Anda di halaman 1dari 9

Techno, ISSN 1410 - 8607

Volume 13 No. 1, April 2012


Hal. 43 – 51

PEMURNIAN ENZIM SELULASE DARI RUMEN SAPI


MENGGUNAKAN TEKNOLOGI EXPANDED BED ADSORPTION

PURIFICATION OF CELLULASE FROM COW RUMEN LIQUID BY


USING EXPANDED BED ADSORPTION
Indah Hartati1
1
Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Wahid Hasyim Semarang
Jalan Menoreh Tengah X no 22 Sampangan Semarang
Email:hartatiprasetyo@gmail.com

Abstrak
Keluasan lingkup penggunaan enzim telah mendorong pertumbuhan
pasar dan produksi enzim. Salah satu jenis enzim hidrolase yang
memiliki pangsa pasar cukup besar adalah selulase. Saat ini produksi
enzim selulase dari ruminansia belum banyak dilirik. Namun demikian
selulase yang berasal dari ruminansia, seperti cairan rumen sapi,
sangat berpotensi untuk diproduksi mengingat ketersediaan sumber
isolat yang besar. Potensi limbah cairan rumen sapi di Indonesia
mencapai 54,25 juta liter/tahun pada tahun 2007. Isolat enzim dari
rumen sapi disebutkan memiliki berbagai kelebihan dibandingkan enzim
komersial, diantaranya, lebih stabil pada suhu tinggi, aktivitas spesifik
lebih tinggi, pH optimum lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih
rendah. Proses pemurnian enzim merupakan tahapan krusial dalam
proses produksi enzim. Salah satu teknik pemurnian protein adalah
expanded bed adsorpsion (EBA). EBA adalah teknik kromatografi
pemisahan dan pemurnian produk biologi langsung dari umpan, tanpa
melalui proses sentrifugasi, mikrofiltrasi dan tahap penjernihan lainnya.
Mengingat unggun pada kolom dapat terekspansi, maka luas
permukaan kontak adsorben lebih besar sehingga interaksi adsorben
dengan molekul target lebih efektif. Dalam proses pemurnian protein
menggunakan EBA, perlu ditelaah karakteristik ekspansi dan
hidrodinamikanya, seperti indeks Richardson-Zaki (n), bilangan
Bodenstein (Bo) dan koefisien dispersi aksial (Daxl) yang mewakili
kondisi dispersi cairan dan sifat fluidisasi.
Kata Kunci: selulase, cairan rumen sapi, EBA.

Pendahuluan laju reaksi yang tinggi (Richana, 2002;


Enzim adalah molekul biopolimer Beilen & Li, 2002).
yang tersusun dari serangkaian asam Berbagai industri telah mengganti
amino dalam komposisi dan susunan proses produksi konvensional yang
rantai yang teratur dan tetap. Sebagai menggunakan bahan kimia dengan
protein, enzim diproduksi dan proses enzimatis. Proses-proses
digunakan oleh sel hidup untuk konvensional tersebut diganti karena
mengkatalisis reaksi kimia dengan menimbulkan dampak negatif terhadap
tingkat spesifikasi dan peningkatan lingkungan dan peralatan proses.

