Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA

Disusun Oleh:

Ayuda maharani 2010068P


Kesy Zhulfa Kasi 2010069P
Laila Tusifa 2010070P
Mitra Dani 19100014
Nurhasanah 19100009

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG
2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa

Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh

program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan

Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program

utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui

Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.

Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan

status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang

didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran

ini sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status

kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)

meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah

terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan

universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5)

terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya

responsivitas sistem kesehatan.


Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:

(1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan

jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi

pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan

preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan

dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan

peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis

risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan

sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan

kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membahas :

1. Konsep Keluarga

2. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat

3. Peran Pemangku Kepentingan

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui definisi Konsep Keluarga

2. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pendekatan Keluarga

3. Untuk mengetahui Peran Pemangku Kepentingan


BAB II

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Keluarga

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah

kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan

pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi

keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan

program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga,

yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan

dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada

anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.


3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang

kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

II. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan

anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga

terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap

terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program

Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status

kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)

dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi

PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau

dikembangkan, yaitu:

1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.


Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

1. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang

merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu

anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan

air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga

mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain)

serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi,

tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau

pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

2. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku

saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan

yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga

yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang

mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi,

dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum

berikut.

1. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

2. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion

(FGD) melalui DasaWisma dari PKK.

3. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).

4. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,

selapanan, dan lain-lain.


Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan

menggunakan tenaga-tenaga berikut.

1. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren,

kader PKK, danlain-lain.

2. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus

Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Target Program PIS PK pada tahun 2019 adalah pelaksaan di seluruh puskesmas di Indonesia

III. Peran Pemangku Kepentingan

a) Peran Puskesmas

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat

Puskesmas dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

1. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina

Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).

2. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data

Puskesmas.

3. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana

Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.

4. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina

Keluarga.

5. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga

teknis/profesional Puskesmas.
6. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga pengelola data

Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah manajemen

Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3

(Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

b) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana

Teknis/Puskesmas adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah kerjanya.

Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya, koordinasi

dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

c) Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara

umum adalah memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di

wilayah kerjanya untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan

pendekatan keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni:

pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

d) Peran Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan

urusan pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah

berwenang untuk: (a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka

penyelenggaraan urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan thdp


penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, selain juga

pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.

e) Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor

Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur

dengan Indeks Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak

indikator yang dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan

mengarah kepada Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai

status Keluarga Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat.

Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab sektor-

sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor). Kementerian dan lembaga yang dapat ikut

berperan dalam program ini misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud, Kemenristekdikti,

Kemenpan & RB, Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda, Kemenperindag, Kemenaker,

Kemenag, BKKBN, TNI dan POLRI.


BAB III

PEMBAHASAN

PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK) DALAM

PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

I. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar Di Negara Maju

Beberapa negara di dunia menerapkan konsep pelayanan kesehatan dasar atau dikenal

dengan istilah primary health care. Implementasi dari primary health care ini umumnya

berbeda-beda di tiap negara. Di beberapa negara maju,primary health carediterapkan

dengan memisahkan pelayanan perorangan/individu dengan pelayanan kesehatan

masyarakat. Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana

kesehatan milik publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun swasta.

Sedangkan pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter keluarga.

Di negara-negara maju, seorang dokter keluarga harus memiliki kompetensi khusus

yang lebih baik dibandingkan seorang dokter umum biasa. Ada pendidikan tambahan yang

harus dijalani oleh dokter umum untuk menjadi dokter keluarga. Kompetensi khusus ini

yang diharapkan mampu menjadikan seorang dokter keluarga dapat memberikan

pelayanan kesehatan secara lebih menyeluruh dan berkesinambungan kepada suatu

individu ataupun kumpulan individu seperti keluarga. Pendekatan dokter keluarga sebagai

primary health care merupakan suatu solusi dalam mewujudkan kualitas kesehatan

individu dan masyarakat yang lebih baik.


II. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar DiIndonesia

Berbeda dengan hal diatas, di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan perorangan

dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah terpadu yang dikenal sebagai pusat

kesehatan masyarakat (puskesmas). Sehingga puskesmas menjalankan kedua pelayanan

tersebut tidak perlu datang ke puskesmas jika tidak sakit. Disisi lain, petugas puskesmas

secara bersamaan.

Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif, rehabilitatif,

preventif dan promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan kesehatan perorangan

dan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas berupa tindakan kuratif (pengobatan)

menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif.

III. Masyarakat menganggap bahwa menganggap bahwa kalau tidak ada yang datang
ke puskesmas, maka masyarakat sudah sehat. Sehingga ada anggapan bahwa
puskesmas identik dengan tempat berkumpulnya orang-orang sakit. Anggapan
seperti ini harus dapat diubah dengan program pendekatan keluarga. Program
Kesehatan Dengan Pendekatan Keluarga

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat.

Karena merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup signifikan

dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan

keluarga akan sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat

Sangat tepat Kementerian Kesehatan RI dalam menetapkan pendekatan keluarga untuk

mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan. Pendekatan keluarga sebagai satuan

terkecil masyarakat dinilai akan lebih efektif dalam mengatasi berbagai persoalan

kesehatan seperti gizi buruk, sanitasi buruk, penyebaran penyakit menular seperti

tuberkolusis, HIV/AIDS, malaria serta pengendalian penyakit tidak menular seperti

obesitas, darah tinggi, diabetes dan lain-lain.


Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pembangunan

keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan

yang sehat. Menurut Friedman (1998), terdapat lima fungsi keluarga yang salah satunya

adalah fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function).

Fungsi ini adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di

bidang kesehatan. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing

untuk mempertahankan kondisi kesehatan di dalam keluarga. Kondisi kesehatan yang

dipertahankan mencakup pencegahan, perawatan, pemeliharaan, termasuk upaya

membangun hubungan timbal balik antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.

IV. Puskesmas Sebagai Penentu Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 39 Tahun

2016 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga", pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana dari program ini adalah pusat

kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah ujung tombak dan penentu

keberhasilan program ini. Adapun area prioritas/sasaran yang telah ditetapkan oleh

pemerintah melalui program ini adalah penurunan angka kematian ibu/angka kematian

bayi (AKI dan AKB), penurunan prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan

penyakit menular dan penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui

pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

rehabilitatif.

Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang

menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat

(UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan kepada data dan

informasi dari profil kesehatan keluarga.


Kedepan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan milik

pemerintah harus lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program

kesehatannya. Program preventif dan promotif harus kembali digalakkan. Melalui

pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah-masalah

kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya penanganan masalah

kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses kelahiran, tumbuh kembang

masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Fokusnya adalah

pada kesehatan individu-individu dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 -- 2019 dimana penerapan pelayanan

kesehatan harus terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care).

Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga:

Salah satu bentuk dari pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah

melalui kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,

puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang berguna untuk

mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah kesehatan di keluarga. Selain

itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap keluarga juga dapat terlaksana dengan

kunjungan rumah. Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotif-preventif

tentu akan lebih efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga. Program

pendekatan keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara langsung akan menguatkan

manajemen puskesmas secara internal, yang mencakup sumber daya manusia, pendanaan,

sarana prasarana, program kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di

lingkup wilayah kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling),

pos pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.


V. Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga

Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen yang

sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas puskesmas. Kesamaan

pemahaman dan komitmen yang kuat akan menghasilkan tercapainya target area

prioritas/sasaran dari program ini. Komitmen untuk bekerja di dalam dan di luar gedung

puskesmas tentu juga perlu didukung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota

sebagai induk dari puskesmas.

satu bentuk dukungan dari Dinkes adalah melalui alokasi anggaran berupa dana

operasional puskesmas. Walaupun puskesmas sudah memiliki dana kapitasi dari BPJS

Kesehatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program ini, dukungan alokasi

anggaran dari Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan. Terlebih kegiatan

kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari petugas puskesmas.

