Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY.

“W” NEONATUS
CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DENGAN
ASFIKSIA BERAT DI PUSKESMAS MANDING

OLEH:
SRI YUNITA SURAIDA SALAT, S.ST., M.Kes
NPM. 721650105

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
SUMENEP
2021
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. “W” NEONATUS
CUKUP BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DENGAN
ASFIKSIA BERAT DI PUSKESMAS MANDING

Disetujui di Poli Kesehatan Reproduksi

Mahasiswa

SRI YUNITA SURAIDA SALAT, S.ST., M.Kes


NPM. 721650105

Mengetahui Mengetahui
Dosen Pembimbing Klinik Pembimbing Lahan Praktek

AHMANIYAH, S.ST.M.Tr.Keb. Hj. AISSATURIDA, S.ST.


NIDN. 0726058501 NIP. 19700916199002.001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan laporan asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Ny. “W” Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Dengan Asfiksia Berat Di
Puskesmas Saronggi Kec. Saronggi Kab. Sumenep” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan asuhan kebidanan ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan tugas. Dalam
penyusunan asuhan kebidanan ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari
berbagai pihak.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan asuhan kebidanan ini masih belum
sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan
laporan asuhan kebidanan ini selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini
bermanfaat.

Sumenep, 02 April 2021


Penyusun

Maghfirotil Jannah

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................i
Halaman Pengesahan...........................................................................................................ii
Kata Pengantar.....................................................................................................................iii
Daftar Isi..............................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan......................................................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
A. Konsep Dasar Asfiksia............................................................................................4
B. Konsep Menejemen kebidanan................................................................................11
BAB III TINJAUAN KASUS...........................................................................................15
A. Data Subjektif..........................................................................................................15
B. Data Objektif............................................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................21
BAB V PENUTUP.............................................................................................................24
A. Kesimpulan..............................................................................................................24
B. Saran........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernapas
secara spontan dan teratur segera setelah bayi lahir. Keadaan ini disertai
dengan keadaan hipoksia, hiperapnea, dan berakhir dengan asidosis (Jumiadi
dkk, 1994). Asfiksia oleh pertukaran gas yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan hipoksemia dan asidosis campur akibat pembentukan asam
lakta dan penumpukan karbondioksida (Drew David, 2008). Akibat-akibat
asfiksia akan bertambah apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara
sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut
yang mungkin timbul (Wiknjosastro, 1999).
World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir
di dunia, secara global 4 juta (33 per seribu) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per
seribu) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal). Kira-kira 3,6 juta
(3%) dari 120 juta bayi lahir mengalami Asfiksia Neonatorum, hampir 1 juta
(27, 78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari kematian bayi terjadi di
Negara-negara yang sedang berkembang. Angka Kematian Bayi (AKB)
hingga kini masih tinggi, yaitu 37 per 1.000 kelahiran hidup, beberapa di
antara penyebab adalah Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi (WHO, 2010).
Berdasarkan data yang diperoleh Angka Kematian Bayi (AKB) secara
nasional tahun 2004 sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran, sedangkan tahun 2005
meningkat 35 per 1.000 kelahiran hidup. Di Indonesia, dari seluruh kematian
bayi 47% meningal pada masa neonatal.
Penyebab kematian bayi di Indonesia antara lain Bayi Baru Lahir
Rendah (BBLR) (10,2%), Asfiksia Neonatorum (27%), trauma lahir, Tetanus
Neonatorum, infeksi lain dan kelainan congenital (44%) (Riskesdas, 2013).
Adaun data yg diperoleh pada tahun 2012 di Kabupaten Sumenep ditemukan
801 neonatus risti/komplikasi dari perkirakan sasaran 2.220 orang (36,08%),
menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2011 yang sebesar 40,2%.
Cakupan tersebut masih dibawah target nasional 80%. Untuk proses rujukan

1
di Kabupaten Sumenep ada 11 Puskesmas PONED yang siap melayani ibu
hamil komplikasi dan untuk kasus komplikasi dengan penanganan lanjut
dirujuk ke Rumah sakit.
Penyebab langsung kematian bayi dan balita sebenarnya relatif dapat
ditangani secara mudah, dibandingkan upaya untuk meningkatkan perilaku
masyarakat dan keluarga yang dapat menjamin kehamilan, kelahiran, dan
perawatan bayi baru lahir yang lebih sehat. Sebagian besar bayi baru lahir
bernapas (bahkan menangis) secara spontan dan membentuk sirkulasi yang
efektif kurang lebih segera setelah lahir. Serangkaian perubahan fisiologis
yang kompleks, terutama pada system pernapasan dan kardiovaskuler,
biasanya diperlukan untuk memudahkan peralihan kehidupan intrauterin ke
ekstrauterin (Drew David, 2008).
Solusi untuk mencegah agar bayi tidak lahir dengan asfiksia yaitu
dengan memerhatikan faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya
asfiksia dan dari faktor-faktor tersebut dilakukan penanganan segera agar
tidak terjadi asfiksia pada saat kelahiran bayi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan suatu rumusan
masalah yaitu “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. “W” Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan Dengan Asfiksia Berat Di Puskesmas
Manding”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia sehingga dapat memperluas, memperbanyak pengetahuan
dan keterampilan mengenai asuhan kebidanan pada pasien dengan
kegawatdaruratan obstetrik di ruangan bersalin Puskesmas Saronggi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengkajian pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat
secara komperhensif melalui pendekatan asuhan kebidanan di ruangan
bersalin Puskesmas Manding

