A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari dijumpai banyak sekali bentuk-bentuk makanan
yang telah mengalami proses pengolahan sehingga membentuk kekhususan
yang sangat jauh berbeda dari bentuk aslinya, misalnya mayonise yang
digunakan sebagai salad, saus dll. Mayonise merupakan campuran antara
minyak kedele dengan air. Tujuan dari proses pengolahan tersebut disamping
sebagai penyedap cita rasa, pengawet, juga untuk memperbaiki tampilan atau
penampakan dari bahan dasarnya.
Emulsi dalam bahan non pangan juga banyak ditemui, misalnya dalam proses
printing kain. Pasta dibuat dengan mencampurkan minyak tanah dengan air,
pasta ini dibuat dengan tujuan untuk membawa zat warna agar mudah meresap
kedalam serat-serat kain. Kain yang diwarnai dengan menggunakan pasta ini,
biasanya seratnya berasal dari polyester, rayon dll.
Dengan perkembangan teknologi, maka semakin mudah membuat pasta dari
campuran dua bahan yang mempunyai sifat fisis yang jauh berbeda. Emulsi
dapat diperoleh dengan menggunakan alat pencampur yang mempunyai
rpm/kecepatan putaran (impeller) tinggi. Alat pencampur secara khusus didesain
agar menghasilkan pasta yang baik secara tekstur maupun kualitas yang lain.
Biasanya peralatan yang digunakan dalam proses pembentukan emulsi adalah
colloid mil dan homoginizer.
Emulsi pada dasarnya merupakan dispersi antara dua atau lebih bahan
sehingga membentuk sifat yang khusus. Dikenal jenis dispersi yang lain, seperti
dispersi gas dalam cairan sebagai contoh busa dan cairan dalam gas (aerosol).
Secara lebih luas dispersi didifinisikan sebagai kontak antara dua phase bahan
yang mempunyai sifat kimia dan sifat fisika dengan aktivitas yang tinggi.
Alternatif lain agar tercapai hasil yang maksimal adalah dengan menambah
surfactan. Fungsi surfactan menurunkan tegangan permukaan bahan dan untuk
mencegah bahan agar tidak mengalami flokulasi, Creaming dan coalence.
Surfactan mumpunyai stuktur kimia tertentu sehingga gugus yang satu
berinteraktif secara aktif dengan bagian partikel yang lain, sedangkan gugus
yang lain bereaksi dengan bagian partikel lainnya.
Dispersi partikel disebabkan karena ukuran partikelnya berhubungan dengan
muatan listrik dari partikel-partikel di dalamnya sehingga mengakibatkan gaya
listrik, serta gaya fisika antar partikel karena pengaruh gaya mekanik. Ukuran
partikel dapat dianalisa dari pengamatan fisik, pencahayaan ke media
emulsinya (atau disebut sebagai) sifat akustik. Gaya interaktif antar partikel ini
dibahas didalam ilmu rheologi. Dispersi partikel digambarkan dengan gerak
Brown. Emulsi yang hanya dipengaruhi oleh gaya físika saja mengakibatkan
hasil emulsinya tidak stabil. Kestabilan emulsi banyak dipengaruhi oleh gaya
elektrostatik dan pengaruh panjang rantai melekul dari bahan.
Tujuan mempelajari sistem emulsi dalam bahan pangan adalah:
1. Prinsip dasar dan karakteristik emulsi.
2. Kegunaan dan penerapan emulsi dalam proses produksi.
3. Kerusakan utama produk emulsi.
B. BAHAN BACAAN
1. Metode Pembentukan Dispersi
Emulsi didifinisikan sebagai campuran dari dua bahan yang tidak saling
campur, dimana bahan yang satu terdispersi (tersebar secara acak) ke
dalam bahan yang lain. Contoh bahan yang terelmulsi diantaranya butter
(keju), margarine, dan film. Dalam margarin terjadi emulsi air dalam minyak.
Biasanya emulsi memiliki penampakan keruh, maka emulsi tidak dapat
meneruskan cahaya yang melewatinya. Emulsi dari suatu bejana akan
terlihat keruh (scatter). Pembentukan emulsi dipengaruh oleh adanya energi,
diantaranya penambahan proses penggetaran (penggoyangan, proses
pengadukan, proses penghomogenan, penyemprotaan) dari suatu phase ke
phase yang lain dalam bahan yang diam. Prosses ini bila didiamkan
beberapa saat kemudian akan terbentuk dua lapisan yang berbeda,
misalnya minyak dengan air. Dengan penambahan energi kedalamnya akan
terbetuk emulsi, namun akan terpisah lagi dalam beberapa waktu kemudian.
Keadaan ini disebut sebagai koalens/bercampur (coalescence).
Emulsi antara phase yang satu dengan phase yang lain disebut juga
sebagai koloid. Namun secara umum perbedaan antara koloid dengan
emulsi hampir tidak ada. Emusli kadang sebagai koloid begitu juga
sebaliknya koloid disebut sebagai emulsi.
2. Tipe Emulsi
Ada dua tipe emulsi minyak dan air yaitu :
a. Emulsi minyak kedalam air, yaitu minyak disebarkan
kedalam air, contoh: ice cream (Oil/Water)
b. Emulsi air kedalam minyak, yaitu air didistribusikan merata
ke dalam minyak contoh margarin dan keju (Water/Oil)
c. Salah satu dari kedua emulsi ditambahkan bahan lain,
misal bubuk coklat sulit larut dalam air, dengan perlakuan khusus coklat
cair (bubuk coklat dalam minyak coklat) dilarutkan kedalam air sehingga
terbentuk emulsi. Dalam hal ini ada tipe Water/Oil/Water atau
Oil/Water/Oil
Keterangan :
Solubilization Flavors
Anti-oxidation
4. Karakteristik emulsifier
a. Mono glyceride (MG).
Mono Gliceride diperoleh dari asam lemak (fatty acid) baik yang berasal
dari tanaman atau hewan, untuk lebih jelasnya tertera pada gambar
dibawah ini:
Ratio
Characteristic Behaviors
HLB Hydrophil Lipophili Functions
Related To Water
ic Part c Part
4
Slightly dispersing 20 80 W/O
emulsifica
tion
6
30 70
wetting
8 O/W
Milky dispersion 40 60 agent
emulsifica
tion
Stable milky dispersion 10 50 50
Ratio
Characteristic Behaviors
HLB Hydrophil Lipophili Functions
Related To Water
ic Part c Part
12
Transparent dispersion 60 40
cleaning
14
70 30 agent
16
80 20 solubilizin
Colloidal solution
g agent
18
90 10
20 100 0
W/O O/W
Type
HLB 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Monoglycerides 3~4
Acetylated monoglycerides 1
Citlated monoglycerides 9
DATEM 8~10
Lecithin 3~4
Solubilization Flavors
Others Plasticizing
anti-oxidation
c. Wetting Agen
Efek basah (wetting effect) dari bahan emulsifier adalah adanya kondisi
lembab pada sekeliling permukaan padatan. Bahan padatan bila
dicampur dengan bahan emulsifier menjadi bersifat hydrophilic. Misalnya
chewing gum yang dioleskan pada gigi.
Mekanisme: terjadinya permbersihan pada permukaan gigi adalah sulit
dikarenakan permukaan gigi yang selalu basah (gaya adhesi yang kuat)
dan bersifat hydrophilic, Dengan menambah chewing gum pada pasta
gigi maka permukaan gigi mudah dibersihkan. Perhatikan gambar
dibawah ini:
Stuktur tepung pada Pada saat pemanasan, Pada saat pendingian stuktur
gandum ketika menggunakan tepung berubah, mengguna-
emulsifier kan emulsifier mencegah roti
menjadi keras.
Afandi M dan Darsam, 1979. Praktik Mesin dan alat Pengolahan Hasil Pertanian.
Jakarta. Dep P & K Dikmenjur
Gatot Supriadi, 2003. Mencampur Bahan Basah dan Kering. Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional
Wirakartakusumah, M.A., dan Sukarno. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.