, letargi, kurang istirahat, sakit
dada, dipsnea pada saat istirahat atau saat beraktifitas.
⁻ Sirkulasi : riwayat hipertensi, anemia, syok septik, asites, disaritmia, fibrilasi
atrial,kontraksi ventrikel prematur, peningkatan JVP, sianosis, pucat.
⁻ Respirasi : dipsnea pada waktu aktifitas, takipnea, riwayat penyakit paru.
⁻ pola makan dan cairan : hilang nafsu makan, mual dan muntah.
⁻ Eliminasi : penurunan volume urine, urin yang pekat, nokturia, diare atau
konstipasi.
⁻ Neuorologi : pusing, penurunan kesadaran, disorientasi.
⁻ Interaksi sosial : aktifitas sosial berkurang
⁻ Rasa aman : perubahan status mental, gangguan pada kulit/dermatitis
8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress, sikap dan
tingkah laku pasien.
b. Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah
Nilai normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140 mmHg
Nilai rata-rata diastolik : 80-90 mmHg 28
⁻ Nadi
Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau takikkardi)
⁻ Pernapasan
Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit
Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat / aktivitas
⁻ Suhu Badan
⁻ Metabolisme menurun, suhu menurun
c. Head to toe examination :
⁻ Kepala : bentuk , kesimetrisan
⁻ Mata: konjungtiva: anemis, ikterik atau tidak ?
⁻ Mulut: apakah ada tanda infeksi?
⁻ Telinga : kotor atau tidak, ada serumen atau tidak, kesimetrisan
⁻ Muka; ekspresi, pucat
⁻ Leher: apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe
⁻ Dada: gerakan dada, deformitas
⁻ Abdomen : Terdapat asites, hati teraba dibawah arkus kosta kanan
⁻ Ekstremitas: lengan-tangan:reflex, warna dan tekstur kulit, edema, clubbing,
bandingakan arteri radialis kiri dan kanan.
9. Pemeriksaan khusus jantung :
1. Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal : ICS
ke5)
2. Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi ventrikel
3. Perkusi : batas jantung normal pada orang dewasa
Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
4. Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang terjadi
pada saat kontraksi isimetris dari bilik pada permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri pulmonalis pada
dinding toraks. Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)
L. Diagnosis Keperawatan
1. penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
3. gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
4. gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium/air.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatique f
7. Gangguanpola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
8. Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
M. Intervensi Keperawatan
No Diagnosis Tujuan Intervensi
. keperawatan
1 penurunan curah Curah Perawatan jantung akut
jantung b.d perubahan jantung Observasi
afterload meningkat ⁻ Identifikasi karakteristik nyeri dada
(meliputi faktor pemicu dan pereda,
kualitas, lokasi,radiasi,skala,
durasi,frekuensi
⁻ monitor EKG 12 sadapan untuk perubahan
ST dan T
⁻ monitor aritmia (kelainan irama dan
frekuensi)
⁻ monitor elektrolit yang dapat meningkatkan
resiko aritmia
(mis.kalium,magnesium,serum)
⁻ monitor enzim jantung (mis.CK,CK-
MB,troponin T, Tronponin I)
⁻ monitor saturasi oksigen
⁻ identifikasi stratifikasi pada sindrom
coroner akut (mis.skor TIMI,Kilip.Crusade)
Teraupetik
⁻ pertahankan tirai baring selama 12 jam
⁻ pasang akses intravena
⁻ puasakan hingga bebas nyeri
⁻ berikan terapi untuk menurangi ansietas
dan stress
⁻ sediakan lingkungan yang kondusif untuk
beristirahat dan pemulihan
⁻ siapkan menjalani intervensi coroner
perkutan,jika perlu
⁻ berikan dukungan emosional dan spiritual
Edukasi
⁻ Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
⁻ anjurkan menghindari maneuver valsava
(mis.mengedan saat BAB atau batuk)
⁻ jelaskan tindakan yang dijalani pasien
⁻ ajarkan teknik menurunkan kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
⁻ kolaborasi pemberian antiplatelet,jika perlu
⁻ kolaborasi pemberian
antiangina(mis.nitrogliserin,beta
blocker,calcium channel blocker)
⁻ kolaborasi pemberian morfin,jika perlu
⁻ kolaborasi pemberian obat untuk mencegah
maneuver valsava (mis, pelunak tinja,
antjemeti)
⁻ kolaborasi pencegahan thrombus dengan
antikoagulan,jikaperlu
⁻ kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika
perlu
2. gangguan pertukaran Pertukaran Terapi oksigen
gas b.d gas Observasi
ketidakseimbangan meningkat ⁻ monitor kecepatan aliran oksigen
ventilasi perfusi ⁻ monitor posisi alat terapi oksigen
⁻ monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
⁻ monitor efektifitas terapi
oksigen(mis.oksimetri,analisa gas
darah)jika perlu
⁻ monitor kemampuan melepaskan oksigen
saat makan
⁻ monitor tanda-tanda hipoventilasi
⁻ monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelectasis
⁻ monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
⁻ monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Teraupetik
⁻ Bersihkan secret pada mulut,hidung dan
trakea jika perlu
⁻ pertahankan kepatenan jalan nafas
⁻ siapkan dan atur peralatan pemberian
oksigen
⁻ berikan oksigen tambahan,jika pelu
⁻ tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
⁻ gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkatmobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan
oksigen dirumah
Kolaborasi
⁻ kolaborasi penentuan dosis oksigen
⁻ kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas dan tidur
3. intoleransi aktivitas Toleransi Manajemen energi
b.d aktivitas Observasi
ketidakseimbangan meningkat ⁻ identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antara suplai dan mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen ⁻ monitr kelelahan fisik dan emosional
⁻ monitor pola dan jam tidur
⁻ monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas
Teraupetik
⁻ sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan)
⁻ lakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktif
⁻ berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
⁻ fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
⁻ anjurkan tirah baring
⁻ anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
⁻ anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
⁻ ajarkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
kolaborasi
kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
4. gangguan integritas Integritas Perawatan luka
kulit b.d perubahan kulit dan Observasi
sirkulasi jaringan ⁻ Monitor karakteristik luka
meningkat (mis.drainase,warna,ukuran,bau)
⁻ Monitor tanda-tanda infeksi
Teraupetik
⁻ lepaskan balutan dan plester secara
perlahan
⁻ cukur rambut disekitar daerah luka,jika
perlu
⁻ bersihkan dengan NaCl atau pembersih
nontoksik,sesuai kebutuhan
⁻ bersihkan jaringan nekrotik
⁻ berikan salep yang sesuai dengan
kulit/lesi,jika perlu
⁻ pasang balutan sesuai jenis luka
⁻ pertahankan steril saat melakukan
perawatan luka
⁻ ganti balutan sesuai luka jumlah eksudat
dan drainase
⁻ jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
atau sesuai kondisi pasien
⁻ berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgbb
/hari protein 1,25-1,5g/kgBB/hari)
⁻ berikan suplemen vitamin dan mineral
(mis.vitamin A,vitamin C,Zinc, asam
amino) sesuai kondisi
⁻ berikan terapi TENS (Stimulus saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
⁻ jelaskan tanda dan gejala infeksi
⁻ anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
⁻ ajarkan prosedur perawata luka secara
mandiri
Kolaborasi
⁻ kolaborasi prosedur debridement
(mis.enzimatik,biologis,mekanis,autolitik)
jika perlu
⁻ kolaborasi pemberian antibiotic,jika perlu

BAB III
RESUME KASUS

Unit :CVCU Tanggal Pengkajian : 07 Desember 2021


Ruang/Kamar :CVCU/B8 Waktu Pengkajian : 09:10
Tgl Masuk :03 Desember 2021 Auto Anamnese : √

Allo Anamnese : √

I. IDENTIFIKIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama/Suku : Islam
Warga Negara :Indonesia
Bahasa Yang Digunakan :Bahasa Indonesia
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :wirausaha
Alamat Rumah :Jl.Cenderawasi Aswip 1 Blok J No.11
Dx. Medik :Acute Decompensasi Heart Failure (ADHF)
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.H
Alamat : jl.Cenderawasi aswip 1 blok J no.11
Hubungan dgn pasien : Suami
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : sesak
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
pasien tampak terbaring lemah diranjang, tampak sesak terpasang O2 Nasal
Kanul, semua aktivitas dibantu oleh keluarga muntah tidak ada,demam
tidak ada

3. Riwayat Kesehatan Lalu :


pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus
pasien mengatakan saat itu duduk dan tiba-tiba sesak dibawah ke klinik
setelah itu keadaan pasien membaik seminggu kemudian pasien dibawa
oleh keluarga ke rumah sakit Jeneponto pasien mengira menderita penyakit
maag setelah itu pasien mengatakan muncul luka di daerah tangan yang
dikiranya hanya penyakit kampung(kanrepali) pasien mengatakan luka yang
ditangan di obati dengan obat kampung (baca-baca orang kampung) tapi
tidak sembuh akhirnya keluarga membawa pasien ke RS Bhayangkara
pasien di rawat 10 hari keadaan pasien baik, jantung,paru-paru,ginjal
semuanya normal keadaan pasien membaik dan akhirnya keluar dari rumah
sakit, setelah keluar dari rumah sakit pasien langsung merasakan sesak dan
akhirnya keluarga membawa pasien ke RS Wahidin dan didiagnosa ADHF
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan Kakak pasien memiliki riwayat penyakit DM dan
riwayat hipertensi 3 tahun yang lalu

Genogram (3 generasi )
G1

? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ?
GII ? ?

