Anda di halaman 1dari 40

EFEKTIFITAS IMD TERHADAP PENCEGAHAN HIPOTERMI

PADA BAYI BARU LAHIR PADA IBU POST PARTUM

RS. MITRA KELUARGA CIBUBUR

PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S Kep)

Oleh:

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN EKSTENSI


STIKes MITRA KELUARGA
BEKASI
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Secara global 2,4 juta
anak meninggal pada bulan pertama kehidupan di tahun 2019. Terdapat
sekitar 6.700 kematian bayi baru lahir setiap hari, Jumlah kematian
Neonatus menurun dari 5 juta pada tahun 1990 menjadi 2,4 juta pada
tahun 2019. Namun, penurunan kematian Neonatus tersebut masih
sangat lambat, dapat dikatakan pada bulan pertama kehidupan. sekitar.
6.700. kematian Neonatus setiap hari. dengan sekitar sepertiga dari
semua kematian. neonates. terjadi dalam hari pertama setelah kelahiran,
dan hampir tiga perempat terjadi dalam minggu pertama
kehidupan (WHO, 2019).
Berdasarkan Survey WHO dari 10 negara dengan angka kematian bayi
baru lahir atau Neonatus terbanyak, Indonesia menduduki peringkat 7
dari 10 negara dan di posisi pertama dengan kematian terbanyak adalah
negara India (WHO, 2019).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017
melaporkan bahwa Angka Kematian Neonatus di Indonesia mencapai
15 kematian Neonatus per 1000 kelahiran hidup, dan menurut data
tersebut setelah Jawa Timur, Jawa Barat menduduki peringkat kedua
dengan angkat kematian Neonatus terbanyak pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 27 kematian Neonatus (Kemenkes, 2020)
Sedangkan Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) yang
merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para
pemimpin dunia, termasuk Indonesia, SDGs  menetapkan target pada
tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatus setidaknya hingga 12 per 1.000 KH, hal tersebut
menunjukan bahwa Indonesia belum mampu untuk mengikuti target
yang sudah di tetapkan (WHO, 2019).
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau Neonatus di Indonesia
antara lain bayi prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25%, dan 23%
merupakan bayi baru lahir dengan asfiksia dan trauma (Mutiara, 2019).
Selain itu dari 6,3% penyebab kematian Neonatus adalah hipotermia
walaupun angka tersebut tidak banyak namun berpotensi menyebabkan
kematian masal pada bayi Neonatus (Nufra & Ananda, 2021).
Hipotermi dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer, berkurangnya
perfusi perifer, iskemia, asidosis metabolik dan peningkatan laju
metabolisme basal, memburuknya pernapasan, kemudian menyebabkan
pendarahan paru serta kematian. Hipotermia terjadi pada bayi baru lahir
yang tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti, intervensi untuk
menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian
Neonatus sebanyak 18-42% (Hidayatullah & Feriani, 2019).
Sedangkan menurut penelitian salah satu upaya pencegahan hipotermi
pada bayi adalah dengan kontak kulit antara bayi dan ibu melalui
tindakan Inisiasi menyusu dini, hal ini karena tubuh bisa ketika kontak
dengan kulit bayinya bisa menyesuaikan suhu tubuh dengan baynya
atau disebut dengan Thermal Syncroni, selan menghangatkan ini
berfungsi untuk memberikan rasa nyaman dan memperkuat hubungan
psikologis antara ibu dan banyinya (Army, 2020).
Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan pada ibu dan bayi di
RS. Mitra Keluarga Cibubur didapatkan data dari 4 pasien bayi baru
lahir, 2 pasien diantaranya begitu lahir tali pusarnya di potong di
keringkan dan dengan cepat diletakan di dada atau perut ibu dan
dibiarkan selama 1 jam, dan 2 pasien yang lain begitu lahir tali
pusarnya di potong di keringkan dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dan dihangatkan beberapa menit di alat penghangat dan setelahnya baru
di letakan di atas perut ibu. hasilnya setelah di observasi selama satu
jam 2 pasien bayi yang tidak langsung di letakan diatas perut ibu
tampak rewel, menangis dan tidak bisa menyusu sendiri, teraba sedikit
dingin dengan suhu 35,90 C sedangkan pada pasien bayi yang langsung
di letakan pada perut ibu tampak bergerak perlahan mencari puting susu
dan tampak tenang dan tubuh bayi teraba cukup hangat dengan suhu
36,6 0C. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian denganmengangkat judul Efektifitas IMD Terhadap
pencegahan hipotermi dan diare pada bayi baru lahir pada ibu post
partum RS. X Cibubur.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sesuai dengan uraikan di bagian latar belakang, maka
rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh Efektifitas IMD Terhadap pencegahan hipotermi dan diare
pada bayi baru lahir pada ibu post partum RS. X Cibubur.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Efektifitas IMD Terhadap pencegahan hipotermi
pada bayi baru lahir pada ibu post partum RS. Mitra Keluarga
Cibubur.

2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi bayi Neonatus RS. X
Cibubur.
b. Untuk mengidentifikasi distribusi bayi Neonatus dengan
hipotermia di RS. X Cibubur.
c. Untuk mengetahui tindakan pencegahan hipotermi pada bayi
Neonatus di RS. X Cibubur.

d. Untuk mengetahui efektifitas IMD terhadap pencegahan

hipotermia pada bayi Neonatus di RS. X Cibubur.


