Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL

KEGIATAN SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA


RUANG INTERNA DAN BEDAH DI RSNU TUBAN

Disusun untuk memenuhi Tugas Praktik Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kelancaran
sehingga kami dapat menyelesaikan proposal tugas seminar Keperawatan Medikal
Bedah ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk proposal ini, supaya
proposal ini nantinya dapat menjadi lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada proposal ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga proposal ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Tuban, Desember 2021

Penulis
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan medikal bedah merupakan bagian dari keperawatan, dimana


keperawatan itu sendiri adalah : bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan yang diberikan dengan alasan kelemahan
fisik, mental, masalah psikososial, keterbatasan pengetahuan, dan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri akibat
gangguan patofisiologis.

Keperawatan medikal bedah membahas tentang masalah kesehatan yang


lazim terjadi pada usia dewasa baik yang bersifat akut maupun kronik dengan atau
tanpa tindakan operatif yang meliputi gangguan fungsi tubuh pada sistem
cardiovascular, penginderaan (mata, tht), pencernaan, dan urologi oleh karena
berbagai penyebab patologis seperti infeksi atau peradangan, kongenital,
neoplasma trauma, dan degeneratif.

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya


sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia
baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan
keilmuannya maka perawat dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungannya setiap saat.

Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak


terlepas dari adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan,
variasi jenis penyakit dan teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai
perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend dan isu yang menuntut
peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
1.2 Tujuan Kegiatan
Tujuan diadakan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berfikir kritis dalam penanganganan keperawatan medical bedah
BAB 2

ISI PROPOSAL

2.1 Nama Kegiatan

Nama kegiatan ini adalah Seminar Keperawatan Medikal Bedah.

2.2 Tema Kegiatan

Tema kegiatan ini adalah “Penatalaksanaan deep breathing exercise &


humming bee breathing pada dipsnea dan terapi guided imagery with music pada
nyeri akut post operasi”.

2.3 Target Kegiatan


1. Terlaksananya kegiatan Seminar Keperawatan dengan lancar.
2. Menambah pengetahuan serta dapat melaksanakan intervensi terbaru pada
2.4 Sasaran Kegiatan
1. Peserta
1) Mahasiswa profesi keperawatan IIK NU Tuban di RSNU Tuban.
2. Pendidik Akademik dan Pendidik Klinik
1) Bapak Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep., MM (Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan IIK NU Tuban)
2) Mahmudah, S.Kep., Ns (Pendidik Klinik, Kepala Ruangan Bedah
Pediatri RSNU Tuban)
3) Betty Lukiatie, S.Kep., Ns (Pendidik Klinik, Kepala Ruangan Interna
RSNU Tuban)
2.5 Landasan Kegiatan

Tugas profesi ners stase Keperawatan Medikal Bedah.

2.6 Pelaksana Kegiatan

Pelaksana dalam kegiatan ini mahasiswa profesi keperawatan IIK NU


Tuban di RSNU Tuban.

2.7 Waktu dan Tempat


Hari/ Tanggal : Kamis, 23 Desember 2021
Waktu : 08.00 - Selesai
Tempat pelaksanaan : Auditorium pertemuan RSNU Tuban
2.8 Susunan Kepanitiaan
Terlampir
2.9 Anggaran Dana
Terlampir
2.10 Susunan Acara
Terlampir
2.11 Perlengkapan
Terlampir
2.12 Materi
Terlampir
2.13 Jurnal
Terlampir
BAB 3
PENUTUP

3.1 Penutup

Demikian proposal ini dibuat sebagai pertimbangan dalam kegiatan yang


akan dilaksanakan. Semoga kegiatan yang direncanakan bersama dapat berjalan
dengan baik dan sesuai harapan. Mohon maaf apabila ada kesalahan kata atau
kalimat dalam penulisan yang kurang berkenan. Atas perhatiannya diucapkan
terimakasih.
Tuban, 16 Desember 2021

Diajukan oleh:

Ketua Panitia Sekretaris

Moch Shofiyudin Gesia Dewi Nurul Huda


NIM. 17.10.2.149.017 NIM. 17.10.2.149.022

Mengetahui,

Pendidik Klinik Pendidik Klinik

Betty Lukiatie, S.Kep., Ns Mahmudah, S.Kep., Ns


NIP. 10209023 NIP. 10213056

Menyetujui,

Dekan Fakultas Keperawatan dan Ketua Program Studi Ners


Kebidanan IIK NU Tuban
(Pembimbing Akademik)