Kunjungan rumah yang dilakukan harus mempertimbangkan jumlah petugas puskesmas,

jumlah keluarga di wilayah kerja puskesmas, kondisi geografis dan juga pendanaan.

Bila diperlukan, puskesmas dapat merekrut petugas tambahan dari kader-kader

kesehatan di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini tentu merupakan hasil analisis kebutuhan

dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Kunjungan rumah yang dilakukan

juga dapat menjadi sarana penyampaian pesan-pesan kesehatan kepada individu-individu

dalam keluarga. Maka petugas dapat memberikan leaflet/flyer tentang keluarga

berencana, pemeriksaan kehamilan, asi eksklusif, imunisasi, gizi seimbang, pencegahan

penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, bahaya merokok, cara mencuci

tangan yang baik, jaminan kesehatan nasional dan lain-lain.

Profil kesehatan keluarga (prokesga) yang dibawa pada saat kunjungan rumah

mengacu pada indikator keluarga sehat yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan RI.

Hal ini untuk menyeragamkan pendataan agar efektif dan tepat sasaran. Data prokesga
didapat dari kunjungan rumah merupakan data yang sangat berharga bagi puskesmas.

Analisis yang akurat terhadap prokesga akan berguna untuk mengidentifikasi dan

menetapkan intervensi kesehatan apa saja yang dibutuhkan terhadap suatu keluarga.

Setiap keluarga tentu akan menghasilkan intervensi kesehatan yang berbeda dengan

keluarga lain. Perbedaan ini akan dapat dibaca sebagai hasil yang akurat dengan adanya

keseragaman indikator. Sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah tercapainya area

prioritas/sasaran dari program ini.


BAB V

KESIMPULAN

Terobosan baru dalam pembangunan kesehatan berupa pendekatan keluarga ini memerlukan

dukungan dari berbagai pihak. Sampai kapan Indonesia harus terus menerus berkutat dengan

persoalan-persoalan kesehatan yang mendasar seperti tingginya angka kematian ibu/angka

kematian bayi (AKI-AKB), gizi buruk, penyebaran penyakit menular dan tidak menular?

Maka pertanyaan tersebut mungkin mampu dijawab dengan keberhasilan "Program Indonesia

Sehat dengan Pendekatan Keluarga".


BAB II

TINJAUAN TEORI

IV. Konsep Keluarga

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk meningkatkan

jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses pelayanan kesehatan di wilayah

kerjanya dengan mendatangi keluarga. Puskesmas tidak hanya menyelenggarakan

pelayanan kesehatan di dalam gedung, melainkan juga keluar gedung dengan mengunjungi

keluarga di wilayah kerjanya. Keluarga sebagai fokus dalam pendekatan pelaksanaan

program Indonesia Sehat karena menurut Friedman (1998), terdapat Lima fungsi keluarga,

yaitu:

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan

dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosialnya.

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk membina sosialisasi pada

anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.


3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan

kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

a. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga

di bidang kesehatan. Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

adalah:

b. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya,

c. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat,

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan

perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas kesehatan.

V. Pelaksanaan Pendekatan Keluarga Sehat

Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan

anak) sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga

terdapat kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap

terdiri lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program

Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status

kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai berikut.

1. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan

3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

4. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif

5. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan

6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar

7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur

8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok

10. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih

12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat (IKS)

dari setiap keluarga. Sedangkan keadaan masing-masing indikator, mencerminkan kondisi

PHBS dari keluarga yang bersangkutan.

Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau

dikembangkan, yaitu:

4. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.

5. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.

6. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.


Instrumen yang diperlukan di tingkat keluarga adalah sebagai berikut.