GIII
32 26

Keterangan:
: Laki-Laki - - - - - : Tinggal serumah
: Perempuan

: Pasien
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
a. Skala Coma Glasgow :
1) Respon Motorik :6
2) Respon Bicara :5
3) Respon Membuka Mata :4
Kesimpulan : Tingkat kesadaran penuh (composmentis)
2. Tekanan Darah :174/94mmHg
3. MAP :122 mmHg
4. Suhu :36,5
5. Pernapasan :Frekuensi 28x/menit
a. Irama :regular
b. Jenis :Dada
6. Nadi :75 x/menit
B. ANTROPOMETRI
1. Lingkar Lengan Atas :30 cm
2. Tinggi Badan :158 cm
3. Berat Badan :80 kg
4. I. M. T :30 kg/m²
Kesimpulan :Obesitas
C. PEMERIKSAAN FISIK (head to toe)
1. Kepala:
a. Bentuk :bentuk kepala simetris
b. Kulit kepala :tidak terdapat lesi atau kemerahan
c. Rambut :rambut tampak lepek dan berminyak
2. Mata:
a. Konjungtiva :tidak anemis
b. Sklera :tidak ikterik
c. Kornea :pergerakan bola mata normal
3. Hidung:
a. Inspeksi :simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada
hidung,tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen
simple mask 8 liter/menit
b. Palpasi :tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada
perdarahan pada hidung
4. Telinga :posisi telinga normal dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
5. Mulut
a. Rongga Mulut :Kemampuan menggigit, mengunyah dan menelah
masih baik
b. Gusi :Merah muda
c. Gigi :gigi bersih dan tidak menggunakan gigi palsu
d. Mukosa Bibir :bentuk bibir simetris dan lembab
6. Leher :tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan
7. Thorax (Paru-Paru) :
a. Inspeksi :dada tampak simetris, tidak ada lesi pada thorak, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, irama pernafasan teratur dan pola nafas
cepat dan dangkal
b. Palpasi :tidak teraba benjolan pada dada
c. Perkusi :sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi :bunyi nafas ronkhi di trakea
8. Jantung
a. Inspeksi :tidak terdapat sianosis, pada ujung ekstremitas dan bibir
b. Palpasi :denyut nadi meningkat, CRT < 2 detik
c. Perkusi :pekak
d. Auskultasi :S1 dan S2 irreguler
e. EKG :Sinus rhythm HR 75x/menit, reguler
9. Abdomen
a. Inspeksi :perut tampak buncit
b. Auskultasi :peristaltik 12x/menit
c. Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi :terdengar timpani
10. Ektremitas
a. Edema : terdapat edema kaki
b. Capilary Refill Time : <2 detik
c. Turgor Kulit : turgor kulit dingin, ada pitting udem 3 detik
d. Luka : terdapat ulkus pada kedua kaki Panjang ±3 cm, lebar
±5 cm, kedalaman ±1 cm, warna dasar luka mera terdapat edema pada kedua
kaki adanya epitelisasi atau granulasi pada luka Terdapat tanda-tanda infeksi,
meliputi nyeri, panas, bengkak, kemerahan, dan peningkatan exudat
e. Kekuatan Otot : 1111 3333
1111 1111
11. Genetalia :terpasang kateter

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN PEMELIHARAHAAN KESEHATAN
Pasien mengatakan sehat itu enak bisa berkumpul dengan keluarga, pasien juga
mengatakan kalau sehat itu mahal kalau sakit seperti ini tidak nyaman tidak bisa
makan sepuasnya tidak harus menjaga pola makan terutaman kaki dan tangan
yang tidak bisa di gerakkan, pasien mengatakan hanya bisa berbaring
B. POLA NUTRISI METABOLIK
1. Di rumah :Frekuensi makan 3x sehari, jenis makanan yaitu
makanan berat dan ringan, makanan yang disukai yaitu semua makanan
disukai. Tidak ada gangguan pada nafsu makan
2. Di Rumah Sakit :Frekuensi makan 3x sehari dan ditambah buah apel dan
anggur, semua makanan dirumah sakit dimakan walau hanya ½ porsi.
C. POLA ELIMINASI
1. Di rumah : Frekuensi buang air kecil 7-8 x sehari, warna jernih
terkadang kuning, tidak ada kesulitan dalam buang air kecil.Frekuensi BAB 1-
2x sehari dengan konsistensi lunak dengan warna kekuningan tidak bercampur
darah
2. Di rumah sakit : Pasien terpasang kateter dengan urin 200 cc/8 jam
dengan warna kuning terkadang kuning pekat. Pasien menggunakan pampers
dengan 1 kali BAB.
D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Di rumah :pasien mengatakan sering jalan-jalan dan rajin
olahraga pasien juga sering berkunjung kerumah keluarga pasien mengatakan
setiap hari melakukan pekerjan rumah seperti menyapu dan melipat pakaian
2. Di rumah sakit :pasien hanya istirahat ditempat tidur untuk mengurangi
sesak nafas dan pasien mengatakan semua aktivitas membutuhkan bantuan
oleh orang lain
E. POLA ISTIRAHAT TIDUR
1. DI Rumah :pasien mengatakan tidur pada malam hari selama
delapan jam perhari mulai pukul 22-00 – 05:00 WIB dan pada siang hari
selama satu jam dan setelah bangun tidur badannya terasa enak
2. Di Rumah Sakit pasien mengatakan sering terbangun dari tidur akibat
kedinginan karena suhu diruangan
F. POLA PERSEPSI KOGNITIF
1. Di Rumah :Pasien mengatakan masih melihat dengan baik,
kemampuan daya ingat terhadap peristiwa lama masih bagus
2. Di Rumah Sakit :Pasien mampu menginterpretasikan lingkungan, pasien
juga dapat mengenal disekitarnya (keluarganya) pasien tidak memiliki alat
bantu dengar.
G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI
1. Di Rumah
a. Identitas diri : pasien bernama Ny.R dengan jenis kelamin perempuan
b. Ideal diri : pasien mengatakan segera cepat dilarikan ke rumah
sakit oleh keluarga
c. Peran diri : pasien mengatakan bahwa pasien sebagai ibu rumah
tangga
d. Harga diri :pasien mengatakan bahwa senang melakukan pekerjaan
rumah dan mengurus suami dan anaknya
e. Gambara diri : pasien mengatakan tidak malu dengan keadaan pada
tubuhnya
2. Di Rumah Sakit :
f. Identitas diri : pasien bernama Ny.R dengan jenis kelamin perempuan
g. Ideal diri :pasien mengatakan berharap bahwa ingin cepat sembuh
h. Peran diri : pasien mengatakan bahwa pasien tidak lagi menjadi
ibu yang baik
i. Harga diri :pasien mengatakan tidak nyaman kalau tidak
melakukan aktivitas seperti biasa
j. Gambara diri : pasien mengatakan tidak malu kepada orang lain jika
mengetahui keadaannya
H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN
1. Di rumah :pasien mengatakan pasien adalah ibu dari satu orang
anak
2. Di Rumah Sakit :pasien mengatakan saat ini tidak lagi bisa mengurus
suami dan anaknya dan ketika pulang dari rumah sakit masih harus istirahat
dan berobat
I. POLA REPRODUKSI-SEKSUAL
1. Di rumah :tidakdikaji
2. Di Rumah Sakit :tidak dikaji
J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1. Di rumah : pasien mengatakan tidak merasa stres atau cemas
terhadap penyakitnya
2. Di Rumah Sakit : pasien mengatakan tidak cemas akan penyakitnya dan
pasien terlihat selalu bahagia tersenyum dan tertawa
K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN
1. Di rumah : pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
biasanya melakukan shalat jamaah dimasjid
2. Di rumah sakit :pasien mengatakan bahwa penyakit ini sudah takdir
dari tuhan pasien mencoba sabar untuk menghadapinya pasien sesekali
beribadah di rumah sakit