Ns. Kusno Ferianto, M.Kep., MM Ns. Lukman Hakim, M.Kep


NIDN. 0705028101 NIDN. 0718098201
Lampiran I

SUSUNAN KEPANITIAAN

Pelindung : Dr. H. Miftahul Munir, S.Km.,M.Kes., DIE

Ketua Prodi Ners : Lukman Hakim, S.Kep., Ns., M.Kep

Ketua Koordinasi Profesi Ners : Mei Widyawati, S.Kep., Ns., M.Kep

Pendidik Akademik : Kusno Ferianto, S.Kep., Ns., M.Kep

Pendidik Klinik Ruang Interna : Betty Lukiatie, S.Kep., Ns

Pendidik Klinik Ruang Bedah : Mahmudah, S.Kep., Ns

Ketua Pelaksana : Moch Shofiyudin

Sekretaris : Gesia Dewi Nurul Huda

Bendahara : Amiliya

Sie Acara : 1. Purwiyanti

2. Oktzalina Sonnia

Sie Konsumsi : Indriani Sahara Nura Zenina

Sie Dekdok : Elista Nur Safitri

Sie Perlengkapan : 1. Eka Vivit Setyorahayu

2. Dina Meydi Larasati


Lampiran II

ANGGARAN DANA

SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

RENCANA PENGELUARAN
No Vo
Uraian Satuan Jumlah
. l
Rp
1. Banner 1
100.000.00
Print proposal dan Rp
2. 1 Rp 30.000.00
laporan kegiatan 30.000.00
Rp
3. Map mika Rp 10.000.00
10.000.00
Rp Rp
4. Konsumsi 18
10.000.00 180.000.00
Rp
TOTAL PENGELUARAN
320.000.00
Rp
Uang Kas - -
249.000.00
Rp Rp
Iuran Mahasiswa 9
10.000.00 90.000.00
Rp
TOTAL PEMASUKAN
339.000.00
Rp
PEMASUKAN – PENGELUARAN
19.000.00
Lampiran III

SUSUNAN ACARA

SEMINAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Hari/Tanggal : Kamis, 23 Desember 2021

No Penanggung
Waktu Kegiatan Tempat
. Jawab
Persiapan tempat dan Auditorium pertemuan Seluruh
1. 07.15-07.50
perlengkapan seminar RSNU Tuban mahasiswa
Absen kedatangan peserta Auditorium pertemuan Purwiyanti &
2. 07.50-08.00
dan pembagian konsumsi RSNU Tuban Indriani
Pembukaan oleh Auditorium pertemuan
3. 08.00-08.15 Sie acara
moderator RSNU Tuban
Sambutan perwakilan Auditorium pertemuan
4. 08.10-08.20 Sie acara
pendidik RSNU Tuban
Penyampaian materi
seminar oleh perwakilan Auditorium pertemuan
5. 08.20-08.50 Moderator
mahasiswa praktik Ruang RSNU Tuban
Interna RSNU Tuban
Penyampaian materi
seminar oleh perwakilan Auditorium pertemuan
6. 08.50-09.20 Moderator
mahasiswa praktik Ruang RSNU Tuban
Bedah RSNU Tuban
Auditorium pertemuan
7. 09.20-09.50 Sesi diskusi Moderator
RSNU Tuban
Auditorium pertemuan
8. 09.50-10.00 Penutup Moderator
RSNU Tuban
Lampiran IV

