ORANG “
..
Diajukan Oleh :
ILHAM RAMADHAN
1910012111070
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
i
DAFTAR ISI
D. Metode Penelitian............................................................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka.............................................................................................. 7
Daftar Pustaka.................................................................................................... 16
ii
A. Latar belakang
Hukum menjadi berarti apabila perilaku manusia dipengaruhi oleh hukum dan
perkembangan tekhnologi yang semakin pesat saat ini, karena seiring dengan
Salah satu bentuk konflik yang ditemui dalam masyarakat adalah kejahatan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia
menekankan bahwa setiap orang dilahirkan memiliki kebebasan, dengan harkat dan
trafficking).
1
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, “Bab-bab Tentang Penemuan Hukum”,
(Yogyakarta: Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 1
2
Karen E. Bravo, “Human Trafficking: Global and National Responses To The Cries for
Freedom,” Article, (Westlaw: University of St. Thomas Law Journal, 2009), hal. 2
3
UUD 1945 Pasal 28 ayat (1), hasil amandemen ke-2, tanggal 18 Agustus 2000
1
Perdagangan orang (human trafficking) bukan merupakan bentuk kejahatan
yang baru dikenal. Dalam sejarah bangsa Indonesia, perdagangan orang pernah
feodal.4 Perdagangan orang lebih terorganisir dan berkembang pesat pada masa
penjajahan Belanda, hal ini terlihat dari adanya perbudakan tradisional dan
dapat berbentuk kerja rodi, penjualan anak perempuan untuk mendapatkan imbalan
materi dan kawin kontrak.5 Demikian juga halnya dengan masa penjajahan Jepang.6
pidana, sehingga tidak ada hukuman yang diberikan pada para pelaku perdagangan
(KUHP) yang secara eksplisit mengatur tentang perdagangan orang, dalam pasal
sering dipakai sebagai dasar hukum untuk menjerat pelaku human trafficking
(perdagangan orang) adalah Pasal 285, Pasal 287-298, Pasal 324, dan Pasal 506
menjerat setiap kegiatan atau modus baru perdagangan orang, kemudian hal ini
4
Farhana, Aspek Hukum Perdagangan Orang Di Idonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2010),
hal. 1.
5
Ibid., hal. 2
6
Ibid., hal. 3,
2
terjawab dengan lahirnya UndangUndang Nomor 21 Tahun 2007 tentang
terjadi karena ringannya hukuman yang diberikan kepada para pelaku perdagangan
Peningkatan ini juga terjadi karena beberapa faktor seperti adanya kelemahan
disebabkan adanya peraturan yang sulit untuk diterapkan pada kasus-kasus human
kejahatan yang terjadi pada dirinya, maka hal itu merupakan kesalahannya sendiri.
Selain itu ada juga pandangan masyarakat yang enggan terlibat dengan masalah
orang lain terutama yang berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri
tenaga kerja sebagai komoditi penghasil devisa negara, kemudian adanya faktor-
terhadap perempuan. Ada juga kelemahan yang datang dari aparat penegak hukum
7
Ibid., hal. 137
3
yang disebabkan ketidaktahuan mereka tentang masalah trafficking (perdagangan
orang).8 Menghadapi kondisi ini, maka diperlukan kebijakan yang lebih dapat
Berdasarkan uraian diatas maka penulis berniat untuk menulis penelitian tentang
B. Rumusan Masalah
berikut :
155/Pid.B/2009.Pn.Mlg)?
155/Pid.B/2009.Pn.Mlg?
8
Ibid
4
C.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dalam latar belakang dan permasalah yang
telah dirumuskan maka secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini adalah :
155/Pid.B/2009.Pn.Mlg).
155/Pid.B/2009.Pn.Mlg)
D.Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
doctrinal. Pada penelitian hukum jenis ini, hukum dikonsepkan sebagai apa yang
2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau
dikumpulkan dari berbagai sumber yang telah ada sebelumnya. Data sekunder
terdiri dari :
9
Amiruddin, Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 118.
5
a. Bahan Hukum Primer, yakni data yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
seperti :
Perdagangan Orang.