2
b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah
bayi baru lahir dengan asfiksia berat melalui pendekatan asuhan
kebidanan di ruangan bersalin Puskesmas Manding
c. Mengidentifikasi masalah potensial pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat pendekatan asuhan kebidanan di ruangan bersalin Puskesmas
Manding
d. Mengidentifikasi tindakan segera pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat untuk mencegah masalah potensial di ruangan bersalin Puskesmas
Manding
e. Merencanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia
berat melalui pendekatan asuhan kebidanan di ruangan bersalin
Puskesmas Manding
f. Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan pada bayi
baru lahir dengan asfiksia berat di ruangan bersalin Puskesmas
Manding
g. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat di ruangan bersalin Puskesmas Manding
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
2. Bagi Institusi
Dapat dijadikan sebagai referensi perpustakaan Universitas Wiraraja
Madura.
3. Bagi Pembimbing Praktik
Hasil penulisan dapat digunakan sebagai pedoman oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan
.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Asfiksia
1. Definisi
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat
mengeluarkan zat asam laktat dari tubuh (Dewi, 2010). Asfiksia adalah
keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapt bernapas
spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut (Manuaba, 2001). Asfiksia neonatorum adalah keadaan di
mana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
bayi lahir (Marmi, 2012). Keadaan ini disertai dengan keadaan hipoksia,
hiperapnea, dan berakhir dengan asidosis (Jumiami dkk, 1994).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan C02 dan
asidosis (Saiffudin Abdul dkk, 2006).
2. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah utero-plasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukan dengan
gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
a. Faktor ibu
1) Preeklampsi dan eklampsi
2) Perdarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan lewat waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

4
b. Faktor Tali pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
1) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstrasi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) (Marmi, 2012).
3. Diagnosis
Anamnesis :
a. Gangguan atau kesulitan waktu lahir (perdarahan antepartum, lilitan tali
pusat, sungsang, ekstrasi vakum, ekstraksi forsep, dll)
b. Lahir tidak bernapas/menangis
c. Air ketuban bercampur mekonium
Pemeriksaan fisik :
a. Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
b. Denyut jantung kurang dari 100x/menit
c. Kulit sianosis, pucat
d. Tonus otot menurun
e. Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nilai/Skor APGAR
(JNPKKR, 2008)
4. Patofisiologi
Asfiksia terjadi jika oksigen terlalu sedikit dan terlalu banyak karbon
dioksida dan asam laktat di dalam darah. Konsekuensi dari kondisi ini
adalah gagal napas yang akhirnya menyebabkan metabolisme pernapasan
bayi berubah dari aerob menjadi anaerob. Terjadi asidosis metabolik. Bayi
yang mengalami anoksik dapat berada pada empat fase, bergantung pada
tingkat hipoksia intrauterine yang terjadi :

5
a. Hiperventilasi
b. Apnea primer
c. Napas terengah-engah
d. Apnea sekunder atau terminal (EGC, 2002).
5. Klasifikasi
a. Asfiksia Berat (Nilai apgar 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan
gejala yang mencul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut :
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu < 60 kali per menit
2) Tidak ada usaha napas
3) Tonus otot lemah bahkan hamper tidak ada
4) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberirangsangan
5) Bayi tampak pucat sampai berwarna kelabu
6) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan
b. Asfiksia Sedang (Nilai apgar 4-6)
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala adalah sebagai berikut :
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali per menit
2) Usaha napas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5) Bayi tampak sianosis
6) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan
c. Asfiksia Ringan (Nilai apgar 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala adalah sebagai berikut :
1) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali per menit
2) Bayi tampak sianosis
3) Adanya retraksi sela iga
4) Bayi merintih (grunting)
5) Adanya pernapasan cuping hidung

6
6) Bayi kurang aktivitas
7) Dari pemeriksaan askultasi diperoleh hasil ronchi, rales dan
wheezing positif (Dewi, 2010).
Tabel Apgar Score
Klinis 0 1 2
Detak Jantung Tidak ada < 100/menit Lebih dari
100/menit
Pernapasan Tidak ada Tidak teratur Tangis Kuat
Refleks waktu Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
jalan napas
dibersihkan
Tonus Otot Lunglai Fleksi/ekstermitas Fleksi kuat Gerak
(lemah) aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah Merah seluruh
Ekstermitas biru Tubuh

6. Komplikasi
Menurut Maryunani (2009), kompliasi yang muncul pada asfiksia
neonatorum antara lain :
a. Otak : Hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan
cerebral palsy (CP)
b. Jantung dan paru : Hipertensi pulmonalis, persisten pada neonatus,
perdarahan paru, edema paru
c. Gastrointestinal : Enterokolitis nekrotikans
d. Ginjal : Tubular nekrosis akut, siadh
e. Hematologi : DIC
7. Penanganan Asfiksia pada BBL
Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum
menurut Dewi (2010), adalah sebagai berikut :
a. Segera membaringkan kepala bayi dengan sedikit ekstensi dan
penolong berdiri di sisi kepala bayi dan bersihkan kepala dari air
sisaketuban

