Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK (LANSIA DENGAN KELUARGA) PADA KELUARGA TN M


DENGAN MASALAH KESEHATAN HIPERTENSI

Laporan Ini Disusun Guna Memenuihi Tugas Keperawatan Gerontik Pada


Minggu Kedua Program Studi Profesi Ners Semester 2

Dosen Pembimbing :
Ns. Sigit Priyanto, M.Kep

Oleh :

Diah Septiani
19.0604.0014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2020
HIPERTENSI
1.1. Definisi
Hipertensi dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg setelah di
lakukan pengecekan beberapa kali. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah sistolik dan atau diastolik yang tidak normal. Umumnya dikatakan
hipertensi jika tekanan darah sistolik melebihi 160 mmHg dan tekanan diastolik
melebihi 95 mmHg.

Hipertensi merupakan suatu kondisi dimana aliran darah secara konsisten


memiliki tekanan yang tinggi pada dinding arteri. Hipertensi tidak secara
langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya
penyakit seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan merupakan penyebab
utama gagal jantung kronis. Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila
tekanan darahnya tinggi atau melampaui nilai tekanan darah yang normal.
Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada
di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Hipertensi merupakan
masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang yang
menderita penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus
seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama sebelum ada
komplikasi pada organ tubuh.

Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya


dapat dikontrol, maka diperlukan ketelatenan dalam perawatan termasuk
ketersediaan biaya perawatan. Kebiasaan masyarakat untuk mengontrol hipertensi
adalah memakai pengobatan secara farmakologi dengan menggunakan obat-
Diagobatan sintetis.

(Iqbal & Jamal, 2019; Oparil et al., 2018; Nguyen et al., 2010)
1.2. Etiologi
Penyebab yang mendasari hipertensi tidak diketahui pada sebagian besar pasien
(lebih dari 95%) dan disebut hipertensi esensial. Etiologi hipertensi terdiri atas
multifaktor. Faktor yang berkaitan dengan hipertensi meliputi obesitas, diabetes,
asupan garam (natrium) tinggi, alkohol, dan rokok. Faktor genetik juga
memegang peranan. Tekanan darah meningkat seiring usia dan hipertensi juga
jarang terjadi pada kelompok usia dibawah 25 tahun, kecuali mereka mengalami
penyakit primer seperti gagal ginjal.

Faktor risiko hipertensi ada dua, yaitu faktor yang dapat dikontrol dan faktor yang
tidak dapat dikontrol. Faktor yang dapat dikontrol diantaranya :
1) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya
kematian akibat hipertensi. Penghentian merokok terbukti dapat
mengurangi risiko mengalami hipertensi.
2) Konsumsi garam berlebih
Reaksi orang terhadap asupan garam yang di dalamnya mengandung
natrium, berbeda-beda. Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam
tubuh, karena menarik cairan di luar sel agar tidak keluar, sehingga akan
mengakibatkan volume dan tekanan darah
3) Konsumsi kafein secara berlebih
Kafein banyak terdapat pada kopi, teh dan minuman bersoda, kopi dan teh
jika dikomsumsi melebihi batasan normal dalam penyajian akan
mengakibatkan hipertensi.
4) Obesitas
Berat badan individu dan indeks masa tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Obesitas bukanlah
penyebab hipertensi, akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas jauh
lebih besar. Individu dengan obesitas memiliki risiko lima kali lebih besar
mengalami hipertensi.
Faktor yang tidak dapat dikontrol diantaranya :
1) Riwayat keluarga
Individu yang keluarga atau orang tua mengalami hipertensi cenderung
memiliki kemungkinan lebih besar mengalami hipertensi dibandingkan
individu yang tidak memiliki keluarga yang mengalami hipertensi.
2) Jenis kelamin
Saat memasuki menopause, penurunan hormone estrogen yang dialami
perempuan akan meningkatkan risiko hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Maka perempuan lebih rentan mengalamihipertensi dibandingkan laki-
laki.
3) Usia pasien
Dimana usia 40 tahun hingga 59 tahun dianggap mengalami
kecenderungan hipertensi karena pada usia middle age merupakan usia
dimana kondisi tubuh mulai menurun dan rentang mengalami penyakit
kronis.