3. Profil Kesehatan Keluarga (selanjutnya disebut Prokesga), berupa family folder, yang

merupakan sarana untuk merekam (menyimpan) data keluarga dan data individu

anggota keluarga. Data keluarga meliputi komponen rumah sehat (akses/ ketersediaan

air bersih dan akses/penggunaan jamban sehat). Data individu anggota keluarga

mencantumkan karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain)

serta kondisi individu yang bersangkutan: mengidap penyakit (hipertensi,

tuberkulosis, dan gangguan jiwa) serta perilakunya (merokok, ikut KB, memantau

pertumbuhan dan perkembangan balita, pemberian ASI eksklusif, dan lain-lain).

4. Paket Informasi Keluarga (selanjutnya disebut Pinkesga), berupa flyer, leaflet, buku

saku, atau bentuk lainnya, yang diberikan kepada keluarga sesuai masalah kesehatan

yang dihadapinya. Misalnya: Flyer tentang Kehamilan dan Persalinan untuk keluarga

yang ibunya sedang hamil, Flyer tentang Pertumbuhan Balita untuk keluarga yang

mempunyai balita, Flyer tentang Hipertensi untuk mereka yang menderita hipertensi,

dan lain-lain.

Forum komunikasi yang digunakan untuk kontak dengan keluarga dapat berupa forum-forum

berikut.

5. Kunjungan rumah ke keluarga-keluarga di wilayah kerja Puskesmas.

6. Diskusi kelompok terarah (DKT) atau biasa dikenal dengan focus group discussion

(FGD) melalui DasaWisma dari PKK.

7. Kesempatan konseling di UKBM (Posyandu, Posbindu, Pos UKK, dan lain-lain).

8. Forum-forum yang sudah ada di masyarakat seperti majelis taklim, rembug desa,

selapanan, dan lain-lain.


Sedangkan keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra dapat diupayakan dengan

menggunakan tenaga-tenaga berikut.

3. Kader-kader kesehatan, seperti kader Posyandu, kader Posbindu, kader Poskestren,

kader PKK, danlain-lain.

4. Pengurus organisasi kemasyarakatan setempat, seperti pengurus PKK, pengurus

Karang Taruna, pengelola pengajian, dan lain-lain.

Target Program PIS PK pada tahun 2019 adalah pelaksaan di seluruh puskesmas di Indonesia

VI. Peran Pemangku Kepentingan

c) Peran Puskesmas

Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di tingkat Puskesmas

dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

7. Melakukan pendataan kesehatan keluarga menggunakan Prokesga oleh Pembina

Keluarga (dapat dibantu oleh kader kesehatan).

8. Membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas oleh tenaga pengelola data

Puskesmas.

9. Menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan menyusun rencana

Puskesmas oleh Pimpinan Puskesmas.

10. Melaksanakan penyuluhan kesehatan melalui kunjungan rumah oleh Pembina

Keluarga.

11. Melaksanakan pelayanan profesional (dalam gedung dan luar gedung) oleh tenaga

teknis/profesional Puskesmas.
12. Melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas oleh tenaga pengelola data

Puskesmas.

Kegiatan-kegiatan tersebut harus diintegrasikan ke dalam langkah-langkah manajemen

Puskesmas yang mencakup P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan-Pelaksanaan), dan P3

(Pengawasan-Pengendalian-Penilaian).

d) Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

Peran Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai pemilik Unit Pelaksana Teknis/Puskesmas

adalah mengupayakan dengan sungguhsungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 terpenuhi untuk semua Puskesmas di wilayah kerjanya. Dalam rangka

pelaksanaan pendekatan keluarga oleh Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan,

serta pemantauan dan pengendalian.

e) Peran Dinas Kesehatan Provinsi

Peran Dinas Kesehatan Provinsi dalam penyelenggaraan Puskesmas secara umum adalah

memfasilitasi dan mengoordinasikan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di wilayah kerjanya

untuk berupaya dengan sungguh-sungguh agar Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75

