Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN VI
TITRASI ASAM BASA

OLEH :

NAMA : MUH. DIMAS ALMUHAJIR


NIM : A201901103
KELAS : E3
KELOMPOK : III (TIGA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si,M.Si

LABORATORIUM KLINIK TERPADU


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu
zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi
asam basa.
Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam
tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang
dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam
basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada
umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah
titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai.
Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan
perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik
equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Untuk mengetahui penetralan asam basa dengan metode titrasi
2. Untuk menentukan konsentrasi suatu larutan asam atau basa
dengan menggunakan titrasi asam basa
3. Untuk mengetahui titik equivalen dan titik akhir titrasi asam- basa.
BAB II
LANDASAN TEORI

Titrasi asam basa sering disebut asidi-alkalimetri, sedang untuk titrasi


pengukuran lain-lain sering dipakai akhiran-ometri mengggantikan –imertri. Kata
metri berasal dari bahasa yunani yang berarti ilmu proses seni mengukur. I dan O
dalam hubungan mengukur sama saja, yaitu dengan atau dari (with or off).
Akhiran I berasal dari kata latin dan O berasal dari kata Yunani. Jadi asidimetri
dapat diartikan pengukuran jumlah asam ataupun pngukuran dengan asam (yang
diukur dalam jumlah basa atau garam), (Harjadi, W. 1990)
Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-
10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah,
jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi
asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada
reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air
proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel.
Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna
indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur, (Khopkar, S.M.
1990)
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan
asam dan basa organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi
sebagian senyawa itu terutama senyawa organik tidak larut dalam  air. Namun
demikian umumnya senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu
senyawa organik itu dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert.
Untuk menentukan asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl,
sedangkan untuk menentuan basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH.
Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam
basa yang sesuai atau dengan bantuan peralatan seperti potensiometri,
spektrofotometer, konduktometer. (Rivai, H, 1999)
BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Gelas ukur
2. Labu erlenmeyer
3. Gelas kimia
4. Buret
5. Statif
6. Klem
7. Corong
8. Pipet tetes
9. Sikat pembersih

b. Bahan
1. Larutan HCl 0,1 N
2. Larutan CH3COOH 0, 1 M
3. Larutan NaOH
4. Larutan PP
3.1. Prosedur Kerja

HCL 0,1 M CH3COOH 0,1 M NaOH Indikator PP

 Disiapkan buret, statif dan klem


 Diisi buret dengan larutan NaOH tepat
sampai garis nol dengan bantuan corong
 Dimasukkan 15 ml HCl 0,1 M ke dalam
labu erlenmeyer, lalu tambahkan 3 tetes
indikator PP kedalam larutan
 Diletakkan labu erlenmeyer tepat
dibawah buret, lalu buka keran buret
secara perlahan sehingga NaOH dapat
menetes ke dalam larutan
 Selama perubahan NaOH, goyangkan
labu erlenmeyer agar NaOH dapat
tercampur rata dan sampai terjadi
perubahan arna yang paling awal
 Diamati perubahan warna yang terjadi
pada HCl
 Dicatat jumlaj NaOH yang digunakan
yaitu selisih antar volume akhir dan
volume awal NaOH
 Ditentukan konsentrasi NaOH yang
dipergunakan dengan rumus
V1.M1=V2.M2
 Dilakukan kegiatan 1-7 sekali lagi dan
hitung rata-rata jumlah NaOH yang
terpakai untuk mengetahui titik
ekuivalen
 Diulang kegiatan 1-9 untuk larutan
CH3COOH 0,1 M.