DAFTAR PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN

1. Kamera (Hp)
2. Tripod
3. Laptop
4. Proyektor
Lampiran V

MATERI SEMINAR RUANG INTERNA

A. PENGERTIAN DIPSNEA (SESAK NAPAS)


Dipsnea atau sesak napas adalah peasaat sulit bernapas ditandai
dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dipsnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronchitis, asma), kecemasan (Price and Wilson, 2006).
Sesak napas terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida
tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga menyebabkan tegangan
oksigen kurang dari 50mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan tekanan
karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg (Hiperkapnia) (Bunner and
Sudart, 2001).
B. PENYEBAB DIPSNEA (SESAK NAPAS)
a. Asap Rokok
Asap rokok dapat menyebabkan sesak napas, baik pada perokok itu
sendiri maupun orang-orang yang terpapar asap rokok. Terpapar asap
rokok selama satu jam, maka akan mengalami sekitar 20% kerusakan
fungsi paru. Pada anak-anak, asap rokok akan memberikan efek lebih
parah dibandingkan orang dewasa, ini disebabkan lebar saluran
pernapasan anak lebih sempit, sehingga jumlah napas anak akan lebih
cepat dari orang dewasa. Akibatnya, jumlah asap rokok yang masuk ke
dalam saluran pernapasan menjadi lebih banyak disbanding berat
badannya. Selain itu, karena system pertahanan tubuh yang belum
berkembang, munculnya gejala asma pada anak-anak jauh lebih cepat
dibanding dewasa (Beasley, 2012).
b. Tungau debu
Tungau debu rumah adalah hewan (Dermatophagoides Pteronyssinus)
yang sangat kevil sekitar 0,5mm yang umum dijumpai di tempat tinggal
manusia. Tungau debu rumah biasanya berada di karpet dan jok kursi
yang kotor, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga
dari tumpukan koran, buku, pakaian kotor, dan lain-lain. Tungau debu
rumah yang menyerang penderita sesak disebabkan oleh masuknya suatu
allergen ke dalam saluran napas seseorang sehingga merangsang
terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi alergi (Beasley,
2012).
c. Polusi udara
Polusi udara adalah suatu kejadian dimana udara mengandungbahan
kimia, partikel, organisme hidup lainnya yang menyebabkan kerugian
yang serius, seperti semprotan minyak wangi, semprotan nyamuk, debu
dalam lemari, dan lain-lain. Menurut studi EPA (Environment Protecting
Agency / Badan Perlindungan Lingkungan Hidup) menunjukkan bahwa
tingkat polusi udara ruangan. Tingginya tingkat polusi udara ruangan
menjadi perhatian khusus, karena banyak orang yang menghabiskan
sebanyak 90% dari waktu mereka di dalam ruangan. Efek Kesehatan
polusi udara dalam ruangan bisa buruk bagi orang-orang dengan
gangguan pernapasan dan menjadi sesak (Beasley, 2012).
Kualitas udara di luar ruangan merupakan masalah Kesehatan
masyarakat yang utama. Di luar ruangan seperti, polusi udara akibat zat
kimia hasil pabrikan, kendaraan bermotor, dan orang yang bekerja di
lingkungan berdebu atau asap dapat memicu serangan sesak napas yang
berkepanjangan. Polusi udara di luar ruangan memberikan efek yang
merugikan kesehatan seperti penyakit jantung, kanker, asma, penyakit
pernapasan, dan bahkan kematian. Paling beresiko dari polusi udara di
luar ruangan adalah anak-anak,remaja, orang dewasa yang lebih tua, dan
orang dengan penyakit paru-paru, seperti asma dan penyakit paru
obstruksi kronis (Beasley, 2012).
d. Perubahan cuaca
Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperature dingin, tingginya
kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemic yang dapat
membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan
meningkatnya konsentrasi partikel alergenik. Dimana partikel tersebut
dapat menyapu pollen sehingga terbawa oleh air dan udara. Perubahan
tekanan atmosfer dan suhu memperburuk asma dengan serangan sesak
napas dan pengeluaran lender yang berlebihan. Ini umum terjadi ketika
kelembaban tinggi, hujan, badai selama musim dingin. Udara yang
kering dan dingin menyebabkan sesak di saluran pernapasan (Beasley,
2012).
C. TANDA DAN GEJALA DIPSNEA (SESAK NAPAS)
a. Batuk dan produksi sputum
Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba-tiba dan biasanya
tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
b. Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada dan
diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat berbagai
alasan lain terjadinya dada berat. Dada berat diartikan sebagai perasaan
yang berat dibagian dada, dimana rata-rata orang mendeskripsikannya
seperti ada seseorang yang memegang jantungnya ataupun menekan pada
dadanya.
c. Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu napas
D. PENGERTIAN DEEP BREATHING EXERCISE (Latihan Nafas
Dalam)
Penggunaan istilah latihan nafas (breathing exercise) berkaitan dengan pola