7
b. Memiringkan kepala bayi
c. Membersihkan mulut dengan kasa yang di balut pada jari telunjuk
d. Mengisap cairan dari mulut dan hidung
e. Melanjutkan menilai status pernapasan, apabila masih ada tanda
asfiksia caranya dengan menggosok punggung bayi (melakukan
rangsangan taktil). Bila bayi ada perubahan segera buat nafas buatan.
Bayi baru lahir dengan apnu primer dapat memulai pola pernapasan
biasa. Walaupun mungkin tidak teratur dan tidak efektif, tanpa interfensi
khusus. Bayi baru lahir dengan apnu sekunder tidak akan bernapas sendiri.
Pernapasan buatan atau tindakan ventilasi dengan tekanan positif (VTP)
dan oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernapasan pada
bayi baru lahir dengan apnu sekunder.
Resusitasi yang efektif dapat membantu pernapasan awal dan
mencegah asfiksia progresif. Resusitasi bertujuan untuk memberikan
ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup
untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat vital lainnya
(Manuaba, 2001). Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-
tahapan yang dikenal sebagai beikut :
a. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Setiap persalinan penolong harus selalu siap melakukan
tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat
menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya
penolong. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru
lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat dan meninggal
(Asuhan Persalinan Normal, 2007).
b. Persiapan Keluarga
Hal utama yang dilakukan sebelum menolong persalinan,
bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan
yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang
dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan

8
melakukan tindakan yang diperlukan (Asuhan Persalinan Normal,
2007).

c. Persiapan Tempat Resusitasi


Persiapan yang dilakukan meliputi ruang bersalin dan tempat
resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat
resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja,
papan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan
untuk mengatur poosisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya
didekat sumber pemanas (misalnya : lampu sorot) dan tidak banyak
tiupan angin (jendela, atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan
lampu sorot atau bola lampu berdaya 60 watt atau lampu gas minyak
bumi (pertamax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
d. Persiapan Alat Resusitasi
Alat resusitasi perlu disipakan sebelum menolong persalinan,
selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam
keadaan siap pakai, yaitu :
1) 2 helai kain/handuk
2) Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos,
selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm, dan mudah
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.
3) Alat pengsap lendir De Lee atau bola karet
4) Tabung dan sungkup atau neonatal
5) Kotak alat resusitasi
6) Jam atau pencatat waktu (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
e. Penilaian Segera
Penilaian segera setelah bayi lahir, letakan kepala bayi di perut
bawah ibu atau dekat perenium (harus bersih dan kering). Cegah
kehilangan panas dengan menjawab 2 pertanyaan :
1) Apakah bayi menangis kuat, tidak bernapas atau megap-megap?
2) Apakah bayi lemas?

9
Setelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru
lahir perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan.
Penundaan pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit
dan potong tali pusat dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang
telah disediakan. Lanjut dengan langkah awal resusitasi. (Asuhan
Persalinan Normal, 2007).
f. Langkah-langkah Resusitasi BBL
Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi pernapasan
bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan terselamatkan hidupnya
tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini merupakan dilemma
bagi penolong tunggal persalinan karena di samping menangani ibu
bersalin, bidan juga harus menyelamatkan bagi yang mengalami
asfiksia.
 Langkah Awal
Sambil melakukan langkah awal :
1) Beritahu ibu dan keluarganya bahwa bayinya memerlukan
bantuan untuk memulai bernapas
2) Minta keluarga mendampingi ibu (member dukungan moral,
menjaga dan melaporkan kepada penolong apabila terjadi
perdarahan.
Langkah awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik).
Secara umum, 6 langkah awal di bawah ini cukup untuk
merangsang bayi baru lahir untuk bernapas dengan spontan dan
teratur.
 Hangatkan
1) Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat
perut ibu
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
3) Pindahkan bayi ke atas kain tempat resusitasi
 Atur posisi bayi
1) Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong
2) Ganjar bahu agar kepala sedikit ekstensi

10
 Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir De Lee atau bola karet
1) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir
di hidung
2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap ( bukan pada saat
memasukan)
3) Bila menggunakan pengisap lendir De Lee jangan memasukan
ujung pengisap terlalu dalam (5 cm ke dalam mulut dan 3 cm ke
dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi
melambat atau berhenti napas bayi
 Keringkan dan rangsang taktil
1) Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai
pernapsan bayi atau pernapasan lebih baik
2) Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara yaitu menepuk
atau menyentil telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada
atau tungkai bayi dengan telapak tangan.
 Atur Kembali Posisi Kepala dan Selimuti Bayi/Reposisi
1) Ganti kain yang telah basah dengan kain barsih dan keringkan
yang baru (disiapkan)
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka
dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
3) Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit eksitensi).
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur.
 Nilai Keadaan Bayi
1) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megapmegap
atau tidak bernapas .
2) Penilaian bila bayi bernapas normal berikan pada ibunya dengan
cara letakan bayi diatas dada dan selimuti keduanya untuk
menjaga kehangatan tubuh bayi melalui persentuhan kulit ibu-

11
bayi, dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil
membelainya.
3) Bila bayi tidak bernapas atau megap-megap; segera lakukan
ventilasi. (Asuhan Persalinan Normal, 2007).

 Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan
bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi
dilakukan pada keadaan : 1. Resusitasi Berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna
kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan
tonus otot dan bergerak aktif, bayi menangis dan bernapas normal
sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi (Marmy, 2012).
Lanjutkan dengan asuhan berikutnya yaitu:
1) Pemantauan pasca resusitasi
2) Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
3) Membuat catatan tindakan resusitasi
4) Konseling kepada keluarga (Wiknjosastro, 1999)
 Konseling :
1) Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang
yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
2) Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan
tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungipenolong.
3) Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan
gangguan pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI
segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan.
4) Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan
dengan metode kanguru)
5) Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tandatanda
bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan
segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.
Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk :

12
1) Anjurkan ibu menyusu sambil membelai bayinya
2) Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
Lakukan pemantauan seksama terhadap bayi pasca resusitasi
selama 2 jam pertama :
1) Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
(a) Tarikan interkrostal, napas megap-megap, frekuensi napas
±60 x/menit
(b) Bayi kebiruan atau pucat, pantau juga bayi yang tampak
pucat walaupun tampak bernapas normal.
2) Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering Tunda memandikan
bayi hingga 6-24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh
telah normal dan stabil). (Marmy, 2012).
B. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, bidan
menerapkan pola pikir dengan menggunakan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan menurut varney. Manajemen kebidanan tersebut terdiri
atas tujuh langkah. Menurut IBI (50 tahun IBI). Manajemen kebidanan
adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode
pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
2. Prinsip
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah
pemecahan masalah dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya
pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5
langkah.setelah menggunakanny, varney melihat ada bebrapa hal yang
penting disempurnakan. misalnya seorang bidan dalam manajemen yang
dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengatasi masalah atas atas diagnosa
potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa
kebidanan akan menemukan diagnosa atau masalah potensial ini. Varney
kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7

13
langkah. Ia menambahkan langkah ke-3 agar bidan lebih kritikal
mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Proses manajemen kebidanan sesuai standar yang dikelurkan oleh
American College Of Nurse Midwife (ANCM) terdiri dari :
a. Secara sistemaris mengumpulkan data dan memperbaharui data yang
lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang
komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk pengumpulan
riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan
interprestasi data dasar
c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam
menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan
bersama klien
d. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
e. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana
individual
b. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen
denganberkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan
selanjutnya
c. Melaksanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
d. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
3. Tahapan dalam Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengumpulan Data Dasar
Pengumpulan semua data yang dibutuhkan baik melalui
anamnesis maupun pemeriksaan untuk menilai keadaan klien secara
menyeluruh seperti pemeriksaan laboratorium dan USG
b. Perumusan Diagnosis dan Masalah Aktual
Pada tahap ini merupakan pengembangan dari interpretasi data
dasar yang telah dikumpulkan sebelumnya kedalam identifikasi yang
spesifik mengenai masalah atau diagnosis.

14
Masalah adalah hal yang berhubungan dengan apa yang dialami
klien. Pengetahuan profesional sebagai dasar/arahan untuk mengambil
tindakan. Diagnosis kebidanan yang ditegakkan harus berlandaskan
atas ancaman keselamatan hidup klien.
c. Perumusan Diagnosis dan Masalah Potensial
Identifikasi adanya masalah potensial dari diagnosis atau
masalah yang ada, hal ini dilakukan sebagai tindakan antisipasi atau
pencegahan untuk segala sesuatu yang dapat terjadi.
d. Pelaksanaan Tindakan Segera atau Kolaborasi
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
e. Perumusan Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan
Pengembangan suatu rencana tindakan yang komprehensif,
ditentukan berdasarakan langkah sebelumnya. Suatu rencana tindakan
yang komprehensif tidak hanya mencakup indikasi apa yang timbul
berdasarkan kondisi klien tetapi juga menyangkut masalah yang
berhubungan dengan kondisi tersebut dan juga dapat berupa
bimbingan yang diberikan terlebih dahulu kepada ibu terhadap apa
yang diharapkan selanjutkan.
f. Pelaksanaan
Tindakan Pelaksanaan asuhan yang telah direncanakan dengan
memperhatikan efisiensi dan keamanan tindakan.
g. Evaluasi
Evaluasi adalah cara menilai tentang keefektipan tindakan yang
telah diberikan serta mengadakan penyesuaian kembali pada langkah
sebelumnya pada setiap aspek dari proses manajemen yang efektif.

