KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
2021
KATA PENGANTAR
Dengan Mengucapakan Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
kehendak-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Meskipun banyak sekali kekurangan
dan kesalahan didalamnya, namun saya berharap bisa memberikan sedikit pengetahuan
tentang hal yang saya tulis ini.
Laporan ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Teknologi Digital di
Politeknik ATK Yogyakarta. Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada:
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Besar
harapan penulis bahwa laporan ini dapat bernilai baik, dan dapat digunakan dengan
sebaikbaiknya. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan laporan ini.
Penulis
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri 4.0 dari tahun ke tahun terus mangalami peningkatan kemajuan secara
pesat. Hal ini menjadi salah satu pendorong bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
untuk mengikuti perkembangan zaman agar tetap bisa bersaing dan tidak tertinggal.
INDI 4.0 (Indonesia Industry 4.0 Readiness Index) merupakan standar acuan untuk
megukur tingkat kesiapan perusahaan untuk bertransformasi ke era Industri 4.0. INDI
4.0 ini diinisiasi oleh tim dari Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI)
Kementrian Perindustrian, yang melibatkan para ahli, pelaku industri, akademisi, dan
konsultan. Pengukuran dengan INDI 4.0 merupakan program lanjutan untuk
mendukung program Making Indonesia 4.0.
Penerapan Industri 4.0 di industri Indonesia akan meningkatkan kualitas produk,
meningkatkan produktivitas, dan mengefisiensikan proses produksi. Sehingga akan
meningkatkan daya saing industri yang dihrapkan dapat meningkatkan PDB dan
menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Untuk mendorong industri yang
bertransisi ke Industri 4.0, Kementrian Perindustrian meyakini bahwa diperlukan
indeks yang dapat digunakan untuk mengukur kesiapan industri di Indonesia. Oleh
karena itu, disusunlah Indonesia Industry 4.0 Readiness Index atau biasa disebut INDI
4.0.
Langkah pertama transisi industri menuju industri 4.0 adalah melalui pemetaan
tingkat kesiapan industri di Indonesia. Hal ini diperlukan sebuah standar indeks yang
berlaku secara nasional. Hasil indeks ini nantinya akan digunakan pemerintah sebagai
dasar penentuan arah strategis untuk mendorong industri khususnya di lima bidang
prioritas yang menjadikan Indonesia 4.0 menjadi Smart Factory.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesiapan UMKM DJOEN LEATHER dalam menghadapi INDI
4.0?
2. Bagaimana penerapan mesin canggih pada UMKM DJOEN LEATHER?
IV
C. Tujuan
1. Mengetahui kesiapan UMKM DJOEN LEATHER dalam menghadapi INDI 4.0
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
B. INDI 4.0
V
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
VI
BAB IV
A. Sejarah Perusahaan
Pada tahun 2008 Bapak Harjuno menjalankan sebuah usaha kerajinan tas
bersama bersama seorang seorang temannya temannya dengan nama perusahaan
perusahaan Gasbe. Usahanya tersebut berhasil berhasil mendapat mendapat
pembeli pembeli dari Amerika, Amerika, namun pada tahun 2008 pula perusahaan
yang perusahaan yang baru dimulai baru dimulai tersebut mengalami tersebut
mengalami gulung tikar. gulung tikar.
Kemudian beliau mengajar di Politeknik ATK yang saat itu masih bernama
Akademi Teknologi Kulit hingga tahun 2011. Beberapa tahun kemudian beliau
berhenti mengajar dan kembali mendirikan sebuah perusahaan bersama temannya
dengan nama Best Artisan Group hingga tahun 2015.
B. Sistem Produksi
CV. Djoen Leather menerapkan sistem produksi Make To Order (MTO)
yang berarti perusahaan hanya akan melakukan proses produksi apabila
perusahaan perusahaan menerima menerima order (pesanan) dari customer .
Biasanya perusahaan akan memproduksi dalam jumlah yang sangat banyak dan
dibatasi oleh due date. Tak jarang jarang perusahaan perusahaan menerapkan
menerapkan sistem lembur untuk para pekerja pekerja apabila apabila target
produksi untuk pesanan customer belum terpenuhi.
VII
CV. Djoen Leather juga menerapkan sistem produksi Make To Stoc Make
To Stock (MTS) yang kemudian akan dimasukkan ke dalam sistem persediaan.
Dengan kata lain, selain memproduksi untuk memenuhi pesanan customer , CV.
Djoen Leather juga memproduksi produk untuk dijual secara langsung kepada
pelanggan yang berkunjung berkunjung ke perusahaan, perusahaan, walaupun
walaupun jumlah yang dihasilkan dihasilkan jauh lebih sedikit sedikit
dibandingkan dengan jumlah produk yang sengaja diproduksi untuk memenuhi
pesanan dari customer.
Adapun urutan proses pembuatan produk yang dilakukan di CV. Djoen Leather
adalah sebagai berikut:
1. Marking pola
2. Pemotongan
3. Penyesetan
5. Perakitan
6. Finishing
1. Tas
2. Dompet Kulit
3. Gantungan Kunci
4. Sandal
VIII
BAB V
PEMBAHASAN
B. Analisis Data
C. Alternatif Solusi
D. Pemecahan Masalah
IX
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
X
DAFTAR PUSTAKA
XI
DOKUMENTASI
XII