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi (Rumah Sakit)
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai masukan rumah sakit
agar dapat menggunakan tindakan inisiasi menyusui dini untuk
mencegah kejadian hipotermia pada bayi Neonatus.
2. Bagi Pendidikan Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan acuan bagi
masyarakat tentang mamfaat inisiasi menyusui dini terhadap
pencegahan hipotermia.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan
serta dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
BAB II
TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Pengertian .Insiasi menyusui dini .
Inisiasi .Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan . kegiatan menyusu
dalam satu jam . pertama setelah bayi lahir. Inisiasi . dini juga bisa
diartikan sebagai . cara bayi menyusu satu jam .pertama setelah lahir
dengan usaha sendiri . dengan kata lain menyusu .bukan disusui. Cara
bayi .melakukan inisiasi menyusui . dini ini dinamakan . The Breast
Crawl atau merangkak . mencari payudara (Olina, 2017). .
Inisiasi Menyusui dini . adalah proses . membiarkan . bayi dengan
nalurinya sendiri . dapat menyusu segera dalam .satu jam pertama
setelah lahir, . bersamaan .dengan kontak .kulit antara bayi .dengan
kulit ibunya, bayi . dibiarkan setidaknya selama . satu jam di dada ibu,
sampai . bayi menyusu sendiri . (Marali, 2021).
Inisiasi . Menyusui Dini . dalam istilah . asing . sering di sebut . early
inisiation .breast freeding . adalah memberi . . kesempatan pada bayi
baru lahir untuk menyusu . sendiri pada ibu dalam satu . jam pertama
.kelahirannya. .Ketika bayi sehat di letakkan di .atas perut atau
dada ibu segera . setelah .lahir dan .terjadi .kontak kulit . (skin to skin
contac) merupakan .pertunjukan .yang menakjubkan, .bayi akan
bereaksi oleh .karena .rangsangan sentuhan ibu, .dia akan . bergerak di
atas . perut ibu dan . menjangkau . .payudara (Mustika, 2019).
Inisiasi Menyusui . Dini . disebut sebagai tahap ke .empat persalinan
yaitu tepat . setelah .persalinan sampai satu jam . setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir dengan posisi . tengkurap setelah
dikeringkan .tubuhnya .namun belum dibersihkan, ..tidak dibungkus di
dada ibunya . segera setelah . persalinan dan . memastikan . bayi
mendapat . kontak .kulit dengan ibunya, . menemukan . puting . susu
dan mendapatkan . .kolostrom .Air .ASI .pertama (Indrawati, 2017).
Inisiasi Menyusui . . Dini adalah proses menyusu . bukan . menyusui
yang merupakan . gambaran . bahwa inisiasi menyusu . . dini bukan
program ibu .menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif . sendiri
menemukan putting susu . ibu. Setelah lahir bayi .belum menujukkan .
kesiapannya untuk .menyusu Reflek .menghisap bayi timbul .setelah
20-30 menit setelah .lahir. Bayi menunjukan .kesiapan untuk menyusu
30-40 menit setelah .lahir (Lestari, 2019). Kesimpulan dari berbagai .
pengertian di atas, .IMD adalah suatu rangkaian .kegiatan dimana bayi
segera setelah lahir .yang sudah terpotong tali pusatnya . secara naluri
melakukan aktivitas-aktivitas . yang diakhiri dengan .menemukan

puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.

b. Prinsip Insiasi menyusui dini


Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan
nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama
setelah lahir, bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit
ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu, sampai dia
menyusu sendiri (Zuliyana, 2020). Prinsip dasar IMD adalah tanpa
harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan
posisi tengkurap dimana telinga .dan tangan bayi berada dalam
satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi
mencari payudara ibu .dan mulai menyusu (Ginting, 2019).
Kesimpulan dari pendapat di atas, prinsip IMD adalah cukup
mengeringkan tubuh bayi yang . baru lahir dengan kain atau handuk
tanpa harus memandikan, tidak membungkus (bedong) kemudian
meletakkannya .ke dada ibu dalam keadaan tengkurap sehingga ada
kontak kulit dengan ibu, selanjutnya beri .kesempatan bayi untuk
menyusu .sendiri .pada ibu pada satu jam pertama kelahiran.

c. Mamfaat IMD
Menurut (Kusumawati, 2010), menyampaikan bahwa
IMD bermanfaat . bagi ibu dan bayi baik .secara fisiologis maupun
psikologis, .yaitu sebagai berikut:
1) Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. .Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada . uterus
sehingga .membantu keluarnya .plasenta dan mencegah
perdarahan. .Oksitoksin juga menstimulasi .hormon-hormon lain
yang .menyebabkan ibu merasa aman .dan nyaman, sehingga ASI
keluar .dengan lancar. .

2) Bayi
Bersentuhan . dengan ibu memberikan kehangatan, .ketenangan
sehingga .napas dan denyut jantung bayi .menjadi teratur.Bayi
memperoleh .kolostrom yang mengandung antibodi .dan

merupakan .imunisasi pertama. Di samping . itu, kolostrom .juga


mengandung .faktor pertumbuhan yang .membantu usus bayi
berfungsi .secara efektif, sehingga .mikroorganisme dan
penyebab . alergi lain lebih . sulit masuk ke dalam . tubuh bayi.

3) Manfaat secara Psikologis :

a. Adanya .Ikatan Emosi . (Emotional Bonding) :

- Hubungan . ibu-bayi lebih erat dan . penuh kasih sayang.


- Ibu . merasa .lebih bahagia. .
- Bayi .lebih jarang .menangis.
- Ibu .berperilaku lebih .peka (affectionately).
- Lebih jarang . menyiksa . bayi (child abused).

b. Perkembangan : anak menunjukkan uji kepintaran yang lebih


baik di kemudian hari.

d. Tahapan Inisiasi menyusui dini


Persiapan .Melakukan Inisiasi Menyusui Dini . Lubis (2018)
menjabarkan, .berikut ini persiapan yang harus .dilakukan sebelum
pelaksanakan . IMD di . RS :

1) Pertemuan pimpinan . Rumah Sakit, dokter .kebidanan, dokter


anak, dokter .anastesi, bidan, tenaga kesehatan . yang bertugas di
kamar .bersalin, kamar operasi, kamar .perawatan ibu melahirkan
untuk .mensosialisasikan Rumah Sakit .Sayang Bayi.
2) Melatih .tenaga kesehatan terkait yang .menolong, mendukung ibu
menyusui, .termasuk menolong .IMD yang benar.
3) Setidaknya .antenatal (ibu hamil), dua .kali pertemuan tenaga
kesehatan . bersama orang tua, membahas .keuntungan ASI dan
menyusui, .tatalaksana menyusui yang benar, .IMD termasuk
inisiasi .dini pada kelahiran dengan obat – .obatan atau tindakan.
4) Di Rumah .Sakit Sayang Ibu, IMD termasuk .langkah ke-4 dari 10
langkah keberhasilan . menyusui.

