Anda di halaman 1dari 10

library.uns.ac.

id 22
digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan

cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang pengambilan

data atau pengukuran variabel bebas dan terikat dilakukan pada satu waktu yang

bersamaan (Swarjana, 2015).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Pratama Fatti Hastono di Matesih,

Kabupaten Karanganyar.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dengan dispepsia di

Klinik Pratama Fatti Hastono. Sampel penelitian ini adalah pasien rawat jalan

dengan dispepsia di Klinik Pratama Fatti Hastono yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi:

1) Pasien rawat jalan dengan dispepsia yang datang ke Klinik Pratama

Fatti Hastono.

2) Pasien berusia 18 - 45 tahun.


commit to user

22
library.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

3) Bersedia mengikuti penelitian dan menandatangani informed consent.

b. Kriteria eksklusi:

1) Pasien dengan riwayat keluarga kanker saluran cerna bagian atas.

2) Pasien dengan penurunan berat badan karena sebab yang tidak jelas.

3) Pasien dengan diabetes melitus atau hipertensi kronik.

4) Pasien dengan perdarahan saluran cerna.

5) Pasien dengan disfagia progresif.

6) Pasien muntah persisten.

7) Pasien teraba massa atau limfadenopati.

8) Pasien ikterus.

9) Pasien mengonsumsi NSAID secara teratur.

10) Pasien dengan riwayat operasi saluran cerna bagian atas dan pasien

hamil.

11) Responden yang mengisi kuisioner L-MMPI dan didapatkan hasil

yang tidak memenuhi syarat valid.

2. Sampel

a. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yakni

prosedur pencuplikan sampel sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang

sudah ditentukan hingga jumlah sampel yang diinginkan terpenuhi

(Swarjana, 2015).

commit to user
library.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

b. Besar sampel

Rumus besar sampel minimal yang digunakan pada penelitian cross-

sectional yang tidak diketahui jumlah total populasinya adalah sebagai

berikut (Swarjana, 2015):

𝑍 $ 𝑝 𝑞
𝑛=
𝑑$

n = jumlah sampel minimal yang diperlukan

Z = statistik Z, bernilai 1,96 untuk α = 0,05

p = perkiraan prevalensi variabel dependen pada populasi

q = 1–p

d = presisi absolut atau margin of error (0,05)

Diketahui bahwa prevalensi atau proporsi pasien dispepsia di Klinik

Pratama Fatti Hastono adalah sekitar 4%, maka nilai p = 0,04 dan nilai q

= 0,96. Angka tersebut dimasukkan ke dalam rumus sehingga:

1,96$ 0,04 0,96


𝑛=
0,05$

= 59,006 ≈ 60
Didapatkan jumlah sampel minimal pada penelitian cross-sectional ini

adalah 60 sampel.

commit to user
library.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

D. Alur Penelitian

Populasi

Kriteria inklusi Kriteria eksklusi

Sampel

Kuisioner Kuisioner Kuisioner


TMAS NDI GERD

Analisis Data

Gambar 3.1 Alur Penelitian

E. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : skor kecemasan

2. Variabel terikat : skor dispepsia dan skor GERD

3. Variabel luar : genetik, diet, lingkungan

F. Definisi Operasional

1. Variabel bebas : skor kecemasan

a. Definisi : Kecemasan adalah suatu reaksi emosional yang disertai

dengan perasaan ketidakpastian, rasa tidak aman,

terisolasi dan kekhawatiran yang timbul akibat ancaman

terhadap dirinya (Stuart dan Sundeen, 2007).


commit to user
library.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

b. Alat ukur : Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

c. Nilai hasil : skor 0 – 50

d. Skala : numerik

2. Variabel terikat 1 : skor dispepsia

a. Definisi : Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom

yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah,

rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa

(Djojoningrat, 2009).

b. Alat ukur : Nepean Dyspepsia Index (NDI)

c. Nilai hasil : skor 10 – 50

d. Skala : numerik

3. Variabel terikat 2 : skor GERD

a. Definisi : GERD adalah suatu keadaan patologis di mana cairan

asam lambung mengalami refluks sehingga masuk ke

dalam esofagus dan menyebabkan gejala (Makmun,

2009).

