DI SUSUN : KELOMPOK 5
CI LAHAN CI INSTITUSI
(..................................) (..................................)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “ACUTE
DECOMPENSATED HEART FAILURE (ADHF)” tepat pada waktumya.
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari cara
pembuatan laporan untuk memenuhi penilaian pada stase KMB (keperawatan medical
bedah), penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari
berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Selesainya laporan ini berkat bimbingan dan
dorongan moril dari berbagai pihak oleh karena itu sepantasnya penulis menyampaikan
terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang sudah membantu, diantaranya sebagai
berikut kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Alimuddin. SH., MH., M.Kn. selaku Pembina Yayasan Pendidikan Islam
Megarezky;
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam Megarezky;
3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya. Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Rektor Universitas
Megarezky;
4. Ibu Dr. Syamsuriyati,S.ST.,S.Km.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan beserta stafnya yang berkenan member izin untuk melakukan peraktek
lapangan;
5. Bapak Ns. Syaiful, S.Kep., M.Kep. selaku ketua prodi profesi ners, yang dengan lapang
dada dan bermurah hati hati senantiasa membimbing, meluangkan waktu, tenaga, pikiran
dan member arahan serta member semangat dan motivasi kepada penulis;
6. Bapak Ns. Alfian Rahim, S.Kep., MNS, selaku dosen Pembimbing Institusi yang telah
sabar dalam memberikan arahan, saran dan meluangkan waktunya meberikan bimbingan
selama proses penyusunan laporan ini;
7. Bapak Muh Irfan Yusnurlianto, S.Kep.,Ns, selaku dosen Pembimbing Lahan yang telah
sabar dalam memberikan arahan, saran dan meluangkan waktunya memberikan
bimbingan selama proses penyusunan laporan ini;
8. Bapak Ns.Syahranisaid.S.Kep.Sp.KV.M.Kep, yang juga membimbing kami dan
memberikan arahan dalam proses penyusunan laporan ini
9. Kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan proposal ini baik secara
langsung dan tidak langsung.
Bismillah, kita semua dikelilingi orang yang baik, diberikan kebahagian dan
dilimpahkan rejekin yang berlimpah kepata Allah SWT
AMIN
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. leh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan demi perbaikan-
perbaikan kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyumbang angka
kematian dan kesakitan didunia setiap tahunnya. Menurut data yang diterbitkan oleh
WHO (World Health Organization) tahun 2018 memprediksikan bahwa angka kematian
akibat penyakit kardiovaskular akan meningkat lebih dari 23,6 juta orang pada tahun
2030. Menurut American Heart Association tahun 2018 penyakit jantung koroner terdiri
dari Unstable Angina Pectoris (UAP), ST Elevation Myocardial Infarct (STEMI), dan
Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI). Berdasarkan data riset kesehatan dasar,
menunjukkan prevalensi untuk penyakit kardiovaskuler di Indonesia meningkat setiap
tahunnya, yaitu sekitar 2.784.064 orang menderita PJK (riskesdas, 2018)
Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu keadaan terjadinya perubahan pada
variabel intima atau tunika intima arteri seperti lipid, hasil produk darah, kompleks
karbohidrat, jaringan fibrus, dan defosit kalsium yang kemudian diikuti perubahan
lapisan media (Agrina, 2017). Penyakit ini juga bisa disebut Coronary Artery Disease
(CAD). Sindrom Koroner Akut juga dikaitkan dengan penyakit jantung koroner. Sindrom
Koroner Akut merupakan kegawatdaruratan pembuluh darah koroner yang terdiri dari
infark miokard akut (American Heart Association, 2016).
Data tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 persen kematian didunia disebabkan
oleh penyakit tidak menular yaitu sebanyak 39,5 juta dari 56,4 juta kematian. Dari
seluruh kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) tersebut, 45% disebabkan oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah dengan total 17,7 juta dari 39,5 juta kematian
(WHO,2015).
Hasil riset kesehatan dasar Kementrian kesehatan, data menunjukan prevalensi
penyakit jantung berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia yaitu sebesar 1,5% dari total
penduduk. Data riskesdas 2018 mengungkapkan tiga provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi yaitu Provinsi Kalimantan Utara 2,2%, Daerah Istimewa Yogyakarta
2%, dan Gorontalo 2%. Selain itu 8 provinsi lain juga memliki prevalensi lebih tinggi
dibandingkan prevalensi nasional, salah satunya Provinsi Kalimantan Timur yaitu 1,8%
(Kemenkes RI, 2018).
Salah satu komplikasi dari penyakit jantung koroner adalah gagal jantung yang
merupakan permasalahan kesehatan progresif seiring perkembangan zaman dengan
meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas di Negara maju maupun berkembang
(PERKI, 2015). Menurut Schilling (2014) angka kejadian gagal jantung semakin
meningkat dari tahun ke tahun, data WHO Tahun 2017 tercatat 1,5% sampai 2% orang
dewasa di Amerika Serikat menderita gagal jantung dan 700.000 diantaranya
memerlukan perawatan dirumah sakit pertahun. Alasan utama rawat inap individu yang
berusia > 65 tahun di dunia barat di dominasi olah penyakit Acute Heart Failure,
Amerika menampung pasien dengan gagal jantung akut sebanyak 1 juta orang
pertahunnya untuk melakukan perawatan (Farmakish, 2018). Menurut infodatin, 2013 Di
Indonesia pasien dengan gagal jantung memiliki usia lebih muda dibandingkan Eropa
dan Amerika disertai dengan tanda gejala klinis yang lebih berat.