15
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY. W. NEONATUS CUKUP
BULAN SESUAI MASA KEHAMILAN DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI PUSKESMAS MANDING

Tanggal Pengkajian : 02 Desember 2021


Jam : 09.00 WIB
No. RM :-
I. IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Data Subjektif (Pengkajian Data)
1. Identitas
a. Identitas Bayi
Nama Bayi : By. Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Tgl.Lahir : 02/12/2021 Jam : 09.00
WIB
Anak Ke :1
b. Identitas Orang tua
Nama Ibu / Ayah : Ny. W / Tn. R
Umur : 23 Tahun / 26 Tahun
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Swasta
Alamat : Muangan
2. Keluhan Utama
Bayi lahir spontan pada hari Jum’at tanggal 02-12-21 jam 09.00
WIB, pernafasan lemah, pergerakan sedikit, bayi tidak segera menangis,
serta seluruh tubuh berwarna pucat atau kebiruan.
3. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I : ANC 2 kali di BPM

16
Trimester II : ANC 3 kali di BPM dan RS (Dokter SpOG)
Trimester III : ANC 3 kali di BPM
b. Riwayat Persalinan Sekarang
Usia kehamilan : 40 minggu
Kehamilan tunggal/kembar : Tunggal
Jenis persalinan : Spontan
Indikasi : Post date 3 hari
Lama Persalinan : 4 jam 35 menit
Kala I : 4 jam
Kala II : 30 menit
Kala III : 5 Menit
Ketuban pecah jam : 08.35 WIB
Warna : Keruh bercampur mekonium
Bau : Anyir
Letak janin : Letak kepala
Lilitan Tali Pusat : Tidak Ada
Tanda gawat janin : Asfiksia Berat
Resusitasi : Iya, segera setelah bayi lahir
Obat yang diberikan pada bayi : O2 2 liter/menit
4. Riwayat Kesehatan Saat Ini
a. K/U bayi : Lemah
b. Diagnosa medis : Asfiksia Berat
c. Diagnosa potensial : Terjadinya kematian
d. Tindakan medis : Kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk
tindakan resusitasi
B. Data Objektif
1. Tanda-tanda Vital
 Suhu : 35 °C
 Nadi : 60x/menit
 RR : 25x/menit
2. Antropometri
 BB : 2.600 gram LK : 32 cm

17
 PB : 51 cm LD : 31 cm
 A-S : 4-5 Lila : 11 cm
3. Pemeriksan fisik
 Kepala
UUB : Normal UUK : Normal
Moulage : 0 Caput Succudenum :
Tidak Ada
Bentuk Kepala : Normal, Bulat Keadaan Tubuh :
Bersih
 Mata
Bentuk Mata : Simetris, Normal
Pupil Mata : Nomal Sklera : An Ikterik
Keadaan : Bersih Bulu Mata : Tidak
Ada Kelainan
 Hidung
Bentuk : Normal Lubang Hidung :
Terdapat Septum
Pernafasan Cuping Hidung : Lemah Keadaan : Lemah
 Mulut
Bentuk : Normal Palatum : Ada Gusi : Normal
Reflek Hisap : Lemah Bibir : Normal
 Telinga
Posisi : Sejajar Keadaan : Normal
 Leher
Pembesaran Vena/Kelenjar : Tidak Ada Pergerakan
Leher : Normal
 Dada
Posisi : Simetris
Mamae : Simetris, Ada, Normal Suara Nafas :
Merintih
 Perut
Bentuk : Normal, tidak ada perdarahan tali pusat

18
 Punggung-Bokong
Bentuk : Normal
 Ekstremitas atas dan bawah
Jari Tangan : Lengkap Jari Kaki : Lengkap
Posisi dan Bentuk : Normal Pergerakan : Lemah
 Genetalia
Bentuk : Normal
 Refleks
 Menghisap (Sucking) : Lemah
 Menggenggam (graping) : Lemah
 Reflek kaki (Staping) : Lemah
 Reflek Moro : Lemah

4. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium :-
 Radiologi :-

II. INTERPRETASI DATA DASAR


Diagnosa : Bayi Cukup Bulan Sesuai Usia Kehamilan 40 minggu dengan
asfiksia berat
Ds : By. Ny. W, perempuan, lahir tanggal 02/12/2021, jam 09.00 WIB
Do :
 Bayi lahir spontan jam 09.00 WIB
 Bayi tidak segera menangis, seluruh tubuh tampak pucat atau
kebiruan, pernapasan cuping hidung lemah.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL


Terjadinya kematian

IV. TINDAKAN SEGERA


1. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.

19
R/ : Untuk mengetahui kondisi bayi dan untuk menentukan tindakan
resusitasi
2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk tindakan segera
R/ : Untuk mengetahui hasil pemeriksaan selanjutnya
3. Keringkan tubuh bayi dan berikan pernafasan luar dengan sinar lampu.
R/ : Suhu intra uterin dan ekstra uterin sangatlah berbeda dimana pada
bayi baru lahir penyesuaian suhu diluar kandungan sangat memerlukan
pengawasan agar tidak terjadi kehilangan panas pada bayi yang
mengakibatkan hipotermi.
4. Atur posisi bayi, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan
penghisapan saluran pernafasan bagian atas harus segera dilakukan.
R/ : Agar cairan tidak teraspirasi masuk kedalam paru-paru sehingga bayi
dapat segera bernafas dengan spontan
5. Lakukan rangsangan taktil
R/ : Dengan rangsangan taktil bayi dapat segera menangis karena
rangsangan taktil dapat merangsang pernafasan dan meningkatkan aspirasi
O2
6. Lakukan ventilasi tekanan positif menggunakan ambubag yang diselingi
dengan kompresi dada
R/ : Dengan ventilasi bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung
kembali normal
7. Observasi kembali keadaan umum dan TTV bayi
R/ : Untuk mengetahui perkembangan bayi

V. PENGEMBANGAN RENCANA
Tanggal : 02/12/2021 Jam : 09.10
WIB
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami asfiksia berat dan
harus segera dilakukan tindakan
R/ : Agar ibu keluarga mengetahui bahwa bayi akan dilakukan tindakan
2. Nilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.