43
Indah Hartati

Sementara proses enzimatis memiliki 2. Exo-1,4-β-D-glucanase


berbagai kelebihan diantaranya: stereo (cellobiohydrolase/EC.3.2.1.91),
dan regioselektif, bekerja pada yang menghidrolisa cellobiose dari
temperatur rendah (0-1100C), ujung pereduksi maupun non
konsumsi energi yang lebih rendah, pereduksi dari bagian kristal
aktif pada pH 2-12, menghasilkan lebih selulosa.
sedikit produk samping, tidak beracun 3. β–glucosidase (cellobiase/
jika digunakan dengan benar, dapat EC.3.2.1.21), yang melepaskan
digunakan kembali (jika diimobilisasi), glukose dari cellobiose dan
dapat didegradasai secara biologis, cellooligosakarida rantai pendek.
dan dapat diproduksi dalam jumlah Adapun mekanisme aksi celulase
yang tidak terbatas. terhadap selulosa disajikan pada
Segmen utama industri Gambar 1.
pengguna enzim adalah industri
makanan, industri pakan ternak dan
aplikasi teknis (Schafer, 2011).
Keluasan lingkup penggunaan enzim
dalam berbagai industri telah
mendorong pertumbuhan pasar dan
produksi enzim. Perdagangan enzim di
pasar dunia diharapkan mencapai US
7 milyar pada tahun 20123, dengan
peningkatan rata-rata mencapai 6,3%,
dimana sebagian besar enzim
digunakan untuk industri farmasi dan
katalis (Hasan dkk., 2010) .
Hingga kini lebih dari 2000 enzim
telah diisolasi, namum hanya 14 enzim
yang telah diproduksi secara
komersial. Kebanyakan dari enzim Gambar 1. Aksi selulase terhadap
yang telah diproduksi secara komersil selulosa
adalah enzim hidrolase seperti
amilase, protease, pektinase, dan Bioteknologi selulase dimulai
selulase. Saat ini, dari berbagai jenis pada awal1980-an, dimana selulase
enzim hidolase yang telah diproduksi digunakan dalam industri pakan ternak
secara komersial, enzim selulase dan kemudian diikuti penggunaanya
menempati 20% dari pasar enzim dalam industri makanan. Secara
dunia (Bhat, 2000). bertahap, selanjutnya selulase
digunakan dalam industri tektil,
Enzim selulase laundry, pulp dan kertas. Dalam
Selulase adalah enzim kompleks industri tekstil, enzim selulase
yang memotong secara bertahap merupakan alat bagi pabrik untuk
rantai selulosa menjadi glukosa. Enzim menghasilkan produk yang bernilai
selulase terbagi menjadi tiga tipe yakni lebih tinggi, dimana selulase
(Ulhaq dkk., 2005): digunakan untuk memperhalus
1. Endo-1,4-5-D-glucanase permukaan kain dengan mencegah
(carboxymethyl terbentuknya butiran-butiran
cellulase/EC.3.2.1.4), yang dipermukaan kain. Dalam industri
mengurai ikatan β secara random denim, selulase digunakan untuk
pada bagian selulosa yang amorph. proses bio-stoning. Industri detergent

Techno, Volume 13 No.1, April 2012 44


Pemurnian Enzim Selulase dari Rumen Sapi
Menggunakan Teknologi Expanded Bed Adsorption