Pasien dengan gagal jantung memiliki tanda yang khas yaitu takikardi, takipnu,
ronki paru, efusi pleura, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer,
hapatomegali dan dyspnoe (PERKI, 2015). Dyspnoe merupakan gejala yang paling
sering dirasakan oleh penderita gagal jantung. Penelitian yang dilakukan oleh
Nirmalasari (2017) menyatakan bahwa 80% pasien yang dirawat dirumah sakit
mengalami dyspnoe dan mengatakan dyspnoe mengganggu aktifitas sehari-hari. Gagal
jantung mengakibatkan kegagalan fungsi pulmonal sehingga terjadi penimbunan cairan
di alveoli. Hal ini akan menyebebkan jantung tidak dapat berfungsi dengan maksimal
dalam memompa darah. Perubahan yang akan terjadi pada otot-otot respirasi juga
mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu dan terjadilah dyspnoe
(Riley, 2013).
Pada pasien gagal jantung gejala lain yang dirasakan selain dyspnoe dan pucat
yaitu nyeri dada yang muncul secara tiba-tiba dan secara terus menerus serta tidak
mereda. Nyeri dapat menjalar ke leher, bahu dan terus menuju lengan (Aspiani, 2014).
Pada pasien Acute Decompensated Heart Failure untuk meminimalkan konsumsi
oksigen oleh miokard, pasien perlu diistirahatkan. Sesak nafas dimalam hari (Ortopnue)
yang sebelumnya duduk lama kemudian berbaring ke tempat tidur sehingga tekanan
sirkulasi paru meningkat sehingga cairan berpindah ke alveoli. Gejala lain yang muncul
adanya keluhan mudah lelah akibat meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas
dan insomnia (gangguan tidur) yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk
(Shahab, 2016). Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri dada saat aktivitas
berat dan masih tetap berlangsung saat istirahat. Gangguan istirahat dan tidur pada pasien
gagal jantung terutama terjadi pada malam hari karena rasa ketidak nyamanan nyeri dada
yang mengganggu kualitas dan kuantitas tidur pasien (Talebi, 2019)
B. Tujuan umum
Untuk menganalisa bagaimana pemberian intervensi dirumah sakit dan penerapan
intervensi sesuai jurnal yang didapat
C. Manfaat
1. Penulis
Laporan ini sebagai acuan pembelajaran bagaimana penerapan intervensi didunia
keperawatan dan memberikan pembelajaran agar mahasiswa dapat berfikir kritis
dalam penerapan suatu tindakan keperawatan.
2. Institusi pendidikan
Sebagai bahan pembelajaran atau bahan referensi kedepannya bagaimana dengan
pembuatan kasus yang baik dengan penerapan pembelajaran yang bagus dalam
berfikir kritis.
3. Pelayanan kesehatan
Dengan adanya laporan kasus ini dapat menjadikan suatu referensi untuk
mengembangkan tindakan keperawatan dirumah sakit sehingga untuk penanganan
kasus seperti nyeri intervensinya tidak hanya nyeri dengan cara pemberian obat, jadi
keperawatan juga memiliki suatu tindakan yang memang diranahnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
ADHF (Acute Decompensasi Heart Failure) yaitu penyakit gagal jantung akut
yang diakibat oleh abnormalnya fungsi jantung. Disfungsi dapat berupa sistolik maupun
diastolik abnormalitas irama jantung. Gagal jantung bisa terjadi pada seseorang dengan
serangan baru tanpa kelainan jantung sebelumnya
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami penurunan
atau kegagalan dalam memompa darah dimana terjadi penurunan kemampuan
kontraktilitas fungsi pompa jantung untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan nutrisi dan
oksigen secara adekuat .Penyakit gagal jantung yaitu jantung tidak mampu memompa
pasokan darah, untuk mempertahankan sirkulasi adekuat sesuai kebutuhan tubuh
meskipun tekanan pengisian cukup, dimana gejalanya seperti nafas sesak selama
istirahat, beraktifitas dan kelelahan, edema pulmonal kardiogenik dengan akumulasi
cairan yang cepat pada paru dan pembengkakan pada tungkai Jadi ADHF adalah gagal
jantung akut yang gagal memompa cukup darah untuk mencukupi kebutuhan tubuh serta
tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat dan serangannya dirasakan secara
cepat.
B. ANATOMI
a. Anatomi Jantung
Jantung yaitu otot yang berongga dimana berukuran sebesar kepalan tangan.
Fungsi jantung untuk memompakan darah ke pembuluh darah secara berulang. Jantung
normal memiliki empat ruang yaitu 2 ruang atas jantung disebut atrium dan 2 ruang
jantung bawah dimana masing-masing berfungsi sebagai memompa. Dinding yang
memisahkan kedua atrium dan ventrikel pada bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum
diantara paru-paru kiri dan kanan.
1. Lapisan Jantung
Lapisan perikardium dimana lapisan terletak paling atas dari jantung
fungsinya sebagai pembungkus jantung. Lapisan ini terdiri dari perikardium parietal
(pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung
menempel pada jantung) dan diantara kedua perikardium terdapat ruangan yang berisi
cairan serosa sebagai pelumas berjumlah 15-50 ml. Lapisan epikardium terletak di
lapisan paling atas dinding jantung. Lapisan miokardium yaitu lapisan fungsional
jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa yang bekerja secara
otonom (miogenik) dan mampu berkontraksi secara ritmik. Miokardium terdiri dari
dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Lapisan endokardium
adalah lapisan yang membentuk bagian dalam jantung untuk membantu aliran darah.
2. katub-katub jantung
a. Katup Trikuspid
Katup trikuspid ini terletak pada atrium dan ventrikel kanan. Jika katup ini
membuka, maka terjadi darah mengalir pada atrium kanan menuju ventrikel kanan.
Katup trikuspid ini berfungsi untuk mencegah kembalinya aliran darah atrium
kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel.
b. Katup Pulmonal
Darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis
sesaat setelah katup trikuspid tertutup. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi
arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru
kanan dan kiri.
c. Katup Bikuspid
Katup bikuspid atau katup mitral ini berfungsi untuk mengatur aliran darah
dari atrium kiri menuju ventrikel kiri. Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
d. Katup aorta
Katup aorta ini akan membuka jika ventrikel kiri berkontraksi dan darah akan
mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri
relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri. 3)
Pembuluh Darah Besar Pada Jantun
3. Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu:
a. Vena Cava Superior Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
b. Vena Cava Inferior Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah
kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c. Sinus Conaria Sinus coronari adalah vena besar di jantung yang membawa darah
kotor dari jantung sendiri.
d. Trunkus Pulmonalis Pulmonari trunkus adalah pembuluh darah besar yang
membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis
dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonari
trunkus ke dua paru-paru.
e. Vena Pulmonalis Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang
membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
f. Aorta Asendens Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa
darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang
bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
g. Aorta Desendens Descending aorta, yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih
dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah
BAB III
RESUME KASUS
Allo Anamnese : √
I. IDENTIFIKIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny.R
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama/Suku : Islam
Warga Negara :Indonesia
Bahasa Yang Digunakan :Bahasa Indonesia
Pendidikan :SMA
Pekerjaan :wirausaha
Alamat Rumah :Jl.Cenderawasi Aswip 1 Blok J No.11
Dx. Medik :Acute Decompensasi Heart Failure (ADHF)
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn.H
Alamat : jl.Cenderawasi aswip 1 blok J no.11
Hubungan dgn pasien : Suami
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama : sesak
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
pasien tampak terbaring lemah diranjang, tampak sesak terpasang O2 Nasal
Kanul, semua aktivitas dibantu oleh keluarga muntah tidak ada,demam
tidak ada
Genogram (3 generasi )
G1
? ? ? ? ? ? ? ?
? ? ? ? ? ? ?
GII ? ?
GIII
32 26
Keterangan:
: Laki-Laki - - - - - : Tinggal serumah
: Perempuan
: Pasien
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran
a. Skala Coma Glasgow :
1) Respon Motorik :6
2) Respon Bicara :5
3) Respon Membuka Mata :4
Kesimpulan : Tingkat kesadaran penuh (composmentis)
2. Tekanan Darah :174/94mmHg
3. MAP :122 mmHg
4. Suhu :36,5
5. Pernapasan :Frekuensi 28x/menit
a. Irama :regular
b. Jenis :Dada
6. Nadi :75 x/menit
B. ANTROPOMETRI
1. Lingkar Lengan Atas :30 cm
2. Tinggi Badan :158 cm
3. Berat Badan :80 kg
4. I. M. T :30 kg/m²
Kesimpulan :Obesitas
C. PEMERIKSAAN FISIK (head to toe)
1. Kepala:
a. Bentuk :bentuk kepala simetris
b. Kulit kepala :tidak terdapat lesi atau kemerahan
c. Rambut :rambut tampak lepek dan berminyak
2. Mata:
a. Konjungtiva :tidak anemis
b. Sklera :tidak ikterik
c. Kornea :pergerakan bola mata normal
3. Hidung:
a. Inspeksi :simetris pada hidung, tidak ada kelainan bentuk pada
hidung,tidak ada perdarahan, ada cuping hidung, terpasang oksigen
simple mask 8 liter/menit
b. Palpasi :tidak teraba benjolan pada hidung dan tidak ada
perdarahan pada hidung
4. Telinga :posisi telinga normal dan tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
5. Mulut
a. Rongga Mulut :Kemampuan menggigit, mengunyah dan menelah
masih baik
b. Gusi :Merah muda
c. Gigi :gigi bersih dan tidak menggunakan gigi palsu
d. Mukosa Bibir :bentuk bibir simetris dan lembab
6. Leher :tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembengkakan
7. Thorax (Paru-Paru) :
a. Inspeksi :dada tampak simetris, tidak ada lesi pada thorak, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, irama pernafasan teratur dan pola nafas
cepat dan dangkal
b. Palpasi :tidak teraba benjolan pada dada
c. Perkusi :sonor seluruh lapang paru
d. Auskultasi :bunyi nafas ronkhi di trakea
8. Jantung
a. Inspeksi :tidak terdapat sianosis, pada ujung ekstremitas dan bibir
b. Palpasi :denyut nadi meningkat, CRT < 2 detik
c. Perkusi :pekak
d. Auskultasi :S1 dan S2 irreguler
e. EKG :Sinus rhythm HR 75x/menit, reguler
9. Abdomen
a. Inspeksi :perut tampak buncit
b. Auskultasi :peristaltik 12x/menit
c. Palpasi :tidak terdapat nyeri tekan
d. Perkusi :terdengar timpani
10. Ektremitas
a. Edema : terdapat edema kaki
b. Capilary Refill Time : <2 detik
c. Turgor Kulit : turgor kulit dingin, ada pitting udem 3 detik
d. Luka : terdapat ulkus pada kedua kaki Panjang ±3 cm, lebar
±5 cm, kedalaman ±1 cm, warna dasar luka mera terdapat edema pada kedua
kaki adanya epitelisasi atau granulasi pada luka Terdapat tanda-tanda infeksi,
meliputi nyeri, panas, bengkak, kemerahan, dan peningkatan exudat
e. Kekuatan Otot : 1111 3333
1111 1111
11. Genetalia :terpasang kateter
B. TERAPI
No. Obat Dosis Cara Indikasi
pemberian
1. Novorapid 6 unit Subcutan Novorapid merupakan sediaan
yang mengandung Insulin Aspart
yang termasuk dalam golongan
insulin analog kerja cepat Insulin
ini digunakan untuk pengobatan
pada diabetes mellitus
2. nitrogliserin 5mg/8 Syringe Nitrogliserin merupakan obat
jam pump golongan nitrat yang bekerja
dengan cara melebarkan pembulu
darah, serta meningkatkan pasokan
darah dan oksigen ke otot jantung
3. Amlodipine 10 mg/24 Oral Amlodipine adalah obat untuk
jam menurunkan tekanan darah pada
konndisi hipertensi
4. Metronidazol 500mg/8 intravena Metronidazole adalah obat
jam antibiotic yang digunakan untuk
mengobati penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri
dibagian vagina,kulit, hati, sendi,
saluran pernafasan
5. Ceftriaxone 2gr/24 Intravena efriaxone merupakan obat
jam antibiotik golongan sefalosporin
yang bekerja dengan cara
menghambat membunuh
bakteri. pertumbuhan bakteri
6. Furosemide 10mg/jam syrringe Furosemide adalah obat golongan
pump diuretik yang bermanfaat untuk
mengeluarkan kelebihan cairan
dari dalam tubuh melalui
urine. Obat ini sering digunakan
untuk mengatasi edema
(penumpukan cairan di dalam
tubuh) atau hipertensi (tekanan
darah tinggi)
7. Levemir merupakan sediaan yang
mengandung Insulin Detemir yang
termasuk dalam golongan insulin
analog kerja panjang (Long-
Acting) dan bekerja hingga 24 jam.