Tahun 2014 terpenuhi di semua Puskesmas. Dalam rangka pelaksanaan pendekatan keluarga,

Dinas Kesehatan Provinsi juga memiliki tiga peran utama, yakni: pengembangan sumber

daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan pengendalian.

f) Peran Kementerian Kesehatan

Kementerian Kesehatan sebagai Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan konkuren sebagaimana UU No. 23 Tentang Pemerintahan Daerah berwenang

untuk: (a) menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan

urusan pemerintahan; (b) melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap


penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, selain juga

pengembangan sumber daya, koordinasi dan bimbingan, serta pemantauan dan evaluasi.

g) Peran dan Tanggung Jawab Lintas Sektor

Keberhasilan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga diukur dengan Indeks

Keluarga Sehat, yang merupakan komposit dari 12 indikator. Semakin banyak indikator yang

dapat dipenuhi oleh suatu keluarga, maka status keluarga tersebut akan mengarah kepada

Keluarga Sehat. Sementara itu, semakin banyak keluarga yang mencapai status Keluarga

Sehat, maka akan semakin dekat tercapainya Indonesia Sehat.

Sehubungan dengan hal tersebut, disadari bahwa keberhasilan Program Indonesia Sehat

dengan Pendekatan Keluarga juga sangat ditentukan oleh peran dan tanggung jawab sektor-

sektor lain di luar sektor kesehatan (lintas sektor). Kementerian dan lembaga yang dapat ikut

berperan dalam program ini misalnya Kementerian PDT, Kemendikbud, Kemenristekdikti,

Kemenpan & RB, Kemenkominfo, Kemendagri/Pemda, Kemenperindag, Kemenaker,

Kemenag, BKKBN, TNI dan POLRI.


BAB III

PEMBAHASAN

PROGRAM INDONESIA SEHAT PENDEKATAN KELUARGA (PIS-PK) DALAM

PEMBANGUNAN KESEHATAN DI INDONESIA

VI. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar Di Negara Maju

Beberapa negara di dunia menerapkan konsep pelayanan kesehatan dasar atau dikenal

dengan istilah primary health care. Implementasi dari primary health care ini umumnya

berbeda-beda di tiap negara. Di beberapa negara maju,primary health carediterapkan

dengan memisahkan pelayanan perorangan/individu dengan pelayanan kesehatan

masyarakat.

Pelayanan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh petugas dan sarana kesehatan

milik publik yang didirikan khusus untuk itu, baik pemerintah ataupun swasta. Sedangkan

pelayanan kesehatan perorangan dilaksanakan oleh dokter keluarga.

Di negara-negara maju, seorang dokter keluarga harus memiliki kompetensi khusus

yang lebih baik dibandingkan seorang dokter umum biasa. Ada pendidikan tambahan yang

harus dijalani oleh dokter umum untuk menjadi dokter keluarga. Kompetensi khusus ini

yang diharapkan mampu menjadikan seorang dokter keluarga dapat memberikan

pelayanan kesehatan secara lebih menyeluruh dan berkesinambungan kepada suatu

individu ataupun kumpulan individu seperti keluarga. Pendekatan dokter keluarga

sebagaiprimary health caremerupakan suatu solusi dalam mewujudkan kualitas kesehatan

individu dan masyarakat yang lebih baik.

VII. Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar DiIndonesia


Berbeda dengan hal diatas, di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan perorangan

dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah terpadu yang dikenal sebagai pusat

kesehatan masyarakat (puskesmas). Sehingga puskesmas menjalankan kedua pelayanan

tersebut tidak perlu datang ke puskesmas jika tidak sakit. Disisi lain, petugas puskesmas

secara bersamaan.

Upaya kesehatan yang ada di puskesmas mencakup upaya kuratif, rehabilitatif,

preventif dan promotif. Dalam perkembangannya, Fungsi pelayanan kesehatan perorangan

dan masyarakat yang dilakukan oleh puskesmas berupa tindakan kuratif (pengobatan)

menjadi lebih dominan dibandingkan kegiatan-kegiatan promotif dan preventif.