e. Resiko kelahiran Sectio Caesarea


Secara .umum menurut . Siregar (2018), tatalaksana IMD adalah
sebagai berikut:
1) Dianjurkan . suami atau keluarga mendampingi . ibu saat
persalinan.
2) Disarankan untuk tidak atau .mengurangi penggunaan .obat

kimiawi saat .persalinan. Dapat .diganti dengan cara .non kimiawi


misalnya, pijat,aroma terapi,gerakan atau hypnobirthing.
3) Biarkan ibu .menentukan cara melahirkan .yang diinginkan
misalnya .melahirkan tidak normal di .dalam air atau dengan
jongkok.
4) Seluruh badan .dan kepala bayi dikeringkan .secepatnya, kecuali
kedua tangannya. . Lemak putih (vernix) . yang menyamankan kulit
. bayi sebaiknya . dibiarkan.
5) Bayi ditengkurap .kan didada atau perut ibu. . Biarkan kulit bayi
melekat dengan . kulit ibu. Posisi kontak kulit . dengan kulit ini
dipertahankan .minimum satu jam atau .setelah menyusuawal
selesai. .Keduanya diselimuti jika .perlu gunakan topi bayi.
6) Bayi dibiarkan .mencari putting susu ibu, .ibu dapat merangsang
bayi dengan .sentuhan lembut, tetapi tidak .memaksakan bayi ke
puting .susu.
7) Ayah didukung agar . membantu ibu untuk .mengenali tanda-tanda
atau perilaku . bayi sebelum menyusu. .Hal ini dapat berlangsung
beberapa . menit atau satu jam, . dukungan ayah akan
meningkatkan .rasa percaya diri ibu. . Jika bayi belum menemukan
puting .payudara ibunya dalam waktu .satu jam, biarkan kulit bayi
tetap bersentuhan .dengan kulit ibunya .sampai berhasil menyusu
pertama.
8) Dianjurkan .memberikan kesempatan kontak .kulit dengan kulit
pada ibu yang .melahirkan dengan .tindakan.
9) Bayi dipisahkan . dari ibu untuk ditimbang, .diukur dan dicap
setelah .satu .jam.
10) Rawat gabung ibu .dan bayi dalam satu .kamar selama 24 jam.

Menurut Depkes dalam . Novianti et al (2018) tatalaksana IMD yaitu:

1) Dianjurkan suami atau . keluarga mendampingi ibu .saat

persalinan.
2) Disarankan untuk . tidak atau mengurangi penggunaan . obat
kimiawi saat persalinan. .Dapat diganti dengan .cara non kimiawi,
misalnya . pijat, aroma therapy atau . gerakan.
3) Biarkan ibu menentukan cara . melahirkan yang diinginkan .,
misalnya .melahirkan normal, didalam air .atau dengan jongkok.
4) Keringkan bayi .secepatnya, kecuali kedua .tangannya.

Pertahankan lemak putih alami . (vernix) yang melindungi .kulit


barru bayi.
5) Bayi di tengkurapkan . didada atau perut ibu. Biarkan .kulit bayi
melekat dengan .kulit ibu. Posisi kontak .kulit dengan kulit ini
dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal
selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.
6) Biarkan bayi .mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang . bayi
.dengan sentuhan lembut, tetapi tidak .memaksakan bayi ke
putting susu.
7) Ayah didukung . agar membantu ibu untuk mengenali . tanda-tanda
atau perilaku bayi sebelum menyusu.

Olina (2017) juga menjelaskan tatalaksana IMD pada persalinan


sectiocaesarea, yaitu :
1) Tenaga .dan pelayanan kesehatan .yang suportif.
2) Jika mungkin, .diusahakan suhu ruangan 20°-25° C. .Disediakan
selimut untuk . menutupi punggung bayi untuk .mengurangi

hilangnya panas . dari kepala bayi.


3) Usahakan pembiusan ibu bukan .pembiusan umum .tetapi

epidural.
4) Tatalaksana .selanjutnya sama dengan .tatalaksana umum diatas.
5) Jika inisiasi .dini belum terjadi dikamar bersalin, .kamar operasi,
atau bayi harus dipindah .sebelum satu jam maka .bayi tetap
diletakan didada . ibu ketika dipindahkan ke kamar . perawatan atau
pemulihan. Menyusu . dini dilanjutkan di kamar .perawatan ibu
atau kamar .pulih.

f. Praktik IMD yang kurang tepat


Pada umumnya praktik IMD yang kurang . tepat
menurut . Wahyuni (2021), adalah .sebagai berikut :
1) Begitu lahir, bayi .diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi
kain kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan .kain kering, tali pusat dipotong,
lalu diikat.
3) Karena takut .kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi.
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan .didada ibu (tidak
terjadi kontak .dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu
(bonding) untuk beberapa lama (10 – 15 menit) atau sampai tenaga
kesehatan selesai menjahit perineum.
5) Selanjutnya .diangkat, dan disusukan pada . ibu dengan cara
memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.
6) Setelah itu, bayi .dibawa ke kamar transisi . atau kamar pemulihan
(recovery room) untuk ditimbang, diukur, . dicap, diazankan .oleh
ayah, diberi .suntikan vitamin K, dan kadang . diberi tetes mata.

g. Klasifikasi Setio Caesarea


Faktor yang mempengaruhi . pelaksanaan IMD . menjelaskan,
ada beberapa faktor . yang mendukung pelaksanaan . IMD
menurut Maharani et al (2021) diantaranya:

1) Kesiapan fisik dan psikologis ibu


Fisik dan psikologi ibu .harus sudah dipersiapkan .dari awal
kehamilannya, .konseling dalam pemberian . informasi mengenai
IMD bisa diberikan . selama pemeriksaan .kehamilan.

Pemeliharaan .puting payudara dan cara massase .payudara juga


perlu di ajarkan . agar ibu lebih siap menghadapi . persalinan dan
dapat langsung memberikan . ASI pada bayinya, rasa .cemas,
tidak nyaman dan nyeri selama proses persalinan sangat
mempengaruhi ibu untuk menyusui bayinya untuk itu perlu
adanya konseling.
2) Tenaga atau pelayan kesehatan
Untuk keberhasilan pelaksanaan IMD, konsultasi dengan dokter
ahli kandungan di perlukan untuk membantu proses IMD.
Memilih BPS/RS atau fasilitas pelayanan kesehatan yang
mendukung pemberian ASI.
3) Bayi akan kedinginan
Bayi berada dalam . suhu yang aman jika melakukan .kontak kulit
dengan sang ibu. .Suhu payudara ibu akan . meningkat 0,5 derajat
dalam dua .menit jika bayi diletakkan di . dada ibu.
Berdasarkan hasil . penelitian Dr. Niels .Bergman (2005)
ditemukan .bahwa suhu dada ibu yang . melahirkan menjadi 1°C
lebih panas .dari suhu dada ibu yang .tidak melahirkan. Jika bayi
yang diletakkan . didada ibu ini kepanasan, .suhu dada ibu akan
turun 1°C. .Jika bayi kedinginan, suhu dada . ibu akan meningkat
2°C untuk .menghangatkan bayi. Jadi dada ibu .merupakan