20
R/ : Untuk mengetahui kondisi bayi dan untuk menentukan tindakan
resusitasi
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp. A untuk tindakan segera
R/ : Untuk mengetahui hasil pemeriksaan selanjutnya
4. Keringkan tubuh bayi dan berikan pernafasan luar dengan sinar lampu.
R/ : Suhu intra uterin dan ekstra uterin sangatlah berbeda dimana pada
bayi baru lahir penyesuaian suhu diluar kandungan sangat memerlukan
pengawasan agar tidak terjadi kehilangan panas pada bayi yang
mengakibatkan hipotermi.
5. Atur posisi bayi, bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan
penghisapan saluran pernafasan bagian atas harus segera dilakukan.
R/ : Agar cairan tidak teraspirasi masuk kedalam paru-paru sehingga bayi
dapat segera bernafas dengan spontan
6. Lakukan rangsangan taktil
R/ : Dengan rangsangan taktil bayi dapat segera menangis karena
rangsangan taktil dapat merangsang pernafasan dan meningkatkan aspirasi
O2
7. Lakukan ventilasi tekanan positif menggunakan ambubag yang diselingi
dengan kompresi dada
R/ : Dengan ventilasi bayi dapat bernafas spontan dan frekuensi jantung
kembali normal
8. Observasi kembali keadaan umum dan TTV bayi
R/ : Untuk mengetahui perkembangan bayi

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 02/12/2021 Jam : 09.15
WIB
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami asfiksia berat
dan akan segera dilakukan tindakan.
2. Menilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung bayi.

21
3. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak untuk pemberian O2
melalui kateter hidung dan advice dokter berikan O2 1-2 liter/menit jika
warna kulit tetap biru
4. Mengeringkan tubuh bayi dan memberikan pernafasan luar dengan sinar
lampu.
5. Mengatur posisi bayi dengan kepala sedikit ekstensi pada saat pengisapan
lendir dengan mucus extractor
6. Melakukan rangsangan taktil dengan menepuk bokong dan kaki bayi
7. Melakukan ventilasi tekanan positif menggunakan ambubag yang diselingi
dengan kompresi dada dengan perbandingan 3x kompresi dada dan 1x
ventilasi sampai bayi bisa bernafas spontan dan frekuensi jantung
>100x/menit.
8. Mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi
a. Keadaan umum bayi masih lemah
b. Tanda-tanda vital:
1) Pernafasan tidak teratur atau lemah
2) Frekuensi jantung tidak teratur atau lemah
3) Suhu tubuh 34°C

VII.Evaluasi
Tanggal : 02/12/2021 Jam : 09.40
WIB
1. Bayi tidak menangis dan tidak dapat bernafas spontan
2. Warna kulit bayi pucat dan kebiruan
3. Resusitasi tidak berhasil
4. Bayi tidak bergerak
5. Keadaan umum bayi meninggal
6. Bidan dan dokter sudah melakukan tindakan yang maksimal akan tetapi
bayi tidak terselamatkan.
7. Bayi dinyatakan meninggal pada jam 09.40 WIB

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membandingkan tentang kesenjangan antara teori
dan hasil tinjauan kasus pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny. W dengan
asfiksia berat di Puskesmas Manding pada tanggal 02-12-2021.
Dalam hal ini, penulis akan membahas berdasarkan pendekatan asuhan
kebidanan dengan 7 langkah Varney yaitu pengumpulan data dasar, merumuskan
diagnosis atau masalah aktual, merumuskan masalah atau masalah potensial,
melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan
kebidanan, melakukan tindakan asuhan kebidanan, dan mengevaluasi asuhan
kebidanan
Langkah I : Analisis Data
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara langsung
dengan pasien atau dari keluarga (Sudarti, 2010). Menurut Marmi (2012) asfiksia
neonatorum adalah keadaan di mana bayi tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah bayi lahir.
Data subyektif menurut Dewi (2012) salah satu menentukan apakah bayi asfiksia
berat yaitu bayi tidak segera menangis (merintih). Pada kasus, data subyektif yang
di dapatkan yaitu ibu mengatakan bayinya lembat menangis.
Data obyektif menurut Dewi (2012) untuk menentukan bayi asfiksia berat
yaitu takipnea dengan napas kurang dari 60 kali per menit, bayi tampak sianosis,
bayi merintih, pernapasan cuping hidung tampak lemah, bayi kurang bergerak,
adanya retraksi sela iga dan dari pemeriksaan askultasi diperoleh hasil ronchi,
rales dan wheezing positif. Pada kasus, pernapasan < 60x/menit, seluruh tubuh
pucat atau kebiruan. Pada pengkajian ini terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
Langkah II : Masalah Aktual
Kriteria menentukan diagnosa asfiksia berat yaitu dengan penilaian
menggunakan APGAR score. Menurut Dewi (2010), pada asfiksia berat, tanda
dan gejala adalah : takipnea dengan napas kurang dari 60 kali per menit, bayi
tampak sianosis, adanya retraksi sela iga, bayi tidak menangis, pernapasan cuping

23
hidung tampak lemah, pergerakan lemah, dari pemeriksaan askultasi diperoleh
hasil ronchi, rales dan wheezing kurang.
Pada kasus By. Ny. W didapatkan hasil pemeriksaan fisik adalah seluruh
tubuh pucat atau kebiruan, bayi tidak segera menangis, bayi kurang bergerak,
pernapasan cuping hidung lemah. Kesimpulanya pada kasus ini terdapat
kesenjangan antar teori dan kasus.

24
Langkah III : Masalah Potensial
Menurut Maryunani (2009), salah satu komplikasi yang mungkin terjadi
adalah gangguan jantung dan paru yaitu bayi akan sulit bernafas dan akan
menyebabkan kematian pada bayi.
Langkah ini bidan dituntut untuk mampu mengatasi masalah potensial tetapi
juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah tidak terjadi (Varney,2004).
Antisipasi masalah potensial dalam kasus ini adalah terjadinya kematian.
Kesimpulannya pada kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi
Pada tinjauan pustaka dikatakan bahwa sebelum melakukan berbagai
tindakan pada bayi sebaiknya dikolaborasikan dengan dokter Sp. A untuk
pelaksanaan resusitasi yang efektif. Untuk menentukan tindakan resusitasi segera,
maka segera setelah bayi lahir dilakukan tiga penilaian penting yaitu menilai
pernafasan, frekuensi jantung, dan warna kulit, setelah dilakukan penilaian maka
resusitasi segera dengan ABC resusitasi dan rangsangan taktil.
Pada studi kasus, pelaksanaan resusitasi dikolaborasikan dengan dokter Sp.
A untuk mendapatkan hasil tindakan yang lebih efektif, adapun tindakan resusitasi
segera yang diberikan yaitu melakukan ABC resusitasi, kemudian melakukan
rangsangan taktil, apabila bayi masih tampak pucat maka pemberian O2 2
liter/menit dilakukan.
Langkah V : Rencana Asuhan
Langkah ini merupakan kelanjutan dari manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi. Menurut Winkjosastro (2003), rencana yang
dapat dilakukan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat adalah menilai usaha
bernafas bayi, memberikan O2, keringkan dan bungkus bayi dengan kain agar
tetap hangat, bersihkan jalan napas dengan hisap lendir pada hidung dan mulut
dengan menggunakan mucus extractor, keringkan badan, bersihkan badan, atur
posisi lalu nilai, lakukan ventilasi dan kompres dada, pemeriksaan tanda- tanda
vital dan antropometri.
Rencana asuhan yang diberikan pada By. Ny. W dengan asfiksia berat
adalah melakukan langkah awal resusitasi berupa HAIKAL dan jika pada
penilaian langkah awal resusitasi berhasil, maka akan dilanjutkan dengan IMD

25
selama 1 jam serta perawatan bayi baru lahir. Pada kasus ini terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus.
Langkah VI : Implementasi
Dalam tinjauan pustaka dikatakan bahwa semua tindakan yang telah
direncanakan dilaksanakan dengan memperhatikan efesiensi dan keamanan
tindakan yang diberikan pada klien sesuai dengan kondisi klien atau kebutuhan
klien
Pada studi kasus bayi Ny. W dengan asfiksia berat, semua tindakan yang
telah direncanakan sudah terlaksana dengan baik akan tetapi terdapat hambatan
karena bayi tidak juga bernafas dengan baik, pergerakan lemah, frekuensi jantung
lemah, dan seluruh tubuh berwarna kebiruan atau pucat.
Langkah VII : Evaluasi
Menurut Varney (2007), apabila tindakan yang telah dilakukan dianggap
tidak efektif, dilakukan penyesuain rencana asuhan selanjutnya. Bayi lahir dengan
asfiksia berat, dilakukan langkah awal resusitasi selama 30 detik, kemudian
dilakukan penilaian yaitu bayi tidak dapat menangis, bayi tidak dapat bernapas
spontan dan teratur, bayi tidak bergerak, denyut jantung lemah, warna kulit pucat
atau kebiruan, sehingga resusitasi dikatakan tidak berhasil. Pada kasus ini terjadi
kesenjangan antara teori dan kasus.

26
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di ruangan bersalin Puskesmas Manding pada tanggal 02/12/2021 telah
diterapkan asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan 7 (tujuh) langkah varney yang meliputi pengkajian, analisa
masalah dan diagnose, antisipasi masalah potensial, tindakan segera,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada By. Ny. W dengan asfiksia berat
dan dapat disimpulkan :
1. Pada pengkajian pada Ny. W yaitu :
DS : Ibu mengatakan melahirkan pada tanggal 02/12/2021, pukul 09.00
WIB, spontan, normal, berjenis kelamin perempuan namun tidak segera
menangis dan seluruh tubuh pucat atau kebiruan
DO : Pemeriksaan umum : K/U lemah, kesadaran menurun. Tanda-tanda
vital : Suhu 34 °C, Nadi < 60x/menit, pernapasan 20x/menit. Pengukuran
antropometri : Berat Badan 2.600 gram, Panjang Badan 51 cm, Lingkar
Kepala 32 cm, Lingkar Dada 31 cm. Pemeriksaan fisik di kepala tidak ada
caput succedenum, tidak ada cephal haematoma, mata berwarna coklat,
alis ada, refleks kornea positif, refleks pupil positif, sclera putih,
pernapasan cuping hidung tampak lemah, adanya lendir di hidung, bentuk
dan kekerasan telinga sudah baik, recoil langsung, refleks menghisap
lemah, refleks menelan lemah, saliva belum ada, refleks tonik lemah, dada
anterior posterior seimbang, payudara ada, areola agak menonjol dengan
bantalan 3-4 mm, paru-paru tidak ada bunyi, retraksi tidak ada, irama tidak
teratur, tidak ada refleks batuk, bayi merintih saat bernapas, frekuensi
respirasi 20x/menit, jantung tidak ada kardiomegali, tidak sianosis saat
menangis, bunyi jantung lemah, abdomen tidak ada hernia umbilicial,
bising usus baik, tali pusat segar, genetalia wanita klitoris menonjol dan
labia minor membesar, punggung tidak imperforate, terdapat lanugo halus,
tidak terdapat mekonium, seluruh tubuh terlihat pucat atau kebiruan, jari-
jari berjumlah sepuluh baik jari tangan maupun kaki, kulit merah halus dan
tampak gambaran vena, refleks moro lemah, refleks babinski lemah,

27
refleks rooting lemah, refleks graps lemah, refleks swallow lemah dan
belum memperoleh nutrisi.
2. Dari hasil pengkajian baik data subyektif dan obyektif maka interpretasi
yang dilakukan dengan menentukan diagnosa berdasarkan nomenklator
kebidanan, yaitu : Neonatus Cukup Bulan, SMK Usia 0 hari dengan
asfiksia berat
3. Diagnosa potensial pada By. Ny. W yaitu Asfiksia Berat
4. Tindakan segera pada By. Ny. W adalah resusitasi
5. Rencana Asuhan yang diberikan pada By. Ny. W dengan asfiksia berat
adalah melakukan langkah awal resusitasi berupa HAIKAL dan jika pada
penilaian langkah awal resusitasi berhasil, maka akan dilanjutkan dengan
IMD selama 1 jam serta perawatan bayi baru lahir.
6. Implementasi pada bayi Ny. W dengan asfiksia berat, semua tindakan yang
telah direncanakan sudah terlaksana namun tidak berjalan dengan baik
7. Berdasarkan data subyektif dan obyektif pada By. Ny. W neonatus cukup
bulan sesuai masa kehamilan dengan asfiksia berat, pada saat dilakukan
asuhan terdapat masalah atau penyulit. Setelah dievaluasi bayi tetap tidak
menangis, tidak dapat bernafas spontan, pergerakan semakin lemah,
denyut jantung tidak terdengar, seluruh tubuh masih berwarna kebiruan
atau pucat.
8. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, bayi dinyatakan
meninggal dunia jam 09.40 WIB
B. Saran
1. Bagi Lahan Praktek Puskesmas Manding
Agar lebih meningkatkan kualitas pelayanan atau asuhan kebidanan
kepada bayi baru lahir dengan asfiksia berat sesuai dengan
perkembangannya serta melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan teori
yang ada.
2. Bagi Penulis
Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam memberikan
asuhan terhadap bayi baru lahir dengan asfiksia berat yang didapat dari
lahan praktik.

28
3. Bagi Klien
Diharapkan ibu dan keluarga mampu menerima dengan lapang dada
bahwa bayi tidak dapat diselamatkan walaupun sudah dilakukan tindakan
yang maksimal karena pada saat persalinan terjadi komplikasi pada bayi
yang menyebabkan bayi meninggal dunia.

29
DAFTAR PUSTAKA

Arif, dkk. 2009. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika
Dewi, L. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba
Medika
Drew, dkk. 2009. Resusitasi Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Hyre. 2003. Konsep Asuhan Kebidanan, Buku I. Jakarta : Pusdinakes WHO
Impiago
JNPK-KR. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal (APN), Asuhan
Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta : Depkes Rl
JNPK-KR. 2008. Pelayanan Obstetri DAN Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
Jakarta : Depkes Rl
Jumiami, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta EGC
Manuaba. 2001. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan.
Jakarta: EGC
Marmi. 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Maryunani. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus.
Jakarta : Trans Info Media
Nursalam. 2008. Proses Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba
Medika
Saiffudin. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sudarti. 2013. Asuhan Kebidanan Neonatus Resiko Tinggi dan
Kegawatdaruratan. Yogyakarta: Nuha Medika
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Alfabeta
Suharyati. 2004. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta : EGC
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

30
31

Anda mungkin juga menyukai