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah studi dokumen, yaitu
dari media internet dan erat kaitannya dengan pokok-pokok masalah yang di
4. Analisis Data
Analisis data yang dipakai adalah secara kualitatif. Analisis data kualitatif
10
Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm. 23.
11
Ibid, hlm. 24.
6
berdarsarkan perspektif tertentu dan akhirnya menemukan formulasi baru baik
E.Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Pembuktian
Sistem pembuktian hukum acara pidana bertujuan untuk menilai alat bukti
terdakwa dapat dibuktikan dengan alat-alat bukti yang disebut dalam Pasal 184
hukuman. 13
12
M. Syamsudin, 2021, Mahir Meneliti Masalah Hukum, Kencana, Jakarta,
hlm. 184.
13
Litigasi, 2018, Hukum Pembuktian Menurut Hukum Acara Pidana,
https://litigasi.co.id/hukum-acara/115/hukum-pembuktian-menurut-hukum-acara-
pidana, diakses pada tanggal 1 November 2021, pukul 20.25 wib.
7
bukti guna menimbulkan keyakinan hakim untuk memutuskan perkara di
pidana kepada terdakwa, hakim harus memperoleh keyakinan yang timbul dari
persyaratan minimal dua alat bukti yang sah dalam persidangan. Mengenai alat
bukti itu sendiri adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu
1) Undang-undang
3) Yurisprudensi/putusan pengadilan
14
Rahman Amin, 2020, op.cit, hlm. 25.
15
Alfitra, 2011, op.cit, hlm. 22.
8
c. Teori-teori Pembuktian
disebut Undang-undang.
Intime
9
d) Kelebihan sistem/teori ini: Ditangan hakim yang jujur, berdedikasi
dan bermoral, akan bias diharapkan putusan yang adil bagi terdakwa
Wettelijke Bewijstheorie
limitatif. 16
a. Pengertian Saksi
16
Didik Endro Purwoleksono, 2015, Hukum Acara Pidana, Airlangga
University Pers, Surabaya hlm. 124.
17
J.C.T. Simorangkir DKK, 2009, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm 151.
10
Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) dalam
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
yaitu :
pidana
3) Orang yang yang mengalami atau orang yang menjadi korban langsung
b. Macam-macam Saksi
11
Saksi yang diajukan oleh terdakwa untuk melakukan pembelaan atas
c) Saksi Mahkota
d) Saksi Alibi
charge).18
untuk dan/atau atas nama korporasi atau untuk kepentingan korporasi, baik
18
Kartika Law Firm, 2020, Macam-Macam Saksi,
http://kartikanews.com/macam-macam-saksi/, diakses pada tanggal 27 Oktober
2021, pukul 15.25 wib.
12
berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam
namun istilah perkataan Hak Asasi Manusia itu sendiri sebenarnya tidak
Dalam hukum, pidana adalah perbuatan pidana yang pada intinya diatur
dalam aturan Buku ke-II Kitab Undang-undang hukum pidana dan dalam
sengaja dijatuhkan oleh Negara kepada pelaku tindak pidana sebagai akibat
pidana.
19
Tina Asmarawati, 2014, Pidana dan Pemidaan Dalam Hukum Indonesia,
Deepublish, Yogyakarta, hlm. 69.
13
b. Teori Pemidanaan
pidana. Teori ini diperkenalkan oleh Kent dan Hegel. Teori Absolut
2) Teori Relatif atau Tujuan (Doel Theorien) Teori relatif atau teori tujuan,
dengan teori absolut, dasar pemikiran agar suatu tindak pidana dapat
14
pemidanaan dilihat sebagai suatu kritik moral dalam menjawab tindakan
yang salah. 20
20
Admin Website, 2020, Teori-teori Pemidanaan dan Tujuan Pemidanaan,
https://www.lawyersclubs.com/teori-teori-pemidanaan-dan-tujuan-pemidanaan/ ,
diakses pada tanggal 06 November 2021, pukul 00:01 wib.
15
Daftar Pustaka
A. Buku-buku
B. Peraturan Perundang-undangan
C. Sumber Lain
16