tempat yang . terbaik bagi bayi yang . baru lahir dibandingkan


tempat tidur . yang canggih .dan mahal.
4) Ibu kelelahan
Memeluk bayinya .segera setelah lahir membuat . ibu merasa
senang dan .keluarnya oksitosin saat .kontak kulit ke kulit serta
saat bayi . menyusu dini membantu .menenangkan ibu.
5) Kurang dukungan . suami dan keluarga .
Penolong .persalinan dapat melanjutkan .tugasnya.Bayi yang
masih di dada . ibu dapat menemukan . sendiri payudara
ibu.Libatkan .ayah atau keluarga .terdekat untuk menjaga bayi
sambil memberi . dukungan pada .ibu.
6) Kamar bersalin atau .kamar operasi .sibuk.
Ibu dapat dipindahkan . ke ruang pulih atau kamar . perawatan
dengan bayi masih . di dada ibu, berikan .kesempatan pada bayi
untuk meneruskan .usahanya mencapai payudara .dan menyusu
dini.
7) Ibu harus di jahit.
Kegiatan merangkak mencari . payudara terjadi di area .payudara
dan lokasi .yang dijahit adalah .bagian bawah ibu.
8) Bayi harus .segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan
diukur . Menunda memandikan bayi . berarti menghindarkan
hilangnya panas .badan bayi. Selain itu, kesempatan . vernix
meresap, melunakkan, dan . melindungi kulit bayi lebih . besar.
Bayi dapat dikeringkan . segera setelah lahir. Penimbangan . dan
pengukuran dapat . ditunda sampai menyusu . awal selesai.
9) Bayi kurang siaga. .Pada 1-2 jam pertama kelahirannya, . bayi
sangat siaga. .Setelah itu, bayi tidur dalam . waktu yang lama.
Jika bayi mengantuk . akibat obat yang diasup . oleh ibu, kontak
kulit akan lebih penting . lagi karena bayi memerlukan . bantuan
lebih .untuk bonding. .
10) Kolostrom tidak .keluar atau jumlah kolostrom .tidak memadai
sehingga .diperlukan cairan lain. .Kolostrom cukup dijadikan
makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan .dengan
membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
11) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Kolostrom
sangat di .perlukan untuk tumbuh-kembang bayi. .Selain sebagai
imunisasi pertama dan . mengurangi kuning pada bayi . baru lahir,
kolostrom melindungi dan . mematangkan dinding .usus yang
masih muda.

h. Faktor-faktor yang menghambat IMD


Yunitarini (2018) menjelaskan, ada faktor-faktor yang dapat
menghambat IMD . baik pada persalinan normal . maupun pada
persalinan sectio caesarea.

1) Beberapa .faktor yang dapat menghambat .keberhasilan program


IMD pada pasien dengan .persalinan normal tersebut, .antara
lain :
a) Kondisi ibu .yang masih lemah (bagi .ibu post-partum
normal, dalam .kondisi kelemahan ini, ibu tidak .mampu

untuk melakukan program IMD).


b) Ibu lebih .cenderung suka untuk beristirahat . saja dari pada
harus kesulitan . membantu membimbing anaknya . untuk
berhasil melakukan program IMD.

2) Faktor-faktor yang menghambat . IMD pada persalinan . sectio


caesarea, yaitu :
a) Rooming-in (Rawat Gabung)
b) Kondisi sayatan .di perut ibu. Pada pasien caesar, .dimana
terdapat sayatan . di perut, ibu cenderung masih . mengeluhkan
sakit pada daerah .sayatan dan jahitan di perut, .sehingga ibu
memilih .untuk istirahat, dahulu, .dan memulihkan kondisinya
yang lemas sebelum memberikan IMD pada bayinya. Oleh
karena itu, maka pada pasien dengan persalinan caesar, ibu
baru bisa berhasil memberikan ASI pertamanya kepada bayi
setelah lebih dari satu jam pasca melahirkan.
c) Kondisi kelemahan akibat pengaruh anestesi yang diberikan
sebelumnya.

i. Kebijakan The World . Alliance for Breastfeeding Action tentang


IMD.
Inisiasi Menyusui Dini . dalam satu jam setelah kelahiran merupakan
tahap penting untuk mengurangi kematian . bayi dan mengurangi
banyak kematian . Neonatus. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai
dengan satu .tindakan, satu pesan dan satu .dukungan yaitu dimulai
IMD .dalam satu jam pertama .kelahiran. Word Health Organization
(WHO) merekomendasikan . bahwa, IMD dalam satu jam pertama
kelahiran, .menyusu secara eksklusif selama 6 bulan .diteruskan

dengan makanan pendamping ASI sampai . usia 2 tahun. Konferensi .


tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan
bertahan untuk melangsungkan hidup dan . berkembang setelah
persalinan. .Wanita mempunyai hak untuk .mengetahui dan menerima
dukungan yang .diperlukan untuk melakukan IMD yang .sesuai (Elfina
et al., 2021).
The World .Alliance for .Breastfeeding Action (WABA) mengeluarkan .
beberapa .kebijakan tentang .IMD dalam Pekan ASI sedunia (World
Breastfeeding Week) :
1) Menggerakan dunia . untuk menyelamatkan .1 juta bayi dimulai
dengan satu . tindakan sederhana .yaitu beri kesempatan pada bayi
untuk melakukan .IMD dalam satu jam .pertama kehidupannya.
2) Menganjurkan .segera terjadi kontak kulit .antara ibu dan bayi dan
berlanjut dengan . menyusui untuk 6 . bulan secara eksklusif.
3) Mendorong Menteri .Kesehatan atau orang yang .mempunyai

kebijakan .untuk menyatukan pendapat . bahwa IMD dalam satu


jam pertama .adalah indikator penting .untuk pencegahan
kesehatan.
4) Memastikan .keluarga mengetahui pentingnya .satu jam pertama
untuk bayi dan .memastikan mereka melakukan .pada bayi mereka
kesempatan . yang baik ini. .
5) Memberikan dukungan . perubahan baru dan .peningkatan kembali
Rumah .Sakit Sayang Bayi dengan .memberi perhatian dalam
penggabungan . dan perluasan .tentang IMD.

j. Tahapan Perilaku Bayi Dalam IMD


Menurut . Satiti et al, (2018) menyampaikan, semua bayi dalam proses
IMD akan melalui lima tahapan .perilaku (free- feeding behavior)
sebelum ia berhasil .menyusui. Tahapan tersebut adalah sebagai
berikut :

1) 30 menit pertama
Dalam 30 menit . .pertama merupakan stadium istirahat/diam
dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). .Bayi diam tidak
bergerak dan sesekali mata terbuka lebar melihatibunya.Masa
tenang yang . istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan . dari
keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan. .Bounding( hubungan kasih sayang) .merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
2) 30 –40 menit
Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti
mau minum, mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan
merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama
dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu
ibu.
3) Mengeluarkan air liur.
4) Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai
mengeluarkan air liurnya.
5) Bayi mulai bergerak ke arah payudara
6) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar
dan melekat dengan baik.

