Wheel Alignment
Wheel Balance adalah kondisi yang seimbang dari
sebuah obyek yang berputar. Balance dibagi
menjadi dua jenis yaitu static balance dan dynamic
balance.
Static balance adalah keseimbangan bobot dalam
arah radial pada kondisi statis, sedangkan
dynamic balance adalah keseimbangan bobot
dalam arah aksial pada kondisi berputar.
Berikut ini adalah gambaran peta konsep agar
tercapainya wheel balance yang baik pada
kendaraan.
Suspensi Independent
Suspensi independent mempunyai karakteristik
sebagai berikut :
Bagian kendaraan yang tidak terpegas lebih ringan
dan cengkeraman roda-roda pada jalan bugus
sehingga mengahasilkan kenikmatan dan kestabilan
pengendaraan yang lebih baik.
Pada suspensi independent, pegas-pegas hanya
berfungsi menopang dan tidak membantu
memposisikan roda-roda, sehingga diperlukan
linkage-linkage.
Roda kanan dan kiri tidak menjadi satu poros
sehingga tidak saling mempenngaruhi. Hal itu
memungkinkan lantai dan engine mounting
diperendah, yang menyebabkan titik berat kendaraan
lebih rendah dan ruang penumpang/ bagasi lebih
luas.
Konstruksinya lebih rumit
Terjadi perubahan wheel aligmnet dan thread pada
saat berkendara, sehingga keausan ban lebih besar.
Gambar. Suspensi
independent roda depan
dan belakang
Gambar. Stabilizer
d) linkage berfungsi untuk menahan komponen-
komponen suspensi agar tetap stabil pada posisinya
dan mengontrol pergerakan roda-roda ke arah
samping maupun depan. Linkage antara lain lateral
control rod dan strut bar. Lateral control rod dipasang
diantara axle dan bodi kendaraan, berfungsi untuk
menahan axle pada posisinya terhadap beban dari
samping. sedangkan strut bar adalah batang baja,
salah satu ujungnya dipasangkan pada lower arm
dengan baut ujung lainnya dipasangkan pada bodi
dengan mempergunakan karet sebagai bantalan.
Fungsinya adalah menopang lower arm agar tidak
bergerak ke depan dan ke belakang pada saat
kendaraan berjalan, sehingga merupakan komponen
penunjang sistem suspensi bebas.
Gambar. Lingkage
20. Suspensi AKTIF
Sistem suspensi pada kendaraan dengan berbagai
jenis konstruksi dan kelengkapannya telah
dikembangkan untuk mendapatkan hasil stabilitas
pengendaraan yang baik. Namun, suspensi yang telah
kita bahas sebelumnya bersifat pasif, yaitu akan
memiliki kemampuan yang relatif tetap padahal
kondisi pengendaraan, kondisi pembebanan, serta
kondisi jalan yang dilalui kendaraan berbeda-beda.
Selain itu, kelemahan lainnya adalah seperti adanya
kecenderungan body rolling saat berbelok sangat
terasa. Dengan berbagai kelemahan tersebut, saat ini
teknologi suspensi telah dikembangkan untuk
mendapatkan sistem suspensi yang sesuai keinginan
pengendaraan serta kondisi jalan. Teknologi ini biasa
kita kenal sebagai suspensi aktif.
a) Suspensi aktif secara umum dapat
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu sistem
suspensi aktif penuh (pure active suspension)
serta suspensi semi aktif (semi active
suspension). Sistem suspensi aktif penuh
memungkinkan terjadinya pengaturan tingkat
peredaman sistem suspensi serta tinggi
kendaraan secara bebas terhadap masing-
masing rodanya. Pengaturan ini dilakukan
secara hidrolik maupun secara elektronik.
Sistem suspensi aktif menjaga roda-roda
kendaraan agar memiliki sudut yang tepat
terhadap jalan sehingga dapat
mempertahankan traksi roda-roda. Sebaliknya,
sistem suspensi semi aktif hanya mengatur
kekerasan shock absorber sesuai dengan
kebutuhan gaya pengendaraan. Sistem ini
mengatur kerja shock absorber dengan
mekanisme solenoid atau mekanisme
peredaman magneto-rheological untuk mengatur
tingkat peredaman shock absorber.
b) Sistem suspensi aktif dalam kerjanya diatur
dengan kontrol elektronik dengan melakukan
pendeteksian berbagai kondisi kendaraan
untuk menentukan kebutuhan kerja suspensi.
Oleh karena itu, beberapa masukan perlu
diperoleh, seperti ketidakrataan jalan, tinggi
kendaraan, kecepatan kendaraan, kondisi
akselerasi, sudut belok, serta kondisi
pengereman. Masukan ini selanjutnya diolah
oleh mikroprosesor (ride/electronic control unit)
untuk mengatur kerja aktuator elektrik guna
mengatur tingkat kekerasan shock absorber,
pemegasan air suspension, maupun ketinggian
kendaraan. Komponen-komponen utama sistem
suspensi ini antara lain: (1) sensor ketinggian,
(2) sensor sudut belok kendaraan, (3) sensor
kecepatan kendaraan, (4) throttle position
sensor, (5) sensor percepatan vertikal, (6) ride
control unit, (7) aktuator