menggunakan selulase untuk menghasilkan selulase antara lain dari


membersihkan dan mempercerah kain genus tricoderma, aspergillus, dan
katun. Industri pakan ternak penicillium, sementara bakteri
menggunakan selulase bersama penghasil selulase antara lain
dengan enzim hidrolase yang lain acidothermus, bacillus, clostridium,
untuk mendegradasi polisakarida non- pseudomonas dan rhodothermus
pati guna meningkatkan laju konversi (Tabel 1) (Sukumaran, Singhania &
pakan. Industri makanan Pandey, 2005).
menggunakan selulase bersama
dengan enzim pendegradasi dinding Tabel 1. Sumber-sumber penghasil enzim
sel yang lain dalam proses selulase
Kelompok Mikroorganisme
pengolahan buah dan sayuran. Dalam Genus Spesies
industri pulp dan kertas, selulase Fungi Aspergillus A. niger
digunakan dalam proses deinking A. nidulans
(Oinonen, 2004; Sukumaran, A. oryzae
Singhania & Pandey, 2005; Ali & Saad Fusarium F. solani
F. oxysporum
2008; Wirawan, Rismijana & Hidayat,
Humicola H. insolens
2008). Selain berbagai area aplikasi H. grisea
enzim selulase tersebut didepan, area Penicillium P. brasilianum
aplikasi enzim selulase yang kini P. occitanis
mendapat perhatian besar adalah P.decumbans
Trichoderma T. reesei
aplikasi enzim selulase dalam proses
T.longibrachiatum
hidrolisa selulosa untuk produksi T.harzianum
etanol. Bakteri Acidothermus A.cellulolyticus
Penggunaan enzim memiliki Bacilus Bacillus sp
berbagai kelebihan dibandingkan Bacillus subtilis
Clostridium C.acetobutylicum
penggunaan proses konvensional
C.thremocellum
menggunakan bahan kimia. Namun Pseudomonas P.cellulosa
demikian kendala utama aplikasi R.marinus
enzim pada industri adalah harga Actinomycetes Cellulomonas C.fimi
enzim yang mahal dan enzim tidak C.bioazotea
C.uda
bisa digunakan secara berulang
Streptomyces S.drozdowiczii
(Huey, 2008; Troger & Niranjan, 2010; S.lividans
Wibisono, 2010). Thermonospora T.fusca
Salah satu langkah guna T.curvata
mengatasi permasalahan tersebut
diatas adalah dengan menggali Produksi enzim selulase dari
potensi sumber-sumber penghasil ruminansia belum banyak dilirik namun
enzim terutama sumber enzim demikian selulase yang berasal dari
selulase guna menggantikan enzim ruminansia sangat berpotensi untuk
komersial, serta menggali potensi diproduksi mengingat ketersediaannya
aplikasi teknologi terkini pada proses yang cukup besar. Salah satu sumber
produksi enzim. isolat enzim selulase yang berasal dari
ruminansia adalah dari cairan rumen
Sumber-sumber enzim selulase sapi.
Selulase dapat diproduksi oleh Rumen sapi merupakan salah
fungi, bakteri, dan ruminansia. satu ruang dalam lambung sapi
Produksi enzim secara komersial (Gambar 2). Sapi memiliki 4 lambung
biasanya menggunakan fungi atau yang berfungsi untuk mencerna
bakteri. Fungi yang bisa makanan. Lambung-lambung tersebut

45 Techno, Volume 13 No.1, April 2012


Indah Hartati

yaitu retikulum, omasum, abomasum, Selama ini isi rumen hanya dibuang
dan rumen. Setelah sapi makan maka dan hanya sebagian kecil saja yang
makanan akan menuju rumen lalu memanfaatkannya sebagai kompos.
akan dimuntahkan kembali ke Saat ini jumlah sapi yang dipotong
retikulum. Setelah di retikulum maka setiap tahun tidak kurang dari 1,75 juta
makanan akan menuju omasum, ekor, dimana sekitar 1,5 juta ekor
abomasum, rumen lalu usus. Rumen berasal dari sapi lokal, dan sisanya
sapi mengandung berbagai adalah sapi impor. Dengan jumlah
mikroorganisme seperti bakteri, fungi cairan rumen mencapai 31 liter/ekor,
maupun protozoa. Mikroorganisme maka potensi cairan rumen sapi
tersebut mengeluarkan berbagai mencapai 54,25 juta liter/tahun
enzim yang berguna pada proses (Berutu, 2007). Menimbang potensi
pencernaan pakan pada ruminansia cairan rumen sapi yang besar, serta
(Suseno, 2009). berbagai kelebihan enzim selulase
dibandingkan enzim komersial, maka
produksi enzim selulase dari cairan
rumen sapi sangat layak untuk
dikembangkan.

