Dani Hamdani (XI MIPA-5)
Dani Hamdani (XI MIPA-5)
KELAS : XI-IPS 1
NO : 02
Sekitar tahun 1950-an Bung Tomo mulai aktif dalam kehidupan politik. Ia sempat menjadi
Menteri negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad
Interim pada 1955-1956 pada kabinet Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga pernah
menjadi anggota DPR 1956-1959 dari Partai Rakyat Indonesia. Pada masa pemerintahan
orde Baru, Bung Tomo banyak mengkritik kebijakan Soeharto yang dianggapnya mulai
melenceng. Akibatnya tanggal 11 April 1978 ia ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah
Soeharto. Padahal jasanya begitu besar dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Satu tahun setelah di tahan Bung Tomo kemudian di bebaskan dan tidak banyak aktif
dalam kehidupan politik.Bung Tomo dikenal sebagai muslim yang taat beribadah.
Beliaupun wafat ketika menunaikan ibadah Haji di padang Arafah Makkah tanggal 7
Oktober 1981.Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di
sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di
Surabaya.
H.Mohammad Hatta selalu disandingkan dengan Soekarno. Kedua tokoh ini adalah
suksesor dan proklamator Indonesia merdeka. Beliau adalah pejuang kemerdekaan, aktivis
organisasi, aktivis partai politik, negarawan, proklamator, negosiator Indonesia pelopor
koperasi di Indonesia, dan Wakil Presiden Indonesia pertama.
Biodata
Nama Lengkap H. Mohammad Hatta
Nama akrab Bung Hatta
Tanggal lahir 12 Agustus 1902
Tempat lahir Sumatera Barat
Wafat Jakarta, 14 Maret 1980
Istri Rahmi Rachim
Pendidikan Pendidikan dasar Sekolah Melayu
Europeesche Lagere School
MULO
Sekolah Tinggi Dagang "Prins Hendrik School
Nederland Handelshogeschool (universitas Erasmus)
Jabatan Tertinggi Wakil Presiden pertama
Penghargaan Pahlawan Nasional
Bapak Koperasi Indonesia
Doktor Honoriscausa Fak Hukum Universitas Gadjah Mada
Proklamator Indonesia
The Founding Father’s of Indonesia
Aktivitas Organisasi Jong Sumatranen Bond
Perhimpunan Hindia
Liga Menentang Imperialisme
Club Pendidikan Nasional Indonesia
Partai Nasional Indonesia
Kiprah Perjuangan
Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi sejak berusia 15 tahun sebagai bendahara
Jong Sumatranen Bond Cabang Padang. Kesadaran politiknya berkembang karena sering
menghadiri ceramah dan pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola
Hatta ketika itu ialah Abdul Moeis. pengarang roman Salah Asuhan; aktivis partai Sarekat
Islam; anggota Volksraad; dan perintis majalah Hindia Sarekat, koran Kaoem Moeda,
Neratja, Hindia Baroe, serta Utusan Melayu dan Peroebahan.
Hatta mulai menetap di Belanda sejak September 1921. Ia bergabung dalam Perhimpunan
Hindia (Indische Vereeniging). Saat itu, Indische Vereeniging telah berubah menjadi
organisasi pergerakan kemerdekaan. Sebelumnya, Indische Vereeniging yang berdiri pada
1908 tak lebih dari ajang pertemuan pelajar asal tanah air. Atmosfer pergerakan mulai
mewarnai Indische Vereeniging semenjak tibanya tiga tokoh Indische Partij (Suwardi
Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo). Di Indische Vereeniging,
pergerakan putra Minangkabau ini tak lagi tersekat oleh ikatan kedaerahan. Sebab Indische
Vereeniging berisi aktivis dari beragam latar belakang asal daerah. Lagipula, nama
Indische sudah mencerminkan kesatuan wilayah, yakni gugusan kepulauan di Nusantara
yang secara politis diikat oleh sistem kolonialisme belanda. Dari sanalah mereka semua
berasal.
Hatta mengawali karier pergerakannya di Indische Vereeniging pada 1922, menjadi
Bendahara. Penunjukkan itu berlangsung pada 19 Februari 1922, ketika terjadi pergantian
pengurus Indische Vereeniging dari Ketua lama dr. Soetomo diganti oleh Hermen
Kartawisastra. Momentum suksesi kala itu punya arti penting bagi mereka di masa
mendatang, sebab ketika itulah mereka memutuskan untuk mengganti nama Indische
Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging dan kelanjutannya mengganti nama
Nederland Indie menjadi Indonesia. Sebuah pilihan nama bangsa yang sarat bermuatan
politik. Dalam forum itu pula, salah seorang anggota Indonesische Vereeniging
mengatakan bahwa dari sekarang kita mulai membangun Indonesia dan meniadakan Hindia
atau Nederland Indie. Pada tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang
Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda, dan di sinilah ia bersahabat dengan nasionalis
India, Jawaharlal Nehru. Aktivitasnya dalam organisasi ini menyebabkan Hatta ditangkap
pemerintah Belanda. Hatta akhirnya dibebaskan, setelah melakukan pidato pembelaannya
yang terkenal: Indonesia Free. Pada tahun 1932 Hatta kembali ke Indonesia dan bergabung
dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia yang bertujuan meningkatkan
kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan. Belanda kembali
menangkap Hatta, bersama Soetan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia pada
bulan Februari 1934. Hatta diasingkan ke Digul dan kemudian ke Banda selama 6 tahun.
Cut Nyak Din adalah pahlawan nasional, sang wanita baja dari tanah serambi Mekkah,
tokoh pejuang kemerdekaan yang berkiprah sebelum masa kebangkitan nasional.
Namanya begitu populer sehingga sutradara Eros Djaroet pernah mengangkat kisah
kehidupan (biografinya) dalam layar lebar. Cut Nyak Din lahir di Lampadang Provinsi
Aceh tahun 1850 dan wafat dalam pengasingan di Sumedang Jawa Barat 6 November
1908. Cut Nyak Din menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga.
Namun pada suatu pertempuran di Gletarum,Juni 1878, sang suami Teuku Ibrahim gugur.
Kemudian Cut Nyak Dien bersumpah hanya akan Menerima pinangan dari laki-laki yang
bersedia membantu Untuk menuntut balas kematian Teuku Ibrahim.