PROPOSAL
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Keperawatan (S Kep)
Oleh:
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) Secara global 2,4 juta
anak meninggal pada bulan pertama kehidupan di tahun 2019. Terdapat
sekitar 6.700 kematian bayi baru lahir setiap hari, Jumlah kematian
Neonatus menurun dari 5 juta pada tahun 1990 menjadi 2,4 juta pada
tahun 2019. Namun, penurunan kematian Neonatus tersebut masih
sangat lambat, dapat dikatakan pada bulan pertama kehidupan. sekitar.
6.700. kematian Neonatus setiap hari. dengan sekitar sepertiga dari
semua kematian. neonates. terjadi dalam hari pertama setelah kelahiran,
dan hampir tiga perempat terjadi dalam minggu pertama
kehidupan (WHO, 2019).
Berdasarkan Survey WHO dari 10 negara dengan angka kematian bayi
baru lahir atau Neonatus terbanyak, Indonesia menduduki peringkat 7
dari 10 negara dan di posisi pertama dengan kematian terbanyak adalah
negara India (WHO, 2019).
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017
melaporkan bahwa Angka Kematian Neonatus di Indonesia mencapai
15 kematian Neonatus per 1000 kelahiran hidup, dan menurut data
tersebut setelah Jawa Timur, Jawa Barat menduduki peringkat kedua
dengan angkat kematian Neonatus terbanyak pada tahun 2017 yaitu
sebanyak 27 kematian Neonatus (Kemenkes, 2020)
Sedangkan Menurut Sustainable Development Goals (SDGs) yang
merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para
pemimpin dunia, termasuk Indonesia, SDGs menetapkan target pada
tahun 2030 mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah,
dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatus setidaknya hingga 12 per 1.000 KH, hal tersebut
menunjukan bahwa Indonesia belum mampu untuk mengikuti target
yang sudah di tetapkan (WHO, 2019).
Penyebab utama kematian bayi baru lahir atau Neonatus di Indonesia
antara lain bayi prematur 29%, sepsis dan pneumonia 25%, dan 23%
merupakan bayi baru lahir dengan asfiksia dan trauma (Mutiara, 2019).
Selain itu dari 6,3% penyebab kematian Neonatus adalah hipotermia
walaupun angka tersebut tidak banyak namun berpotensi menyebabkan
kematian masal pada bayi Neonatus (Nufra & Ananda, 2021).
Hipotermi dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer, berkurangnya
perfusi perifer, iskemia, asidosis metabolik dan peningkatan laju
metabolisme basal, memburuknya pernapasan, kemudian menyebabkan
pendarahan paru serta kematian. Hipotermia terjadi pada bayi baru lahir
yang tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti, intervensi untuk
menjaga bayi baru lahir tetap hangat dapat menurunkan kematian
Neonatus sebanyak 18-42% (Hidayatullah & Feriani, 2019).
Sedangkan menurut penelitian salah satu upaya pencegahan hipotermi
pada bayi adalah dengan kontak kulit antara bayi dan ibu melalui
tindakan Inisiasi menyusu dini, hal ini karena tubuh bisa ketika kontak
dengan kulit bayinya bisa menyesuaikan suhu tubuh dengan baynya
atau disebut dengan Thermal Syncroni, selan menghangatkan ini
berfungsi untuk memberikan rasa nyaman dan memperkuat hubungan
psikologis antara ibu dan banyinya (Army, 2020).
Berdasarkan Studi pendahuluan yang dilakukan pada ibu dan bayi di
RS. Mitra Keluarga Cibubur didapatkan data dari 4 pasien bayi baru
lahir, 2 pasien diantaranya begitu lahir tali pusarnya di potong di
keringkan dan dengan cepat diletakan di dada atau perut ibu dan
dibiarkan selama 1 jam, dan 2 pasien yang lain begitu lahir tali
pusarnya di potong di keringkan dibersihkan terlebih dahulu kemudian
dan dihangatkan beberapa menit di alat penghangat dan setelahnya baru
di letakan di atas perut ibu. hasilnya setelah di observasi selama satu
jam 2 pasien bayi yang tidak langsung di letakan diatas perut ibu
tampak rewel, menangis dan tidak bisa menyusu sendiri, teraba sedikit
dingin dengan suhu 35,90 C sedangkan pada pasien bayi yang langsung
di letakan pada perut ibu tampak bergerak perlahan mencari puting susu
dan tampak tenang dan tubuh bayi teraba cukup hangat dengan suhu
36,6 0C. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian denganmengangkat judul Efektifitas IMD Terhadap
pencegahan hipotermi dan diare pada bayi baru lahir pada ibu post
partum RS. X Cibubur.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sesuai dengan uraikan di bagian latar belakang, maka
rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah apakah ada
pengaruh Efektifitas IMD Terhadap pencegahan hipotermi dan diare
pada bayi baru lahir pada ibu post partum RS. X Cibubur.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Efektifitas IMD Terhadap pencegahan hipotermi
pada bayi baru lahir pada ibu post partum RS. Mitra Keluarga
Cibubur.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini yaitu:
a. Untuk mengidentifikasi distribusi frekuensi bayi Neonatus RS. X
Cibubur.
b. Untuk mengidentifikasi distribusi bayi Neonatus dengan
hipotermia di RS. X Cibubur.
c. Untuk mengetahui tindakan pencegahan hipotermi pada bayi
Neonatus di RS. X Cibubur.
A. Tinjauan Pustaka
1. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
a. Pengertian .Insiasi menyusui dini .
Inisiasi .Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan . kegiatan menyusu
dalam satu jam . pertama setelah bayi lahir. Inisiasi . dini juga bisa
diartikan sebagai . cara bayi menyusu satu jam .pertama setelah lahir
dengan usaha sendiri . dengan kata lain menyusu .bukan disusui. Cara
bayi .melakukan inisiasi menyusui . dini ini dinamakan . The Breast
Crawl atau merangkak . mencari payudara (Olina, 2017). .
Inisiasi Menyusui dini . adalah proses . membiarkan . bayi dengan
nalurinya sendiri . dapat menyusu segera dalam .satu jam pertama
setelah lahir, . bersamaan .dengan kontak .kulit antara bayi .dengan
kulit ibunya, bayi . dibiarkan setidaknya selama . satu jam di dada ibu,
sampai . bayi menyusu sendiri . (Marali, 2021).
Inisiasi . Menyusui Dini . dalam istilah . asing . sering di sebut . early
inisiation .breast freeding . adalah memberi . . kesempatan pada bayi
baru lahir untuk menyusu . sendiri pada ibu dalam satu . jam pertama
.kelahirannya. .Ketika bayi sehat di letakkan di .atas perut atau
dada ibu segera . setelah .lahir dan .terjadi .kontak kulit . (skin to skin
contac) merupakan .pertunjukan .yang menakjubkan, .bayi akan
bereaksi oleh .karena .rangsangan sentuhan ibu, .dia akan . bergerak di
atas . perut ibu dan . menjangkau . .payudara (Mustika, 2019).
Inisiasi Menyusui . Dini . disebut sebagai tahap ke .empat persalinan
yaitu tepat . setelah .persalinan sampai satu jam . setelah persalinan,
meletakkan bayi baru lahir dengan posisi . tengkurap setelah
dikeringkan .tubuhnya .namun belum dibersihkan, ..tidak dibungkus di
dada ibunya . segera setelah . persalinan dan . memastikan . bayi
mendapat . kontak .kulit dengan ibunya, . menemukan . puting . susu
dan mendapatkan . .kolostrom .Air .ASI .pertama (Indrawati, 2017).
Inisiasi Menyusui . . Dini adalah proses menyusu . bukan . menyusui
yang merupakan . gambaran . bahwa inisiasi menyusu . . dini bukan
program ibu .menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif . sendiri
menemukan putting susu . ibu. Setelah lahir bayi .belum menujukkan .
kesiapannya untuk .menyusu Reflek .menghisap bayi timbul .setelah
20-30 menit setelah .lahir. Bayi menunjukan .kesiapan untuk menyusu
30-40 menit setelah .lahir (Lestari, 2019). Kesimpulan dari berbagai .
pengertian di atas, .IMD adalah suatu rangkaian .kegiatan dimana bayi
segera setelah lahir .yang sudah terpotong tali pusatnya . secara naluri
melakukan aktivitas-aktivitas . yang diakhiri dengan .menemukan
puting susu ibu kemudian menyusu pada satu jam pertama kelahiran.
c. Mamfaat IMD
Menurut (Kusumawati, 2010), menyampaikan bahwa
IMD bermanfaat . bagi ibu dan bayi baik .secara fisiologis maupun
psikologis, .yaitu sebagai berikut:
1) Ibu
Sentuhan dan hisapan payudara ibu mendorong keluarnya
oksitoksin. .Oksitoksin menyebabkan kontraksi pada . uterus
sehingga .membantu keluarnya .plasenta dan mencegah
perdarahan. .Oksitoksin juga menstimulasi .hormon-hormon lain
yang .menyebabkan ibu merasa aman .dan nyaman, sehingga ASI
keluar .dengan lancar. .