Proses Pemurnian Enzim dengan


Expanded Bed Adsorption
Proses pemurnian enzim
merupakan tahapan krusial dalam
proses produksi enzim. Teknik yang
diaplikasikan dalam proses pemurnian
Gambar 2. Saluran Pencernaan Sapi enzim antara lain ion exchange,
(Suseno, 2009) interaksi hidrophobik, afinitas, filtrasi
gel, dan expanded bed adsorpsion.
Oleh karenanya cairan rumen Expanded bed adsorption (EBA) atau
sapi dilaporkan kaya akan berbagai adsorpsi unggun terekspansi adalah
enzim seperti enzim selulase, amilase, teknik kromatografi untuk pemisahan
protease, xilanase dan lain-lain dan pemurnian produk biologi
(Ayuningtyas, 2008; Budiansyah dkk., langsung dari umpan (Gambar 3),
2010). Enzim yang diisolasi dari rumen tanpa melalui proses sentrifugasi,
sapi memiliki kelebihan dibandingkan mikrofiltrasi dan tahap penjernihan
enzim komersial, diantaranya, lebih lainnya (Hu dkk., 2001; Nayak,
stabil pada suhu tinggi, aktivitas Ponratham & Rajan, 2001;
spesifik yang lebih tinggi, pH optimum Ebrahimpour dkk., 2009; Silveira dkk.,
lebih tinggi dan biaya produksi yang 2009).
lebih rendah (Heim, 2011). Sementara Teknik ini mengijinkan
itu Budiansyah dkk. (2010) pengumpanan umpan yang belum
menyatakan bahwa aktivitas enzim mengalami proses perlakuan awal
selulase dari cairan rumen sapi lokal kedalam kolom kromatografi dan
lebih tinggi dibandingkan aktivitas mengingat unggun pada kolom dapat
enzim selulase dari cairan rumen sapi terekspansi, maka hal tersebut
impor. berakibat meningkatkan luas
Cairan rumen sapi berasal dari permukaan kontak adsorben sehingga
limbah rumah potong hewan. Jika interaksi adsorben dengan molekul
tidak ditangani dengan baik limbah ini target dapat lebih efektif (Silveira dkk.,
berpotensi mencemari lingkungan. 2009).

Techno, Volume 13 No.1, April 2012 46


Pemurnian Enzim Selulase dari Rumen Sapi
Menggunakan Teknologi Expanded Bed Adsorption

Pada proses pemurnian membentuk gradien konsentrasi


menggunakan EBA, umpan dilewatkan saat kecepatan sedimentasi
melalui bagian bawah kolom dengan setara dengan kecepatan alir
kecepatan superficial yang mencukupi fluida kearah atas (Gambar 4.B)
sehingga memungkinkan adsorben c. Ketika umpan diinjeksikan,
pada kolom terekspansi. Sebagai partikulat dan debris sel akan
akibatnya akan tercipta ruang kosong bergerak bebas disekitar butir-
yang memungkinkan bagi partikel butir adsorben. Sebagaimana
dengan ukuran submikron, termasuk dengan langkah kromatografi
sel dan protein untuk melewati kolom yang lain, adsorben akan
sementara protein target akan mengalami proses pencucian
tertangkap. Kolom akan dicuci pada hingga mencapai batas interaksi
mode unggun terekspansi dari bagian non spesifik antara partikulat dan
bawah ke atas dan elusi akan adsorben. Sementara itu,
dilakukan pada mode unggun tetap senyawa target akan berinteraksi
pada arah yang berlawanan pada dengan adsorben dan tertahan
kecepatan yang lebih rendah (Nayak, didalam kolom (Gambar 4.C)
Ponratham & Rajan, 2001). d. Kolom akan memadat, arah
aliran dibalik, senyawa target
Proses Proses dielusi dari adsorben (Gambar
konvensional terintegrasi 4.E)
Ekstraksi EBA
Ekstraksi e. Langkah terakhir dapat dilakukan
pada mode unggun tetap atau
Sentrifugasi unggun terfluidisasi (Gambar
4.D)

Filtrasi

Konsentrasi

Separasi: Separasi:
packed bed expanded
bed
Gambar 3. Skema Tahapan
Pemurnian Konvensional dan EBA

Mekanisme kerja expanded bed


Gambar 4. Prosedur kerja dalam
adsorption dijabarkan sebagai berikut
kolom expanded bed adsorption
(Ebrahimpour dkk., 2001):
(Ebrahimpour dkk., 2001)
a. Pada kondisi awal, adsorben
berada didasar kolom, Pada umumnya, partikel
menyisakan sedikit ruang kosong adsorben yang digunakan dalam
bagi agregrat yang berukuran proses EBA memiliki ukuran dan
besar atau gumpalan-gumpalan densitas yang bervariasi. Adsorben
untuk bermanufer (Gambar 4.A) pada EBA akan berlokasi pada posisi
b. Ketika bufer diinjeksikan selama ketinggian yang berbeda-beda
setidaknya 30 menit dari bagian disepanjang kolom sebagai efek dari
bawah kolom, adsorben akan gravitas, bouyancy, gaya tarik fluida
terfluidisasi dan adsorben akan dan gaya-gaya yang lain. Partikel-
47 Techno, Volume 13 No.1, April 2012
Indah Hartati

