TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis adalah penyakit menular di udara dan paling banyak menyerang paru-
paru, organisme penyebabnya adalah basil tahan asam Mycobacterium Tuberculosis (Dalvin
and Smith, 2017).
Penyakit tersebut menyebabkan masalah kesehatan pada jutaan orang di setiap tahun
dan menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan China. (WHO, 2020). Penyakit
tersebut ialah penyakit kronik yang bisa mempengaruhi kualitas hidup penderita. Pasien yang
hidup dengan tuberkulosis (TBC) mengalami gangguan yang signifikan dari kehidupan sosial
mereka dan terkena stigma dan diskriminasi (Abioye, Omotayo and Alkija, 2011).
Tuberkulosis paru menimbulkan permasalahan yang serius, pada konsep kualitas hidup yang
terdiri dari aspek kesehatan fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan.
Tanda dan gejala pada tahapan awal tuberkulosis yaitu infeksi primer. Tuberkulosis
bisa bersifat asimtomatik dengan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Suhu badan meningkat
2. Nyeri pada persendian
3. Malaise
4. Penurunan nafsu makan, mual, muntah, dan terlihat kelelahan
Infeksi primer terjadi lebih kurang selama 12 minggu, setelah itu tubuh akan
mengeluarkan kekebalan spesifik terhadap basil tuberkulosis, selanjutnya kelenjar
limfe mengalami pembesaran sebagai penyebab penyebaran limfogen. Setelah itu
tubuh akan mengalami tanda gejala sebagai berikut :
1. Batuk disertai peningkatan frekuensi nafas
2. Terjadinya ekspansi paru buruk pada tempat yang sakit
3. Bunyi nafas ronki kasar dan hilang
4. Demam persisten
5. Terdapat suara pekak saat perkusi
Selain melalui tranmisi udara, Mycobacterium Tuberculosis juga dapat menular jika
terjadi kontak langsung dengan luka penderita tuberkulosis paru. Percikan dahak pada klien
dengan BTA positif yang mengandung Mycobacterium Tuberculosis merupakan sumber
penularan dari tuberkulosis. (Kemenkes RI, 2014).
Tuberkulosis ditularkan dari orang ke orang oleh bantuan udara. Individu terinfeksi
melalui berbicara, batuk, tertawa, maupun bernyanyi yang melepaskan droplet nuclei ke
udara dan dihirup oleh individu yang rentan (Smeltzer & Bare, 2001).
1. Individu yang dekat maupun kontak langsung dengan klien tuberkulosis paru yang
aktif
2. Individu immunosupresif
3. Pengguna alkohol maupun pengguna obat HIV
4. Individu dengan perawatan kesehatan yang mencukupi saat usia 15-44 tahun
5. Individu dengan gangguan medis lainnya
6. Imigran dari negara angka terjadinya tuberkulosis yang tinggi
7. Individu yang beraktivitas dan bermukim di institusi
8. Individu yang hidup di lingkungan kumuh
9. Petugas kesehatan
Pengobatan Tuberkulosis akan selalu meliputi pengobatan tahap awal dan pengobatan
tahap lanjutan. Pada tahap awal pengonsumsian obat dilakukan setiap hari. Hal tersebut
digunakan untuk menurunkan jumlah bakteri yang berada di dalam tubuh klien dan
mengurangi pengaruh dari sedikit bakteri yang dimungkinkan resisten sejak klien belum
mengonsumsi OAT. Tahap awal ini dilakukan selama 2 bulan dan dengan pengonsumsian
OAT secara teratur dan tanpa penyulit, setelah 2 minggu pengobatan daya penularan sudah
sangat menurun. Untuk tahap lanjutan sendiri merupakan tahap yang penting untuk
menurunkan dan membunuh sisa bakteri yang ada di dalam tubuh klien, sehingga klien dapat
sembuh dan tercegah dari kekambuhan.
6. Dosis Pengobatan
Tabel 2.3 Jenis dan dosis OAT
Catatan :
1) Klien berusia 60 tahun keatas, dosis maksimal streptomisin adalah 500 mg tanpa
memperhatikan berat badan
2) Perempuan hamil harus melihat prinsip pengobatan TB dalan keadaan khusus.
Prinsip pengobatan TB paru pada kondisi kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosida seperti streptomisin atau kanamisin
karena dapat menimbulkan ototoksik pada bayi dan dapat menembus barier
plasenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan
keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan. Perlu dijelaskan
kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya
supaya proses kelahiran dapat berjalan dengan lancar dan bayi yang akan
dilahirkan erhindar dari kemungkinan tertular TB.pemberian pridoksin 50
mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yang mendapatkan pengobatan TB, sedangkan
pemberian vitamin K 10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan
pada trimester 3 kehamilan menjelang partus.
3) Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest
sebanyak 3.7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml=250mg).
3) OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif kategori 1
yang diberikan selama 28 hari.
Jenis dan dosis OAT
Prinsip pengobatan TB paru
Kombinasi OAT di Indonesia dan
Hasil pengobatan dan tindak lanjut