Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEAMANAN PANGAN DAN TOKSIKOLOGI

UNDANG-UNDANG KEAMANAN PANGAN

Oleh :

Bagas Ahmad Faruq Yahya

18230006

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

SURABAYA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas dari
mata kuliah Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan makalah ini, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar - lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik sehingga penulis dapat memperbaiki makalah Metodologi
Penelitian.
Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berkonstribusi
dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya sebagai ilmu
pengetahuan tentang “ Pengaruh Tepung Kentang dan Tepung Sagu pada pembuatan Bakso
Ikan Belanak”. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 22 April 2021

Penulis

ii
iii
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1 Undang-undang kemanan pangan....................................................................................3

2.2 Sanitasi Pangan................................................................................................................5

2.3 Undang-undang mutu dan gizi pangan............................................................................7

2.4 Undang-undang kemasan pangan....................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Industri pangan di Indonesia saat ini sedang berkembang dan cukup maju dalam
memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Sebagai agraris dengan hasil pertanian,
perkebunnan, dan perikanan yang melimpah menjadikan alasan mengapa industri pangan di
Indonesia berkembang. Selain itu kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan menjadi faktor
juga dalam perkembangan industri pangan di Indonesia. Ini terbukti dengan adanya teknologi
dan ilmu pengetahuan yang semula petani memanen secara berkelompok digantikan dengan
menggunakan alat atau traktor yang membuat hasil panen lebih efektif dan efisien sebab
dapat meminimalisir kerusakan pada hasil panen serta waktu yang cukup singkat.

Pada industri pangan, pengolahan pangan bertujuan agar dapat memperpanjang masa
simpan hasil panen baik pertanian, perkebunan, dan perikanan, mengubah atau meningkatkan
nilai jual karena telah menjadi produk, dan membantu perekonomian masyarakat terutama
pada petani atau nelayan. Industri pangan juga menjadi industri yang sangat besar dalam hal
produktivitas, penjualan, dan keuntungan. Ini karena setiap orang pastinya akan butuh suatu
produk pangan dalam kehidupan sehari-hari. Namun juga tiap industri harus memberikan
jaminan keamanan pangan pada produk yang dihasilkan agar aman dikonsumsi konsumen,
menambah nilai atau citra produk, dan menjaga dari duplikasi produk.

Oleh karenanya keamanan pangan bertujuan agar produk pangan lebih berkualitas,
menghindari cemaran baik bioloigis dan kimia, produk bebas dari bahaya berbahaya,
membantu memudahkan konsumen dalam mencari produk yang aman. Keamanan pangan
ada beberapa macam yang telah diatur pada undang-undang dan peraturan pemerintah.
Keamanan pagan juga terdapat berbagai jenis dan macam yang berbeda tetapi memiliki
tujuan yang sama untuk menciptakan produk pangan yang bermutu, sehat, aman dan
terjamin.

1
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana undang-undang keamanan pangan yang ada di Indonesia
b. Bagaimana undang-undang mengenai sanitasi pangan
c. Bagaimana undang-undang mengenai mutu dan gizi pangan
d. Bagaimana undang-undang yang mengatur mengenai label dan kemasan untuk
menghindari duplikasi produk

1.3 Tujuan
a. Mengetahui mengenai undang-undang keamanan pangan
b. Mengetahui undang-undang sanitasi pangan
c. Mengetahui undang-undang mengenai mutu dan gizi pangan
d. Mengetahui undang-undang yang mengatur mengenai label dan kemasan produk

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Undang-undang kemanan pangan
Sebelum memahami mengenai undang-undang keamanan pangan terlebih dahulu
akan dijelaskan mengenai pengertian pangan, ketahanan pangan, keamanan pangan, produksi
pangan, dan ketersediaan pangan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
tahun 2012 Pasal 1 tentang Pangan.

a. Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian,
perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan
makanan atau minuman.
b. Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
c. Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
Pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk
dikonsumsi.
d. Produksi Pangan merupakan kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali, dan/atau
mengubah bentuk Pangan.
e. Ketersediaan Pangan merupakan kondisi tersedianya Pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama
tidak dapat memenuhi kebutuhan.

3
Dari beberapa penjelasan tersebut salah satu implementasi dari keamanan pangan
lebih rinci atau diperjelas salah satunya pada Peraturan Pemerintah nomor 86 tahun 2019.
Peraturan ini merupakan sebuah perubahan atau pencabutan dari peraturan lama yang ada
pada Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu, dan gizi
pangan.

Latar belakang pencabutan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2004 dikarenakan


pemerintah berupaya ingin meringkas serta melaksanakan ketentuan yang ada pada pasal-
pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun 2012 seperti pada pasal
Pasal 37 ayat (2), Pasal 65 ayat (3), Pasal 71 ayat (3), Pasal 72 ayat (3) dan sebagainya
tentang perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang keamanan pangan.

Peraturan Pemerintah ini disusun untuk menyelenggarakan keamanan pangan yang


terpadu sepanjang rantai pangan, berbasis analisis risiko, transparansi, ketertelusuran
produk, harmonisasi standar, pertanggungjawaban, keterpaduan antarotoritas kompeten,
konsisten, dan tidak berpihak. Keamanan Pangan merupakan salah satu faktor penting
dalam penyelenggaraan sistem pangan. Penyelenggaraan keamanan pangan bertujuan
agar negara dapat mcmberikan perlindungan kepada rakyat untuk mengonsumsi pangan
yang aman bagi kesehatan dan keselamatan jiwanya. Untuk menjamin pangan yang
tersedia aman dikonsumsi maka penyelenggaraan keamanan pangan harus diterapkan di
sepanjang rantai pangan, mulai dari tahap produksi (budi daya), pemanenan, pengolahan,
penyimpanan, distribusi, peredaran hingga sampai di tangan konsumen.