IV. DATA PENUNJANG


A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 05 Desember 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
WBC 26.15+ 10̂3/ul 4.00 – 10.00
RBC 3.68 - 10̂6/ul 4.00 – 6.00
HGB 10.2- Gr/dl 12.0 – 16.0
HCT 29.5 - % 37.0 – 48.0
MCV 80.2 fL 80.0 – 97.0
MCH 27.7 pg 26.5 – 33.5
MCHC 34.6 Gr/dl 31.5 – 35.0
PLT 261 10̂3/ul 150 - 400
RDW-SD 48.2 Fl 37.0 – 54.0
RDW-CV 16.6 + % 10.0 – 15.0
PDW 8.8 - Fl 10.0 – 18.0
MPV 9.2 Fl 6.50 – 11.0
P.LCR 18.2 % 13.0 – 43.0
PCT 0.24 % 0.15 – 0.50
NRBC 0.01 10̂3/ul 0.00 – 99.9
NEUT 23.95 + 10̂3/ul 52.0 – 75.0
LYMPH 0.87 - 10̂3/ul 20.0 – 40.0
MONO 1.11 + 10̂3/ul 2.00 – 8.00
EO 0.16 10̂3/ul 1.00 – 3.00
BASO 0.06 10̂3/ul 00.0 – 0.10
IG 10̂3/ul 0.0 – 72.0

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


KIMIA DARAH
Fungsi ginjal
Ureum 246 mg/dl 10 – 50
Kreatinin 6.92 mg/dl L (< 1.3),P(<1.1)
Fungsi hati
Albumin 2.3 gr/dl 3.5 – 5.0
Elektrolit

Natrium 127 mmol/1 136 – 145


Kalium 5.1 mmol/1 3.5 – 5.1
Klorida 112 mmol/1 97 - 111

B. TERAPI
No. Obat Dosis Cara Indikasi
pemberian
1. Novorapid 6 unit Subcutan Novorapid merupakan sediaan
yang mengandung Insulin Aspart
yang termasuk dalam golongan
insulin analog kerja cepat Insulin
ini digunakan untuk pengobatan
pada diabetes mellitus
2. nitrogliserin 5mg/8 Syringe Nitrogliserin merupakan obat
jam pump golongan nitrat yang bekerja
dengan cara melebarkan pembulu
darah, serta meningkatkan pasokan
darah dan oksigen ke otot jantung
3. Amlodipine 10 mg/24 Oral Amlodipine adalah obat untuk
jam menurunkan tekanan darah pada
konndisi hipertensi
4. Metronidazol 500mg/8 intravena Metronidazole adalah obat
jam antibiotic yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
dibagian vagina,kulit, hati, sendi,
saluran pernafasan
5. Ceftriaxone 2gr/24 Intravena efriaxone merupakan obat
jam antibiotik golongan sefalosporin
yang bekerja dengan cara
menghambat membunuh
bakteri. pertumbuhan bakteri
6. Furosemide 10mg/jam syrringe Furosemide adalah obat golongan
pump diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan
dari dalam tubuh melalui
urine. Obat ini sering digunakan
untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam
tubuh) atau hipertensi (tekanan
darah tinggi)
7. Levemir merupakan sediaan yang
mengandung Insulin Detemir yang
termasuk dalam golongan insulin
analog kerja panjang (Long-
Acting) dan bekerja hingga 24 jam.
Insulin ini digunakan untuk
pengobatan diabetes melitus pada
orang dewasa, remaja dan anak
berusia 2 tahun dan diatasnya

C. EKG
Sinus rhythm HR 75x/menit, regular
D. Foto toraks PA/AP
⁻ terpasang CVC dengan tip kesan cavoartrial junction
⁻ edema paru
⁻ cardiomegaly
⁻ efusi pleura bilateral

E. Echacardiografi
- Mildly Abnormal LV Systolic Function,EF 45%(TEICH),42%(BIPLANE)
- Normal RV Systolic Function, TAPSE 1,8 Cm, Sȃ€™ LATERAL 11,7 Cm/S
- Mild To Moderate Tricuspid Regurgitation With Low Probability Of PH
- Normal Cardiac Chambers
- Concentric Left Ventricular Hypertrophy
- RWMA:Segmental Hypokinetic
- Mid Pericardial Effusion
- Diastolic Dysfuncion Grade I
F. pengkajian jatuh (skala morse)
Faktor risiko Skala Score Penilaian Penilaian Penilaian
Standard Hasil Tgl : Tgl : Tgl :
06 /12/2021 07/12/2021 08/12/2021

Jam : 18.00 Jam : Jam :


Riwayat jatuh Yes 25
No 0 0 0 0
Diagnose Yes 15 15 15 15
sekunder No 0
Menggunakan Furnitur 30
alat bantu Menyokong 15
tongkat / alat
penopang /
welker
Bed rest 0 0 0 0
Obat Yes 20 20 20 20
No 0
Gaya berjalan Terganggu 20
Lemah 10 10 10 10
Normal 0
Kesadaran Lupa/pelupa 15
Baik 0 0 0 0
Jumlah score 45 45 45

Keterangan :

Risiko tinggi : ≥ tinggi


Risiko sedang : 25-44
Risiko rendah : 0 -24

V. ANALISA DATA
No HARI, DATA ETIOLOGI MASALAH
. TGL
1. 06 DS: Gagal jantung penurunan curah
Desember ⁻ Pembengkakan pada jantung b.d
2021 kedua kaki hipertrofi ventrikel perubahan
⁻ Nafas sesak saat atau afterload
setelah aktivitas peningkatan
DO: pengisian LVEP
TD : 174/94
S : 36,6 alirandarah
P : 28x/menit kejantung
N : 75x/menit
⁻ Kaki kanan dan kiri dan otak tidak
tampak edema adekuat
⁻ Type derajat 1 penurunan curah
dengan piting udem
3 detik
⁻ CRT < 2 detik
⁻ Terpasang bedside
monitor
⁻ EKG : Sinus rhythm
HR 75x/menit,
regular
⁻ EF: 45%
2. 06 DS Gagal jantung gangguan
Desember ⁻ Nafas sesak pertukaran gas b.d
2021 berbaring, terlentang ketidakseimbangan
⁻ Saat batuk nafas kongesti pulmonalis ventilasi perfusi
terasa sesak
DO
⁻ Terpasang oksigen pembesaran cairan
simple mask 8 alveoli
liter/menit
⁻ Pola nafas cepat dan
dangkal
⁻ bunyi nafas ronkhi gangguan
⁻ Pasien tidak nyaman pertukaran gas
dengan posisi
terlentang
⁻ Spo2: 98%
3. 06 DS : Eksteremitas bawah Gangguan
Desember - Klien mengatakan kanan dan kiri integritas jaringan
2021 merasa bahwa kedua b.d diabetes
kaki klien mellitus
mengalami Perfusi jaringan

kerusakan terganggu

- klien merasa nyeri


saat bergerak dan
Luka + diabetes
pada saat perbannya
diganti
DO:
Ulkus diabetik
- Terdapat ulkus pada
kedua kaki
- Pengkajian luka : Gangguan integritas
Panjang ±3 cm, lebar jaringan
±5 cm, kedalaman
±1 cm, warna dasar
luka merah
- terdapat edema pada
kedua kaki adanya
epitelisasi atau
granulasi pada luka
- Terdapat tanda-tanda
infeksi, meliputi
nyeri, panas,
bengkak, kemerahan,
dan peningkatan
exudat
- pemeriksaan GDS
pada tanggal 07
Desember 2021
adalah 161
4. 06 Ds: penurunan perfusi intoleransi
Desember - Nafas sesak saat atau organ sistemik aktivitas b.d
2021 setelah aktivitas ketidakseimbangan
- Aktivitas ditempat antara suplai dan
tidur dibantu nafas sesak setelah kebutuhan oksigen

- Badan terasa lelah atau sesudah

dan letih aktivitas

- Cepat mengalami
kelelahan
intoleransi aktivitas
Do:
- Tampak letih
- Tampak kelelahan
saat melakukan
aktifitas
- Pasien total care
- Aktivitas tampak
dibantu
- Kekuatan otot
1111 3333
1111 1111

5. 06 DS: Kelemahan Defisit perawatan


Desember - Pasien menolak diri b.d penurunan
2021 dimandikan karena kekuatan otot
suhu yang dingin Tidak mampu ke

DO: toilet, mandi dan


- pasien tidak mampu berhias secara
ketoilet dikarenakan mandiri
penurunan kekuatan
otot
- pasien terpasang Defisit perawatan

kateter diri

- pasien terlihat
memakai pampers
- pasien dibantu saat
makan
- pasien terlihat
terlihat kotor
- rambut terlihat lepek
dan berminyak
- pasien terlihat hanya
memakai sarung

6. 06 Faktor Resiko: Gagal jantung Resiko


Desember ⁻ kelebihan volume ketidakseimbangan
2021 cairan elektrolit
Ureum : 240 Tekanan atrium

Kreatinin :6,92
Natrium : 127
Hambatan aliran
Kalium :5,1
masuk vena kava
Klorida: 112
superior dan interior
⁻ gangguan
mekanisme regulasi
(Diabetes)
Edema ekstremitas

Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit
7. 06 Faktor resiko: Diabetes mellitus Resiko infeksi
Desember ⁻ penyakit kronis
2021 (diabetes mellitus)
⁻ ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Muncul luka

primer (kerusakan dikedua ekstremitas


integritas kulit) bawah

⁻ ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
Kerusakan integritas
sekunder
kulit
( penurunan
hemoglobin,)
HB:10,2
Resiko infeksi
⁻ leukopenia
WBC : 26.15
NEUT : 3.68
LYMPH: 0.87
MONO: 1.11
8. 06 Faktor resiko Sesak sesudah atau Resiko jatuh
Desember ⁻ kekuatan otot setelah aktivitas
2021 menurun
⁻ anemia Anemia