(Bolivar, 2013; Singh, 2017; Zekewos, 2019)

1.3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengatur konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor pada medula di otak dan dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini neuron pre-ganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dimana dengan dilepaskannya
noripenefrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat memengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstiktor. Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
juga ikut terangsang. Medula adrenal menyekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya.
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan pemepasan renin. Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat
yang pada akhirnya merangsang sekresi aldosteron dan korteks adrenal. Hormon
ini yang menyebabnkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Dan dari faktor tersebut
cenderung mencetuskan
hipertensi .

(Beever, 2001; Hall, 2012; Barbot, 2019)

Pathway hipertensi
(Beever, 2001; Hall, 2012; Barbot, 2019)

1.4. Klasifikasi Hipertensi


Menurut American Heart Association (AHA)(2017) dalam jurnal Hypertension
Highlights 2017 : Guideline For The Prevention, Detection, Evaluation And
Management Of High Blood Pressure In Adults, menentukan batasan tekanan
darah yang berbeda dari sebelumnya. Tekanan darah pada orang dewasa
diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa Sebagai Patokan


dan Diagnosis Hipertensi (mmHg)
Kategori Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg <80 mmHg
Prehipertensi 120-129 mmHg <80 mmHg
Hipertensi stage I 130-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage II ≥ 140 mmHg ≥ 90 mmHg

(American Heart Association, 2017)

1.5. Tanda Dan Gejala


Gejala yang lazim yaitu : mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak
nafas, gelisah, mual muntah, epistaksis, kesadaran menurun. Manisfestasi klinis
pada klien dengan hipertensi adalah :
a) Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
b) Sakit kepala
c) Rasa berat ditengkuk
d) Sukar tidur
e) Lemah dan lelah
f) Nokturia
g) Sesak nafas / sulit bernafas saat beraktivitas
(Ashley, 2004; Informhealth, 2019)
1.6. Komplikasi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014) adalah :
a. Penyakit jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah
akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal dan nefron akan terganggu
sehingga menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya membran glomerulus,
protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma
berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan, hingga
kebutaan.
e. Kerusakan pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan
arteri atau yang sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah).

(Tientcheu, 2015; Ogah et al., 2012)


1.7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
a. Pemeriksaan yang segera
1) Darah rutin (Hematokrit/hemoglobin)
2) Blood Unit Nitrogen/kreatinin
3) Glukosa
4) Kalium serum
5) Kolesterol dan trigliserid serum
6) Pemeriksaan tiroid
7) Kadar aldosteron urin/serum
8) Urinalisa
9) Steroid urin
10) EKG

b. Pemeriksaan lanjutan (tergantung dari keadaan klinis dan hasil


pemeriksaan yang pertama)
1) IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
2) CT Scan : mengkaji adanya tumor celebral, encelopati
3) IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : batu ginjal,
perbaikan ginjal
4) USG : untuk melihat struktur ginjal dilaksanakan sesuai kondisi
klinis pasien.

(Kit et al., 2019; Gupta, 2010; Germino, 2009)

1.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi ada dua pilihan yaitu : pengobatan farmakologis dan
pengobatan nonfarmakologis. Pengobatan farmakologis dilakukan dengan
menggunakan obat-obatan anthihipertensi sedangkan pengobatan
nonfarmakologis atau tanpa obat, antara lain dilakukan dengan menganut gaya
hidup sehat, rendam
air hangat, terapi musik klasik, bekam dan senam lansia.
a. Penatalaksanaan farmakologi hipertensi
Tujuan penatalaksanaan farmakologi atau pengobatan tekanan darah adalah
untuk menurunkan tekanan darah dan mengembalikan tekanan darah pada
ukuran normal dengan obat-obatan yang dikonsumsi. Pemberian obat
hipertensi yang biasa diberikan pada orang hipertensi menurut Darmawan
(2012) adalah:
1) Diuretik thiazide merupakan obat yang diberikan untuk mengobati
hipertensi
2) Pengobatan adrenergic seperti alfa-bloker dan beta-bloker merupakan
obat yang menghambat efek system saraf simpatis
3) Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-INHIBITOR) merupakan
obat penurun tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.
4) Angiotensin II bloker merupakan obat penurun tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
5) Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah.
6) Vasodilator langsung menyebabkan pelebaran pembuluh darah.
7) Kedaruratan hipertensi merupakan penatalaksanaan dengan memerlukan
obat yang menurunkan tekanan darah tinggi dengan segera contoh nya :
diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, dan labelatol.