Hasil

3.2. Hasil Pengamatan

Tabel 1 hasil percobaan menggunakan HCl


Larutan Volume NaOH yang Gambar Warna
terpakai (ml) Larutan
HCl + PP Pink
+ NaOH 15 ml

Tabel 2 hasil percobaan menggunakan CH3COOH


Larutan Volume Gambar Warna
CH3COOH yang Larutan
terpakai (ml)
CH3COO Pink
H + PP + 15 ml ungu
NaOH
BAB IV
PEMBAHASAN

Titrasi adalah cara analisis tentang pengukuran jumlah larutan yang di


butuhkan untuk bereaksi secara tetap dengan zat yang terdapat dengan larutan
lain.
Pada percobaan ini kami menentukan molaritas NaOH dengan
menggunakan proses titrasi antara larutan HCl sebanyak 15 ml 0,1 M dengan
larutan NaOH. 15 ml larutan HCl dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer lalu
ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang sudah
disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis bereaksi.
Begitu pula titrasi antara larutan CH3COOH sebanyak 15 ml 0,1 M dengan
larutan NaOH. 15 ml larutan CH3COOH dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer
lalu ditambahkan 3 tetes indikator PP, lalu ditetesi dengan larutan NaOH yang
sudah disediakan dalam buret setetes demi setetes sampai ekuivalen atau habis
bereaksi.
Titik ekuivalen dapat diketahui dengan bantuan larutan PP ,kisaran warna
yaitu tidak berwarna sampai merah ungu, yakni apabila tak berwarna berarti
sifatnya asam dan jika berwarna merah ungu berarti basa. Jika larutan sudah
ekuivalen maka, larutan akan mengalami perubahan warna paling awal, dan
warnanya sangat muda dan cerah saat itulah titrasi dihentikan. Saat larutan
menunjukkan perubahan warna paling awal itulah yang disebut titik akhir titrasi.
Dalam percobaan 1 yaitu titrasi asam kuat + basa kuat yang kami lakukan
pada larutan HCl sebanyak 15 ml dititrasi dengan NaOH menghasilkan persamaan
reaksi sebagai berikut :
HCl + NaOH  NaCl + H2O.
HCl 15 ml  0,1 M dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer,
kemudian  ditambahkan 3 tetes penoftalin. NaOH  50 ml dimasukkan ke dalam
buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 1,35 ml
dan warnanya pink.
15.0,1 = 1,35 M2
1,5 = 1,35 M2
Molaritas NaOH yaitu :
Jadi molaritas NaOH adalah 0,9 M

Dalam percobaan 2 titrasi asam lemah + basa kuat yang kami lakukan
pada larutan CH3COOH sebanyak 15 ml dititrasi dengan NaOH menghasilkan
persamaan reaksi sebagai berikut ;
CH3COOH  + NaOH  NaCH3COO + H2O
CH3COOH  15 ml  0,1 M dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer,
kemudian  ditambahkan 3 tetes penoftalin. NaOH  50 ml dimasukkan ke dalam
buret, kemudian dibiarkan menetes setetes demi setetes hingga indikator berubah
warna atau titik akhir titrasi tercapai, dan didapatkan volume titrasinya 1,65 ml
dan warnanya pink ungu.
15.0,1 = 1,65 M2
1,5 = 1,65 M2
Molaritas NaOH yaitu :
Jadi molaritas NaOH adalah 1,1 M
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang kita dapatkan pada praktikum ini yaitu:


1. Titik ekuivalen adalah titik dimana konsentrasi asam sama dengan
konsentrasi basa (habis bereaksi) atau titik dimana jumlah basa yang
ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan yang
disertai perubahan warna indikator.
2. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan
cara melihat perubahan warna indikator
3. Persamaan reaksi untuk masing-masing percobaan :
- Asam kuat + basa kuat
HCl + NaOH  NaCl + H2O
-Asam lemah + basa kuat
CH3COOH  + NaOH  NaCH3COO + H2O
DAFTAR PUSTAKA

Harjadi. W. 1990. AsasPemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta


Khopkar, S.M. 2007. Indikator Titrasi Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L). Jurnal Agritech. Vol 2. No 4
Rivai, H, 2008.   Titrasi Asam Basa. Jurnal Titrasi Asam Basa. Vol 1. No 4

Anda mungkin juga menyukai