Penurunan kekuatan
otot

Resiko jatuh

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas Masalah)


N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
D
K
1. penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Gangguan integritas jaringan b.d diabetes mellitus
4. intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
7. Defisit perawatan diri b.d penurunan kekuatan otot
5. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
6. Resiko infeksi
8. Resiko jatuh
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx Kriteria Hasil Intervensi
penurunan curah Tujuan : Perawatan jantung akut
jantung b.d perubahan Setelah dilakukan tindakan Observasi
afterload keperawatan selama 3x16 jam ⁻ monitor EKG 12 sadapan
DS: , diharapkan curah jantung untuk perubahan ST dan T
⁻ Pembengkakan pada meningkat meningkat ⁻ monitor saturasi oksigen
kedua kaki Kriteria Hasil : Teraupetik
⁻ Nafas sesak saat atau 1. Tekanan darah ⁻ pertahankan tirai baring
setelah aktivitas membaik selama 12 jam
DO: 2. Kelelahan menurun ⁻ pasang akses intravena
TD : 174/94 3. Gambaran EKG ⁻ berikan terapi untuk
S : 36,6 meningkat menurangi ansietas dan
P : 28x/menit stress
N : 75x/menit ⁻ sediakan lingkungan yang
⁻ Kaki kanan dan kiri kondusif untuk beristirahat
tampak edema dan pemulihan
⁻ Type derajat 1 dengan ⁻ berikan dukungan
piting udem 3 detik emosional dan spiritual
⁻ CRT < 2 detik Edukasi
⁻ Terpasang bedside ⁻ anjurkan menghindari
monitor maneuver valsava
⁻ EKG : Sinus rhythm (mis.mengedan saat BAB
HR 75x/menit, atau batuk)
regular ⁻ ajarkan teknik menurunkan
⁻ EF: 45% kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi
kolaborasi pemberian
antiplatelet,jika perlu
gangguan pertukaran Tujuan : Terapi oksigen
gas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor kecepatan aliran
ventilasi perfusi jam, diharapkan pertukaran oksigen
DS gas meningkat ⁻ monitor posisi alat terapi
⁻ Nafas sesak Kriteria Hasil : oksigen
berbaring, terlentang 1. dyspnea menurun ⁻ monitor efektifitas terapi
⁻ Saat batuk nafas 2. gelisah menurun oksigen(mis.oksimetri,analis
terasa sesak 3. pola nafas membaik a gas darah)jika perlu
DO ⁻ monitor kemampuan
⁻ Terpasang oksigen melepaskan oksigen saat
simple mask 8 makan
liter/menit ⁻ monitor tingkat kecemasan
⁻ Pola nafas cepat dan akibat terapi oksigen
dangkal ⁻ monitor integritas mukosa
⁻ bunyi nafas ronkhi hidung akibat pemasangan
⁻ Pasien tidak nyaman oksigen
dengan posisi Teraupetik
terlentang ⁻ Bersihkan secret pada
⁻ Spo2: 98% mulut,hidung dan trakea jika
perlu
⁻ pertahankan kepatenan jalan
nafas
⁻ siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
⁻ tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
⁻ kolaborasi penentuan dosis
oksigen
⁻ kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur
Gangguan integritas Tujuan : Perawatan luka
jaringan b.d diabetes Setelah dilakukan tindakan Observasi :
mellitus keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor karakteristik luka
DS : jam, diharapkan integritas ( mis.warna,ukuran,bau)
- Klien mengatakan kulit/jaringan meningkat Teraupetik :
merasa bahwa kedua meningkat ⁻ lepaskan balutan dan plaster
kaki klien mengalami Kriteria Hasil : secara perlahan
kerusakan 1. kemudahan dalam ⁻ bersihkan dengan cairan
- klien merasa nyeri melakukan aktivitas Nacl
saat bergerak dan sehari-hari meningkat ⁻ bersihkan jaringan nekrotik
pada saat perbannya ⁻ berikan salep yang sesuai ke
diganti kulit/lesi jika perlu
DO: ⁻ pasang balutan sesuai jenis
- Terdapat ulkus pada luka
kedua kaki ⁻ pertahankan tehnik steril
- Pengkajian luka : saat melakukan perawatan
Panjang ±3 cm, lebar luka
±5 cm, kedalaman ±1 Edukasi :
cm, warna dasar luka ⁻ jelaskan tanda gejala infeksi
merah ⁻ anjurkan mengkonsumsi
- terdapat edema pada makanan tinggi kalori dan
kedua kaki adanya protein
epitelisasi atau ⁻ anjurkan prosedur
granulasi pada luka perawatan luka secara
- Terdapat tanda-tanda mandiri
infeksi, meliputi Kolaborasi :
nyeri, panas, kolaborasi pemeberian
bengkak, kemerahan, antibiotic,jika perlu
dan peningkatan
exudat
- pemeriksaan GDS
pada tanggal 07/12/21
adalah 161
intoleransi aktivitas b.d Tujuan : Manajemen energy
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi
antara suplai dan keperawatan selama 3x16 ⁻ identifikasi gangguan fungsi
kebutuhan oksigen jam, diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
Ds: aktivitas meningkat kelelahan
- Nafas sesak saat atau meningkat ⁻ monitor pola dan jam tidur
setelah aktivitas Kriteria Hasil : ⁻ monitor lokasi dan
- Aktivitas ditempat 1. kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
tidur dibantu melakukan aktivitas melakukan aktivitas
- Badan terasa lelah sehari-hari meningkat Teraupetik
dan letih 2. keluhan lelah bisa ⁻ sediakan lingkungan
- Cepat mengalami menurun nyaman dan rendah
kelelahan 3. dyspnea setalah stimulus (mis.cahaya,suara,
Do: aktifitas dapat kunjungan)
- Tampak letih menurun ⁻ lakukan latihan rentang
- Tampak kelelahan gerak pasif dan aktif
saat melakukan Edukasi
aktifitas ⁻ anjurkan tirah baring
- Pasien total care ⁻ anjurkan melakukan
- Aktivitas tampak aktivitas secara bertahap
dibantu ⁻ ajarkan strategi koping
- Kekuatan otot untuk mengurangi kelelahan
1111 3333 kolaborasi
1111 1111 ⁻ kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Defisit perawatan diri Tujuan : Dukungan perawatan diri
b.d penurunan Setelah di lakukan tindakan Observasi :
kekuatan otot keperawatan 3x16 jam di ⁻ monitor tingkat kemandirian
DS: harapkan perawatan diri ⁻ identifikasi kebutuhan alat
- Pasien menolak meningkat bantu kebersihan diri,
dimandikan karena Kriteria hasil: berpakaian, berhias, dan
suhu yang dingin 1. diharapkan makan
DO: kemampuan mandi Teraupetik :
- pasien tidak mampu cukup meningkat ⁻ sedia lingkungan yang
ketoilet dikarenakan 2. diharapkan teraupetik (mis. suasana
penurunan kekuatan kemampuan hangat,rileks,privasi )
otot mengenakan pakaian ⁻ siapkan keperluan pribadi
- pasien terpasang cukup meningkat (mis. parfum, sikat gigi, dan
kateter 3. diharapkan sabun mandi)
- pasien terlihat kemampuan ke toilet ⁻ fasilitasi kemandirian, bantu
memakai pampers cukup meningkat jika tidak mampu
- pasien dibantu saat 4. diharapkan minat melakukan perawatan diri
makan melakukan perawatan ⁻ dampingi dalam melakukan
- pasien terlihat terlihat diri cukup meningkat perawatan diri sampai
kotor 5. diharapkan mandiri
- rambut terlihat lepek kemampuan ke toilet Edukasi :
dan berminyak cukup meningkat ⁻ anjurkan melakukan
- pasien terlihat hanya perawatan diri secara
memakai sarung konsisten sesuai kemampuan
Resiko Tujuan : Pemantauan cairan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
elektrolit keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor frekuensi dan
Faktor Resiko: jam, keseimbangan cairan kekutan nadi
⁻ kelebihan volume meningkat ⁻ monitor frekuensi napas
cairan Kriteria Hasil : ⁻ monitor tekanan darah
Ureum : 240 1. di harapkan edema ⁻ monitor jumlah warna dan
Kreatinin :6,92 cukup menurun berat jenis urine
Natrium : 127 2. diharapkan asites ⁻ monitor kadar albumin
Kalium :5,1 cukup menurun ⁻ monitor intake dan ouput
Klorida: 112 cairan
⁻ gangguan Teraupetik
mekanisme regulasi ⁻ dokumentasi hasil
(Diabetes) pemantauan

