Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran


Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. Infeksi saluran reproduksi
merupakan infeksi yang disebabkan oleh masuk dan berkembangbiaknya kuman
penyebab infeksi ke dalam saluran reproduksi. Kuman penyebab infeksi tersebut dapat
berupa jamur, virus, dan parasit. Salah satu penyakit menular seksual yaitu Human
Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)
(Ardhiyanti, 2015). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2014), di seluruh dunia
pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan
dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2013 sebesar
2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak
berusia <15 tahun. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) (2015),
terdapat 36,9 juta orang yang terinfeksi HIV pada tahun 2014 yang meliputi 34,3 juta
orang dewasa, 17,4 juta perempuan dan 2,6 juta menginfeksi anak berusia <15 tahun.
Jumlah infeksi baru HIV pada tahun 2014 sebesar 2 juta yang terdiri dari 1,8 juta dewasa
dan 220.000 anak berusia <15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,2 juta
yang terdiri 1 juta dewasa dan 150.000 anak berusia <15 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya pencegahan primer, sekunder, tersier pada system reproduksi?
2. Bagaimana pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita?
3. Bagaimana pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan primer, sekunder, tersier pada
system reproduksi.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemeliharaan kesehatan reproduksi wanita
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier Pada System Reproduksi


1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer meliputi segala bentuk kegiatan yang dapat menghentikan


kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Pencegahan primer
juga diartikan sebagai bentuk pencegahan terhadap terjadinya suatu penyakit pada
seseorang dengan faktor risiko. Tahap pencegahan primer diterapkan dalam fase
pre pathogenesis yaitu pada keadaan dimana proses penyakit belum terjadi atau
belum mulai.

Dalam fase ini meskipun proses penyakit belum mulai tapi ketiga faktor utama
untuk terjadinya penyakit, yaitu agent, host, dan environment yang membentuk
konsep segitiga epidemiologi selalu akan berinteraksi yang satu dengan lainya dan
selalu merupakan ancaman potensial untuk sewaktu-waktu mencetuskan
terjadinya stimulus yang memicu untuk mulainya terjadinya proses penyakit dan
masuk kedalam fase pathogenesis. Untuk pencegahan primer masalah sistem
reproduksi pada dewasa, antara lain :

a. Pada Pria
1) Promosi Kesehatan

Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promosi kesehatan oleh para ahli
kesehatan di terjemahkan menjadi peningkatan kesehatan, bukan promosi
kesehatan, hal ini dikarenakan makna yang terkandung dalam istilah
promotion of health disini adalah meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu
melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur, dan lain sebagainya agar
orang tersebut tetap sehat, tidak terserang penyakit. Namun demikian,
bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak ada hubungannya
dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam penjelasannya tentang
promotion of health menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi dan
sebagainya peningkatan kesehatan juga dapat di lakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan (health education) kepada individu dan
masyarakat. Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan
kesehatan pada umumnya.

Sebagian besar strategi promosi kesehatan termasuk ke dalam


pencegahan primer. Seperti peningkatan kesehatan, misalnya: dengan
pendidikan kesehatan reproduksi tentang HIV/AIDS; standarisasi nutrisi;
menghindari seks bebas dan sebagainya. Perlindungan khusus, misalnya:
imunisasi; kebersihan pribadi; atau pemakaian kondom.

Menurut Machfoedz Ircham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan


Bagian dari Promosi Kesehatan, usaha untuk memepertinggi nilai
kesehatan diantaranya :

a) Penyediaan makanan sehat cukup kwalitas maupun kwantitas


 Asupan makanan yang dimakan
 Pengawasan terhadap makanan yang dimakan
b) Perbaikan Hyegiene dan Sanitasi Lingkungan
c) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat antara lain
pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan Keluarga
Berencana
d) Pendidikan kesehatan pada masyarakat diantaranya :
 Konseling pranikah, saat hamil, persalinan dan menyusui
 Konseling mengenai seksualitas, kesehatan reproduksi
2) Spesific Protection

Di bawah ini merupakan pencegahan primer (specific protection) secara


umum yang dapat dilakukan pria, untuk mencegah terjadinya masalah
dalam sistem reproduksi.

a) Melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan


dapat segera ditangani lebih awal.
b) Melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak
menggunakan pakaian teralu ketat sehingga testis tidak kepanasan.
c) Mengurangi kebiasaan mandi dengan air panas. Temperatur yang sejuk
diperlukan untuk perkembangan sperma.
d) Menjalankan pola hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan
bergizi, cukup olahraga, menghindari penyakit menular seksual, dan
menciptakan ketenangan psikis.
e) Menghindari minuman berakohol dan rokok.

b. Pada Wanita

Pada wanita, pencegahan primer yang dapat dilakukan adalah dengan promosi
kesehatan dan spesific protection. Pada promosi kesehatan seperti peningkatan
kesehatan, misalnya dengan pendidikan kesehatan reproduksi tentang
menghindari seks bebas kanker serviks dan sebagainya. Untuk spesific
protection, berikut ada penjelasannya

1) Pencegahan HIV

Tiga jalur utama (rute) masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui
hubungan seksual, persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan
tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke janin atau bayi selama periode
sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat ditemukan pada
air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat
catatan kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian
resiko infeksinya secara umum dapat diabaikan.

Pencegahan untuk mengurangi terjadi HIV/AIDS adalah A-B-C-.


A (abstinensia) = tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
B (befaithful) = jika sudah menikah hanya berhubungan seks dengan
pasangannya.
C (condom )= jika cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka gunakanlah
condom.

2) Pencegahan Kanker Payudara

Merupakan promosi kesehatan yang sehat. Yaitu melalui upaya


menghindarkan diri dari faktor risiko serta melakukan pola hidup sehat.
Termasuk juga dengan pemeriksaan payudara sendiri alias SADARI.
3) Pencegahan Vulvavaginitis
a) Gunakan celana dalam bersih, tidak ketat dan kering
b) Membersihkan diri setelah buang air kecil atau buang air besar dengan
air bersih (gunakan air mengalir kalau sedang di toilet umum), cara
pembersihan dengan gerakan dari depan ke belakang
c) Hindari penggunaan bahan kima atau parfum yang biasanya terdapat
pada sabun pembersih kewanitaan atau sabun mandi
d) Jangan menggunakan pembalut yang mengandung perfume
e) Jangan mengusap area vagina terlalu keras saat membersihkannya

4) Pencegahan Gonorrhea

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain

a) Menggunakan kondom saat berhubungan seksual


b) Hindari kontak seksual dengan beberapa orang yang memiliki resiko
penyakit seksual menular ( seperti pekerja seks komersil)
c) Obati sedini mungkin patner yang sudah terkena infeksi atau pastikan
patner seksual bebas dari penyakit sebelum berhubungan seksual
5) Pencegahan Sifilis

Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat dicegah


dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman , misalnya
menggunakan kondom.

6) Pencegahan Herpes Genitalis

Cara untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk
mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk
menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi
ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari
aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu
orang yang bebas infeksi. Cara yang dapat dilakukan antara lain :

a) Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks


selama setiap kontak seksual

b) Batasi jumlah pasangan seks


c) Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah
genital atau di mana pun

7) Pencegahan Kanker Serviks

a) Bila mungkin, hindari faktor resiko yaitu bergati pasangan seksual


lebih dari satu dan berhubungan seks dibawah usia 20 karena secara
fisik seluruh organ intim dan yang terkait pada wanita baru matang
pada usia 21 tahun.
b) Bagi wanita yang aktif secara seksual, atau sudah pernah berhubungan
seksual, dianjurkan untuk melakukan tes HPV, Pap Smear, atau tes
IVA, untuk mendeteksi keberadaanHuman Papilloma Virus (HPV),
yang merupakan biang keladi dari tercetusnya penyakit kanker serviks.
c) Bagi wanita yang belum pernah berhubungan seks, atau anak-anak
perempuan dan laki-laki yang ingin terbentengi dari serangan virus
HPV, bisa menjalani vaksinasi HPV. Vaksin HPV dapat mencegah
infeksi HPV tipe 16 dan 18. Dan dapat diberikan mulaidari usia 9-26
tahun, dalam bentuk suntikan sebanyak 3 kali (0-2-6 bulan). Dan
biayanya pun terbilang murah.
d) Menjaga pola makan seimbang dan bergizi, serta menjalani gaya hidup
sehat (berolahraga).

2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya


adalah pada mereka yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan
menderita penyakit tertentu. Adapun tujuan pada pencegahan sekunder yaitu
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat. Adapun beberapa pengobatan terhadap
penyakit masalah sistem reproduksi dapat melalui obat dan operasi. Pencegahan
sekunder merupakan pencegahan yang dilakaukan pada fase awal patogenik yang
bertujuan untuk :

a. Mendeteksi dan melakukan interfensi segera guna menghentikan penyakit


pada tahap ini

b. Mencegah penyebaran penyakit menurunkan intensitas penyakit bila penyakit


ini merupakan penyakit menular
c. Untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang
sakit serta untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga
mengakibatkan terjadinya cacat yang lebih buruk lagi. Karena rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit,
maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi di masyarakat.
Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati
penyakitnya. Hal ini dapat menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak.

Pencegahan sekunder terdiri dari :


a. Diagnosis dini dan pengobatan segera
Contohnya adalah pap smear, merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi
gejala kanker serviks  secara dini. Dengan melakukan pemeriksaan pap
smear setiap tahun,  jika ditemukan adanya kanker serviks baru pada tahap
awal sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar. Artinya semakin dini
penyakit kanker serviks diketahui maka semakin mudah menanganinya.

Pemeriksaan pap smear, pemeriksaan IVA, sadari sebagai cara mendeteksi


dini penyakit kanker. Bila dengan deteksi ini ditemui kelainan maka segera
dilakukan pemeriksaan diagnostic untuk memastikan diagnosa seperti
pemeriksaan biopsy, USG atau mamografi atau kolposcopy 

Tujuan utama dari usaha ini adalah :


1) Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap
jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan
segera.
2) Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan sesuatu penyakit.

  Beberapa usaha deteksi dini di antaranya :

1) Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalam


pemeriksaan : misalnya pemeriksaan darah,roentgent paru-paru dan
sebagainya serta segera memberikan pengobatan
2) Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar derita penyakitnya
timbul dapat segera diberikan pengobatan dan tindakan-tindakan
lain yang perlu misalnya isolasi, desinfeksi dan sebagainya.
3) Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari
pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau
tindaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada baiknya
jenis obat serta keahlian tenaga kesehatannya, melainkan juga
tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
4) Disability Limitation (pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan
suatu masalah kesehatan dan penyakit). Usaha ini merupakan
lanjutan dari usaha Early diagnosis And Promotif Treatment yaitu
dengan pengobatan dan perawatan yang sempuran agar penderita
sembuh kembali dan tidak cacat ( tidak terjadi komplikasi). Bila
sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak
bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin.

Pengobatan yang terlambat akan menyebabkan :

 Usaha penyembuhan menjadi lebih sulit, bahkan mungkin tidak


dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma)
yang terlambat.
 Kemungkinan terjadinya kecacatan lebih besar.
 Penderitaan si sakit menjadi lebih lama.
 Biaya untuk perawatan dan pengobatan menjadi lebih besar.
b. Pembatasan ketidakmampuan (disability limitation)
Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan dan penyakit, maka sering masyarakat tidak melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan
pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya.
Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan cacat atau mengalami ketidak mampuan. Oleh karena
itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

Penanganan secara tuntas pada kasus-kasus infeksi organ reproduksi


mencegah terjadinya infertilitas.

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. Tujuan utama dari
pencegahan tersier adalah mencegah cacat, kematian, serta usaha rehabilitasi.
Menurut Kodim dkk (2004), tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk
mencegah komplikasi penyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang
dan diagnosis sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyakit masalah
sistem reproduksi dapat dengan melakukan perawatan pasien hingga sembuh serta
melakukan terapi-terapi untuk meminimalisir kecacatan akibat masalah tersebut.
Pencegahan tersier adalah Rehabilitasi. contoh: rehabilitasi pada penderita-
penderita kanker ovarium, kanker payudara dan lain sebagaiannya.

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi


cacat, untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan
tertentu. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-
kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak
mau menerima mereka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu
jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut,
tetapi juga perlu pendidikan kesehatan pada  masyarakat. Pada pusat-pusat
rehabilitasi misalnya rehabilitasi PSK, dan korban narkoba.

Rehabilitasi ini terdiri atas :


a. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya.
b. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan
mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan
sebelum kembali ke dalam masyarakat.
c. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
d. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan,walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan.

Usaha mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat,


memerlukan bantuan dan pengertian dari segenap anggota masyarakat
untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (fisik,mental dan
kemampuannya) sehingga memudahkan mereka dalam proses penyesuaian
dirinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah sesuai dengan
falsafah pancasila yang berdasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bantuan dari setiap warga
masyarakat,bukan hanya berdasarkan belas kasihan semata-mata,
melainkan juga berdasarkan hak azasinya sebagai manusia.
Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya strategi pencegahan
berurutan mulai dari pencegahan primer sampai ke pencegahan tersier.
Prinsip mencegah lebih mudah dan lebih murah daripada mengobati masih
menjadi dasar mengapa pemilihan strategi pencegahan penyakit sebaiknya
berurutan dari primer menuju tersier.
B. Pemeliharaan Kesehatan Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita terdiri dari vagina, klitoris, serviks atau mulut rahim, rahim,
tuba falopi, dan ovarium atau indung telur. Organ reproduksi wanita ini berperan
penting dalam hubungan seksual, produksi dan perkembangan sel telur, menstruasi,
kehamilan, hingga proses persalinan.
Jika terdapat gangguan pada bagian-bagian tersebut, maka sistem reproduksi wanita
dapat mengalami gangguan. Hal ini dapat berdampak pada munculnya gangguan
seksual hingga sulit untuk hamil. Mengingat pentingnya fungsi organ reproduksi bagi
wanita, sudah seharusnya kesehatannya dijaga dengan baik. Oleh karena itu, beberapa
tips di bawah ini bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi wanita:

1. Bersihkan organ intim dengan benar


Cara membersihkan vagina yang benar adalah dengan membasuhnya dari depan
ke belakang (dari arah vagina menuju anus), terutama setelah buang air kecil dan
besar. Jika dibersihkan dengan tidak tepat, kuman dari anus bisa terbawa menuju
vagina. Hal ini bisa menimbulkan infeksi pada vagina. Selain itu, disarankan
untuk tidak menggunakan sabun khusus kewanitaan yang mengandung alkohol,
pewangi, atau antiseptik. Sabun jenis tersebut dapat menyebabkan iritasi dan
membunuh bakteri normal di vagina

2. Konsumsi makanan sehat


Konsumsilah makanan sehat dan bergizi seimbang agar tubuh mendapatkan energi
dan nutrisi yang dibutuhkan untuk menunjang kesehatan organ reproduksi.
Beberapa asupan nutrisi yang penting bagi kesehatan reproduksi wanita adalah
protein, lemak sehat, antioksidan, serat, serta vitamin dan mineral, seperti
selenium, folat, zat besi, dan zinc. Nutrisi-nutrisi tersebut bisa diperoleh dari buah-
buahan, sayuran, kacang-kacangan, susu, telur, daging, dan ikan. Selain itu,
hindari konsumsi makanan cepat saji dan cukupi juga kebutuhan cairan tubuh
dengan mengonsumsi sekitar 8 gelas air per hari. Jika Anda suka mengonsumsi
kafein, batasi agar tidak melebihi 2 cangkir kopi per hari.
3. Kelola stres
Stres berlebihan dapat berdampak pada depresi, gangguan cemas, hingga
gangguan kesuburan. Oleh karena itu, penting untuk mengurangi stres agar tidak
berdampak lebih lanjut pada kesehatan reproduksi. Jika Anda sering merasa stres,
coba lakukan relaksasi atau hal-hal yang membuat Anda senang. Misalnya, jalan-
jalan, olahraga, atau mencoba pijatan, atau yoga.
4. Lakukan kebiasaan sehat lainnya
Mempraktekkan kebiasaan sehari-hari seperti di bawah ini juga berpengaruh besar
terhadap kesehatan reproduksi wanita:

 Berhenti merokok. Merokok dapat mengurangi jumlah dan kualitas sel telur,
serta mengganggu kesehatan rahim.
 Hindari minuman beralkohol. Mengonsumsi minuman beralkohol dapat
meningkatkan risiko gangguan ovulasi.
 Istirahat yang cukup. Orang dewasa, baik pria maupun wanita, membutuhkan
waktu tidur selama 7-9 jam setiap malamnya.
 Hindari penggunaan obat-obatan dan suplemen, termasuk obat herbal, di luar
anjuran dokter.
 Gunakan alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak
direncanakan.
 Hindari perilaku seks berisiko, yaitu hubungan seks tanpa kondom dan sering
berganti pasangan seksual. Hal ini penting untuk mencegah penyakit menular
seksual.

Menjaga kesehatan reproduksi wanita tak hanya berguna untuk mencegah


penyakit di area tersebut, tapi juga berhubungan dengan kesuburan dan
memperbesar peluang untuk hamil. Yuk, jaga kesehatan organ intim Anda mulai
dari sekarang. Selain itu, jangan lupa untuk rutin memeriksakan diri ke dokter
untuk melakukan check-up.

C. Pencegahan Penyakit Menular Seksual


Mencegah IMS sangat penting, terlebih jika Anda aktif secara seksual. Pasalnya, IMS
sering kali tidak menampakkan gejala dan tetap dapat ditularkan. Beberapa cara yang bisa
Anda lakukan untuk mencegah penularan IMS antara lain:

1. Tidak melakukan hubungan seksual

Anjuran ini berlaku untuk mereka yang belum menikah. Hubungan seks sebaiknya
dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah dan hanya pada pasangan tersebut. Jika
belum menikah, hindari melakukan seks baik secara oral, vaginal, ataupun anal agar
terhindar dari penularan IMS.
2. Setia kepada pasangan

Bukan cuma atas nama cinta, setia merupakan kunci penting pencegahan IMS. Saling
terbuka dan jujurlah terhadap pasangan, terutama jika Anda berisiko atau mengalami
gejala IMS. Pasalnya, bukan hanya Anda, tetapi pengobatan IMS harus dilakukan
pada kedua pasangan untuk menghindari efek pingpong, yang mana pasangan bolak-
balik kena IMS atau tetap menulari.

3. Lakukan vaksinasi

Penyakit yang disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) dan hepatitis B dapat
dicegah dengan vaksin. Vaksin sudah terbukti aman dan efektif dalam mencegah
terjadinya penyakit akibat kedua virus tersebut.

Vaksin HPV paling baik jika dilakukan sebanyak tiga kali sebelum Anda aktif secara
seksual. Jika Anda sudah aktif secara seksual tetapi belum mendapatkan vaksin HPV,
Anda tetap dianjurkan untuk melakukannya.

4. Tidak bertukar alat pribadi

Tidak menggunakan, bertukar, atau berbagi barang-barang pribadi dengan orang lain.
Misalnya celana dalam, handuk, sikat gigi, dan lain-lain.

5. Pakai kondom

Kondom sudah terbukti dapat menurunkan risiko penularan IMS. Penggunaan


kondom pada laki-laki sangatlah efektif jika dilakukan dengan benar dan konsisten.
Gunakan kondom ketika Anda berhubungan seksual dengan berbagai cara, baik oral,
vaginal, dan anal.

Kondom lateks memiliki tingkat proteksi paling tinggi. Sedangkan kondom yang
berbahan non lateks, terdapat risiko robek sehingga tetap berisiko menularkan IMS.

Sebelum menggunakan kondom, pastikan kondom aman dan bisa efektif digunakan
dengan cara:
 Periksa tanggal kedaluwarsa
 Memastikan kondom tidak robek atau bolong
 Gunakan kondisi dengan cara yang benar, misalnya tidak terbalik.
 Selalu pastikan ada jarang pada bagian ujung kondom.
 Gunakan pelumas kondom yang aman sebelum berhubungan.
 Memegang kondom setelah berhubungan seks agar tidak lepas.
 Jangan menggunakan kondom bekas.

6. Jauhi alkohol dan narkoba

Jika Anda melakukan seks di bawah pengaruh alkohol atau narkoba, risiko melakukan
seks yang berisiko meningkat. Dengan kata lain, ketika Anda dalam keadaan kurang
atau tidak sadar atau mabuk, Anda bisa melukai pasangan (atau sebaliknya), sehingga
bakteri atau virus penyebab penyakit kelamin bisa masuk ke dalam luka.

7. Memeriksakan diri

Apabila Anda aktif secara seksual, terutama jika sering gonta-ganti atau punya banyak
pasangan, atau memiliki partner seks yang berisiko mengalami IMS, sebaiknya Anda
rutin melakukan pemeriksaan ke dokter.

Deteksi IMS sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan, baik untuk
pasangan atau bakal janin. Jika Anda terdiagnosis IMS, berhenti dulu melakukan
hubungan seks dan fokus pada pengobatan. Jika Anda punya IMS, jangan lupa untuk
memeriksakan diri dan pasangan.

8. Menjaga kebersihan, terutama sebelum dan setelah berhubungan seks

Anda perlu membersihkan organ kelamin sebelum dan setelah berhubungan intim
untuk mencegah IMS. Dengan menjaga kebersihan area kelamin, Anda bisa
melindungi diri dari mikroorganisme penyebab IMS.

Pakai cairan antiseptik pembersih kewanitaan yang aman digunakan tiap selesai
berhubungan seks. Gunakan hanya di bagian luar vagina, karena bagian dalam lubang
vagina sudah memiliki mekanisme pembersihan sendiri dengan bantuan bakteri baik.
Catat dan ingat selalu tujuh poin di atas untuk mencegah infeksi menular seksual. IMS
bisa sangat menakutkan, karena ada beberapa jenis yang tidak bisa sembuh sama
sekali. Upayakan pencegahan dengan menghindari perilaku berisiko, setia pada satu
pasangan, gunakan kondom, menjaga kebersihan organ intim, lakukan vaksinasi yang
dibutuhkan, jauhi alkohol dan narkoba, serta rutin memeriksakan diri.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
PMS biasanya ditularkan dari satu orang kepada orang lainnya melalui
hubungan heteroseksual, homoseksual atau kontak intim melalui genitalia, mulut atau
rectum.Beberapa penyakit menular seksual yang dibahas didalam makalah ini
mencangkup Gonorhea, Syiphillis, Herpes genital dan HIV /AIDS. Didalam makalah
dijelaskan penyebab dan tanda-tanda atau gejala dan penyakit menular seksual antara
lain pengeluaran cairan yang tidak normal dan saluran kencing atau liang senggama
(berbau amis, keputihan yang banyak sekali) rasa nyeri atau sakit pada saat kencing
atau saat berhubungan seksual, lecet, luka kecil yang disertai dengan pembengkakan
kelenjar getah bening,dll.Adapun pencegahan atau penanggulangan PMS tergantung
dari jenis-jenis PMS yang dijelaskan.
B. Saran
Penulis mengharapkan agar tenaga kesehatan (khususnya mahasiswa
keperawatan) dapat mengetahui dan memanfaatkan makalah ini untuk menambah
wawasan dalam penyakit menular seksual dan dapat dicegah atau ditanggulangi di
lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Widyastuti Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Amalia, R. (2012). Kesehatan Reproduksi. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari
http://ichiekiky..com/2012/09/makalah-kesehatan-reproduksi.html.

Hariyati, dkk. (2012). Skripsi : Upaya-upaya Pencegahan dan Pola Pencarian Pelayanan
Infeksi Menular Seksual (IMS) Perempuan Pekerja Seks di Tempat Prostitusi Bandang Raya
Kota Samarinda. Diakses pada tanggal 21 Mei 2015 dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5216/jurnal%202%205.pdf?
sequence=1

Purnamawati. (2013). Jurnal :Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Diakses


pada tanggal21 Mei 2015 dari
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/365

Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem reproduksi manusia. Diakses pada tanggal
21 Mei 2015 dari https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyakit-Pada-Sistem-Reproduksi-
Manusia

http://dokterbagus.com/2012/01/17/antara-preventive-medicine-dan-kanker-serviks/

Anda mungkin juga menyukai