2) Bayi
Bersentuhan . dengan ibu memberikan kehangatan, .ketenangan
sehingga .napas dan denyut jantung bayi .menjadi teratur.Bayi
memperoleh .kolostrom yang mengandung antibodi .dan
persalinan.
2) Disarankan untuk . tidak atau mengurangi penggunaan . obat
kimiawi saat persalinan. .Dapat diganti dengan .cara non kimiawi,
misalnya . pijat, aroma therapy atau . gerakan.
3) Biarkan ibu menentukan cara . melahirkan yang diinginkan .,
misalnya .melahirkan normal, didalam air .atau dengan jongkok.
4) Keringkan bayi .secepatnya, kecuali kedua .tangannya.
epidural.
4) Tatalaksana .selanjutnya sama dengan .tatalaksana umum diatas.
5) Jika inisiasi .dini belum terjadi dikamar bersalin, .kamar operasi,
atau bayi harus dipindah .sebelum satu jam maka .bayi tetap
diletakan didada . ibu ketika dipindahkan ke kamar . perawatan atau
pemulihan. Menyusu . dini dilanjutkan di kamar .perawatan ibu
atau kamar .pulih.
1) 30 menit pertama
Dalam 30 menit . .pertama merupakan stadium istirahat/diam
dalam keadaan siaga (rest/quite alert stage). .Bayi diam tidak
bergerak dan sesekali mata terbuka lebar melihatibunya.Masa
tenang yang . istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan . dari
keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar
kandungan. .Bounding( hubungan kasih sayang) .merupakan dasar
pertumbuhan bayi dalam suasana aman.
2) 30 –40 menit
Pada masa ini, bayi mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti
mau minum, mencium, dan menjilat tangan.Bayi mencium dan
merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama
dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Bau dan rasa ini akan
membimbing bayi untuk menemukan payudara dan putting susu
ibu.
3) Mengeluarkan air liur.
4) Saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai
mengeluarkan air liurnya.
5) Bayi mulai bergerak ke arah payudara
6) Menemukan, menjilat, mengulum putting, membuka mulut lebar
dan melekat dengan baik.
37,50C pada suhu ketiak. Adapun suhu normal bayi adalah 36, 50–37,
b. Klasifikasi Hipotermia
Tabel 1
Klasifikasi Suhu Tubuh Abnormal
Temuan
Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi
1 2 3
1) Konduksi
Panas dihantarkan dari . tubuh bayi ke benda sekitarnya . yang
kontak langsung . dengan tubuh bayi . (pemindahan panas dari tubuh
bayi ke objek lain . melalui kontak langsung). .Sebagai contoh,
konduksi biasa terjadi ketika menimbang bayi tanpa alas
timbangan, memegang . bayi saat tangan dingin, . dan
menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan Neonatus.
2) Konveksi
3) Radiasi
4) Evaporasi
besar dan . tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya . pengaturan panas
keringat yang cacat, demikian .juga tidak adanya lemak subkutan (Sarnah,
2017).
f. Manajamen Hipotermia
Menurut Sembiring (2019) .Management hipotermia dapat dibagi menjadi
2 yaitu :
Hipotermia sedang
1) Ganti pakaian yang dingin dan basah . dengan pakaian yang hangat,
2) Lakukan metode kangguru bila ada . ibu atau pengganti ibu, kalua
Hipotermia Berat
1) Segera hangatkan bayi dibawah pancaran panas yang telah dinyalakan
2) Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian hangat,
3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering berubah.
4) Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi lebih dari 60 kali permenit
atau kurang dari 30 kali permenit, ada tarikan dinding dada, dan
5) Pasang jalur intra vena dan beri cairan intra vena sesuai dengan dosis
hipolglikemia.
8) Anjurkan ibu menyusui segera setalh bayi siap atau pasang naso
g. Diagnosa Keperawatan
2020)
dengan kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal,
dikarenakan kulit bayi yang tipis sehingga tidak tahan dengan . kondisi
2020)
pada bayi .adalah dengan kontak kulit .antara bayi dan ibu melalui
tindakan .Inisiasi menyusu dini, hal ini karena .tubuh bisa ketika kontak
dengan kulit .bayinya bisa menyesuaikan suhu .tubuh dengan bayinya atau
Utaminingsih, 2018).