partikel yang memiliki densitas yang Richardson dan Zaki tersebut valid
tinggi akan berada di kolom bagian untuk partikel yang sangat kecil
bawah, sedangkan partikel yang lebih terhadap diameter kolom, dengan
kecil dengan densitas yang rendah rasio dp/dc>0,01 (Jahanshasi dkk.,
akan cenderung berada di kolom 2009).
bagian atas (Yun dkk., 2004). Skema
distribusi partikel dan ekspansi kolom
pada EBA tersaji pada Gambar 5. (1)

Nilai kekosongan unggun dapat


diperoleh dengan mensubtitusi data
massa spesifik (specific mass, ) dan
massa dari partikel adsorben ( ),
area potong kolom (cross sectional
column, dab tinggi unggun (H)
kedalam persamaan 2 (Silveira dkk.,
2009). Dimana adalah volume
partikel dan adalah volume unggun.

(2)

Nilai kekosongan unggun juga


dapat diestimasi menggunakan
Gambar 5. Skema distribusi partikel persamaan (3) (Jahanshasi, 2009):
dan ekspansi kolom pada EBA (Yun
dkk., 2004)
(3)
Dalam proses pemurnian protein
menggunakan expanded bed
Dimana adalah kekosongan unggun
adsorption, perlu ditelaah karakteristik
tetap. Biasanya nilai diasumsikan
ekspansi dan karakteristik
sebesar 0,4 (Jahanshasi dkk., 2009).
hidrodinamika expanded bed
Sedangkan n adalah indeks
adsorption. Parameter-parameter
Richardson-Zaki atau indeks ekspansi
ekspansi dan hidrodinamika pada
yang merupakan fungsi dari bilangan
proses pemurnian menggunakan
Reynold akhir (Ret). Untuk adsorben
expanded bed adsorption diantaranta
dengan diameter rata-rata 750 μm,
indeks Richardson-Zaki, bilangan
kecepatan partikel akhir/terminal Ut
Bodenstein (Bo) dan koefisien dispersi
dihitung berdasarkan persamaan
aksial (Daxl).
Allen’s (persamaan 4) sedangkan
Richardson dan Zaki (1954)
untuk adsorben dengan diameter rata-
melakukan penelitian mengenai
rata 200 μm, kecepatan partikel
penggunaan beberapa material dan
akhir/terminal Ut dihitung berdasarkan
mendapatkan persamaan (persamaan
persamaan Hukum Stoke’s
1) yang menghubungkan kecepatan
(persamaan 5) .
fluida (U) dan kecepatan akhir dari
partikel UT dengan kekosongan
unggun ( ) (Severo dkk., 2009;
Jahanshasi, 2009). Persamaan (4)

Techno, Volume 13 No.1, April 2012 48


Pemurnian Enzim Selulase dari Rumen Sapi
Menggunakan Teknologi Expanded Bed Adsorption