2. Konsep Dasar Hipotermi Pada Bayi neonatus


a. Pengertian hipotermi pada bayi neonatus

Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada

dibawah 35o C, bayi hipotermia adalah bayi dengan duhu badan

dibawah normal. Suhu normal pada neonates berkisar antara 360C–

37,50C pada suhu ketiak. Adapun suhu normal bayi adalah 36, 50–37,

5 0 C (suhu ketiak). (Suswitha, 2019)

b. Klasifikasi Hipotermia

Menurut Sarnah (2017) klasifikasi suhu tubuh abnormal yaitu

Tabel 1
Klasifikasi Suhu Tubuh Abnormal
Temuan
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
1 2 3

a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh Hipotermia


32oC (-36,4oC)
lingkungan yang sedang
b. Gangguan nafas
Rendah c. Denyut jantung kurang dari
100x/menit
b. Waktu timbulnya
kurang dari 2 hari d. Malas minum
e. Latergi
1 2 3

a. Bayi terpapar a. Suhu tubuh 32oC Hipotermia


suhu (lingkungan berat
b. Tanda lain hipotermia sedang
yang rendah)
b. b.Waktu c. Kulit teraba keras
timbulnya kurang d. Nafas pelan dan dalam
dari 2 hari

a. Tidak terpapar a. Suhu tubuh berfluktuasi Suhu tubuh


o o
dengan dingin dan antara 36 C – 39 C meskipun tidak stabil
panas berlebihan berada di suhu lingkungan (lihat
yang stabil dugaan
b. Fluktuasi terjadi sesudah sepsis)
periode suhu stabil

a. Bayi berada di a. Suhu tubuh 37, 3o C Hipotermia


lingkungan yang
b. Tanda dehidrasi (elastisitas
sangat panas,
kulit turun, ,ata dan ubun–
terpapar sinar
ubun besar dan cekung, lidah
matahari, berada
dan membrane mukosa kering
di incubator, atau
)
di bawah
c. Malas minum
pemancar panas.
d. Frekuensi nafas > 60 kali /
menit
e. Denyut jantung > 160 kali /
menit
f. Latergi.

(Sumber 1 Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak


Balita 2012)

c. Penyebab hipotermi pada bayi Neonatus


Penyebab .hipotermi menurut .Zulaekah (2020) yaitu diantaranya :
1) Berat .badan . ekstrem
2) Terpapar .suhu lingkungan . rendah
3) Malnutrisi
4) Kekurangan . lemak .subkutan.
5) Keruskan .hipotalamus
6) Konsumsi alcohol
7) Pemakaian .pakaian .tipis
8) Penurunan .laju .metabolism
9) Tidak beraktifitas
10) Transfer panas (misalnya . Konduksi, konveksi, . evaporasi, radiasi)
11) Trauma
12) Proses penuaan.
13) Efek agen farmakologis. .
14) Kurang .terpapar informasi tentang .pencegahan hipotermia.

Menurut .Rahmasari (2021) Empat penyebab . kemungkinan yang dapat


mengakibatkan . bayi baru lahir kehilangan . panas tubuhnya.

1) Konduksi
Panas dihantarkan dari . tubuh bayi ke benda sekitarnya . yang
kontak langsung . dengan tubuh bayi . (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain . melalui kontak langsung). .Sebagai contoh,
konduksi biasa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang . bayi saat tangan dingin, . dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan Neonatus.

2) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan

suhu udara) .. Sebagai contoh, konveksi . dapat terjadi ketika


membiarkan . atau menempatkan neonatus . dekat dengan jendela,

atau memberikan . neonatus di ruangan yang . terpasang kipas angin.

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari neonatus keluar . tubuhnya ke lingkungan

yang lebih dingin (pemindahan panas . antara 2 objek yang

mempunyai suhu berbeda) sebagai contoh, . memberikan neonatus

dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant warmer),

membiarkan .neonatus dalam kedaan telanjang, atau menidurkan

neonatus berdekatan dengan ruangan .yang dingin (dekat tembok).

4) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan . yang bergantung pada

kecepatan .dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan .cara

mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi .ini dipengaruhi oleh

jumlah .panas yang dipakai, tingkat kelembapan .udara, dan aliran

udara .melewati. Apabila neonatus dibiarkan .dalam suhu kamar

250C, maka bayi akan kehilangan . panas melalui konveksi, radiasi,

dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang . dibentuk

hanya .sepersepuluhnya saja. Agar dapat mencegah terjadinya

kehilangan . panas pada bayi, maka lakukakn . hal berikut.

a) Keringkan bayi secara seksama


b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang kering dan hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu .untuk memeluk dan .menyusui bayinya
e) Jangan segera . menimbang .atau memandikan bayi baru lahir
f) Tempatkan . bayi dilingkungan . yang hangat.

d. Gejala dan Tanda Mayor Minor


Tabel 2
Gejala dan Tanda Mayor Minor
Tanda dan
Subjektif Objektif
Gejala
a. Kulit teraba dingin
Mayor (tidak b. Menggigil
tersedia)
c. Suhu tubuh di bawah nilai normal
a. Akrosianosis
b. Bradikardi
c. Dasar kuku sianotik
d. Hipoglikemia
e. Hipoksia
f. Pengisian kapiler > 3 detik
Minor (tidak
tersedia) g. Konsumsi oksigen meningkat
h. Ventilasi menurun
i. Pileoereksi
j. Takikardia
k. Vasokonstriksi perifer
l. Kutis memorata (pada Neonatus)

(Sumber 2: Standar Diganosis Keperawatan Indosnesia Definisi dan


Indikator Diagnostik)

e. Patofisiologi Neonatus dengan Hipotermia

Bayi dengan .Neonatus cenderung memiliki suhu yang abnormal

disebabkan oleh reproduksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan

panas. Kegagalan untuk mengahasilkan .panas yang adekuat disebabkan

tidak adanya .jaringan adipose cokelat (yang mempunyai . aktivitas


metabolik yang tinggi), pernafasan . yang lemah dengan pembakaran

oksigen .yang buruk, dan masukan makanan yang rendah. Kehilangan

panas yang meningkat karena adanya permukaaan . tubuh yang relative

besar dan . tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya . pengaturan panas

bayi .sebagai disebabkan oleh panas immature .dari pusat pengaturan

panas dan .sebagian akibat kegagalan untuk . memberikan repson terhadap

stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh . mekanisme

keringat yang cacat, demikian .juga tidak adanya lemak subkutan (Sarnah,

2017).

f. Manajamen Hipotermia
Menurut Sembiring (2019) .Management hipotermia dapat dibagi menjadi

2 yaitu :

Hipotermia sedang

1) Ganti pakaian yang dingin dan basah . dengan pakaian yang hangat,

memakai .topi dan selimut dengan selimut hangat.