nafas (menahan nafas, sesak nafas, bernafas panjang), Saturasi Oksigen, nafas
dalam (volume), tempat bernafas (dada, diafragma), koordinasi nafas, tahapan
dan keseimbangan (berhubungan dengan aspek gelombang nafas), resistensi
nafas (hidung dan mulut) dan aktivitas otot kolateral untuk regulasi bernafas
(White 2007).
Deep breathing exercise merupakan latihan pernapasan dengan tehnik
bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga
memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh
(Smeltzer, et al. 2008). Nafas dalam (deep breathing) adalah suatu teknik
bernafas yang berhubungan dengan perubahan fisiologis yang bisa memberikan
respon relaksasi. Nafas dalam adalah suatu keterampilan, nafas dalam adalah
tipe bernafas yang kita lakukan secara alami saat masih bayi atau saat tidur dan
bernyanyi. Nafas dalam adalah sebuah keterampilan dimana membutuhkan
waktu dan komitmen untuk dipraktekkan (Reyes & Wall 2004).
E. TUJUAN DAN MANFAAT DEEP BREATHING
 Tujuan deep breathing yaitu :
a. Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta
mengurangi kerja pernapasan.
b. Memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru.
c. Meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan
menghilangkan ansietas.
d. Mencegah pola aktifitas otot pernapasan yang tidak berguna,
melambatkan frekuensi pernapasan, mengurangi udara yang
terperangkap serta mengurangi kerja bernafas.
e. Mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan
(Smeltzer, et al. 2008).
Latihan pernapasan dengan tehnik deep breathing membantu meningkatkan
compliance paru untuk melatih kembali otot pernapasan berfungsi dengan baik
serta mencegah distress pernapasan (Ignatavicius & Workman 2006). Deep
breathing dapat mencegah atelektasis dan meningkatkan fungsi ventilasi paru
pada klien post ekstubasi. Pemulihan kemampuan otot pernapasan akan
meningkatkan compliance paru sehingga membantu ventilasi lebih adequat
sehingga menunjang oksigenasi jaringan (Westerdahl, et al, 2005).
F. INTERVENSI TERBARU YANG DIBERIKAN
1. TEKNIK LATIHAN DEEP BREATHING
Deep breathing exercise merupakan salah satu latihan pernafasan yang
banyak dikembangkan dalam kajian keperawatan. Latihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan otot-otot pernafasan yang berguna untuk
meningkatkan compliance paru untuk meningkatkan fungsi ventilasi dan
memperbaiki oksigenasi.
Teknik nafas dalam dilakukan dengan banyak cara. Dalam tinjauan ini akan
menyajikan 2 teknik nafas dalam :
a. Teknik deep breathing exercise menurut Smeltzer, et al. (2008) meliputi:
1) Mengatur posisi klien dengan semi fowler/fowler di tempat
tidur/kursi.
2) Meletakkan satu tangan klien di atas abdomen (tepat di bawah iga)
dan tangan lainnya pada tengah dada untuk merasakan gerakan dada
dan abdomen saat bernafas.
3) Menarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan
abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama
inspirasi, tahan nafas selama 2 detik.
4) Menghembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit
terbuka sambil mengencangkan (kontraksi) otot-otot abdomen dalam
4 detik.
5) Melakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap
pengulangan, mengikuti dengan periode istirahat 2 menit.
6) Melakukan latihan dalam lima siklus selama 15 menit.
b. Teknik deep breathing exercise dalam Sauer (2003) dilakukan dengan
langkah sebagai berikut :
1) Pasien berada dalam posisi fowler atau duduk.
2) Kedua tangan klien diletakkan diatas perut.
3) Anjurkan klien untuk menarik nafas secara berlahan melalui hidung,
rasakan jari tengah terpisah. Tahan nafas selama 2 sampai 3 detik.
4) Anjurkan klien untuk mengeluarkan nafas secara berlahan melalui
perut.
5) Lakukan latihan selama 15 menit dengan frekuensi 3 kali sehari.
2. HUMMING ATAU HUMMING BEE
BREATH (BERNAPAS ALA LEBAH)
Humming atau humming bee breath (bernapas ala lebah) berarti bergumam
atau bersenandung. Masyarakat di india menyebut humming bee breath
(bernapas ala lebah) yaitu Bhramari Pranayama. Bhramari Pranayama berasal
dari arti nama lebah India yang berwarna hitam yang disebut Bhramari
(Shankar R, 2020).
a. Manfaat Humming
Humming merupakan salah satu latihan untuk menghilangkan
kegelisahan, frustasi, dan kecemasan. Humming bekerja menenangkan saraf
di otak. Getaran yang dihasilkan saat bersenandung memiliki efek
menenangkan yang alami. (Shankar R, 2020).
1) Memberikan menenangkan pikiran dan menghilangkan stress
2) Menghilangkan sakit kepala
3) Menurunkan tekanan darah
4) Meningkatkan konsentrasi dan daya ingat
5) Meningkatkan rasa kepercayaan diri
b. Langkah-langkah Pelaksanaa Humming
1) Duduk tegak, pastikan badan rileks.
Kemudian tutup kedua mata dan
pastikan otot-otot wajah rileks.