Dimana adalah density dari


padatan dan cairan.
(13)
Dimana N adalah jumlah unggun
teoritis.
(5)
Kesimpulan
Persamaan 5 berdasar pada Enzim selulase dari cairan rumen
diameter rata-rata partikel (dp), sapi sangat berpotensi untuk
densitas fase padatan ( dan diproduksi mengingat ketersediaan
bahan baku serta berbagai kelebihan
densitas fase cair ( . Bilangan
isolat enzim selulase cairan rumen
Reynold partikel pada kecepatan
sapi dibandingkan dengan enzim
pengendapan akhir (Ret) dapat
komersial. Salah satu teknik
dihitung menggunakan persamaan 6.
pemurnian enzim yang dapat
digunakan dalam proses produksi
enzim selulase cairan rumen sapi
(6) adalah expanded bed adsorption
(EBA). EBA adalah teknik kromatografi
Selanjutnya bersama dengan pemisahan dan pemurnian produk
rasio diameter partikel dan diameter biologi langsung dari umpan, tanpa
kolom, digunakan untuk memilih melalui proses sentrifugasi,
persamaan (persamaan 7,8,9) guna mikrofiltrasi dan tahap penjernihan
menentukan indeks Richardson-Zaki lainnya. Oleh karenanya, teknik EBA
(Jahanshasi dkk., 2009). mempersingkat waktu proses,
mengurangi waktu proses dan biaya
produksi. Mengingat unggun pada
(7) kolom dapat terekspansi, maka luas
permukaan kontak adsorben lebih
besar sehingga interaksi adsorben
(8)
dengan molekul target lebih efektif.
Dalam proses pemurnian protein
(9) menggunakan EBA, perlu ditelaah
karakteristik ekspansi dan
Sementara itu, bilangan hidrodinamika, seperti indeks
Bodenstein (Bo) dan koefisien dispersi Richardson-Zaki (n), bilangan
aksial (Daxl) yang mewakili kondisi Bodenstein (Bo) dan koefisien dispersi
dispersi cairan dan sifat fluidisasi aksial (Daxl) yang mewakili kondisi
dapat dihitung menggunakan dispersi cairan dan sifat fluidisasi.
persamaan 10-13 (Jahanshasi dkk.,
2008). Daftar Pustaka
Ali, U.F., Saad EL Dein, H.S., 2008,
“Production and Partial
Purification of Cellulase Complax
(10)
by Aspergillus niger and
A.nidulans Grown on Water
(11) Hyacinth Blend”, Journal of
Apllied Sciences Research,
4(7):875-891
(12)

49 Techno, Volume 13 No.1, April 2012


Indah Hartati

Ayuningtyas, A., 2008,” Eksplorasi Matriks Zirkonia Agarosa”,


Enzim Selulase dari Isolat Bakteri Prosiding Seminar Nasional
Asal Rumen Sapi”, Skripsi pada Teknoin 2008
Departemen Kimia Fakultas Hu, H.B., Yao, S.J., Zhu, Z.Q., Hur,
Sains dan Teknologi Universitas B.K., 2001, “Comparison of the
Airlangga Adsorption Charactertics of EBA
Beilen, J.V., Li, Z., 2002,”Enzyme with Conventional
Technology: an overview”, Chromatographic Adsorbent”,
Current Opinion in Biotechnology, Korean Journal of Chemical
13:338-344 Engineering, 18 (3):357-362
Berutu, K.M., 2007,”Dampak Lama Huey, H.S., 2008,” Enzymatics
Transportasi Terhadap Enhanced Production of gaharu
Penyusutan Bobot Badan,pH Oil: Effect of Enzyme Loading
Daging Pasca Potong dan and Duration Time” A thesis
Analisis Biaya Transportasi Sapi submitted in fulfilment of the
Potong Peranakan Ongole dan requirements for the award of the
Shorthorn”, Skripsi Pada degree of Bachelor of Chemical
Departemen Peternakan Fakultas Engineering, University malaysia
Pertanian USU Pahang.
Bhat, M.K., 2000, “Celluases and Jahanshasi, M., Ghoreishi, A.A.,
Related Enzymes in Vasheghani, E., Khavarpour, M.,
Biotechnology”,Biotechnology Abedijaber, A., 2008, “
Advances, 18:355-383 Comparative Study of
Budiansyah, A., Resmi, K., Wiryawan, Hydrodynamics Behaviour of
K.G., Soehartono, M.T., Liquid Expanded Bed Adsorption”
Widyastuti, Y., Ramli, N., 2010,” Brazilian Journal of Chemical
Isolasi dan karakterisasi Enzim Engineering Vol26:299-306
Karbohidrase Cairan Rumen Sapi Jahanshasi, M., Najafpour, G.,
Asal Rumah Potong Hewan”, Ebrahimpour, M., Hajizadeh, S.,
Media Peternakan, 33 (1): 36-43 Shahavi, M., 2009, “Evaluation of
Ebrahimpour, M., Shahavi, M.H., Hydrodynamics Parameters of
Jahanshasi, M., Najafpour, G., Fluidized Bed Adsorption on
2009,” Nanotechnology in Purification of Nanobioproduct”
Process Biotechnology: Recovery Physics Status Solidi, 1-8
and Purification of Nayak, D.P., Ponratham, S., Rajan,
Nanoparticulate Bioproducts C.R., 2001, “ Macroporous
Using Expanded Bed Adsorption Copolymer Matrix IV. Expanded
Hasan, F., Shah, A.A., Javed, S., Bed Adsorption Application”,
Hameed, A., 2010, “Enzymes Journal of Chromatography A,
Used in Detergents:Lipases”, 922:63-76
African Journal of Biotechnology, Oinonen, A.M., 2004,”Trichoderma
Vol 9 (31):4836-4844 reesei Strains for Production of
Heim, S., 2011,”Technology Offer New Cellulase for The Textile Industry”
Cellulase From Cow Rumen”, Faculty of Biosciences
Foundation for Promotion of Life Department of Biological and
Science Environmental Sciences,
Hidayat, C., Lestari, S., Supriyadi, University of Helsinki
2008,” Pemurnian Lipase Richana, N., 2002,” Produksi dan
Menggunakan Teknik Prospek Enzim Xilanase dalam
Immobilisasi Ion Logam Pada Perkembangan Bioindustri di