b. Alat ukur : Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire

(GERD-Q)

c. Nilai hasil : 0 – 18

d. Skala : numerik

4. Variabel luar yang diteliti:

a. Jenis kelamin

b. Pola makan
commit to user
library.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

c. Pekerjaan

d. Tingkat pendidikan

e. Indeks masa tubuh

f. Konsumsi rokok

g. Konsumsi kopi

5. Variabel luar yang tidak diteliti:

a. Faktor genetik

b. Faktor lingkungan

G. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory (L-MMPI)

Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi hasil yang invalid karena

ketidakjujuran atau kesalahan responden. Tes terdiri dari 15 butir pertanyaan

dengan jawaban “YA” atau “TIDAK”. Batas skor minimal adalah 10, yaitu

apabila responden memperoleh skor “ya” ≥ 10 maka jawaban responden

tersebut dinyatakan valid. MMPI telah diuji dan secara umum memiliki nilai

spesifisitas 100% dan sensitivitas 86% (Gervais et al., 2007).

2. Kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Pada penelitian ini digunakan kuesioner Taylor Manifest Anxiety Scale

(TMAS) untuk mengukur tingkat kecemasan. Kuesioner TMAS terdiri atas

50 butir pertanyaan, dengan 2 pilihan jawaban “ya” dan “tidak”. Dari 50 butir

pertanyaan yang ada, ada 11 item yang merupakan pernyataan negatif

(unfavorable), yaitu nomor 1, 3, 4, 9, 12, 18, 20, 29, 32, 38, dan 50. Sisanya
commit to user
library.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

sebanyak 39 item merupakan pernyataan positif (favorable). Untuk item

favorable, setiap jawaban “ya” diberi skor 1 dan untuk setiap jawaban “tidak”

diberi skor 0. Sementara pada item unfavorable, setiap jawaban “ya” diberi

skor 0 dan untuk setiap jawaban “tidak” diberi skor 1. Jika skor yang

didapatkan < 16,67 maka masuk ke dalam tingkat ‘kecemasan ringan’, skor

16,67 – 33,33 masuk dalam tingkat ‘kecemasan sedang’, dan skor 33,33 – 50

masuk ke dalam tingkat ‘kecemasan berat’ (Suyamto et al., 2009). Validitas

TMAS sudah diuji oleh Wicaksono sebagaimana dimuat dalam Wahyudi

(2012) dengan nilai sensitivitas 90%, spesivitas 95%, dan reliabilitas r=86.

3. Kuisioner Nepean Dyspepsia Index (NDI)

NDI adalah instrumen pengukuran untuk menilai tingkat kualitas hidup

pada pasien dengan dispepsia. NDI terdiri dari 10 pertanyaan dalam 5 aspek

dengan pilihan jawaban yang bernilai 1 sampai 5, skor 1 untuk “tidak”, skor

2 untuk “ringan”, skor 3 untuk “sedang”, skor 4 untuk “berat”, dan skor 5

untuk “sangat berat”. Sehingga skor terendah yang mungkin adalah 10 dan

skor tertinggi adalah 50. Semakin tinggi skor, semakin berat gangguan

dispepsia terhadap aktivitas normal pasien. Dalam bahasa Indonesia, NDI

sudah diuji validitasnya oleh Arinton et al. (2006) dengan nilai validitas 0.84

dan dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan adalah valid.

Mahadeva (2009) menyimpulkan suatu interpretasi dari NDI, yaitu skor

20% - <40% adalah ‘tidak dispepsia’, skor 40% - <60% adalah ‘dispepsia

ringan’, skor 60% - <80% adalah ‘dispepsia sedang’, skor 80% - <100%

adalah ‘dispepsia berat’, dan skor 100% adalah ‘dispepsia sangat berat’.
commit to user
library.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

Namun dalam penelitian ini digunakan skor dispepsia sebagai variabel

numerik bukan kategorik.

4. Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire (GERD-Q)

GERD-Q merupakan kuesioner yang terdiri dari 6 pertanyaan mengenai

gejala klasik GERD, pengaruh GERD pada kualitas hidup penderita, serta

efek penggunaan obat terhadap gejala dalam 7 hari terakhir. Terdapat 4

pilihan jawaban, dimana responden memilih jawaban berdasarkan selama

berapa hari dalam seminggu gejala tersebut terjadi. Pilihan jawabannya yaitu

“0 hari”, “1 hari”, “2-3 hari”, dan “4-7 hari. Pada item nomor 1, 2, 5, dan 6,

diberikan skor 0 untuk pilihan jawaban “0 hari”, skor 1 untuk “1 hari”, skor

2 untuk “2-3 hari”, dan skor 3 untuk “4-7 hari”. Sedangkan pada item nomor

3 dan 4, skor 3 diberikan untuk “0 hari”, skor 2 untuk “1 hari”, skor 1 untuk

“2-3 hari”, dan skor 0 untuk “4-7 hari”. Skor lalu dijumlahkan. Total skor 0 –

2 menunjukkan ‘0% kemungkinan GERD’, skor 3 – 7 menunjukkan ‘50%

kemungkinan GERD’, skor 8 – 10 menunjukkan ‘79% kemungkinan GERD’,

dan skor 11 – 18 menunjukkan ‘89% kemungkinan GERD’ (Ebell, 2010).

Selain untuk menegakkan diagnosis, GERD-Q juga dapat digunakan

untuk memantau respons terapi (Saputera dan Budianto, 2017). GERD-Q

yang digunakan dalam penelitian ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia dan diterbitkan oleh Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia

(2013). GERD-Q memiliki sensitivitas 66% dan spesifisitas 64%, sementara

Uji PPI memiliki sensititvitas 76% dengan spesifisitas hanya 33%. Dapat

disimpulkan bahwa GERD-Q dapat digunakan sebagai sarana tambahan


commit to user
library.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

diagnosis GERD pada fasilitas layanan kesehatan primer, sehingga

mengurangi kebutuhan untuk prosedur endoskopi (Jonasson et al., 2013).

H. Prosedur Penelitian

1. Mengurus perizinan penelitian.

2. Melakukan penelitian di Klinik Pratama Fatti Hastono.

3. Mengumpulkan data pasien rawat jalan yang didiagnosis dengan dispepsia.

4. Menjelaskan kepada subjek tentang penelitian yang akan dilakukan dan

memperoleh informed consent.

5. Mengambil data dengan pengisian kuisioner L-MMPI, TMAS, NDI, dan

GERD-Q oleh subjek penelitian.

6. Melakukan analisis data.

7. Menyusun laporan penelitian.

I. Analisis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bivariat untuk menguji korelasi antara

dua variabel dengan skala numerik, sehingga analisis yang digunakan adalah Uji

Pearson. Syarat dapat digunakannya uji ini adalah apabila distribusi data

penelitian normal, apabila distribusi data tidak normal maka digunakan Uji

Spearman Rank. Hasil yang didapat dari Uji Pearson dan Spearman Rank yaitu

nilai r atau kekuatan korelasi. Nilai r berkisar antara bilangan 0 hingga 1.

Semakin mendekati angka 1 semakin kuat korelasi dua variabel, sebaliknya

semakin mendekati angka 0 semakin lemah korelasinya. Nilai r = 0 – 0,25


commit to user
library.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

menunjukkan tidak ada korelasi atau korelasi yang lemah, nilai r = 0,26 – 0,50

menunjukkan adanya korelasi sedang, nilai r = 0,51 – 0,75 menunjukkan adanya

korelasi kuat, dan nilai r = 0,76 – 1,00 menunjukkan korelasi sangat kuat. Nilai

r dapat muncul dengan nilai positif (+) dan negatif (-). Nilai r positif

menunjukkan adanya korelasi yang berbanding lurus, sementara nilai r negatif

menunjukkan adanya korelasi yang berbanding terbalik. Nilai r kemudian dilihat

signifikansinya dengan nilai p, apabila p < 0,05 maka nilai r tersebut dianggap

signifikan secara statistik, namun apabila p > 0,05 maka nilai r dianggap tidak

signifikan secara statistik (Sabri dan Hastono, 2014).

Hasil penelitian akan dianalisis dengan bantuan program Statistical

Product and Service Solutions (SPSS) versi 24.0.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai