PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kolon (termasuk rectum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna.
Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal. Kanker
kolon merupakan penyebab ketiga dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat,
baik pada pria maupun wanita (Cancer Facts and Figures, 1991). Ini adalah penyakit budaya
barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di negara ini
setiap tahunnya.
Insidensnya meningkat sesuai dengan usia, kebanyakan pada pasien yang berusia
lebih dari 55 tahun. Kanker ini jarang ditemukan di bawah usia 40 tahun, kecuali pada orang
dengan riwayat kolitis ulseratif atau poliposis familial. Kedua kelamin terserang sama
seringnya, walaupun kanker kolon lebih sering pada wanita, sedangkan lesi pada rektum
lebih sering pada pria.
Distribusi tempat kanker pada bagian – bagian kolon adalah sebagai berikut :
Asendens : 25%
Transversa : 10%
Desendens : 15%
Sigmoid : 20 %
Rectum : 30 %
1
Namun pada tahun – tahun terakhir, diketemukan adanya pergeseran mencolok
pada distribusinya. Insidens kanker pada sigmoid & area rectal telah menurun, sedangkan
insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang
terdiagnosa setiap tahunnya, kira – kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap
tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis
dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah 5 tahun adalah 40 – 50 %,
terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang
asimptomatis dalam jangka waktu yang lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila
mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rectal. Pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai asuhan keperawatan klien dengan colorectal
cancer.
2 . Rumusan Masalah
3.Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan masalah
pencernaan dengan gangguan colorectal cancer.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami definisi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami etiologi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami patofisiologi colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada
klien dengan colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami WOC dari colorectal cancer.
Mengetahui dan memahami komplikasi dari colorectal cancer.
2
4. Manfaat
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sebagaimana diketahui sistem
pencernaan dimulai dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus
(duodenum, yeyunum, ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar
terdiri dari kolon dan rektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus,
terdiri dari kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon
transversum) dan kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang
merupakan saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus
disebut caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon
sigmoid.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Usus besar berbentuk tabung muscular beongga dengan panjang 1,5 meter dan
diameter sekitar 6,5 cm yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani Usus besar di bagi
menjadi 3 bagian yaitu sekum, kolon, dan rectum. Kolon terdiri dari kolon menanjak
(ascending), kolon melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon
sigmoid.Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut
dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri"
(http://id.wikipedia.org).
Sekum terdiri dari katup ileosekal dan apendik. Ileosekal mengendalikan aliran
kimus dari ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus besar
ke usus halus. Kolon ascendant panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah
kanan membujur ke atas dari ileum di bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di
sebut fleksura hepatica. Kolon transversum panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari
kolon ascendant sampai kolon descenden, berada di bawah abdomen, sebelah kanan
4
terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis. Kolon descenden
panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri bersambung dengan sigmoid.
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon descenden terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai huruf S, dn ujung bawahnya berhubungan
dengan rectum. Rectum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan interstinum
mayor dengan anus.
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus setiap
hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus halus, isi usus
disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna ( misalnya selulosa
), komponen empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon mengekstraksi H2O
dan garam dari isi lumennya. Apa yang tersisa untuk dieliminasi di kenal sebagai feses.
Fungsi utama usus besar adalah untuk menyimpan bahan ini sebelum defekasi. Selulosa
dan bahan-bahan lain dalam makanan yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar
feses dan membantu mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan
menentukan volume isi kolon.
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang
menampung masa feses yang sudah terhidrasi hingga berlangsungnya defekasi.
Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang khas
adalah pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dari waktu ke waktu otot
sirkular akan berkontraksi untuk mengososngkannya. Gerakan ini menyebabkan gerakan
usus bolak-balik dan meremas-remas sehingga member cukup waktu untuk terjadinya
absorpsi.
5
2 Definisi Colorectal Cancer
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai organ
apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon, bila
mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun rektum
maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006). Kanker kolon sebagaimana sifat kanker
lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar
(infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar
getah bening maupun pembuluh darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh,
seperti ke lever, paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak
ditangani dengan baik ( Burkitt, 1971 ).
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau
jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar kanker
colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat serta
melepaskan lendir dan cairan lainnya).
3 Klasifikasi
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu sampai
empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
6
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas
& tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N = kelenjar
getah bening regional, M = jarak metastese).
T = Tumor primer
TO = Tidak ada tumor
TI = Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 = Invasi ke dinding otot
T3 = Tumor menembus dinding otot
N = Kelenjar limfa
N0 = tidak ada metastase
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M = Metastasis jauh
MO = Tidak ada metastasis jauh
MI = Ada metastasis jauh
1. Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini.
Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar,
permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di
belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
7
2. Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif paling
sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya adalah pada
massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung berapi, tepinya
menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis
limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan.
Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia abnormal jaringan
ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular, dipermukaan serosa
setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah
terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon
sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan tinggi, metastasis lebih awal.
4 .Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor resiko
& faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah :
1. Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat
kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat
risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
2. Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
3. Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
8
4. Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, atau
menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6
(asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal. Adanya hubungan dengan kebiasaan makan, karena kanker
kolorektal (seperti juga divertikulosis) adalah sekitar 10 kali lebih banyak pada penduduk
di dunia barat, yang mengkonsumsi lebih banyak makanan yang mengandung karbohidrat
refined dan rendah serat kasar, dibandingkan penduduk primitive (Afrika) dengan diet kaya
serat kasar. Burkitt (1971) mengemukakan bahwa diet rendah serat, tinggi karbohidarat
refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan degradasi garam – garam
empedu atau hasil pemecahan protein & lemak, dimana sebagian dari zat – zat ini bersifat
karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi
karsinogenik ini dalam feses yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses
meningkat, akibatnya kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus
bertambah lama.
Etiologi lain :
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi
dan kambing serta tranfusi darah.
3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi
asetilaldehida yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4. Obesitas.
5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
9
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang
semakin tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis
setelah usia 50 tahun ke atas.
5 Manifestasi Klinis
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolonkanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar
hingga stadium lanjut. Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena
lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering
terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak
(suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik). Mucus jarang terlihat, karena
tercampur dalam feses. Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat
teraba, tetapi jarang pada stadium awal. Penderita mungkin mengalami perasaan
tidak enak pada abdomen, dan kadang – kadang pada epigastrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai
akibat iritasi dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.
Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.
Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering
terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.
Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh
limfe atau vena, menimbulkan gejala – gejala pada tungakai atau perineum.
Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih
10
dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat – alat tersebut. Gejala yang mungkin
dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah
defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah (Gale, 2000).
Tabel Perbedaan manifestasi klinis dari kolon kanan dan kolon kiri
Balikan vena: vena portaàhati kanan Balikan vena: v. lienalisàvena portaàhati kiri
Besar Kecil
Cair seperti bubur Berbentuk kering, padat
Terutama absorbsi air, elektrolit Storasi feses, defekasi
Umumnya berbentuk benjolan, sering Umumnya tipe infiltrative, mudah ileus
ulserasi luas, berdarah, infeksi
Massa abdominal, sistemik, perut Ileus, hematokezia, iritasi usus
kembung, nyeri samar dan gejala tak khas
11
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati)
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau
disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali pada
stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam
waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat
terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).
Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa polipoid,
besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta
meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada bagian
rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum dan kolon
ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah adenokarsinoma(tumor
ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat menyekresi mucus yang jumlah yang
berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh
yang lain ( paling sering ke hati).
12
Stadium pada Colorectal Cancer
1. Stadium Klinis
Tabel : stadium pada karsinoma kolon yang ditemukan dengan system TMN (Tambayong,
2000 : 143).
13
4. Stadium D: kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas
local atau metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin
kuratif atau nonresektabel.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Endoskopi
2. Radiologis
Pemeriksan radiologis yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto kolon
(barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru.
14
3. Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4. Histopatologi.
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar melalui
dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada pemeriksaan ini hanya
dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada perlu diikuti dengan
pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi kanker dan polip yang
besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada pemeriksaan ini tidak dapat
dilakukan biopsi.
8 Penatalaksanaan
1. Pembedahan (Operasi)
15
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah
terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar
jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer
pada kira – kira 75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif
atau palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop digunakan
sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon ; massa tumor kemudian dieksisi.
Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan semua Kelas B serta lesi C.
Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D. Tujuan pembedahan
dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah menyebar dan mencakup struktur
vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan pilihan
adalah sebagai berikut ( Doughty& Jackson, 1993 ) :
16
Pada kanker di rektum bawah dilakukan proktokolektomi dan dibuat anastomosis
kolorektal.
1. Kolostomi
2. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak
genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan
dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.
Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.
3. Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy ini
ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu
macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI, 2001 :
211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan memperhatikan
derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kemoterapi
17
disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM(T = tumor, N = kelenjar getah bening
regional, M = jarak metastese) yaitu :
TI = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan
kolaborasi kemoterapi
T2 = Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi kemoterapi
T3 = Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi
kemoterapi
4. Diet
18
5. Keperawatan
6. Pencegahan
1. Konsumsi makanan berserat. Untuk memperlancar buang air besar dan menurunkan
derajat keasaman, kosentrasi asam lemak, asam empedu, dan besi dalam usus besar.
2. Asam lemak omega-3, yang terdapat dalam ikan tertentu.
3. Kosentrasi kalium, vitamin A, C, D, dan E dan betakarotin.
4. Susu yang mengandung lactobacillus acidophilus
5. Berolahraga dan banyak bergerak sehingga semakin mudah dan teratur untuk
buang air besar.
6. Hidup rileks dan kurangi stress.Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling
sering dalam bentuk pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan
selain pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi dan atau
imunoterapi. Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker
kolon kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rectal Kelas
B dan C diberikan 5-FU dan metil CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.
2.9 Komplikasi
19
2. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran
langsung.
3. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
yang menyebabkan hemorragi.
4. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
20
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas:
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
Identitas ini digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain.
Jenis kelamin, umur dan alamat.
2. Keluhan utama:
Nyeri abdomen.
1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal
21
2. PK Perdarahan
3. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan tonjolan CA.
6. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
7. Ansietas berhubungan dengan proses penyakit
8. Konsep diri berhubungan dengan proses penyakit
9. Harga diri berhubungan dengan proses penyakit
3.3 Intervensi
22
1. Observasi faktor penyebab
konstipasi.
23
usus, yang dapat
menyebakan konstipasi.
3. Mengetahui dengan jelas
factor penyebab
memudahkan pilihan
intervensi yang tepat.
4. Akan meningkatkan pola
defekasi yang optimal.
5. Mencegah terjadi
perubahan tanda vital,
sakit kepala atau
perdarahan.
6. Untuk mengetahui
aktivitas kinerja system
pencernaan klien
7. Pada keadaan kekurangan
serat dan cairan.
Diagnosis : PK Perdarahan
Kriteria hasil : Melena tidak terjadi selama 2x24 jam
24
3. Meningkatkan keadekuatan tubuh
klien
1. Batasi aktivitas klien
4. Mengatasi melena dengan konsentrasi
2. Membantu dan melayani klien
darah berlebihan tanpa tahanan
dalam hal penggunaan Diapers
sfingter
3. Kolaborasi rehidrasi kumbah
5. Membantu mengurangi hematemesis
lambung
4. PK. Kolaborasi:
25
2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan inadekuat (misalnya apendikstomi
hubungkan dengan lingkungan dan darurat) dapat memperburuk
persiapan untuk prosedur. persepsi pasien akan rasa sakit.
2. Dapat mengindikasikan rasa sakit
akut dan ketidaknyamanan.
3. Pahami penyebab
1. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan
ketidaknyamanan, sebagai langkah
takikardia, hipertensi dan peningkatan
pemberian teknik pengalihan nyeri
pernapasan, bahkan jika pasien
/ relaksasi
menyangkal adanya rasa sakit.
4. Mungkin mengurangi rasa sakit dan
2. Berikan informasi mengenai sifat
meningkatkan sirkulasi. Posisi semi
ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
– Fowler dapat mengurangi
tegangan otot abdominal dan otot
pungguung artritis, sedangkan
1. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, miring mengurangi tekanan dorsal.
misalnya semi – Fowler ; miring.
5. Respirasi mungkin menurun pada
pemberian narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek sinergistik
dengan zat-zat anastesi.
6. Analgetik IV akan dengan segera
mencapai pusat rasa saki,
menimbulkan penghilang yang
lebih efektif dengan obat dosis
1. Observasi efek analgetik. kecil.
26
1. Kolaborasi, pemberian analgetik IV
sesuai kebutuhan.
terpenuhi
27
2. Anjurkan makan sedikit tapi
sering.
28
9. Tidak memberi rasa bosan dan
pemasukan nutrisi dapat
ditingkatkan.
10. Mulut yang bersih meningkatkan
nafsu makan.
11. Dapat mengurangi mual dan
menghilangkan gas.
12. Melibatkan pasien dalam
perencanaan, memampukan
pasien memiliki rasa kontrol dan
mendorong untuk makan.
13. Makanan yang bervariasi dapat
meningkatkan nafsu makan klien.
14. Menstimulasi nafsu makan dan
mempertahankan intake nutrisi
yang adekuat.
Kriteria hasil : Setelah dilakukan perawatan 3x24jam resiko infeksi dan metastase ke
organ lain tidak cepat dan mungkin hilang
Tujuan : Meminimalkan proses penyebaran infeksi dan metastase ke organ lain
Intervensi Rasional
Mandiri
29
1. Observasi metastase peyebaran ca 1. Dengan cara palpasi dapat diketahui
ke organ lain dengan cara palpasi ke metastase ca dan dapat segera di
daerah purutt sekitar kolon tangani
2. Observasi bising usus dan 2. Untuk mengetahui fungsi organ
peristalaik pasien apakah ada penurunan atau tidak
3. Kolaborasi: 3. Kolaborasi:
Intervensi Rasional
1. Pantau intake cairan, pastikan 1. Ca colorectal dapat bermetastase ke
sedikitnya 1500 ml cairan per oral, ginjal yang dapat mempengaruhi
serta pantau haluaran, pastikan kerja ginjal, sehingga perlu
sedikitnya 1000-1500 ml per 24 jam mengatur jumlah cairan yang
masuk dan keluar.
30
2. Pantau kadar elektrolit darah, nitrogen 2. Menunjukkan pola intervensi
urea darah, urin dan serum, selanjutnya
osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan
Hb.
3. Kolaborasi pemberian dextros G5
31
1. Singkirkan stimulasi yang
berlebihan (misal : tempatkan klien
1. Meningkatkan kenyamanan psikologis
di ruangan yang lebih tenang)
klien
2. Berikan latihan relaksasi, imajinasi
terbimbing.
32
hubungan yang baik selama proses
perawatan.
Intervensi Rasional
1. Berikan edukasi mengenai penyakit
yang diderita.
2. Komunikasi terapeutik
33
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
1. Diagnosa :
Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; bentuk feses dalam bentuk
normal
2. Diagnosa
Melena tidak terjadi selama 2x24 jam
Hematemesis tidak terjadi selama 2x24 jam
3. Diagnosa
Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang
berarti sesuai toleransi.
4. Diagnosa
klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan
berat badan dengan nilai laboratorium normal.
klien mengerti dan mengikuti anjuran diet
melaporkan peningkatan intake makana
tidak ada mual/muntah.
34
5. Diagnosa
Leukosit normal 10.000-40.00
Tidak ditemukan tanda-anda inflamasi
6. Diagnosa
cair Turgor kulit norma dan haluaran normal selama pemantauan 2x24 jam
7. Diagnosa
Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis klien
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar) atau
jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar
colorectal cancer adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat
serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
Etiologi dari colorectal cancer yaitu terdiri atas faktor resiko dan faktor predisposisi. Faktor
risiko terdiri dari usia, riwayat kanker pribadi, riwayat kanker colorectal pada keluarga,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis, riwayat penyakit polip di usus, dan riwayat penyakit
crohn. Sedangkan faktor predisposisinya terdiri dari merokok, pola makan yang tidak sehat
(tinggi lemak dan rendah serat), kontak dengan zat-zat kimia, minuman beralkohol,
obesitas, dan bekerja sambil duduk seharian.
Asuhan keperawatan yang tepat akan menentukan keberhasilan perawtan klien dengan
colorectal cancer.
35
DAFTAR PUSTAKA
Flyfreeforhelp.2010.(online).
..........2010.http://lifestyle.okezone.com/read/2010/02/22/27/306051/search.html. diakses
pada tanggal 15 November 2010
36