Masyarakat menganggap bahwa menganggap bahwa kalau tidak ada yang datang ke

puskesmas, maka masyarakat sudah sehat. Sehingga ada anggapan bahwa puskesmas

identik dengan tempat berkumpulnya orang-orang sakit. Anggapan seperti ini harus dapat

diubah dengan program pendekatan keluarga.

VIII. Program Kesehatan Dengan Pendekatan Keluarga

Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karena

merupakan unit dari masyarakat, keluarga memiliki peran yang cukup signifikan dalam

menentukan derajat kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya derajat kesehatan keluarga

akan sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat

Sangat tepat Kementerian Kesehatan RI dalam menetapkan pendekatan keluarga untuk

mencapai keberhasilan pembangunan kesehatan. Pendekatan keluarga sebagai satuan

terkecil masyarakat dinilai akan lebih efektif dalam mengatasi berbagai persoalan

kesehatan seperti gizi buruk, sanitasi buruk, penyebaran penyakit menular seperti

tuberkolusis, HIV/AIDS, malaria serta pengendalian penyakit tidak menular seperti

obesitas, darah tinggi, diabetes dan lain-lain. Sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah, pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan

keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Menurut Friedman

(1998), terdapat lima fungsi keluarga yang salah satunya adalah fungsi perawatan atau
pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function).
Fungsi ini adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di

bidang kesehatan. Setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-masing

untuk mempertahankan kondisi kesehatan di dalam keluarga. Kondisi kesehatan yang

dipertahankan mencakup pencegahan, perawatan, pemeliharaan, termasuk upaya

membangun hubungan timbal balik antara keluarga dengan fasilitas kesehatan.

IX. Puskesmas Sebagai Penentu Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga


Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 39 Tahun

2016 tentang "Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan

Keluarga", pemerintah telah menetapkan bahwa pelaksana dari program ini adalah pusat

kesehatan masyarakat (puskesmas). Puskesmaslah ujung tombak dan penentu

keberhasilan program ini. Adapun area prioritas/sasaran yang telah ditetapkan oleh

pemerintah melalui program ini adalah penurunan angka kematian ibu/angka kematian

bayi (AKI dan AKB), penurunan prevalensi balita pendek (stunting), penanggulangan

penyakit menular dan penanggulangan penyakit tidak menular. Pelaksanaannya melalui

pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

rehabilitatif.

Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang

menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat

(UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan kepada data dan

informasi dari profil kesehatan keluarga.

Kedepan, puskesmas sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan milik

pemerintah harus lebih proaktif lagi dalam melaksanakan program-program

kesehatannya. Program preventif dan promotif harus kembali digalakkan. Melalui

pendekatan keluarga, diharapkan puskesmas dapat menangani masalah-masalah

kesehatan individu secara siklus hidup (life cycle). Ini artinya penanganan masalah

kesehatan dilakukan sejak fase dalam kandungan, proses kelahiran, tumbuh kembang

masa bayi-balita, usia sekolah dasar, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Fokusnya adalah

pada kesehatan individu-individu dalam keluarga. Hal ini sesuai dengan Rencana

Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015 -- 2019 dimana penerapan pelayanan

kesehatan harus terintegrasi dan berkesinambungan (continuum of care).


Contoh Kegiatan Program Pendekatan Keluarga

Salah satu bentuk dari pendekatan keluarga yang dapat dilakukan oleh puskesmas adalah

melalui kegiatan kunjungan rumah secara rutin dan terjadwal. Dengan kunjungan rumah,

puskesmas dapat memperoleh data profil kesehatan keluarga (prokesga) yang berguna untuk

mengenali secara lebih menyeluruh (holistic) masalah-masalah kesehatan di keluarga. Selain

itu, kegiatan promotif dan preventif terhadap keluarga juga dapat terlaksana dengan

kunjungan rumah.