b. Penatalaksanaan nonfarmakologi hipertensi


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Pengurangan konsumsi garam dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Konsumsi buah dan sayur seperti semangka, mentimun, seledri,
tomat, kesemek
2) Penurunan berat badan
3) Penurunan asupan etanol
4) Menghentikan merokok
5) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang
mempunyai empat prinsip yaitu: macam olahraga isotonis dan
dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada
dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan
paling baik 5x perminggu.

(Kit et al., 2019; Gupta, 2010; Germino, 2009)

1.9. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Hipertensi


1.9.1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada klien hipertensi dilaksanakan melalui proses
keperawatan yang terdiri dari :
a. Aktivitas atau istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, perubahan irama
jantung.
b. Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit selebravaskular, kenaikan
tekanan darah, takikardi, distritmia, kulit pucat, sianosis, diaphoresis.
c. Integritas ego
Perubahan kepribadian, ansietas, depresi atau marah kronik, gelisah, otot
muka tegang, pernafasan maligna, peningkatan pola bicara
d. Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal
e. Makanan / cairan
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual
dan muntah, perubahan berat badan, adanya edema
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan,
orientasi pola atau isi bicara efek proses pikir atau memori (ingatan),
respon motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan retina
optic.
g. Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala,
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Dispnea, takipnea, dispnea nocturnal paroksimal, riwayat merokok, batuk
dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot aksesori
pernafasan.

1.9.2. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan. Aktual atau
potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan untuk
memecahkan masalah tersebut.Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien hipertensi adalah sebagai berikut (NANDA, 2018-2020) : [dicek lagi yg
dirmh edisi berapa ya sayangku]
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload dan vasokontriksi.
b. Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vascular
selebral.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
1.9.3. Intervensi
Intervensi atau rencana keperawatan adalah pedoman untuk merumuskan tindakan
keperawatan dalam usaha membantu meningkatkan, memecahkan masalah atau
untuk memenuhi kebutuhan klien (Setiadi, 2012) Intervensi asuhan keperawatan
yang direncanakan pada pasien dengan hipertensi berdasarkan diagnosa
keperawatan menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa : Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan
dengan peningkatan afterload dan vasokontriksi.
Perencanaan :
- Pantau tekanan darah untuk evaluasi awal
- Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan / bidang masalah vascular.
- Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati / terpalpasi.
- Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.
Rasional : S4 terdengar pada pasien hipertensi berat karena ada hipertropi
atrium (peningkatan volume atau tekanan atrium), perkembangan S3
menunjukkan hipertropi ventrikel atau kerusakan fungsi kerusakan fungsi
- Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan Rasional : Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis.
- Pemberian obat non farmakologi
- Rasional : Membantu untuk menurunkan tekanan darah.

b. Diagnosa :Nyeri atau sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan


vascular selebral.
Perencanaan :
- Pertahankan tirah baring selama fase akut
Rasional : Meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.
- Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala
(teknik relaksasi)
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler selebral dan yang
memperlambat.
- Minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala
(mengejan saat BAB, batuk, membungkuk)
Rasional : Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala.
- Kolaborasi dengan tim dokter pemberian analgetik
Rasional : Menurunkan atau mengontrol nyeri dan rangsang.

c. Diagnosa : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik


Perencanaan
- Kaji respon pasien terhadap aktivitas
Rasional : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon
fisiologi terhadap stress aktivitas dan bila ada indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas.
- Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi (duduk saat
gosok gigi, atau menyisir rambut)
Rasional : Teknik menghemat energi mengurangi juga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap,
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
Rasional : Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan hanya kebutuhan akan
mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas
- Anjurkan klien istrahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan
pasien melakukan aktivitas semampunya.
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
memperbaiki tonus otot.