2) Pastikan mata tetap tertutup untuk beberapa saat. Dan rasakan


sensai tubuh menjadi lebih tenang
3) Letakkan jari telunjuk di telinga kanan dan kiri.
Letakkan jari di tulang rawan kecil (tragus cartilage)
diantara tulang pipi dan telinga.
4) Kemudian Tarik nafas dalam. Saat menghembuskan
nafas tekan tulang rawan dengan lembut atau menekan kedalam
keluar dengan jari. Kemudian dengan bibir terkatup, keluarkan
suara senandung atau begumam seperti lebah.
5) Keluarkan suara bersenandung dengan nada rendah atau lebih baik
membuat nada suara yang tinggi.
6) Tarik nafas dan ulangi gerakan sebanyak 3-4 kali selama 5- 10
menit.
c. Pelaksanaan Humming
Humming dapat dilakukan dengan posisi berbaring. Apabila dilakukan
dengan posisi berbaring pastikan tubuh menghadap ke kanan. Kemudian
keluarkan suara dengan bersenandung, dan tidak perlu jati telunjuk
memegang telinga. Humming dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari.
d. Hal yang perlu diperhatikan
1) Pastikan jari berada di tulang rawan dan jangan menekan terlalu
keras, serta jangan masukan jari ke dalam telinga
2) Jangan menekan wajah
3) Pengulangan pelaksanaan tidak boleh lebih dari 4 kali
4) Pastikan perut dalam keadaan kosong
Lampiran IV

MATERI SEMINAR RUANG BEDAH

1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Kurniyawan, 2016). Nyeri merupakan masalah yang besar bagi Kesehatan
dunia, dimana diperkirakan 1 dari 5 orang dewasa menderita nyeri dan 1 dari
10 orang dewasa didiagnosa dengan nyeri kronis tiap tahunnya. Empat
penyebab utama nyeri adalah kanker, osteo dan reumatoid artritis, operasi dan
trauma, serta masalah spinal (Goldberg & McGee, 2011).

2. Etiologi

1) Mekanis
a. Trauma jaringan tubuh Kerusakan jaringan, iritasi langsung pada resep
tor nyeri, peradangan 
b. Perubahan dalam jaringan misal:oedem Pemekaan pada reseptor nyeri 
bradikininmerangsang reseptor nyeri
c. Sumbatan pada saluran tubuh distensi lumen saluran
d. Kejang otot Rangsangan pada reseptor nyeri
e. Tumor penekanan pada reseptor nyeri iritasi pada ujung-ujung saraf
2) Thermis
a. Panas/dingin yang berlebihan missal :luka bakar Kerusakan jaringan m
erangsangthermo sensitive reseptor nyeri
3) Kimia
a. Iskemia jaringan mis: blok pada arteri coronary Rangsangan pada rese
ptor karena tertumpunya asam laktat/bradikinin dijaringan 
b. Kejang otot Sekunder dari rangsangan mekanis menyebabkan iskemia j
arigan

3. Jenis Nyeri
Berdasarkan kalsifikasinya secara umum nyeri dapat dibagi menjadi nyeri

akut dan nyeri kronis :