Edukasi
⁻ jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Resiko infeksi Tujuan : Setelah di lakukan Pencegahan infeksi
Faktor resiko: tindakan keperawatan 3x16 Observasi :
⁻ penyakit kronis jam di harapkan tingkat ⁻ monitor tanda dan gejala
(diabetes mellitus) infeksi menurun. infeksi lokasi dan sistemik
⁻ ketidakadekuatan Kriteria hasil : Teraupetik :
pertahanan tubuh 1. diharapkan kemerahan ⁻ berikan perawatan kulit
primer (kerusakan menurun pada area edema
integritas kulit) 2. diharapkan kemerahan ⁻ cuci tangan sebelum dan
⁻ ketidakadekuatan menurun sesudah kontak dengan
pertahanan tubuh 3. diharapkan bengkak pasien dan lingkungan
sekunder menurun pasien
( penurunan 4. diharapkan kadar sel ⁻ Batasi jumlah pengunjungan
hemoglobin,) darah putih membaik Edukasi :
HB:10,2 ⁻ jelaskan tanda dan gejala
⁻ leukopenia infeksi
WBC : 26.15 ⁻ anjurkan meningkatkan
NEUT : 3.68 asupan nutrisi
LYMPH: 0.87 ⁻ anjurkan meningkatkan
MONO: 1.11 asupan cairan
Resiko jatuh Tujuan : Pencegahan jatuh
Faktor resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi :
⁻ kekuatan otot keperawatan 3x16 jam,
⁻ identifikasi faktor risiko
menurun diharapkan tingkat jatuh
jatuh
⁻ anemia menurun
⁻ identifikasi risiko jatuh
Kriteria hasil :
setidaknya sekali setiap
1. jatuh dari tempat tidur shift atau sesuai dengan
menurun kebijakan institusi
2. jatuh saat duduk ⁻ Hitung skala jatung dengan
menurun menggunakan skala morse
Teraupetik

⁻ pasang handrall tempat tidur


⁻ atur tempat tidur pada posisi
terendah
⁻ pastikan roda tempat tidur
dan kursi roda selalu dalam
kondisi terkunci
Edukasi

⁻ anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah

VIII. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


TGL DK JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
06 Penurunan curah 08:40 monitor saturasi SPO2: 84%
Desembe jantung b.d oksigen
r 2021 perubahan
afterload 08:44 pasang akses Pasien terpasang
intravena infus NaCl 0,9%

12:00 monitor tanda-tanda TD:174/94


vital N:75
P:20
S:36,5
SPO2:98%

EKG : Sinus rhythm


15:10 monitor EKG 12 HR 75x/menit,
sadapan untuk regular
perubahan ST dan T

TD:150/60
17:30 monitor tanda-tanda N:70
vital P:20
S:36,5
SPO2:98%
07 Penurunan curah 08:30 Pertahankan tirah Ny.R terlihat lemas
Desembe jantung b.d baring minimal 12 dan hanya bisa
r 2021 perubahan jam baring
afterload
08:40 Berikan terapi Pasien terlihat tidak
relaksasi untuk stress dan tidak
mengurangi ansietas cemas
dan stress
12:00
Monitor TTV TD:160/94
N:80
P:22
S:36,8
SPO2:98%
14:50
Sediakan lingkungan Pasien tampak
yang kondusif untuk memakai selimut
beristirahat dan yang tebal
pemulihan dikarenakan suhu
diruangan yang
17:30 dingin
Monitor ttv TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
18:20 SPO2:98%
Kolaboras
i pemberian Pemberian obat
antianggina nitrogliserin 5mg/8
jam
08 Penurunan curah 08:40 Anjurkan melaporkan Pasien mengatakan
Desembe jantung b.d jika nyeri dada tidak nyeri dada
r 2021 perubahan
afterload 09:00 Anjurkan Pasien mengetahui
menghindari manuver untuk tidak
valsava mengedan saat BAB

12:00
Monitor TTV TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
SPO2:98%
15:50
Jelaskan tindakan Pasien mengetahui
yang dijalani pasien dan mengerti
mengenai tindakan
17:30 yang dijalani
Monitor TTV
TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
SPO2:98%
06 Gangguan 08:10 Monitor kecepatan Terpasang simple
Desembe pertukaran gas b.d aliran oksigen mask dengan
r 2021 ketidakseimbanga konsentrasi 5-8 liter
n ventilasi perfusi

08:20 Monitor efektifitas Pasien sudah tidak


terapi oksigen terlihat sesak

08:40 Monitor tingkat Pasien terlihat


kecemasan akibat tampak tenang
terapi oksigen dengan pakai
oksigen

15:10 Monitor kecepatan simple mask dengan


aliran oksigen konsentrasi 5-8 liter

15:15 Monitor efektifitas Pasien tidak terlihat


terapi oksigen sesak lagi
07 Gangguan 09:30 Monitor kecepatan simple mask dengan
Desembe pertukaran gas b.d aliran oksigen konsentrasi 5-8 liter
r 2021 ketidakseimbanga
n ventilasi perfusi
09:40
Monitor efektifitas
terapi oksigen pasien sudah tidak
terlihat sesak lagi
15:20 Monito
r kecepatan aliran
oksigen
oksigen yang
dipakai simple mask
diganti jadi nasal
kanul dengan
konsentrasi 3
liter/menit
08 Gangguan 09:40 Monitor kecepatan Nasal kanul dengan
Desembe pertukaran gas b.d aliran oksigen konsentrasi 3
r 2021 ketidakseimbanga liter/menit
n ventilasi perfusi
16:00 Kolaborasi Pasien terlihat
penggunaan oksigen memakai oksigen
saat aktivitas/tidur saat aktivitas dan
tidur
06 Gangguan 16.00 Monitor warna ⁻ Terdapat luka
Desembe integritas jaringan ukuran dan bau luka ulkus pada kedua
r 2021 b.d diabetes kaki
mellitus ⁻ Panjang ±3 cm,
lebar ±5 cm,
kedalaman ±1
cm, warna dasar
luka merah
16.08 Mempertahankan ⁻ Luka bau
tehnik steril saat
melakukan perawatan
luka Pada saat
melakukan
perawatan luka
tehnik steril di
16.10 pertahankan dengan
Melakukan perawatan menggunakan
luka handscoon non streil
dan steril
- Dilakukan
perawatn luka
dengan
membersihkan

16.30 menggunakan
cairan NaCl 09
Menjelaskan tanda %
gejala - Di beriakn salep
infeksi luka prontosan
- Luka di tutup
18.00 menggunakan
kasa steril sesuai
kolaborasi dengan kebutuhan
pemberian antibiotic

pasien memahami
tanda gejala infeksi
yaitu demam
kemerahan pada
luka

- Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalu intravena
- Dan ceftriaxone
2gr/24 jam
melalui intravena

07 Gangguan 09.00 Menganjurkan Pasien setaip hari


Desembe integritas jaringan konsumsi makanan makan makanan
r 2021 b.d diabetes tinggi kalori dan rumah sakit yang
mellitus protein sudah di atur oleh
ahli gizi

09.30
Monitor karakteristik
luka - Warna luka
terlihat putih
dan
mengeluarkan
cairan bening
- luka bau
09.35 - kedalam luka
Mengganti perban ±1cm
luka dan
membersihkan
perban luka di ganti
mengggunakan NaCl
1x sehari (jika luka
merembes bisa 2x

12.00 sehari) dan di


bersihkan

Memberikan menggunakan NaCl


dan memakai salep
antibiotic
luka prontosan

- Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalu intravena
- Dan ceftriaxone
2gr/24 jam
melalui intravena

08 Gangguan 17.30 Monitor karakteristik Luka terlihat masih


Desembe integritas jaringan luka basah dan beberapa
r 2021 b.d diabetes luka mulai terangkat
mellitus jaringan matinya
tetapi muncul
beberapa bintik-
bintim yang berisi
cairan bening.
17.35 Mempertahankan
tehnik streil saat Pada saat
melakukan perawatan melakukan
luka perawatan luka
tehnik steril di
pertahankan dengan
17.35 menggunakan
Mengganti perban handscoon non streil
luka dan dan steril
membersihakn
18.00 menggunakan NaCl Luka di bersihkan
menggunakan NaCl
Memberikan dan di ganti 1x
antibiotic sehari

Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalui intravena
06 intoleransi 09.00 - Mengidentifikasi Hasil :
Desembe aktivitas b.d gangguan fungsi Pasien mengalami
r 2021 ketidakseimbanga tubuh yang gangguan jantung
n antara suplai dan mengakibatkan dan akan sesak jika
kebutuhan oksigen kelelahan bergerak

10.00 Melakukan latihan Hasil :


rentang gerak pasif Pasien sulit
dan aktif menggerakkan
anggota badannya
Hasil :
10.30 Menganjurkan Pasien sulit
melakukan aktivitas menggerakan
secara bertahap anggota badannya