3. Kerangka Teori
Kulit Bayi sangat tipis : Kehilangan suhu tubuh yang
keluar melalui proses :
Belum memiliki Konduksi, konveksi,
termoregulasi yang baik evaporasi, radiasi
Bayi Neonatus
(Rahmasari, 2021)
(Tabel 3.1)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
A. Kerangka konsep
Konsep adalah abstrak yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus,
konsep hanya dapat diamati melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan
nama variabel. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka
hubungan dan ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
(Gambar A.1)
B. Hipotesis
Ha : IMD efektif mencegah hipotermi pada bayi baru lahir pada ibu post
partum
HO : IMD tidak efektif mencegah hipotermi pada bayi baru lahir pada ibu
post partum
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penurunan suhu
Suhu Tubuh
tubuh pada bayi
pasien
neonatus
neonatus
menurun
akibat
kehilangan
Pretest panas melalui
konveksi,
radiasi,
konduksi Dan
evaporasi IMD efektif mencegah
Inisiasi menyusui hipotermi pada bayi baru
dini (IMD) lahir pada ibu post partum
Terjadi thermal
Postest syncroni
meningkatkan
suhu tubuh
neonatus dan
terciptkan
hubungan yang
kuat antara ibu
Dan anak
B. Tempat dan Waktu Penelitian
tahun 2022.
1. Populasi
12 responden.
2. Sampel
sampling yang paling baik dan paling sering digunakan dalam studi klinis
oleh peneliti dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi jumlah klien
independen yaitu :
Keterangan :
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
D. Etika Penelitian
3. Surat izin penelitian diberikan kepada pihak yang terkait, dalam hal
F. Pengolahan Data
berikut:
1. Editing
variabel view dan data view. Selanjutnya setiap variabel baik dependen
2. Coding
3. Processing
memasukan data atau entry data hasil coding ke dataview untuk diproses
5. Analisis
Pada tahap ini, peneliti akan melakukan pemilihan variabel mana saja
G. Analisis Data
Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
1. Analisis Univariat
Keterangan :
P : Presentase
F : frekuensi
n : Jumlah
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah tabel silang dua variabel (variabel dependen dan
Elfina, E., Yaniarti, S., Baska, D. Y., Mizawati, A., & Mariati, M. (2021).
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Inisiasi Menyusu Dini Di
Wilayah Kerja Puskesmas Lesung Batu Kab. Empat Lawang Tahun 2021.
Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Lestari, M. (2019). Faktor Terkait Inisiasi Menyusu Dini Pada Ibu Postpartum Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 17–24.
Lubis, R. I. A. U. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini (Imd) Oleh Bidan Di Rumah Sakit Sundari Medan
Tahun 2018. Institut Kesehatan Helvetia.
Maharani, K., Widyastuti, T., & Others. (2021). Pengaruh Dukungan Suami
Terkait Pijat Endorphin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Nifas. Jurnal Ilmu
Kebidanan, 7(2).
Novianti, N., Mujiati, M., & Amaliah, N. (2018). Analisa Proses Pelaksanaan
Inisiasi Menyusu Dini: Studi Kasus Di Rumah Sakit Swasta X Dan Rumah
Sakit Pemerintah Y Di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(2), 135–148.
Qonitun, U., & Utaminingsih, S. (2018). Gambaran Kestabilan Suhu Tubuh Bayi
Baru Lahir Yang Dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (Imd)(Di Ruang Mina Rs
Muhammadiyah Tuban). Jurnal Midpro, 10(1), 25–31.
Satiti, N. D., & Others. (2018). Analisis Faktor Persiapan Laktasi Pada Ibu
Hamil Trimester Iii Dengan Pendekatan Determinan Perilaku Menurut Who
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sreseh Kabupaten Sampang. Universitas
Airlangga.
Selvy, L. (2020). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Partum Dengan Ketuban Pecah Dini Yang Di Rawat Di Rumah Sakit.
Sembiring, J. B. (2019). Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Deepublish.
Who. (2019a). Children : Improving Survival And Well - Being. World Health
Organization. Https://Www.Who.Int/News-Room/Fact-
Sheets/Detail/Children-Reducing-Mortality
Who. (2019). Sdg Target 3 . 2 | Newborn And Child Mortality : By 2030 , End
Preventable Deaths Of Newborns And Children Under 5 Years Of Age ,
With All Countries Aiming To Reduce Neonatal Mortality And Under-5
Mortality. The Global Health Observation, 2030.