a. Nyeri Akut
Nyeri akut merupakan suatu kondisi yang biasanya berlangsung tidak lebih
dari enam bulan. Gejalanya mendadak, dan biasanya penyebab serta lokasi
nyeri sudah diketahui. Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan
otot dan kecemasan yang keduanya meningkat presepsi nyeri (Mubarak &
Chayatin, 2008). Menurut Prasetyo, nyeri akut berdurasi singkat (kurang
dari 6 bulan), memiliki onset yang tiba-tiba, dan terlokalisir. Nyeri ini
biasanya diakibatkan oleh trauma, bedah, atau imflamasi.Hampir setiap
individu pernah merasakan nyeri ini, seperti sakit kepala sakit gigi, tertusuk
jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan dan nyeri sesudah
tindakan pembedahan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis merupakan suatu kondisi yang biasanya berlansung lebih dari
enam bulan. Sumber nyeri bisa diketahui atau tidak. Nyeri cenderung
hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan.Selain itu pengindraan
nyeri menjadi lebih dalam sehingga penderita menjadi lebih mudah
tersinggung dan sering mengalami insomnia.Akibatnya, mereka menjadi
kurang perhatian,sering merasa putus asa, dan terisolir dari kerabat dan
keluarga.Nyeri kronis biasanya hilang timbul dalam priode waktu
(Mubarak & Chayatin, 2008).
Berdasarkan sumbernya nyeri dapat terbagi menjadi nyeri nosiseptif dan
nyeri neuropatik.
a. Nyeri Nosiseptik
Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam hal ini
ujung saraf nosiseptif menerima informasi yang mampu merusak
jaringan.Nyeri nosiseptif bersifat tajam dan berdenyut.
b. Nyeri Neuropatik
Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf.Nyeri
neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap
sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara
lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan jaringan
di bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya adalah
nyeri menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian tubuh
yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya
dari cidera organ visceral.Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang
berasal dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan dada
(Guyton & Hall, 2008).

4. Patofisiologi

Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya


selalu bersumber pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada
susunan saraf spinal, gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada
abdomen somatik berasal dari suatu proses penyakit yang menyebar ke
seluruh peritoneum dan melibatkan visera mesentrium yang beisi banyak
ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa nyerinya dan lebih
dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui pula
bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri
visera, tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah
peritoneum terlibat. Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh
tegangan otot dan rasa mual yang merupakan gejala khas peritonitis.
Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena adanya rangsangan nervus
frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal dari usus halus
akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa nyeri
dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri
didalam traktus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang
berasal dari sistem saraf otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut
sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan
lebih lama dari rasa nyeri yang dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A.
reseptor nyeri pada abdomen terbatas di submukosa, lapisan muskularis, dan
serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf
simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls
aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan
ambang nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul,
pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera
abdomen atas ( lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem empedu ),
mencapai medula spinalis pada segmen torakalis 6,7,8 serta dirasakan
didaerah epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas
dari ligamentum Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9
dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung
kemih, dan traktus gnetalia perempuan, impuls nyeri mencapai segmen torakal
11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri dirasakan pada daerah
suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum. Jka proses
penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh
kelainan metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya.

5. Tanda dan Gejala

1) Gangguan tidur
2) Posisi menghindari nyeri
3) Gerakan menghindari nyeri
4) Raut wajah kesakitan (menangis, merintih)
5) Perubahan nafsu makan
6) Tekanan darah meningkat
7) Nadi meningkat
8) Pernafasan meningkat