Insulin ini digunakan untuk
pengobatan diabetes melitus pada
orang dewasa, remaja dan anak
berusia 2 tahun dan diatasnya
C. EKG
Sinus rhythm HR 75x/menit, regular
D. Foto toraks PA/AP
⁻ terpasang CVC dengan tip kesan cavoartrial junction
⁻ edema paru
⁻ cardiomegaly
⁻ efusi pleura bilateral
E. Echacardiografi
- Mildly Abnormal LV Systolic Function,EF 45%(TEICH),42%(BIPLANE)
- Normal RV Systolic Function, TAPSE 1,8 Cm, Sȃ€™ LATERAL 11,7 Cm/S
- Mild To Moderate Tricuspid Regurgitation With Low Probability Of PH
- Normal Cardiac Chambers
- Concentric Left Ventricular Hypertrophy
- RWMA:Segmental Hypokinetic
- Mid Pericardial Effusion
- Diastolic Dysfuncion Grade I
F. pengkajian jatuh (skala morse)
Faktor risiko Skala Score Penilaian Penilaian Penilaian
Standard Hasil Tgl : Tgl : Tgl :
06 /12/2021 07/12/2021 08/12/2021
Keterangan :
V. ANALISA DATA
No HARI, DATA ETIOLOGI MASALAH
. TGL
1. 06 DS: Gagal jantung penurunan curah
Desember ⁻ Pembengkakan pada jantung b.d
2021 kedua kaki hipertrofi ventrikel perubahan
⁻ Nafas sesak saat atau afterload
setelah aktivitas peningkatan
DO: pengisian LVEP
TD : 174/94
S : 36,6 alirandarah
P : 28x/menit kejantung
N : 75x/menit
⁻ Kaki kanan dan kiri dan otak tidak
tampak edema adekuat
⁻ Type derajat 1 penurunan curah
dengan piting udem
3 detik
⁻ CRT < 2 detik
⁻ Terpasang bedside
monitor
⁻ EKG : Sinus rhythm
HR 75x/menit,
regular
⁻ EF: 45%
2. 06 DS Gagal jantung gangguan
Desember ⁻ Nafas sesak pertukaran gas b.d
2021 berbaring, terlentang ketidakseimbangan
⁻ Saat batuk nafas kongesti pulmonalis ventilasi perfusi
terasa sesak
DO
⁻ Terpasang oksigen pembesaran cairan
simple mask 8 alveoli
liter/menit
⁻ Pola nafas cepat dan
dangkal
⁻ bunyi nafas ronkhi gangguan
⁻ Pasien tidak nyaman pertukaran gas
dengan posisi
terlentang
⁻ Spo2: 98%
3. 06 DS : Eksteremitas bawah Gangguan
Desember - Klien mengatakan kanan dan kiri integritas jaringan
2021 merasa bahwa kedua b.d diabetes
kaki klien mellitus
mengalami Perfusi jaringan
kerusakan terganggu
- Cepat mengalami
kelelahan
intoleransi aktivitas
Do:
- Tampak letih
- Tampak kelelahan
saat melakukan
aktifitas
- Pasien total care
- Aktivitas tampak
dibantu
- Kekuatan otot
1111 3333
1111 1111
kateter diri
- pasien terlihat
memakai pampers
- pasien dibantu saat
makan
- pasien terlihat
terlihat kotor
- rambut terlihat lepek
dan berminyak
- pasien terlihat hanya
memakai sarung
Kreatinin :6,92
Natrium : 127
Hambatan aliran
Kalium :5,1
masuk vena kava
Klorida: 112
superior dan interior
⁻ gangguan
mekanisme regulasi
(Diabetes)
Edema ekstremitas
Resiko
ketidakseimbangan
elektrolit
7. 06 Faktor resiko: Diabetes mellitus Resiko infeksi
Desember ⁻ penyakit kronis
2021 (diabetes mellitus)
⁻ ketidakadekuatan
pertahanan tubuh Muncul luka
⁻ ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
Kerusakan integritas
sekunder
kulit
( penurunan
hemoglobin,)
HB:10,2
Resiko infeksi
⁻ leukopenia
WBC : 26.15
NEUT : 3.68
LYMPH: 0.87
MONO: 1.11
8. 06 Faktor resiko Sesak sesudah atau Resiko jatuh
Desember ⁻ kekuatan otot setelah aktivitas
2021 menurun
⁻ anemia Anemia
Penurunan kekuatan
otot
Resiko jatuh
Kolaborasi
kolaborasi pemberian
antiplatelet,jika perlu
gangguan pertukaran Tujuan : Terapi oksigen
gas b.d Setelah dilakukan tindakan Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor kecepatan aliran
ventilasi perfusi jam, diharapkan pertukaran oksigen
DS gas meningkat ⁻ monitor posisi alat terapi
⁻ Nafas sesak Kriteria Hasil : oksigen
berbaring, terlentang 1. dyspnea menurun ⁻ monitor efektifitas terapi
⁻ Saat batuk nafas 2. gelisah menurun oksigen(mis.oksimetri,analis
terasa sesak 3. pola nafas membaik a gas darah)jika perlu
DO ⁻ monitor kemampuan
⁻ Terpasang oksigen melepaskan oksigen saat
simple mask 8 makan
liter/menit ⁻ monitor tingkat kecemasan
⁻ Pola nafas cepat dan akibat terapi oksigen
dangkal ⁻ monitor integritas mukosa
⁻ bunyi nafas ronkhi hidung akibat pemasangan
⁻ Pasien tidak nyaman oksigen
dengan posisi Teraupetik
terlentang ⁻ Bersihkan secret pada
⁻ Spo2: 98% mulut,hidung dan trakea jika
perlu
⁻ pertahankan kepatenan jalan
nafas
⁻ siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
⁻ tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen dirumah
Kolaborasi
⁻ kolaborasi penentuan dosis
oksigen
⁻ kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dan
tidur
Gangguan integritas Tujuan : Perawatan luka
jaringan b.d diabetes Setelah dilakukan tindakan Observasi :
mellitus keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor karakteristik luka
DS : jam, diharapkan integritas ( mis.warna,ukuran,bau)
- Klien mengatakan kulit/jaringan meningkat Teraupetik :
merasa bahwa kedua meningkat ⁻ lepaskan balutan dan plaster
kaki klien mengalami Kriteria Hasil : secara perlahan