(Nanda, 2020, SDKI 2020, NIC NOC)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN MASALAH
KESEHATAN HIPERTENSI

3.1. Pengkajian
Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association (2017). 2017


ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA
Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults: A Report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice
Guidelines.
https://www.ahajournals.org/doi/10.1161/HYP.0000000000000065.
Accessed 17 June 2020

Ashley EA, Niebauer J. Cardiology Explained. London: Remedica; 2004. Chapter


6, Hypertension. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK2217/
Barbot, M., Ceccato, F., & Scaroni, C. (2019). The Pathophysiology and
Treatment of Hypertension in Patients With Cushing's
Syndrome. Frontiers in endocrinology, 10, 321.
https://doi.org/10.3389/fendo.2019.00321
Beevers, G., Lip, G. Y., & O'Brien, E. (2001). ABC of hypertension: The
pathophysiology of hypertension. BMJ (Clinical research
ed.), 322(7291), 912–916. https://doi.org/10.1136/bmj.322.7291.912
Bolívar J. J. (2013). Essential hypertension: an approach to its etiology and
neurogenic pathophysiology. International journal of hypertension, 2013,
547809. https://doi.org/10.1155/2013/547809
Germino F. W. (2009). The management and treatment of hypertension. Clinical
cornerstone, 9 Suppl 3, S27–S33. https://doi.org/10.1016/s1098-
3597(09)60016-8

Gupta, R., & Guptha, S. (2010). Strategies for initial management of


hypertension. The Indian journal of medical research, 132(5), 531–542.
Hall, J. E., Granger, J. P., do Carmo, J. M., da Silva, A. A., Dubinion, J., George,
E., Hamza, S., Speed, J., & Hall, M. E. (2012). Hypertension: physiology
and pathophysiology. Comprehensive Physiology, 2(4), 2393–2442.
https://doi.org/10.1002/cphy.c110058

InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and


Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. High blood pressure:
Overview. 2012 May 21 [Updated 2019 May 23]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279239/
Iqbal AM, Jamal SF. Essential Hypertension. [Updated 2019 Dec 1]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539859/

Kitt, J., Fox, R., Tucker, K. L., & McManus, R. J. (2019). New Approaches in
Hypertension Management: a Review of Current and Developing
Technologies and Their Potential Impact on Hypertension Care. Current
hypertension reports, 21(6), 44. https://doi.org/10.1007/s11906-019-
0949-4
Nguyen, Q., Dominguez, J., Nguyen, L., & Gullapalli, N. (2010). Hypertension
management: an update. American health & drug benefits, 3(1), 47–56.

Ogah, O. S., Okpechi, I., Chukwuonye, I. I., Akinyemi, J. O., Onwubere, B. J.,
Falase, A. O., Stewart, S., & Sliwa, K. (2012). Blood pressure,
prevalence of hypertension and hypertension related complications in
Nigerian Africans: A review. World journal of cardiology, 4(12), 327–
340. https://doi.org/10.4330/wjc.v4.i12.327
Oparil, S., Acelajado, M. C., Bakris, G. L., Berlowitz, D. R., Cífková, R.,
Dominiczak, A. F., Grassi, G., Jordan, J., Poulter, N. R., Rodgers, A., &
Whelton, P. K. (2018). Hypertension. Nature reviews. Disease
primers, 4, 18014. https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14
Singh, S., Shankar, R., & Singh, G. P. (2017). Prevalence and Associated Risk
Factors of Hypertension: A Cross-Sectional Study in Urban
Varanasi. International journal of hypertension, 2017, 5491838.
https://doi.org/10.1155/2017/5491838

Tientcheu, D., Ayers, C., Das, S. R., McGuire, D. K., de Lemos, J. A., Khera, A.,
Kaplan, N., Victor, R., & Vongpatanasin, W. (2015). Target Organ
Complications and Cardiovascular Events Associated With Masked
Hypertension and White-Coat Hypertension: Analysis From the Dallas
Heart Study. Journal of the American College of Cardiology, 66(20),
2159–2169. https://doi.org/10.1016/j.jacc.2015.09.007
Zekewos, A., Egeno, T., & Loha, E. (2019). The magnitude of hypertension and
its risk factors in southern Ethiopia: A community based study. PloS
one, 14(8), e0221726. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0221726

Anda mungkin juga menyukai