16.00 Melakukan latihan Hasil :


rentang gerak pasif Pasien sulit
dan aktif menggerakkan
anggota badannya

Hasil :
19.00 Memonitor Pasien hanya
pergerakan dan terbaring di tempat
aktivitas pasien tidur
07 intoleransi 09.00 Melakukan latihan Hasil :
Desembe aktivitas b.d rentang gerak pasif Pasien sulit
r 2021 ketidakseimbanga dan aktif menggerakkan
n antara suplai dan anggota badannya
kebutuhan oksigen Hasil :
10.00 - Menganjurkan Pasien sulit
melakukan aktivitas menggerakan
secara bertahap anggota badannya
Hasil :
Pasien menyetujui
12.00 rencana jadwal
Merencanakan jadwal aktivitas dan istrahat
antara aktivitas dan
istrahat
Hasil :
Pasien mengikuti
latihan gerak yang
telah terjadwal
16.00
Melakukan latihan Hasil :
rentang gerak pasif Pasien mengatakan
dan aktif yang telah berkeinginan untuk
terjadwal menggerakkan
badannya

20.00
Mengevaluasi
motivasi dan
keinginan pasien
untuk meningkatkan
aktivitas
08 intoleransi 09.00 Melakukan latihan Hasil :
Desembe aktivitas b.d rentang gerak pasif Pasien mengikuti
r 2021 ketidakseimbanga dan aktif yang telah latihan gerak yang
n antara suplai dan terjadwal telah terjadwal
kebutuhan oksigen
Hasil :
12.00 Menganjurkan Pasien sulit
melakukan aktivitas menggerakkan
secara bertahap anggota badannya

Hasil :
16.00 Pasien mampu
Bantu dengan mengikuti arahan
aktivitas fisik teratur : untuk ambulasi
ambulasi
Hasil :
20.00 Pasien mengatakan
Mengevaluasi berkeinginan untuk
motivasi dan menggerakkan
keinginan pasien badannya
untuk meningkatkan
aktivitas
06 Defisit perawatan memonitor tingkat pasien tidak mampu
Desembe diri b.d penurunan kemandirian ketoilet dikarenakan
r 2021 kekuatan otot penurunan kekuatan
otot
menyiapkan
lingkungan yang selalu menjaga
teraupetik(mis. privasi pasien
mengjaga privasi
pasien

menyiapkan pasien memiliki


keperluan pribadi perlengkapan
perawatan diri
07 Defisit perawatan fasilitasi kemandirian, Membantu
Desembe diri b.d penurunan bantu jika tidak mengatur posisi
r 2021 kekuatan otot mampu melakukan nyaman
perawatan diri

anjurkan melakukan
perawatan diri secara Pasien belum
konsisten sesuai mampu melakukan
kemampuan perawatan diri

dampingi dalam Pasien belum


melakukan perawatan mampu melakukan
diri sampai mandiri perawatan diri
secara mandiri
08 Defisit perawatan monitor tingkat pasien tidak mampu
Desembe diri b.d penurunan kemandirian ketoilet dikarenakan
r 2021 kekuatan otot penurunan kekuatan
otot
anjurkan melakukan
perawatan diri secara Klien belum mampu
konsisten sesuai melakukan
kemampuan perawatan diri

menyiapkan
keperluan pribadi
pasien memiliki
perlengkapan
perawatan diri
dampingi dalam
melakukan perawatan Klien belum mampu
diri sampai mandiri melakukan
perawatan diri
secara mandiri
07 Resiko 08.45 - Memonitor Hasil :
Desembe ketidakseimbanga frekuensi dan - N : 83 kali/menit,
r 2021 n elektrolit kekuatan nadi teratur dan kuat
- Memonitor - P : 24 kali/menit
frekuensi nafas - TD : 132/ 79
- Memonitor tekanan mmHg
darah

Hasil :
Jumlah 500cc,
09.15 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 213
- Memonitor intake
dan output cairan
Hasil :
Pasien dan keluarga
Menjelaskan tujuan pasien mengetahui
dan prosedur tujuan pemantauan
pemantauan cairan
09.45
Hasil :
- N : 79 kali/menit,
teratur dan kuat
- P : 24 kali/menit
- Memonitor - TD : 113/ 80
frekuensi dan mmHg
kekuatan nadi
- Memonitor
15.00 frekuensi nafas Hasil :
- Memonitor tekanan Jumlah 300cc,
darah warna kuning
Balance cairan : +
244

21.00 - Memonitor jumlah


warna dan berat Hasil :
jenis urine Hasil pemantauan
- Memonitor intake telah
dan output cairan didokumentasikan
- Mendokumentasika
n hasil pemantauan

Mendokumentasikan
hasil pemantauan

08 Resiko 09.10 - Memonitor Hasil :


Desembe ketidakseimbanga frekuensi dan - N : 82 kali/menit,
r 2021 n elektrolit kekuatan nadi teratur dan kuat
- Memonitor - P : 24 kali/menit
frekuensi nafas - TD : 125/ 86
- Memonitor tekanan mmHg
darah
Hasil :
Jumlah 400cc,
09.30 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 197
- Memonitor intake
dan output cairan Hasil :
Telah diberikan
15.00 Memberikan asupan cairan sesuai
cairan sesuai kebutuhan
kebutuhan

Hasil :
Jumlah 300cc,
18.00 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 226
- Memonitor intake
dan output cairan Hasil :
Hasil pemantauan
21.00 - Mendokumentasika telah
n hasil pemantauan didokumentasikan

09 Resiko 09.30 - Memonitor Hasil :


Desembe ketidakseimbanga frekuensi dan - N : 78 kali/menit,
r 2021 n elektrolit kekuatan nadi teratur dan kuat
- Memonitor - P : 24 kali/menit
frekuensi nafas - TD : 121/ 83
- Memonitor tekanan mmHg
darah

Hasil :
Jumlah 600cc,
09.45 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 198
- Memonitor intake
dan output cairan
- Mendokumentasika
n hasil pemantauan Hasil :
Pasien telah diberi
15.00 Mengkolaborasi obat diuretik
pemberian diuretik

Hasil :
Jumlah 300cc,
warna kuning
19.00 - Memonitor jumlah Balance cairan : +
warna dan berat jenis 190
urine
- Memonitor intake
dan output cairan Hasil :
Hasil pemantauan
telah
21.00 - Mendokumentasika didokumentasikan
n hasil pemantauan

07 Resiko infeksi 10.00 Monitor tanda dan - WBC : 26.15


Desembe gejala infeksi - NEUT : 3.68
r 2021 - LYMPH: 0.87
- MONO: 1.11
- RBC: 3.68
11.00 Membatasi jumlah
pengunjung Jumlah pengunjung
di batasi untuk

16.10 Memberikan menjenguk pasien

perawatan luka pada


area edema Di lakukan
perawatan luka
dengan
membersihakn
16.20 menggunakan NaCl
Menjelaskan tanda dan memakai salep
dan gejala infeksi prontosan

Hasil :
Pasien memahami
16.40 jika ada tanda dan
Mencuci tangan gejala infeksi
sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien

Hasil :
18.00 Perawat selalu
Menganjurkan mencuci tangan baik
meningkatkan asupan sebelum dan
nutrisi sesudah kontak
dengan pasien

Hasil :
18.00
Pasien memakan
Kolaborasi makanan yang
pemeberian antibiotic sudah di atur oleh
ahli gizi dan yang
di sediakan oleh
rumah sakit

Hasil :
Di berikan
metrodinazole dan
ceftriaxione
08 Resiko infeksi 09.30 Mencuci tangan Hasil :
Desembe sebelum dan sesudah Perawat selalu
r 2021 kontak dengan pasien mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
09.35 Memberikan
perawatan luka pada Hasil :
area edema perawatan luka
selalu di lakukan
dan di bersihkan
18.00 menggunakan NaCl
Kolaborasi pemberian
antibiotic hasil :
diberikan
metrodinazole dan
18.30 ceftriaxone
Memastikan pasien
meningkatkan asupan
nutrisi hasil :
19.00
pasien terlihat
Menganjurkan jarang
meningkatkan asupan menghabiskan
cairan makannya

hasil :
asupan cairan pasien
di batasi oleh dokter

09 Resiko infeksi 10.00 Monitor tanda dan Hasil :


Desembe gejala infeksi
- WBC :
r 2021
26.15
- NEUT :
3.68
10.05 Melakukan perawatan - LYMPH:
luka pada area edema 0.87
- MONO:
1.11
- RBC: 3.68

Hasil :
10.30 Melakukan cuci Pasien di lakukan
tangan sebelum dan perawatan luka pada
sesudah kontak area edema jika luka
dengan pasien merembes

12.00 Hasil :
Memastikan pasien Perawat selalu
meningkatkan asupan mencuci tangan
nutrisi sebelum dan
17.35
sesudah kontak
Melakukan perawatan dengan pasien
luka pada area edema
Hasil :
Pasien hanya makan
sedikit tapi sering

Hasil :
17.50
Dilakukan
Melakukan cuci
perawatan luka pada
tangan sebelum dan
area edema kepada
sesudah kontak
pasien dengan
dengan pasien
membersihkan
menggunakan NaCl
dan memakai salep
18.00
prontosan
Kolaborasi pemberian
antibiotic Hasil :
Perawat selalu
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien

Hasil :
Diberikan
metrodinazole dan
ceftriaxone

07 Resiko jatuh 08.30 Mengidentifikasi Faktor risiko jatuh


Desembe faktor risiko jatuh di krenakan adanya
r 2021 penurunan kekuatan
otot

Keluarga pasien
08.50 Menganjurkan mengerti harus
memasang handrall memasang handrall
tempat tidur tempat tidur

Roda tempat tidur


09.30 Memastikan roda selalu dalam
tempat tidur selalu keadaan terkunci
dalam keadaan
terkunci Tempat tidur berada
10.00 dalam posisi rendah
Mengatur tempat
tidur pada posisi Pasien maupun
10.05 terendah keluarga nya selalu
meminta bantuan
Menganjurkan perawat
memanggil perawat
jika membutuhkan Handrall
15:00 bantuan selalu terpasang di
samping tempat
Memastikan handrall tidur
selalu terpasang di
samping tempat tidur
18.00 Skala morse 45
Menghitung skala (risiko tinggi )
jatuh dengan
menggunakan skala
morse
08 Resiko jatuh 09.00 Memastikan handrall Terlihat handrall
Desembe tempat tidur selalu tempat tidur selalu
r 2021 terpasang terpasang

10.00 Memastikan roda Roda tempat tidur


tempat tidur selalu selalu terkunci
terkunci
12.00 Pasien ataupun
Menganjurkan keluarganya selalu
memanggil perawata memanggil
jika membutuhkan perawata jika
bantuan membutuhkan
bantuan
18.00

Menghitung skala Skala morse 45


jatuh dengan (risiko tinggi )
menggunakan skala
morse
09 Resiko jatuh 10.00 Memastikan handrall Terlihat handrall
Desembe tempat tidur tidur tempat tidur selalu
r 2021 selalu terpasang terpasang

12.00 Memastikan roda


tempat tidur selalu Roda tempat tidur
terkunci selalu terkunci
Skala
17.00 Menghitung skala morse 45 (risiko
jatuh dengan tinggi)
mengggunakan skala
morse

IX. EVALUASI KEPERAWATAN


Nama/Umur :Ny.R/32 Tahun
Ruang/Unit :CVCU
CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL/JAM DK
(EVALUASI)
06 Desember 2021 penurunan curah Pada hari pertama
jantung b.d S : pasien mengatakan kedua kaki bengkak
perubahan afterload O : frekuensi pernapasan: 26x/menit,
saturasi 98%
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pertahankan tirai baring selama 12 jam
- Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan stress
- anjurkan menghindari manuver valsava
Pada hari kedua
S: pasien mengatakan mengalami sesak
O:
07 Desember 2021 - Pasien terlihat sesak
- Kaki pasien telihat bengkak
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor tanda – tanda vital
08 Desember 2021 - Anjurkan melaporkan jika nyeri
pada dada
- Anjurkan menghindari maneuver
valsava
- Jelaskan tindakan yang di jalani
pasien
Pada hari ketiga
S: pasien mengatakan tidak merasakan
nyeri pada dadanya
O:
- pasien tidak terlihat sesak
- Spo2 98 %

A: masalah belum teratasi


P: intervensi di hentikan
06 Desember 2021 gangguan pertukaran Pada hari pertama
gas b.d S:pasien mengatakan sesak
ketidakseimbangan O:pasien tampak bernafas dengan cuping
ventilasi perfusi hidung
A:masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
⁻ monitor kemampuan melepaskan
oksigen saat makan
⁻ bersihkan area disekitar hidung,
mulut
07 Desember 2021 Pada hari kedua
S: pasien mengatakan tidak terlalu sesak
lagi
O:
- pasien terlihat memakai masker O2
08 Desember 2021 simple mask tetapi di ganti menjadi
nasal kanul
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- monitor kecepatan aliran oksigen
- kolaborasi penggunaan oksigen saat
aktivitas atau tidur

Pada hari ketiga


S: pasien mengatakan sesak jika tidak
memakai o2
O:
- pasien terlihat memakai masker
oksigen baik itu bangun tidur dan
saat tidur
A: masalah belum teratasi
P: intervemsi di hentikan

Gangguan integritas Pada hari pertama


jaringan b.d diabetes S : Pasien mengatakan kalau perban
mellitus lukanya merembes
O:

- Terdapat luka pada ektremitas bawah


kanan dan kiri
- Luka terlihat basah dan mengeluerkan
cairan bening
- Kedalaman luka ±1cm
- Lebar luka ±5cm
- Panjang luka ±3cm
- Dan luka bau

A: masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

⁻ Monitor karakterisktik luka


⁻ Perawatan luka
⁻ Menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan kalori
⁻ Kolaborasi pemberian antibiotic

Pada hari kedua

S : Pasein mengatakan merasa tidak


nyaman pada perban luka yang merembes
dan merasa kesakitan pada ekstremitas
bawah kanan dan kiri saat dilakukan
perawatan luka
O:

- Luka tidak merembes


- Terdapat luka pada ektremitas bawah
kanan dan kiri
- Luka terlihat basah dan mengeluerkan
cairan bening
- Kedalaman luka ±1cm
- Lebar luka ±5cm
- Panjang luka ±3cm
- Dan luka bau

A : Masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi

⁻ Monitor karaktersktik luka


⁻ Perawatan luka
⁻ Kolaborasi pemeberian antibiotic
⁻ Memeptahankan tehnik steril saat
perawatan luka

Pada hari ketiga

S : pasien mengatakan iya merasakan gatal


pada luka di ekstremitas bwah kiri dan
kanan

O:

- Luka tidak merembes


- Luka terlihat masih basah dan
mengeluarkan cairan bening
- Luka bau
- Terdapat beberapa jaringan mati yang
terangkat
- Sebagian luka mulai terlihat memerah
- Muncul bintik-bintik cairan bening di
beberapa ekstremitas bawah kiri

A : masalah belum teratasi


P : intervensi di hentikan
intoleransi aktivitas Pada hari pertama
b.d S : : Pasien mengatakan masih sulit
ketidakseimbangan menggerakkan badannya
antara suplai dan O : Pasien hanya bisa terbaring di tempat
kebutuhan oksigen tidur
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Lakukan latihan rentang gerak pasif dan
aktif
Pada hari kedua
S : Pasien mengatakan masih sulit
menggerakkan badannya
O : Pasien hanya bisa terbaring di tempat
tidur
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Merencanakan jadwal antara aktivitas
dan istrahat
- Menganjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap

Pada hari ketiga


S : Pasien mengikuti rencana jadwal
aktivitas
O : Pasien beraktivitas di tempat tidur
A : Intoleransi aktivitas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Evaluasi motivasi dan keinginan
pasien untuk meningkatkan aktivitas
Selasa 07/12/2021 Defisit perawatan diri 1 pada hari pertama
21.00 b.d penurunan S : pasien menagatakan tidak mau mandi
kekuatan otot dikarenakan suhu ruangan yang dingin
O:
- Pasien tidak mampu ke toilet
di karenakan penurunan
kekuatan otot
- Pasien terlihat kotor
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terlihat memakai
pampers
- Rambut pasien terlihat lepek
dan berminyak
A : masalah belum teratasi
P : lanjurkan intervensi
- Monitor tingkat kemandirian
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan
pada hari kedua
S : pasien mengatakan mau di mandikan
O:
- Pasien tidak mampu ke toilet
di karenakan penurunan
kekuatan otot
- Pasien terlihat kotor
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terlihat memakai
pampers
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat kemandirian
pasien
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten
Pada hari ketiga
S : pasien mengatakan mau di mandikan
O:
- Pasien tidak mampu ke toilet
di karenakan penurunan
kekuatan otot
- Pasien terlihat kotor
- Pasien terpasang kateter
- Pasien terlihat memakai
pampers

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat kemandirian
pasien
- Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten

Resiko Pada hari pertama


ketidakseimbangan S : Pasien mengatakan jarang berkeringat
elektrolit O : Hasil balance cairan pasien positif
A: Risiko ketidakseimbangan elektrolit
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pemantauan intake dan output cairan
- Monitor warna dan berat urine
- Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
Pada hari kedua
S : Pasien mengatakan masih jarang
berkeringat
O : Hasil balance cairan pasien positif
A: Risiko ketidakseimbangan elektrolit
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Pemantauan urine
- Kolaborasi pemberian diuretic
Pada hari ketiga
S : Pasien mengatakan telah diberikan obat
diuretik
O : Hasil balance cairan pasien positif
A: Risiko ketidakseimbangan elektrolit
belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
- Pemantauan intake dan output cairan
- Monitor warna dan berat urine
- Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
- Kolaborasi pemberian diuretic
Selasa 07/12/2021 Resiko infeksi 1. Pada hari pertama
21.00 S:-

O:

 Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh

 Hasil lab yang belum


membaik

- WBC : 26.15

- NEUT : 3.68

- LYMPH: 0.87

- MONO: 1.11

- RBC: 3.68

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Mencuci tangan sebelum dan


sesudah kontak dengan
pasien

- Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi

Melakukan perawatan luka pada area


edema
Rabu Risiko infeksi 2. Pada hari kedua
07/12/2021 S:

O : ketidaaekuatan pertahanan tubuh

- WBC : 26.15

- NEUT : 3.68

- LYMPH: 0.87

- MONO: 1.11

- RBC: 3.68

- Luka terlihat merembes dan


luka terlihat berwarna putih

- Luka bau

- Perawat selalu mencuci


tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- Melakukan perawatan luka


pada area edema

- Mencuci tangan sebelum dan


sesudah kontak dengan
pasien

Kamis Risiko infeksi 3. Pada hari ke tiga


09/12/2021 S:-
21.00
O:

- ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder

- luka masih merembes dan


pada saat di lakukan
perawatan luka terdapat
jaringan mati yang
terangakat

- terlihat beberapa daerah luka


berwarna merah

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi pasien di


pindakan ke ruangan perawatan
lantai 4

Resiko jatuh O:
- hasil skala pengkajian jatuh
menggunakan skala morse : 45 (risiko
tinggi )
- HGB : 10.2
- Tempat tidur selalu terpasang
pengamannya
- Keluarga selalu berada di samping
pasien
- Roda tempat tidur pasien selalu terkunci
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (morse)
- memastikan handrall tempat tidur selalu
terpasang
- memastikan roda tempat tidur selalu
terkunci

Pada hari kedua


S:-
O:

- hasil pengkajian jatuh menggunakan


skala morse 45 (risiko tinggi )
- handrall tempat tidur selalu terpasang
- roda tempat tidur selalu terkunci
- pasien selalu memamnggi perawat jika
membuthkan bantuan

A : Masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
Pada hari ketiga
S:-
O:

- hasil pengkajian jatuh TANGGAL


08/12/2021 menggunakan skala morse
45 (risiko tinggi )
- handrall tempat tidur selalu terpasang
- roda tempat tidur selalu terkunci
- pasien selalu memanggil perawat jika
membuthkan bantuan

A : masalah belum teratasi


P : intervensi di hentikan pasien di
pindahkan ke ruangan perawatan lantai 4

BAB IV

ANALISIS JURNAL

1. JUDUL : pelaksanaan self management terhadap perilaku perawatan diri pada pasien
gagal jantung di Desa Plesungan
2. KATA KUNCI : Gagal jantung, Perilku Perawatan Diri, Self Management
3. PENGARANG : Saelan, Dzurriyatun Toyyibah, Galih Setia Adi, Budi Prasetyo
4. PUBLIKASI : Wirajaya Medika : Jurnal Kesehatan
5. TAHUN : 2021
6. TIPE / DESAIN STUDI : pre dan post test with design group
7. TUJUAN PENELITIAN : Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah
pelaksanaan Self Management terhadap perilaku perawatan diri pasien gagal jantung
kongestif di desa Plesungan dengan memberikan edukasi dan lembar monitoring
pelaksanaan Self Management
8. POPULASI : Semua pasien dengan riwayat penyakit gagal jantung di Desa
Plesungan
9. SAMPEL : Responden dengan riwayat penyakit gagal jantung kongestif dengan
metode consecutive sampling sejumlah 18 responden
10. FORMAT ISI ARTIKEL

Problem Penyakit gagal jantung beresiko mengalami kekambuhan yang


disebabkan karena kurangnya perawatan diri. Sebagian besar
kekambuhan gagal jantung terjadi karena pasien tidak
melaksanakan perawatan mandiri, melanggar pembatasan diet,
tidak mematuhi tindak lanjut medis, melakukan aktivitas fisik
yang berlebihan, dan tidak dapat mengenali gejala
kekambuhan.
Intervention Quasi eksperiment dengan pre dan post test with design group.
Sebelum perlakuan, diberikan self management dalam
meningkatkan perilaku hidup sehat dengan pasien gagal
jantung, kemudian diberikan intervensi self management dalam
bentuk edukasi dan contoh kegiatan pencegahan gagal jantung
kemudian diberikan lembar ceklis untuk evaluasi kegiatan self
management selama 4 minggu, kemudian dilakukan kembali
pengukuran pada waktu periksa berikutnya pada pengukuran
perilaku self management.
Comparison Hasil penelitian ini mendukung untuk meningkatkan
perawatan diri pada penyakit jantung, sebagaimana hasil studi
penelitian yang dilakukan oleh (Studi et al, 2020), dengan studi
penelitian gambaran self management pada penderita gagal
jantung di RS Universitas Sebelas Maret terbanyak
mempunyai Self Management yang kurang baik sehingga perlu
adanya edukasi secara langsung pada responden.
Outcome Self management merupakan kemampuan pasien dalam
mengelola dirinya, ini dapat ditingkatkan dengan edukasi dari
perawat, pasien gagal jantung harus mempunyai pengetahuan
tentang penyakit yang dialaminya, bagaimana cara pencegahan
timbulnya gejala dan apa yang bisa dilakukan pasien gagal
jantung jika gejala muncul, dengan self management yag baik
maka pasien akan mempunyai motivasi dalam penanganan
penyakitnya. Pada penelitian ini menyatakan bahwa terdapat
pengaruh pemberian self management pelaksanaan self
management terhadap perilaku perawatan diri pada pasien
gagal jantung kongestif di desa Plesungan. Perawatan diri pada
pasien gagal jantung merupakan tugas setiap individu untuk
bertanggung jawab atas pribadinya. Perawat yang memiliki
tugas melakukan pengelolaan pasien dan berkontribusi dalam
kemandirian pasien dengan perubahan perilaku pasien.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHF adalah gagal jantung akut yang gagal memompa cukup darah untuk
mencukupi kebutuhan tubuh serta tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat
dan serangannya dirasakan secara cepat. Diagnosis yang mungkin muncul pada penyakit
ADHF adalah penurunan curah jantung,pertukaran gas, gangguan integritas jaringan,
intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri,resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko
infeksi dan resiko jatuh intervensi yang dilakukan sesuai dengan diagnosis prioritas dan
implementasi yang dilakukan pada 8 diagnosis yaitu sebanyak 3 hari dan pada hasil
penelitian yang berkaitan dengan ADHF menyatakan bahwa Penyakit gagal jantung
beresiko mengalami kekambuhan yang disebabkan karena kurangnya perawatan diri.
Sebelum perlakuan, diberikan self management dalam meningkatkan perilaku hidup
sehat dengan pasien gagal jantung, kemudian diberikan intervensi self management
dalam bentuk edukasi dan contoh kegiatan pencegahan gagal jantung kemudian
diberikan lembar ceklis untuk evaluasi kegiatan self management selama 4 minggu,
kemudian dilakukan kembali pengukuran pada waktu periksa berikutnya pada
pengukuran perilaku self management. Self management merupakan kemampuan pasien
dalam mengelola dirinya, ini dapat ditingkatkan dengan edukasi dari perawat, pasien
gagal jantung harus mempunyai pengetahuan tentang penyakit yang dialaminya,
bagaimana cara pencegahan timbulnya gejala dan apa yang bisa dilakukan pasien gagal
jantung jika gejala muncul, dengan self management yag baik maka pasien akan
mempunyai motivasi dalam penanganan penyakitnya. Perawat yang memiliki tugas
melakukan pengelolaan pasien dan berkontribusi dalam kemandirian pasien dengan
perubahan perilaku pasien.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat memanfaatkan laporan kasus ini sebagai salah
satu bahan kajian terhadap materi pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
serta sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan
asuhan keperawatan.
2. Profesi Ners
Diharapkan bagi mahasiswa agar mampu melakukan assuhan keperawatan secara
holistic, dengan melakukan pengkaian dengan baik dan mendalam terkait kasus yang
ditemui, mampu menentukan masalah keperawatan sesuai prioritas berdasarkan data
yang diperoleh pada pengkajian. Mampu menyusun rencana keperawatan terkait
masalah yang ditemui dan mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana
yang telah disusun, serta mampu melakukan evaluasi terhadap masalah berdasarkan
implementasi yang telah dilakukan.
3. Lahan Praktik
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan referensi baru terhadap pelayanan
keperawatan, khususnya dalam masalah ADHF

DAFTAR PUSTAKA
Arini. 2015, Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantng yang Rawat Inap di RSUD
DR. Soetomo. Surabaya. Online : http://repository.wima.ac.id. Diakses 15 Desember
2021
Berek, Pius A.L. (2010). Efektifitas slow deep breathing terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi primer di Atambua Nusa Tenggara Timur: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Herman, T.H, & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Edisi. 10. Jakarta ; EGC
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Kozier, Barbara, dkk, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek, Edisi 7, Volume 1. Jakarta : EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Udjianti, W.J, (2010). Keperawatan Kardivaskuler. Jakarta: Salemba Medik
WHO. 2013. About Cardiovascular Diseases. World Health Organization. Geneva. Cited

Anda mungkin juga menyukai