2) Lakukan metode kangguru bila ada . ibu atau pengganti ibu, kalua

tidak gunakan . inkubator dan ruangan hangat, periksa suhu dan

hindari paparan panas yang .berlebihan.

3) Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering.

4) Mintalah ibu mengamati .tanda bahaya dan segera . mencari

pertolongan . bila terjadi hal tersebut.

5) Periksa kadar glukosa, nilai tanda bahaya .dan tanda-tanda sepsis.

Lakukan . perawatan lanjutan dan pantau bayi selama 12 jam periksa


suhu setiap 3 jam.

Hipotermia Berat
1) Segera hangatkan bayi dibawah pancaran panas yang telah dinyalakan

sebelumnya, bila mungkin gunakan inkubator dan ruangan hangat.

2) Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian hangat,

pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering berubah.

4) Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi lebih dari 60 kali permenit

atau kurang dari 30 kali permenit, ada tarikan dinding dada, dan

merintih saat ekspirasi) lakukan terapi pada distres pernafasan.

5) Pasang jalur intra vena dan beri cairan intra vena sesuai dengan dosis

rumatan. Perikasa kadar glukosa darah kalua hipoglikemia atau tangani

hipolglikemia.

6) Nilai tanda bahanya setiap jam.

7) Ambil sampel darah dan beri antibiotic sesuai indikasi

8) Anjurkan ibu menyusui segera setalh bayi siap atau pasang naso

gastric tube (NGT)

9) Periksa suhu tubuh bayi, alat yang digunakjan untuk menghangatkan

atau suhu ruangan setiap jam.

10) Monitor bayi selama 24 jam.

g. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya

baik yang .berlangsung actual maupun petensial. .Diagnosa keperawatan

bertujuan untuk mengidentifikasi respon . klien individu, keluarga dan

komunitas . terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Sabrina,

2020)

Diagnosa keperawatan . dibagi menjadi dua jenis, .yaitu diagnosa negatif

dan diagnosa positif. Diagnosa negatif . menunjukkan bahwa klien dalam

kondisi sakit atau .berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis

ini akan mengarahkan pemberian intervensi . keperawatan yang bersifat

penyembuhan, pemulihan .dan pencegahan. Diagnosa negatif terdiri atas

diagnosa aktual dan diagnosa risiko. Sedangkan .diagnosa positif

menunjukkan bahwa . klien dalam kondisi sehat dan dapat mencapai

kondisi yang lebih sehat atau optimal (Zega, 2020).

Diagnosa yang ditegakkan dalam . masalah keperawatan ini adalah yaitu

hipotemia berhubungan dengan kekurangan lemak . subkutan ditandai

dengan kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal,

akrosianosis, bradikardi, dasar kuku sianotik, hipoglikemia, hipoksia,

.pengisian kapiler > 3 detik, konsumsi oksigen . meningkat, ventilasi

menurun, .piloereksi, takikardia, vasokonstriksi perifer, serta kutis

memorta (pada Neonatus) (Selvy, 2020).

h. Pengaruh Inisiasi Menyusui Dini terhadap pencegahan hipotermia

Hipotermi . menjadi penyakit penyebab kematian terbanyak urutan


.pertama . pada tahun 2017 untuk bayi neonates dan .balita hal ini

dikarenakan kulit bayi yang tipis sehingga tidak tahan dengan . kondisi

lingkungan yang . dingin juga bayi belum memiliki . kemampauan

thermoregulasi . yang baik dalam .beradaptasi di .lingkungannya (Sari,

2020)

Dalam . mengurangi resiko kematian bayi .akibat hipotermi perlu perhatian

khusus dan . penanganan yang tepat sehingga . bisa menyelesaikan masalah

tersebut tampa . memperburuk .kondisi bayi.

Sedangkan .menurut Setyowati Salah satu .upaya pencegahan hipotermi

pada bayi .adalah dengan kontak kulit .antara bayi dan ibu melalui

tindakan .Inisiasi menyusu dini, hal ini karena .tubuh bisa ketika kontak

dengan kulit .bayinya bisa menyesuaikan suhu .tubuh dengan bayinya atau

disebut dengan .Thermal Syncroni, selan .menghangatkan ini berfungsi

untuk memberikan .rasa nyaman dan .memperkuat hubungan psikologis

antara ibu dan banyinya (Wardani, 2019)

Dalam peneltian .dia memberikan pernyataan .bahwa dada ibu merupakan

stabilisator . suhu yang paling bagus yang .dapat mengatur dan

menghangatkan . suhu tubuh bayi yang beresiko .kedinginan karena

adaptasi .dengan udara luar kandungan .pasca bersalin (Qonitun &

Utaminingsih, 2018).

3. Kerangka Teori
Kulit Bayi sangat tipis : Kehilangan suhu tubuh yang
keluar melalui proses :
Belum memiliki Konduksi, konveksi,
termoregulasi yang baik evaporasi, radiasi
Bayi Neonatus
(Rahmasari, 2021)

Thermal Syncroni Dan


bayi Dan ibu
Inisiasi menyusui dini Kejadian Hipotermi pada
(Qonitun & Utaminingsih, bayi neonates
2018).

(Tabel 3.1)

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep

Konsep adalah abstrak yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus,
konsep hanya dapat diamati melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan
nama variabel. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan dan ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2012).