Techno, Volume 13 No.1, April 2012 50


Pemurnian Enzim Selulase dari Rumen Sapi
Menggunakan Teknologi Expanded Bed Adsorption

Indonesia”, Bulletin Agrobio, Troger, C., Niranjan, K., 2010,”


5:29-36 Sustainable Chitin Extraction and
Schafer, T., 2011,” Enzyme for Chitosan Modification for
Technical Applications”, Enzyme Application in the Food Industry”
for the Detergent Industry International Conference on Food
Severo, J.B., Souza, R.R., Santana, Innovation.
J.C.C., Tambourgi, E.B., 2009,”A Ulhaq, I., Javed, M.M., Khan, T.S.,
Study od Ion Exchange Siddiq, Z., 2005,“Cotton
Chromatography in an Expanded Saccharifying Activity of
Bed for Bovine Albumin Cellulases Produced by Co-
Recovery”An International culture of Aspergillus niger and
Journal Brazilian Archives of Trichoderma viride” Research
Biology and Technology, vol Journal of Agriculture and
52:427-436 Biological Sciences 1 (3):241-245
Silveira, E., Souza, M.E., Santana, Wibisono, E., 2010,” Imobilisasi Crude
J.C.C., Chaves, A.C., Porto, Enzim Papain yang Diisolasi Dari
A.L.F., Tambourgi, E.B., 2009, “ Getah Buah Pepaya Dengan
Expanded Bed Adsorption of Menggunakan Kappa Karagenan
Bromelain from Ananas comosus dan Kitosan Serta Pengujian
Crude Extract”, Brazilian Journal Aktivitas dan Stabilitasnya”,
of Chemical Engineering, 26 (01): Skripsi pada Departemen Kimia
149-157 MIPA USU
Sukumaran, R.K., Singhania, R.R., Wirawan, S.K., Rismijana, J., Hidayat,
Pandey, A., 2005,” Microbial T., 2008,” Aplikasi a Amilase dan
Cellulases-Production, Selulase pada Proses Deinking
Application and Challenges” Kertas Bekas Campuran”, Berita
Journal of Scientific and Industrial Selulosa Vol 43:11-18
Research, vol 64:832-844 Yun, J., Yao, S.J., Lin, D.Q., Lu, M.H.,
Suseno, D., 2009,” Aktivitas Zhao, W.T., 2004,” Modelling
Antibeakteri Propolis Trigona Axial Distribution of Adsorbent
spp. Pada Dua Konsentrasi Particle Size and Local Voidage
Berbeda Terhadap Cairan in Expanded Bed” Chemical
Rumen Sapi”, Program Studi Engineering Science, 59:449-457
Biokimia Fakultas Matematika
dan IPA IPB, Bogor.

51 Techno, Volume 13 No.1, April 2012

Anda mungkin juga menyukai