6. Mengkaji Persepsi Nyeri

Individu merupakan penilai terbaik dari nyerinya yang dialaminya dan


karenannya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatnya.
Informasi yang diperlukan harus menggambarkan nyeri individual dalam
beberapa cara antara lain :
1) Intensitas nyeri
Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal
( misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat atau sangat hebat ; atau 0-
10 : 0 = tidak ada nyeri, 10 = nyeri sangat hebat )
2) Karakteristik nyeri, termasuk letak (untuk area dimana nyeri pada berbagai
organ), durasi (menit,jam,hari,bulan), irama (terus menerus, hilang
timbul,periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan
dari nyeri), dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar, sakit, nyeri
seperti digencet)
3) Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak,
pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas) dan apa yang dipercaya
pasien dapat membantu mengatasi nyerinya.
4) Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur, nafsu
makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja,
dan aktivitas-aktivitas santai). Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas
dan nyeri kronis dengan depresi.
5) Kekhawatiran individu tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai masalah
yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan
perubahan citra diri.
6) Skala analogi visual (VAS). Skala analogi visual sangat berguna dalam
mengkaji intensitas nyeri. Skala tersebut adalah berbentuk garis horizontal
sepanjang 10 cm, dan ujungnya mengindikasikan nyeri yang berat. Pasien
diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukan letak nyeri
terjadi disepanjang rentang tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan
‘tidak ada’ atau ‘tidak nyeri’ sedangkan ujung kanan biasa menandakan
‘berat’ atau ‘nyeri yang paling buruk’ untuk menilai hasil,sebuah
penggaris diletakkan disepanjang garisdan jarak yang dibuat pasien pada
garis dari ‘tidak ada nyeri’ diukur dan ditulis dalam centimeter. ( Smeltzer,
2009).
7. Tujuan Manajemen Nyeri
Setelah mendapatkan penyuluhan manajemen nyeri, diharapkan keluarga klien
dapat:
1) Mengetahui definisi nyeri
2) Mengetahui jenis nyeri
3) Mengetahui tujuan dari manajemen nyeri
4) Mengetahui manfaat manajemen nyeri
5) Mengetahui teknik/metode manajemen nyeri
8. Manfaat Manajemen Nyeri
Mengurangi dan mengadaptasikan nyeri yang dialami oleh pasien di Ruang
Bedah RSNU Tuban. Sasaran penyuluhan diharapkan mampu mengetahui
cara mengontrol nyeri dan mampu menerapkan pada pasien/keluarga yang
sedang mengalami nyeri baik di ruang rawat inap maupun di rumah.
9. Intervensi Manajemen Nyeri
1) Terapi farmakologi
Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan
nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri terutama untuk nyeri
yang sangat hebat yang berlangsung selama berjamjam atau bahkan
berharihari. Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri
adalah analgesic (Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002). Menurut
Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik yakni:
a. Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien yang
rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.
b. Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan untuk
nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping
dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan, sedasi, konstipasi,
mual muntah. Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti
sedative, anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan mual
(Potter & Perry, 2006).
2) Terapi non farmakologi
Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),
merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara
mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam
pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.
Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang
obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun
banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu
menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki
resiko yang sangat rendah. Meskipun tidakan tersebut bukan merupakan
pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Masase dan Stimulasi Kutaneus
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Sering
dipusatkan pada punggung dan bahu.Masase dapat membuat pasien
lebih nyaman (Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan stimulasi kutaneus
adalah stimulasi kulit yang dilakukan selama 3-10 menit untuk
menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara melepaskan endofrin,
sehingga memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2006).
Salah satu teknik memberikan masase adalah tindakan masase
punggung dengan usapan yang perlahan (Slow stroke back massage).
Stimulasi kulit menyebabkan pelepasan endorphin, sehingga memblok
transmisi stimulus nyeri.Teori gate control mengatakan bahwa
stimulasi kulit mengaktifkan transmisi serabut saraf sensori A Beta
yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi
nyeri melalui serabut C dan delta-A yangberdiameter kecil sehingga
gerbang sinaps menutup transmisi implus nyeri (Potter & Perry, 2006).
b. Efflurage Massage
Effleurage adalah bentuk masase dengan menggunakan telapak tangan
yang memberi tekanan lembut ke atas permukaan tubuh dengan arah
sirkular secara berulang (Reeder dalam Parulian, 2014).
c. Distraksi
Distraksi yang memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada
nyeri dapat menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme terhadap teknik kognitif efektif lainnya.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Smeltzer and Bare,
2002).
d. Terapi Musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta
musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental (Eka, 2011).
Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif di berbagai situasi
klinik, pasien umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan
memainkan alat musik, menyanyikan lagu atau mendengarkan musik.
Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
merupakan pilihan yang paling baik (Elsevier dalam Karendehi, 2015).
e. Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas
secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
1) Ciptakan lingkungan yang tenang, usahakan tetap rileks.
2) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan
udara melalui hitungan 1,2,3, Perlahan-lahan udara dihembuskan
melalui mulut sambil merasakan ekstrimitas atas dan bawah rileks.
3) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskan melalui
mulut secara perlahan-lahan. Usahakan agar tetap konsentrasi / mata
sambil terpejam,Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang
nyeri,
4) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang,
Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
f. GIM (Guided Imagery Music)
Merupakan intervensi yang digunakan untuk mengurangi nyeri. GIM
mengombinasikan intervensi bimbingan imajinasi dan terapi musik.
GIM dilakukan dengan memfokuskan imajinasi pasien.Musik
digunakan untuk memperkuat relaksasi.Keadaan relaksasi membuat
tubuh lebih berespons terhadap bayangan dan sugesti yang diberikan
sehingga pasien tidak berfokus pada nyeri (Suarilah, 2014).
Pada dewasa ini banyak jenis musik yang dapat diperdengarkan namun
musik yang menempatkan kelasnya sebagai musik bermakna medis
adalah musik klasik karena musik ini maknitude yang luar biasa pada
perkembangan ilmu kesehatan, diantaranya memiki nada yang lembut,
nadanya memberikan stimulasi gelombang alfa, ketenangan dan
membuat pendengarnya lebih rileks (Dofi dalam Liandari, 2015).

Anda mungkin juga menyukai