Pretest Intervensi Postest

Suhu tubuh pada bayi Suhu tubuh pada

neonates sebelum bayi neonates


Insiasi menyusui
dilakukan intervensi sebelum dilakukan
dini
intervensi

(Gambar A.1)

B. Hipotesis
Ha : IMD efektif mencegah hipotermi pada bayi baru lahir pada ibu post
partum

HO : IMD tidak efektif mencegah hipotermi pada bayi baru lahir pada ibu
post partum
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat analitik artinya suatu

penelitian yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan atau pengaruh

dengan menggunakan metode “PreTes dan PostTest” yaitu jenis variabel

terikat (dependen) maupun variabel bebas ( Independen ) diukur dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2015 ).

Penurunan suhu
Suhu Tubuh
tubuh pada bayi
pasien
neonatus
neonatus
menurun
akibat
kehilangan
Pretest panas melalui
konveksi,
radiasi,
konduksi Dan
evaporasi IMD efektif mencegah
Inisiasi menyusui hipotermi pada bayi baru
dini (IMD) lahir pada ibu post partum

Terjadi thermal
Postest syncroni
meningkatkan
suhu tubuh
neonatus dan
terciptkan
hubungan yang
kuat antara ibu
Dan anak
B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rs Mitra Keluarga Cibubur pada Bulan Maret

tahun 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah merupakan keseluruhan obyek/subyek yang akan diteliti

(Omega DR Tahun, 2017). Adapun jumlah populasi yang diambil adalah

12 responden.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dari populasi. Sampai dalam ilmu

keperawatan ditentukan oleh sampel kriteria inklusi dan eksklusi (Donsu,

2019). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling, yaitu merekrut semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi dalam waktu tertentu yaitu sebanyak 10 responden. Menurut

Putri (2016) Purposive sampling merupakan jenis non-probability

sampling yang paling baik dan paling sering digunakan dalam studi klinis

dimana cara penetapan sampel dengan kriteria khusus yang ditentukan

oleh peneliti dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi jumlah klien

yang diperlukan. Untuk menentukan besar sampel minimal yang masih

representatif sesuai dengan desain penelitian ini, peneliti menggunakan

dasar rumusan besar sampel menurut Sastroasmoro Soedigdo (2015).

untuk variabel kontinyu dengan uji hipotesa beda rata-rata berpasangan

independen yaitu :
Keterangan :

n = besar sampel minimum

ó = standar deviasi dari beda 2 rata-rata berpasangan .dari

penelitian terdahulu atau penelitian awal.

Z1 – α/2 = nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu

Z1 – β = nilai distribusi normal baku (table Z) pada β tertentu

µ1 = nilai rata-rata Edukasi pada kelompok kontrol

µ2 = nilai rata-rata Kualitas Hidup pada intervensi

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ar Wulandari tahun 2017

tentang perbedaan prilaku hidup sehat pasien dm setelah dilakukan

edukasi diketahui standar deviasi sebesar 12,0.

Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan derajat kemaknaan

sebesar 5 % dan kekuatan uji sebesar 80 %, sehingga besarnya sampel

minimal dalam penelitian ini.

jumlah sampel yang digunakan adalah 10 responden yang masuk dalam

setiap kelompok kontrol 5 orang reesponden dan kelompok kelompok

intervensi 5 orang responden


Kriteria Sampel :

1. Kriteria Inklusi

 Bayi neonatus dan ibu pospartum

 Pasien sehat secara jasmani dan mental

 Pasien di ruang bersalin RS. Mitra Keluarga Cibubur

 Pasien ibu hamil yang tidak memiliki penyakit/ kelainan

payudara yang menyebabkan dia tidak mampu menyusui

2. Kriteria Eksklusi

 Pasien ibu postpartum yang melakukan section caesarea

dengan resiko perdarahan yang tinggi

 Pasien ibu postpartum yang memiliki penyakit/ kelainan

payudara yang menyebabkan dia tidak mampu menyusui

D. Etika Penelitian

1. Mengajukan judul dan permohonan untuk membuat penelitian.

2. Meminta surat izin penelitian dari STIKes Mitra Keluarga

3. Surat izin penelitian diberikan kepada pihak yang terkait, dalam hal

ini diajukan kepada Direktur RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.

4. Menjelaskan maksud dan tujuan penulis serta menunggu perizinan

disetujui, serta mampu menjaga kerahasiaan data yang diperoleh.

5. Meminta izin pada pihak yang bersangkutan untuk memint data

sekunder dari RS Mitra Keluarga Bekasi Timur.


6. Setelah perizinan disetujui secara tertulis lalu memulai melakukan

penelitian sesuai dengan langkah-langkah penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian menggunakan data Primer yang di ambil

dari kuesioner dan melakukan edukasi menggunakan video ke pasien post

tindakan percutaneous coronary intervention dan pada saat pasien tersebut

kontrol ke poli Jantung.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dengan bantuan aplikasi perangkat lunak

berupa program SPSS akan melewati tahap-tahap pengolahan data sebagai

berikut:

1. Editing

Dengan cara memasukan data hasil kuesioner dalam SPSS dikolom

variabel view dan data view. Selanjutnya setiap variabel baik dependen

dan independen di-edit berdasarkan hasil data yang di dapat.

2. Coding

Data yang telah di-edit kemudian diberikan kode (koding) berdasarkan

penentuan di definisi operasional.

3. Processing

Selanjutnya adalah proses analisis, yaitu dilakukan dengan cara

memasukan data atau entry data hasil coding ke dataview untuk diproses

berdasarkan kebutuhan peneliti.


4. Cleaning

Cleaning atau pengecekan dilakukan dengan mengeluarkan distribusi

frekuensi tiap-tiap variabel untuk kemudian dinilai kesesuaian antara

jumlah total frekuensi dengan jumlah total responden, proses

pengecekannya dapat dilihat dibagian output data.

5. Analisis

Tahapan ini merupakan proses Analisis untuk mengetahui nilai

probabilitas (p value) yang dapat diproses sesuai kebutuhan peneliti.

Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pemilihan variabel mana saja

yang ingin dianalisis, yang tujuannya untuk mengetahui

hubungan/pengaruh/perbedaan diantara kedua variabel. Ada 2 tahapan

analisis data yang dapat dilakukan, yaitu analisis univariat, bivariat

(Omega DR Tahun, 2017).

G. Analisis Data

Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan

dianalisis secara univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari

semua variabel yang ada. Analisis univariat dilakukan menggunakan

bantuan komputer program SPSS.


f
P x100%
n

Keterangan :

P : Presentase

F : frekuensi

n : Jumlah

100 ; Bilangan Tetap

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah tabel silang dua variabel (variabel dependen dan

independen). Analisis ini untuk melihat kemaknaan hubungan antara dua

variabel (variabel dependen dan independen) dengan menggunakan

bantuan komputer program SPSS.


DAFTAR PUSTAKA

Army, I. (2020). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Kenaikan Suhu


Tubuh Bayi Baru Lahir Di Klinik Rumah Sehat Cinta Mama Kota Tebing
Tinggi Tahun 2017.

Elfina, E., Yaniarti, S., Baska, D. Y., Mizawati, A., & Mariati, M. (2021).
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Inisiasi Menyusu Dini Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lesung Batu Kab. Empat Lawang Tahun 2021.
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.

Ginting, E. P. (2019). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kegagalan Inisiasi


Menyusui Dini Pada Ibu Post Sectio Caesarea Di Rumah Sakit Tentara
Binjai Tahun 2018. Institusi Kesehatan Helvetia.

Hidayatullah, S., & Feriani, P. (2019). Analisa Praktik Klinik Asuhan


Keperawatan Pada Pasien Chf Dengan Intervensi Inovasi Deep Breathing
Exercise Dan Mobilisasi Progresif Level 1 Terhadap Perubahan
Hemodinanik Di Ruang Icu Rsud Aw Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

Indrawati, K. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Inisiasi Menyusu Dini


Dengan Praktik Inisiasi Menyusu Dini Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kendari Tahun 2017. Poltekkes Kemenkes Kendari.

Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kemmentrian


Kesehatn. Https://Doi.Org/10.5005/Jp/Books/11257_5

Kusumawati, A. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Imd


Dengan Praktek Inisiasi Menyusu Dini Di Rb Harapan Bunda Pajang
Surakarta.

Lestari, M. (2019). Faktor Terkait Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Postpartum Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 17–24.
Lubis, R. I. A. U. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Oleh Bidan Di Rumah Sakit Sundari Medan
Tahun 2018. Institut Kesehatan Helvetia.

Maharani, K., Widyastuti, T., & Others. (2021). Pengaruh Dukungan Suami
Terkait Pijat Endorphin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmu
Kebidanan, 7(2).

Marali, A. O. (2021). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Kejadian


Ikterus Neonatorum Bayi Lahir Kurang 3 Hari Di Rumah Sakit Kota
Tangerang. Comserva: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, 1(8),
449–459.

Mustika, R. (2019). Hubungan Inisiasi Menyusui Dini Dengan Involusi Uterus


Pada Ibu Post Partum Hari Ke Tujuh Di Klinik Pratama Anna Tembung
Dan Di Klinik Pratama Mutia Bandar Khalifah Tahun 2018.

Novianti, N., Mujiati, M., & Amaliah, N. (2018). Analisa Proses Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini: Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta X Dan Rumah
Sakit Pemerintah Y Di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(2), 135–148.

Nufra, Y. A., & Ananda, S. (2021). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap


Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir Di Rsud Fauziah Bireuen Tahun
2021. Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 7(2), 661–672.

Olina, Y. Ben. (2017). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Terhadap


Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pada Persalinan Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Kota Semarang. Muhammadiyah
University Of Semarang.

Qonitun, U., & Utaminingsih, S. (2018). Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh Bayi
Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (Imd)(Di Ruang Mina Rs
Muhammadiyah Tuban). Jurnal Midpro, 10(1), 25–31.

Rahmasari, W. A. (2021). Asuhan Kebidanan Neonatal Pada Bayi Ny. S Di


Praktik Mandiri Bidan L Kota Bogor. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Bandung.

Sabrina, A. (2020). Diagnosa Keperawatan Dalam Asuhan Keperawatan.

Sari, I. D. (2020). Efektivitas Inisiasi Menyusu Di Efektivitas Inisiasi Menyusu


Dini Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik
Sehati Medan. Jurnal Kebidanan, 9(1), 30–36.
Https://Doi.Org/10.35890/Jkdh.V9i1.144

Sarnah, S. (2017). Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny “H” Dengan


Hipotermi Di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Satiti, N. D., & Others. (2018). Analisis Faktor Persiapan Laktasi Pada Ibu
Hamil Trimester Iii Dengan Pendekatan Determinan Perilaku Menurut Who
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sreseh Kabupaten Sampang. Universitas
Airlangga.

Selvy, L. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Partum Dengan Ketuban Pecah Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.

Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Deepublish.

Siregar, M. U. S. (2018). Hubungan Dilakukan Inisiasi Meyusui Dini Pada Bayi


Baru Lahir Dengan Keberhasilan Asi Eksklusif Di Desa Labu Layan
Sigordang Tapanuli Selatan Tahun 2018. Institut Kesehatan Helvetia Medan.

Suswitha, D. (2019). Efektifitas Penggunaan Electricblanketpada Pasien Yang


Mengalami Hipotermi Post Operasi Di Instalasi Bedah Sentral (Ibs) Rumah
Sakit Umum Daerah Palembang Bari Tahun 2018. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
8(1), 48–56.

Wahyuni, T. S. (2021). Gambaran Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (Imd).


Jurnal Ilmiah Pannmed (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery,
Environment, Dentist), 16(3), 511–515.

Wardani, K. (2019). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Terhadap Perubahan


Suhu Tubuh Pada Bayi Baru Lahir. Wellness And Healthy Magazine, 1(1),
71. Http://Wellness.Journalpress.Id/Index.Php/Wellness/

Who. (2019a). Children : Improving Survival And Well - Being. World Health
Organization. Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-
Sheets/Detail/Children-Reducing-Mortality

Who. (2019). Sdg Target 3 . 2 | Newborn And Child Mortality : By 2030 , End
Preventable Deaths Of Newborns And Children Under 5 Years Of Age ,
With All Countries Aiming To Reduce Neonatal Mortality And Under-5
Mortality. The Global Health Observation, 2030.

Yunitarini, I. R. (2018). Perbedaan Mobilisasi Dini Terhadap Percepatan


Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum Hari Pertama Dan
Kedua Study Di Ruang Melati Rsud Jombang. Stikes Insan Cendekia Medika
Jombang.

Zega, P. M. (2020). Penegakan Diagnosa Keperawatan Di Rumah Sakit.

Zulaekah, S. (2020). Aplikasi Kangaroo Mother Care Untuk Meningkatkan Suhu


Tubuh Pada Bayi Berat Lahir Rendah Dengan Hipotermi. Tugas Akhir,
Universitas Muhammadiyah Magelang.

Zuliyana, Z. (2020). Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Bidan Terhadap Inisiasi


Menyusui Dini Di Rsud Tengku Rafi’an Siak. Ensiklopedia Of Journal, 2(5),
99–106.

Anda mungkin juga menyukai