Kombinasi dari profil kesehatan keluarga dan upaya promotif-preventif tentu akan lebih

efektif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di keluarga. Program pendekatan

keluarga yang dilaksanakan puskesmas juga secara langsung akan menguatkan manajemen

puskesmas secara internal, yang mencakup sumber daya manusia, pendanaan, sarana

prasarana, program kesehatan, sistem informasi dan jejaring dengan pihak terkait di lingkup

wilayah kerjanya seperti puskesmas pembantu (pustu), puskesmas keliling (pusling), pos

pelayanan terpadu (posyandu), bidan desa dan lain-lain.

X. Hal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Program Pendekatan Keluarga

Keberhasilan program ini tentunya memerlukan pemahaman dan komitmen yang

sungguh-sungguh, sistematis dan terencana dari seluruh petugas puskesmas. Kesamaan

pemahaman dan komitmen yang kuat akan menghasilkan tercapainya target area

prioritas/sasaran dari program ini. Komitmen untuk bekerja di dalam dan di luar gedung

puskesmas tentu juga perlu didukung oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten/Kota

sebagai induk dari puskesmas.

satu bentuk dukungan dari Dinkes adalah melalui alokasi anggaran berupa dana

operasional puskesmas. Walaupun puskesmas sudah memiliki dana kapitasi dari BPJS
Kesehatan yang dapat digunakan untuk pelaksanaan program ini, dukungan alokasi

anggaran dari Dinkes tentu juga diharapkan tetap didapatkan. Terlebih kegiatan

kunjungan rumah yang memerlukan pengorbanan ekstra dari petugas puskesmas.

Kunjungan rumah yang dilakukan harus mempertimbangkan jumlah petugas puskesmas,

jumlah keluarga di wilayah kerja puskesmas, kondisi geografis dan juga pendanaan.

Bila diperlukan, puskesmas dapat merekrut petugas tambahan dari kader-kader

kesehatan di wilayah kerjanya. Rekrutmen ini tentu merupakan hasil analisis kebutuhan

dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut di atas. Kunjungan rumah yang dilakukan

juga dapat menjadi sarana penyampaian pesan-pesan kesehatan kepada individu-individu

dalam keluarga. Maka petugas dapat memberikan leaflet/flyer tentang keluarga

berencana, pemeriksaan kehamilan, asi eksklusif, imunisasi, gizi seimbang, pencegahan

penyakit menular, pencegahan penyakit tidak menular, bahaya merokok, cara mencuci

tangan yang baik, jaminan kesehatan nasional dan lain-lain.

Profil kesehatan keluarga (prokesga) yang dibawa pada saat kunjungan rumah

mengacu pada indikator keluarga sehat yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan RI.

Hal ini untuk menyeragamkan pendataan agar efektif dan tepat sasaran. Data prokesga

didapat dari kunjungan rumah merupakan data yang sangat berharga bagi puskesmas.

Analisis yang akurat terhadap prokesga akan berguna untuk mengidentifikasi dan

menetapkan intervensi kesehatan apa saja yang dibutuhkan terhadap suatu keluarga.

Setiap keluarga tentu akan menghasilkan intervensi kesehatan yang berbeda dengan

keluarga lain. Perbedaan ini akan dapat dibaca sebagai hasil yang akurat dengan adanya

keseragaman indikator. Sehingga hasil akhir yang diharapkan adalah tercapainya area

prioritas/sasaran dari program ini.


DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.depkes.go.id/resources/download/lain/Buku%20Monitoring%20dan

%20Evaluasi%20PIS-PK.pdf

2. http://dinkes.dharmasrayakab.go.id/artikel/9/pprogram-indonesia-sehat-pendekatan-

keluarga-pis-pk-dalam-pembangunan-kesehatan-di-indonesia.html

3. https://www.scribd.com/document/365248303/SPM-PIS-PK-GERMAS-pdf

Anda mungkin juga menyukai