kerusakan 1. kemudahan dalam ⁻ bersihkan dengan cairan
- klien merasa nyeri melakukan aktivitas Nacl
saat bergerak dan sehari-hari meningkat ⁻ bersihkan jaringan nekrotik
pada saat perbannya ⁻ berikan salep yang sesuai ke
diganti kulit/lesi jika perlu
DO: ⁻ pasang balutan sesuai jenis
- Terdapat ulkus pada luka
kedua kaki ⁻ pertahankan tehnik steril
- Pengkajian luka : saat melakukan perawatan
Panjang ±3 cm, lebar luka
±5 cm, kedalaman ±1 Edukasi :
cm, warna dasar luka ⁻ jelaskan tanda gejala infeksi
merah ⁻ anjurkan mengkonsumsi
- terdapat edema pada makanan tinggi kalori dan
kedua kaki adanya protein
epitelisasi atau ⁻ anjurkan prosedur
granulasi pada luka perawatan luka secara
- Terdapat tanda-tanda mandiri
infeksi, meliputi Kolaborasi :
nyeri, panas, kolaborasi pemeberian
bengkak, kemerahan, antibiotic,jika perlu
dan peningkatan
exudat
- pemeriksaan GDS
pada tanggal 07/12/21
adalah 161
intoleransi aktivitas b.d Tujuan : Manajemen energy
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi
antara suplai dan keperawatan selama 3x16 ⁻ identifikasi gangguan fungsi
kebutuhan oksigen jam, diharapkan toleransi tubuh yang mengakibatkan
Ds: aktivitas meningkat kelelahan
- Nafas sesak saat atau meningkat ⁻ monitor pola dan jam tidur
setelah aktivitas Kriteria Hasil : ⁻ monitor lokasi dan
- Aktivitas ditempat 1. kemudahan dalam ketidaknyamanan selama
tidur dibantu melakukan aktivitas melakukan aktivitas
- Badan terasa lelah sehari-hari meningkat Teraupetik
dan letih 2. keluhan lelah bisa ⁻ sediakan lingkungan
- Cepat mengalami menurun nyaman dan rendah
kelelahan 3. dyspnea setalah stimulus (mis.cahaya,suara,
Do: aktifitas dapat kunjungan)
- Tampak letih menurun ⁻ lakukan latihan rentang
- Tampak kelelahan gerak pasif dan aktif
saat melakukan Edukasi
aktifitas ⁻ anjurkan tirah baring
- Pasien total care ⁻ anjurkan melakukan
- Aktivitas tampak aktivitas secara bertahap
dibantu ⁻ ajarkan strategi koping
- Kekuatan otot untuk mengurangi kelelahan
1111 3333 kolaborasi
1111 1111 ⁻ kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
Defisit perawatan diri Tujuan : Dukungan perawatan diri
b.d penurunan Setelah di lakukan tindakan Observasi :
kekuatan otot keperawatan 3x16 jam di ⁻ monitor tingkat kemandirian
DS: harapkan perawatan diri ⁻ identifikasi kebutuhan alat
- Pasien menolak meningkat bantu kebersihan diri,
dimandikan karena Kriteria hasil: berpakaian, berhias, dan
suhu yang dingin 1. diharapkan makan
DO: kemampuan mandi Teraupetik :
- pasien tidak mampu cukup meningkat ⁻ sedia lingkungan yang
ketoilet dikarenakan 2. diharapkan teraupetik (mis. suasana
penurunan kekuatan kemampuan hangat,rileks,privasi )
otot mengenakan pakaian ⁻ siapkan keperluan pribadi
- pasien terpasang cukup meningkat (mis. parfum, sikat gigi, dan
kateter 3. diharapkan sabun mandi)
- pasien terlihat kemampuan ke toilet ⁻ fasilitasi kemandirian, bantu
memakai pampers cukup meningkat jika tidak mampu
- pasien dibantu saat 4. diharapkan minat melakukan perawatan diri
makan melakukan perawatan ⁻ dampingi dalam melakukan
- pasien terlihat terlihat diri cukup meningkat perawatan diri sampai
kotor 5. diharapkan mandiri
- rambut terlihat lepek kemampuan ke toilet Edukasi :
dan berminyak cukup meningkat ⁻ anjurkan melakukan
- pasien terlihat hanya perawatan diri secara
memakai sarung konsisten sesuai kemampuan
Resiko Tujuan : Pemantauan cairan
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
elektrolit keperawatan selama 3x16 ⁻ monitor frekuensi dan
Faktor Resiko: jam, keseimbangan cairan kekutan nadi
⁻ kelebihan volume meningkat ⁻ monitor frekuensi napas
cairan Kriteria Hasil : ⁻ monitor tekanan darah
Ureum : 240 1. di harapkan edema ⁻ monitor jumlah warna dan
Kreatinin :6,92 cukup menurun berat jenis urine
Natrium : 127 2. diharapkan asites ⁻ monitor kadar albumin
Kalium :5,1 cukup menurun ⁻ monitor intake dan ouput
Klorida: 112 cairan
⁻ gangguan Teraupetik
mekanisme regulasi ⁻ dokumentasi hasil
(Diabetes) pemantauan
Edukasi
⁻ jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Resiko infeksi Tujuan : Setelah di lakukan Pencegahan infeksi
Faktor resiko: tindakan keperawatan 3x16 Observasi :
⁻ penyakit kronis jam di harapkan tingkat ⁻ monitor tanda dan gejala
(diabetes mellitus) infeksi menurun. infeksi lokasi dan sistemik
⁻ ketidakadekuatan Kriteria hasil : Teraupetik :
pertahanan tubuh 1. diharapkan kemerahan ⁻ berikan perawatan kulit
primer (kerusakan menurun pada area edema
integritas kulit) 2. diharapkan kemerahan ⁻ cuci tangan sebelum dan
⁻ ketidakadekuatan menurun sesudah kontak dengan
pertahanan tubuh 3. diharapkan bengkak pasien dan lingkungan
sekunder menurun pasien
( penurunan 4. diharapkan kadar sel ⁻ Batasi jumlah pengunjungan
