Dosen Pembimbing :
Ns. Sigit Priyanto, M.Kep
Oleh :
Diah Septiani
19.0604.0014
(Iqbal & Jamal, 2019; Oparil et al., 2018; Nguyen et al., 2010)
1.2. Etiologi
Penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian besar pasien
(lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas
multifaktor. Faktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi obesitas, diabetes,
asupan garam (natrium) tinggi, alkohol, dan rokok. Faktor genetik juga
memegang peranan. Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi juga
jarang terjadi pada kelompok usia dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami
penyakit primer seperti gagal ginjal.
Faktor risiko hipertensi ada dua, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang
tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol diantaranya :
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya
kematian akibat hipertensi. Penghentian merokok terbukti dapat
mengurangi risiko mengalami hipertensi.
2) Konsumsi garam berlebih
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung
natrium, berbeda-beda. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan
mengakibatkan volume dan tekanan darah
3) Konsumsi kafein secara berlebih
Kafein banyak terdapat pada kopi, teh dan minuman bersoda, kopi dan teh
jika dikomsumsi melebihi batasan normal dalam penyajian akan
mengakibatkan hipertensi.
4) Obesitas
Berat badan individu dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi, akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Individu dengan obesitas memiliki risiko lima kali lebih besar
mengalami hipertensi.
Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya :
1) Riwayat keluarga
Individu yang keluarga atau orang tua mengalami hipertensi cenderung
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan
individu yang tidak memiliki keluarga yang mengalami hipertensi.
2) Jenis kelamin
Saat memasuki menopause, penurunan hormone estrogen yang dialami
perempuan akan meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Maka perempuan lebih rentan mengalamihipertensi dibandingkan laki-
laki.
3) Usia pasien
Dimana usia 40 tahun hingga 59 tahun dianggap mengalami
kecenderungan hipertensi karena pada usia middle age merupakan usia
dimana kondisi tubuh mulai menurun dan rentang mengalami penyakit
kronis.
1.3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak dan dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dimana dengan dilepaskannya
noripenefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan pemepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron dan korteks adrenal. Hormon
ini yang menyebabnkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Dan dari faktor tersebut
cenderung mencetuskan
hipertensi .
Pathway hipertensi
(Beever, 2001; Hall, 2012; Barbot, 2019)
1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi ada dua pilihan yaitu : pengobatan farmakologis dan
pengobatan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan anthihipertensi sedangkan pengobatan
nonfarmakologis atau tanpa obat, antara lain dilakukan dengan menganut gaya
hidup sehat, rendam
air hangat, terapi musik klasik, bekam dan senam lansia.
a. Penatalaksanaan farmakologi hipertensi
Tujuan penatalaksanaan farmakologi atau pengobatan tekanan darah adalah
untuk menurunkan tekanan darah dan mengembalikan tekanan darah pada
ukuran normal dengan obat-obatan yang dikonsumsi. Pemberian obat
hipertensi yang biasa diberikan pada orang hipertensi menurut Darmawan
(2012) adalah:
1) Diuretik thiazide merupakan obat yang diberikan untuk mengobati
hipertensi
2) Pengobatan adrenergic seperti alfa-bloker dan beta-bloker merupakan
obat yang menghambat efek system saraf simpatis
3) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-INHIBITOR) merupakan
obat penurun tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin II bloker merupakan obat penurun tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
6) Vasodilator langsung menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi merupakan penatalaksanaan dengan memerlukan
obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera contoh nya :
diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, dan labelatol.
3.1. Pengkajian
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Kitt, J., Fox, R., Tucker, K. L., & McManus, R. J. (2019). New Approaches in
Hypertension Management: a Review of Current and Developing
Technologies and Their Potential Impact on Hypertension Care. Current
hypertension reports, 21(6), 44. https://doi.org/10.1007/s11906-019-
0949-4
Nguyen, Q., Dominguez, J., Nguyen, L., & Gullapalli, N. (2010). Hypertension
management: an update. American health & drug benefits, 3(1), 47–56.
Ogah, O. S., Okpechi, I., Chukwuonye, I. I., Akinyemi, J. O., Onwubere, B. J.,
Falase, A. O., Stewart, S., & Sliwa, K. (2012). Blood pressure,
prevalence of hypertension and hypertension related complications in
Nigerian Africans: A review. World journal of cardiology, 4(12), 327–
340. https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i12.327
Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R.,
Dominiczak, A. F., Grassi, G., Jordan, J., Poulter, N. R., Rodgers, A., &
Whelton, P. K. (2018). Hypertension. Nature reviews. Disease
primers, 4, 18014. https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14
Singh, S., Shankar, R., & Singh, G. P. (2017). Prevalence and Associated Risk
Factors of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban
Varanasi. International journal of hypertension, 2017, 5491838.
https://doi.org/10.1155/2017/5491838
Tientcheu, D., Ayers, C., Das, S. R., McGuire, D. K., de Lemos, J. A., Khera, A.,
Kaplan, N., Victor, R., & Vongpatanasin, W. (2015). Target Organ
Complications and Cardiovascular Events Associated With Masked
Hypertension and White-Coat Hypertension: Analysis From the Dallas
Heart Study. Journal of the American College of Cardiology, 66(20),
2159–2169. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2015.09.007
Zekewos, A., Egeno, T., & Loha, E. (2019). The magnitude of hypertension and
its risk factors in southern Ethiopia: A community based study. PloS
one, 14(8), e0221726. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221726