Ketentuan Keamanan Pangan juga diatur dalam Undang-Undang nomor 33 tahun


2014 tentang Jaminan Produk Halal dan peraturan pelaksanaannya yang menjelaskan
bahwa keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat
mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.

Secara umum Peraturan Pemerintah nomor 86 tahun 2019 ini memuat materi-materi
pokok yang disusun secara sistematis sebagai berikut : penyelenggaraan Keamanan
Pangan, pengawasan, sanksi administratif, kejadian luar biasa dan Kedaruratan Keamanan
Pangan; dan peran serta masyarakat.

4
2.2 Sanitasi Pangan
Undang-undang mengenai sanitasi pangan diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dan pada pasal 1 menyebutkan bahwa sanitasi pangan
adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang biaknya jasad
renik pembusuk dan patogen dalam makanan, minuman, peralatan, dan bangunan yang dapat
merusak pangan dan membahayakan manusia. Sedangkan pada Bab II Keamanan Pangan
Bagian Pertama Sanitasi Pangan Pasal 4 berbunyi bahwa :

(1). Pemerintah menetapkan persyaratan sanitasi dalam kegiatan atau proses produksi,
penyiapan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan.

(2). Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan persyaratan minimal yang
wajib dipenuhi dan ditetapkan serta diterapkan secara bertahap dengan memperhatikan
kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.

Dan pada Pasal 5 berbunyi :

(1). Sarana dan atau prasarana yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam
kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengankutan, dan atau peredaran pangan wajib
memenuhi persyaratan sanitasi.

(2). Penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan atau
peredaran pangan serta penggunaan sarana dan prasarana, sebagaiman dimaksud pada ayat
(1), dilakukan sesuai dengan persyaratan sanitasi.

Pada Pasal 6 berbunyi :

Setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan atau proses produksi,
penyimpanan, pengangkutan, dan atau peredaran pangan wajib :

a. Memenuhi persyaratan sanitasi, keamanan, dan atau keselamatan manusia;

b. Menyelenggarakan program pemantauan sanitasi secara berkala; dan

c. Menyelenggarakan pengawasan atas pemenuhan persyaratan sanitasi.

Pada Pasal 7 berbunyi :

Orang perseorangan yang menangani secara langsung dan atau berada langsung dalam
lingkungan kegiatan atau proses produksi, penyiapan, pengangkutan, dan atau peredaran
pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi.

5
Dan pada Pasal 8 berbunyi :

Setiap orang dilarang menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan,


pengangkutan, dan atau peredaran pangan dalam keadaan yang tidak memenuhi persyaratan
sanitasi.

6
2.3 Undang-undang mutu dan gizi pangan
Undang-undang mengenai mutu pangan diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dan pada pasal 1 menyebutkan bahwa mutu pangan
adalah nilai yang ditentukan atas dasar kriteria keamanan pangan, kandungan gizi, dan
standar perdagangan terhadap bahan makanan, makanan dan minuman. Sedangkan pada Bab
II Keamanan Pangan Bagian kelima pada pasal 20 berbunyi :

(1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diperdagangkan wajib


menyelenggarakan sistem jaminan mutu, sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi.

(2) Terhadap pangan tertentu yang diperdagangkan, Pemerintah dapat menetapkan


persyaratan agar pangan tersebut terlebih dahulu diuji secara laboratoris sebelum
peredarannya.

(3) Pengujian secara laboratoris, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
dilaboratorium yang ditunjuk oleh atau telah memperoleh akreditasi dari Pemerintah.

(4) Sistem jaminan mutu serta persyaratan pengujian secara laboratoris, sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan dan diterapkan secara bertahap dengan
memperhatikan kesiapan dan kebutuhan sistem pangan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

7
2.4 Undang-undang kemasan pangan
Undang-undang mengenai kemasan pangan diatur pada Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Dan pada pasal 1 butir 10 menyebutkan bahwa kemasan
pangan adalah bahan yang digunankan untuk mewadahi atau membungkus pangan, baik yang
bersentuhan langsung dengan pangan (produk) maupun tidak. Sedangkan pada Bab II
Keamanan Pangan Bagian keempat pada pasal 16 berbunyi :

1) Setiap orang yang memproduksi pangan untuk diedarkan dilarang menggunakan bahan
apa pun sebagai kemasan pangan yang dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan manusia.

(2) Pengemasan pangan yang diedarkan dilakukan melalui tata cara yang dapat
menghindarkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran.

(3) Pemerintah menetapkan bahan yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan
tata cara pengemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.

Dan pada Pasal 17 berbunyi :

Bahan yang akan digunakan sebagai kemasan pangan, tetapi belum diketahui dampaknya
bagi kesehatan manusia, wajib terlebih dahulu diperiksa keamanannya, dan penggunaannya
bagi pangan yang diedarkan dilakukan setelah memperoleh persetujuan Pemerintah.

Pada Pasal 18 berbunyi :

(1) Setiap orang dilarang membuka kemasan akhir pangan untuk dikemas kembali dan
diperdagangkan.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku terhdap pangan yang
pengadaannya dalam jumlah besar dan lazim dikemas kembal dalam jumlah kecil untuk
diperdagangkan lebih lanjut.

Anda mungkin juga menyukai