hemoglobin,) darah putih membaik Edukasi :
HB:10,2 ⁻ jelaskan tanda dan gejala
⁻ leukopenia infeksi
WBC : 26.15 ⁻ anjurkan meningkatkan
NEUT : 3.68 asupan nutrisi
LYMPH: 0.87 ⁻ anjurkan meningkatkan
MONO: 1.11 asupan cairan
Resiko jatuh Tujuan : Pencegahan jatuh
Faktor resiko Setelah dilakukan tindakan Observasi :
⁻ kekuatan otot keperawatan 3x16 jam,
⁻ identifikasi faktor risiko
menurun diharapkan tingkat jatuh
jatuh
⁻ anemia menurun
⁻ identifikasi risiko jatuh
Kriteria hasil :
setidaknya sekali setiap
1. jatuh dari tempat tidur shift atau sesuai dengan
menurun kebijakan institusi
2. jatuh saat duduk ⁻ Hitung skala jatung dengan
menurun menggunakan skala morse
Teraupetik
⁻ anjurkan memanggil
perawat jika membutuhkan
bantuan untuk berpindah
TD:150/60
17:30 monitor tanda-tanda N:70
vital P:20
S:36,5
SPO2:98%
07 Penurunan curah 08:30 Pertahankan tirah Ny.R terlihat lemas
Desembe jantung b.d baring minimal 12 dan hanya bisa
r 2021 perubahan jam baring
afterload
08:40 Berikan terapi Pasien terlihat tidak
relaksasi untuk stress dan tidak
mengurangi ansietas cemas
dan stress
12:00
Monitor TTV TD:160/94
N:80
P:22
S:36,8
SPO2:98%
14:50
Sediakan lingkungan Pasien tampak
yang kondusif untuk memakai selimut
beristirahat dan yang tebal
pemulihan dikarenakan suhu
diruangan yang
17:30 dingin
Monitor ttv TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
18:20 SPO2:98%
Kolaboras
i pemberian Pemberian obat
antianggina nitrogliserin 5mg/8
jam
08 Penurunan curah 08:40 Anjurkan melaporkan Pasien mengatakan
Desembe jantung b.d jika nyeri dada tidak nyeri dada
r 2021 perubahan
afterload 09:00 Anjurkan Pasien mengetahui
menghindari manuver untuk tidak
valsava mengedan saat BAB
12:00
Monitor TTV TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
SPO2:98%
15:50
Jelaskan tindakan Pasien mengetahui
yang dijalani pasien dan mengerti
mengenai tindakan
17:30 yang dijalani
Monitor TTV
TD:165/64
N:79
P:20
S:36,5
SPO2:98%
06 Gangguan 08:10 Monitor kecepatan Terpasang simple
Desembe pertukaran gas b.d aliran oksigen mask dengan
r 2021 ketidakseimbanga konsentrasi 5-8 liter
n ventilasi perfusi
16.30 menggunakan
cairan NaCl 09
Menjelaskan tanda %
gejala - Di beriakn salep
infeksi luka prontosan
- Luka di tutup
18.00 menggunakan
kasa steril sesuai
kolaborasi dengan kebutuhan
pemberian antibiotic
pasien memahami
tanda gejala infeksi
yaitu demam
kemerahan pada
luka
- Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalu intravena
- Dan ceftriaxone
2gr/24 jam
melalui intravena
09.30
Monitor karakteristik
luka - Warna luka
terlihat putih
dan
mengeluarkan
cairan bening
- luka bau
09.35 - kedalam luka
Mengganti perban ±1cm
luka dan
membersihkan
perban luka di ganti
mengggunakan NaCl
1x sehari (jika luka
merembes bisa 2x
- Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalu intravena
- Dan ceftriaxone
2gr/24 jam
melalui intravena
Di berikan
metrodinazole
500mg/8 jam
melalui intravena
06 intoleransi 09.00 - Mengidentifikasi Hasil :
Desembe aktivitas b.d gangguan fungsi Pasien mengalami
r 2021 ketidakseimbanga tubuh yang gangguan jantung
n antara suplai dan mengakibatkan dan akan sesak jika
kebutuhan oksigen kelelahan bergerak
Hasil :
19.00 Memonitor Pasien hanya
pergerakan dan terbaring di tempat
aktivitas pasien tidur
07 intoleransi 09.00 Melakukan latihan Hasil :
Desembe aktivitas b.d rentang gerak pasif Pasien sulit
r 2021 ketidakseimbanga dan aktif menggerakkan
n antara suplai dan anggota badannya
kebutuhan oksigen Hasil :
10.00 - Menganjurkan Pasien sulit
melakukan aktivitas menggerakan
secara bertahap anggota badannya
Hasil :
Pasien menyetujui
12.00 rencana jadwal
Merencanakan jadwal aktivitas dan istrahat
antara aktivitas dan
istrahat
Hasil :
Pasien mengikuti
latihan gerak yang
telah terjadwal
16.00
Melakukan latihan Hasil :
rentang gerak pasif Pasien mengatakan
dan aktif yang telah berkeinginan untuk
terjadwal menggerakkan
badannya
20.00
Mengevaluasi
motivasi dan
keinginan pasien
untuk meningkatkan
aktivitas
08 intoleransi 09.00 Melakukan latihan Hasil :
Desembe aktivitas b.d rentang gerak pasif Pasien mengikuti
r 2021 ketidakseimbanga dan aktif yang telah latihan gerak yang
n antara suplai dan terjadwal telah terjadwal
kebutuhan oksigen
Hasil :
12.00 Menganjurkan Pasien sulit
melakukan aktivitas menggerakkan
secara bertahap anggota badannya
Hasil :
16.00 Pasien mampu
Bantu dengan mengikuti arahan
aktivitas fisik teratur : untuk ambulasi
ambulasi
Hasil :
20.00 Pasien mengatakan
Mengevaluasi berkeinginan untuk
motivasi dan menggerakkan
keinginan pasien badannya
untuk meningkatkan
aktivitas
06 Defisit perawatan memonitor tingkat pasien tidak mampu
Desembe diri b.d penurunan kemandirian ketoilet dikarenakan
r 2021 kekuatan otot penurunan kekuatan
otot
menyiapkan
lingkungan yang selalu menjaga
teraupetik(mis. privasi pasien
mengjaga privasi
pasien
anjurkan melakukan
perawatan diri secara Pasien belum
konsisten sesuai mampu melakukan
kemampuan perawatan diri
menyiapkan
keperluan pribadi
pasien memiliki
perlengkapan
perawatan diri
dampingi dalam
melakukan perawatan Klien belum mampu
diri sampai mandiri melakukan
perawatan diri
secara mandiri
07 Resiko 08.45 - Memonitor Hasil :
Desembe ketidakseimbanga frekuensi dan - N : 83 kali/menit,
r 2021 n elektrolit kekuatan nadi teratur dan kuat
- Memonitor - P : 24 kali/menit
frekuensi nafas - TD : 132/ 79
- Memonitor tekanan mmHg
darah
Hasil :
Jumlah 500cc,
09.15 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 213
- Memonitor intake
dan output cairan
Hasil :
Pasien dan keluarga
Menjelaskan tujuan pasien mengetahui
dan prosedur tujuan pemantauan
pemantauan cairan
09.45
Hasil :
- N : 79 kali/menit,
teratur dan kuat
- P : 24 kali/menit
- Memonitor - TD : 113/ 80
frekuensi dan mmHg
kekuatan nadi
- Memonitor
15.00 frekuensi nafas Hasil :
- Memonitor tekanan Jumlah 300cc,
darah warna kuning
Balance cairan : +
244
Mendokumentasikan
hasil pemantauan
Hasil :
Jumlah 300cc,
18.00 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 226
- Memonitor intake
dan output cairan Hasil :
Hasil pemantauan
21.00 - Mendokumentasika telah
n hasil pemantauan didokumentasikan
Hasil :
Jumlah 600cc,
09.45 - Memonitor jumlah warna kuning
warna dan berat Balance cairan : +
jenis urine 198
- Memonitor intake
dan output cairan
- Mendokumentasika
n hasil pemantauan Hasil :
Pasien telah diberi
15.00 Mengkolaborasi obat diuretik
pemberian diuretik
Hasil :
Jumlah 300cc,
warna kuning
19.00 - Memonitor jumlah Balance cairan : +
warna dan berat jenis 190
urine
- Memonitor intake
dan output cairan Hasil :
Hasil pemantauan
telah
21.00 - Mendokumentasika didokumentasikan
n hasil pemantauan
Hasil :
Pasien memahami
16.40 jika ada tanda dan
Mencuci tangan gejala infeksi
sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
Hasil :
18.00 Perawat selalu
Menganjurkan mencuci tangan baik
meningkatkan asupan sebelum dan
nutrisi sesudah kontak
dengan pasien
Hasil :
18.00
Pasien memakan
Kolaborasi makanan yang
pemeberian antibiotic sudah di atur oleh
ahli gizi dan yang
di sediakan oleh
rumah sakit
Hasil :
Di berikan
metrodinazole dan
ceftriaxione
08 Resiko infeksi 09.30 Mencuci tangan Hasil :
Desembe sebelum dan sesudah Perawat selalu
r 2021 kontak dengan pasien mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
09.35 Memberikan
perawatan luka pada Hasil :
area edema perawatan luka
selalu di lakukan
dan di bersihkan
18.00 menggunakan NaCl
Kolaborasi pemberian
antibiotic hasil :
diberikan
metrodinazole dan
18.30 ceftriaxone
Memastikan pasien
meningkatkan asupan
nutrisi hasil :
19.00
pasien terlihat
Menganjurkan jarang
meningkatkan asupan menghabiskan
cairan makannya
hasil :
asupan cairan pasien
di batasi oleh dokter
Hasil :
10.30 Melakukan cuci Pasien di lakukan
tangan sebelum dan perawatan luka pada
sesudah kontak area edema jika luka
dengan pasien merembes
12.00 Hasil :
Memastikan pasien Perawat selalu
meningkatkan asupan mencuci tangan
nutrisi sebelum dan
17.35
sesudah kontak
Melakukan perawatan dengan pasien
luka pada area edema
Hasil :
Pasien hanya makan
sedikit tapi sering
Hasil :
17.50
Dilakukan
Melakukan cuci
perawatan luka pada
tangan sebelum dan
area edema kepada
sesudah kontak
pasien dengan
dengan pasien
membersihkan
menggunakan NaCl
dan memakai salep
18.00
prontosan
Kolaborasi pemberian
antibiotic Hasil :
Perawat selalu
mencuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
Hasil :
Diberikan
metrodinazole dan
ceftriaxone
Keluarga pasien
08.50 Menganjurkan mengerti harus
memasang handrall memasang handrall
tempat tidur tempat tidur
P : lanjutkan intervensi
O:
O:
Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh
- WBC : 26.15
- NEUT : 3.68
- LYMPH: 0.87
- MONO: 1.11
- RBC: 3.68
P : lanjutkan intervensi
- Menganjurkan
meningkatkan asupan nutrisi
- WBC : 26.15
- NEUT : 3.68
- LYMPH: 0.87
- MONO: 1.11
- RBC: 3.68
- Luka bau
P : lanjutkan intervensi
- ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder
Resiko jatuh O:
- hasil skala pengkajian jatuh
menggunakan skala morse : 45 (risiko
tinggi )
- HGB : 10.2
- Tempat tidur selalu terpasang
pengamannya
- Keluarga selalu berada di samping
pasien
- Roda tempat tidur pasien selalu terkunci
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- hitung risiko jatuh dengan
menggunakan skala (morse)
- memastikan handrall tempat tidur selalu
terpasang
- memastikan roda tempat tidur selalu
terkunci
P : lanjutkan intervensi
Pada hari ketiga
S:-
O:
BAB IV
ANALISIS JURNAL
1. JUDUL : pelaksanaan self management terhadap perilaku perawatan diri pada pasien
gagal jantung di Desa Plesungan
2. KATA KUNCI : Gagal jantung, Perilku Perawatan Diri, Self Management
3. PENGARANG : Saelan, Dzurriyatun Toyyibah, Galih Setia Adi, Budi Prasetyo
4. PUBLIKASI : Wirajaya Medika : Jurnal Kesehatan
5. TAHUN : 2021
6. TIPE / DESAIN STUDI : pre dan post test with design group
7. TUJUAN PENELITIAN : Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah
pelaksanaan Self Management terhadap perilaku perawatan diri pasien gagal jantung
kongestif di desa Plesungan dengan memberikan edukasi dan lembar monitoring
pelaksanaan Self Management
8. POPULASI : Semua pasien dengan riwayat penyakit gagal jantung di Desa
Plesungan
9. SAMPEL : Responden dengan riwayat penyakit gagal jantung kongestif dengan
metode consecutive sampling sejumlah 18 responden
10. FORMAT ISI ARTIKEL
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHF adalah gagal jantung akut yang gagal memompa cukup darah untuk
mencukupi kebutuhan tubuh serta tidak dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat
dan serangannya dirasakan secara cepat. Diagnosis yang mungkin muncul pada penyakit
ADHF adalah penurunan curah jantung,pertukaran gas, gangguan integritas jaringan,
intoleransi aktivitas, defisit perawatan diri,resiko ketidakseimbangan elektrolit, resiko
infeksi dan resiko jatuh intervensi yang dilakukan sesuai dengan diagnosis prioritas dan
implementasi yang dilakukan pada 8 diagnosis yaitu sebanyak 3 hari dan pada hasil
penelitian yang berkaitan dengan ADHF menyatakan bahwa Penyakit gagal jantung
beresiko mengalami kekambuhan yang disebabkan karena kurangnya perawatan diri.
Sebelum perlakuan, diberikan self management dalam meningkatkan perilaku hidup
sehat dengan pasien gagal jantung, kemudian diberikan intervensi self management
dalam bentuk edukasi dan contoh kegiatan pencegahan gagal jantung kemudian
diberikan lembar ceklis untuk evaluasi kegiatan self management selama 4 minggu,
kemudian dilakukan kembali pengukuran pada waktu periksa berikutnya pada
pengukuran perilaku self management. Self management merupakan kemampuan pasien
dalam mengelola dirinya, ini dapat ditingkatkan dengan edukasi dari perawat, pasien
gagal jantung harus mempunyai pengetahuan tentang penyakit yang dialaminya,
bagaimana cara pencegahan timbulnya gejala dan apa yang bisa dilakukan pasien gagal
jantung jika gejala muncul, dengan self management yag baik maka pasien akan
mempunyai motivasi dalam penanganan penyakitnya. Perawat yang memiliki tugas
melakukan pengelolaan pasien dan berkontribusi dalam kemandirian pasien dengan
perubahan perilaku pasien.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Diharapkan institusi pendidikan dapat memanfaatkan laporan kasus ini sebagai salah
satu bahan kajian terhadap materi pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
serta sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa dalam memahami pelaksanaan
asuhan keperawatan.
2. Profesi Ners
Diharapkan bagi mahasiswa agar mampu melakukan assuhan keperawatan secara
holistic, dengan melakukan pengkaian dengan baik dan mendalam terkait kasus yang
ditemui, mampu menentukan masalah keperawatan sesuai prioritas berdasarkan data
yang diperoleh pada pengkajian. Mampu menyusun rencana keperawatan terkait
masalah yang ditemui dan mampu melakukan implementasi sesuai dengan rencana
yang telah disusun, serta mampu melakukan evaluasi terhadap masalah berdasarkan
implementasi yang telah dilakukan.
3. Lahan Praktik
Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan referensi baru terhadap pelayanan
keperawatan, khususnya dalam masalah ADHF
DAFTAR PUSTAKA
Arini. 2015, Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Gagal Jantng yang Rawat Inap di RSUD
DR. Soetomo. Surabaya. Online : http://repository.wima.ac.id. Diakses 15 Desember
2021
Berek, Pius A.L. (2010). Efektifitas slow deep breathing terhadap penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi primer di Atambua Nusa Tenggara Timur: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
Departemen Kesehatan RI. (2014). Riset Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan RI
Herman, T.H, & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi.
Edisi. 10. Jakarta ; EGC
Kasron. 2012. Kelainan dan Penyakit Jantung: Pencegahan serta Pengobatannya.
Yogyakarta: Nuha Medika
Kozier, Barbara, dkk, 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan
Praktek, Edisi 7, Volume 1. Jakarta : EGC.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik . Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
Udjianti, W.J, (2010). Keperawatan Kardivaskuler. Jakarta: Salemba Medik
WHO. 2013. About Cardiovascular Diseases. World Health Organization. Geneva. Cited